• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

MIFTAHUL KARIM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 140 siswa yang terdistribusi dalam empat kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh siswa kelas Hanafi sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas Maliki sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kemlagi Gede, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan pada tanggal 12 Juni 1988. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan Bapak Suratman dan Ibu Sukijah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah pendidikan dasar di MI Mulyosari lulus tahun 2001, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Pasir Sakti 2004, selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kalianda pada tahun 2007.

(7)

PERSEMBAHAN

Alha dulillahirobbil ’Ala i …

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih

sayang dan baktiku kepada

Keluargaku Ibu , Ayah, dan Adik-adikku

Kepada Ayah dan Ibu yang telah membesarkanku, menyekolahkanku tanpa pamrih, yang

selalu mendoaakanku supaya menjadi anak yang sukses.Kepada adik-adik mudah-mudahan

aku bisa menjadi contoh kakak yang membanggakan.

Adi, Qori , adit dan Ratnah

yang memberi dukungan, motivasi, pikiran, dan tenaga dalam mengelesaikan skripsi ini.

Para pendidik yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepadaku

Teman-teman seperjuangan dan sahabat-sahabatku

(8)

MOTO

Di dunia ini tidak ada yang mudah dan tidak ada yang tidak mungkin.

(Albert Einstein)

Bergantung pada bunga, bunga akan layu

Bergantung pada manusia, manusia akan mati

Tapi, cukuplah Allah tempat untuk bergantung dan berlindung

(9)

iv SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M. Pd selaku Pembimbing II sekaligus sebagai Pembimbing Akademik

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Pembahas

(10)

iv 7. Keluarga tercinta: bapak, ibu, dan nenek atas dorongan semangat, doa, dan kasih

sayangnya yang selalu menemaniku baik susah maupun senang.

8. Teman-teman (Adi, Qori’, Ratnah,dan Adit) yang senantiasa menemani dalam menyelesaikan skripsi

9. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2007 Reguler dan Mandiri 2008.

10.Kakak tingkat 2005 sampai 2006 dan adik tingkat 2008 sampai 2011. 11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, Desember 2014 Penulis,

(11)

ix DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 8

B. Efektivitas Pembelajaran ... 9

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 10

D. Pembelajaran konvensional ... 16

E. Pemahaman Konsep ... 17

F. Kerangka Pikir ... 19

G. Anggapan Dasar ... 21

(12)

ix III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Jenis Penelitian ... 22

C. Desain Penelitian ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Prosedur Penelitian ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Medode Analisis data ... 29

1. Uji Normalitas... 30

2. Uji Homogenitas ... 31

3. Uji Hipotesis ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kriteria Pemberian Poin Peningkatan ... 13

2.2 Kriteria Poin Perkembangan Kelompok ... 14

3.1 Desain Penelitian ... 23

3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 26

3.3 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 31

3.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 32

4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-Rata Skor, dan Simpangan Baku………... 37

4.2 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis... 38

(14)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajar

A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 48 A.2 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 63 A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 80

B.Instrumen Penelitian

B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post-test Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 91 B.2 Soal Post-test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa ... 93 B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ... 95 B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 101 B.5 Form Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. ... 102 B.6 Surat Keterangan Validasi Post-test ... 104

C.Analisis Data

C.1 Analisis Item Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman

(15)

vii Eksperimen ... 106 C.3 Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas

Kontrol ... 107 C.4 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen ... 108 C.5 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa pada Kelas Kontrol ... 112 C.6 Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 116 C.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa... 117 C.8 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Eksperimen ... 119 C.9 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas Kontrol ... 120 C.10 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 121 C.11 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 122

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Joesoef (2011) yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat.

Untuk menjadi bangsa yang maju maka bangsa Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2007: 477) yang berpendapat bahwa ciri utama yang membedakan masyarakat negara maju dengan masyarakat negara berkembang atau masyarakat miskin adalah dalam penguasaan teknologi. Masyarakat negara maju lebih menguasai teknologi dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang atau miskin.

(17)

2

indikator seberapa jauh peran suatu bangsa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari diseluruh jenjang pendidikan formal di Indonesia, hal ini mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pernyataan ini dilandaskan dari asumsi bahwa penguasaan matematika akan menjadi salah satu sarana untuk mempelajari bidang studi lainnya, tinggi itu pada jenjang pendidikan yang sama maupun jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, mutu pembelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan perlu ditingkatkan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Selain itu, hal yang terpenting yang harus dilakukan adalah membuat siswa menyadari akan pentingnya peran dan fungsi matematika sehingga menjadikan siswa tersebut lebih tertarik mempelajari matematika.

Dalam matematika pemahaman konsep merupakan faktor yang sangat penting. Karena pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang diajarkan. Agar mudah memahami konsep-konsep matematika maka mempelajari matematika harus sesuai dengan urutan yang logis, yang diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh karena itu untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang tinggi diperlukan metode pembelajaran yang menarik dan strategi pembelajaran yang tepat.

(18)

3

matematika serta rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya pertinggian pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa adalah strategi pembelajaran tidak langsung. Peranan guru dalam strategi pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam memahami konsep matematis yang dipelajari. Sesmiarni (2008) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan setiap kegiatan tinggi prosedur, langkah, maupun metode dan teknik yang digunakan guru agar dapat memberi kemudahan, fasilitas, dan atau bantuan lain kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif.

Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

(19)

4

berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Hal ini membantu dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, mengingat pemahaman konsep matematis tidak dapat diperoleh hanya dengan mendengarkan penjelasan guru.

Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Dalam kelompok belajar pemahaman konsep dibentuk bersama berdasarkan pengetahuan yang dimiliki serta interaksi berkelompok. Interaksi ini memungkinkan terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian mengkontruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini berarti, siswa membangun makna dari interaksi, sehingga pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari dapat meningkat.

(20)

5

kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep ma-tematis siswa dan strategi pembelajaran tipe STAD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, memberikan masukan tentang efektivitas model pembelajaran STAD terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(21)

6

E. Ruang Lingkup

1. Efektivitas

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari usaha atau tindakan pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran tipe STAD lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil empat sampai lima orang untuk bekerjasama dalam mempelajari materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu contoh strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran STAD. STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, pembagian siswa ke dalam kelompok, kuis individu, skor kemajuan individual, dan penghargaan tim.

3. Pembelajaran Konvensional

(22)

7

contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.

4. Pemahaman Konsep Matematis

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang “belajar”, diantaranya adalah Sardiman (2008 : 21) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya, sedangkan Hamalik (2004 : 27) berpendapat

“Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami”. Tidak hanya itu, lebih jauh lagi Slameto (2003 : 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dila-kukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sebagai akibat dari belajar Abdurrahman (2009 : 28) menge-mukakan bahwa belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu :

1. Belajar berhubungan dengan perubahan.

(24)

9 Menurut Slameto (2003 : 64), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini berkaitan dengan pengaruh yang datangnya dari seorang yang sedang belajar itu sendiri. Faktor internal meliputi faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan pengaruh yang datangnya dari luar seorang pembelajar. Faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keberhasilan belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

B. Efektivitas Pembelajaran

(25)

10 pertanyaan dan rencana pelajaran yang meng-ungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman yang dimiliki yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2002: 27) bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan.

Pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi maka hasil belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir, intensitas bertanya, serta interaksi yang baik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tercapainya tujuan pembelajaran yang diwujudkan pada hasil belajar merupakan hal utama dalam menilai efektivitas pembelajaran.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(26)

11 meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah dapat menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengapli-kasikan kemampuan dan pengetahuan mereka dalam suatu kerja sama di dalam diskusi.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Abdurrahman (2009:123) adalah sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling membantu demi keberhasilan kelompok.

2. Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentangprestasi belajar anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang memerlukan bantuan.

3. Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik heterogen. 4. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.

5. Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.

6. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahannkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok.

7. Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

8. Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi jika terjadi masalah antar anggota kelompok.

9. Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

(27)

12 kehidupan yang ada didalam masyarakat, sehingga dengan adanya kerja sama antar anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktifitas, dan perolehan belajar. Lima tipe utama dari model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI).

Menurut pendapat Slavin (2005: 143-146), salah satu pembelajaram kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti adalah STAD. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran yang sederhana, dan merupakan salah satu model yang baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

1. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas ini sama dengan pengajaran biasa hanya berbeda pada pemfokusan terhadap STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa merekaharus memperhatikan seksama selama presentasi kelas karena akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

2. Tim

(28)

13 adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

3. Kuis

Setelah melakukan beberapa kali pertemuan dalam setiap siklus, siswa diberikan kuis atau tes individu. Pada saat tes siswa tidak diperbolehkan membantu satu sama lain. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

4. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka belajar lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan

skor “awal“ yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasar tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Kriteria pemberian poin peningkatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Poin Peningkatan

Skor Kuis Terakhir Poin Peningkatan

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5 poin 10 poin – 1 poin di bawah skor dasar 10 poin Skor dasar sampai 10 poin di atasnya 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin

(29)

14 5. Rekognisi Tim

Rekognisi/penghargaan akan diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Untuk menghitung peningkatan skor kelompok digunakan rumus:

Pk = poin perkembangan kelompok

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak memperoleh penghargaan.Berdasarkan poin perkembangan kelompok terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Poin Perkembangan Kelompok

Perkembangan Penghargaan

Pk < 15 poin Baik

15 ≤ Pk < 25 poin Hebat

Pk ≥ 25 poin Super Hebat

(Slavin,2005 : 80)

Setiap pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan pembelajaran STAD (Umamik : 2007) adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama kelompok.

2. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara peserta didik yang berasal dari ras yang berbeda.

3. Menerapkan bimbingan oleh teman.

(30)

15 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD hanya pada pertemuan pertama, antaralain peserta didik harus bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi, peserta didik harus bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami konsep yang dipelajari, jika ada pertanyaan dari peserta didik dianjurkan untuk menanyakan kepada teman satu timnya sebelum menanyakan pada guru.

2. Dengan tanya jawab guru melakukan apersepsi untuk mengingat kembali materi sebelumnya.

3. Guru menyampaikan materi singkat yang akan dibahas.

4. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.

5. Membagi peserta didik dalam tim yang heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

6. Peserta didik bergabung dengan anggota timnya masing-masing yang telah ditentukan.

7. Peserta didik diberi soal/lembar diskusi, tiap tim satu lembar diskusi.

8. Peserta didik melakukan diskusi dengan timnya sampai semua anggota tim mengerti apa yang didiskusikan.

9. Guru berkeliling didalam kelas, memperhatikan bagaimana anggota tim bekerja, dan memberi pengarahan bila ada yang kurang jelas dengan perintah lembar diskusi.

(31)

16 menanggapinya.

11.Peserta didik mengerjakan tes individu/kuis.

12.Guru bersama peserta didik membahas tes individu sambil mengulang hal-hal yangdianggap sulit oleh peserta didik.

13.Dengan bimbingan guru, peserta didik membuat rangkuman. 14.Guru menghitung skor individu dan skor tim.

15.Setelah diketahui skor tim,ditentukan tim yang mendapat penghargaan.

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:592).Sedangkan menurut Sumarno (2011) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didalamnya meliputi berbagai metode yang berpusat pada guru. Metode-metode tersebut diantaranya adalah ceramah, Tanya jawab, dan diskusi.

(32)

17 konsep ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa.

Langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dengan tanya jawab guru melakukan apersepsi untuk mengingat kembali materi sebelumnya.

2. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.

3. Guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas.

4. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya 5. Guru memberikan soal kepada peserta didik

6. Guru berkeliling di dalam kelas, memperhatikan bagaimana siswa mengerjakan soal.

7. Guru beserta peserta didik membahas soal

E. Pemahaman Konsep

(33)

18 konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Carpenter ( dalam Bennu, 2010 ) yang

menyatakan “salah satu ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa siswa harus memahami matematika. ”Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati (2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

(34)

19 pada pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang

digunakan adalah menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.

F. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu proses yang aktif, karena di dalam belajar seseorang berusaha membangun pengetahuan. Membangun pengetahuan akan lebih bermakna jika siswa mengalami bukan hanya mengetahui dan menghafal saja. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika siswa terlibat secara aktif dan guru tidak mendominasi pembelajaran. Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru akan menimbulkan kejenuhan dan siswa cenderung bersifat pasif.

(35)

20 pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Kegiatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta kerjasama yang baik antar anggota tim, ada ketergantungan saling memerlukan yang positif, tanggung jawab masing-masing anggota, keterampilan hubungan antar personal, serta meningkatkan interaksi antarsiswa. STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuan dan jenis kelamin. Siswa juga dituntut untuk saling membantu dalam menguasai materi yang diajarkan. Siswa berkemampuan tinggi dalam kelompok diharapkan dapat memberikan bantuan kepada teman kelompoknya dalam memahami konsep yang dipelajari.

(36)

21 matematis siswa akan lebih baik daripada pemahaman konsep matematis yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung.

G. Anggapan Dasar

Penelitian ini bertolak belakang pada anggapan dasar sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VIII semeseter genap SMP IT Ar-Raihan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk seluruh siswa diabaikan.

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Hipotesis Umum

Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung.

2. Hipotesis Khusus

(37)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung TP 2013/2014 yang terdistribusi dalam empat kelas, yaitu kelas Imam Maliki, Imam Hambali, Imam Hanafi, dan Imam Safi’i dengan banyak siswa 104 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dari empat kelas yang ada. Setelah itu, menentukan secara acak dua kelas dari empat kelas tersebut dan terpilihlah kelas Imam Maliki yang terdiri dari 26 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas Imam Hanafi yang terdiri dari 26 siswa sebagai kelas eksperimen.

B. Jenis Penelitian

(38)

23 C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan yaitu model posttest only control grup design dengan satu macam perlakuan. Ini adalah desain kelompok kontrol dengan tes akhir saja. Penggunaan model ini didasari asumsi bahwa kelompok eksperimen dan kelompok pembanding yang diambil sudah betul-betul ekuivalen.

Secara umum skema dari model tersebut adalah seperti berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

E X O1

P C O2

Anggoro (2007: 337) Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

C = Kelas Kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skor posttest pada kelas ekperimen

O2 = Skor posttest pada kelas kontrol

D. Teknik Pengumpulan Data

(39)

24 kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah pembelajaran bertujuan untuk melihat keefektifan pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Pembuatan Instrumen Penelitian 5. Melakukan validasi instrumen.

6. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 7. Uji Coba Instrumen Penelitian

8. Melakukan pertinggian instrumen

9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 10.Menganalisis data

11.Menyusun laporan

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis. Perangkat tes terdiri dari 5 soal esai. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

(40)

25 2. kompetensi dasar 4.1, menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran, kompetensi dasar 4.2, menghitung keliling dan luas lingkaran, dan kompetensi dasar 4.3, menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah.

3. Menentukan tipe soal, yaitu soal esai. 4. Menentukan jumlah soal, yaitu 5 soal.

5. Menentukan waktu mengerjakan soal, yaitu 80 menit.

6. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. 7. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan penentuan skor. 8. Menulis butir soal.

9. Mengujicobakan instrumen. 10.Menganalisis validitas, reliabilitas.

11.Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.

(41)

26 Adapun pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Keterangan Skor

1. Menyatakan ulang

suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1

c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2

2. Mengklasifikasi

objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

2

3. Memberi contoh dan

non contoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1

c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4. Menyatakan konsep

dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah

1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu

konsep tetapi salah

1

c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari

suatu konsep dengan benar

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih prosedur

tetapi salah

1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur

dengan benar

2

7. Mengaplikasikan

konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1

c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

Sumber: Sartika (2011: 22) Setelah perangkat tes tersusun, diujicobakan pada kelas di luar sampel penelitian, yaitu kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung. Uji coba dilakukan untuk menguji apakah soal-soal tersebut memenuhi kriteria soal yang layak digunakan, yaitu meliputi validitas dan reliabilitas.

a. Validitas soal

(42)

27 hasil belajar, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagi alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Jika penilaian guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008:65). Validasi terhadap perangkat tes dilakukan dengan tujuan agar diperoleh perangkat tes yang memenuhi validitas isi. Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid dilakukan langkah-langkah berikut.

1) Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator. 2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.

3) Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal

4) Mempertinggii soal berdasarkan saran dari ahli

(43)

28 dari tes tersebut dikatagorikan valid (Lampiran B.5). Setelah diadakan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba untuk diteliti kualitasnya

b. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (2005: 65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diinginkan. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2006: 195) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus Alpha, yaitu:

r = Koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

Si = Jumlah varians skor dari tiap butir item

(44)

29 dinyatakan oleh Arikunto (2006: 75) sebagai berikut.

1. antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi 2. antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi 3. antara 0,400 sampai dengan 0,600: sedang 4. antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

5. antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah.”

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,86 (Lampiran C.1).

Berdasarkan pendapat Arikunto di atas, nilai 11

r memenuhi kriteria sangat tinggi. Oleh

karena itu instrumen tes pemahaman konsep tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

G. Metode Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil posttest dianalisis. Analisis data penelitian dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Sebelum pengujian hipotesis data hasil belajar siswa dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas

(45)

30 1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 292).

Langkah-langkah uji normalitasnya adalah sebagai berikut. a. Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan c. Statistik Uji

Keterangan :

= harga Chi-Kuadrat

= frekuensi observasi = frekuensi harapan

= banyaknya kelas interval

d. Kriteria Uji

Tolak H0 jika dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian

(46)

31 Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Pembelajaran

X

hitung2

X

tabel2 Keputusan Uji

STAD 1,14 7,81 H0 diterima

Konvensional 3,72 7,81 H0 diterima

Dari Tabel 3.4, terlihat bahwa pada kelas eksperimen maka data

normal. Dan pada kelas kontrol , maka data normal. Jadi, data

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Untuk menguji homogenitas varians digunakan uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis

Ho : (populasi memiliki varians yang sama)

H1 : (populasi memiliki varians yang tidak sama)

b. Taraf signifikan : α = 5% c. Statistik uji

dengan ∑ ∑

Keterangan :

= varians terbesar

= varians terkecil n = jumlah siswa ( ∑ fi ) xi = tanda kelas

(47)

32 d. Kriteria uji

Tolak H0 jika , dimana didapat dari daftar

distribusi F dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut (Sudjana, 2005: 250).

Hasil perhitungan uji homogenitas kelompok data dapat dilihat pada Tabel berikut dan pada Lampiran C.6.

Tabel 3.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman konsepMatematis

Pembelajaran Varians Dk Kriteria

STAD 19,05

50

1,95 2,23 Kedua populasi memiliki varians yang sama Konvensional 37,32

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh Berdasarkan kriteria

uji, hipotesis nol diterima, artinya kedua populasi mempunyai varians yang sama. Selanjutnya pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t.

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor posttest Untuk data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama, uji hipotesis dilakukan dengan uji t menurut Sudjana (2005: 243) dengan hipotesis sebagai berikut:.

a. Hipotesis Uji

(48)

33

H1: (rata-rata skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran

kooperatif STAD lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional).

4. Statistik uji

̅ ̅

Dengan,

Keterangan :

i x

= rata-rata skor dari kelas eksperimen

2

x = rata-rata skor dari kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran tipe STAD

= varians skor pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran Konvensional

5. Kriteria uji

(49)

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari analisis data hasil belajar pemahaman konsep matematis siswa, diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Ar-Raihan Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Dalam pemilihan model pembelajaran hendaknya guru benar-benar memahami karakteristik siswa agar pembelajaran yang digunakan tepat untuk siswa tersebut dan cocok dengan materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga efisiensi serta efektivitas pembelajaran dapat tercapai.

2. Sebaiknya model pembelajaran koopertaif tipe STAD menjadi salah satu alternatif pilihan guru dalam melakukan pembelajaran di SMP Ar-Raihan

(50)

44

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah. Jakarta : Rineka Cipta.

Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi.2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Bennu. 2010. Pemahaman Konsep. [Online]. Tersedia di http://sudarmanbennu. blogspot.com. Diakses 16 Oktober 2013.

Dimiyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Joesoef, Daud. 2011. Pendidikan Kunci Kemajuan Bangsa. [Online]. Tersedia di http://edukasi.kompas.com. Diakses 16 Oktober 2013.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [Online]. Tersedia di http://hafismuaddab.wordpress.com. Diakses 16 Oktober 2013. Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta : Bumi Aksara.

Nuh, Muhammad. 2011. Matematika Modal Utama Kemajuan Bangsa. [Online]. Tersedia di http://www.pelitaonline.com. Diakses 16 Oktober 2013.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Bahasa.

Sambas. 2009. Definisi Efektivitas. [Online]. Tersedia di http://sambasalim.com. Diakses 16 Oktober 2013.

Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo Persada.

(51)

45 Sesmiarni, Zulfani. 2008. Strategi Pembelajaran Dengan Memberdayakan

Kecerdasan Untuk Mencapai Hasil Belajar yang Optimal. [Online]. Tersedia di http://sweetyhome.wordpress.com. Diakses 16 Oktober 2013. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tasito.

Suherman, E. 2003. Model Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Sumarno, Alim. 2011. Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia di http://blog.elearning.unesa.ac.id. Diakses 16 Oktober 2013.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram : NTP Pres.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi pendidikan. Bandung : Imtima.

Umamik, Siti. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Matematika Cooperative Learning Tipe STAD Melalui Pemanfaatan Alat Peraga. (Skripsi). Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Gambar

Tabel  2.1 Kriteria Pemberian Poin Peningkatan
Tabel 2.2 Kriteria Poin Perkembangan Kelompok
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sarana prasarana berfungsi menyediakan pelayanan untuk mendukung aktifitas wilayah dengan substansi yang berbeda contohnya jaringan jalan, air bersih, listrik, sarana

RESPON IMUN NON SPESIFIK VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS ( Cyprinus carpio ).. Oleh

Dari hasil analisis selama periode penelitian hasil uji t yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen menunjukan

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

Dilihat dari kandungan nilai gizi yang hampir sama dan nilai β -karoten pada tepung labu kuning lebih tinggi maka tepung labu kuning dapat menjadi alternatif untuk

Ekstruder produk makanan ringan yang disebut sebagai ‘ 3rd generation snack ’ atau Pelet dan 3) Meat Chopper Extruder (MCE). Ketiga jenis alat ekstruder di atas hanya mempunyai

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan