• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASAS HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULAUAN A.Latar Belakang

Kontrak adalah suatu kesepakatan tertulis mengenai tindakan hukum yang dilakukan oleh masing-masing pihak, dua pihak atau lebih di mana dituntut untuk melakukan atau tidak melakukan satu atau lebih prestasi. Hukum perdata internasional diaplikasikan pada peristiwa hukum keperdataan yang cross border, ada unsur asing (foreign element) dan atau terlibat lebih dari satu sistem hukum.

Perjanjian/kontrak merupakan persetujuan di antara dua orang atau lebih yang memuat satu atau beberapa janji yang bersifat timbal balik dan menimbulkan akibat hukum bagi para pihak. Dalam kontrak yang bersifat internasional, tentu proses ini melibatkan unsur-unsur personalia, obyek kontrak ataupun area/wilayah secara lintas negara.

Hukum Perjanjian terbagi menjadi 2 bagian yaitu:

Pilihan hukum, yaitu hukum yang oleh para pihak dipilih dan karena itu dianggap berlaku bagi perbuatan yang dilaksanakan & Non pilihan hukum timbul apabila tidak adanya maksud dari para pihak (pilihan hukum) Dalam suatu kontrak internasional sering timbul perselisihan-perselisihan hukum di antara para pihak. Karena melibatkan unsur asing, maka persoalan hukum yang kerap muncul antara lain:

a. Hukum manakah yang berlaku atas kontrak tersebut?

b. Forum atau pengadilan manakah yang berwenang mengadili jika terjadi sengketa hukum?

Dalam menjawab persoalan demikian, kita dapat menganalisis hukum yang berlaku berdasarkan titik-titik pertalian sekunder seperti pilihan hukum, tempat ditandatanganinya kontrak atau tempat pelaksanaan kontrak. Namun, dalam hal tidak ada pilihan hukum yang ditentukan dalam perjanjian, ada beberapa teori pilihan hukum dalam Hukum Perdata Internasional yang bisa dipakai.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-Asas Hukum Perdata Internasional Dalam Kontrak/Perjanjian

Perjanjian/kontrak merupakan persetujuan di antara dua orang atau lebih yang memuat satu atau beberapa janji yang bersifat timbal balik dan menimbulkan akibat hukum bagi para pihak. Dalam kontrak yang bersifat internasional, tentu proses ini melibatkan unsur-unsur personalia, obyek kontrak ataupun area/wilayah secara lintas negara.

Dalam menyusun perjanjian antara pihak yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda ataupun perjanjian yang mengandung unsur HPI haruslah berdasarkan kesepakan para pihak,

a. Asas Pacta Sunservanda

Perjanjian merupakan undang undang bagi yang membuatnya. Asas kekuatan mengikat atau asas facta sun servanda ini dapat diketahui di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Adapun maksud dari asas ini tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak, maka sejak dipenuhinya syarat

b. Lex Loci Contractus

Menurut teori Lex Loci Contractus ini hukum yang berlaku adalah hukum dari tempat dimana kontrak itu dibuat . Jadi tempat dibuatnya sesuatu kontrak adalah faktor yang penting untuk menentukan hukum yang berlaku. Dimana suatu kontrak dibuat, hukum dari negara itulah yang dikapai. Akan tetapi dalam praktek dagang internasional pada waktu sekarang ini prinsip tersebut sukar sekali dipergunakan. Jelas sekali hal ini apa yang dinamakan kontrak-kotrak antara orang-orang yang tidak bertemu, tidak berada ditempat, “Contract between absent person”. Jika para pihak melangsungkan suatu kontrak tetapi tidak sampai bertemu maka tidak ada tempat berlangsungnya kontrak.

c. Lex Loci Solutions

(2)

ditandatangani akan tetapi dimana kontrak itu dilaksanakan .

d. The proper law of the contract ,

Digunakan untuk mengedepankan apa yang dinamakan “intention of the parties” hokum yang ingin

diberlakukan untuk perjanjian tersebut karena dikehendaki oleh para pihak ybs. Hukum yang dikehendaki itu bisa dinyatakan secara tegas yaitu dicantumkan dalam perjanjian, bisa pula tidak dinyatakan secara tegas apabila ditegaskan keinginan para pihak,maka hukum yang diberlakukan adalah yang ditegaskan. Apabila tidak ditegaskan,maka harus disimpulkan oleh pengadilan dengan melihat pada isi perjanjian, bentuknya unsure-unsur perjanjian maupun kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa disekelilingnya yang relevan dengan perjanjian tersebut.

e. Teori The Most characteristic Connection

Pada tiap-tiap kontrak dapat dilihat pihak mana yang melalukan prestasi yang paling karaktetristik dan hukum dari pihak yang melakukan prestasi yang paling karakteristik ini adalah hukum yang dianggap harus

dipergunakan karena hukum inilah yang terberat dan yang sewajarnya digunakan .

Dalam hukum perdata dikenal beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan dalam penyusunan kontrak sehingga akan terhindar dari unsur-unsur yang dapat merugikan para pihak pembuat suatu kontrak yang mereka sepakati dan hal tersebut juga tetap berlaku dalam hukum perdata internasional. Prinsip dan klausul dalam kontrak dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Asas Kebebasan Berkontrak. Berdasarkan prinsip ini, para pihak berhak menentukan apa saja yang ingin mereka sepakati, sekaligus untuk menentukan apa yang tidak ingin dicantumkan di dalam isi perjanjian, tetapi bukan berarti tanpa batas. Dalam KUHPerdata, asas kebebasan berkontrak ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang dirumuskan sebagai: (a) Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya; (b) Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu; (c) Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

2. Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian timbul apabila telah ada konsensus atau persesuaian kehendak antara para pihak. Dengan kata lain, sebelum tercapainya kata sepakat, perjanjian tidak mengikat. Konsensus tersebut tidak perlu ditaati apabila salah satu pihak menggunakan paksaan, penipuan ataupun terdapat kekeliruan akan objek kontrak.

3. Asas Kebiasaan. Suatu perjanjian tidak mengikat hanya untuk hal-hal yang diatur secara tegas saja dalam peraturan perundang-undangan, yurisprudensi dan sebagainya, tetapi juga hal-hal yang menjadi kebiasaan yang diikuti masyarakat umum. Jadi, sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan. Dengan kata lain, hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukan dalam persetujuan meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. (Pasal 1339 BW).

4. Asas Peralihan Resiko. Dalam sistem hukum Indonesia, beralihnya suatu resiko atas kerugian yang timbul merupakan suatu prinsip yang berlaku untuk jenis-jenis perjanjian tertentu seperti pada persetujuan jual beli, tukar menukar, pinjam pakai, sewa menyewa, pemborongan pekerjaan, dan lain sebagainya, walaupun tidak perlu dicantumkan dalam perjanjian yang bersangkutan. Meskipun demikian, para pihak boleh mengaturnya sendiri mengenai peralihan resiko itu, sepanjang tidak bertentangan dengan undang undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

5. Asas Ganti kerugian. Penentuan ganti kerugian merupakan tugas para pembuat perjanjian untuk

memberikan maknanya serta batasan ganti kerugian tersebut karena prinsip ganti rugi dalam sistem hukum Indonesia mungkin berbeda dengan prinsip ganti kerugian menurut sistem hukum asing. Dalam KUHPerdata Indonesia, prinsip ganti kerugian ini diatur dalam pasal 1365, yang menentukan; “Setiap perbuatan melanggar hukum yang menmbawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian tersebut.” Dengan demikian, untuk setiap perbuatan yang melawan hukum karena kesalahan

(3)

6. Asas Kepatutan (Equity Principle). Prinsip kepatutan ini menghendaki bahwa apa saja yang akan dituangkan di dalam naskah suatu perjanjian harus memperhatikan prinsip kepatutan (kelayakan/ seimbang), sebab melalui tolak ukur kelayakan ini hubungan hukum yang ditimbulkan oleh suatu persetujuan itu ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat (KUH-Perdata: pasal 1339). Dengan begitu, setiap persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dimuat dalam naskah perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh “kepatutan”, kebiasaan atau undang undang. 7. Asas Ketepatan Waktu. Setiap kontrak, apapun bentuknya harus memiliki batas waktu berakhirnya, yang sekaligus merupakan unsur kepastian pelaksanaan suatu prestasi (obyek kontrak). Prinsip ini sangatlah penting dalam kontrak-kontrak tertentu, misalnya kontrak-kontrak yang berhubungan dengan proyek konstruksi dan proyek keuangan, di mana setiap kegiatan yang telah disepakati harus diselesaikan tepat waktu. Prinsip ini penting untuk menetapkan batas waktu berakhirnya suatu kontrak. Dalam setiap naskah kontrak harus dimuat secara tegas batas waktu pelaksanaan kontrak. Jika prestasi tidak dilaksanakan sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati, salah satu pihak telah wanprestasi atau telah melakukan cidera janji yang menjadikan pihak lainnya berhak untuk menuntut pemenuhan prestasi ataupun ganti kerugian.

8. Asas Keadaan darurat (Force Majeure). Force majeure principle ini merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dicantumkan dalam setiap naskah kontrak, baik yang berskala nasional, regional, maupun kontrak internasional. Hal ini penting untuk mengantisipasi situasi dan kondisi yang melingkupi objek kontrak. Jika tidak dimuat dalam naskah suatu kontrak, maka bila terjadi hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia, misalnya gempa bumi, banjir, angin topan, gunung meletus, dan lain sebagainya, siapa yang bertanggung jawab atas semua kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut.

B. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyusun kontrak internasional:

1. Konsep perjanjiannya, karena tiap-tiap bentuk/model perjanjian memiliki klausul tersendiri berdasarkan best practices of law yang berlaku di dunia atau bagi negara tertentu;

2. Prinsip-prinsip hukum kontrak internasional;

3. Governing law/Choice of law adalah hukum yang berlaku dan mengikat pada perjanjian tersebut;

4. choice of forum adalah lembaga penyelesaian sengketa mana yang ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa;

1. Konsep Perjanjiannya

Konsep perjanjian perlu dipahami dengan benar, karena kesalahan memahami model kontrak tertentu, akan membuat keliru, misalnya dalamdistribution agreement dan agency agreement. Kedua model perjanjian itu memiliki konsep masing-masing yang harus diketahui. Selain itu tak jarang para pihak mengacu pengertian suatu istilah tertentu pada standar kontrak yang telah dibuat oleh suatu kelompok atau asosiasi dagang tertentu, misalnya International Chamber of Commerce atau International Trade Centre.

Tiap-tiap bentuk/model perjanjian memiliki klausul tersendiri berdasarkan best practices of law yang berlaku di dunia atau bagi negara tertentu. Maka haruslah semestinya didudukkan terlebihdahulu bagi pembuat kontrak ataupun para pihak untuk menentukan konsep perjanjia yang dibuat sebelum membuat kontrak, terutama kontrak yang mengandung unsur HPI didalamnya.

2. Prinsip-Prinsip Hukum Kontrak Internasional

(4)

Prinsip-prinsip yang ada dalam kontrak perdata internasional terap harus diperhatikan dalam penyusunan kontrak. Seperti lex loci contractus, Lex loci solution, The proper law of the contract , dan Teori The Most characteristic Connection.

3. Governing law/Choice of law

Teori choice of law atau pilihan hukum secara umum diterima di semua negara-negara di dunia2 sehingga berlakunya teori ini secara universal. Menurut teori ini, para pihak tidak mempunyai kewenangan untuk menciptakan hukum bagi mereka dan para pihak hanya dapat memilih hukum mana yang mereka kehendaki untuk diperlakukan terhadap kontrak yang mereka buat. Akan tetapi teori choice of law atau pilihan hukum hanya dipakai dalam kontrak yang ada unsur asingnya atau foreign element.

Suatu perjanjian yang mengandung unsur asing atau foreign element jika salah satu pihak dalam perjanjian tersebut tunduk pada hukum yang berbeda dengan pihak lainnya, dan atau adanya unsur asing karena substansi perjanjian itu tunduk pada hukum negara lain. Misalnya jual beli apartemen yang terletak di Singapura antara seorang Warganegara Indonesia dengan Warganegara Indonesia lainnya.

Apabila para pihak dalam membuat kontrak bisnis- internasional telah melakukan choice of law pada suatu sistim hukum tertentu, lalu timbul sengketa dikemudian hari mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan kontrak tersebut, maka hukum yang dipilih irulah yang berlaku. Misalnya mengenai wanprestasi, maka hukum yang dipilih itulah yang menentukan syarat-syarat dan kapan terjadi serta akibat hukum apa atas wanprestasi tersebut.

(a). Pentingnya Klausula Choice of Law

Ada pendapat yang mengatakan bahwa klausula choice of law dalam pembuatan kontrak bisnis internasional tidak penting karena para pihak menganggap bahwa transaksi bisnis merupakan suatu masalah yang rutin dan tanpa choice of law pun, setiap sistim hukum negara tertentu sudah memiliki pengaturan dalam hukum perdata internasional yang menetapkan hukum apa yang akan diterapkan dalam menyelesaikan sengketa bisnis internasional.

Penulis tidak sependapat dengan alasan seperti tersebut di atas, sebab masing-masing negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai sistim hukum perdata internasional yang berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan dapat terjadi perbedaan tajam dalam menyelesaikan sengketa atas kasus yang sama. Lebih menarik lagi ada pendapat yang mengibaratkan hukum mengenai "international sale of goods" dengan aturan pertandingan badminton, yaitu apabila setiap negara memiliki aturan permainan sendiri-sendiri maka bukan saja harus disediakan raket, bola, dan lapangan yang berbeda, tetapi juga aturan yang berbeda pula. Akibatnya bukan saja mahal tetapi bahkan pertandingan itu sendiri tidak bisa diselenggarakan.4 Oleh sebab itu dalam banyak kontrak bisnis internasional dicantumkan klausula choice of law demi adanya kepastian hukum.

Kecenderungan untuk memakai choice of law dalam kontrak-kontrak bisnis internasional yang dilakukan oleh Pertamina dengan pihak asing, menurut Sudargo Gautama hampir semua kontrak-kontrak tersebut terdapat choice of law5. Pada hal kedudukan Pertamina dalam melakukan negosiasi dengan mitra asingnya lebih tinggi (unter geordnet), disini Pertamina (Pemerintah) mempunyai bargaining power lebih kuat dari mitranya, karena Pemerintah harus melindungi kepentingan umum. Oleh sebab itu Pemerintah dapat memaksakan syarat-syarat yang lebih ketat bagi mitranya, walaupun demikian Pemerintah memberikan tempat bagi choice of law karena pada sisi lain Pemerintah sangat mengharapkan partisipasi asing dalam membangun perekonomian di Indonesia.

Tradisi di beberapa negara berkembang lainnya seperti di Amerika Latin, di mana transaksi bisnis internasional yang dilakukan antara pemerintah disatu pihak dan swasta asing di pihak lainnya, pihak pemerintah selalu mensyaratkan pemakaian hukum nasional pemerintah6. Dalam menghadapi kondisi yang demikian, maka pihak asing hanya dapat memilih "take it or leave it" karena tidak ada negoisasi dan tidak ada bargaining position, dengan demikian tidak ada tempat bagi choice of law.

Berbicara tentang klausula choice of law, berarti ada suatu proses negosiasi yang alot antara para pihak agar tercapai kesepakatan tentang klausula choice of law tersebut, serta adanya bargaining position yang

seimbang. Oleh sebab itu tidak semua kontrak-kontrak bisnis internasional adalah penting untuk

(5)

Demikian juga dalam kontrak-kontrak yang melibatkan banyak pihak serta kontrak tersebut mempunyai syarat-syarat yang panjang, sehingga sulit untuk melakukan negosiasi tentang choice of law, misalnya kerjasama mengenai eksploitasi sumber perikanan8.

Namun seberapa pentingnya klausula choice of law adalah berpulang kepada para pihak itu sendiri yang membuat kontrak tersebut, sebab jika dalam bernegosiasi tidak terdapat kesepakatan, maka dapat menjadi pemicu perselisihan yang tidak penting dan merusak kesempatan berbisnis. Padahal tujuan utama yang ingin dicapai para pihak dalam melakukan transaksi adalah prestasi.

(b) Pembatasan Choice of Law

Choice of law atau pilihan hukum harus dilakukan secara bonafide dan legal9, artinya memilih suatu sistim hukum tertentu tidak dimaksudkan untuk menyelundupi peraturan-peraturan tertentu dan sebaiknya hukum yang dipilih adalah hukum yang mempunyai hubungan tertentu dengan kontrak bersangkutan. Demikian pula, bila pilihan hukum yang telah dinegosiasikan secara seksama oleh para pihak akan tetapi jika hukum yang dipilih itu melanggar ketertiban umum (public policy) dari hukum nasional hakim, maka kontrak tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh hakim karena tidak sah.

Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ketertiban umum ialah sendi-sendi azasi dari seluruh sistim hukum dan masyarakat Indonesia. Konsep tentang ketertiban umum (public policy) berbeda dalam negara yang satu dengan negara lainnya dan konsep tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan sosial sebagaimana ide suatu negara tentang agama, moral, dan etika yang mengalami modifikasi10.

Sekelompok peraturan yang dinamakan mandatory rule atau dwingendrecht yaitu peraturan-peraturan yang sifatnya memaksa, misalnya peraturan tentang persaingan, peraturan tentang moneter, peraturan tentang kontrak kerja, peraturan tentang ekspor impor dan Iain-lain. Pada kelompok peraturan-peraturan seperti tersebut di atas tidak dapat disimpangi oleh para pihak dalam membuat kontrak bisnis internasional dan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut berakibat kontrak itu dapat dibatalkan oleh hakim. Dengan demikian suatu kontrak dapat dikatakan melanggar hukum (ilegal) atau bertentangan dengan pub¬lic policy suatu negara sehingga tidak dapat diberlakukan, adalah tergantung pada kasus demi kasus.

4. Choice of Forum

Ada waktu mengadakan transaksi bisnis internasional para pihak dapat memilih forum tertentu sebagai tempat penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dikemudian hari sehubungan dengan transaksi yang mereka buat. Forum tersebut dapat berupa, forum pengadilan dan yang lainnya forum arbitrase.

Masalah tempat penyelesaian sengketa menjadi penting karena dalam suatu kontrak bisnis internasional dapat terbuka kemungkinan timbulnya banyak yurisdiksi yang dapat menyatakan sebagai forum yang berwcnang untuk menyelesaikan suatu sengketa. Karena paia piliak yang terlibat dalam kontrak bisnis internasional berasal dari negara yang berbeda, dan jika timbul sengketa maka terbuka kemungkinan bahwa sengketa tersebut dapat diajukan pada pengadilan dari masing-masing pihak. Selain itu pengadilan dari negara ke tiga dapat juga mempunyai kewenangan untuk memeriksa suatu sengketa, jika tempat terjadinya kerugian berada dalam yurisdiksi pengadilan dari negara tersebut. Pengadilan dari negara ke tiga dapat juga mempunyai yurisdiksi atas suatu sengketa jika aset debitor terletak dalam negara itu. Adanya kegiatan bisnis terus menerus di wilayah negara lain juga bisa berakibat ditunduknya kita pada yurisdiksi negara itu17.

Dengan demikian maka suatu kegiatan bisnis internasional dapat melibatkan banyak yurisdiksi, dan masing-masing yurisdiksi ang terkait dalam kontrak bisnis internasional tersebut dapat mengklaim yurisdiksinya sebagai yurisdiksi yang berwenang atas sengketa itu, atau bahkan atas suatu sengketa dapat digugat pada lebih dari satu pengadilan.

Maka untuk menghindari timbulnya banyak yurisdiksi dalam menangani suatu sengketa bisnis internasional maka para pihak dalam merancangkan suatu kontrak bisnis internasional dapat mencantumkan klausula pilihan forum atau choice of forum clause. Dengan demikian jika timbul sengketa di kemudian hari mengenai kontrak tersebut maka forum yang dipilih itulah yang berwenang untuk mengadili sengketa tersebut.

(6)

C. Contoh Kasus Perjanjian HPI

A. Contoh Kasus Perdagangan Ekspor-Impor

Semakin majunya ekonomi suatu Negara, maka semakin banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk kepuasan hidup masyarakat. Barang kebutuhan itu belum tentu dapat dihasilkan oleh Negara itu sendiri dan harus dibeli dari Negara lain. Negara-negara berkembang menghasilkan bahan baku, sehingga masing-masing pihak saling membutuhkan. Akhirnya mereka saling terikat dalam suatu perdagangan barang karena faktor kebutuhan dan terjalinlah hubungan-hubungan antara pengusaha yang satu dengan pengusaha dari Negara yang berbeda.

Akan tetapi kegiatan ekspor-impor jangan merugikan masyarakat luas.

1.) Kasus Inkud yang mengimpor 60.000 ton beras, namun hanya membayar bea masuk 700 ton, pada tahun 2003 dengan jelas memperlihatkan penyimpangan impor beras. Impor beras selalu menjadi isu sensitif . Perubahan rezim dan juga perubahan bentuk usaha menjadi perusahaan umum tidak dengan sendirnya mengubah citra Perum Bulog.

2.)Kasus kapal beras yang terakhir bermula dari data yang dikeluarkan otoritas Pelabuhan Saigon, Vietnam, pada pertengahan November. Dari daftar yang dikeluarkan diketahui ada tiga kapal yang disebutkan bertujuan Filipina dengan mengangkut beras berkualitas patahan 25 persen. Akan tetapi, hal ini dibantah Perum Bulog, ketiga kapal ini bertujuan Ciwandan, Indonesia, bukan Filipina. Kualitas beras patahan 15 persen, bukan 25 persen.

Demikian juga mengenai tidak adanya ekspor Urea dalam kebutuhan tahun 2006 diatas kemampuan produksi, total kebutuhan pupuk Urea untuk pertanian, perkebunan, dan industri didalam negeri pada tahun 2006 mencapai 5,49 juta ton, sedangkan produksi hanya mencapai 5,47 juta ton. Dengan demikian, tidak ada lagi jatah untuk ekspor pupuk Urea pada tahun 2006 .

Penyelenggaraan kegiatan ekspor-impor itu adalah sebagai akibat kontrak-kontrak internasional dalam bidang perdagangan, kontrak-kontrak itu terjadi antara dua subjek ekonomi yang bertempat tinggal dalam Negara-negara berlainan .

B. Analisis

Perdagangan Internasional terjadi karena bertemunya subyek-subyek hukum yang bertempat tinggal di Negara-negara yang berlainan dan telah mengadakan hubungan perdagangan, misalnya dalam jual beli . Dalam perdagangan internasional pihak penjual lazimnya disebut ekportir dan pihak pembeli disebut importer. Hubungan perdagangan itu telah terjadi, jika baik penjual maupun pembeli telah mencapai kesepakatan dalam transaksi jual beli. Lazimnya kalau kesepakatan telah tercapai oleh kedua belah pihak, maka perdagangan luar negeri itu telah dapat dilaksanakan.

Secara prinsip karena adanya kebebasan dalam mengadakan perjanjian (freedom of making contract), maka para pihak bebas untuk menentukan syarat-syarat yang mereka kehendaki, misalnya : tentang penentuan harga, bagaimana syarat pembayaran harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan pembayaran, syarat apa yang digunakan dalam penyerahan barang dan dimana barang tersebut diserahkan. Karena dalam perdagangan internasional tersebut baik penjual maupun pembeli bertempat tinggal dinegara yang berlainan dan masing-masing mempunyai sistem hukum yang berbeda, maka kemungkinan timbul kesulitan untuk menafsirkan suatu ketentuan tentang suatu hal/syarat yang dicantumkan dalam perjanjian itu .

Pengertian perjanjian jual beli internasional lebih luas dibandingkan dengan perjanjian jual beli domestik. Unsur pembedanya terletak pada kata “Internasional”, dimana S. Gautama menyatakan bahwa “Apabila terdapat suatu unsur asing dalam suatu perjanjian yang bersifat internasional, maka unsur asing atau foreign element inilah yang menyebabkan suatu perjanjian menjadi suatu perjanjian internasional” .

(7)

(“Kontrak jual beli adalah kontrak dimana penjual mengalihkan atau menyetujui untuk mengalihkan hak milik berupa barang kepada pembeli untuk sejumlah uang yang disebut harga, karenanya, kontrak jual beli juga merupakan perjanjian penjualan atau penjualan sebenarnya, berdasarkan kontrak jual beli dimana hak milik atas benda dialihkan dari penjual ke pembeli, kontrak dinamakan penjualan, tetapi dimana pengalihan hak milik atas benda terjadi pada masa yang akan datang, atau subyek yang memenuhi beberapa syarat, kontrak disebut perjanjian penjualan. Suatu perjanjian untuk menjual menjadi penjualan, bila waktunya berlaku atau syarat-syarat telah terpenuhi oleh subyek yang mana hak milik atas benda dialihkan.”). R. Subekti menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata):

“Suatu perjanjian timbal balik dalam mana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik” .

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Hukum kontrak internasional telah mengalami perkembangan signifikan dalam sejarahnya. Beberapa prinsip kontrak internasional berasal dari kumpulan prinsip-prinsip yang berlaku di seluruh dunia, yang paling umum beberapa di antaranya prinsip freedom of contract, prinsip good faith dan prinsip pacta sunt servanda.

Kapan hukum kontrak internasional berlaku? Hukum kontrak internasional berlaku pada saat ditunjuk oleh para pihak, atau apabila para pihak tidak menentukan hukum mana yang akan berlaku, maka apabila kemudian terjadi sengketa, pada saat itu harus dimintakan persetujuan antara pihak bersengketa untuk menunjuk choice of law dan choice of forum-nya.

Daftar Pustaka

1. Lex loci Contractus, Wikipedia.com, 2011-07-05

2. Ba yu Seto Har djo waho no . 2006. Dasar dasar Huku m Per dat a I nt ernas io na l. Ba ndu ng: C it r a Ad it ya Bakt i. h. 263 304.

3. Sudar go Gaut ama. 1977. Pengant ar Hukum Per dat a I nt ernas io na l I ndo ne s ia. Jakar t a: B ina C ipt a.

4. Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung: Refika Aditama, 2007, Hlm. 2 5. Black’s Law Dictionary. PDF

6. Leonora Bakarbessy, Sh, Mh, Klausula Pilihan Hukum (Choice Of Law) Dan Pilihan Forum (Choice Of Forum) Dalam Transaksi Bisnis Internasional, jurnal Hukum Unpad, 2011

7. www.fh.unair.ac.id/opini.hukum.php?id=5&respon=0 8. Wikipedia.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian identifikasi senyawa fenol dalam ekstrak maupun fraksi etil asetat daun yakon juga menghasilkan kesimpulan bahwa kedua sampel tersebut positif mengandung senyawa

a) Rukhshah yang harus dilakukan (wajibah), seperti memakan barang haram bagi orang yang terpaksa berdasarkan QS. Juga seperti berbuka puasa bagi yang dikhawatirkan

Jadi dapat disimpulkan bahwa judi online adalah permainan judi Kemajuan teknologi internet tersebut banyak disalah gunakan oleh berbagai pihak baik yang bersifat pribadi

Dari hasil kutipan wawancara beberapa informan di atas, peneliti dapat mengemukakan bahwa keandalan pegawai dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat di Kantor

Kriteria suatu jenis tumbuhan dapat dolongkan sebagai hiperakumulator adalah : (1) Tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk; (2) Tingkat

Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B2 berada pada kriteria belum berkembang pada siklus I meningkat menjadi berkembang

Oleh karena itu, daerah pemilihan 2 DPRD Kota Medan pada pemilu 2014 menjadi daerah pemilihan yang sangat potensial untuk meraih banyak suara yang sangat kompetitif bagi 12