ABSTRAK
KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PENGGEMUKAN SAPI POTONG HAJI SONY DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Maftuhatul Hidayah
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony,mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal sapi potong Haji Sony, dan merumuskan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan Haji Sony Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dengan menggunakan metode study kasus. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilik, mandor, penanggung jawab kandang peternakan Haji Sony. Metode kuantitatif kinerja yang ditentukan adalah pertumbuhan harian hidup sapi (ADG) dan pendapatan. Metode kualitatif merumuskan strategi yang ditentukan adalah analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pada peternakan sapi potong Haji Sony secara keseluruhan dalam kategori sudah baik. Usaha penggemukan sapi potong memiliki produktivitas rata-rata pertumbuhan harian hidup sapi (ADG) jenis Peranakan Ongole (PO) sebesar 0,8 kg/ekor/hari dan jenis sapi Brahman Cross sebesar 1,3 kg/ekor/hari.
Present Value pendapatan tertinggi peternakan Haji Sony dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 32.173.881.083,73 dan total R/C adalah 2,26. Strategi prioritas yang digunakan untuk pengembangan peternakan sapi potong Haji Sony yaitu : (a) menghasilkan produk berkualitas yang memiliki sedikit kadar lemak (b) membuat pembukuan untuk memaksimalkan penggunaan modal dan (c) mengadakan pelatihan untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas
ABSTRACT
PERFORMANCE AND DEVELOPMENT STRATEGY OF HAJI SONY FEEDLOT BUSINESS IN KARANG ANYAR VILLAGE, JATI AGUNG SUB
DISTRICT, SOUTH LAMPUNG By
Maftuhatul Hidayah
This research aims to analyze the performance of Haji Sony Feedlot business; to identify the internal and external factors of the business, and to formulate its development strategy. The research is conducted at Haji Sony cow farm in Jati Agung sub district, South Lampung Regency by using a case study methodology. The respondents in this research are the owner, supervisors, workers in charge of stables of Haji Sony farm. Quantitative methods to determine the performance are Average Daily Growth (ADG) and Income. Qualitative method to formulate strategy is SWOT analysis. The results of this research showed that the whole performance on Haji Sony Feedlot business is in a good category. The ADG of Ongole species is 0.8 kg/cow/day and the ADG of Brahman Cross Species is 1.3 kg/cow/day. The highest income present value of Haji Sony farm business in 2012 reached Rp 32,173,881,083.73 per year with value of 2.26. The priority strategies taken to develop the business are: (a) producing less fat quality beef (b) creating a bookkeeping to maximize the use of capital, and (c) training to create qualified workers.
KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PENGGEMUKAN SAPI POTONG HAJI SONY
DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Maftuhatul Hidayah Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada hari Minggu pukul 09.00 WIB tanggal 15 Desember 1991 dari pasangan Bapak Drs. Sutrisno Hadi Am.MH dan Ibu Sri
Wahyuningsih, S.Pd., terlahir sebagai anak ke tiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SDN 2 Sukabumi Indah Bandar Lampung pada tahun 2003 , tingkat SLTP di MTSN 2 Bandar Lampung
pada tahun 2006, tingkat SMA di SMAN 12 Bandar Lampung pada tahun 2009. Melalui jalur ujian mandiri (UM), penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis
pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lampung Timur dan pada tahun 2013
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah
memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda
Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja dan Strategi
Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang
membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. Pembimbing Utama, yang senantiasa memberikan masukan, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat dalam
penulisan skripsi.
2. Ir. Adia Nugraha, M.S. Pembimbing Pendamping, yang senantiasa memberikan masukan, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat dalam
4. Bapak Haji Sony, Bapak Amin, Bapak Rohim, sebagai pemilik usaha
penggemukan sapi potong yang telah memberikan informasi, masukan dalam penulisan skripsi.
5. Dr. Ir. Fembriati Ery Prasmatiwi, M.S., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung.
6. Ir. Begem Viantimala, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
7. Orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Sutrisno Hadi Am.MH dan Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd., Kakak-kakakku tercinta Nur Siti Azizah, S.KM dan
M.Alimuddin, S.Kom, Kakak Ipar Echa, Mustofa, Tante Ritayuni, serta keponakanku Shirin dan Shaquille yang telah memberikan limpahan kasih
sayang, dukungan, doa, dan bantuannya.
8. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
9. Ir. Eka Kasymir, M.S., selaku Pembimbing Praktek Umum dan Kepala Laboratorium Analisis Agribisnis dan Ekonomi Pertanian Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, atas bantuan dan arahan yang telah diberikan.
10. Karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Ayi, Mba Iin, Mas Kardi, dan Mas Boim atas semua bantuan yang telah diberikan.
12. Teman-temanku tersayang, Febi, Firjen,Yunika, Yesika, Ulli, Mpie, Desti, Lia, Bram, Wayan, Edy Tsu, Ockta, Riska, Aris, Uja, Masdayani, Hardiyanti, Anggun, Willy, Reni, Monica, Nta, Nia, Agum, Kemas, Mandala, Zia, Rani, Oni, Dedeh, Atika, Bakti, Caut S.P, Mellisa, Felicia, Anita, Novi,Yusuf,
Ongki, Nuzul, Fiqih, Nyoman, Rara, Lisa, Kiki, Affan, Tamaoku.
13. Teman-teman Agribisnis 2009, kakanda-kakanda Agribisnis 2008, 2007 dan Adinda-adinda Agribisnis 2010 dan 2011 atas doa dan dukungannya.
14. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga
karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A.Tinjauan Pustaka ... 9
1. Usaha Ternak Sapi... 9
2. Usaha Penggemukan sapi ... 12
3. Kinerja ... 14
4. Pendapatan Usaha penggemukan sapi ... 18
5. Analisis Strategi Pengembangan ... 20
5.1.Lingkungan Internal dan Eksternal Sapi Potong ... 21
a. Lingkungan Internal ... 21
b. Lingkungan Eksternal ... 24
5.2 Tahap Analisis SWOT ... 27
6. Penelitian-penelitianTerdahulu ... 31
B. Kerangka Pemikiran ... 33
III. METODE PENELITIAN ... 36
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 36
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung Tahun 2007-2011 ... 2
2. Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011 ... 3
3. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2011 ... 4
4. Populasi ternak sapi potong di Peternakan Haji Sony Tahun 2008-2012... 5
5. Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal... 45
6. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk kekuatan (strength)... 49
7. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk Kelemahan (weakness)... 50
8. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk peluang (opportunities)...... 54
9. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk ancaman (threats) ... 55
10. Rata-rata produktivitas sapi potong Peternakan Haji Sony jenis peranakan ongole (PO) dan brahman cross tahun 2009-2013.... 67
11. Biaya investasi peternakan penggemukan sapi potong Haji Sony 2013 ... 69
12. Biaya variabel tahun 2009-2013 di peternakan Haji Sony ... 71
13. Biaya Operasional tahun 2009-2013 di Peternakan Haji Sony ... 71
15. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk
kelemahan (weakness)... 81
16. Matrik faktor Strategi eksternal untuk peluang (opportunities)... 88
17. Matrik faktor Strategi eksternal untuk ancaman (threats)... 89
18. Pembobotan untuk diagram SWOT faktor internal dan eksternal... 90
19. Strategi prioritas yang dapat dilakukan penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan... 95
20. Rata-rata Berat awal dan berat akhir sapi potong Peranakan Ongole (PO) selma 10 kali proses produksi tahun 2009-2013... 104
21. Rata-rata Berat awal dan berat akhir sapi potong Brahman cross selama 10 kali proses produksi tahun 2009-2013 ... 105
22. Biaya tenaga kerja ... 106
23. Biaya penyusutan usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 107
24. Biaya produksi per periode tahun 2009-2013 pada usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 108
25. Data CashFlow usaha penggemukan sapi potong Haji Sony...113
26. Present value jenis sapi peranakan ongole dan brahman cross...115
27. Penyusunan strategi pada usaha penggemukan sapi potong Haji Sony... 116
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Bentuk matrik SWOT ... 28 2. Diagram Analisis SWOT ... 29
3. Bagan Alir Kinerja dan Strategi Pengembangan peternak
penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Selatan ... 35
4. Bentuk matrik SWOT ... 56
5. Struktur organisasi peternakan sapi potong Haji Sony ... 58
6. Diagram SWOT usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lmapung
Selatan ... 90
7. Analisis SWOT usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lmapung
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani, tetapi sekaligus dapat mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara
ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (Iqbal dan Sudaryanto,
2008). Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah
untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh. (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008)
Pembangunan pertanian meliputi banyak sektor diantaranya subsektor peternakan yang harus diperhatikan dan ditingkatkan, mengingat peternakan memiliki
peranan penting dalam memberikan devisa melalui komoditas ekspor seperti sapi, babi, domba, kambing, dan ayam. Salah satu usaha dalam sektor peternakan yaitu
usaha penggemukan sapi potong. Usaha ini sangat potensial untuk dikembangkan, dikarenakan usaha ini memiliki peluang keberhasilan bisnis yang tinggi.
Usaha penggemukan sapi di Indonesia saat ini sangat berkembang yang dapat
penggemukan sapi. Hal ini terkait akan kesadaran masyarakat terhadap manfaat
daging sapi yang sangat besar bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani sehingga permintaan terhadap daging sapi semakin tinggi.
Menurut Dinas Peternakan Provinsi Lampung (2011), populasi ternak sapi di
Provinsi Lampung saat ini mencapai 742.776 ekor, yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Lampung (2012), populasi ternak sapi di Provinsi Lampung tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi ternak sapi di Provinsi Lampung Tahun 2007-2011
Tahun Sapi Jantan (ekor)
Sapi Betina (ekor)
Jumlah Total Populasi Ternak Sapi (ekor)
2007 139.333 270.836 410.169
2008 144.55 280.976 425.526
2009 157.29 305.742 463.032
2010 168.512 327.554 496.066
2011 242.367 500.409 742.776
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2012
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi di Provinsi Lampung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan di
Provinsi Lampung termasuk sentra penggemukan sapi impor dan daerah penghasil daging sapi nasional sehingga usaha ternak sapi dapat memberikan prospek yang cerah untuk Provinsi Lampung.
Tabel 2. Populasi ternak sapi potong di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Lampung, 2012
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki
potensi pengembangan penggemukan sapi potong yang cukup besar, hal ini disebabkan oleh populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Potensi bibit/bakalan yang belum digunakan saat ini masih tersisa 89,76 sedangkan luas potensi bibit/bakalan yang baru digunakan
saat ini hanya 10,24 persen, sehingga membuka peluang investasi sektor
Populasi ternak sapi di Kabupaten Lampung Selatan dapat ditingkatkan karena
potensi pengembangan di daerah ini masih tersedia cukup luas. Untuk mewujud -kan potensi itu dibutuhkan budidaya peternakan sapi yang perlu dikembangkan di
setiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan tahun 2011
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan, 2012
dan peternakan perusahaan skala besar. Perusahaan peternakan berskala besar di
Kecamatan Jati Agung hanya terdapat perusahaan Haji Sony.
B. Perumusan Masalah
Peternakan sapi potong Haji Sony merupakan salah satu peternakan yang berada di Kecamatan Jati Agung. Perkembangan populasi sapi di peternakan Haji Sony
tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi ternak sapi potong di Peternakan Haji Sony Tahun 2009-2013
No Tahun Populasi Sapi (ekor)
1 2009 680
2 2010 721
3 2011 579
4 2012 1.024
5 2013 833
Jumlah 3.837
Sumber : Informasi sinder peternakan Haji Sony
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 populasi sapi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut
informasi sinder peternakan Haji Sony, penurunan ini dikarenakan tingginya harga pakan ternak sapi dan harga bibit/bakalan sapi serta menurunnya kinerja perusahaan*). Penurunan harga sapi menyebabkan kerugian yang cukup besar
untuk usaha penggemukan sapi potong Haji Sony. Hal ini mengakibatkan perubahan sistem managemen pakan peternakan, dimana peternakan sapi Haji
Sony mulai memberikan pakan berupa konsentrat.
Kemajuan suatu perusahaan dapat dinilai dari kinerja perusahaan tersebut. Data
yang ada dapat dilihat bahwa produksi peternakan Haji Sony berfluktuasi
sehingga kinerja mengalami kenaikan dan penurunan, berdasarkan fluktuasi yang
cenderung menurun di tahun tersebut populasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa pengaruh terhadap kinerja dari pengalaman usaha, penurunan bibit/bkalan sapi, pakan hijuauan, curahan tenaga kerja dan luas kandang berpengaruh
terhadap kinerja usaha penggemukan sapi, oleh karena itu perlu ada pengukuran terhadap kinerja apakah sudah baik atau belum, dimana penilaian kinerja
peternakan sapi potong Haji Sony dapat dilihat dari aspek produktivitas dan pendapatan
Peternakan sapi potong dalam mengembangkan usahanya mengalami kendala yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan dari dalam perusahaan berupa variabel-variabel yang
merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan dari luar perusahaan berupa variabel-variabel yang merupakan
peluang dan ancaman bagi peternakan sapi potong.
Kendala lingkungan internal yang dihadapi peternakan adalah kurangnya
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dikarenakan hanya mampu memanfaatkan ilmu yang sudah diwariskan oleh orang tuanya. Kendala
lain yang juga harus dipegang peternakan adalah bagaimana mengenal tipe sapi potong saat membeli bibit/bakalan sapi. Pengetahuan ini diberikan agar peternak
Kendala lingkungan eksternal yang dihadapi oleh peternak adalah pasokan pakan
untuk sapi yang dipengaruhi oleh musim, apabila musim hujan pasokan pakan akan melimpah dan beraneka ragam sebaliknya pasokan pakan sapi akan
berkurang pada musim kemarau. Kendala lain dalam lingkungan eksternal yaitu lokasi yang harus menempuh jarak yang cukup jauh dari jalan raya karena lokasi peternakan yang berada di dalam pedesaan dengan kondisi jalan yang kurang baik
untuk dilintasi.
Peternakan sapi potong Haji Sony memiliki pesaing dari peternak kecil skala rumah tangga dan perusahaan peternak skala besar yang berada di luar kecamatan
Jati Agung. Persaingan yang ketat dalam usaha penggemukan sapi menyebabkan peternakan sapi potong Haji Sony perlu menerapkan strategi untuk usahanya.
Strategi yang sesuai dengan kondisi peternakan sapi akan mampu meningkatkan pendapatan dengan potensi yang telah dimiliki oleh peternakan sapi potong Haji
Sony tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :
1. Bagaimana kinerja usaha penggemukan sapi potong Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan?
2. Faktor internal dan faktor eksternal apakah yang dapat digunakan untuk penentuan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi potong Haji
Sony ?
3. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari kinerja usaha peternakan penggemukan sapi potong Haji
Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
2. Mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal sapi potong Haji
Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
3. Merumuskan strategi pengembangan usaha penggemukan sapi Haji Sony di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Bagi Pemerintah dan Instansi terkait, sebagai informasi dalam penentuan kebijakan mengenai usaha penggemukan sapi di daerah pedesaan
khususnya desa Karang Anyar kecamatan Jati Agung.
2. Bagi peternak, sebagai informasi dan masukan untuk pengembangan usaha peternak penggemukan sapi
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1) Usaha Ternak Sapi
Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam
pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk maka permintaan produk-produk peternakanakan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber
karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat. Subsektor peternakan memiliki peranan penting
dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008).
Usaha peternakan, khususnya peternakan sapi potong di Indonesia umumnya
masih dikelola secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Santosa, Warsito, Andoko
1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan
untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen.
2) Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen (semi komersial
atau usaha terpadu).
3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak
sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70–
100 persen.
4) Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak100
persen (komoditas pilihan).
Menurut Williamson (1993), setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah
tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo (1990), berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di
Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan
2. Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah
memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain– lain.
3. Usaha komersial adalah usaha yang benar – benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum. Pengembangan suatu usaha peternakan sangat bergantung pada
ketersediaan sumberdaya, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya pendukung lainnya.
Dalam usaha peternakan, lahan merupakan basis untuk usaha peternakan atau
merupakan faktor produksi sebagai sumber makanan ternak pokok berupa rumput, limbah maupun produk utama pertanian (Suparini, 2000).
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama
faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru, dalam hal ini hasil-hasil pertanian. Modal petani di luar tanah adalah ternak beserta
kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen
yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain.
Manajemen peternakan merupakan suatu seni mengelola peternakan yang
berfungsi membantu tercapainya tujuan memperoleh keuntungan dengan cara mengatur semua aktivitas dalam peternakan agar sejalan dengan tujuan tersebut. Manajemen itu sendiri terdiri dari beberapa unsur yaitu: a) perencanaan, b)
sedini mungkin, dan mencegah pemborosan serta berperan dalam menentukan
kebijakan usaha yang tepat (Rasyaf, 1999).
2.Usaha Penggemukan Sapi
Sugeng (2000), menyatakan bahwa penggemukan sapi sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 – 18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga
bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk. Pemeliharaan sapi potong di
Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi-intensif, intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada di dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk. Selanjutnya dikatakan
bahwa sapi – sapi yang dipelihara secara ekstensif, dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore.
Menurut Siregar (1999), penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Namun ada pula yang mengusahakan penggemukan sapi secara kelompok dalam kandang yang
berkelompok pula. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik
Menurut Rianto dan Purbowati (2010), sistem penggemukan ada tiga,yakni
sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening (sistem kereman), dan kombinasi sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening. Penggemukan sistem dry lot fattening (sistem kereman) adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus
menerus dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi – sapi jantan
yang telah berumur 2-3 tahun dalam kondisi kurus dan sehat dengan lama penggemukan sekitar 4 – 6. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 kilogram
per hari dengan kenaikan berat badan rata – rata 0,33 kilogram per hari. Sistem
pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 – 10 bulan, dengan sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan
atau betina dengan umur minimal sekitar 2,5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu
penggemukannya yang relatif lebih singkat.
Kombinasi sistem pasture fattening, sistem dry lot fattening (sistem kereman) dapat dilakukan dengan dua cara yakni, pada musim penghujan saat hijaun
belimpah sapi digembalakan dipadangan. Sementara musim kemarau, sapi dikandangkan dan dipelihara secara dry lot. Pada siang hari, sapi digembalakan
dipadangan, sementara dimalam hari sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan
1) berumur sekitar 2,5 tahun,
2) jenis kelamin jantan,
3) bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi
pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm,
4) tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan,bukan karena sakit),
5) pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus, dan 6) kotoran normal.
Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat,usia
masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Direktorat Jenderal Peternakan (2007) mengemukakan bahwa pemilihan bibit
ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang (1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi (umur, pertambahan berat badan,
produksi daging, dan lemak), (3) kasitas reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak lahir dan hidup normal, umur pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan, kemampuan membesarkan anak, dan sebagainya),
(4) tingkat kesejahteraan anak.
3. Kinerja
Kinerja perusahaan adalah keadaan perusahaan selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Srimindarti, 2004).
hasil yang dicapai dalam pekerjaannya. Kinerja merupakan suatu konstruk yang
bersifat multidimensional, pengukurannya bervariasi tergantung pada
kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja. Penilaian kinerja aktivitas
perusahaan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Penilaian kinerja sendiri memiliki beberapa pengertian yaitu suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang
berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan
apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat (Schuler & Jackson, 1996).
Menurut Prasetya dan Fitri (2009) mengemukakan bahwa ada enam tipe pengukuran kinerja, yaitu produktivitas, kapasitas, kualitas, kecepatan
pengiriman, fleksibel dan kecepatan proses.
a. Produktivitas
Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa naik kita mengonversi input
dari proses transformasi ke dalam output.
input output tas
produktivi
b. Kapasitas
Kapasitas adalah suatu ukuran yang menyangkut kemampuan output
c. Kualitas
Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidasesuaian dari produk yang dihasilkan.
d. Kecepatan Pengiriman
Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi, pertama jumlah waktu antara produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, kedua
adalah variabilitas dalam waktu pengiriman.
e. Fleksibel
Fleksibel yaitu mengukur bagaimana proses transformasi menjadi baik dengan membutuhkan kinerja disini. Ada tiga dimensi dari fleksibel,
pertama bentuk dari fleksibel menandai bagaimana kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi satu produk atau keluarga produk untuk
yang lain. Kedua adalah kemampuan bereaksi untuk berubah dalam volume. Ketiga, kemampuan dari proses produksi yang lebih dari satu produk secara serempak.
f. Kecepatan Proses
Kecepatan proses adalah perbandingan nyata melalui waktu yang
diambil dari produk untuk melewati proses yang dibagi dengan nilai waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi produk atau jasa.
time
Menurut Amin et al, dalam Arisandi (2011) mengemukakan bahwa pengukuran
Produktivitas peternakan sapi potong
Untuk mengetahui produktivitas peternakan sapi potong menggunakan rata-rata pertumbuhan harian (ADG) dihitung menggunakan rumus:
ADG =
keterangan: ADG = rata–rata pertumbuhan harian (%) wo = berat awal (kg/ekor)
wt = berat akhir (kg/ekor) t = waktu pemeliharaan (hari)
Standar nilai produktivitas bibit/bakalan sapi potong yang sudah baik adalah 1,0 – 1,2 kg/ekor/hari.
Menurut Cole (1972), dalam Kuncoro (2005) penilaian kinerja perusahaan diukur
dengan menggunakan salah satu data untuk melakukan penilaian kinerja perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan penilaian buku yaitu berdasarkan rasio-rasio laporan
keuangan contohnya Return On Assets dan Return On Equity. ROE menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan dan membahas trade-off antara return dan risiko
yang dihadapi oleh perusahaan. Cara menghitung komponen-komponen rasio yang membentuk perhitungan ROE :
ROE =
ROE menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal
yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return adalah semakin baik karena dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai
ROA =
ROA menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki. Untuk mendapatkan ROE juga dapat
dilakukan dengan menghubungkan ROA dengan Equity Multiplier (EM) dengan rumus sebagai berikut :
ROE =
x
= ROA x EM
4. Pendapatan Usaha penggemukan sapi
Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan tanpa ada pendapatan tidak mungkin akan didapat penghasilan atau earnings. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau
disebut penjualan, penghasilan jasabunga, dividen, royalti dan sewa.
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Di berbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input production factor
dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 1997).
ternak potong. Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil
pengurangan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ penerimaan
Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan
usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = TR-TC
Dimana:
π: Keuntungan (Benefit)
TR : Penerimaan Total (Total Revenue)
TC : Biaya Total (Total Cost)
Biaya produksi dalam jangka pendek dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya
investasi yang besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil produksinya berubah, terrmasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan,
penyusutan kandang, dan perawatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau harga di pasaran pada waktu itu yang termasuk biaya
variabel adalah sapi bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga modal/bunga bank jika meminjam dari bank (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Menurut Muktiani (2011), tujuan utama penggemukan sapi adalah untuk memperoleh kenaikan
bobot badan setinggi mungkin dalam waktu yang relatif singkat. Ada beberapa faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap tujuan tersebut antara lain
5. Analisis Strategi Pengembangan
Menurut David (2003), strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi bisnis dapat termasuk perluasan geografis,
diversifikasi, pengembangan produk, penetrasi pasar dan menciptakan keunggulan bersaing. Hal tersebut membuktikan bahwa diperlukannya suatu analisis untuk
membuktikan apakah strategi tersebut tepat diterapkan pada peternakan sapi potong Haji Sony sehingga peternakan tersebut tidak mengalami kemunduran.
Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah intensifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan
Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.
Kinerja suatu perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor
mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor internal
dan faktor eksternal tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal kekuatan (strength) dan
kelemahan (weaknesses) serta lingkungan eksternal peluang (opportunities) dan ancaman(threats) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses).
5.1 Lingkungan Internal dan Eksternal Peternakan Sapi Potong
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan menganalisis berbagai aspek yang ada di
dalam lingkungan internal dan eksternal.
b. Lingkungan Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang
berasal dari dalam organisasi atau peternakan penggemukan sapi potong. Menurut Gaspersz (2012), kekuatan dan kelemahan yang dimiliki peternakan
penggemukkan sapi potong adalah sebagai berikut :
1) Sumber daya manusia (SDM)
Kemajuan suatu peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya sumber daya manusia yang memiliki mutu kerja tinggi. Sumber daya
manusia mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja yang efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawaan,dan masyarakat. Tujuannya adalah agar peternakan mendapatkan laba yang lebih besar dari
yang berkualitas baik dengan harga yang wajar dan selalu tersedia dipasar
(Hasibuan, 2003).
Karyawan yang memiliki mutu kerja rendah dapat merugikan peternakan penggemukan sapi potong sehingga sulit untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sumber daya manusia khususnya karyawan peternakan sapi potong dilihat dari segi kuantitas dinilai cukup memadai, tetapi dari segi
kualitas masih perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan kelemahan peternakan sapi potong, oleh karena itu perusahaan berupaya meningkatkan kualitas karyawan dengan mengadakan program-program latihan, penempatan dan
memberikan imbalan demi menunjang keberhasilan peternakan sapi potong.
2) Produk yang dihasilkan
Peternakan penggemukan sapi potong dipengaruhi beberapa faktor yang
mampu menghambat dan mendukung perkembangan usaha penggemukan sapi potong seperti tipe sapi potong dan pakan sapi yang berkualitas. Kualitas Tipe sapi potong lokal memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan karena itu, jenis sapi lokal lebih mudah dipelihara oleh peternak indonesia.
Tingkat pertambahan bobot badan harian sapi lokal cenderung lebih rendah dibandingkan sapi impor. Sapi impor memiliki pertambahan bobot badan
harian dengan resiko pemberian pakan lebih banyak dan bermutu sehingga biaya pemeliharaannya menjadi lebih tinggi (Santosa, dkk., 2012). Peternakan sapi potong sangat memperhatikan tentang kualitas sapi yang dihasilkan
peternakannya. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh peternakan,
akan tetapi harga bibit/bakalan sapi yang berfluktuasi bahkan selalu meningkat sehingga menjadi kelemahan bagi peternakan sapi potong.
3) Pendanaan dan pencatatan
Pencapaian tujuan peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya pendanaan dan pencatatan yang terencana. Pencatatan dan pendanaan
yang terencana dengan baik dapat membantu keberlangsungan peternakan penggemukan sapi potong karena dapat mengetahui kondisi usaha tersebut.
Usaha peternakan sapi potong merupakan usaha perseorangan, sehingga
untuk pengambilan keputusan tergantung pada pendanaan yang dimiliki oleh peternakan sapi potong (Sudarmono dan Sugeng, 2009).
Pendanaan merupakan kekayaan yang dinyatakan dalam jumlah suatu
kesatuan uang dan modal. Semua dana yang dimiliki peternakan sapi potong berasal dari keuntungan yang diperoleh, sehingga modal yang dimiliki oleh
peternakan sapi potong terbatas. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dari peternakan sapi untuk lebih mengembangkan usahanya karena
keterbatasan modal.
4) Investasi (sarana dan prasarana)
Perkembangan peternakan penggemukan sapi potong didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam meningkatkan produksi.
Tersedianya kandang sapi, gudang pakan, dan alat transportasi yang memadai
Kandang sapi yang luas mengakibatkan kemudahan dalam proses
penggemukan sapi dan sapi yang dikelola dapat lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kandang sapi yang sempit. Gudang pakan sangat
berpengaruh dalam penyimpanan pakan sapi karena sebagian besar dalam proses penggemukan sapi keberhasilannya tergantung dengan adanya pakan. Alat transportasi yang jumlahnya cukup banyak memberi kemudahan dalam
segala kegiatan peternakan serta penyediaan air dan alat penerangan merupakan kebutuhan utama makhluk hidup dengan demikian penggunaan
air harus memperhatikan baku mutu air yang sehat dapat diminum oleh ternak tersedia sepanjang tahun (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
5) Lokasi peternakan
Lokasi peternakan sapi akan berpengaruh terhadap kedudukan peternakan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup. Letak lokasi
peternakan penggemukan sapi potong yang terlalu jauh dari perkotaan menyulitkan konsumen untuk datang ke lokasi tersebut, sehingga mampu menurunkan tingkat penjualan. Selain itu, dalam pemilihan lokasi usaha
peternakan sapi potong sebaiknya letaknya jauh dari pemukiman penduduk serta letak dan ketinggian lokasi harus diperhatikan terhadap lingkungan
sekitar sehingga tidak mencemari pemukiman penduduk. Hal ini merupakan kekuatan bagi peternakan (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
a. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal yang berasal dari luar organisasi atau peternakan
maupun hambatan) yang memberikan kesempatan dan peluang bagi peternakan
penggemukan sapi potong. Ancaman, tantangan maupun hambatan yang ada harus dihindari atau ditanggulangi karena dapat membahayakan peternakan
penggemukan sapi potong. Menurut Gaspersz (2012), ancaman dan peluang yang dimiliki peternakan penggemukan sapi potong adalah sebagai berikut :
(1) Ekonomi, sosial dan budaya
Lingkungan sosial yang tidak mendukung seperti adanya kecemburuan sosial dan ketidaksenangan terhadap usaha penggemukan sapi potong yang mampu
menjadi ancaman bagi peternakan penggemukan sapi. Tingkat kecemburuan dan ketidaksenangan terhadap usaha tersebut dapat memicu kesenjangan antara pelaku penggemukan sapi dan masyarakat sekitar. Pemanfaatan daging
sapi untuk hampir semua keperluan perayaan, resepsi atau perhelatan. Hal ini merupakan peluang bagi peternakan sapi potong untuk memperluas pemasaran
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas merupakan konsumen daging sapi yang potensial. Di samping potensi sebagai peluang, perusahaan juga perlu mewaspadai adanya
isu tentang penyakit yang menyerang ternak potong seperti penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot), penyakit sapi gila (mad cow), penyakit diare,
penyakit mulut dan kuku, dan anthraks semuanya dapat menyebabkan keraguan konsumen untuk membeli daging sapi (Muktiani, 2011).
(2) Pasar
Pertumbuhan permintaan masyarakat yang terus meningkat terhadap daging sapi memungkinan peternakan penggemukan sapi potong mampu menguasai
Indonesia umumnya masih bersifat tradisional. Pasar tradisional ini, sapi-sapi
yang berasal dari peternak dipasarkan oleh blantik (perantara peternak dan pembeli). Dominasi blantik dalam pemasaran sapi potong hingga saat ini
sangat nyata, baik di pasar-pasar desa maupun kecamatan, bahkan sampai ke Kabupaten atau Kota (Santosa, dkk., 2012). Kualitas yang baik mampu meningkatkan harga jual sapi potong sehingga usaha penggemukan sapi
potong memiliki posisi pasar yang baik dan mampu meraih pangsa pasar.
(3) Pesaing
Adanya pesaing baru yang memiliki kualitas sama dengan harga lebih rendah
dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha penggemukan sapi potong. Peternakan penggemukan sapi potong yang tidak dapat mengatasi hal
tersebut dapat mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Persaingan antar perusahaan dalam peternkan sapi potong akan saling mempengaruhi
peternakan tersebut. Perusahaan-perusahaan besar menggemukan sapi yang serba cepat. Semakin meningkatnya persaingan terhadap usaha penggemukan sapi merupakan suatu ancaman terhadap peternakan sapi potong.
(4) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peternakan penggemukan sapi potong menggunakan peralatan yang modern dalam proses penggemukan sapi potong dan mampu meningkatkan hasil
produksi dengan waktu yang tidak terlalu lama. Mengikuti perkembangan teknologi yang semakin modern tentunya akan menggunakan biaya tinggi.
Biaya untuk membeli mesin-mesin modern tersebut bagi peternakan sapi
Hal ini menjadi ancaman bagi peternakan dalam pengembangan usahanya.
Kemajuan ilmu pengetahuan secara tidak langsung akan membawa pengaruh baik terhadap perubahan pola makanan yang banyak mengandung protein. Hal
ini meningkatkan permintaan daging, khususnya daging sapi (Sudarmono dan Sugeng, 2009).
5.2 Tahap Analisis SWOT
Penggunaan bentuk analisis lingkungan internal dan ekternal meliputi langkah-langkah antara lain: (1) daftarkan item-item EFAS dan IFAS yang paling penting
dalam kolom faktor strategis, (2) tinjaulah bobot yang diberikan untuk faktor-faktor dalam tabel EFAS dan IFAS mencapai 1,00, (3) masukkan pada kolom
peringkat, peringkat yang diberikan manajemen perusahaan terhadap setiap faktor dari tabel EFAS dan IFAS, (4) kalikan bobot dengan peringkat untuk
Menurut Gaspersz (2012), hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, kemudian
dipetakan ke dalam kuadran SWOT, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
STRENGHT (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES
THREATS (T) Strategi ST:
Menggunakan kekuatan
Gambar 1. Bentuk matrik SWOT
Apabila strategi dalam Gambar 1 dikaitkan dengan strategi bisnis, maka pilihan-pilihan strategi bisnis yang perlu dilakukan sebagai berikut :
1. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), dalam situasi ini perusahaan perlu melakukan pengembangan bisnis yang agresif, yaitu memanfaatkan kekuatan
yang substansial untuk menciptakan bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang ada. Strategi dalam kuadran SO disebut sebagai strategi agresif.
2. Strategi ST (Strengts-Threats), dalam situasi ini perusahaan perlu melakukan diversifikasi produk atau bisnis, melalui mengembangkan produk-produk
3. Srategi WO (Weaknesses-Opportunities), dalam situasi ini manajemen harus
melakukan analisis terhadap kelemahan sehingga mampu menghilangkan kelemahan utama itu. Strategi dalam kuadaran WO disebut sebagai strategi
balik arah.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats), dalam situasi ini manajemen harus melakukan analisis terhadap kelemahan utama yang ada sekaligus
menghindari ancaman. Strategi pada kuadran WT disebut sebagai strategi bertahan. Setelah menganalisis keseluruhan variabel di atas, kemudian faktor
strategi internal dan strategi faktor eksternal dituangkan dalam diagram Analisis SWOT seperti disajikan pada Gambar 2.
3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi
turn around agresif
4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi defensif diversivikasi
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT KELEMAHAN
INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
Keterangan gambar :
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih mamiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan
internal. Kondisi bisnis pada kuadran ini mirip dengan question Mark pada BCG matrik. Focus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Menurut Tisnawati (2005), untuk melakukan strategi dilakukan proses
a. Penilaian keperluan penyusunan strategi
Sebelum strategi disusun, perlu dipertanyaan apakah penyususnan strategi perlu dilakukan atau tidak. Kaitannya yaitu apakah strategi yang akan dilakukan
memang sesuai dengan tuntutan perubahan di lingkungan ataukah sebaliknya lebih baik mempertahankan strategi yang ada
b. Analisis situasi
Berdasarkan analisis ini perusahaan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari perusahaan. Analisis ini biasanya dikenal dengan analisis SWOT. Berdasarkan analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan berhubungan
dengan faktor internal dari perusahaan sedangkan peluang dan ancaman berdasarkan faktor eksternal perusahaan.
c. Pemilihan strategi
Setelah dilakukan analisis terhadap faktor internal dan juga eksternal maka dilakukan pemilihan strategi dari analisis tersebut manakah yang paling baik digunakan.
6. Penelitian-penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiraharjo (2011) tentang analisis profitabilitas usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang menunjukkan nilai rata-rata R/C rasio, BEP, kualitas termasuk dalam kategori baik. Rata-rata kepemilikan sapi potong peternak yang menjadi
pemeliharaan adalah sebesar Rp 1.551.538,00. Nilai rata-rata profitabilitas pada
usaha penggemukan sapi potong sebesar 7,76 persen, sehingga usaha
penggemukan sapi potong layak untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan
keuntungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iryanti (2010) tentang analisis kinerja, nilai tambah dan strategi pengembangan agroindustri kecil kelanting menunjukkan
kinerja produksi agroindustri kelanting secara keseluruhan sudah baik, di mana antara output yang dihasilkan, pendapatan dan produktivitas berkorelasi positif. Nilai rata-rata R/C rasio atas biaya total sebesar 1,42, produktivitas sebesar 11,49
kg/HOK dan kapasitas sebesar 0,91 atau 91 persen. Usaha agroindustri kelanting ini adalah usaha yang menguntungkan. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp
1.061,44 per kilogram bahan baku ubi kayu atau sebesar 41,74 persen. Agroindustri kelanting berada pada kuadran I (Growth) yaitu pada fase
pertumbuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Adinata (2012) menunjukkan bahwa alternatif
strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban antara lain: mengoptimalkan dan
mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit
ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan dan memperkuat kelembagaan peternak sehingga
Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2010) tentang analisis kinerja dan
pemasaran ayam pedaging (broiler) di PT. Sutipratama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging PT.
Sutipratama masih kurang baik/belum efisien, karena nilai nisbah R/C 1,03 yang artinya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00 menjadi Rp 103.000,00 atau untung sebesar 3 persen. Walaupun demikian,
dengan R/C 1,03 tersebut telah memberikan keuntungan sebesar Rp 4.958.099,54 selama satu tahun ( 6 kali proses produksi ).
B. Kerangka Pemikiran
Usaha penggemukan sapi merupakan salah satu usaha yang mempunyai peranan
sebagai usaha peternak yang dapat menggerakkan potensi sumber daya ekonomi sehingga dapat membantu meningkatkan pembangunan ekonomi. Penelitian usaha
penggemukan sapi yang dilakukan berada di peternakan Haji Sony berpotensi untuk membangun perekonomian khususnya di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Namun pada kenyataannya banyak usaha peternak
penggemukan sapi mengalami kemunduran karena tidak mampu bersaing dengan usaha peternak penggemukan sapi yang lain sehingga diperlukannya peningkatan
kinerja usaha dan strategi pengembangan terhadap usaha peternak penggemukan sapi Haji Sony di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Pengembangan penggemukan sapi memiliki dua aspek yaitu aktivitas dan
lingkungan, dari proses aktivitas dimulai dari adanya masukan. Masukan yang digunakan tersebut adalah pakan, tenaga kerja, peralatan, bibit, obat-obatan yang
masukan tersebut dimana nantinya diperoleh penerimaan, sehingga pendapatan
peternak sapi dapat diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi.
Selanjutnya dilakukan analisis kinerja usaha dari peternakan sapi tersebut.Kinerja ini dapat dilihat berdasarkan produktivitas, kapasitas dan pendapatan. Kinerja
perusahaan peternakan sapi akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan yang secara langsung mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh
perusahaan. Jadi, perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja peternakan sapi.
Analisis mengenai lingkungan peternakan sapi akan dilakukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal meliputi produksi, manajemen dan pendanaan, sumber daya manusia, lokasi dan pemasaran,
sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, pesaing, iklim dan cuaca serta kebijakan pemerintah. Dari
lingkungan internal akan diketahui kelemahan dan kekuatan sedangkan dari lingkungan eksternal akan diketahui peluang dan ancaman.
Variabel internal dan eksternal tersebut kemudian diringkas dan dijabarkan dalam
matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan matriks
Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Matriks IFAS untuk
mengidentifikasi faktor internal sedangkan matriks EFAS untuk faktor eksternal, dan hasil dari kedua matriks tersebut dimasukkan ke dalam diagram SWOT. Selanjutnya dari hasil analisis SWOT dapat ditentukan strategi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Kerangka pemikiran analisis kinerja dan strategi pengembangan usaha peternakan penggemukan sapi di Kabupaten
Gambar 3. Bagan Alir Kinerja dan Strategi Pengembangan peternak penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Selatan Peternakan Sapi H.Sony
Pengembangan Penggemukan Sapi
Kinerja Perusahaan aktivitas
Masuka Keluaran
Kekuatan Kelemahan
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
penelitian.
Peternakan sapi adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat kekayaan biotik berupa ternak sapi yang dilakukan oleh pengusaha peternakan
dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam mengelola peternakan sapi yang dilakukannya.
Usaha penggemukan sapi adalah kegiatan pemeliharaan sapi yang sudah dewasa tetapi dalam keadaan masih kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui
pembesaran daging dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 3-6 bulan.
Kinerja perusahaan merupakan sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuan tertentu dalam periode tertentu. Kinerja perusahaan diukur berdasarkan produktivitas, kapasitas, pendapatan
berdasarkan berat akhir (kg/ekor) dikurangi berat awal (kg/ekor) terhadap waktu
pemeliharaan (hari).
Proses produksi ternak sapi merupakan suatu proses yang dilakukan dalam usaha ternak sapi yang telah digemukkan badannya.
Masukan (Input) merupakan suatu alat dan barang yang digunakan dalam proses
produksi ternak sapi. Input berupa tenaga kerja, pakan, peralatan, bibit, obat-obatan.
Keluaran (output) merupakan hasil dari proses produksi berupa sapi yang telah
digemukkan diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah tenaga kerja merupakan jumlah dari tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak sapi baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang digunakan
dalam proses produksi yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).
Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan sapi yang diukur dalam satuan rupiah dalam satu periode produksi.
Pendapatan usaha ternak sapi potong adalah penerimaan yang diterima dikurangi
dengan biaya produksi pada usaha penggemukan sapi potong yang diukur dalam tiga periode penggemukan selama satu tahun.
Bakalan sapi adalah bibit sapi potong yang berumur 1-2 tahun, baik lokal maupun
Biaya pakan adalah jumlah uang yang dikeluarkan peternak untuk membeli pakan
guna keperluan konsumsi ternak, diukur dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
Biaya ternak penggemukan sapi adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan peternak untuk melakukan usaha penggemukan sapi, diukur dalam satuan rupiah
(Rp).
Biaya obat-obatan adalah jumlah uang yang dikeluarkan peternak untuk membeli obat-obatan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Luas lahan adalah tempat yang digunakan untuk beternak pada berbagai macam
ternak diatas bidang tanah yang diukur dalam satuan hektar.
Biaya produksi atau biaya total adalah jumlah yang dikeluarkan karena
terpakainya faktor-faktor produksi dalam suatu proses produksi (biaya tunai dan
biaya diperhitungkan) yang diukur dalam satuan rupiah.
Average daily growth (ADG) adalah rata-rata pertumbuhan harian sapi yang diperoleh dari selisih antara berat awal dan berat akhir yang diukur dalam satuan
kg/ekor
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan,
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Strategi pengembangan merupakan suatu rencana yang akan menentukan
meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan teknis sehingga akan tercapai tujuan
dari usaha ternak sapi dengan hasil yang optimal.
Lingkungan internal usaha ternak sapi merupakan sumber daya dan sarana yang ada dalam usaha ternak sapi dimana secara langsung dapat mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan usaha tersebut. Lingkungan internal yaitu produksi, manajemen dan pendanaan, sumberdaya manusia, lokasi, dan pemasaran.
Lingkungan eksternal usaha ternak sapi adalah sumber daya dan sarana yang
berada di luar ausaha ternak sapi dimana secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha itu sendiri. Lingkungan eksternal berupa ekonomi sosial dan budaya, teknologi, pesaing, iklim dan cuaca,
Pemerintah.
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain
relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani oleh peternakan
Kelemahan adalah keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan ternak sapi.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan ternak sapi.
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Haji Sony Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa peternakan Haji Sony
Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu peternakan sapi potong yang paling besar di daerah ini dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Responden dalam
penelitian ini adalah beberapa orang yang memiliki kontribusi besar dalam peternakan Haji Sony yaitu pemilik, mandor, penanggung jawab kandang peternakan Haji Sony, masyarakat mandiri, dan salah satu tenaga kerja peternakan di Lampung Tengah. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan wawancara langsung dengan tujuan agar mendapatkan data yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya
serta pertanyaan yang diajukan terstruktur dan lengkap. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juni 2014.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan pengamatan serta pencatatan langsung tentang keadaan di
lapangan. Data sekunder diperoleh melalui analisis dokumen-dokumen atau dengan studi dokumentasi, yaitu mempelajari dan mengamati dokumen/catatan
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai pendekatan metode analisis data penelitian.
1. Kinerja Usaha
Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di
Kecamatan Jati Agung adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan melihat produktivitas dan pendapatan pada perusahaan tersebut. Data diperoleh melalui survai lapangan dengan mandor dan pemilik peternakan sapi di Kecamatan Jati
Agung. Kinerja dapat dilihat dari produktivitas dan pendapatan dapat diperhitungkan sebagai berikut :
a. Produktivitas peternakan sapi potong
Untuk mengetahui produktivitas peternakan sapi potong menggunakan rata-rata pertumbuhan harian (average daily growth), dihitung menggunakan rumus:
ADG =
keterangan: ADG = rata–rata pertumbuhan harian (%)
wo = berat awal (kg/ekor) wt = berat akhir (kg/ekor)
t = waktu pemeliharaan (hari) (Amin et al., dalam Arisandi 2011)
Standar nilai produktivitas bibit/bakalan sapi potong yang sudah baik, yaitu
2. Jenis sapi potong Brahman cross sebesar 0,83 – 1,5 kg/ekor/hari.
(Muktiani, 2011)
b. Pendapatan peternakan sapi potong
Pendapatan ini dihitung dari selisih antara penerimaan yang diperoleh dari hasil
usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama satu tahun. Rumus dari pendapatan ini yaitu :
BTT
Selanjutnya dilakukan analisis apakah peternakan menguntungkan atau tidak
menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya dengan rumus sebagai berikut :
R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total
Jika R/C > 1, maka peternakan memperoleh keuntungan
Jika R/C < 1, maka maka peternakan mengalami kerugian.
Jika R/C ratio = 1, maka usaha penggemukan sapi yang dilakukan berada pada
kondisi tidak untung dan tidak rugi (berada pada titik impas).
2. Analisis Strategi Pengembangan
Analisis SWOT dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha penggemukan sapi. Berdasarkan
penjelasan di atas, ditemukan beberapa variabel yang akan menentukan strategi pengembangan peternakan penggemukan sapi tersebut.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu :
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
b. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
c. Opportunities(peluang)
konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
d. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Proses penyusunan strategi pengembangan melalui beberapa tahapan
analisis, adalah sebagai berikut;
a. Daftarkan item- item faktor strategis eksternal (EFAS) dengan faktor strategis internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor strategis. b. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0
(tidak penting) sampai 100 (paling penting). Perhitungan bobot masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya,
penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Berdasarkan pengaruh komponen-komponen faktor tersebut terhadap posisi strategi.
c. Peternakan sapi (semua bobot tersebut harus berjumlah 100% yang akan menjadi bobot untuk keseluruhan lima faktor yang akan di analisis).
d. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi peternakan sapi yang bersangkutan.
f. Kalikan bobot dengan peringkat untuk menghasilkan jumlah pada kolom
skor berbobot. Matrik evaluasi internal dan ekternal analisis SWOT untuk mengetahui kondisi peternakan sapi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Faktor eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
Cara-cara penentuan faktor strategi eksternal :
1) Menentukan komponen-komponen faktor dalam kolom 2.
a. Produksi
Pemberian bobot untuk komponen produksi sebesar 40 persen dengan kekuatan produk yang dihasilkan berkualitas memiliki sedikit kadar lemak.
Bobot tertinggi ini diperoleh dari diskusi langsung oleh pihak peternakan sapi potong Haji Sony dan wawancara langsung dengan partisipan yang
Kelebihan sapi potong Haji Sony berkualitas baik memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki bobot badan harian sapi yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi impor. Komponen produksi untuk kelemahan diberi bobot tertinggi sebesar 40 persen dengan kelemahan harga bibit/bakalan sapi berfluktuasi. Pemberian bobot pada komponen ini
berdasarkan literatur dan informasi partisipan tentang harga bibit/bakalan
yang berfluktuasi disebabkan karena sulitnya mendapatkan bibit/ bakalan sapi saat sesudah hari-hari besar keagamaan dan dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya permintaan pasar.
b. Manajemen dan pendanaan
Bagaimana manajemen di dalam peternakan sapi diterapkan dalam
peternakan sapi tersebut kemudian bagaimana permodalan atau ketersediaan modal baik dari dalam maupun dari luar peternakan sapi. Pemberian bobot
untuk komponen manajemen dan pendanaan sebesar 15 persen, komponen ini disesuaikan dengan kondisi di peternakan Haji Sony. Selain itu peternakan Haji Sony berperan ganda sebagai pengepul sapi di daerah peternakannya,
sebagai pengusaha rumah potong hewan (RPH) untuk pengolahan daging bakso, dan pemasar sapi potong di dalam dan di luar kota. Komponen
manajemen dan pendanaan untuk kelemahan diberi bobot sebesar 20 persen dengan kelemahan semua pencatatan keuangan menggunakan proses manual dan tidak lengkap. komponen didapatkan dari diskusi langsung oleh pihak
peternakan sapi potong Haji Sony dan wawancara langsung dengan partisipan yang memiliki praktisi.