• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PERKEMBANGAN DEMOKRASI MYANMAR PASCA PEMERINTAHAN JUNTA MILITER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSPEK PERKEMBANGAN DEMOKRASI MYANMAR PASCA PEMERINTAHAN JUNTA MILITER"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tatanan sosial dunia dibentuk seiring dengan keberadaan kehidupan manusia di bumi ini. Semakin berkembangnya peradaban manusia, maka usaha untuk menciptakan tatanan sosial yang lebih baik akan dilakukan, salah satunya dengan berinteraksi secara ekonomi maupun politik dan menciptakan peraturan untuk menertibkan dunia, salah satunya dengan sistem demokrasi. Istilah demokrasi muncul pertama kali di Yunani Kuno, sekitar 5 tahun sebelum Masehi.1Memasuki peradaban manusia sejak abad ke-17 di mana konsepsi negara bangsa telah terbentuk mondorong munculnya berbagai pemikiran dan paradigma dalam memandang sistem dunia, hingga abad 19 negara bangsa semakin banyak berdiri, sehingga sistem dunia berubah mejadi konsep sistem internasional sehingga penerapan demokrasi pun meluas.

Pemerintahan demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia. Diterimanya konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa konsep ini merupakan tata pemerintahan yang paling unggul dibandingkan dengan tata pemerintahan lainnya.2 Hampir semua negara di seluruh dunia menggunakan

1

Sejarah dan Perinsip demokrasi, dalam :

http://id.shvoong.com/social-sciences/1959736-sejarah-dan-prinsip-demokrasi/ diakses pada tanggal 6 maret 2013.

2

Dea Anandya. Pengertian Budaya Demokrasi.

(2)

konsep atau sistem pemerintahan demokrasi dalam pemerintahannya. Tidak terlewatkan negara Myanmar pada tahun 2003, menyatakan akan memulai “peta

jalan menuju demokrasi” (road map to democracy) di tahun 2004. Janji tersebut dinyatakan oleh menteri Luar Negeri Myanmar saat itu, Win Aung, dalam sebuah forum internasional di bangkok yang diberi nama “Bangkok process”.3

Myanmar4 sebenarnya merupakan negara yang terkenal tertutup terhadap dunia Internasional, hal tersebut dikarenakan sejak tahun 1962, Myanmar, atau pada saat itu masih disebut Burma, telah dikuasai pemerintah Junta Militer setelah kudeta yang dilakukan oleh Jenderal ne Win (menandai berakhirnya pemerintahan Perdana menteri U Nu). Sejak saat itu kepemimpinan nasional Myanmar dikuasai oleh rezim militer yang menjalankan sistem pemreintahan secara represif.

Dengan Undang-undang Darurat (Martial Law) di bawah kendali State law and Order Restoration Council (SLORC), yang pada tanggal 17 November 1997 berubah menjadi State Peace and Development Council (SPDC). Myanmar sebagai negara dengan Pemerintahan Junta MIliter, kerap kali menjadi pusat perhatian dunia dan masyarakat Internasional atas berbagai isu global dan pelanggaran, seperti: pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), Perdagangan Narkotika, Kerja Paksa, dan Pelanggaran Demokrasi serta Pengusnsian etnis

37643589&biw=1360&bih=587. Diakses dari internet dalam bentuk Document tanggal 5 Oktober 2012.

3

Rizky Amalia Nurrahmah. Peran ASEAN Dalam Proses Demokratisasi di Myanmar. Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Veteran, Jakarta 2011.

4

(3)

Rohingya.5 Masalah keamanan dan pemerintahan Junta Militer yang telah ada sejak tahun 1960an melatarbelakangi dikeluarkannya beberapa kebijakan embargo, baik itu embargo militer sampai embargo ekonomi terhadap Myanmar. Embargo serta tekanan internasional terhadap Myanmar semakin kuat dan intens sejak tragedi terbunuhnya lebih dari 100 demonstran yang menuntut penggantian sistem pemerintahan menjadi sistem demokrasi dan menginginkan pembubaran pemerintahan Junta Militer di tahun 1988 yang disebabkan tindakan represif dan otoriter pemerintah Junta Militer. Hal lain yang turut menjadi penyebab tekanan dunia internasional terhadap Myanmar adalah pembatalan secara sepihak hasil pemilu demokrasi di tahun 1990an yang dimenangkan oleh Partai NLD (Partai Demokrasi) yang dipimpin oleh Aung San Su Kyi, pemenang Nobel perdamaian

tahun 1991, oleh pemerintah Junta Militer.

Melihat situasi yang terjadi di Myanmar tersebut, Tekanan (represif) dari negara-negara luar (mayoritas negara berlabel Pro-demokrasi: AS dan beberapa negara Eropa dan Asia) mulai muncul, seperti melakukan pemutusan beberapa

hubungan bilateral, embargo, pelarangan beberapa perusahaan untuk berinvestasi dan melakukan hubungan kerjasama di bidang apapun termasuk ekonomi dan perdagangan dengan Myanmar, serta di keluarkan-nya Resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) yang diajukan Amerika Serikat (AS) pada Januari 2007 menggugat Pemerintah Militer Myanmar untuk segera dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Gugatan tentang dihormatinya HAM dan ditegakkannya demokrasi dengan segera di dalam negeri Myanmar yang merupakan upaya akhir

5

(4)

dari komunitas Internasional.6Tampaknya memberikan efek sadar kepada negara Myanmar akan pentingnya hubungan internasional dan bersikap terbuka serta untuk kepentingan nasionalnya (national interest) dalam berbagai sektor untuk perlahan-lahan mengubah sistem pemerintahan negara menuju demokrasi. Hasilnya pada tahun 2011 Pemerintahan Junta Militer pimpinan Jenderal Senior Than Shwe resmi dibubarkan. State Peace and Development Council (SPDC), partai politik yang sejak 1988 memprakarsai Junta Militer berkuasa di Myanmar juga resmi dibubarkan. Myanmar kini memiliki pemerintahan baru, Republik Kesatuan Myanmar (Republic of the Union Myanmar) berdasarkan konstitusi yang disahkan pada tahun 2008.7 Konstitusi tersebut terdiri dari 15 Bab dan 457 Pasal yang meliputi pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara di segala bidang termasuk pengaturan dasar negara, Bentuk negara, Kepala negara, Legislatif, Eksekutif, Judikatif, Pertahanan warga negara, Pemilihan Umum, lambang Negara, Pasal Peralihan dan pasal Umum.8

Isu perkembangan terakhir yang terjadi di Myanmar, yaitu perkembangan politik, dimana diselenggarakanya pemilu sela yang dilaksanakan pada bulan april 2013 dan dalam pemilu sela tersebut memenangkan Aung San Suu Kyi di kursi parlemen,9. Myanmar juga resmi menjadi kursi ketua ASEAN pada tahun 2014, Presiden Thein Sein menjadi di tema kepemimpinan negara Myanmar dalam

6

Awani Irewati. Myanmar dan Matinya Penegakan Demokrasi. Jurnal Penelitian politik,LIPI. Vol.4, No.1, 2007.

7

Maria Rita. Junta Militer Burma Dibubarkan. Di akses dari internet tanggal 6 Oktober 2012. http://www.tempo.co/read/news/2011/03/31/118324074/Junta-Militer-Burma-Dibubarkan

8

Rizky Amalia Nurrahmah.Ibid,,, hal. 5

9

Pemilu legislatif Myanmar, Suu Kyi Jadi Wakil Rakyat.,

(5)

keketuaanya di ASEAN adalah “Bergerak maju dalam persatuan di sebuah komunitas makmur dan damai”.10 Serah terima keketuaan Myanmar dilaksanakan di Brunei Darussalam dimana sebelumnya di ketuai oleh Sultan Hassanal Bolkiah. Keketuaan negara Myanmar juga diwarnai dengan keprihatinan atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap kelompok minoritas, meski sejumlah reformasi sudah dilakukan. Posisi ketua ASEAN itu diberikan kepada Myanmar setelah reformasi politik yang telah mengarah pada pencabutan sebagian besar sanksi internasional.11

Isu Sosial yaitu, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi negara Myanmar dan dalam kunjungan tersebut membahas masalah etnis Rohingya dalam kesempatan bertemu dengan Presiden Myanmar Thein Sein, di Istana Kepresidenan NayPyiTaw Myanmar, dalam kunjungan tersebut SBY memberikan pendapat kepada Myanmar untuk rekonsiliasi antar etnis. menyampaikan dorongan dan masukan agar pemerintah Myanmar melanjutkan upaya rekonsiliasi antaretnis tekait, Rohingya dan Rakhine. Indonesia negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, mendorong, dan menganjurkan Myanmar untuk meneruskan rekonsiliasi dalam masalah ini.

Isu Ekonomi yaitu, pada pertemuan dengan Thein Sein tersebut juga membicarakan perlunya diciptakan peluang ekonomi. Presiden Myanmar

10

Myanmar jadi ketua ASEAN http://www.suarapembaruan.com/internasional/myanmar-jadi-ketua-asean/43314. di akses pada 14 oktober 2013.

11

Burma ambil alih kekuasaan ASEAN,

(6)

mengundang Pemerintah Indonesia melalui BUMN bekerja sama di bidang ekonomi serta berinvestasi di negara Myanmar.12

Perubahan atau pergantian sistem pemerintahan di myanmar yang sebelumnya dari sitem pemerintahan junta militer menjadi sistem demokrasi telah menjadi isu internasional. Karena itu, penulis ingin mengangkat masalah perubahan sistem pemerintahan ini menjadi skripsi yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Perkembangan Demokrasi Myanmar setelah sebelumnya menggunakan sistem pemerintahan junta militer dengan judul “Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta

Militer”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran dan pengamatan dengan adanya perubahan sistem pemerintahan yaitu pasca transisi pemerintahan junta militer ke arah demokrasi. Maka, penulis ingin mengetahui: Bagaimana Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengetahui dan mampu mendeskripsikan proses perkembangan demokrasi di negara myanmar sebagai bentuk transisi sistem pemerintahan Junta Militer ke arah Demokrasi.

12

Fajar Nugraha, Temui Presiden Myanmar, SBY Bahas Rohingya ,

(7)

1.3.2. Mampu memahami Prospek perkembangan demokrasi di negara Myanmar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

a) Dengan adanya penelitian ini maka akan memperluas kajian ilmu hubungan internasional yang fokus pada suatu negara yang mengalami proses reformasi demokrasi dari sistem pemerintahan junta militer. b) Menjadi referensi serta bahan rujukan bagi mahasiswa dan semua

kalangan dalam meneliti suatu kasus yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintahan Indonesia yang juga pernah mengalami proses pergantian sistem pemerintahan ke arah demokrasi.

1.5. Penelitian Terdahulu

(8)

Amalia Nurrahmah13 pada tahun 2011, ”Peran ASEAN Dalam Proses Demokratisasi di Myanmar”. Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran ASEAN yang tidak mendukung pemerintahan militeristik di Myanmar. ASEAN melakukan pendekatan soft diplomacy dalam mengantarkan Myanmar menuju negara yang nantinya dapat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan dapat diterapkan demokrasi. PendekatanSoft diplomacy yang diterapkan ASEAN secara organisatoris terhadap Myanmar tersebut yaitu pendekatan constructive engagement(keterlibatan konstruktif) yang intinya adalah upaya untuk membantu menyelesaikan persoalan internal Myanmar dengan cara-cara ASEAN (ASEAN’s Way) tanpa harus menggunakan kekerasan.

Hasil dari penelitian tersebut adalah melalui soft diplomacynegara-negara ASEAN yang menyelesaikan masalah secara persuasif dengan melakukan promosi demokrasi dan tidak menggunakan kekuatan militer ataupun embargo untuk mengisolasi Myanmar. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya prinsip non-intervensi ASEAN yang telah dijamin dalam Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan tidak ikut campur tangan (non-interefence) dalam urusan domestik negara yang berdaulat. Peran serta ASEAN dalam demokratisasi di Myanmar memberikan peluang terciptanya suatu negara yang bersikeras untuk mempertahankan sistem pemerintahan otoriter dan tertutup melalui Junta Militer berubah dan perlahan-lahan menjadi negara yang demokrasi.

13

(9)

Penelitian terdahulu yang kedua, penelitian yang dilakukan oleh Awani Irewati14 pada tahun 2007, ”Myanmar dan matinya Penegakan demokrasi.” Penelitian tersebut menjelaskan sulitnya penegakan demokrasi di Myanmar. Penelitian ini juga menjelaskan profil, letak geografis negeri Myanmar, pergolakan antar kelompok etnis, eksistensi kekuasaan Junta Militer, sanksi internasional dan konflik perbatasan thailand-myanmar yang disebabkan pengungsian etnis minoritas Myanmar yang mengungsi untuk menghindari pengejaran Junta Militer Myanmar. Selain itu penelitian ini menjelaskan perjuangan kemerdekaan Myanmar sejak inggris menguasai dan menjajah negara tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah pengharapan rakyat myanmar atas dibukanya pintu demokrasi terutama yang diperjuangkan oleh ikon demokrasi Aung San Suu kyi sesungguhnya masih jauh dari jangkauan realisasinya. Begitu kompleksnya pergolakan politik yang terjadi di dalam negeri sebenarnya tidak dimulai ketika Junta Militer mengambil alih kekuasaan tahun 1962. Jauh sebelum diperoleh kemerdekaan Myanmar tahun 1948 dari Inggris, lewat upaya Aung san (tokoh nasionalis dan ayah dari Aung San Suu kyi) dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya upaya mewujudkan persatuan Myanmar sebenarnya sudah sering diusahakan. Akan tetapi, realisasi menciptakan rasa persatuan di masyarakat Myanmar saat itu terdistorsi oleh strategi kekuatan penjajah, baik Jepang maupun Inggris yang menggunakan kelompok-kelompok etnis untuk mencari celah menguasai Myanmar.

14

(10)

Penelitian terdahulu yang ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Adian Firnas15 pada tahun 2003, ”Prospek Demokrasi di Myanmar.” Penelitian tersebut menjelaskan tentang adanya prospek demokrasi yang bisa di terapkan di Myanmar walaupun sangat susah dan sulit untuk di terapkan dengan cepat di Myanmar, Sebagai negara yang masih dikuasai rezim militer, bukan berarti tidak ada gerakan demokrasi di negara ini. Seberapa pun derasnya arus demokrasi melanda negara ini, Keterlibatan militer dalam penggagalan demokrasi kembali dilakukan pada tahun 1990. Ketika itu Jenderal Saw Maung membatalkan hasil pemilu 27 Mei 1990 yang menempatkan National Leaque for Democration (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi sebagai pemenang pemilu.

Hasil dari penelitian ini adalah perkembangan negara Myanmar menuju sebuah negara yang demokratis relatif berjalan setengah setelah negara tersebut dikuasai oleh rezim militer. Tanda-tanda kehidupan demokrasi di negara ini semakin tenggelam dengan adanya keinginan yang kuat dari pihak militer untuk tetap mempertahankan dan memperkuat kekuasaannya di negara tersebut. Nampaknya dibutuhkan peranan besar dari komunitas internasional untuk memberikan spirit terhadap setiap gerakan demokrasi yang terjadi. Tekanan secara simultan harus terus dilakukan terhadap rezim yang berkuasa untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan meninggalkan watak otoriterisme yang terbukti semakin tidak populer dalam era globalisasi ini.

15

(11)
[image:11.595.116.512.128.740.2]

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Nama/Judul Metode Hasil Penelitian

1. 2. 3. 4. Rizky Amalia Nuraramah, 2011 “Peran ASEAN dalam Proses Demokratisasi di Myanmar”

Awani Irewati, 2007 ”Myanmar dan Matinya Penegakan Demokrasi”. Muhammad Adian Firnas, 2003 ”Prospek Demokrasi di Myanmar Assazali Sibawaihi, 2012 ”Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer” Eksplanatif PendekatanSoft Diplomasi Diskriftif analitik Teori demokrasi perdamaian. Diskriftif National Interest, Demokrasi Prediktif, Konsep Demokrasi, Demokratisasi, Pretorianisme, Hubungan Supil dan Militer.

Melalui soft diplomasi, peran serta ASEAN dalam demokratisasi di Myanmar memberikan peluang terciptanya Suatu negara yang bersikeras untuk mempertahankan sistem pemerintahan otoriter dan tertutup melalui Junta Militer dan Pelahan-lahan menjadi negara demokrasi.

Pengharapan rakyat myanmar atas terbukanya pintu demokrasi terutama yang di perjuangkan oleh ikon demokrasi Aung San SuuKyi sesungguhnya masih jauh dari jangkauan realisasinya.

Tekanan secara simultan harus terus dilakukan terhadap rezim yang berkuasa untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan meninggalkan watak otoriterisme yang terbukti semakin tidak populer dalam era globalisasi ini.

(12)

Dari ketiga penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu proses demokratisasi di Myanmar, Namun selain persaamaan ada juga perbedaan dari ketiga penelitian terdahulu dengan penulis. Penelitian yang peneliti lakukan adalah mengenai “Prospek Perkembangan Demokasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer”, yang

lebih menekankan pada persfektif politik kearah perkembangan demokrasi pasca pemerintahan junta militer.

1.6. Landasan Teori dan Konsep

Sebagai dasar untuk memahami dan membantu dalam menggambarkan bagaimana fenomena yang akan dibahas, maka perlu suatu konsep untuk menyusun argumen dasar yang tepat serta sebagai kerangka pemikiran yang akan membantu penulis untuk lebih fokus terhadap analisa fenomena tersebut yang terdiri dari:

1.6.1. Demokrasi

Demokrasi, yaitu merupakan tata pemerintahan yang paling unggul dibandingkan dengan tata pemerintahan lainya16, walaupun bukan tujuan akhir dari sebuah negara yang terlembaga. Berbicara demokrasi, tidak akan terlepas dari demokrasi liberal yang dianggap sebagai model utama demokrasi. Walaupun banyak varian atau bentuk bahkan banyak alternatif telah ditawarkan, demokrasi liberal selalu menjadi rujukan dalam setiap pembicaraan terkait demokrasi atau

16

(13)

konsep demokrasi.17 Di awali pada tahun 1942 dengan teori demokrasi klasik menurut Joseph Schumpeter, yang mendefinisak demokrasi dengan istilah “kehendak rakyat ( the will of the people )” sebagai sumber dan ”kebaikan

bersama (the common good) sebagai tujuan yang kemudian berubah menjadi “metode demokratis” yang artinya adalah prosedur kelembagaan untuk mencapai

keputusan politik yang didalamnya individu yang memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui perjuangan kompetitif dalam rangka meperoleh suara dari rakyat.18

Kemudian, Robert Dahl muncul dengan argumennya sendiri yang menyatakan bahwa demokrasi mengundang dua dimensi yaitu kontes dan partisipasi, dan menjelaksa bahwa demokrasi mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan untuk berbicara, menerbitkan, berkumpul, dan berorganisasi, yang dibutuhkan bagi perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye-kampanye pemilihan itu.19Sedangkan menurut Fukuyama dalam teorinya yang berjudul “End of History”mendefinisikan demokrasi sebagai suatu pemerintahan yang berdasarkan rakyat dengan mencampurkan unsur liberalisme didalamnya.

Bericara mengenai demokrasi setidaknya kita harus mengenal dua pendekatan utama yang lazim digunakan dalam memahami demokrasi itu sendiri, yaitu20:

17

Abu B. Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hal 272-273.

18

Samuel P. Huntington, 1995,Gelombang Demokrasi Ketiga,Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal 4-5.

19

Ibid...Hal 6.

20

(14)

1. Demokrasi Prosedural adalah berdasarkan gagasan Joseph Schumpeter bahwa demokrasi sebagai metode politik.

2. Demokrasi Subtantif adalah mengukur demokrasi secara maksimal dengan memasukkan dimensi non-politik seperti sosial, ekonomi dan budaya.

Sedangkan untuk menilai sebuah sistem itu demokrasi atau tidak, terdapat beberapa indikator tertentu yang dapat membantu kita menilai, seperti21 Kontrol terhadap negara, dimana keputusan-keputusannya dan alokasi-alokasi sumber daya dilakukan secara faktual dan teoritik terhadap para pejabat publik yang terpilih, kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional oleh kekuasaan otonom institusi-institusi pemerintahan anatara lain peradilan. Terdapat pula prinsip-prinsip demokrasi yaitu22 Adanya pembagian kekuasaan dalam negara, mengacu pada pendapat John Locke mengenai trias politika; Pemilihan umum yang bebas dimana kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Kedaulatan menjadi aspirasi seluruh rakyat melalui wakil-wakil rakyat dalam lembaga legislatif; Manajemen yang terbuka ditunjukan untuk mencegah terciptanya negara yang kaku dan otoriter, sehingga rakyat perlu diikutsertakan dalam menilai pemerintahan; Kebebasan Individu dimana negara harus menjamin kebebasan warga negara dalam berbagai bidang misalnya, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan berusaha dan sebagainya. Namun kebebasan tersebut harus dijamin undang-undang yang tidak merugikan kepentingan orang lain; Peradilan

21

Ibid.,Hal 47-48. Ukuran ini juga digunakan oleh lembaga Freedom House untuk mengukur demokrasi negara-negara di dunia.

22

(15)

yang bebas, dimana melalui pembagian kekuasaan, lembaga yudikatif memiliki kebebasan dalam menjalankan perannya.

Di dalam negara demokrasi, hukum berada dalam kedudukan tertinggi dan tidak dapat dipengaruhi lembaga negara yang lain, pengakuan hak minoritas, setiap negara memiliki keanekaragaman masyarakat yang dapat dilihat dari suku, agama, ras maupun golongan. Keberagaman menciptakan adanya kelompok mayoritas dan minoritas dimana kedua kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, untuk itu negara wajib melindungi warga negara tanpa mebeda-bedakan satu sama lain, kebebasan Pers, dimana dalam sebuah negara demokrasi, kehidupan dan kebebasan pers harus dijamin oleh negara. Pers harus bebas menyampaikan opini dan dan kritik terhadap pemerintahan maupun diri seorang pejabat, partai politik. Parpol juga menjadi sebuh wadah bagi warga negara untuk menyalurkan aspirasi politiknya.

Demokrasi juga mempunyai tahapan-tahapan khusus dalam proses perkembangannya menuju demokrasi yang penuh (fully democracy) yaitu:

- Liberalisasi, dimana dibutuhkan sebuah kebijakan yang heterogen dengan perubahan sosial, seperti pengendoran kontrol terhadap pers, pelonggaran ruang bagi organisasi aktivitas-aktivitas kelas pekerja yang lebih otonom, meperkenalkan jaminan-jaminan perlindungan hukum bagi individu-individu semacam habeas corpus, pembebasan tahanan politik, terbukanya peluang bagi kepulangan para pelarian dari luar neegeri, dan yang sangat penting yaitu adanya toleransi oposisi.23

23

(16)

- Transisi, merupakan titik awal atau selang waktu antara rezim otoriter dan rezim demokratis. Masa transisi muali bergulis atau dimuali dari ambruknya rezim otoriter lama yang kemudian diikuti atau berakhir dengan pengesahan (instalasi) lembaga-lembaga politik dan aturan politik baru di bawah payung demokrasi.24

- Konsolidasi, adalah bentuk pemantapan rezim otoriter baru dan instalasi demokrasi, dalah hal ini, rezim demokratis yang baru dilembagakan dan dikonsolidasikan. Konsulidasi merupakan sebuah proses mengurangi kemungkinan pembalikan demokratisasi. Konulidasi deokrasi mencakup stabilitas, rutinitasm institusionalisasi dan atau legitimasi terhadap bentuk-bentuk perilaku yang relevan secara politik.25

Linz dan stephen menjelaskan lima arena untama untuk melakukan konsolidasi demokrasi modern yaitu: Masyarakat sipil, Masyarakat Politik, Supremasi Hukum Aparatus negara, Masyarakat ekonomi26

Konsep demokrasi ini dibutuhkan dalam membantu menentukan jenis dan pendekatan demokrasi di Myanmar, Sebagaimana kita ketahui negara Myanmar yang telah melakukan poses pergantian sistem pemerintahan. Untuk itu penulis menggunakan konsep demokrasi untuk dapat memahami cara kerja sistem demokrasi di suatu negara yang sebelumnya atau saat Junta Militer berkuasa.

24

Ibid.,Hal 118-119

25

Ibid.,hal 119-121.

26

(17)

Konsep demokrasi juga menjadi acuan untuk mendeskripsikan prospek perkembanga demokrasi di Myanmar sebagai alat ukur keberhasilan pencapaian sistem pemerintahan demokrasi.

1.6.2 Demokratisasi

Demokratisasi merupakan kata yang tidak bisa dipisahkan dari demokrasi, Menurut Georg Sorensen, demokratisasi adalah suatu perubahan sebuah sistem politik dari nondemokratis ke arah demokratis.27 Dalam pandangan Gramae Gill, demokratisasi merupakan suatu proses dan didefinisikan sebagai proses pergantian struktur politik otoroter menjadi sistem politik yang kedaulatannya meluas dan diperaktikan oleh rakyat.28 Tujuan demokratisasi adalah menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berpolitik. Ciri utama proses demokratisasi yaitu terjadinya pergeseran dari rezim otoriter ke arah sistem politik yang lebih terbuka dan demokratis. Sedangkan Menurut Samuel P. Huntington, model skenario demokratisasi dibagi menjadi empat bagian, yaitu29:

- Transformasi yang berarti proses demokratisasi terjadi ketika elit yang berkuasa mempelopori perwujudan demokrasi.

- Replacement yang berarti proses demokrasi terjadi ketika kelompok oposisi mempelopori proses perwujudan demokratisasi dan rezim otoriter tumbang atau di gulingkan.

27

Georg Sorensen, 2008,Democracy andDemokratization: Processes and Prospects in a Changing World (Third Editions), Wesview, Colorado, hal 115.

28

Gramae Gill,Liberalization and Demokratization in the Union and Rusia,demokratizationVol. 2 No. 3, Autumn 1995, hal. 315.

29

(18)

- Transplacement yaitu jika proses demokratisasi yang terjadi merupakan hasil tindakan kelompok pemerintahan dan kelompok oposisi.

Sehingga dapat di simpulkan dari tiga definisi tersebut bahwa demokratisasi adalah suatu proses terjadinya transisi dalam perubahan sistem politik menuju demokrasi.

Konsep ini digunakan sebagai pedoman dalam memahami makna dari demokratisasi, sehingga dapat menjelaskan dengan benar dan jelas apa itu demokratisasi. Myanmar yang saat ini dalam tahap demokratisasi, yaitu wacana yang dimulai dari tahun 2003 dan ahirnya pada 2010 sudah mulai menjalankan proses demokratisasi yaitu mengganti sistem pemerintahan junta militer dengan melaksanakan pemilihan umum.

1.6.3 Kudeta Militer & Pretorianisme

Kudeta adalah sebuah gerakan penyusupan kecil ke dalam sebuah sistem pemerintahan yang sedang genting untuk melakukan pergantian pemerintahan dari rezim yang berkuasa.30 Pretorianisme adalah militer yang keahlian dan pengetahuannya tidak terspesialisasikan sehingga cenderung melakukan intervensi pada pemerintahan sebagai wujud pengabdian kepada bangsa dan negara dengan bentuk dominasi kelompok atau grup.

30

(19)

Pretorian bisa juga disebut atau dikarakan sebagai campur tangan militer dalam politik. Pretorian dapat diklasifikasikan sebagai31:

1. Pretorian Moderator : Pretorian yang mengawasi jalannya pemerintahan pihak sipil, namun tidak menerima adanya supremasi sipil.

2. Pretorian Pengawal : Pretorian yang menggingkan pemerintahan sipil kemudian menjalankan pemerintahan baru dalam kurun waktu dua hingga empat tahun.

3. Pretorian Pemerintah : pretorian yang menguasai pemerintahan dan mendominasi rejim tersebut.32

Konsep ini digunakan untuk menjelaskan dua aspek kudeta dan Pretorianisme di atas yang mana keduanya merupakan bagian negatif dari sebuah demokrasi. Kudeta dan Pretorianisme saling terhubung, karena hampir semua kudeta dilakukan oleh kalangan militer, padahal dalam demokrasi militer haram hukumnya untuk masuk dalam politik kecuali purnawirawan militer.

Myanmar yang dikenal sebagai negara dengan sistem pemerintahan junta militer yang mana didalamnya terdapat campur tangan militer yang ikut serta dalam lembaga politik serta menjalankan pemerintahan secara refresif dan otoriter melakukan berbagai pelanggaran HAM, pelanggaran Demokrasi, serta pengusian rohingya.

31

Junita Setia Ginting. Pretorian Dalam Perkembangan Politik Negara Beerkembang. Jurnal Unibersitas Sumatera Utara Vol 3 No. 5.

32

(20)

1.6.4 Hubungan Sipil - Militer

Dalam mewujudkan sistem politik yang demokratis diperlukan adanya penataan hubungan sipil-militer karena kontrol terhadap militer yang bertugas sebagai state apparatus sepenuhnya dipegang oleh pemerintahan sipil yang mengacu pada konsep supremasi sipil atas militer (civilian supremacy upon the military)33. Samuel Huntington menjelakan bahwa terdapat dua konsep yang menjelaskan bagaimana kontrol sipil itu dilakukan, yaitu34:

1. Subjective civilian control yaitu memaksimalkan kekuasaan sipil. Model ini diartikan terdapat upaya meminimalkan kekuasaan militer dan memaksimalkan kekuasaan kelompok-kelompok sipil.

2. Objektive civilian control yaitu memaksimalkan prfesionalisme militer. Model ini diartikan adanya pembagian kekuasaan politik antara kelompok militer dan kelompok sipil yang kondusif menuju perilaku profesional.

Menurut Huntington, penegakan paradigma supremasi sipil identik dengan adanya kontrol efektif dari sipil terhadap militer. Kesimpulan dari kontrol objektif adalah adanya pengakuan otonomi militer profesional sedangkan kontol sipil subjektif adalah pengingkaran sebuah independensi militer. Kontrol sipil objektif akan menghasilkan hubungan sipil dan militer yang sehat dan lebih berpeluang menciptakan supremasi sipil, sebaliknya kontrol sipil subjektif akan membuat hubungan sipil-militer menjadi tidak sehat.

33

Civilian supremacybukanlah sekedar orang-orang sipil terhadap personel-personel militer karena prinsip ini menjunjung tinggi keputusan-keputusan politik darithe elected politicians sebagai plaksana dari asas kedaulatan rakyat.

34

(21)

1.7. Metodelogi Penelitian

1.7.1. Batasan Waktu

Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi rentang waktu penelitian penulis batasi pada tahun 2008-2012. Dipilih kurun waktu tersebut dikarenakan negara Myanmar mulai melakukan transisi demokrasi dan perubahan sistem pemerintahan Junta Militer, serta perkembangan demokrasi di Myanmar.

1.7.2. Batasan Materi

Materi yang dibahas dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada politik dalam Sistem pemerintahan Junta militer serta transisi sistem pemerintahan yang demokrasi dan kemunculan serta peran Aung San Su Kyi. Kemudian, akan menjadi unit penjelas yaitu perkembangan demokrasi negara Myanmar serta masa depan politik pemerintahan Myanmar.

1.7.3. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ada beberapa jenis penelitian yang sering dipakai dalam Hubungan Internasional adalah jenis deskriptif , eksplanatif dan Prediktif. Metode deskriptif adalah upaya menjawab pertanyaan siapa, apa, diamana, kapan atau berapa ; jadi merupakan upaya melaporkan apa yang terjadi, metode eksplanatif berusaha menjawab tipe pertanyaan “mengapa.”35 Sedangkan metode peneilitian yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah prediktif, penelitian prediktif dengan tipe proyeksi model kecendrungan. Makna prediksi menurut Mohtar

35

(22)

Mas’oed adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan sedangkan prediksi tipe proyeksi model kecendrungan yaitu menseleksi unsur-unsur pokok yang relevan, memperhatikan data yang ada dan mengekstrapolasikan kecendrungan yang tampak pada data itu36. Disini peneliti akan mencari data sebelumnya yang relevan yang kemudian dijadikan rujukan dalam memprediksi apa yang akan terjadi dimasa depan berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya.

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (Library Research), studi pustaka dimaksudkan untuk mendokumentasikan berbagai bahan penelitian yang bersifat empiris (penelitian praktis dari peneliti terdahulu) maupun berbagai kajian teoritis dari para ahli yang relevan, dengan cara mengumpulkan data-data dari literatur seperti buku, e-book, jurnal, majalah, surat kabar yang berkaitan dengan kajian yang diteliti, kemudian peneliti jadikan referensi untuk mendukung penelitian ini.

1.7.5. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik induksi dengan analisa kualitatif yang mana analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola penelitian.

36

(23)

1.8. Hipotesa

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah myanmar “Roadmap to Democracy”

(24)

1.9. Sistematika Penulisan

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Penelitian Terdahulau 1.6 Landasan Teori dan Konsep

1.6.1 Demokrasi 1.6.2 Demokratisasi

1.6.3 Kudeta Militer & Pretorianisme 1.6.4 Hubungan Sipil-Militer

1.7 Metode penelitian 1.7.1 Batasan Waktu 1.7.2 Batasan Materi 1.7.3 Tipe Penelitian

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data 1.7.5 Teknik Analisa Data 1.8 Argumen Dasar

1.9 Sistematika Penulisan

BAB II Dinamika Demokrasi di Myanmar

2.1 Politik dan Pemerintahan Myanmar era Junta Militer 2.1.1 U Nu (1948-1962)

2.1.2 Ne Win (1962-1988) 2.1.3 Maung Maung Kha (1988) 2.1.4 Saw Maung (1988–1992) 2.1.5 Than Shwe (1992–2003)

2.2 Kemunculan Aung Sang Suu Kyi sebagai ikon Demokrasi dan Pemilu Terbaru.

2.3 Pencapaian Demokrasi di Myanmar

BAB III Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar

3.1 Perkembangan Demokrasi di Myanmar Pasca Junta Militer

3.2 Penilaian Tentang Perkembangan Demokrasi Myanmar 3.3 Prospek Masa Depan Negara Myanmar

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan

(25)
(26)

SKRIPSI

PROSPEK PERKEMBANGAN DEMOKRASI MYANMAR PASCA

PEMERINTAHAN JUNTA MILITER

Disusun dan diajuakan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

Assazali Sibawaihi

NIM : 08260076

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(27)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Assazali Sibawaihi NIM : 08260076

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Ayusia Shabita Kusuma, M. Soc. Sc Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov

Mengetahui,

Dekan, Ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional

(28)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Assazali Sibawaihi NIM : 08260076

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PROSPEK PERKEMBANGAN DEMOKRASI MYANMAR PASCA PEMERINTAHAN JUNTA MILITER

Telah dipetahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Jum’at

Tanggal : 8 November 2013 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Asep Nurjaman, M. Si

Dewan Penguji:

1. Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si ( )

2. Dr. Wahyudi, M. Si ( )

3. Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc ( )

(29)

PERNYATAAN ORSINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Assazali Sibawaihi Tempat, tanggal lahir : Jerowaru, 1 April 1990 NIM : 08260076

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

PROSPEK PERKEMBANGAN DEMOKRASI MYANMAR PASCA PEMERINTAHAN JUNTA MILITER

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 25 November 2013 Yang menyatakan,

(30)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Assazali Sibawaihi NIM : 08260076

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerinathan Junta Militer

Pembimbing : Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc : Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf

Pembimbing I Tanggal

Paraf

Pembimbing II Keterangan 12 November 2012 12 November 2012 Pengajuan Judul Skripsi

7 Mei 2013 7 Mei 2013 Seminar

Proposal

20 Mei 2013 20 Mei 2013 ACC BAB I

24 Mei 2013 24 Mei 2013 ACC BAB

(31)

ABSTRAK

Assazali Sibawaihi, 2013, (08260076), Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer, Dosen Pembimbing I : Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc, dan Dosen Pembimbing II : Hevy Kurnia Hardini, MA. Gov

Myanmar adalah salah satu negara dikawasan Asia Tenggara. Reformasi politik di Myanmar yang menjadi sebuah tuntutan dan keinginan serta harapan rakyat dan perkembangan yang cukup rumit dan sangat lama dalam proses menuju negara yang demokratis. Disamping itu peran Aung San Suu Kyi sebagai tokoh oposisi dalam dinamika politik. Ekonomi Myanmar yang terpuruk akibat berbagai persoalan domestik dan berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia serta berbagai embargo, baik embargo militer sampai pada embargo ekonomi yang membuat ekonomi Myanmar menjadi salah satu sebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Myanmar. Lambanya perkembangan politik dan pemerintahan di Myanmar karena persoalan sistem pemerintahan junta militer yang berkuasa dan menjadi pusat perhatian dunia Internasional. Oleh sebab itu dalam hubungannya dengan masalah ini penulis menggunakan konsep perkembangan politik dan konsep demokrasi untuk menganalisa dan untuk mengetahui Perkembangan demokrasi Myanmar setelah pemerintahan junta militer.

Kata Kunci : Perkembangan, Politik, Aung San Suu Kyi Junta Militer, dan Demokrasi.

Malang, 25 November 2013 Penulis,

Assazali Sibawaihi

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

(32)

ABSTRACT

Assazali Sibawaihi, 2013, ( 08260076 ), University muhammadiyah of malang faculty of social and political science, department of international relations, The Prospect of the Development of Democracy Myanmar After the Reign of the Military Junta, supervisor I: Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc, and supervisor II: Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov

Myanmar is one of the countries in South East Asia. Political reform in Myanmar who became a demand and the desire and hope of the people and development fairly complicated and very long in the process towards a democratic state. Besides the role of aung san suu kyi as figures opposition in political dynamics. Myanmar economy collapsed due to a variety of domestic issues and human rights violations as well as various embargoes, both military embargo until the economic embargo which makes it one of Myanmar's economy because lower economic growth in Myanmar. The slow pace of political developments in Myanmar because the issue of the system of government and the ruling military junta to be the center of attention of the international world. Therefore, in relation to this issue the authors use the concept of political development and democratic concepts to analyze and to determine the development of Myanmar's democracy after the military government.

Key words: Development politics, Aung San Suu Kyi, the Military Junta and Democracy.

Malang, 25 November 2013 Author,

Assazali Sibawaihi

Approval,

Advisor I Advisor II

(33)

MOTO

ADA RASA MALU YANG HARUS DI BAYAR DENGAN SEBUAH

(34)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ungkapkan kepada Allah S.W.T dan junjungan semesta alam baginda Muhammad S.A.W, karena berkat rahmat dan

penyertaannya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Prospek

Perkembangan Demokrasi Myanmar Pasca Pemerintahan Junta Militer”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah satu-satunya untuk memenuhi syarat sarjana S-1 jurusan ilmu hubungan internasional di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu penulisan skripsi ini juga untuk mengetahui bagaimana Prospek Perkembangan demokrasi Myanmar pasca pemerintahan Junta Militer.

Tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan pada penulisan skripsi ini. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca skripsi ini. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Malang, 30 September 2013

(35)

PERSEMBAHAN

Segala puji atas kehadirat Allah SWT, penyusun panjatkan kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga sehinga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul prospek perkembangan demokrasi Myanmar pasca pemerintahan junta militer ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Tetapi setidaknya skripsi ini sedikit mendeskripsikan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang memberikan motivasi serta do’a bagi kelancaran skripsi saya. Ucapan terima kasih ini saya berikan kepada:

1. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

2. Ayusia Sabhita Kusuma, S.IP, M. Soc. Sc sebagai dosen pembimbing I dan Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov sebagai dosen pembimbing II yang telah berjasa dalam mengarahkan dan membimbing selama proses pengerjaan skripsi hingga selesai.

3. Tonny Dian Effendy, S.Sos, M.Si selaku dosen wali atau pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan dalam menentukan mata kuliah yang harus ditempuh

(36)

5. Kepada saudari tersayang Marhini Wurianingsih, S.Ag, Ida Iriani,S.Ag dan saudara tercinta H. Saiful Islam, Lc, MA. Ph.D, yang selalu memberikan motivasi serta dukungan.

(37)

DAFTAR ISI

COVER... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

LEMBAR ORISINALITAS... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI...v

ABSTRAKSI... vi

ABSTRACT... vii

MOTO... viii

KATA PENGANTAR... ix

PERSEMBAHAN...x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Tujuan Penelitian...6

1.4 Manfaat Penelitian...7

1.4.1 Manfaat Akademis ...7

1.4.2 Manfaat Praktis ...7

1.5 Penelitian Terdahulu...8

1.6 Landasan Teori dan Konsep...12

1.6.1 Demokrasi ...12

1.6.2 Demokratisasi...17

1.6.3 Kudeta Militer & Pretorianisme ...18

1.6.4 Hubungan Sipil-Militer ...20

1.7 Metode Penelitian...21

1.7.1 Batasan Waktu...21

1.7.2 Batasan Materi...21

(38)

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ...22

1.7.5 Teknik Analisa Data...22

1.8 Hipotesa...23

1.9 Sistematika Penulisan...24

BAB II Dinamika Demokrasi di Myanmar...25

2.1 Politik dan Pemerintahan Myanmar era Junta Militer...25

2.1.1 U Nu (1948–1962) ...27

2.1.2 Ne Win (1962 - 1988) ...28

2.1.3 Maung Maung Kha (1988) ...30

2.1.4 Saw Maung (1988–1992) ...31

2.1.5 Than Shwe (1992–2003) ...32

2.2 Kemunculan Aung San Suu Kyi sebagai Ikon Demokrasi dan Pemilu Terbaru...36

2.3 Pencapaian Demokrasi di Myanmar...43

BAB III Prospek Perkembangan Demokrasi Myanmar...48

3.1 Perkembangan Demokrasi di Myanmar Pasca Junta Militer...48

3.2 Penilaian Tentang Perkembangan Demokrasi Myanmar...54

3.3 Prospek Masa Depan Myanmar...61

BAB IV PENUTUP...67

4.1 Kesimpulan...67

4.2 Keterbatasan Penelitian...69

4.3 Agenda Penelitian Lanjutan...70

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

- Abu B. Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

- Amos Perlmutter,”Militer dan Politik”. Jakarta, 1997, hal.

- Samuel P. Huntington, 1995, Gelombang Demokrasi Ketiga, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.

- Suyatno, 2008,Menjelajah Demokrasi, Humaniora, Bandung.

- Juan J. Linz dan Alfared stephen, 1996, Problems of Democratic Transition and Consulidation: Southern Europe, South America, and Post

Comunist Europe, The Johns Hopkins University Press. Baltimore and

London.

- Georg Sorensen, 2008, Democracy andDemokratization: Processes and Prospects in a Changing World (Third Editions), Wesview, Colorado.

- Joseph Schumpeter, Capitalism, Socialism, and Demokcracy, (New York: Harvard Press 1947).

- A. Malik Harmain. 2004,Gus Dur,Militer dan Politik. Lkis. Yogyakarta. - Mohtar Mas’oed, 1990, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan

metodelogi” LP3ES.

- Amitav Acharya, Constructing a Security Community in South east Asia: ASEAN and problems of regional order, New York: Routledge, 2001.

- Khrisna Harahap. Konstitusi Republik Indonesia dari Proklamasi hingga Reformasi,2004, Grafiti, Jakarta.

Jurnal dan Skripsi

- Rizky Amalia Nurrahmah.”Peran ASEAN Dalam Proses Demokratisasi di Myanmar.” Skripsi Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP,

Universitas Veteran, Jakarta 2011.

(40)

- Muhammad Adian Firnas. ” Prospek Demokrasi di Myanmar.” Jurnal Universitas Paramadina Vol.2 No. 2, Januari 2003: 128-141.

- Gramae Gill,Liberalization and Demokratization in the Union and Rusia, demokratizationVol. 2 No. 3, Autumn 1995.

- Junita Setia Ginting. “Pretorian Dalam Perkembangan Politik Negara Beerkembang.”Jurnal Unibersitas Sumatera Utara Vol 3 No. 5.

- Amnesty International. 2004. Myanmar: The Rohingya Minority: Fundamental Rights Denied.London: Amnesty International.

Surat Kabar / Online / Internet dan Sumber lainya :

✟ Sejarah dan Perinsip demokrasi, dalam : http://id.shvoong.com/social-sciences/1959736-sejarah-dan-prinsip-demokrasi/ diakses pada tanggal 6 maret 2013.

✟ Dea Anandya.”Pengertian Budaya Demokrasi.”

http://www.google.co.id/#q=pengertian+reformasi+demokrasi&hl=id&pr md=imvns&ei=ruSaUKP_FoT8rAeZx4GoBA&start=10&sa=N&bav=on.2 ,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=d955d3096893ef04&bpcl=37643589&biw=1360 &bih=587. Diakses dari internet dalam bentuk Document tanggal 5 Oktober 2012.

✟ Maria Rita.”Junta Militer Burma Dibubarkan.” Di akses dari internet tanggal 6 Oktober 2012.

http://www.tempo.co/read/news/2011/03/31/118324074/Junta-Militer-Burma-Dibubarkan.

✟ Pemilu legislatif Myanmar, Suu Kyi Jadi Wakil Rakyat,

http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/12/12/31/mfv609- kaleidoskop-internasional-pemilu-legislatif-i-myanmar-suu-kyi-jadi-wakil-rakyat-. diakses tanggal 4 mei 2013.

✟ Myanmar jadi ketua ASEAN

(41)

☛ Burma ambil alih kekuasaan

ASEAN,http://www.voaindonesia.com/content/burma-ambil-alih-kepemimpinan-asean/1767441.html. di akses pada tanggal 14 oktober 2013.

☛ Fajar Nugraha,”Temui Presiden Myanmar, SBY Bahas Rohingya”, http://international.okezone.com/read/2013/04/24/411/796603/temui-presiden-myanmar-sby-bahas-rohingya. diakases tanggal 9 september 2013.

☛ Inu Kencana Syafii dalam http://budisma.web.id/prinsip-prinsip-demokrasi.html di akses 15 oktober 2013.

The History of Mynamar. Tersedia dari http://myanmar-periodical-history.html. Internet: diakses pada tanggal 6 april 2012.

Burma Country Profile.Di ambil dari :

http://news.bbc.co.uk/2/hi.Europe/country_profiles/1300003.stm. Di akses pada tanggal 18 mei 2012.

☛ Monique Skidmore & Trevor Wilson dalam “Dictatorship, Disorder and Decline in Myanmar”. 2008,

http://epress.anu.edu.au/myanmar02/pdf/whole_book.pdf. Di akses pada , 6 oktober 2013.

☛ Myanmar Kenang Demonstrasi 1988. Di kutif dari :

http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/08/08/08513757/Mya nmar.Kenang.Demonstrasi.1988. di akses pada tanggal 22 mei 2013.

☛ Roger Lee Huang dalam “Re-thinking Myanmar’s Political Regime: Military Rule in Myanmar and Implications for Current Reforms”.

Working Paper Series. No 136. City University of Hong Kong. Desember 2012. Diakses

http://academia.edu/3184529/Re-thinking_Myanmars_Political_Regime_Military_rule_in_Myanmar_and_i mplications_for_current_reforms. diakses pada 15 oktober 2013.

☛ Aung San Suu kyi, Pejuang Demokrasi Myanmar.,

(42)

10/Aung_San_Suu_Kyi_Pejuang_Demokrasi_Myanmar. Diakses pada tanggal 25 Maret 2013.

✍ ASEAN dan Persoalan Myanmar.,

http://www.unisodem.org/article_detail.thp?aid=5035&coid=1&caid=24& gid=2. Diakses ada tanggal 27 mei 2013.

✍ Pemilu Legislatif Myanmar, Suu Kyi Jadi Wakil Rakyat.,

http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/12/12/31/mfv609- kaleidoskop-internasional-pemilu-legislatif-i-myanmar-suu-kyi-jadi-wakil-rakyat. di akses tanggal 4 mei 2013.

✍ Raden Roro Sulistiya, “Sistem Demokrasi Indonesia Ternyata Dicontoh Myanmar”, http://myzone.okezone.com/content/read/2013/04/24/10277/.

Di akses tanggal 15 oktober 2013.

✍ Muhammad Dudi Hari Saputra, “Myanmar dan Demokrasi”,

http://indonesian.irib.ir/wacana/-/asset_publisher/mkD7/content/myanmar-dan-demokrasi. Di akses pada 15 oktober 2013.

✍ Khanisa Krisman, "Garis Awal Jalan Demokrasi Myanmar",

http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/politik-internasional/624-garis-awal-jalan-demokrasi-myanmar.html. di akses tanggal 16 oktober 2013. ✍ Asrudin,"Harmoni dalam Demokrasi Myanmar",

http://indonesian.irib.ir/wacana/-/asset_publisher/mkD7/content/harmoni-dalam-demokrasi-myanmar. di akses pada tanggal 16 oktober 2013. ✍ Dinamika myanmar, dalam :

www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1hubunganinternasional/.../BAB%20II.pdf, hal. 35

✍ Denny Armandhanu, “Myanmar Bukan Lagi Beban bagi ASEAN” http://dunia.news.viva.co.id/news/read/301416-ri--myanmar-bukan-lagi-beban-bagi-asean. diakses tanggal 17 oktober 2013.

✍ Myanmar bukan lagi masalah, dalam :

(43)

✑ Siti Hidriyah,"Proses demokratisasi Myanmar menuju pemilu presiden 2011",

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-III-24-II-P3DI-Desember-2011-60.pdf. Di akses tanggal 17 oktober 2013. ✑ Myamar Masih Jaga Jarak, dikutif dari :

http://internasional.kompas.com/read/2013/06/01/03051548/Myanmar.Ma sih.Jaga.Jarak. di akses tanggal 4 mei 2013.

✑ Ahmad Syukri, “Upaya ASEAN Dalam Penyelesaian Konflik Junta Militer di Myanmar” dalam:

http://digilib.unpas.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunpaspp -gdl-ahmadsyukr-512#.Uio2Yaz2Yqo. Hal 22-23 Di akses pada 27

Agustus 2013.

✑ Masa Depan Myanmar Tergantung Stabilitas Negara,

:http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/01/31/lynjvv-masa-depan-myanmar-tergantung-stabilitas-negara di akses tanggal 4 mei 2013.

✑ Karisa Ferida,Presiden Myanmar Janjikan Reformasi Gelombang Kedua ., http://international.okezone.com/read/2012/06/19/411/649868/presiden-myanmar-janjikan-reformasi-gelombang-kedua. di akses pada tanggal 15 oktober 2013.

✑ Aung San Suu Kyi Bisa Jadi Presiden Myanmar.,

http://internasional.kompas.com/read/2012/09/30/11561145/Aung.San.Suu .Kyi.Bisa.Jadi.Presiden.Myanmar. di akses tanggal 8 mei 2013.

✑ Indonesia dan Masa Depan Demokrasi Asia Tenggara.,

http://www.shnews.co/detile-1977-indonesia-dan-masa-depan-demokrasi-asteng.html. di akses pada 1 september 2013.

Gambar

Tabel Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Imam Abu Hanifah, hadits di atas juga menjadi sebuah dalil tentang wajibnya shalat Idul Fitri, hingga para wanita yang sedang haid pun dianjurkan untuk keluar

Pembuatan Etanol dari Limbah Kulit Jeruk Bali : Hidrolisis menggunakan Selulose dan Fermentasi dengan Yeast.. Universitas

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi petani nanas di Desa Doda Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi dalam mengetahui pendapatan dan kelayakannya, serta dapat

Hasil uji Mann Whitney pada kelompok yang mendapat paparan asap rokok kretek biasa sesudah induksi formaldehyde (K2) dan kelompok yang mendapat paparan asap divine

Draft didesain mengandung cakupan materi meliputi tam- pilan: (a) dua hingga empat ayat atau syair dalam Dwibahasa (Arab dan Indonesia); (b) contoh-contoh jenis ungkapan

proses pembelajaran sesuai dengan profil peserta didik secara real-time. 4) Institusi pendidikan, merupakan lembaga yang menyelenggrakan pembelajaran yang digerakan oleh AI

Dari data tersebut, pasangan yang digolongkan larutan elektrolit kuat dan non elektrolit berturut-turut adalah…a. Larutan berikut yang menimbulkan nyala terang jika diuji dengan

Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy, memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita tidak