PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA BANDAR LAMPUNG
Oleh Donie Hanggara
Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang sangat penting untuk kelangsungan pembangunan nasional Indonesia. Dalam kegiatan ini,Direktorat Jenderal Pajak Bea dan Cukai mempunyai peranan yang penting dalam hal pengawasan,pelayanan,pemasukan dan pengeluaran barang dari daerah pabean,disamping itu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk mengelompokan barang- barang berdasarkan jenis,sifat,ketentuan-ketentuan yang diatur Pemerintah.Selain itu pemerintah menetapkan 3 jenis barang Tegahan baik ekspor dan impor yang berada dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Dalam Peraturan Menteri Keuangan “PMK Nomor 62/PMK.04/2011 Tentang Proses Penyelesaian Barang tegahan yang terdiri dari ; Barang Yang Tidak Dikuasai (BTD), Barang Dikuasai Negara (BDN), Barang Milik Negara (BMN) yang dilakukan Pejabat Bea dan Cukai terkadang Pemilik Barang masih sulit melaksanakan Kewajiban Kepabeanan dan akan berakibat kepada ketidakstabilan perdagangan Indonesia, sehingga perlu solusi yang tepat untuk mengatasi ketidaktahuan pemilik barang tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian
Keuangan yang memiliki tugas pokok untuk mengawasi lalu lintas keluar masuknya
barang dari daerah pabaen Indonesia.Dan memiliki peranan penting bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia terutama dalam bidang Kepabeanan .Bea dan cukai
adalah satu-satunya institusi yang bertanggung jawab terhadap barang-barang tertentu
yang mempunyai sifat karakteristik yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004 dan berdasarkan Orgnisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah di tetapkan terakhir dengan
Keputusan Nomor 302/PMK.01/2004,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai
tugas:
1. Pengawasan dan pelayanan atas lalu lintas barang yang masuk dan keluar
2. Pemungutan penerimaan Negara berupa bea masuk dan cukai serta pungutan
Negara lainnya
Selain tugas pokok tersebut,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga mempunyai
fungsi dan peranan,yaitu:
a. Trade Facililator, yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pemberi
fasilitas dalam perdagangan terutama dalam hal perdagangan internasional.
b. Revenue Collector,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai aparat
pemerintah yang bertugas memungut penerimaan Negara berupa bea
masuk,pajak dalam rangka impor,pungutan ekspor dan cukai.
c. Industrial Assistance,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan
asisten atau pemberi pelayanan terhadap pengusaha atau importir.
d. Community Protector,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai
pelindung Kepabeanan Republik Indonesia.
Sebagai instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting terhadap kegiatan
ekspor dan impor barang ke luar negeri.Bea Cukai juga mempunyai kendala-kendala
dan masalah-masalah di bidang barang Tegahaan dan Kepabaeanan.Bea dan Cukai
merupakan pajak tidak langsung yang berimbas pada barang komoditi ekspor
,Maupun impor yang belum di lengkapi surat-surat,dokumen,bukti tertulis lainnya
sehingga menyebabkan target anggaran pemerintah tidak terealisasi dengan baik,
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengambil judul:
“Prosedur Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabaean B Bandar Lampung”.
1.2 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis mengangkat masalah yakni:
1. Prosedur- prosedur dalam penyelesaian Barang Tidak Dikuasai. (BTD).
2. Kendala- kendala apa saja yang mengakibatkan pemilik Barang Tidak
Dikuasai (BTD) belum melaksanakan kewajiban Pabeannya.
3. Tata cara pelaksanaan kegiatan pelelangan Barang Tidak Dikuasai. (BTD)
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah :
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai salah satu pelayanan yang diberikan oleh KPPBC Bandar Lampung tentang Prosedur barang tidak dikuasai.
2. Mengetahui sistematika atau proses barang ekspor dan impor menjadi barang tidak dikuasai.
1.3.2. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulis ini ialah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada instansi yang bersangkutan.
2. Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat menarik minat bagi pembaca yang ingin mengkaji tentang prosedur barang tidak dikuasai. (BTD).
3. Diharapkan berguna sebagai informasi kepada khalayak ramai terutama pada perusahaan ekspor impor.
4. Sebagai salah satu informasi untuk Mahasiswa agar dapat mengenal dan memahami jenis-jenis barang yang tidak dikuasai (BTD)
1.4. Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, yaitu:
1.4.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari Undang-Undang Perpajakan, Surat Keputusan Menteri Keuangan, peraturan pelaksana lainnya, buku-buku dan literatur-literatur yang menunjang dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan serta yang berhubungan dengan laporan penelitian, khususnya yang berhubungan dengan pelayanan perpajakan.
1.4.2. Studi Lapangan
a. Observasi Lapangan
b. Wawancara
Yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dan dialog-dialog secara langsung dengan petugas atau pejabat yang berwenang dan berkaitan langsung dengan objek penulisan.
c. Pembelajaran Materi di Kelas
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Hukum
Dalam subbab ini penulis akan menguraikan pengertian-pengertian dasar yang
berhubungan dan digunakan dalam penjelasan pokok bahasan penulis sesuai dengan
yang dituliskan dalam Laporan PKL ini,yaitu:
1. PMK Nomor 62/PMK.04/2011 Pasal 2-4 tentang Penyelesaian Barang Tidak
Dikuasai,Barang Dikuasai Negara, Dan Barang Milik Negara
2. PMK Nomor 30/PMK.05/1997 Tentang Barang Tegahaan
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Tempat Penimbunan
Berikat
4. PMK Nomor 53/PMK.04/2008 Tentang BTD,BDN,BMN.
2.2 Pengertian-Pengertian
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar.
2. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan
laut,Bandar udara,atau tempat lain ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
3. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib di
lakukan untuk memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini,
4. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk
menimbun,mengolah,memamerkan,dan/atau menyediakan barang untuk dijual
dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.
5. Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh pemerintah di Kantor Pabean
yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
menyimpan BTD,BDN,BMN berdasarkan undang-undang Kepabeanan.
6. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.
7. Pemusnahan adalah kegiatan untuk menghilangkan wujud awal dan sifat hakiki
8. Hibah adalah pengalihan kepemilikan BTD,BDN,BMN dari pemerintah pusat
kepada pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian.
9. Impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean.
10.Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
2.3. Pajak
2.3.1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan undang-undang.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak. 5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif)
2.3.2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Sistem Self Assestment
Dalam sistem self assestment ini, Wajib Pajak sendirilah yang menghitung, menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang melalui media formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Bulanan (masa) ataupun Tahunan. Fiskus atau Petugas Pajak hanya bertugas untuk melakukan penelitian apakah SPT tersebut telah diisi dengan lengkap (termasuk lampiran-lampiran pendukung), meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan.
Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan kebenaran data yang telah disampaikan Wajib Pajak melalui SPT tersebut, fiskus dapat melakukan pemerikasaan kepada Wajib Pajak.
b. Sistem Official Assestment
Dalam sistem official assestment ini, fiskus yang berperan aktif dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak terhutang.
Sistem ini digunakan pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), besarnya pajak terhutang ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).
c. Sistem Withholding Tax
Dalam sistem ini, Pajak dihitung, ditetapkan , dipotong, disetor dan dilaporkan oleh pihak ketiga ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar.
2.3.3 Bea dan Cukai
Bea cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan Undang-undang yang berlaku.
a. Pengertian Bea Masuk
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Sebagai salah satu jenis pajak berdasar asas domisili, Bea masuk menggunakan sistem tarif advalorum yang besarnya diatur oleh Menteri Keuangan dan dicantumkan dalam Harmonized System. Barang yang diimpor ke Indonesia wajib membayar bea masuk sebelum dikeluarkan dari kawasan pabean, kecuali dalam beberapa hal tertentu yang diatur dalam undang-undang.
Bea masuk di ataur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1995 tentang kepabeaanan. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yg masuk atau keluar daerah pabean dan pungutan bea masuk.
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputu wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di daerah zona ekonomi ekslusif dan landasan kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang pabean yang dikenakan terhadap barang-barang impor.
b. Pengertian Cukai
Secara sederhana dapat dipahami bahwa harga sebungkus rokok yang dibeli oleh konsumen sudah mencakup besaran cukai didalamnya. Pabrik rokok telah menalangi konsumen dalam membayar cukai kepada pemerintah pada saat membeli pita cukai yang terdapat pada kemasan rokok tersebut. Untuk mengembalikan besaran cukai yang sudah dibayar oleh pabrik maka pabrik rokok menambahkan besaran cukai tersebut sebagai salah satu komponen dari harga jual rokok tersebut.
Filosofi pengenaan cukai lebih rumit dari filosofi pengenaan pajak maupun pabean. Dengan cukai pemerintah berharap dapat menghalangi penggunaan obyek cukai untuk digunakan secara bebas. Hal ini berarti adanya kontrol dan pengawasan terhadap banyaknya obyek cukai yang beredar dan yang dikonsumsi. Hal yang menarik adalah pengenaan cukai semen dan gula oleh pemerintah Belanda saat menjajah Indonesia. Cukai dipergunakan untuk mengontrol kebutuhan masyarakat pada gula dan semen demi kepentingan penjajah pada saat itu.
Sisi lain dari pengenaan cukai di beberapa negara maju adalah membatasi barang-barang yang berdampak negatif secara sosial (pornografi dll) dan juga kesehatan (rokok, minuman keras dll). Tujuan lainnya adalah perlindungan lingkungan dan sumber-sumber alam (minuman kemasan, limbah dll), serta mengurangi atau membatasi konsumsi barang-barang mewah dan sebagainya.
Asas yang sama telah berlaku pada para perokok aktif di Indonesia.Perokok pasif harus menanggung risiko yang lebih besar, oleh sebab itu cukai rokok dibebankan setinggi-tingginya.
c. Daerah Pabean
Pabean yang dalam bahasa Inggrisnya Customs atau Duane dalam bahasa Belanda memiliki definisi yang dapat kita temukan dan hafal baik dalam kamus bahasa Indonesia ataupun undang-undang kepabeanan. Untuk dapat memahami kata pabean maka diperlukan pemahaman terhadap kegiatan ekspor dan impor. Pabean adalah kegiatan yang menyangkut pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Akan tetapi tidak ada bea keluar untuk ekspor .
Filosofi pemungutan bea masuk adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan sering disebut tariff barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut oleh DJBC pada setiap produk atau barang impor. Sedang untuk ekspor pada umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung industri dalam negeri dan khusus untuk ekspor pemerintah akan memberikan insentif berupa pengembalian restitusi pajak terhadap barang yang diekspor.
Produk mentah seperti beberapa jenis kayu, rotan dsb pemerintah memungut pajak ekspor dan pungutan ekspor dengan maksud agak para eksportir sedianya dapat mengekspor produk jadi dan bukanlah bahan mentah atau setengah jadi. Filosofi pemungutan pajak ekspor pada komoditi ini adalah untuk melindungi sumber daya alam Indonesia dan menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri dalam negeri.
2.3.4 Prosedur
Banyak pengertian prosedur yang dikemukakan oleh para ahli kosa kata,ada pengertian administrasi secara luas dan ada pengertian secara sempit,dan bahkan ada yang mengartikan sebagai proses social.
yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi”.
Sedangkan pengertian prosedur secara sempit “Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. penuhi/diselesaikan kewajiban kepabeanan.Pejabat Bea dan Cukai Berwenang:
1. Menghentingkan sarana pengangkut.
2. Memeriksa sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya, dan 3. Menegah sarana pengangkutdan/atau barang diatasnya. 4. Memasuki sarana pengangkut dan/atau bagiannya.
5. Meminta surat atau dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya,dan
6. Memerintahkan pengangkut untuk membuka sarana
Dalam menghentingkan sarana pengangkut pejabat Bea dan Cukai dapat menggunakan:
1. Kapal Patroli
2. Sarana pengangkut lainnya , dan 3. Senjata api dalam hal bila diperlukan
Penghentian sarana pengangkut oleh Pejabat Bea dan Cukai dilakukan dengan cara memberikan isyarat kepada pengangkut, dalam hal ini upaya penghentian sarana pengangkut bila tidak dipatuhi.Bea Cukai berwenang melakukan penghentian secara paksa hal di tempat penghentian tidak mungkin dilakukan pemeriksaan.Karna menggagu ketertiban umum,membahayakan keselamatan pengangkut sarana pengangkut atau Pejabat Bea dan Cukai.
2.4.2 Jenis Barang Tegahan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 yang mengatur tentang Barang tegahan,disebutkan bahwa barang tegahaan dikenakan terhadap barang-barang ysng belum dipenuhi/diselesaikan tanpa memenuhi kewajiban Kepabeanan. Ada 3 jenis barang tegahan yang ada dalam dalam kegiatan ekspor dan impor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Barang tegahaan terdiri dari 3 jenis,yaitu:
1. Barang Dikuasai Negara. (BDN)
a. Barang Dikuasai Negara adalah barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean.
b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang telah ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai.
2. Barang Milik Negara. (BMN)
a. Barang milik Negara adalah barang atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal.
b. Barang atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang telah, dinyatakan dirampas untuk negara.
3. Barang Tidak Dikuasai (BTD)
a. Barang tidak dikuasai adalah barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 hari sejak penimbunan.
b. Barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka 60 hari sejak penimbunan.
c. Barang yang tidak dikeluarkan dari penimbunan berikat yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 hari sejak pencabutan izin.
d. Barang yang dikirim melalui pos:
1. Yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar daerah pabean.
2. Dengan tujuan luar daerah pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimannya pemberitahuan dari kantor pos.
2.5.Prosedur Barang Tidak Dikuasai
barangnya yang ditimbun dan di simpan di TPP memiliki jangka waktu yang di tetapkan oleh Pemerintah,maka sebab itu btd adalah proses awal sebelum terjadinya bdn,bmn, Btd memiliki tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Proses Administrasi BTD.
2. Penyimpanan BTD.
3. Tatacara alur Penyelesaian BTD.
4. Mekanisme Pelelangan, Penghibahan, Pemusnahan BTD.
2.5.1 Pemasukan dan Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai
Pemasukan dan pengeluaran barang tidak dikuasai ke atau dari pabrik atau tempat penyimpanan, wajib diberitahukan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi pabrik atau tempat penimbunan pabean dengan dokumen BTD BCF 1.5 pemberitahuan wajib digunakan untuk melindungi. ;
a. Barang- barang yang disimpan di Tempat Penimbunan Pabean (TPP).
b. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang belum dilunasi Pabeannya ke pabrik atau penyimpanan yang berasal dari kawasan Pabean, TPP,TPS,TPB dengan fasilitas tidak dipungut cukai.
c. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang sudah dilunasi cukainya ke pabrik atau tempat penyimpanan dengan tujuan untuk dimusnakan atau diolah kembali.
d. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang sudah dilunasi cukainya ke tempat lain di luar pabrik dengan tujuan untuk dimusnakan untuk mendapatkan pengembalian cukai.
f. Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai yang belum dilunasi Pabeannya dari pabrik atu tempat penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk ;
1. Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Tujuan social.
3. Dikomsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat langsung keluar daerah Pabean.
4. Keperluan perwakilan negara asing beserta Pejabat nya yang bertugas di Indonesia berdasarkan azas timbal balik.
g. Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai berupa Etil Alkohol atu minuman mengandung Etil Alkohol yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara pembayaran maupun cara pelekatan pita cukai dari pabrik atau Tempat Penyimpanan Pabean.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe Madya Pabean Bandar Lampung
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar
Lampung berkedudukan di Bandar Lampung dan beralamat di Jl. Yos Sudarso,
Pelabuhan Panjang Bandar Lampung
3.1.1. Bea dan Cukai Sekilas
Customs (Instansi Kepabeanan) merupakan instansi yang keberadaannya memiliki
peran yang mengemban tugas berdasarkan Undang-undang kepabeanan, antara
lain:
1. Perlindungan masyarakat atas masuknya barang-barang berbahaya.
2. Perlindungan kepada industri tertentu dari persaingan barang-barang inpor
sejenis (proteksi)
4. Diberikan atau dititipkan tugas oleh instansi-instansi lain yang
berkepentingan dengan lalu lintas barang yang mempunyai batas-batas
negara.
5. Sekaligus berkwajiban untuk menghasilkan penerimaan negaradari
kegiatan kepabeanan yang dapat menambah devisa negara.
6. Menerapkan wawasan dan sanksi dalam arti agar peraturan yang ada dapat
ditaati ddengan baik dan secara sadar hukum.
3.1.2. Kedudukan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Kantor Pelayanan Bea dan cukai yang selanjutnya disebut kantor pengawasan dan
pelayanan merupakan instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dan
bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah dan dikepalai atau dipimpin
oleh seorang kepala kantor.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar
Lampung memiliki empat pos pengawasan, yaitu:
a. Indo Lampung Destilary
b. Pelabuhan laut Bakauheni
c. Kalianda
d. Pelabuhan Udara Raden Intan
Untuk mempermudah arus barang dan administrasi kepabeanan Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar Lampung
a. PT. NEKA BOGA PERISA
b. PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA
c. PT. SINAR JAYA INTI MULYA
d. PT. GREAT GIANT PINEAPPLE
e. PT. AMAN JAYA PERDANA
f. PT. TUNAS BARU LAMPUNG
g. PT. PUTRA BALI ADYAMULIA I dan II
h. PT. HANJUNG INDONESIA
i. PT. GOLDEN SARI
j. PT. KIRIN MIWON FOODS
k. PT. BUMI MENARA INTERNUSA
3.1.3. Tugas Kantor Pengawasan dan pelayanan Bea dan Cukai
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai dalam daerah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.1.4. Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Intelejen, patroli, dan pencegahan pelanggaran peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai serta pelayanan kepabeanan
b. Penyelidikan dibidang kepabeanan dan cukai.
c. Pengolahan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan
senjata api.
d. Pelaksanaan pemungutan bea masuk, cukai dan pungutan negara lainnya
yang dipungut oleh DJBC serta pelaksanaan perbendaharaan penerimaan,
penangguhan, penagihan, pengembalian bea masuk dan cukai.
e. Penerimaan pelayanan teknis dan kemudahan dibidang bea dan cukai.
f. Penelitian dokumen pemberitahuan ekspor dan impor barang, nilai
pabean, dan fasilitas impor, pemeriksaan.
g. Penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, nilai pabean dan sanksi
administrasi berupa denda.
h. Pelayanan atas masuk pemuatan, pembongkaran dan penimbunanbarang
dan pengawasan pengeluaran barang ke dan dari kawasan pabean.
i. Penelitian dokumen cukai, pemeriksaan pengusaha kena cukai dan uraian
perusahaan pita cukai.
j. Pembukuan dokumen kepabeanan dan cukai serta dokumen lainnya.
k. Pengendalian dan pelaksanaan urusan perijinan kepabeanan dan cukai.
l. Pemeriksaan pabean dan pengawasan pelaksanaan penimbunan dan
pengeluaran barang di tempat penimbunan berikat, pengolahan tempat
penimbunanpabean dan pelaksanaan penyelesaian barang yang
dinyatakan tidak dikuasai.
m. Pelaksanaan pengolahan dan penyajian laporan kepabeanan dan cukai
serta penerimaan dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai.
3.1.5. Struktur Organisasi
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari beberapa tipe berdasarkan
peredarannya arus barang atau kegiatan kepabeanan dan cukai di setiap daerah
wewenangnya yang dikepalai oleh seorang kepala kantor, yaitu:
Kantor Pengawasan Bea dan Cukai Tepe Madya B Bandar Lampung terdiri dari:
1. Subbagian Umum;
2. Seksi Penindakan dan Penyidikan;
3. Seksi Administrasi Manifest;
4. Seksi Perbendaharaan;
5. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai;
6. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi;
7. Seksi Kepatuhan Internal;
8. Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen;
9. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur organisasi dan tugas wewenang kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai Tipe Madya Bandar Lampung dan tugas serta wewenangnya adalah
sebagai berikut:
a) Kepala Kantor
Mengkordinasi pelayanan kepabeanan dan cukai, pemungutan bea masuk,
cukai dan pajak lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas kantor pelayanan.
b) Kepala Sub Bagian Umum
Mengkoordinasi urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, dan
rumah tangga serta penyusunan rencana kerja dan laporan, perumusan
laporan pelaksanaan, tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan aparat
fungsional dan pengawasan masyarakat, serta penyusunan rencana strategi,
dan laporan akuntabilitas berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c) Seksi Penindak dan Penyidikkan.
Melakukan intelejen, patroli, dan operasi, penindak pelanggaran peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai atas sarana pengangkut dan
pemberitahuan pengangkutan barang, pengawasan pembongkaran barang,
penghitungan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan denda
administrasi terhadap kekurangan bongkar, dan kelebihan bongkar,
penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan, barang bukti dan
uang ganjaran, pengumpulan data, dan pelanggaran undang-undang
kepabeanan dan cukai, serta pengolahan dan pengadministrasian sarana
operasi dan senjata api kantor pelayanan.
d) Seksi Administrasi Manifest
Melakukan penerimaan, penatausahaan, pendistribusian, penelitian dan
penyelesaian rencana kedatangan dan keberangkatan sarana pengangkut
Tujuan terlaksananya pelayanan administrasi terhadap dokumen sarana
pengangkut dan pemberitahuan pengangkutan barang, sehingga
pemberitahuan impor barang dan administrasi kepabeanan lainnya dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini Seksi Administrasi Manifest mempunyai tupoksi sebagai
berikut :
1. Penyelesaian penyerahan dan penatausahaan pemberitahuan
RKSP/JKSP.
2. Penyelesaian penyerahan dan penatausahaan pemberitahuan inward
manifest.
3. Penyelesaian penyerahan dan penatausahaan pemberitahuan
outward manifest.
4. Penyelesaian tatakerja pengeluaran barang impor dari kawasan
pabean untuk diangkut lanjut tujuan dalam daerah pabean.
5. Penyelesaian tatakerja pengeluaran barang impor dari kawasan
pabean untuk diangkut lanjut tujuan luar daerah pabean.
6. Penyelesaian permohonan perijinan returnable package.
7. Penyelesaian pelayanan penyelesaian returnable package.
e. Seksi Perbendaharaan
Melakukan penerimaan pengadministrasian dan penyetoran bea masuk dan
cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan
pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
pengadministrasian jaminan serta pemprosesan penyelesaian penangguhan
jaminan bea masuk, dan jaminan pengusaha pengurusan jasa kepabeanan
(PPJK), penagihan dan pengambilan bea masuk, cukai, denda administrasi,
bunga sewa tempat penimbunan pabean serta penagihan pajak negara
lainnya yang dipungut.
f. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
Mempunyai fungsi dan tugas melakukan pelayanan teknis dan fasilitas
kepabeanan penelitian dan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran
pemberitahuan impor barang (PIB) atau pemberitahuan ekspor barang
(PEB),pemberitahuan nilai pabean, klasifikasi barang, tarif bea masuk,
cukai dab pajak dalam rangka ekspor dan impor, penerapan klasifikasi
barang, tarif bea masuk dan nilai pabean, pemeriksaan barang dan badan,
pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang
ekspor, penimbunan dan pengeluaran barang impor dikawasan pabean
serta pamantauan pemuatan barang ke sarana pengangkut.
Seksi Cukai mempunyai tugas melakukan penelitian dokumen cukai, dan
pemeriksaan pengusaha barang kena cukai, pembukuan dokumen cukai,
pengadministrasian perijinan cukai, harga dasar dan kadar barang kena
cukai yang selesai di buat, pelayanan kemudahan serta perusahaan pita
g. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi
KPPBC B. Lampung melalui seksi penyuluhan dan layanan informasi
melaksanakan penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan
terutama yang berkaitan dengan kepabeanan dan cukai, lebih khusus lagi
berkaitan dengan kegiatan pelayanan pada KPPBC B. Lampung yang
bertujuan agar semua pengguna jasa memahami semua ketentuan
perundangan yang berlaku sehingga dapat terwujud optimalisasi serta
efisiesi kegiatan baik pelayanan maupun pengawasan.
Layanan informasi pelaksanaannya dimulai dengan memperluas media
atau saluran-saluran yang dapat digunakan oleh pengguna jasa maupun
masyarakat luas dengan tujuan utama tentunya memperbanyak pilihan dan
mempermudah pengguna jasa maupun masyarakat dalam penyampaian
informasi kepada KPPBC B. Lampung.
h. Seksi Kepatuhan Internal
Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di
lingkungan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
a. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan
cukai
b. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang administrasi.
c. Pengawasan pelaksanaan tugas intelijen, penindakan dan penyidikan
di bidang kepabeanan dan cukai.
d. Evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan
dan cukai.
f. Pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat
i. Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen
Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen mempunyai tugas
melakukan pengoperasian komputer dan sarana penunjangnya,
pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis
komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan
dan cukai, penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian
dokumen kepabeanan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan dan
cukai.
j. Kelompok Jabatan Fungsional
3.2. Prosedur Barang Tidak Dikuasai
Kegiatan ekspor dan impor erat kaitannya dengan barang-barang yang akan bertransformasi bila terjadi kekeliruan dan kesalahan bila pemilik barang tidak melaksanakan kewajiban Pabeannya, barang tidak dikuasai contohnya karna sifat barangnya yang ditimbun dan di simpan di TPP memiliki jangka waktu yang di tetapkan oleh Pemerintah, maka sebab itu BTD adalah proses awal sebelum terjadinya BTD memiliki Tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Proses Administrasi BTD. 2. Penyimpanan BTD.
3. Tatacara Alur Penyelesaian BTD.
3.2.1 Administrasi Barang Tidak Dikuasai
Barang tidak dikuasai mempunyai karakteristik barang yang tidak lama,mudah sekali rusak karna tertahan di Tempat Penimbunan Pabean sehingga perlu sekali terjalinnya mekanisme yang baik antara bea cukai dan Pemilik barang tersebut. Penetapan BTD dilakukan oleh Kepala Kantor Pabean atau pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk dengan mencantumkan dalam daftar mengenai Btd tahap selanjutnya barang yang ditetapkan Btd dibukukan di buku catatan pabean mengenai Btd. Btd yang telah dibukukan lalu dimasukkan ke dalam daftar Bcf 1.5 lembar surat penetapan Btd dan membuat Surat Penetapan Pabean, seterusnya disimpan di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP dan dipungut sewa gudang, selanjutnya Pejabat Bea dan Cukai memberitahukan secara tertulis kepada pemilik barang untuk segera menyelesaikan kewajiban pabean yang terkait dengan Btd dalam jangka waktu 60 hari sejak disimpan di TPP atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP tapi bukan milik Kantor Pabean Bea dan Cukai sehingga mengeluarkan sewa bangunan. Apabila pemilik barang tidak menyelesaikan kewajiban pabean maka barang tersebut akan di lelang, dimusnakan (bila barang itu busuk) dan dikuasai sepenuhnnya oleh Negara. Oleh sebab itu pemilik barang harus menyelesaikan administrasi Pabean sebelum batas waktu yang telah di tentukan. Bila barang tersebut tidak diambil selambat-lambatnya 2 hari sebelum dilakukan pelelangan pertama, oleh pemilik atau kuasanya dapat :
1. Diimpor untuk dipakai setelah bea masuk dan biaya lainnya yang terhutang dilunasi.
2. Diekspor kembali setelah biaya terhutang dilunasi. 3. Dibatalkan ekspornya setelah biaya terhutang dilunasi. 4. Diekspor setelah biaya yang terhutang dilunasi.
Adapun struktur proses Pengadministrasian Barang Tidak Dikuasai, sebagai berikut :
Kendala-Kendala yang dihadapi pemilik barang dalam memproses dan mengadministrasikan kewajiban Pabean adalah terletak pada ketidaktahuan pemilik barang tentang hukum-hukum dan aturan-aturan terbaru yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sehingga barang yang diangkut pemilik barang telah jatuh tempo siap untuk dilelang, masih adanya Pungutan liar diluar dan di dalam pelabuhan, dan sarana prasarana di dalam Kawasan Pabean yang masih belum terpenuhi sehingga mengganggu kelancaran administrasi kewajiban Pabean. Dengan demikian solusi yang tepat adalah dengan cara mengadakan sosialisasi Kepabeanan dalam bidang Barang Tidak Dikuasai dan Undang-Undang terbaru kepada Pemilik barang, agar pemilik barang dapat memahami dan melaksanakan kewajiban Pabean serta menindak Pegawai- pegawai yang melaksanakan praktek Pungutan-pungutan liar di pelabuhan sehingga dapat menghambat pemilik barang yang akan melakukan administrasi kewajiban Pabeannya,dan perbaikan sarana prasarana di Kawasan Pabean.
3.2.2 Penyimpanan BTD
Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk Pemerintah mempunyai tanggung jawab atas pengelolaan, pengadministrasian, dan penyimpanan Btd. Penyimpanan Btd dilaksanakan di dalam kawasan Pabean, sehingga Kepala Kantor Pabean berperan aktif dalam penyimpanan Btd yang dikelola oleh Negara.Penyimpanan dan Penimbunan Barang Tidak Dikuasai memiliki 3 tempat sebagai tempat untuk menyimpan dan menimbun Btd, yaitu:
1. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) 2. Tempat Penimbunan Berikat (TPB) 3. Tempat Penimbunan Pabean (TPP)
b. Tempat Penimbunan Berikat (TPB) adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk meyimpan dan menimbun,mengolah, memamerkan, dan menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan bea masuk. Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk :
1.Gudang Berikat. tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oeh pemerintah di Kantor Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan BTD,BDN,BMN berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan, dengan memperhatikan kondisi dan sifat barang tersebut.
3.2.3 Alur Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai.
Sehubungan barang yang telah disimpan dan ditimbun di Tempat Penimbunan Pabean pasti memiliki proses tata cara penyelesaiannya. Contohnya Barang Tidak Dikuasai yang memiliki alur penyelesaian barang sebagai berikut :
a. Barang busuk segera dimusnakan,Pemusnahan Barang Tidak Dikuasai dilakukan paling lama 30 hari sejak dibukukan dalam buku Catatan Pabean Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai.
b. Merupakan Barang Kena Cukai (BKC) berupa minuman yang mengandung etil alcohol, konsentrat yang mengandung etil alcohol, dan hasil tembakau,segera dimusnakan.
melampirkan Form Pabean ≤ 60 hari sejak ditimbun di Tempat Penimbunan Pabean (TPP),bila diselesaikan akan diserahkan kepada pemiliknya, kalau tidak akan diberikan SKEP BMN.
d. Barang karna sifatnya :
1. Tidak tahan lama,antara lain barang yang cepat busuk,misalnya buah segar ,sayur.
2. Merusak misalnya, antara lain asam sulfat, dan belerang. 3. Berbahaya, atau
4. Pengurusannya memerlukan biaya tinggi,segera dilelang dengan memberitahukan secara tertulis kepada pemiliknya, selain barang larangan dan barang batasan.
e. Merupakan barang yang dilarang untuk diimpor atau diekspor, dinyatakan milik negara, kecuali terhadap barang tersebut penyelesaiannya ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor diberikan kesempatan untuk diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.
3.2.4. Mekanisme Pelelangan, Penghibahan, dan Pemusnahan Barang Tidak Dikuasai.
Pelelangan, Penghibaan, dan Pemusnahan erat kaitannya dengan Barang Yang Tidak Dikuasai yang belum diselesaikan Kewajiban Pabeannya, dan kemudian barang-barang yang tersebut menjadi Barang Negara.
Pelelangan harga terendah untuk Barang Tidak Dikuasai yang akan dilelang sekurang-kurangnya meliputi :
a. Bea masuk, cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor. (PDRI) b. Sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 bulan.
c. Sewa gudang di TPP.
d. Biaya pencacahan dan penimbunan di TPP.
Untuk menghitung bea masuk, cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor, Kepala Kantor Pabean menetapkan nilai Pabean dari barang yang akan dilelang berdasarkan data yang tersedia pada Kepala Kantor Pabean yang bersangkutan. Penetapan harga terendah untuk barang yang akan dilelang dilakukan oleh Kepala Kantor Pabean dan apabila penawaran pada pelelangan pertama tidak mencapai harga terendah dalam jangka waktu paling lama 6 bulan dilakukan pelelangan ulang, Kemudian pada waktu pelelangan ulang harga terendah lelang tidak tercapai, Kepala Kantor Pabean dapat mengusulkan kepada Menteri Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan persetujuan pemusnahan barang yang diserahkan status penggunaannya kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.Barang yang tidak dipungut sewa gudang di TPS dan TPP serta biaya lain timbul akibat pengelolaan barang yang tidak teratur dan tidak lengkapi dengan surat – surat Kewajiban Kepabeanan.
Pejabat Bea dan Cukai dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal pelelangan. Dan sisa uang hasil lelang menjadi milik negara apabila dalam jangka waktu 90 hari setelah tanggal surat pemberitahuan atau pengumuman tidak diambil oleh pemiliknya.
Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghibahan Barang Tidak Dikuasai (BTD) yang telah ditetapkan untuk dimusnakan dan hibah yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dan dituangkan dalam berita acara Pemusnahaan dan Hibah.
Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang, hibah Barang Tidak Dikuasai berupa Bea masuk, cukai, Pajak Dalam Rangka Impor disetor seluruhnya ke kas Negara dan gunanya sebagai Anggaran Negara untuk membiayai pengeluaran – pengeluran negara terkait proses pemerintahan dan pembangunan nasional.
MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG
(Tugas akhir)
Oleh
DONIE HANGGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR PUSTAKA
Didin Baharudin. S.R. 2004. Barang Tegahaan. PT Mitra Eka Perdana. Edisi
Revisi. Jakarta.
http://www.beacukai.go.id
Kamaruddin. 1992. Pengertian Prosedur. Diacu dari http://necel.wordpress.com
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Mega. Astuti. 2008. Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai (BTD). Diacu dari
http://megaastuti.com
Muparrih. 2008. Pengertian Cukai. Diacu http://catatankecik.blogspot.com
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 Tentang Barang Tegahaan (BTD,BDN,BMN)
Revans. Rachmad. 2011. Pengertian Bea dan Cukai. Diacu dari
http://rachmadrevanz.com
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai (BTD)
Wirawan B. Ilias, Waloyo. 2003. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Edisi