• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI SOSIAL EKONOMI PROGRAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DI PEKON KARANG AGUNG KECAMATAN WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI SOSIAL EKONOMI PROGRAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DI PEKON KARANG AGUNG KECAMATAN WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

STUDY OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT FINANCING PROGRAM NEIGHBORHOODS IN PEKON KARANG AGUNG WAY

TENONG LAMPUNG BARAT

By

Ayu Widya Pertiwi

National development large scale cannot regardless of development small-scale in the region to the construction in the village. Especially to stimulate the

development in rural every year budget government has given aid to all village existing in the country called the village development fund to expedite the process of economic growth in villages to toward improvement socioeconomic villagers. Pekon Karang Agung Way Tenong district West Lampung is one village who obtains financing fund program development village. In the budget district West Lampung 2012. Program is accepted from 2007 to now, and the fund development financing village every year different, while alokasinyapun different. Government Way Tenong had prepared strategic plan for use development financing every year with an allocation development priorities.

In 2012 Way Tenong received aids development financing village.

130.000.000,00 ( 130 million rupiah ). To allocation development strategic such as infrastructure and allocation for social activities other economic. Based on the description above, the troubles in this research is how allocation development village undertaken by the village/head of pekon to be able to increase public independent to support the implementation of development in the village Karang Agung sub-district Way Tenong district West Lampung.

Research purposes is this:

(2)

culvert, market development village, development posyandu, repair the office of chief pekon, and Bulan Bhakti LPM, the child and teenage, and economic

activities. Allocation development village has been allocated well and supporting the development and public participation.

Allocation development village has been allocated to a scale development

priorities important and prioritized well, the results had been felt by society Pekon Karang Agung. But the fund allocation the village has not managed to improve society wage, where on the outcome kuisioner on questions about allocation development village can increase society wage 25 people or 33,33 % answer less increase ( table 21 ).

(3)

ABSTRAK

STUDI SOSIAL EKONOMI PROGRAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DI PEKON KARANG AGUNG KECAMATAN WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

Ayu Widya Pertiwi

Pembangunan nasional yang berskala besar tidak bisa terlepas dari pembangunan yang berskala kecil yang ada di daerah hingga pembangunan yang ada di tingkat desa/kelurahan/pekon. Khususnya untuk merangsang pembangunan di pedesaan setiap tahun anggaran, pemerintah telah memberikan dana bantuan kepada seluruh desa yang ada di tanah air yang disebut dengan Dana

Pembangunan Desa (DPD) guna memperlancar proses pertumbuhan ekonomi di pedesaan untuk menuju perbaikan sosial ekonomi masyarakat pedesaan/pekon yang berswasembada.

Pekon Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu Pekon yang memperoleh pembiayaan Program Dana Pembangunan Desa / Pekon (DPD/P). Pada Tahun Anggaran APBD Kabupaten Lampung Barat 2012. Program ini diterima sejak Tahun 2007 hingga saat ini, dan penggunaan dana pembiayaan pembangunan Desa setiap tahunnya berbeda, sedangkan alokasinyapun berbeda. Pemerintah Pekon Way Tenong telah

menyusun rencana strategis untuk penggunaan pembiayaan pembangunan setiap tahunnya dengan alokasi prioritas pembangunan.

Pada Tahun 2012 Pekon Way Tenong memperoleh bantuan pembiayaan pembangunan Desa/Pekon sebesar Rp. 130.000.000,00 (Seratus tiga puluh juta rupiah). Untuk alokasi pembangunan yang strategis berupa infrastruktur dan alokasi untuk kegiatan sosial ekonomi lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) yang dilakukan oleh kepala desa/kepala pekon agar mampu meningkatkan swadaya masyarakat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di Desa/Pekon Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat.

(4)

pembiayaan pembanguan Program Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) di Pekon Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat.

Alat analisis yang akan digunakan didalam penelitian ini adalah analisis kualitatif serta dengan analisis tabel. Berdasarkan hasil perhitungan data dan pembahasan diperoleh implikasi bahwa alokasi dana pembangunan Pekon Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten dialokasikan untuk kegiatan pembangunan gorong-gorong, pembangunan pasar desa, pembangunan posyandu, perbaikan kantor kepala pekon, serta Bulan Bhakti LPM, Anak dan Remaja, dan Kegiatan Perekonomian. Alokasi Dana Pembangunan Desa telah dialokasikan dengan baik dan mendukung pelaksanaan pembangunan serta merangsang swadaya/partisipasi masyarakat.

Alokasi dana pembangunan desa telah dialokasikan dengan skala prioritas pembangunan yang penting serta diprioritaskan dengan baik, hasilnya telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Pekon Karang Agung Kecamatan Way Tenong. Akan tetapi alokasi Dana Bantuan Pekon ini belum berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, dimana pada hasil penyeberan kuisioner mengenai pertanyaan tentang alokasi dana pembangunan desa dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat sebanyak 25 orang atau 33,33 % menjawab kurang meningkat (Tabel 21).

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan di Indonesia menganut dua (2) prinsip dasar, yaitu Perencanaan Pembangunan yang dikomando dari pusat Planning by Injustment atau sering disebut Top Down Planning dan ada Perencanaan yang disebut Buttom Up Planning atau Perencanaan yang dirancang dari bawah.

Setelah diberlakukannya Otonomi Daerah, dimana setiap wilayah, daerah diberikan keleluasaan untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunannya, maka sistim perencanaan pembangunan lebih berorientasi kepada prinsip perencanaan Buttom Up Planning, sehingga setiap daerah bebas menentukan arah pembangunan daerahnya.

Karena keterbatasan sumber daya keuangan, sumberdaya manusia sistim perencanaan pembangunan yang dirancang oleh setiap daerah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, ternyata belum banyak daerah yang mampu mengatasi masalah kesenjangan pendapatan dan masalah kemiskinan baik absolut ataupun relative.

(6)

2

tingkat produksi secara nasional yang ingin dicapai melalui penyediaan bahan – bahan produksi.

Pada hakekatnya sasaran antara dari pembangunan ekonomi ditujukan untuk memacu kecepatan segenap sumber daya untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sebab adanya pandangan bahwa kenaikan dari pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu syarat yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat (nececcery condition).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata bukan suatu jaminan adanya peningkatan dan pemerataan hasil pembangunan, akan tetapi justru distribusi pendapatan yang relative merata diharapkan mampu menentaskan masalah kemiskinan. Masalah inilah bagi setiap daerah belum mampu diatasi secara baik dan bagi daerah perencanaan pembangunannya tidak masuk ke dalam skala prioritas, dan ini disebabkan keterbatasan pembiayaan pembangunan dan sumber daya manusianya.

(7)

Aksi program ini ditujukan kepada daerah yang relative tertingal, daerah kritis dan daerah padat penduduk. Sejalan dengan itu pembangunan masyarakat Desa/Pekon terus ditingkatkan, pembangunan masyarakat Desa/Pekon akan dilanjutkan pula secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan perkembangan penduduk dan

kepentingan mereka agar dapat menjamin lingkungan yang sehat untuk hidup, bekerja dan berusaha serta dapat menekan terjadinya arus urbanisasi masyarakat Desa/Pekon ke Kota.

Berdasarkan Undang-Undang Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah bahwa disisi lain ada sistem pemerintahan yang bersifat sentralistis dengan alasan :

1. Untuk memelihara aspek pemerataan antar daerah

2. Kemampuan administrasi di banyak pemerintah daerah masih lemah

3. Masih terdapat perbedaan yang tinggi dalam kondisi dan kemampuan keuangan antar daerah

4. Untuk perencanaan nasional dalam pembangunan

Pembangunan Kelurahan/Pekon merupakan seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kelurahan/Pekon, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dilaksanakan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah Kelurahan/Pekon dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia dan masyarakat yang tumbuh dengan swadaya gotong royong. Kemandirian dan keswasembadaan dalam proses

(8)

4

Sejalan dengan aktivitas pelaksanaan pembangunan Kelurahan/Pekon, masyarakat pada umumnya tidak hanya sebagai objek dari pembangunan itu sendiri, bahkan seyogyanya masyarakat harus menjadi subjek pelaksana dalam pembangunan tersebut. Sedangkan tujuan pembangunan tidak akan tercapai jika pembangunan hanya

dilakukan oleh pemerintah saja, tanpa adanya keterlibatan masyarakat setempat.

Hingga Tahun 2012 Provinsi Lampung memiliki 12 Kabupaten dan 2 Kota,

selanjutnya Kabupaten dan Kota tersebut terdiri dari 2.463 Desa/Pekon dengan jumlah penduduk 7.582.293 jiwa. Dengan pembagian tersebut dituntut adanya system

pembagian keuangan daerah, khususnya dalam hal pembangunan harus menyediakan barang dan jasa. Barang dan jasa yang mempunyai manfaat sangat luas dan penyebaran yang sangat terbatas. Dalam hal ini barang dan jasa yang bermanfaat dalam masyarakat Desa/Pekon/Kelurahan. (BPS Provinsi Lampung, 2013)

Pemerintah pusat melalui kementerian keuangan telah menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam bentuk kebijakan pemerintah untuk pengalokasian pengeluaran atau pembelanjaan anggaran pemerintah daerah termasuk upaya untuk mendukung terciptanya kegiatan ekonomi produktif dan bantuan pembiayaan untuk membangun infrastruktur di Desa/Pekon, keterlibatan masyarakat akan program bantuan

Desa/Pekon selain sebagai motivasi diharapkan dapat mengurangi tingkat

(9)

dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya masyarakat dan melibatkan seluruh potensi yang tersedia.

Pendekatan yang ditinjau dari sudut politik dan hukum, Desa/Pekon sering di indentikkan sebagai organisasi pemerintahan yang mempunyai wewenang tertentu dalam struktur pemerintahan Negara. Kegiatan pembagunan di Desa/Pekon sangatlah bersifat multi sektoral menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat, yaitu aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, agama dan pertahanan keamanan, sehingga pembangunan Desa/Pekon bukan merupakan pembangunan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional daerah.

Pada prinsipnya pelaksanaan pembangunan yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan bantuan dari pemerintah khususnya dalam hal pembangunan, maka terdapatlah adanya perimbangan kewajiban yang harus dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat secara berimbang. Artinya pembangunan Desa/Pekon mengutamakan pada prinsip perimbangan kewajiban yang serasi antara keduanya, yaitu pemerintah memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan fasilitas yang diperlukan, sedangkan masyarakat khususnya dalam hal pembangunan memberikan partisipasinya dalam pembangunan yang berbentuk prakarsa dan swadaya gotong royong pada setiap pembangunan yang dilaksanakan.

(10)

6

Untuk merangsang pembangunan di Desa/Pekon pemerintah telah memberikan dana bantuan yang diberikan kepada seluruh Desa/Pekon yang ada di tanah air yang disebut dengan Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) guna memperlancar proses

pertumbuhan ekonomi di Desa/Pekon untuk menuju swasembada.

Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) khususnya dalam hal pembangunan

diberikan kepada Desa/Pekon dimaksudkan agar Desa/Pekon mampu menggali potensi yang dimilikinya menjadi potensi efektif yang berdaya guna dan berhasil, guna yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Desa/Pekon dan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi sumber pendapatan Desa/Pekon yang semakin besar. Dengan Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) tersebut akan mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan. Disamping hal tersebut lembaga Desa/Pekon seperti pemerintah Desa/Pekon, BPD, LPM dan PKK menjadi lebih berfungsi.

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun 2008 tentang petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa/Pekon, Pasal 52 menyebutkan bahwa tujuan pemberian Bantuan Pembangunan Desa/Pekon adalah:

a) Mendorong, menggerakan, dan meningkatkan swadaya gotong – royong masyarakat dalam pembangunan Desa/Pekon /Kelurahan

(11)

Keluarga (PKK) dan lembaga – lembaga lainnya dapat berfungsi sebagaimana mestinya

c) Menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan lumbung Desa/Pekon /perkreditan desa dengan mendorong swadaya gotong royong masyarakat untuk menanggulangi kerawanan pangan dan menunjang usaha pencapaian

swasembada pangan serta mengatasi kelangkaan permodalan di desa. d) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan usaha – usaha ekonomi

Desa/Pekon ke arah kehidupan berkoperasi dalam rangka meningkatkan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.

Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2008, pasal 74 menyatakan bahwa Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) terdiri dari :

1. Bantuan langsung kepada setiap Desa/Pekon

2. Bantuan keserasian untuk meningkakan pelaksanaan pembangunan Desa/Pekon terpadu

3. Bantuan khusus pemenang perlombaan

4. Bantuan pembinaan dan administrasi tingkat kecamatan

Keberhasilan pembangunan Desa/Pekon memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat,

(12)

8

Demikian juga dengan Propinsi Lampung, sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan/Pekon. Untuk mengetahui banyaknya Desa/Pekon, Rumah Tangga,

Penduduk dan Rata – rata Kepadatan Penduduk setiap Kabupaten per Km2 di Provinsi Lampung pada akhir Tahun 2012an dapat dilihat pada Tabel I.

Pada akhir 2012 jumlah Desa/Pekon di Provinsi Lampung adalah sebanyak 2.463 Desa/Pekon yang terdapat di 262 Kecamatan, Propinsi Lampung mempunyai luas wilayah 3.528.835 Km2 dan jumlah penduduk adalah 7.582.293 jiwa dengan rata – rata kepadatan penduduk adalah 206.58 jiwa/km2.

Dari 12 Kabupaten dan 2 Kota yang ada di Provinsi Lampung, jumlah Desa/Pekon dari Jumlah penduduk serta jumlah kepadatan penduduk per km2 dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Desa/Pekon , Kepala Keluarga, Penduduk dan Rata – Rata Kepadatan Penduduk Setiap Kabupaten Kota per Km2 di Propinsi Lampung Tahun 2012.

Kabupaten / Kota Desa/Pekon Kepala Keluarga Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Lampug Barat 201 97.976 381.439 77,05

Tanggamus 158 146.814 826.610 246,26

Lampung Selatan 251 315.797 1.341.258 421,68 Lampung Timur 257 235.730 936.734 215,94 Lampung Tengah 293 292.805 1.160.221 242,23 Lampung Utara 247 136.207 562.314 206,31

Way Kanan 210 97.104 362.749 92,50

Tulang Bawang 138 182.541 774.265 99,64

Pesawaran 133 172.330 450.331 87,26

Bandar Lampung 98 187.037 812.133 4208,82

Metro 22 32.046 132.044 2136,98

Tulang Bawang Barat 132 92.089 882.116 213,89

Mesuji 83 118.228 718.991 108.65

Pringsewu 168 88.092 923.078 116.56

(13)

Kabupaten Lampung Barat memiliki terdiri 22 Kecamatan, dengan jumlah Desa/Pekon 201 buah. Berdasarkan tingkat perkembangannya Desa/Pekon dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu Desa/Pekon kurang berkembang, Desa/Pekon sedang

berkembang, dan Desa/Pekon maju.

Berdasarkan pada tingkat perkembangannya di Kabupaten Lampung Barat terdapat 84 Desa/Pekon maju, dan 113 Desa/Pekon tertinggal, hal ini menunjukan bahwa

Kabupaten Lampung Barat mengalami kemajuan yang sangat lambat.

Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Barat adalah kecamatan Way Tenong. Kecamatan Way Tenong terdiri dari 8 Desa/Pekon, dimana terdapat 3 Desa/Pekon kurang berkembang, 4 Desa/Pekon sedang berkembang, dan 1 Desa/Pekon maju. Ini menujukan bahwa Kecamatan Way Tenong perkembangan ekonominya sangat lambat dengan kondisi geografis daerah perbukitan dengan mata pencaharian di sektor perkebunan, sedangkan luas wilayah kecamatan ini mencapai 475 Ha.

(14)

10

Untuk memajukan Desa/Pekon Karang Agung pemerintah berupaya memberikan Bantuan Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) dari pemerintah karena adanya tuntutan baru dalam rangka pemantapan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat, diperlukan adanya sumber daya berupa peningkatan pelayanan masyarakat di tingkat Desa/Pekon dengan membangun berbagai prasarana khususnya prasarana produktif dan prasarana pemasaran.

Desa/Pekon Karang Agung dalam pembiayaan pembangunannya telah menerima Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) sejak tahun 2006 dan sampai sekarang. Pada tahun anggaran 2012 jumlah DPD/P yang diterima oleh Desa/Pekon/Kelurahan Karang Agung adalah sebesar Rp 130.000.000,00 (seratus tiga puluh jutah rupiah).

Penggunaan DPD/P diatur dalam pasal 116 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 56 tahun 2005, yaitu:

1. Bantuan pembangunan Desa/Pekon digunakan untuk membangun proyek – proyek yang diprioritaskan oleh masyarakat Desa/Pekon yang tercermin dari program masing – masing seksi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

(15)

Untuk mengetahui alokasi DPD Desa/Pekon Karang Agung pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2. Alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) Karang Agung Tahun Anggaran 2008 – 2012 ( Rupiah)

Tahun Alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon /Kelurahan (DPD) Prasarana

Desa/Pekon

Bulan Bhakti LPM

PKK Anak dan Remaja

Kegiatan Perekonom

ian

Lain- lain Jumlah Alokasi

2008 37.000.000 5.000.000 4.500.000 8.500.000 10.000.000 5.000.000 70.000.000 2009 37.500.000 6.000.000 6.500.000 10.000.000 15.000.000 5.000.000 80.000.000 2010 42.500.000 6.500.000 12.500.000 13.000.000 20.000.000 5.000.000 100.000.000 2011 42.500.000 7.500.000 12.500.000 12.500.000 20.000.000 5.000.000 100.000.000 2012 53.000.000 14.500.000 15.000.000 12.500.000 24.000.000 11.000.000 130.000.000 Sumber: APPKD Pekon Karang Agung 2013

Disamping itu DPD/P juga digunakan untuk keperluan PKK antara lain untuk

pelaporan kegiatan PKK Desa/Pekon/Kelurahan, biaya Pembinaan PKK Desa/Pekon (PMT Balita pada Posyandu, BKB), UP2K, sedangkan untuk kegiatan lainnya DPD/P digunakan untuk monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan oleh Kecamatan.

B. Permasalahan

Penggunaan dan alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon memerlukan perencanaan serta pemikiran dan konsepsi yang makin mendalam, perencanaan dan koordinasi yang semakin mantap, serta para pelaksana yang mampu dan terampil. Sesuai dengan fugsinya Pemerintah Desa/Pekon/Kelurahan dan lembaga Desa/Pekon/Kelurahan seperti BPD/K dan LPM secara bersama berkewajiban untuk menyusun program pembangunan Desa/Pekon, serta melaksanakan dan mengefektifkan penggunaan dana di Desa/Pekon Karang Agung. Tujuannya adalah agar supaya alokasi Dana

(16)

12

permasalahan yang dihadapi Desa/Pekon/Kelurahan sehingga tujuan dari pemberian Dana Pembangunan Desa/Pekon/Kelurahan dapat tecapai tepat pada sasarannya.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon/Kelurahan (DPD/K) yang dilakukan oleh kepala Desa/Pekon/lurah agar mampu meningkatkan swadaya masyarakat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bidang sosial ekonomi di

Desa/Pekon/Kelurahan Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat.

C. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah : Untuk menganalisis alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/K) di Pekon/Kelurahan Karang Agung.

D. Kerangka Pemikiran

(17)

sangat dibutuhkan kejelasan dan transparansi mengenai batas – batas kewenagan dan bentuk kongrit layanan dari masing – masing otoritas, sehingga terdapat kejelasan wilayah kerja dan dengan demikian terdapat pula kejelasan bagi masyarakat, baik dalam menyalurkan aspirasi ataupun dalam melakukan kontrol. Reformasi ini harus pula memastikan suatu prinsip bahwa tidak boleh ada kebijakan yang diambil tanpa suatu persetujuan dari masyarakat. (Khairudin Tahmid, 2004: 67).

Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) dimaksudkan untuk menggerakkan Desa/Pekon (Stimulasi) melalui peningkatan kemampuan dalam proses perubahan sosial dan penguatan pembangunan masyarakat serta pemantapan kelembagaan baik Lembaga Pemerintah Desa/Pekon maupun Lembaga Kemasyarakatan yang ada di Desa/Pekon/Kelurahan dalam menunjang seluruh ekonomi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dari pembangunan adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sampai tingkat Desa/Pekon/Kelurahan dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masyarakat, sekaligus meningkatkan kemampuan lembaga masyarakat Desa/Pekon dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sehingga terpenuhinya kebutuhan prasarana Desa/Pekon yang dapat meningkatkan produksi, kesempatan kerja, dan pendapatan masyarakat Desa/Pekon.

Tujuan jangka panjang dari pembangunan Desa/Pekon adalah mewujudkan Desa/Pekon Swasembada, untuk itu lembaga Desa/Pekon berperan dalam

(18)

14

Dibentuknya forum dan lembaga kemasyarakatan berdasarkan Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah bertugas membantu pemerintah Desa/Pekon dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat Desa/Pekon. Dalam hal ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) berperan sebagai badan perencanaan pembangunan Desa/Pekon. LPM adalah lembaga masyarakat di Desa/Pekon yang tumbuh oleh dan untuk masyarakat Desa/Pekon, dan merupakan wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang melanjutkan berbagai kegiatan pemerintah dan prakarsa serta swadaya masyarakat yang mandiri, terdapat beberapa aspek kehidupan masayarakat Desa/Pekon dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional yang meliputi aspek – aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan keamanan. (Dadang Juliantara, 2000: 78).

Tujuan LPM (Mashuri Mashab, 1992: 85) adalah:

1. Membantu pemerintah Desa/Pekon dalam meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat

2. Menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong – royong dalam pembangunan

3. Menciptakan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

pengembangan ketahanan di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam rangka pembinaan wilayah.

(19)
(20)

II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi

1. Pengertian Pembangunaan

Pembangunaan adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju arah kemajuan, perubahan tersebut direncanakan berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan juga berartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang dimaksudkan untuk mencapai keadaan lepas landas, atau mungkin keadaan yang penuh dengan dorongan kearah kematangan. (Sadono Sukirno: 2006; 53)

Menurut Sondang P. Siagan pembangunan merupakan usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu Bangsa, Negara dan Pemerintah menuju modernitas dalam pembinaan bangsa.

Sedangkan menurut Bintoro Tjokroamdjojo, pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Beberapa pengertian pokok mengenai pembangunan, yaitu :

(21)

b. Dalan rangka pencapaian tujuan-tujuan pembangunan maka awalnya dimulai pengembangan sektor ekonomi tanpa melalui sektor lain.

c. Diperlunya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaanya.

d. Untuk pelaksanaan sebaiknya instansi-instansi kemasyarakatan seperti gotong royong, permufakatan, permusyawaratan dan lain-lain perlu diperiksa dengan seksama, akhirnya nilai-nilai positif dari hal-hal tersebut dapat dikembangkan untuk pembangunan

Pengertian pembangunan dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah suatu usaha perubahan yang berencana yang tanpa akhir dengan melalui tahapan-tahapan dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan juga

dilakukan dengan mengikut sertakan seluruh masyarakat dalam suatu Negara.

Hingga saat ini pemahaman tentang definisi pembangunan ekonomi belum ada satupun defenisi pembangunan ekonomi yang sama sekali tepat dan memuaskan, meskipun definisi yang sudah ada masih dapat difahami dan diterima secara umum. Akan tetapi bukan berarti teori – teori yang telah di kemukakan oleh para ahli ekonomi itu tidak bermanfaat, melainkan teori – teori tersebut masih berguna dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan suatu Negara pada masa – masa yang akan datang.

(22)

18

atau sedang berkembang. Bagi negara – negara yang tergolong sudah maju,

pembangunan ekonomi dilakukan dan digunakan untuk tujuan – tujuan yang bersifat ekonomis, politis, dan kebudayaan. Bersifat ekonomi artinya adalah bagaimana mempertahakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.

Bersifat politis berarti bagaimana menyebarkan faham yang mereka anut kepada Negara lain, sehingga menjadi rekan yang baik dalam mencegah masuknya pengaruh dari Negara lain. Sedangkan bersifat kebudayaan adalah berusaha menyebarkan kebudayaan mereka terhadap Negara lain.

Pemahaman pembangunan ekonomi bagi negara yang tergolong miskin,

pembangunan ekonomi itu adalah bagaimana memacu pendapatan nasional untuk meningkatkan taraf hidup mereka agar dapat hidup layak dan bebas dari

ketergantungan Negara lain. (Firdaus, 1987: 2).

(23)

Pengertian pembangunan ekonomi pada umunya merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Jelas dapat dilihat dan didefenisikan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting.

Pembangunan ekonomi merupakan :

a. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus.

b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita.

c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang

Dalam analisa, pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses agar saling berkaitan dan hubungan saling mempengarui antar faktor – faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi dapat dilihat. Cara analisis ini dapat diketahui deret peristiwa yang timbul sehingga akan mewujudkan peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ketahap berikutnya.

(24)

20

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). (Sadono Sukirno, 1998: 13).

2. Perencanaan Pembangunan

Perencanana pembangunan adalah suatu program untuk strategi pemerintah Nasional maupun daerah, dalam menjalankan campur tangan pemerintah untuk merpengaruhi kekuatan pasar supaya terjadi perkembangan dalam proses sosial.

Bintoro Tjokroamdjojo ( 1990 : 12 ) mendefinisikan perencanaan pembangunan sebagai pengarang penggunaan sumber pembangunan ( termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang baik secara lebih efisien dan efektif, sedangkan menurut Albert Waterston dalam Bintoro menyebutkan bahwa perencanan pembangunan adalah melihat kedepan dan mengambil pilihan sebagai alternative dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti supaya pelaksanaan pembangunan tidak menyimpang dari tujuan.

(25)

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi semua komunitas masyarakat, pemerintah, lingkungan dan

wilayah/daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetapi tetap berpegang pada asas prioritas.

Adapun ciri-ciri perencanaan pembangunaan adalah sebagai berikut :

a. Suatu perencanaan pembangunan adalah usaha yang mencerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tepat.

b. Usaha yang mencerminkan dalam rencana untuk meningkatan pendapatan perkapita. Ciri ini merupakan kelanjutan dari ciri pertama, laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukan pula kenaikan pendapatan perkapita.

c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. d. Perluasan kesempatan kerja.

e. Perluasan pemerataan pembangunan.

f. Adanya usaha pembinaan dan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

(26)

22

1. Anggaran pembangunan harus berorientasi pada program, sehingga dapat mencerminkan kearah dari pembangunan daerah yang terdiri dari progam dan proyek yang bersifat menunjang program dan proyek Nasional atau Propinsi. Oleh karena itu program/proyek yang akan dibiayai APBD Kabupaten/Kota harus paralel dengan program Nasional dan program provinsi secara terpadu. Dengan demikian, maka kebutuhan pembangunan daerah Kabupaten/Kota

masing-masing itu dapat dipenuhi, sekaligus menunjang dan melengkapi program Repelita Pusat dan Propinsi.

2. Dalam menyusun anggaran pembangunan daerah, harus memperhatikan keseimbangan, tidak saja antara proyek dengan proyek tahunan anggaran selanjutnya, tetapi juga repelita itu sendiri harus ada sinkronisasi.

3. Penyusunan anggaran pembangunan harus titik berat pada orientasi program berdasarkan RKPD yang disampaikan oleh dinas/lembaga daerah yang telah disetujui untuk dituangkan kedalam anggaran daerah.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran menurut Mamesah ( 1995 : 82 ) antara lain sebagai berikut :

1. Prinsip Anggaran berimbang Dinamis

(27)

Usaha untuk meningkatan PAD serta adanya upaya ketepatan penggunaan dana yang tersedia agar mengurangi ketergantungan kepada instansi yang lebih tinggi. 4. Prinsip Prioritas

Pengendalian Prioritas dalam penggunan dana yang tersedia, serta memilih kegiatan dan program antara sektor yang terpenting.

5. Prinsip Efisien dan Efektifitas anggaran

Pengendalian pembiayaan dan penghematan dana yang menyeluruh pada prioritas daerah

6. Prinsip Disiplin Anggaran

Setiap dinas/lembaga/satuan kerja daerah yang memperoleh anggaran harus dapat menggunakan secara efisien, tepat guna, dan tepat waktu serta tidak

melaksanakan kegiatan yang pembebanan dananya belum tersedia.

Untuk kelencaran dan kemantangan proses tesebut maka sesuai fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab masing-masing aparat pemerintah daerah, maka perlu

ditetapkan suatu jaringan kerja sebagai pedoman bagi segenap aparatur pemerintah daerah dalam penyusunan APBD.

B. Pembangunan Desa

1. Pengertian Pembangunan Desa

Pembangunan di desa merupakan pembangunan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dengan kewajiban yang serasi antara pemerintah dan

(28)

24

dalam bentuk swakarya dan swadaya gotong – royong masyarakat pada setiap pembagunan yang diinginkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan (Tjahja Supriatna, 2000: 10)

Prinsip – Prinsip Pembangunan Desa (Tjahja Supriatna, 2000: 13) adalah: 1. Imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat 2. Dinamis dan berkelanjutan

3. Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi

Tujuan pembangunan desa jangka pendek adalah menunjang atau mendukung keberhasilan pembangunan sektor – sektor yang mejadi prioritas desa untuk meningkatkan produksi, perluasan lapangan kerja, pemerataan dan penyebaran penduduk, pengembangan koperasi, Keluarga Berencana (KB), pendidikan dan kesehatan.

Tujuan pembangunan desa jangka panjang adalah mengembangkan seluruh desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap – tahap pengembangan desa swadaya dan desa swakarya dengan memperhatikan keserasian hubungan antara pedesaan dengan perkotaan, imbangan kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat serta keterpaduan yang harmonis antar berbagai program

(29)

Pembangunan desa merupakan bagian dari pembangunan nasional dapat dilihat dalam berbagai segi:

1. Pembangunan desa merupakan suatu “proses” perubahan dari cara hidup

tradisional masyarakat pedesaan menuju cara hidup yang lebih baik dan maju. Sebagai proses maka pembangunan desa lebih ditekankan pada aspek

perubahan yang terjadi dalam kehidupan rakyat, baik yang menyangkut segi – segi sosial maupun segi – segi psikologi.

2. Pembangunan desa merupakan suatu “metode” yang mengusahakan agar rakyat

berkemauan membangun diri mereka sendiri sesuai dengan kemampuan dan sumber - sumber yang mereka miliki. Pembangunan desa sebagai suatu metode lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai.

3. Pembangunan desa merupakan sebagai suatu “program” untuk meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan rakyat pedesaan lahir dan batin. Sebagai suatu program pembangunan desa lebih ditekankan pada bidang dan kegiatan yang dilakukan.

4. Pembangunan desa merupakan suatu “gerakan” untuk memajukan masyarakat

sesuai dengan cita – cita nasional Bangsa Indonesia, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Sebagai gerakan maka pembangunan desa ditekankan pada kerangka ideologis yang mendasari dan mengarakan proses, metode, dan program pembangunan desa itu sendiri.

(30)

26

1. Pembangunan fisik, berupa pembangunan sarana dan prasarana, misalnya: jembatan, gorong – gorong, kebun percontohan, MCK, sarana ibadah dan lain – lain.

2. Pembangunan non fisik, berupa pembangunan mental dan spiritual, misalnya: penyuluhan pertanian, kesehatan keluarga, penyuluhan P-4, kejar paket A, paket B, perbaikan gizi dan makanan.

Berdasarkan pembiayaannya, pembangunan desa dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Pembangunan oleh pemerintah, yang terdiri dari: a. Pembangunan melalui Inpres

b. Pembangunan tidak melalui Inpres

2. Pembangunan oleh masyarakat desa, yang terdiri dari: a. Pembangunan atas daya desa

b. Pembangunan atas daya masyarakat desa

(31)

adalah pembangunan yang dibiayai oleh desa menurut anggaran belanja desa. Pembangunan atas daya masyarakat desa adalah pembangunan yang langsung diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat.

Pokok – pokok kebijaksanaan pembangunan desa (Tjahja Supriatna, 2000:85) adalah:

1. Pemanfaatan sumberdaya manusia dan potensi alam 2. Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat

3. Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong – royong masyarakat 4. Pengembangan tata desa yang teratur dan serasi

5. Peningkatan ekonomi yang koperatif

Pembangunan masyarakat desa adalah seluruh pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong – royong masyarakat (G. Satari, 1997: 66). Dalam hubungan ini pembangunan desa untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan keterampilan, meningkatkan prakarsa dengan mendapatkan bimbingan dan bantuan dari aparatur pemerintah sesuai dengan bidang tugas masing – masing.

(32)

28

1. Pembangunan prasarana yang meliputi prasaran produksi, perhubungan, pemasaran, prasarana sosial dan prasarana lainnya.

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa. 3. Memperluas kesempatan dan lapangan kerja baru.

4. Meningkatkan kesehatan dan lingkungan desa melalui program kebersihan, keindahan dan ketertiban.

2. Pemerintahan Desa

Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Pusat memberikan

wewenang penuh kepada Pemerintah Daerah yang mencakup Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri. Tetapi tidak semua keputusan dapat diambil oleh Pemerintah Daerah dan keputusan tersebut hanya bisa diambil oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Desa berdasarkan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 terdiri dari Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) di Bantu oleh perangkat desa yang lain seperti: Sekretaris Desa, Kepala – kepala Dusun. Selanjutnya atas dasar

(33)

Kepala Desa mejalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerintah Desa yaitu penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan umum termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban sesuai dengan peraturan

perundang – undangan yang berlaku. Menumbuhkan serta mengembangkan jiwa gotong – royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahaan desa. Dengan demikian fungsi Kepala Desa terhadap pembangunan desa adalah sebagai pemikir, perencanaan, dan pelaksana.

Dalam upaya menjalankan Pemerintah Desa, Kepala Desa berkoordinir dengan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD). Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 merupakan wadah dan penyalur aspirasi masyarakat di desa sebagai perwujudan Demokrasi Pancasila dalam Pemerintahan Desa. Keputusan – keputusan yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan memperhatikan kenyataan hidup yang berkembang pada seluruh lapisan masyarakat desa yang bersangkutan.

(34)

30

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ditetapkan berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, sebagai Lembaga

Kemasyarakatan dan Badan Perencanaan Pembangunan Desa. LPM bertugas

membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. LPM merupakan lembaga masyarakat di desa atau kelurahan yang tumbuh oleh dan untuk masyarakat desa, dan merupakan wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Tujuan LPM (Dadang Juliantara, 2003: 78) adalah:

1. Membantu pemerintah desa atau kelurahan dalam meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

2. Menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong – royong dalam pembangunan.

3. Menciptakan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

pengembangan ketahanan di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam rangka pembinaan wilayah.

Tugas – tugas pokok LPM (Soekarwi dan Abdurahman, 1996: 231) adalah sebagai berikut :

(35)

2. Menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintahan maupun swadaya gotong royong masyarakat.

3. Menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk mengembangkan ketahanan dan keuletan di desa.

Fungsi LPM (Dadang Juliantara, 2003: 74) adalah :

1. Sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.

2. Menambah pengertian dan kesadaran penghayatan dan pengamalan Pancasila. 3. Menggali, memanfaatkan potensi, dan mengerakkan swadaya gotong – royong

masyarakat untuk pembangunan.

4. Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat serta warga masyarakat itu sendiri.

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

6. Membina dan menggerakkan potensi pemudah untuk membangun. 7. Meningkatkan peranan wanita dalam mewujudkan keluarga sejahtera. 8. Membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat untuk

pembangunan.

(36)

32

4. Keuangan Desa

Sumber pendapatan desa terdiri dari pendapatan asli desa, yang meliputi hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya desa, hasil gotong – royong dan lain – lain pendapatan asli desa. Selain itu pendapatan desa berasal dari bantuan Kabupaten yang meliputi bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah, bagian dari dana

perimbangan antara pusat dan daerah yang diterima Pemerintah Kabupaten.

Bantuan dari Pemerintah Provinsi, sumbangan dari pihak ketiga dan pinjaman desa. Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelolah desa yang tidak

dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Sedangkan untuk kekayaan desa tersebut diatas dari tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa, objek rekreasi yang diurus oleh desa, pemandian umum yang diurus oleh desa, hutan desa, tempat – tempat pemancingan di sungai, pelelangan ikan yang dikelola desa. Adapun pemberdayaan potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa dan melakukan pinjaman.

(37)

pihak ketiga dan kerjasama dengan pihak ketiga akan ditetapkan tersendiri oleh pemerintah.

5. Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P)

1. Pengertian Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P)

Pengertian Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) adalah dana yang dialokasikan langsung kepada desa, digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat serta pembangunan prasarana desa yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan usaha perekonomian masyarakat.

2. Tujuan Pemberian Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P)

Berdasarkan Instrumen Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2008 tentang petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) adalah :

1. Mendorong, menggerakkan dan meningkatkan swadaya gotong – royong masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Mengusahakan agar pemerintah desa serta semua lembaga yang ada di desa, seperti: Badan Musyawarah Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan lembaga – lembaga lainnya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

(38)

34

untuk menanggulangi kerawanan pangan dan menunjang upaya pencapaian swasembada pangan serta mengatasi kelangkaan permodalan di desa. 4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan usaha – usaha ekonomi

pedesaan ke arah kehidupan berkoperasi dalam rangka pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.

3. Penggunaan Dana Pembangunan Desa

Penggunaan Dana Pembangunan Desa di atur dalam pasal 3 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008:

1. Bantuan Pembangunan Desa/Pekon (DPP/P) digunakan untuk membangun proyek – proyek yang diprioritaskan oleh pemerintah desa yang tercermin dari program masing – masing seksi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kegiatan lain yang mendukung pertumbuhan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

2. Disamping penggunaan, bagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga digunakan untuk pemantapan administrasi pembangunan, administrasi pemerintahan di Desa, dan pemantapan LPM serta pemantapan pelaksanaan Sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) guna mempercepat pencapaian Desa swasembada.

4. Macam – Macam Dana Pembangunan Desa

(39)

Pembangunan Desa, disebut bahwa jenis - jenis Dana Pembagunan Desa adalah sebagai berikut:

1. Bantuan Langsung

Bantuan Langsung adalah bantuan pembangunan desa yang langsung diberikan kepada Kepala Desa yang pemanfaatan, administrasi, dan pengelolaannya dilakukakn dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Bantuan ini untuk membangun proyek – proyek yang diprioritaskan oleh masyrakat.

2. Bantuan Keserasian

Bantuan keserasian adalah bantuan pembangunan desa untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan desa terpadu dalam rangka pemantapan fasilitas – fasilitas pada pusat pengembangan wilayah desa terpadu dan pelaksanaannya dilakukan antar instansi atau dinas.

3. Bantuan Khusus Pemenang Lomba

Bantuan khusus pemenang lomba adalah bantuan pembangunan desa yang diberikan kepada desa sebagai penghargaan terhadap potensi yang tinggi dan terbaik dalam pelaksanaan pembangunan desa, baik tingkat kecamatan, tingkat Kabupaten/Kotamadya, maupun tingkat Provinsi.

4. Bantuan Pembinaan dan Administrasi Tingkat Kecamatan

(40)

36

5. Perencanaan Pembanguan Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan diri suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber daya swasta secara bertanggung jawab. (Kuncoro, 2002: 46).

Dalam implementasi perencanaan pembangunan daerah, ternyata banyak masalah yang timbul. Permasalahan yang sering muncul adalah sebagai berikut : (World Bank, 2003: 47-48).

1. Propenas dan Propeda bukanlah rencana yang kontinu sebab hanya dipersiapkan lima tahun sekali.

2. Masih tidak jelasnya bagaimana dan kapan perencanaan top-down dan bottom-up terintegrasi.

3. Perencanaan dilapangan menunjukan kesenjangan yang besar dalam memperhitungkan kemampuan financial.

4. Perencanaan tersebut selalu memfokuskan diri pada anggaran proyek pembangunan dari pada memandang anggaran secara keseluruhan. Untuk mendapatkan informasi mengenai proyek – proyek yang akan menjadi

(41)

koordinasi dari tingkat desa sampai tingkat nasional. Musyawarah dan rapat koordinasi tersebut membicarakan dan membahas beberapa keinginan masyarakat yang tercermin dalam usulan proyek.

Adapun tahap – tahap yang dilakukan agar perencanaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan pembangunan daerah, hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan dana DPD adalah sebagai berikut:

1. Penyaluran dana langsung ditunjukan kepada pengelola/penerima.

2. Rencana kegiatan harus merupakan hasil musyawarah desa yang diikuti oleh seluruh komponen / tokoh – tokoh masyarakat desa dan dituangkan dalam Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK).

3. Rencana kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara tehnis maupun administrasi.

6. Alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P)

Untuk mengetahui informasi mengenai proyek – proyek yang menjadi keinginan masyarakat, maka diadakan musyawara desa. Pada musyawarah ini dibicarakan dan dibahas mengenai potensi – potensi desa, termasuk usulan proyek yang dibiayai oleh dana DPD. Musyawarah tingkat Desa/Kelurahan ini di pimpin oleh Kepala

(42)

38

Pembahasan mengenai DPD, meliputi pembahasan tentang pengalokasian DPD. DPD dialokasikan untuk pembangunan prasarana – prasarana desa, Bulan Bhakti LPM, kegiatan PKK, pembinaaan anak dan remaja. Untuk pembangunan proyek yang dikelola oleh LPM juga ditentukan jenis proyek, biaya yang diperlukan atau kebutuhan masing – masing.

Alokasi Dana Pembangunan Desa ( DPD) diatur berdasarkan pasal 16 ayat (1)

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang petunjuk Pelaksanaan Dana Pembangunan Desa. Dalam merencanakan proyek – proyek Dana

Pembangunan Desa, Kepala Desa perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut: 1. Skala prioritas disesuaikan dengan potensi dan masalah – masalah yang

dihadapi desa dengan tetap memperhatikan pembangunan daerah yang bersangkutan.

2. Benar – benar dibutuhkan dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat. 3. Didasarkan pada kemampuan nyata dari swadaya masyarakat.

4. Dapat diselesaikan dalam batas waktu penggunaan dana bantuan.

5. Dapat direncanakan, dilaksanakan dan diawasi pelaksanaannya oleh masyarakat melalui wadah LPM.

Dalam merencanakan penggunaan bantuan untuk kegiatan PKK perlu diperhatikan hal – hal berikut:

(43)

2. Benar – benar diperlukan dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. 3. Proyek yang dilaksanakan desa tidak harus sama/seragam untuk keseluruhan. 4. Mengikut sertakan secara aktif ibu – ibu pengurus PKK dalam merencanakan,

melaksanakan, memanfaatkan dan mengembangkan proyek yang dibangun.

Dengan Dana Pembangunan Desa maka desa mempunyai kemampuan untuk menggali potensi – potensi sumber daya alam menjadi potensi yang efektif, yang selanjutnya dapat dinikmati oleh seluruh warga desa dan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga sumber pendapatan desa yang semakin besar.

Sehubungan dengan hal itu agar dapat diperoleh hasil yang optimal dari Dana Pembangunan Desa, maka penggunaannya perlu direncanakan secara matang baik ditinjau dari:

1. Jenis proyek, proyek apa yang harus dibangun 2. Lokasi, dimana proyek tersebut harus dibangun

3. Bilamana dibangun, bagaimana modal pembangunannya

4. Siapa yang harus melaksanakan dan untuk siapa pembangunan tersebut 5. Besarnya biaya yang diperlukan untuk pembangunan proyek yang diinginkan

Perencanaan yang matang dimana teknis dapat dilaksanakan, ekonomis

(44)

40

6. Pengertian dan Bentuk Partipasi Masyarakat

Partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang, berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri (Mubyarto, 1996: 35).

Menurut Laode Ida (2000: 65) ada dua macam partisipasi yaitu partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakan partisipasi horizontal dan partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan atau antara masyarakat sebagai keseluruhan dengan pemerintah yang dinamakan partisipasi vertikal.

Bentuk – betuk partisipasi :

1. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.

2. Partisipasi dalam menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima maupun menolak.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan termasuk pengambilan keputusan, perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin dalam masyarakat.

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

(45)
(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan teori-teori yang mendukung rencana penulisan yang terkait.

Penelitian kepustakaan juga dilakukan sebagai upaya untuk menghimpun tulisan-tulisan ilmiah hasil penelitian yan sudah dipublikasi. Dengan menghimpun tulisan-tulisan yang sudah dipublikasi dapat diperoleh masukan penelitian yang serupa yang dapat digunakan untuk memperkuat argumentasi ilmiah.

B. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi dilapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Penelitian lapangan ditujukan kepada responden yang menjadi objek penelitian dengan melakukan wawancara langsung.

(47)

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. a. Data Primer

Untuk memperoleh data primer maka dilakukan wawancara langsung dengan responden seperti masyarakat, tokoh aparat pemerintah dan lembaga – lembaga Desa/Pekon dengan mengajukan beberapa pertanyaan selain itu juga mengunakan beberapa daftar pertanyaan yang disebar kepada masyarakat desa.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari lembaga/instansi terkait, seperti data dari Kelurahan, Kecamatan dan lembaga -lembaga yang lain yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

D. Sampel

Berdasarkan jumlah penduduk pada Pekon Karang Agung pada tahun 2012, diperoleh populasi sebanyak 8.646 jiwa yang menempati 8 (delapan) Rukun Tetangga (RT) atau Lingkungan. Untuk mencari besarnya sampel yang dapat mewakili dalam penelitian ini digunakan rumus untuk mengestimasi populasi yaitu :

(48)

44

Sumber : M. Nazir, 1998 : 391) Keterangan :

n = Besarnya sampel N = Total populasi

Ni = Total sub populasi dari stratum i

Pi = Total unit sampling pada suatu kategori tertentu dalam stratum i B = Bound of error pada kepercayaan 90 % B = 10 %

Ni = Besarnya sampel untuk stratum i

Berdasarkan rumus diatas sampel penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut :

0,75 1 0,75 x 8646 0,0025 . 8646 0,75 1 .0,75 x 8646 8646 n 2 1621,12 186883,29 1621,12 8646 n 188504,41 14016204 n

n = 74,35 dibulatkan menjadi 75

Teknik Sampling adalah dengan Metode Stratified Random Sampling, dengan mengelompokkan 8 (delapan) strata. Dalam pengambilan besaran sub populasi atau besarnya sampel tiap stratum dilakukan dengan mengambil sampel tiap lingkungan dimana n1 adalah lingkungan 1, n2 lingkungan 2, n3 lingkungan 3, n4 lingkungan 4, n5, lingkungan 5, n6 lingkungan 6, n7 linkungan 7 dan n8 lingkungan 8. Adapun besarnya sampel tiap stratum adalah sebagai berikut :

(49)

orang 11 11,49 75 x 8646 1.325 n2 orang 6 15 , 6 75 x 8646 709 n3 orang 1 1 00 , 1 1 75 x 8646 1.269 n4 orang 10 9,51 75 x 8646 1.085 n5 orang 7 6,84 75 x 8646 789 n6 orang 6 6,18 75 x 8646 713 n7 orang 13 13,03 75 x 8646 503 . 1 n8

Nilai Populasi (N) dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk Pekon Karang Agung pada tahun 2012 sebanyak 8646 orang dan dibagi atas 8 Lingkungan.

Lingkungan I berjumlah 11 orang, Lingkungan II berjumlah 11 orang, Lingkungan III berjumlah 6 orang, Lingkungan IV berjumlah 11 orang, Lingkungan V berjumlah 10 orang, Lingkungan VI berjumlah 7 orang, Lingkungan VII berjumlah 6 orang, dan Lingkungan VIII berjumlah 13 orang. Nilai pi umumnya dapat dianggap 0,75 dan B = 0,1 dengan demikian besarnya sampel sebanyak 75 orang.

E. Alat Analisis

Penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif, yaitu berusaha untuk

(50)

46

fakta-fakta yang ada. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan teknik persentase. Untuk mengetahui hasil jawaban responden, dilakukan pengukuran variabel tentang analisa alokasi dana pembangunan Desa/Kelurahan mampu meningkatkan swadaya

masyarakat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan Desa Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat dengan menyebarkan kuisioner kepada 75 responden/penduduk. Data yang diproleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dimana interpretasi data diolah dengan rumus atau ketentuan matematik/statistik, maksudnya adalah untuk mengetahui analisa alokasi dana pembangunan Desa/Kelurahan mampu meningkatkan swadaya masyarakat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan Desa Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat. Dalam analisis jawaban responden dilakukan pengukuran variabel penelitian tentang peran alokasi dana pembangunan

Desa/Kelurahan mampu meningkatkan swadaya masyarakat untuk menunjang pelaksanaan pembangunan Desa Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat menggunakan kuisioner yang disediakan lima alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan skor jawaban diberikan bobot nilai sebagai berikut :

(51)

Hasil jawaban tersebut kemudian akan disajikan dalam analisis tabel. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 216), pada alternatif jawaban yang bergradasi atau

menggunakan peringkat. Oleh setiap kolom dalam tabel menunjukan letak nilai, maka sebagaimana konsekuensinya setiap centangan dalam setiap kolom jawaban

menunjukan nilai tertentu. Dengan demikian, maka analisis data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan pada setiap kolom yang berbeda nilainya tersebut, lalu mengalikan frekuensi pada masing-masing kolom dengan nilai kolom yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi menjadai banyaknya responden yang menjawab angket tersebut.

F. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kelurahan/Pekon Karang Agung terletak di Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, desa ini terletak dipusat Kecamatan Way Tenong yang membujur sepanjang jalan lintas barat yang menuju ke Liwa Kabupaten Lampung Barat. Luas wilayah Desa Karang Agung lebih kurang 1.191 hektar, dengan jumlah

penduduk skitar 8.648 dengan rumah tangga sebanyak 3.413 Kepala Keluarga (KK) dengan batas wilayah sebagai berikut :

(52)

48

Desa Karang Agung yang terletak dalam Kecamatan Way Tenong yang dulu sebelum pemekaran masuk di Kecamatan Sumber Jaya, berjarak lebih kurang 32,5 Km dari ibu kota Kabupaten (Liwa).

1. Aspek Kependudukan

[image:52.612.113.531.389.643.2]

Desa/Kelurahan Karang Agung termasuk dalam wilayah Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat. Luas Desa Karang Agung Seluruhnya adalah 1.191 hektar. Penggunaan tanah di Desa Karang Agung menurut pemakaian dan kegunaannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Penggunaan Tanah di Desa Karang Agung Tahun 2012

No Penggunaan Tanah Luas Lahan (ha)

1 Permukiman 41

2 Perkantoran 52

3 Sekolah 15

4 Pertokoan/Perdagangan 17

5 Pasar 125

6 Sawah 40

7 Ladang/Tegalan 20

8 Perkebunan Rakyat 42

9 Padang Rumput/Ladang Gembalaan 15

10 Hutan 15

11 Tempat Rekreasi 27

12 Tambak 80

13 Kolam 5

14 Rawa 25

15 Pantai 115

16 Lain – lain 70

Jumlah 1.191 (ha)

(53)

Sebagian besar wilayah Kelurahan/Pekon Karang Agung di gunakan sebagai pemukiman penduduk yaitu seluas 475 hektar dari luas daerah Desa/Kelurahan Karang Agung dan 115 hektar wilayah Desa Karang Agung merupakan daerah perkebunan dan sawah, selebihnya dari itu digunakan untuk puskesmas, perkantoran, sekolah, pertokoan/perdagangan, pasar desa, tegalan dan untuk perkebunan rakyat.

2. Penduduk Desa Karang Agung Menurut Jenis Kelamin

[image:53.612.111.513.416.476.2]

Penduduk Desa/Kelurahan Karang Agung pada tahun 2012 adalah sebesar 8.646 jiwa. Penduduk Desa Karang Agung menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Penduduk Kelurahan/Pekon Karang Agung Menurut Jenis Kelamin Pada Tahun 2012

No Jenis Kelamin Penduduk (jiwa) Persentase (%) 1 Laki – laki 4.326 50,04

2 Perempuan 4.320 49,96

Jumlah 8.646 100,00

Sumber: Monografi Desa Karang Agung, 2013

3. Penduduk Kelurahan/Pekon Karang Agung Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(54)
[image:54.612.109.516.126.241.2]

50

Tabel 5. Penduduk Kelurahan/Pekon Karang Agung Menurut Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 TK _ _

2 SD Sederajat 2.150 38.80

3 SLTP Sederajat 630 5,85

4 SLTA Sederajat 2.831 42,12

5 Akademi/D1-D3 1.607 10,85

6 Sarjana/S1-S3 257 2,38

Jumlah 7.475 100,00

Sumber: Monografi Desa Karang Agung,2012

Pada Tabel 5 menunjukan tingkat pendidikan penduduk Desa Karang Agung pada tahun 2012, dimana dapat dilihat bahwa sebanyak 2.831 orang atau 42,12% penduduk Desa Karang Agung berpendidikan SLTA, sebanyak 2.150 orang atau 38,80%

penduduk Desa Karang Agung berpendidikan SD, 1.607 orang atau 10,85% penduduk Desa Karang Agung berpendidikan Akademi/D1-D3, 630 orang atau 5,85% penduduk Desa Karang Agung berpendidikan SLTP, dan sebanyak 257 orang atau sekitar 2,38 % penduduk Desa Karang Agung berpendidikan Sarjana.

4. Penduduk Desa/Kelurahan Karang Agung Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Karang Agung hidup dari beberapa mata pencaharian, diantaranya sebagai karyawan, wiraswasta, petani, buruh, pegawai dan lain – lain. Untuk

(55)
[image:55.612.112.452.126.312.2]

Tabel 6. Penduduk Kelurahan/Pekon Karang Agung Menurut Mata Pencaharian Pada Tahun 2012

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 Petani 1078

2 Buruh Tani 587

3 Buruh/Swasta 200

4 Pegawai Negeri 163

5 Pengrajin 88

6 Pedagang 670

7 Peternak 172

8 Nelayan 55

9 Montir 40

10 Dokter 3

11 Lain – lain 387

Jumlah 3.443

Sumber: Monografi Desa Karang Agung,2013

Sebagian besar penduduk di Desa Karang Agung bekerja sebagai petani di

perkebunan sebanyak 1.078 jiwa serta buruh/swasta yaitu sebanyak 200 orang dari jumlah penduduk, kemudian bekerja sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 163 orang, yang bekerja sebagai pedagang adalah sebanyak 670 orang, penduduk yang bekerja sebagai buruh tani sebanyak 587 orang, penduduk yang bekerja sebagai pengrajin sebanyak 88 orang, yang bekerja sebagai peternak sebanyak 172 orang, penduduk yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 55 orang, yang bekerja sebagai montir sebanyak 40 orang, dan yang bekerja sebagai dokter sebanyak 3 orang, dan yang lain – lainnya sebanyak 187 orang.

5. Tingkat Perkembangan Desa Karang Agung

(56)

52

menuju ke Desa/Pekon Maju ada beberapa kriteria yang dimiliki atau dipenuhi oleh Desa Karang Agung adalah sebagai berikut :

a. Mata pencaharian penduduk Desa Karang Agung tidak hanya ada pada sektor pertanian saja, tetapi banyak jenis mata pencaharian yang bisa diperoleh di desa tersebut di antaranya : Pegawai Negeri Sipil (PNS), Buruh/Karyawan Swasta, Pedagang, Petani, Buruh Tani, dan lain – lain, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. b. Tingkat pendidikan penduduk Desa Karang Agung sebagian besar

berpendidikan SMU yaitu sebanyak 2.831 orang, 1.607 orang peduduk

berpendidikan Akademi/D1-D3, dan 630 orang penduduk berpendidikan SLTP, 257 orang penduduk berpendidikan Sarjana, sedangkan sisanya 2.150 orang penduduk berpendidikan SD, dan hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

c. Kelembagaan dan Pemerintah Desa sudah efektif, baik tugas maupun fungsinya. Keputusan masyarakat desa merupakan keputusan yang harus dilaksanakan, meskipun ada sebagian keputusan yang dibuat tidak dapat dijangkau atau dimengerti oleh masyarakat di Desa Karang Agung.

d. Prasarana dan sarana desa telah memadai. Akan tetapi prasarana dan sarana yang ada tersebut memerlukan biaya untuk pemeliharaan agar dapat digunakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lebih lama. Prasarana dan sarana yang tersedia di Desa Karang Agung meliputi : prasarana dan sarana

(57)
[image:57.612.113.476.248.460.2]

sarana pemasaran, yaitu pasar lingkungan dan pasar inpres. Prasarana dan sarana sosial, di antaranya sarana peribadatan, yang mana terdiri dari 15 mesjid dan 7 musholah yang mana semua itu tersebar di seluruh dusun di Desa Karang Agung.

Tabel 7. Fasilitas Jasa/Perdagangan, Koperasi dan Industri Yang Dimiliki Desa Karang Agung Pada Tahun 2012

No Fasilitas Jumlah

1 Jasa dan Perdagangan

Pasar 1 Unit

Toko/Swalayan 85 Unit

Warung Kelontongan 107 Unit

Restoran 17 Unit

2 Koperasi 3 Unit

3 Industri

Industri Makanan 2 Unit

Industri kerajinan 3 Unit

Usaha Peternakan 2 Unit

4 Penginapan

Hotel 2 Unit

Wisma/Mess 2 Unit

Asrama/pondokan 1 Unit

Sumber: Monografi Desa Karang Agung,2013

Tabel 8. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki Desa/Kelurahan Karang Agung Pada Tahun 2012

No Sarana/ Prasarana Jumlah

1 Prasarana Air Bersih

Sumur Pompa 1 Unit

Sumur Gali 175 Unit

Mata Air 1 Unit

2 Prasarana Pemerintahan

Balai Desa/Sejenisnya 1 Unit

Jumlah Mesin Ketik 3 Buah

Meja, Kursi dan Almari 202 Buah

3 Prasarana Olahraga

[image:57.612.113.533.542.698.2]
(58)

54

6. Gambaran Umum Aparat Pemerintah Desa dan Lembaga Desa Karang Agung

Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 202 ayat 1, Pemerintah Desa/Kelurahan terdiri atas Kepala Desa/Lurah dan perangkat desa. Di Desa/Kelurahan Karang Agung terdiri dari 1 orang Kepala Desa/Lurah, 1 orang Sekretaris Desa, 8 Kepala Lingkungan/Dusun, dan 7 orang kepala urusan. Lembaga – lembaga Desa Karang Agung yang terdiri dari Badan perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Desa (LPD), Bina Keluarga Balita (BKB), Keluarga Berencana (KB) dan Pembinaan Kesejateraan Keluarga (PKK).

7. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Karang Agung

Berdasarkan tingkat kesejahteraannya penduduk Desa Karang Agung di

[image:58.612.102.535.555.654.2]

kelompokkan dalam 5 golongan, yaitu : Keluarga Pra-sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, Dan Keluarga III+.

Tabel 9. Banyaknya Keluarga Pra-Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II,

Sejahtera III, dan Keluarga III+ di Desa Karang Agung Pada Tahun 2012

No Keluarga Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Pra-Sejahtera 985 39,07

2 Sejahtera I 374 14.84

3 Sejahtera II 151 5,99

4 Sejahtera III 948 37,60

5 Sejahtera III+ 63 2,50

Jumlah 2.521 100,00

(59)

Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk desa Karang Agung

berstatus keluarga pra- sejahtera yaitu sebanyak 985 KK ( 39,07%) dan hanya 63 KK ( 2,50%) yang berstatus keluarga III+. Ini berarti bahwa tingkat kesejahteraan

(60)

77

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dana Pembangunan Pekon (DPD) pada anggaran diperuntukan untuk kegiatan antara lain : pembangunan, perbaikan serta pemeliharaan pekon meliputi, pembangunan gorong-gorong, pembangunan Pasar Pekon, pembangunan posyandu serta perbaikan kantor kepala Pekon. Jumlah dana yang diberikan untuk keseluruhan pembangunan sebesar Rp. 53.000.000,00. Sedangkan untuk pembinaan Bulan Bhakti LPM sebesar Rp. 14.500.000,00. Untuk Kegiatan PKK Rp. 15.000.000,00 Anak dan Remaja sebesar Rp. 12.500.000,00 serta untuk kegiatan perekonomian sebesar Rp. 24.000.000,00 dan untuk lainnya Rp. 11,000.000,00.

2. Alokasi dana pembangunan pekon telah dialokasikan dengan baik, hal ini dapat dilihat bahwa pernyataan masyarakat Pekon Karang Agung terhadap pertanyaan mengenai alokasi dana pembangunan pekon telah dialokasikan dengan baik sebanyak 28,00 % menjawab sangat baik, 18,67 % menjawab baik, 22,66 % menjawab cukup baik, 14,67 % menjawab kurang baik, 16,00 % menjawab tidak baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sudah terbentuknya gorong-gorong untuk pengairan dan terbentuknya Usaha Ekonomi Desa (UED) Simpan Pinjam.

(61)

dikucurkan pemerintah hanya cukup meningkatkan tingkat swadaya

masyarakat, ini tercermin dari pernyataan masyarakat Pekon Karang Agung dimana dengan adanya alokasi dana pembangunan masyarakat memiliki tingkat swadaya yang cukup baik. Pernyataan masyarakat Pekon Karang Agung tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 23, dari 75 masyarakat sebagai responden sebanyak 16,00 % menjawab sangat baik, 13,34 % menjawab baik, 49,33 % menjawab cukup baik, 12,00 % menjawab kurang baik, dan 9,33 % menjawab tidak baik.

B. Saran

1. Untuk dimasa yang akan datang sebaiknya alokasi dana pembangunan pekon dialokasikan untuk proyek-proyek yang lebih diprioritaskan pada proyek yang bersifat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Peran dari alokasi dana pembangunan Pekon agar terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang sudah ada dibentuk agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Pekon Karang Agung serta peran aparat pekon sebagai pemerintah pekon harus benar-benar menyerap aspirasi masyarakat dan harus tahu apa yang menjadi masalah dan kebutuhan masyarakat.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Bina Aksara. Jakarta.

Bappeda dan BPS Kabupaten Lampung Barat. 2012. Lampung Barat Dalam Angka BPS Propinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka.

BPS Provinsi Lampung, 2012. Data Penduduk Provinsi Lampung. Lampung.

Budiono. 1982; Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Departemen Dalam Negeri. 2005 Instruksi Mentri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa. Jakarta.

Departemen Dalam Negeri. 2008. Instruksi Mentri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pengaturah Mengenai Desa. Jakarta.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1985; Ekonomi pembangunan. Penerbit Pembangunan Jakarta. Jakarta.

Ida, Laode. 2000. Otonomi Daerah, Demokrasi Lokal dan Clean Government, PSPK, Jakarta.

(63)

Karim, Abdul Ghafar. 2003. Kompleksitas personalia OTDA di Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mamesah, 1995. Kebijakan Ekonomi Publik. Rhineka Cipta. Jakarta.

Maschab, Mashuri. 1992. Pemerintah Desa di Indonesia. PAU-Studi Sosial. UGM. Jakarta.

Mubyarto. 1996. Pengembangan Kawasan Terpadu Sebagai Program Penanggulangan Kemiskinan. Adiyya Media. Yogyakarta.

Mubyarto. 2000. Strategi Pembangunan Pedesaan. Bumi Aksara. Jakarta.

Muhamad Rizal,Andi. 2006.Analisis Alokasi Dana Bantuan Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K) di Desa NatarKecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Skripsi. FE Unila

Nazir, M. 1998. Metodelogi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Pemerintah Desa Way Urang. 2007. Program Bantuan Desa/Kelurahan (DPD/K). Purnomo, Mangku. 2004. Pembaruan Desa. Pustaka Utama. Yogyakarta.

Soekartawi dan Abdurahman.1996. Masalah Pengembangan Kelembagaan Pedesaan dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. UI Press. Jakarta.

Supriatna Tjahja. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineke Cipta. Jakarta.

(64)

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1983. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber – Sumber Pendapatan Desa. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 1985; Ekonomi Pembangunan, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Bina Grafika Jakarta. Jakarta.

Tahmid, Khairudin, 2004. Otonomi Daerah dan Pemerintah Daerah. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1986; Perencanaan Pembangunan, Penerbit PT Gunung Agung Jakarta. Jakarta.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah. Citra Umbara. Bandung.

Universitas Lampung. 1999. Mahasiswa dan Pembangunan Masyarakat. Unila Press. Lampung.

Yusnita, Heni. 1999. Analisis Pengelolaan Dana Bangtuan Desa (Bandes) Dalam Upaya Meningkatkan Swadaya Masyarakat di Desa Bagelan Kecamatan

Gambar

Tabel 1. Jumlah Desa/Pekon , Kepala Keluarga, Penduduk dan Rata – Rata
Tabel 2. Alokasi Dana Pembangunan Desa/Pekon (DPD/P) Karang Agung            Tahun Anggaran 2008 – 2012 ( Rupiah)
Tabel 3. Penggunaan Tanah di Desa Karang Agung Tahun 2012
Tabel 4. Penduduk Kelurahan/Pekon Karang Agung Menurut Jenis Kelamin Pada Tahun 2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pudiastuti (2012), Rukiyah dan Yulianti (2010) perencanaan asuhan pada kasus abortus inkomplit yaitu pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik, berikan

Terbatasnya alokasi dana yang telah dianggarkan oleh Pemerintah di Kabupaten Gorontalo masih belum mencukupi untuk pengembangan E- Government, sehingga kegiatan

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus

WP Sintetik untuk mengendalikan penyakit busuk daun (Phytophtora infestans) pada tanaman Tomat dan antraknosa pada Cabai. VIDI 722SL Propamokarb

Setelah perhitungan luas seperti di atas, selanjutnya diurutkan dari ukuran terkecil sampai ukuran yang terbesar ( ascending ). Sebagai contoh studi kasus, diambil

[r]

From the analysis, the writer found that null hypothesis saying “There is no significant difference in listening achievement between second grade junior high school students who

dapat menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas dengan judul “ PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MODEL INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD