• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci (Studi Kasus di Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci (Studi Kasus di Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN TERNAK KELINCI

(Studi Kasus : Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya,Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

DENDY TRIFONIUS ADRIANTO

070304045

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN TERNAK KELINCI

(Studi Kasus : Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya,Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

DENDY TRIFONIUS ADRIANTO 070304045

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing,

Ketua,

NIP. 195711151986011001 (Ir. Thomson Sebayang, M.T)

Anggota,

(Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, MSi) NIP. 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

DENDY TRIFONIUS ADRIANTO, 2013. ” Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci”, Studi Kasus di Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi. Metode penentuan daerah penelitian di tentukan secara purposive (sengaja). Metode penetuan dan penarikan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan aturan banyaknya sampel pada metode analisis faktor, paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel (n = 5V), maka sampel berjumlah 20 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis menggunakan fungsi Coubb Douglass, analisis pendapatan dan kelayakan menggunakan analisis Return Cost Ratio(R/C ratio), Return On Investment (ROI)

dan Break Even Point (BEP)serta analisis pemasaran yaitu saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem pengelolaan usaha ternak kelinci ini sudah sesuai dengan anjuran Dinas Peternakan dan literatur yang ada. Produktivitas ternak kelinci pada daerah penelitian masih tergolong rendah yaitu rata-rata 6 ekor per indukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak kelinci yaitu Induk, obat-obatan dan tenaga kerja sbesar 96%.Rata-rata pendapatan peternak pada usaha ternak kelinci ini yaitu Rp. 3.986.760 ,- per peternak dan Rp. 4.354.747 ,- per 50 indukan. Hasil analisis kelayakan usaha ternak kelinci di daerah penelitian menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci di daerah penelitian layak diusahakan berdasarkan nilai Return Cost Ratio (R/C) dan Break Even Point (BEP), sedangkan menurut analisis Return On Investment (ROI) usaha ternak kelinci di daerah penelitian belum efisien atau belum layak untuk diusahakan. Untuk hasil analisis efisiensi pemasaran di daerah penelitian, menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci di daerah penelitian belum efisien dilihat dari besarnya perbedaan nilai efisiensi pemasaran masing-masing jalur pemasaran ternak kelinci di daerah penelitian.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Dendy Trifonius Adrianto lahir di Pematang Siantar, pada tanggal 18 Oktober 1989, anak ketiga dari empat bersaudara dari Ayahanda tercinta Ir. Eko Harianto dan Ibunda tercinta Magdalena br Damanik Mulai mengenyam

pendidikan dasar pada tahun 1995 di SD Methodis dan Tahun 2000 SD Negeri 122339, pada tahun 2001 melanjutkan ke SMP Swasta Cinta Rakyat 2 dan pada tahun 2004 melanjutkan ke SMA Negeri 3 Pematang Siantar.

Tahun 2007 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan S-1 di Fakultas Pertanian USU Program Studi Agribisnis melalui jalur SPMB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU dan Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci”, Studi Kasus di Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Thomson Seayang, M.T dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi selaku Dewan Pembimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Kelinci ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Definisi ... 30

3.5.2 Batasan operasional ... 32

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 33

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Kelurahan Gundaling II ... 33

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 33

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 33

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 35

4.2 Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sempajaya ... 35

4.2.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 35

(7)

4.2.3 Sarana dan Prasarana ... 37

4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Tata Laksana Pengelolaan Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian ... 41

5.2Produktivitas Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian ... 47

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kelinci di DaerahPenelitian ... 49

5.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 50

5.3.2 Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis ... 54

5.4Analisis Usaha Ternak Kelinci ... 57

5.4.1Penerimaan Usaha Ternak Kelinci ... 57

5.4.2 Biaya Produksi ... 58

5.4.3 Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Ternak Kelinci .... 62

5.5Pemasaran Ternak Kelinci di Daerah Penelitian ... 64

5.5.1 Saluran Pemasaran ... 64

5.5.2 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 69

5.5.3 Perhitungan Biaya Margin, Price Spread, Share Margin Pada Setiap Saluran Pemasaran... 71

5.5.4 Efisiensi Pemasaran ... 76

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 79

Kepada Peternak ... 79

Kepada Pemerintah ... 79

Kepada Peneliti Selanjutnya ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Jumlah Populasi Ternak Kelinci Menurut Kecamatan Tahun

2012...22

2. Jumlah Ternak Kelinci Pada Setiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Berastagi Tahun 2011...23

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 33

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 34

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 34

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 36

7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 36

8. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 38

9. Umur Peternak Responden di kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Tahun 2012 ... 38

10. Pendidikan Peternak Responden di kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Tahun 2012 ... 39

11. Peternak Responden di kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Berdasarkan Pengalaman Tahun 2012 ... 39

12. Jumlah Tanggungan KeluargaPeternak Sampel di kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Tahun 2012 ... 40

13. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak Kelinci Perpeternak Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian ... 48

14. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model produksi Usaha Ternak Kelinci Per Peternak Per Periode (2 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 49

(9)

16. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi Ternak Kelinci di Daerah Penelitian ... 53 17. Rata-rata Penerimaan Usaha Ternak Kelinci Per

Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di

Daerah Penelitian ... 56 18. Biaya Tetap Rata-rata Usaha Ternak Kelinci Per

Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di

Daerah Penelitian ... 57 19. Biaya Variabel Rata-rata Usaha Ternak Kelinci Per

Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di

Daerah Penelitian ... 59 20. Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Kelinci Per

Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di

Daerah Penelitian ... 61 21. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kelinci di Daerah

Penelitian ... 62 22. Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Pedagang Pengumpul di

Daerah Penelitian ... 70 23. Fungsi-fungsi Pemasaran Pada Pedagang Pengecer di

Daerah Penelitian ... 71 24. Rata-rata Komponen Biaya Pemasaran, Penjualan

Ternak Kelinci Per Periode Pada Saluran IA di

Berastagi Tahun 2012 ... 72 25. Rata-rata Price Spread dan Share Margin Ternak

Kelinci Saluran IA Per Periode di Berastagi tahun 2012 ... 72 26. Rata-rata Komponen Biaya Pemasaran, Penjualan

Ternak Kelinci Per Periode Pada Saluran IIA di

Berastagi Tahun 2012 ... 73 27. Rata-rata Price Spread dan Share Margin Ternak

Kelinci Saluran IIA Per Periode di Berastagi tahun

2012 ... 74 28. Rata-rata Komponen Biaya Pemasaran, Penjualan

Ternak Kelinci Per Periode Pada Saluran IIB di

(10)

29. Rata-rata Price Spread dan Share Margin Ternak Kelinci Saluran IIB Per Periode di Berastagi tahun

2012 ... 75 30. Rekapitulasi Share Margin Pada Saluran Pemasaran I

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Produk Potensial yang Dapat di Hasilkan Kelinci ... 2

2. Skema Kerangka Pemikiran ... 20

3. Gambar Unit kandang tiap Ternak Kelinci ... 42

4. Gambar Rumah Kelinci ... 42

5. Gambar Kandang Tampak Dari Dalam Rumah Kelinci ... 43

6. Persiapan Kandang Induk Kelinci Saat Akan Melahirkan ... 45

7. Induk Kelinci dan Anakan Dalam Masa Penyapihan ... 46

8. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi usaha Ternak Kelinci ... 52

9. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi usaha Ternak Kelinci ...53

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Peternak Sampel Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian.

2. Biaya Penggunaan Bibit Kelinci Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

3. Biaya Konsumsi Pakan Kelinci Per Peternak dan Per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) Per di Daerah Penelitian.

4. Biaya Konsumsi Obat-obatan Per Peternak dan Per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

5. Curahan Tenaga Kerja Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

6. Biaya Penggunaan Alat-alat Pertanian Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

7. Biaya Penyusutan Sapu Kecil Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

8. Biaya Penyusutan Serok Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

9. Biaya Penyusutan Sapu Lidi Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

10. Biaya Penyusutan Beko Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

11. Biaya Penyusutan Kandang Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

12. Total Biaya Penyusutan Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

13. Produksi Anakan dan penerimaan Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

14. Produktivitas Ternak Kelinci Per Peternak dan per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

(13)

16. a. Pendapatan Usaha Ternak Kelinci Per Peternak Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

b. Pendapatan UsahaUsaha Ternak Kelinci Per 50 Indukan Per Periode (2Bulan) di Daerah Penelitian.

17. a. Analisis R/C Per Peternak Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

b. Analisis R/C Per 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

18. a. Analisis Kelayakan Berdasarkan Nilai BEP dan ROIPer Peternak Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

b. Analisis Kelayakan Berdasarkan Nilai BEP dan ROIPer 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

19. a.Rekapitulasi Konsumsi Faktor ProduksiPer Peternak Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

b. Rekapitulasi Konsumsi Faktor ProduksiPer 50 Indukan Per Periode (2 Bulan) di Daerah Penelitian.

20. Rekapitulasi Volume Beli dan Harga Beli Pedagang Pengumpul Sampel di Daerah Penelitian.

21. Rekapitulasi Volume Jual Peternak Sampel langsung Pada Konsumen di Daerah Penelitian.

22. Karakteristik Pedagang Eceran Berastagi (IA), Volume Beli, Harga Beli dan Harga Jual Pedagang Sampel di Daerah Penelitian

23. Biaya Pedagang Eceran IA Berastagi

24. Profit Margin Pedagang Sampel IA Berastagi

25. Karakteristik Pedagang Pengumpul Medan (IIA), Volume Beli, Harga Beli dan Harga Jual Pedagang Sampel di Daerah Penelitian

26. Biaya Pedagang Pengumpul IIA Medan

27. Profit Margin Pedagang PengumpulIIA Berastagi

28. Karakteristik Pedagang Eceran Marelan (IIA1), Volume Beli, Harga

Beli dan Harga Jual Pedagang Sampel di Daerah Penelitian 29. Biaya Pedagang Eceran (IIA1) Marelan

30. Profit Margin Pedagang Eceran Marelan(IIA1)

31. Karakteristik Pedagang Eceran Binjai (IIA2), Volume Beli, Harga Beli

dan Harga Jual Pedagang Sampel di Daerah Penelitian 32. Biaya Pedagang Eceran (IIA2) Binjai

33. Profit Margin Pedagang Eceran Binjai (IIA2)

34. Karakteristik Pedagang Eceran Medan (IIB), Volume Beli, Harga Beli dan Harga Jual Pedagang Sampel di Daerah Penelitian

35. Biaya Pedagang Eceran (IIB) Medan

36. Profit Margin Pedagang Eceran Medan (IIB)

37. a. Analisis Regresi Pengaruh Variabel Induk, pakan, Obat dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Ternak Kelinci di Daerah Penelitian

(14)

ABSTRAK

DENDY TRIFONIUS ADRIANTO, 2013. ” Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci”, Studi Kasus di Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, Msi. Metode penentuan daerah penelitian di tentukan secara purposive (sengaja). Metode penetuan dan penarikan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan aturan banyaknya sampel pada metode analisis faktor, paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel (n = 5V), maka sampel berjumlah 20 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis menggunakan fungsi Coubb Douglass, analisis pendapatan dan kelayakan menggunakan analisis Return Cost Ratio(R/C ratio), Return On Investment (ROI)

dan Break Even Point (BEP)serta analisis pemasaran yaitu saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem pengelolaan usaha ternak kelinci ini sudah sesuai dengan anjuran Dinas Peternakan dan literatur yang ada. Produktivitas ternak kelinci pada daerah penelitian masih tergolong rendah yaitu rata-rata 6 ekor per indukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak kelinci yaitu Induk, obat-obatan dan tenaga kerja sbesar 96%.Rata-rata pendapatan peternak pada usaha ternak kelinci ini yaitu Rp. 3.986.760 ,- per peternak dan Rp. 4.354.747 ,- per 50 indukan. Hasil analisis kelayakan usaha ternak kelinci di daerah penelitian menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci di daerah penelitian layak diusahakan berdasarkan nilai Return Cost Ratio (R/C) dan Break Even Point (BEP), sedangkan menurut analisis Return On Investment (ROI) usaha ternak kelinci di daerah penelitian belum efisien atau belum layak untuk diusahakan. Untuk hasil analisis efisiensi pemasaran di daerah penelitian, menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci di daerah penelitian belum efisien dilihat dari besarnya perbedaan nilai efisiensi pemasaran masing-masing jalur pemasaran ternak kelinci di daerah penelitian.

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan daging nasional sekitar 300.000 ton per tahun, namun belum sepenuhnya mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Lebih dari 30% pemenuhan permintaan daging dalam negeri masih dipenuhi dari impor. Tahun 2014 dicanangkan oleh pemerintah sebagai tahun swasembada daging. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan populasi ternak penghasil daging di Indonesia, salah satunya adalah ternak kelinci (Masanto dan Agus, 2010).

Di Indonesia ternak kelinci mempunyai kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi) dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu dipertimbangkan dimasa yang akan datang. Daging kelinci merupakan salah satu daging yang berkualitas baik dan layak dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan masyarakat. Daging kelinci dibandingkan dengan daging ayam dari segi aroma, warna daging dan berbagai bentuk masakan, tidak ditemukan perbedaan yang nyata (Dwiyanto, et al., 1995).

(16)

Kelinci adalah hewan peliharaan yang disukai banyak orang karena bentuknya yang lucu dan menggemaskan. Dibalik bentuknya yang lucu, kelinci mempunyai peluang usaha yang sangat besar. Banyak orang yang beralih profesi menjadi peternak kelinci karena ternak dapat memberikan keuntungan finansial yang cukup menjanjikan (Priyatna, 2011).

Keberadaan ternak kelinci bagi manusia dapat dimanfaatkan dalam berbagai hasil produk sebagaimana digambarkan seperti skema berikut :

Gambar 1. Pohon Industri Ternak Kelinci (Wibowo et al. 2005)

Beragam produk potensial dapat dihasilkan dari kelinci. Daging kelinci yang berprotein tinggi sekaligus berkolesterol rendah, dapat diolah menjadi produk olahan seperti nugget, sosis, bakso, karage, siomay, abon, dan dendeng kelinci. Bahkan, menu makanan sate kelinci atau gulai kelinci sudah lama populer di masyarakat.

Ternak Kelinci

Daging Peliharaan

/Kesayangan

Kulit Kotoran

(17)

Kulit dan bulu kelinci juga memiliki prospek yang baik untuk memenuhi pasokan industri kulit. Tidak berhenti disitu, fases dan urine kelinci juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Beragamnya produk potensial tersebut membuka peluang usaha tersendiri bagi peternakan, terlebih jika menerapkan prinsip pertanian terpadu sehingga dapat diperoleh keuntungan lain. Misalnya, penerapan pertanian terpadu antara pertanian kelinci dan budidaya sayuran organik. Pupuk yang digunakan dalam budidaya sayuran dapat berasal dari kotoran kelinci yang mengandung unsur hara dan mineral yang tinggi. Tidak hanya itu, peluang usaha lain dapat diperoleh dengan membuat pelet kelinci (Priyatna, 2011).

(18)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pengelolaan usaha ternak kelinci di daerah penelitian? 2. Bagaimana produktivitas ternak kelinci didaerah penelitian dan

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ternak kelinci di daerah penelitian tersebut?

3. Bagaimana pendapatan dan kelayakan usaha ternak kelinci di daerah

penelitian?

4. Bagaimana pemasaran ternak kelinci di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan sistem pengelolaan usaha ternak kelinci di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisisproduktivitas ternak kelinci di daerah penelitian dan

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tersebut.

3. Untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usaha ternak kelinci di daerah penelitian.

(19)

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaanpenelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan ternak kelinci dalam mengembangkan usahanya.

2. Sebagai substansi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh

ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Kelinci

Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut: Ordo : Lagomorpha

Famili : Leporidae

Sub famili : Leporine

Genus : Lepus, Orictolagus

Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp

Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish, Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi(Yunus, 2011).

(21)

penghasil kulit bulu adalah Rex dan Satin. Sementara kelinci pedaging memiliki kriteria persentase karkas 50-60%, bobot badan harus mencapai 2 kg pada umur 8 minggu , dan memiliki laju pertumbuhan tinggi, sekitar 40gr/ekor/hari. Beberapa jenis kelinci pedaging antara lain, Flemish Giant, New Zealand White, Flameusreus, Satin, Rex, Rexsa, Hybrid Flemish dengan lokal dan Tan(Masanto dan Agus, 2010).

Seekor kelinci bisa menghasilkan daging 50-60% per kg berat badan. Jika dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi, daging kelinci mengandung lemak dan kolesterol jauh lebih rendah tapi proteinnya lebih tinggi. Kandungan lemak kelinci hanya sebesar 8% , sedangkan daging ayam 12%, daging sapi 24%, daging domba 14%, dan daging babi 21%. Kadar kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100 gr, sedangkan daging ayam, daging sapi, domba dan babi berkisar 220-250 mg/100g daging. Kandungan protein daging kelinci mencapai 21% sementara ternak lain hanya 17-20%.

(22)

Kelinci dapat melahirkan 4-10 kali setahun karena masa hamilnya relatif pendek, yakni 28-35 hari, rata-rata 31 hari. Sekali melahirkan jumlah anak mencapai 4-12 ekor, rata-rata 6-8 ekor. Umur kelinci juga cukup panjang. Induk betina mampu berproduksi sampai umur enam tahun dengan puncak produksi sekitar umur tiga tahun. Jika dikelola dengan baik sampai umur lima tahun kelinci bisa berproduksi cukup baik.

Untuk mempertahankan keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik, perlu dilakukan pemuliaan pada kelinci. Program pemuliaan tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan persilangan. Program persilangan yang dapat dilakukan ada tiga cara, yaitu cross breeding, in breeding, dan pure line breeding.

(23)

kelinci baru yang diharapkan memiliki penampilan bagus yang merupakan perpaduan keunggulan dari kedua tetuanya.

Kelinci merupakan ternak yang memiliki kemampuan biologis tinggi, selang beranak pendek mampu beranak banyak, serta dapat hidup dan berkembangbiak dari limbah pertanian dan hijauan. Hijauan dan limbah pertanian tertentu yang tersedia didaerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci(Masanto dan Agus, 2010).

Sastrodihardjo et al. (1992) mengatakan bahwa beberapa kendala pengembangan kelinci antara lain: 1) daging kelinci belum memasyarakat, 2) harga dagingnya belum terjangkau oleh daya beli masyarakat, 3) kurang gencarnya promosi tentang perlunya masyarakat mengkonsumsi daging kelinci. Kendala non teknis diduga lebih kuat pada pengembangan kelinci bagaimana diutarakan oleh Sartika et al.

(1998) yang mengatakan ditinjau dari segi preferensi sebetulnya daging kelinci tidak mengalami kendala yang serius, namun kendala mengkonsumsi daging kelinci diduga dari segi psikologis yang mengungkapkan adanya rasa sayang, atau kasihan dalam pemotongannya maupun dalam hal memakannya.

(24)

Dwiyanto et al. (1985) mengatakan bahwa budidaya ternak yang dilakukan masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui perbaikan tata laksana pemeliharaan. Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit untuk memperkecil atau meniadakannya melalui penyuluhan budidaya dan pemahaman terhadap nilai kemanfaatan kelinci bagi kebutuhan gizi masyarakat. Perlu dipertimbangkan terhadap pengadaan tempat pemotongan yang dilokalisir sehingga perasaan kasihan bagi peternak dapat dihindari. Dilain pihak dengan adanya tempat pemotongan khusus ternak kelinci akan mempermudah pengumpulan kulit dan bulunya.

2.2 Landasan Teori

Sebuah usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani pada dasarnya adalah sebidang tanah (Mosher, 1987).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang di hadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1994).

(25)

Dalam ilmu ekonomi mikro dikenal dengan apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik atau output dengan faktor produksi atau input. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat ditullis sebagai berikut:

Q = F (K, L, R, T)

Dimana :

Q = jumlah produksi

K = modal

L = tenaga kerja

R = Sumberdaya Alam/tanah

T= teknologi (Sukirno, 1994).

Fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut:

Q = ALαKβ

Dimana:

Q adalah output (produksi), sedangkan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan modal. α (alpha) dan β (betha) adalah parameter-parameter positif yang lainnya yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai α, barang teknologi

semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya

kenaikan satu persen sementara K dipertahankan konstan (ceteris paribus). Demikian pula β mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu

persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing-masing adalah

elastisitas output daru L dan K (Salvatore, 1990).

(26)

ditransformasikan ke sistem bilangan logaritma, swering digunakan nilai koefisien regresi dalam persamaan fungsi produksi Cobb Douglass Y = f (Xi), yang mana secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + bi Xi,

Turunan pertama nilai (Y) terhadap nilai (X) adalah: δY / δXi = bi ; diintegralkan menjadi,

Y = ∫ bi δXi

Y = biXi + C ; dimana C = Konstanta (intercept)

Maka dari hasil perhitungan integral persamaan diatas, dapat dikatakan bahwa berapapun pertambahan nilai (X), akan dapat berpengaruh terhadap nilai Y, sebesar pertambahan persentase nilai (bi). Maka sesuai dengan pengertian nilai koefisien elastisitas yaitu mengukur persentase perubahan jumlah produksi persatuan Xi yang diakibatkan oleh persentase perubahan faktor produksi tertentu yang digunakan.

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan (Fhadoli, 1991).

(27)

yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001).

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang. Yang termasuk dalam biaya adalah: 1) Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, obat-obatan, pakan, bahan bakar. 2) Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, natura, pajak, iuran. 3) Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat perkakas yang berupa penyusutan. 4) Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap. 5) Biaya-biaya lain (Prawirokusuma, 1990).

Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c (q). Keuntungan juga

merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

(28)

TR1 = Y1 . Py1

Yaitu :

TR1 = Total Penerimaan

Y1 = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py1 = Harga y.

Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya.Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani, adalah :

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya (Soekartawi, 2002).

Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani (Soekartawi, 1989).

(29)

Menurut Suratiyah (2006) Break Event Poin (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi tidak mengalami kerugian.

a. BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami kerugian

BEP = ������������������

��������������������

b. BEP harga produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari harga BEP, maka usaha akan mengalami kerugian.

BEP =������������������

�������������

Kriteria uji : titik impas yang melampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari perhitungan BEP ( Break Even Point ).

ROI ( Return Of Investment ) adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dan perputaran modal. ROI (Return of Investment)

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang diinvestasikan dalam usaha. Hasil ROI yang tinggi (>1) menunjukkan bahwa usahatani sangat efisien

ROI =Keuntungan x 100% Modal

( Cahyono, 2006).

(30)

Produktivitas tenaga kerja = Penerimaan

Total tenaga kerja yang dicurahkan

Dalam perhitungan curahan tenaga kerja maka digunakan standar perhitungan berdasarkan umur tenaga kerja dengan standar konversi sebagai berikut:

1. Tenaga anak-anak (1-14 tahun) : laki-laki = 0,5 HKP, wanita 0,4 HKP 2. Tenaga laki-laki dewasa ≥ 15 tahun = 1 HKP

3. Tenaga wanita dewasa ≥ 15 tahun = 0,8 HKP

Standar konversi tersebut berlaku dengan jumlah jam kerja yang sama dalam satu hari kerja yakni 7 jam efektif dengan rincian:

Jam 8.00 – 12.00 → kerja (4 jam)

Jam 12.00 – 14.00 → istirahat / makan siang (2 jam) Jam 14.00 – 17.00 → kerja (3 jam)

Untuk menghitung curahan tenaga kerja dari setiap individu/anggota keluarga yang bekerja pada usahatani dengan usia dan jenis kelamin tertentu harus melihat jumlah jam kerja dikalikan standar men equivalen (Me)/HKP (Hari Kerja setara Pria) seperti yang telah disebutkan diatas ( Butar-butar, 2010).

(31)

Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan dari lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang. Nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (Gembira dan Harizt, 2001). Saluran pemasaran / saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan dan fungsi yang digunakan untuk produksi dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran selalu terdiri dari produsen ke konsumen akhir, termasuk didalamnya para pialang yang terlibat dalam pemindahan produk ke konsumen. Para pialang dan agen juga merupakan bagian dari saluran distribusi meskipun mereka tidak memiliki hak atas barang. Hal ini biasanya terjadi karena memainkan peran yang aktif dalam pemindahan hak kepemilikan (Kotler, 1995).

Biaya tataniaga terbentuk sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman / lembaga tataniaga atas jasa modal dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktifitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut harga beli dan harga jual, biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka akan diperoleh share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat sistem tataniaga kurang/tidak efisien (UII dan Kohl, 1980).

(32)

terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya keuntungan pemasaran (marketing margin) yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebut(Soekartawi, 1993).

Marketing margin adalah perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen terakhir. Marketing margin terdiri dari berbagai macam ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Jadi marketing margin itu terdiri dari berbagai margin seperti retail margin, yaitu selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan si pengecer, profit margin merupakan besarnya keuntungan / balas jasa yang diterima oleh setiap middleman atau lembaga tataniga dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa marketing margin sama dengan ongkos tataniaga (marketing cost) dan sama artinya dengan “price spread”dan sama dengan marketing change

(Sihombing, 2010).

2.3 Kerangka Pemikiran

Peternak adalah orang yang menjalankan dan mengusahakan serta mengelola hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan usaha tersebut. Usaha ternak yang diusahakan didaerah penelitian dalam hal ini adalah usaha ternak kelinci.

(33)

input yang digunakan dan harga masing-masing input dan akhirnya mempengaruhi biaya produksi. Diantara faktor produksi tersebut perlu diketahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap produktivitas ternak agar dikemudian hari peternak dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi optimal.

(34)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut:

KETERANGAN:

= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh

Gambar 2.Skema Kerangka Pemikiran

USAHA TERNAK

PRODUKSI

PENDAPATAN PENERIMAAN HARGA

PETERNAK

Komponen Biaya: - Kandang - Benih - Tenaga Kerja - Pakan - Obat-obatan

Biaya Produksi

Layak Tidak Layak

Faktor-faktor produksi 1. Tenaga kerja 2. Input Produksi 3. Lahan

(35)

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah:

1. a. Produktivitas ternak kelinci di daerah penelitian masih tergolong rendah. b. Jumlah indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi ternak kelinci di daerah penelitian.

2. Usaha ternak kelinci di daerah penelitian menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi ternak kelinci di Kabupaten Karo. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak Kelinci Menurut Kecamatan Tahun 2011

No Kecamatan Populasi Ternak

1. Mardingding -

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo 2011

(37)

Tabel 2. Jumlah Ternak Kelinci Pada Setiap Desa / Kelurahan di Kecamatan berastagi Tahun 2011

No. Desa / Kelurahan Jumlah Peternak Kelinci (ekor)

1. Gurusinga 3 100

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak kelinci di Desa / Kelurahan Gundaling II dan SempajayaKecamatan Berastagi Kabupaten Karo, yang berjumlah 20 orang. Metode penarikan sampel yaitu menggunakan metode

purposive sampling dengan aturan, besarnya sampel dalam metode analisis faktor paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel (Supranto, 2004), maka perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

n = 5V

Dimana :

n = besar sampel

V = jumlah variabel

Karena jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 4 variabel, maka besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang dengan perhitungan :

n = 5V

= 5 (4)

(38)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak kelinci di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan wawancara langsung kepada responden menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten karo, Kantor Kecamatan Berastagi, Kantor Desa Gundaling II, Kantor Desa Sempajaya, dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Karo serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan dengan melakukan tabulasi, kemudian dibuat hipotesis yang selanjutnya diuji dengan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis tersebut.

Untuk identifikasi masalah yang pertama (1), di analisis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan membandingkan sistem pengelolaan usaha ternak kelinci di daerah penelitian dengan teknis pengelolaan anjuran dinas secara teknis atau menurut literatur yang ada.

Untuk identifikasi masalah yang kedua (2), dianalisis dengan menggunakan fungsi

Cobb Douglass. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi ternak kelinci terhadap produksi anakan kelinci, digunakan fungsi produksi Cobb Douglass sebagai berikut:

Y = aX1b1.X2b2.X3b3.X4b4

Dimana :

Y = Produksi (ekor)

(39)

X2 = Pakan (Kg)

X3 = Obat-obatan (ml)

X4 = Tenaga kerja (HKO)

a = Konstanta

b1, b2, b3 dan b4 = Koefisien Regresi

Untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel faktor produksi ternak kelinci terhadap produksi ternak kelinci maka faktor-faktor produksi tersebut diestimasi ke dalam model berikut dan selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi linier berganda.

Ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4+ µ

Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS)dengan alat bantu SPSS.

Untuk mengetahui apakah indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja, masing-masing berpengaruh nyata atau tidak terhadap produksi (Y) maka digunakan uji F.

Kriteria Uji :

Jika F- hitung <F- tabel maka Ho diterimaatauH1 ditolak. Jika F- hitung >F- tabel maka Ho ditolak atau H1 diterima.

Untuk mengetahui apakah indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata atau tidakterhadap produksi kelinci (Y) maka digunakan uji t.

(40)

Keterangan :

Ho diterima atau H1 ditolak berarti tidak ada pengaruh signifikan dari indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap produksi ternak kelinci. Ho ditolak atau H1 diterima berarti ada pengaruh signifikan dari indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap produksi ternak kelinci (Sudjana, 2005).

Setelah dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi inidimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier bergandadalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan. Asumsiklasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual dari model regresi yang dibangun mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data pada grafik Normal PP Plot of Regression Standardized Residual akan terletak di sekitar garis diagonal atau tidak terpencar jauh dari garis diagonal.

b. Uji Multikolinearitas

(41)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuahmodel regresi terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan kepengamatan yang lain. Metode grafik menunjukkan penyebaran titik - titik varianresidual sebagai berikut :

a. Titik -titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik - titik data tidak membentuk pola bergelombang

menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik tidak berpola.

Untuk identifikasi masalah yang ketiga (3) metode analisis data yang dipergunakan yaitu rumus analisis pendapatan dan kelayakan. Untuk analisis pendapatan usaha, digunakan rumus:

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usaha ternak (Rp) TR = Total Penerimaan(Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

Untuk kelayakan usaha ternak kelinci dianalisis dengan menggunakan metode analisis Return Cost Ratio (Rasio R/C), Return on Investment (ROI) dan Break event Point (BEP). Analisis Return Cost Ratioatau yang dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya, secara matematis dapat dituliskan : a = R/C

R = Py.Y C = FC + VC

(42)

Keterangan :

R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)

Py = Harga Output (Rp) Y = Output (Kg) FC= Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Kriteria Uji : - R/C > 1 maka usaha ternak layak diusahakan - R/C = 1 maka usaha ternak berada di titik impas

- R/C < 1 maka usaha ternak tidak layak diusahakan

Untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva dalam kegiatan operasional perusahaan dapat dianalisis dengan menggunakan Analisa

Return On Investment (ROI), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak x 100 % Total Aktiva

Sedangkan untuk melihat pada tingkat produksi dan pada harga berapa usaha ternak kelinci dikatakan mengalami titik impas (keadaan tidak untung dan tidak rugi) atau Break Even Point (BEP) dilihat dari total biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam proses produksinya tersebut dapat di hitung dengan menggunakan rumus:

BEP Produksi = Total Biaya (TC) Harga Penjualan (Py)

Untuk menghitung BEP Harga digunakan rumus sebagai berikut:

(43)

Dimana:

BEP Produksi = Titik impas produksi (Kg) BEP Harga = Titik impas harga (Rp) TC = Total biaya (Rp) Py = Harga penjualan (Rp)

Q atau y = Jumlah ternak kelinci yang diproduksi (Kg) (Fauzi, 2002).

Untuk identifikasi masalah yang keempat (4) dianalisis dengan menggunakan 2 cara. Pertama dengan metode analisis deskriptif yaitu mengamati saluran yang dilalui produsen ke konsumen akhir tataniaga ternak kelinci, kedua dianalisis dengan melihat margin pemasaran yang didapatkan setiap pedagang perantara:

MP = Pr-Pf atau mm

MP =

Bi +

Ki i = 1i = 1

Keterangan:

MP = Margin Pemasaran

Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp)

Pf = Harga ditingkat produsen (Rp)

m

share biaya (SBi) masing-masing lembaga menggunakan model :

SBi = Bi x 100%

Pr-Pf

Share keuntungan (SKi) masing-masing :

SKi = Ki x 100%

(44)

Share petani produsen (S) masing-masing :

Sr = Pf100%

Pr

Untuk analisis nisbah margin keuntungan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

I bti

keterangan :

I = Keuntungan masing-masing lembaga tataniaga (Rp) Bti = Biaya masing - masing lembaga (Rp)

(Sihombing, 2010).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan usaha ternak kelinci di daerah penelitian.

2. Usaha ternak kelinci adalah suatu kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan kelinci untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

3. Produksi adalah seluruh hasil usaha ternak kelinci dalam bentuk siap jual. 4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang di keluarkan selama proses

produksi dan pasca produksi.

(45)

6. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak diperlukan dalam

melaksanakan proses produksi usaha ternak kelinci yang terdiri dari lahan, kandang, modal, tenaga kerja, sarana produksi dan peralatan.

7. Produksi adalah hasil dari usaha ternak kelinci dalam bentuk segar yang dihitung berdasarkan jumlah berat daging.

8. Total Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi

dengan harga jual.

9. Total Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya

produksi yang dikeluarkan dalam usaha ternak kelinci.

10. Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah tingkat upah terendah yang telah ditetapkan provinsi.

11. Tingkat Upah yang berlaku adalah tingkat upah yang telah ditetapkan berlaku didaerah penelitian.

12. Pengecer adalah orang atau badan usaha yang secara langsung melakukan penjualan ternak kelinci kepada konsumen.

13. Marjin Pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima peternak.

14. Pemasaran atau Tataniaga merupakan suatu sistem yang tujuannya ialah mengalokasikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

15. Lembaga Tataniaga adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses tataniaga ternak kelinci.

(46)

17. Saluran Tataniaga adalah seluruh chanel bagian tataniaga yang terdiri dari lembaga - lembaga yang berperan dalam penyampaian barang maupun jasa.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Desa / Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

2. Waktu penelitian adalah pada tahun 2012

3. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan usaha ternak

(47)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Kelurahan Gundaling II

4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Kelurahan Gundaling II di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 12 - 32º C. Luas wilayah Gundaling II 200 ha dan berjarak ±11 Km dari kantor Bupati. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Sebelah Utara : Desa Gundaling I Sebelah Selatan : RM. Berastagi Sebelah Barat : Desa Gurusinga Sebelah Timur : Desa Lau Mulgap II

4.1.2 Keadaan penduduk

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Gundaling II tahun 2012 adalah 4166 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 2033 jiwa (48,7%) dan perempuan sebanyak 2133 jiwa (51,3%). Data ini diperoleh dari Data Monografi Kelurahan Gundaling II Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 96 2,3

2 6-15 923 22,1

3 16-21 1142 27,4

4 22-59 1876 45,1

5 ≥ 60 129 3.1

Jumlah 4166 100

(48)

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada golongan umur 22-59 tahun yaitu sebesar 1.876 jiwa (45,1%), dan jumlah golongan paling sedikit adalah pada golongan umur 0-5 tahun yaitu sebesar 96 jiwa (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian dominan berada pada usia produktif.

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Kelurahan Gundaling II yaitu 4166 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1120 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 2033 48,7

2 Perempuan 2133 51,3

Jumlah 4166 100

Sumber : Data Monografi Desa 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Yaitu laki-laki sebanyak 2033 jiwa dengan persentase 48,7% sedangkan perempuan sebanyak 2133 Jiwa dengan persentase 51,3%.

C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Gundaling II yaitu sebagai pegawai swasta. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 46 16,7

2 Pegawai Kesehatan 6 2,2

3 PNS/ABRI 53 19,3

4 Pegawai swasta 170 61,8

Jumlah 275 100

(49)

Tabel 5 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata pencaharian di Kelurahan Gundaling II adalah sebagai pegawai swasta sebesar 170 jiwa dengan persentase sebesar 61,8% dan mata pencaharian terkecil adalah pegawai kesehatan sebesar 6 jiwa dengan persentase sebesar 2,2%.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Gundaling II tersedia dengan baik, seperti sarana pendidikan sebanyak 8 unit, sarana kesehatan sebanyak 5 unit, dan sarana peribadatan sebanyak 6 unit. Kondisi jalan yang ada di Kelurahan Gundaling II cukup baik sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.

4.2 Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sempajaya

4.2.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Desa Sempajaya di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 20º C. Luas wilayah Desa Sempajaya 703 ha dengan luas dataran 633 ha dan perbukitan/pegunungan 70 ha dan berjarak ±15 Km dari kantor Bupati. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di bawah ini : Sebelah Utara : Hutan Negara

(50)

4.2.2 Keadaan penduduk

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Desa Sempajaya tahun 2012 adalah 8097 jiwa dengan rincian laki-laki 3965 jiwa (49%) dan perempuan 4132 jiwa (51%). Data ini diperoleh dari Data Monografi Desa Sempajaya Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-6 1083 13,40

Sumber : Data Monografi Desa 2010

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada golongan umur 26-45 tahun yaitu sebesar 2.065 jiwa (25,50%), dan jumlah golongan paling sedikit adalah pada golongan umur ≥76 tahun yaitu sebesar 353 jiwa (4,35%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian dominan berada pada usia produktif.

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Sempajaya berjumlah 8097 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1830 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 3965 48,9

2 Perempuan 4132 51,1

Jumlah 8097 100

(51)

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yaitu laki-laki sebanyak 3965 jiwa dengan persentase 48,9% sedangkan perempuan sebanyak 4132 Jiwa dengan persentase 51,1%.

C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Sempajaya yaitu sebagai pegawai swasta. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 52 23,5

2 Pegawai Kesehatan 13 5,9

3 PNS/ABRI 6 2,7

4 Pegawai swasta 150 67,9

Jumlah 221 100

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 8 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata pencaharian di Desa Sempajaya adalah sebagai pegawai swasta sebesar 150 jiwa dengan persentase sebesar 67,9% dan mata pencaharian terkecil adalah PNS/ABRI sebesar 6 jiwa dengan persentase sebesar 2,7%.

4.2.3 Sarana dan Prasarana

(52)

4.3. Karakteristik Peternak Sampel Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya

Peternak sampel di Kelurahan Gundaling II dan Desa Sempajaya yang dimaksud adalah seluruh peternak kelinci yang mengusahakan kelinci dengan jumlah ternak lebih dari 20 ekor.

4.3.1. Umur

Umur peternak merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha ternaknya. Semakin tua umur peternak cenderung kemampuan kerja semakin menurun, sehingga peternak membutuhkan pegawai tambahan sehingga mengeluarkan biaya tambahan pula yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Keadaan umur peternak sampel dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :

Tabel 9. Umur Peternak Responden di Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Berdasarkan Tahun 2012

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 32-40 13 65

2 41-50 7 35

Jumlah 20 100

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel 9 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 30-40 sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 65 % dan persentase terkecil berada pada kisaran umur 41-50 sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 35%. Artinya peternak sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usaha ternaknya.

4.3.2. Pendidikan

(53)

Karakteristik peternak sampel dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10. Pendidikan Peternak Sampel di Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pendidikan Dasar (SD) 0 0

2 Pendidikan Menengah Pertama (SMP) 13 65

3 Pendidikan Menengah Atas (SMA) 6 30

4 Sarjana 1 5

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata peternak kelinci di daerah penelitian memiliki tingkat pendidikan menengah pertama, yaitu sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 65% sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan menengah atas dan sarjana.

4.3.3. Pengalaman Berternak

Pengalaman peternak merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan peternak dalam melaksanakan kegiatan usaha ternaknya. Semakin lama peternak menekuni bidang peternakan, maka semakin tinggi kemampuannya dalam mengusahakan sebuah peternakan. Yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai peternak lebih banyak mengandalkan pengalaman. Pengalaman peternak responden dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11. Peternak Responden di Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Berdasarkan Pengalaman Tahun 2012

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1-5 14 70

2 6-10 5 25

3 >10 1 5

Jumlah 20 100

(54)

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman beternak paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran 1-5 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 70% dan yang mempunyai pengalaman bertani paling kecil berada pada >10 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi, sehingga masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.

4.3.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada peternak sampel rata-rata 2,4 orang, interval 0-7 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada peternak sampel di daerah penelitian berkisar pada kelompok tanggungan 2-3 orang yaitu sebanyak 14 orang. Jumlah tanggungan keluarga peternak sampel dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :

Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Sampel di Kelurahan Gundaling II dan Sempajaya Berdasarkan Tahun 2012

No Kelompok Jumlah Tanggungan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0-2 13 65

2 3-4 6 30

3 ≥5 1 5

Jumlah 20 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

(55)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tata Laksana Pengelolaan Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian

Usaha ternak Kelinci di Kelurahan Gundaling II dan Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ini pada umumnya adalah usaha mengembangbiakkan kelinci hias dan pedaging. Kelinci hias dan pedaging ini selain berasal dari peternak sekitar daerah penelitian, juga berasal dari luar daerah seperti daerah Lembang, Jawa Barat. Jenis kelinci yang di ternakkan adalah Angora, Rex, Fuji Loop, Lion, English Spot, New Zealand White dan lokal. Jenis kelinci lokal yang ada didaerah penelitian ini sebenarnya jenis kelinci yang berasal dari Eropa yang sudah bercampur dengan jenis lainnya sehingga sulit untuk dikenali. Tata laksana pengelolaan usaha ternak kelinci yang diterapkan peternak daerah ini meliputi : pembuatan kandang, reproduksi dan perkawinan, penanganan masa sebelum dan sesudah kehamilan, pemeliharaan, dan pencegahan penyakit. Berikut di jelaskan tata laksana pengelolaan usaha ternak kelinci di daerah penelitian :

A.Pembuatan Kandang

(56)

Lantai kandang kelinci dibangun 1,5 meter di atas permukaan tanah sehingga memperlancar sirkulasi udara. Dinding gubuk dibangun lebih tinggi dari kandang kelinci yaitu 5 meter dari atas tanah dengan tujuan menghindari angin dan hujan masuk ke dalam kandang. Selain itu, kandang kelinci di daerah penelitian dirancang sedemikian rupa agar kandang mudah untuk dibersihkan sehingga kesehatan kelinci dapat diperhatikan.

Peternak sampel di daerah penelitian kebanyakan menggunakan kayu broti sebagai penyangga kandang, kayu digunakan sebagai kerangka kandang, papan sebagai pembatas kandang yang satu dengan yang lainnya, jaring besi dipasang pada permukaan kandang. Untuk

lantai kandang menggunakan jaring besi dibagian depan pintu hingga kebagian tengah. Pada bagian belakang digunakan papan yang bertujuan agar kandang dapat dibersihkan dengan mudah dan sirkulasi udara didalam kandang tetap lancar.

(57)

kelincinya. Pada atap gubuk kelinci digunakan rumbia dan seng karena bila cuaca sedang panas, rumbia mampu menahan panas dan jika sedang hujan, seng mampu menahan air masuk ke dalam kandang kelinci.

Ukuran kandang kelinci yang digunakan peternak sampel adalah panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm. Kandang kelinci peternak sampel menggunakan model rangkai atau sering disebut kandang baterai. Kandang model ini berbentuk melebar ke samping dan bersekat sehingga walaupun angin kencang dan udara dingin, kehangatan udara di dalam kandang tetap terjaga. Tiap 1 unit kandang di isi dengan 1 ekor kelinci dewasa, terkecuali bagi indukan yang sedang menyusui akan tinggal bersama anak-anaknya dalam 1 kandang selama 2 minggu.

B. Reproduksi dan Perkawinan

Prosesi perkawinan yang dilakukan peternak sampel di daerah penelitian diawali dengan mempersiapkan indukan dan pejantan berumur antara 6 – 8 bulan. Peternak sampel biasanya mengawinkan 1 ekor pejantan dengan 8 sampai 10 ekor betina. Hal ini sesuai dengan tulisan Masanto dan Agus (2011) yang menyatakan bahwa perbandingan ideal jumlah bibit yang akan dipasangkan bisa mencapai satu ekor pejantan dan 10 ekor induk betina dengan umur 6 bulan atau lebih.

(58)

siap untuk kawin. Seperti kriteria yang dikemukakan oleh Nuning Priyatna (2011) bahwa kelinci mulai mengalami masa birahi pada umur 4 bulan dengan ciri-ciri alat kelamin yang terlihat memerah pada kelamin induk betina namun tidak ada perubahan warna pada alat kelamin pejantan. Selain itu, perilaku kelinci terlihat gelisah dan berjalan kesana-kemari menggosokkan dagunya ke dinding atau ke dasar kandang. Setelah pejantan mengenal tempatnya maka induk betina siap dimasukkan ke dalam kandang pejantan.

Proses perkawinan biasanya dilakukan pada pagi hari (jam 6 - 8) dan sore hari (jam 4 – 6) dan berlangsung singkat. Indukan betina dan pejantan akan saling mengenal dan terlihat bermain kejar-kejaran selama beberapa saat. Setelah berhenti biasanya pejantan akan menaiki tubuh betina dan proses ini akan selesai ditandai dengan terlepasnya tubuh pejantan hingga terjatuh. Beberapa menit kemudian pejantan akan menghampiri betina untuk melakukan perlawinan yang kedua. Keadaan ini akan berulang hingga 3 sampai 5 kali. Setelah itu induk betina segera diambil dan dikembalikan ke kandangnya.

C. Penanganan Masa Sebelum dan Sesudah Kehamilan

(59)

Selain memperhatikan pakan, peternak juga menjaga kebersihan kandang dan suasana yang tenang karena hal ini sesuai dengan pernyataan Nuning Priyatnya (2011) bahwa kondisi lingkungan yang tidak optimal dapat menyebabkan stress dan akan mempengaruhi kondisi bayi yang dikandung kelinci.

Didalam kandang indukan kelinci yang sedang hamil, di pasang kotak yang terbuat dari papan sebagai tempat kelinci melahirkan, karena seminggu sebelum proses kelahiran terjadi, kelinci akan merontokkan bulunya sebagai selimut dan alas untuk melahirkan. Seekor induk kelinci mampu melahirkan 6 – 12 ekor anakan (Ahmad Yunus, 2011) Pada daerah penelitian, kelinci paling sering melahirkan 6 – 10 ekor anakan. Biasanya proses kelahiran terjadi pada malam hari.

Setelah melahirkan, perawatan induk kelinci sama seperti saat kehamilan. Anak kelinci yang baru lahir berwarna kemerah-merahan dan tidak berbulu. Organ tubuh dan telinganya juga belum berfungsi sempurna. Setelah bayi kelinci berumur 7 hari, maka bulu-bulu halus mulai tumbuh dan mata akan mulai terbuka. Pada hari kesepuluh barulah organ-organ anak kelinci mulai berfungsi sempurna. Penyapihan dapat dilakukan peternak sampel setelah anak kelinci berumur 40 hari dan induknya sudah dapat dikawinkan kembali.

(60)

Gambar 5. Induk Kelinci dan Anakan Dalam Masa Penyapihan

D. Pemberian Pakan dan Pemeliharaan

Peternak sampel di daerah penelitian memberikan pakan pada ternak kelinci 2 kali dalam 1 hari yaitu jam 7 – 8 pagi dan jam 4 – 5 sore. Pakan yang diberikan peternak ada 2 jenis yaitu wortel dan daun kol yang berasal dari lahan pertanian sekitar peternakan. Peternak sampel biasanya tidak memberikan air minum pada ternaknya karena kandungan air di dalam wortel sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak kelinci. Seekor kelinci dewasa biasanya mampu menghabiskan 1,5 – 2 kg wortel dan daun kol.

Pemeliharaan kelinci dilakukan oleh peternak sampel pada jam 11 – 1 siang. Kegiatan yang dilakukan peternak sampel yaitu memberikan pakan tambahan dalam jumlah yang secukupnya untuk selingan sambil memeriksa keadaan ternaknya serta membersihkan kandang kelinci dari sisa-sisa makanan maupun kotoran kelinci yang ada didalam kandang.

(61)

jangka 6 bulan sekali peternak sampel akan mengganti jaring besi bagian bawah kandang kelinci yang biasanya berkarat dan patah-patah. Keadaan ini dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kelinci karena bisa tertusuk kawat yang patah. Berdasarkan uraian di atas secara garis besar pada daerah penelitian tata laksana pengelolaan ternak kelinci di daerah penelitian relatif sesuai dengan anjuran yang di kemukakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Karo.

5.2 Produktivitas Usaha Ternak Kelinci di Daerah Penelitian

Produktivitas dalam hal ini adalah jumlah anak kelinci yang dilahirkan oleh setiap induk betina dalam satu periode (dua bulan). Produktivitas ternak kelinci di daerah penelitian rata-rata sebanyak 6 ekor anak per induk betina. Untuk setiap satu ekor induk betina paling sedikit dapat melahirkan 5 ekor dan paling banyak 7 ekor anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi setiap induk yang berkisar antara 5 - 7 ekor anakan. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pernyataan Masanto dan Agus (2011) bahwa seekor induk kelinci betina dalam sekali melahirkan sebanyak 8 ekor anak dengan perbandingan 4 ekor paling sedikit dan 12 ekor anak paling banyak.

(62)

Mengatur jarak kelahiran akan mempercepat proses kelahiran selanjutnya. Untuk mengatur jarak kelahiran anak kelinci harus diketahui terlebih dahulu data biologi yang terkait dengan kelinci, seperti :

• Umur Hidup : 5-10 tahun

• Lama Produksi : 1-3 tahun

• Lama Kehamilan : 28-35 hari

• Lama Penyapihan : 6-8 minggu

• Umur Dewasa : 4-10 bulan

• Umur Dikawinkan : 6-12 bulan

• Siklus Kelamin : dalam 1 tahun bisa 5 x hamil

• Siklus Birahi : sekitar 2 minggu

• Periode Estrus : 11-15 hari

• Ovulasi : terjadi pada hari perkawinan (9-13 jam kemudian)

• Fertilitas : 1-2 jam sesudah kawin

• Jumlah Anak Lahir : 4-12 ekor

• Volume Darah : 40ml/kg berat badan

Menurut literatur, kelinci tipe sedang (bobot dewasa 4 kg) mulai dikembangbiakkan setelah berumur 6-7 bulan dengan masa birahi dan proses perkawinan berlangsung selama 3 minggu, lama induk mengandung sekitar 31 hari dan lama induk mengasuh anak 56 hari.

Gambar

Gambar 2.Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak Kelinci Menurut Kecamatan Tahun 2011
Tabel 2. Jumlah Ternak Kelinci Pada Setiap Desa / Kelurahan di Kecamatan berastagi Tahun 2011
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sembakung di dapatkan nyamuk yang diduga sebagai vektor dari filariasis adalah M.uniformis, M.annulata, M.indiana dan Cx.quinquefasciatus sedangkan hasil survei

Bangunan rumah tinggal dengan sistim pracetak (precast) yang didesain dengan daktilitas yang cukup akan memberikan kemudahan, kecepatan dan keamanan yang baik

Tujuan unluru penelitian ini adalah untuk menipelajari keikutsertaan pasangan usia subur dalam program Keluarga Berencana pada saat krisis ekonomi. Secara khusus tujuan

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel penelitian. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus uji normalitas

Wanawake wamekuwa wakijua na kutambua kuwa wanabaguliwa, kugandamizwa na kunyanyaswa na wanaume na wakati huo huowanaume huona kuwa ni haki yao na mwanamke ndivyo anavyotakiwa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa peranan aparatur pemerintah Distrik dalam pelaksanaan administrasi di Distrik Sidey, belum dilaksanakan

Program penanggulangan kemiskinan yang sudah dan sedang dijalankan oleh pemerintah pusat dan DIY antara lain yaitu: Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program

kebocoran pada tube bundle yang disebabkan karena adanya cacat pengelasan hingga 41,1% sedangkan standar yang diterima oleh perusahan adalah 20% dari. keseluruhan