ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA
LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
MARDIAN HADI SURYANTO
Permasalahan penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur menggunakan media Power Point. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklus. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan media
Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (57,29), siklus II (65,63) dan siklus III (78,96). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,34, dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 13,33 Kemudian untuk rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (66,58), siklus II menjadi (71,67) dan siklus III sebesar (78,58). Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 5,09 dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 6,91. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I (45,83%), siklus II (62,5%), dan siklus III (87,5%) dari jumlah 24 orang siswa.
Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS supaya aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat serta siswa tidak menganggap pembelajaran IPS membosankan.
DAFTAR ISI
2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10
3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17
2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 17
3. Manfaat Media Pembelajaran ... 19
4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20
D. Media Power Point ... 22
1. Pengertian Media Power Point ... 22
2. Teknik Pembuatan Media Power Point ... 23
3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point ... 23
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Setting Penelitian ... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ... 28
D. Alat Pengumpulan Data ... 28
E. Teknik Analisis Data ... 29
F. Indikator Keberhasilan ... 31
G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian Awal ... 42
1. Gambaran Umum SD Negeri 1 Sukaraja Tiga ... 42
2. Deskripsi Awal ... 42
3. Refleksi Awal ... 43
B. Hasil Penelitian ... 44
1. Siklus I ... 44
2. Siklus II ... 55
3. Siklus III ... 66
C. Pembahasan ... 75
1. Kinerja Guru ... 76
2. Aktivitas Belajar Siswa ... 78
3. Hasil Belajar Siswa ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan
pengetahuan akan dunia yang luas. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan, segala macam cara dan strategi mengajar dilakukan para guru dan
pendidik Sekolah Dasar. Guru berupaya agar siswa lebih antusias dalam
mengikuti semua pelajaran yang diberikan. Pendidikan dasar khususnya
Sekolah Dasar (SD) merupakan pondasi seseorang dalam melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, pasal 17 ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan dasar
merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Kurikulum SD yang digunakan di Indonesia sekarang yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu mata pelajaran yang terdapat
dalam kurikulum tersebut adalah IPS yang merupakan mata pelajaran wajib
dari kelas I sampai dengan kelas VI. IPS merupakan rumpun mata pelajaran
yang dikembangkan dari berbagai ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik. Dengan demikian
ditinjau dari aspek akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sebagaimana dirumuskan oleh Social Science Education Council (SSEC)
dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebutkan bahwa IPS
sebagai “Social Science” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS
mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran
seperti, geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi,
sosiologi, dan sebagainya. Martorella (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 15)
menuturkan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada
aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam hal tersebut siswa
diharapkan mendapat pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan.
Pembelajaran IPS di SD dari dulu hingga saat ini masih banyak dijumpai
penekanan dalam penguasaan bahan/materi sebanyak mungkin, sehingga
pembelajaran terkesan membosankan, dan hanya terpusat pada komunikasi
satu arah saja tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
kritis dan kreatif. Budaya belajar di SD lebih ditekankan pada budaya hafalan
dari pada budaya berpikir kritis, sehingga banyak siswa SD beranggapan
bahwa materi pembelajaran IPS hanya untuk dihafal saja. Hal tersebut juga
didukung dengan pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sarat akan
materi sehingga siswa dituntut untuk menguasai seperangkat materi yang
disampaikan.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
suatu masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari seorang guru yaitu mampu memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
Piaget merumuskan proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan
tahap-tahap sesuai dengan umurnya diantaranya yaitu: (1) tahap-tahap sensorimotor (umur
0 2 tahun), perkembangan anak berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah
demi langkah, (2) tahap praoperasional (umur 2 7/8 tahun), perkembangan
berdasarkan penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembang
konsep-konsep intuitif, (3) tahap operasional konkret (umur 7 atau 8 11 atau
12 tahun), perkembangan anak sudah mulai menggunakan aturan yang jelas
dan logis, (4) tahap operasional formal (umur 11/12 18 tahun), anak sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
“kemungkinan” (Budiningsih, 2005: 37 39).
Berdasarkan teori di atas usia siswa SD masuk dalam kategori tahap
operasional konkret. Usia tersebut memiliki kecakapan berpikir logis, akan
tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret dan mereka pun masih
memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. Hal yang harus dilakukan untuk
menghindari keterbatasan berpikir itu ialah siswa perlu diberi gambaran yang
konkret. Begitu juga dalam pembelajaran IPS terdapat banyak materi yang
sifatnya abstrak dan membuat siswa kesulitan untuk memahaminya, sehingga
dalam penyampaian materi dibutuhkan suatu cara ataupun alat yang dapat
memudahkan pemahaman siswa dengan memberikan hal-hal yang sifatnya
konkret. Berdasarkan teori di atas hendaknya guru perlu memanfaatkan suatu
belajar melalui contoh-contoh yang kontekstual guna mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu menggunakan media
pembelajaran yang baik. Media pembelajaran yang baik adalah media yang
dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam memahami suatu konsep.
Media pembelajaran merupakan sarana bantu untuk mewujudkan situasi
pembelajaran yang lebih efektif. Criticos berpendapat bahwa media juga
sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu pembawa pesan dari
komunikator ke komunikan (Daryanto, 2010: 4). Ada berbagai jenis media
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran, salah satunya adalah media Power Point. Media Power Point
adalah media yang berbasis multimedia, dimana media ini mampu
menggabungkan berbagai jenis media diantaranya teks, gambar, grafik, audio,
video, animasi, foto, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terhadap guru kelas IV A SD
Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur pada tanggal 7 8 Desember 2012
diketahui bahwa, pembelajaran IPS lebih menitikberatkan pada model
pembelajaran klasikal, seperti ceramah. Meskipun guru sudah melaksanakan
pembelajaran secara baik, namun kenyataannya hasil belajar yang dicapai
siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi (mid semester ganjil)
tahun pelajaran 2012/2013 yang dilakukan. Siswa yang telah mampu
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 16,67% atau 4 dari 24
siswa dan sisanya masih di bawah standar. KKM yang ditetapkan di SD
Setelah diamati, rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan cara belajar
yang kurang menyenangkan. Guru sering kali hanya menggunakan metode
ceramah dan kurang memanfaatkan media pembelajaran, sehingga membuat
siswa merasa jenuh yang berdampak pada hasil belajar yang kurang
memuaskan. Selain itu, media yang digunakan sebagai alat bantu
pembelajaran masih sangat minim ketersediaan dan kurangnya keterampilan
guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Berdasarkan masalah
tersebut penulis melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan memutuskan
untuk menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS. Sehingga
diharapkan dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS,
maka akan dapat membantu, memudahkan serta menumbuhkan semangat
aktivitas, motivasi, partisipasi belajar, serta meningkatnya hasil belajar siswa.
Penggunaan media Power Point pada pembelajaran merupakan salah satu
strategi yang menarik bagi siswa dan memudahkan guru dalam menyampaikan
materi. Selain itu penggunaan media ini secara tepat dapat berpengaruh
terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Ulfa Hasanah” dengan judul
yaitu “Penggunaan Media Slide Power Point dalam Meningkatkan Proses dan
Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Metro Barat
Tahun Pelajaran 2009/2010”, membuktikan bahwa penggunaan media Power
Point dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggangap penting untuk
menerapkan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS sebagai
Tindakan Kelas (PTK), dengan judul “Penggunaan Media Power Point untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas
IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran
2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut:
1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur.
2. Guru masih mendominasi dalam pembelajaran, menyebabkan
pembelajaran monoton, kurang aktif maupun kreatif, dan kurang
menyenangkan bagi siswa.
3. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi media
pembelajaran.
4. Siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk memahami konsep materi
pembelajaran IPS
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan
media Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1
2. Apakah dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja
Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, penelitian
ini mempunyai tujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A
SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media
Power Point Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A SD
Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media Power
Point Tahun Pelajaran 2012/2013
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak
pihak, diantaranya adalah:
1. Bagi siswa
Penggunaan Media Power Point diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga
Lampung Timur pada pembelajaran IPS.
2. Bagi guru
Proses pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Selain itu juga dapat menambah wawasan dan mengembangkan
kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan
sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi penulis
Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media Power Point,
sehingga kelak ketika menjadi seorang guru SD mampu menjalankan tugas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkat IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan umum
ataupun sosial. Seperti yang tertuliskan dalam Permendiknas No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi, diantaranya adalah.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Selain itu M. Nu’man Somantri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7)
mengemukakan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu sosial, ideologi
negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah sosial yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah serta psikologis untuk tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial
yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi.
IPS juga merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti
serta mempelajari dan menelaah gejala dan masalah sosial di masyarakat
dari berbagai kehidupan secara terpadu.
2. Karakteristik Pembelajaran IPS
Adapun karakteristik pembelajaran IPS telah dikemukakan oleh
Supriatna, dkk. (2006: 6) karakteristik pendidikan IPS adalah upayanya
untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik.
Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan
hubungan masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa.
Selain itu, A. Kosasih Djahiri menuliskan hal lain mengenai
karakteristik IPS diantaranya adalah:
a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya
(menelaah fakta dari segi ilmu).
b. Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin
ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif.
c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar
siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.
d. Program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan-bahan
dari berbagai ilmu sosial dan lainya.
e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil
(mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya
proses internalisasi secara mantap dan aktif pada siswa.
f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar
g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga
nilai dan keterampilannya.
h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui
program maupun pembelajarannya.
i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan
prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan
yang menjadi ciri IPS itu sendiri (Sapriya, dkk., 2006: 8).
3. Tujuan Pembelajaran IPS
Nu’man Somantri mengungkapkan bahwa terdapat empat tujuan
pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, diantaranya.
a. Untuk mendidik para siswa menjadi para ahli ekonomi, politik, hukum,
sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.
b. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik.
c. Merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial,
untuk kemudian dipilih dan diramu agar cocok untuk pembelajaran
sekolah.
d. Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (Sapriya,
dkk., 2006: 11 12).
Sejalan dengan hal tersebut Gross (dalam Solihatin & Raharjo, 2007:
14) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut juga
bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh para ahli
ataupun yang telah tercantum dalam Permendiknas, maka penulis
membuat sebuah kesimpulan mengenai tujuan IPS di SD yaitu
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan potensi/kemampuan siswa serta agar menguasai
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga dapat berpatisipasi
dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai
warga negara.
4. Pembelajaran IPS di SD
IPS adalah mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai
dengan Perguruan Tinggi mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
ekonomi. Dewasa ini pembelajaran IPS ditekankan pada pendekatan
konstruktivistik yang menitikberatkan siswa untuk membangun dan
(dalam Supriatna, dkk., 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di
SD yaitu:
a. Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan sehingga dapat mendorong mereka untuk belajar. b. Pembelajaran harus terstruktur sehingga siswa belajar dari hal-hal
mudah kepada hal yang sulit.
c. Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalam kehidupan di masyarakat. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS
di SD/MI tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi meliputi (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu,
keberlanjutan, dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d)
perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
B. Belajar
1. Teori Belajar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya
masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Lain halnya dengan teori kognitif, lebih menekankan
kepada proses dari pada hasil belajarnya. Belajar menurut teori kognitif
tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori kognitif
adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang telah tertata dalam bentuk stuktur kognitif yang dimilikinya
(Budiningsih, 2005: 20 21 & 34).
Teori konstruktivistik menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai (Trianto, 2010: 28). Selain itu, Rusman, dkk., (2012: 37)
berpendapat bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah
kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya, ia sendiri yang
bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.
Budiningsih (2005: 58) menuliskan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan dilakukan oleh siswa sendiri dan ia haruslah aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Dari beberapa teori belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
teori konstruktivistik merupakan teori yang sesuai atau cocok untuk
diterapkan di SD saat ini. Hal ini dikarenakan teori tersebut sesuai dengan
strategi yang akan peneliti lakukan di SD, yaitu penggunaan media Power
Point. Melalui penggunaan media ini siswa dituntut untuk berperan aktif
dan kreatif dalam memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan
beberapa pendapat mengenai teori konstruktivistik dapat disimpulkan
bahwa, belajar adalah membangun pengetahuannya sendiri, dan siswa juga
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir serta siswa sendiri yang
2. Aktivitas Belajar
Diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) bahwa
aktivitas adalah kegiatan atau salah satu kegiatan kerja.Aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena siswalah yang sebenarnya lebih aktif, sebab siswa sebagai subjek
didik yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172 173) ada 8 macam kegiatan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:
a. Aktivitas visual: seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. b. Aktivitas lisan: seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
c. Aktivitas mendengar: seperti mendengar penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Aktivitas menulis: seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.
e. Aktivitas menggambar: seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
f. Aktivitas metrik: seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Aktivitas mental: seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagianya.
h. Aktivitas emosional: seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Kunandar (2011: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa uraian pendapat tersebut maka dapat
positif baik yang berupa aktivitas jasmani (fisik) maupun rohani (mental)
yang ditunjukkan pada saat proses pembelajaran sehingga berdampak
terhadap perubahah perilaku, pemahaman, keterampilan ke arah yang lebih
maju serta memperoleh keberhasilan dalam belajar.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh dari kegiatan belajar
atau juga bisa dikatakan suatu bukti bahwa seseorang telah belajar.
Menurut Hamalik (2008: 30) hasil belajar ialah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yakni sisi siswa
dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251)
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para
ahli di atas maka penulis menyimpulkan garis besar mengenai hasil
belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa tersebut
melakukan proses belajar serta akan merubah tingkah laku positif siswa
yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diwujudkan
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media bila digunakan dalam bidang pendidikan maka akan memiliki
arti yakni media pembelajaran atau media pendidikan. Media dalam
bahasa Arab diartikan sebagai perantara (wasail) atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011: 3). Media pembelajaran
yaitu apa saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Media
pembelajaran, menurut Gerlach & Ely (dalam Asyhar, 2011:7) memiliki
cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang
membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik
maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru
dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan
efisien. Dengan demikian, materi pembelajaran lebih cepat diterima siswa
dengan utuh serta menarik minat siswa untuk belajar lebih giat.
2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi
yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar dengan
menggunakan indera ganda, pandang dan dengar akan memberikan
keuntungan bagi siswa. Siswa akan lebih banyak belajar daripada jika
Pengalaman Langsung Benda Tiruan/Pengamatan
Dramatisasi Demonstrasi Karyawisata Televisi Gambar Hidup Pameran
Film Lambang
Visual
Gambar Diam, Rekaman Radio
Lambang Kata
Konkret Abstrak
Salah satu gambaran yang sering dipakai untuk menjadi landasan
penggunaan media yaitu kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of
Experience), seperti di bawah ini.
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Dale (dalam Arsyad, 2011: 11).
Arsyad (2011: 10) mengungkapakan bahwa gambar kerucut tersebut
menjelaskan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (konkret), kenyataan dalam kehidupan seseorang, selanjutnya
melalui benda tiruan, dan terakhir pada lambang verbal (abstrak). Jika
posisi di puncak kerucut, maka akan semakin menunjukkan keabstrakkan
Temuan-temuan penelitian menujukkan bahwa terdapat interaksi
antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa
dalam menentukan hasil belajar siswa. Seperti halnya temuan hasil
penelitian Collins et al (dalam Asyhar, 2011: 19) menunjukkan bahwa
penggunaan media audio dan video berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Selanjutnya, penelitian yang dilaporkan oleh Remus et al (dalam
Asyhar, 2011: 19) juga menunjukkan bahwa pengaruh media terhadap
pengambilan keputusan siswa. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa
akan mendapat keuntungan yang signifikan bila belajar dengan
menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan gaya belajarnya.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Media memiliki berbagai manfaat penggunaan yang diperoleh bagi
pengajar dan siswa dalam pembelajaran. Sudjana & Rivai (dalam Arsyad,
2011: 24 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses
pembelajaran:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
Selain terdapat beberapa manfaat media pembelajaran yang lain,
diantaranya: (a) membuat konkret konsep-konsep yang abstrak, (b)
menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke
dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar atau
kecil, dan (d) memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau
lambat (Hernawan, dkk., 2007: 11 12).
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai manfaat media
pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media sangatlah penting bagi
pembelajaran, serta bermanfaat bagi siswa ataupun guru dalam
mewujudkan tujuan dari pembelajaran dan pendidikan.
4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
a. Jenis Media Pembelajaran
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu teknologi,
khususnya di bidang elektronika, komunikasi dan informasi, serta
teknologi komputer. Maka media pembelajaran tampil dengan bebagai
jenis dan format, seperti visual, video, tape recorder, program radio,
internet dan lain sebagainya. Seperti yang dituliskan oleh Asyhar
(2011: 44) media pembelajaran dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu
media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia.
Sedangkan menurut Seels & Glasgow jenis media dibagi ke
dalam 2 kategori luas, yaitu media tradisional (visual diam yang
diproyeksikan, visual tak diproyeksikan, audio, penyajian multimedia,
media teknologi mutakhir (media berbasis telekomunikasi dan berbasis
mikroprosesor), (Arsyad, 2011: 33 34).
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran terbagi menjadi media audio, visual, audio-visual,
dan multimedia. Selanjutnya juga media dibedakan atas media
tradisional dan media teknologi mutakhir.
b. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan
karakteristiknya. Schramm (dalam Asyhar, 2011: 46), menggolongkan
media berdasarkan kompleks suara, yaitu: media kompleks (film, TV,
video) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Gagne
(dalam Daryanto, 2010: 16) menggambarkan bahwa media
diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk
didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar bergerak,
film bersuara, dan mesin belajar. Selain itu Gerlach & Ely
mengelompokkan media berdasarkan ciri fisik ke dalam 8 tipe, yaitu:
real object and model (benda sebenarnya), printed verbal (presentasi
verbal), printed visuals (presentasi grafis), still picture (gambar diam),
motion picture (gambar bergerak), audio recorder (rekaman suara),
programmed instruction (pengajaran terprogram), dan simulation
(simulasi), (Asyhar, 2011: 47 48).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis.
Klasifikasi tersebut tergantung dengan apa tujuannya dan karakteristik
media tersebut.
D. Media Power Point
1. Pengertian Media Power Point
Power Point merupakan bagian dari software Microsoft office
(Yudhanto, 2008: 1). Menurut Andi (2009: 2) Power Point juga adalah
sebuah program untuk menyusun presentasi. Power Point dikembangkan
oleh perusahaan Microsoft dan merupakan program aplikasi yang
dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia.
Menurut Rusman, dkk. (2012: 295) bahwa Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lokakarya dan sebagainya.
Media Power Point merupakan sebuah program presentasi yang
berbasis multimedia. Rusman, dkk. (2012: 295) menuliskan bahwa aspek
media yang diunggulkan mampu meningkatkan hasil belajar adalah
bersifat multimedia, yaitu gabungan berbagai unsur media seperti teks,
gambar, animasi, video. Hernawan, dkk. (2007: 145) berpendapat Power
Point ialah software yang dibuat khusus untuk menampilkan multimedia
dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan
murah, karena tidak butuh bahan baku selain alat penyimpan data.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijabarkan di atas, maka
sebuah perangkat lunak yang dapat menampilkan multimedia yang
dijadikan alat presentasi dan diperuntukan juga sebagai media dalam
pembelajaran, baik dalam pembelajaran perorangan atau dalam jumlah
besar, serta mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram.
2. Teknik Pembuatan Media Power Point
Membuat media Power Point harus menguaraikan materi-materi
pokok sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Daryanto (2010: 64)
mengemukakan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan media Power Point.
a. Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan. b. Siapkan materi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. c. Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana
yang sesuai dengan karakteristik media presentasi.
d. Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, hanya poin-poin penting saja. Karena penulisan panjang lebar tidak dianjurkan.
e. Tuangkan poin-poin tersebut dalam berbagai format seperti teks, gambar, animasi, atau audio-visual.
f. Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah dipahami.
g. Sajikan materi secara sistematis dan urut agar mempermudah penyajian dan mudah dipahami juga.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan media Power Point haruslah sesuai dengan teknik dan
rambu-rambu pembuatan. Teknik pembuatan media juga harus sesuai
prosedur dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta tampilan media
juga harus menarik.
3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point
Media pembelajaran yang dipilih agar dapat digunakan secara efektif
(2012) mengemukakan ada enam tahap dalam pembelajaran menggunakan
media Power Point diantaranya.
a. Tahap Pertama
1. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, kemudian cantumkan media Power Point.
2. Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan.
3. Siapkan laptop atau komputer serta peralatan-peralatan pendukung media Power Point yang akan digunakan.
4. Jelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Tahap Kedua
Kegiatan pembelajaran diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang pengetahuan siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab yang berhubungan dengan pengalaman siswa, sehingga siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya mengenai konsep yang akan dipelajari.
c. Tahap Ketiga
Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui data yang disampaikan atau ditampilkan dengan media Power Point. Pada tahap ini siswa diminta untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru melalui animasi yang ditampilkan pada Power Point, sehingga siswa dapat menemukan konsep dari apa yang mereka lihat dan perhatikan. d. Tahap Keempat
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pengetahuan atau konsep awal yang mereka miliki setelah mempelajari konsep yang ditampilkan. Melelui media Power Point siswa diminta untuk menyampaikan temuan awal yang mereka ketahui.
e. Tahap Kelima
Guru member penguatan dan menjelaskan materi dengan menggunakan animasi ataupun gambar melalui media Power Point agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan.
f. Tahap keenam
Tindak lanjut (diskusi, eksperimen, observasi dan evaluasi), hal ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas melalui media Power Point.
Melalui penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam melaksanakan atau menggunakan media Power Point pada
pembelajaran tentunya harus melalui langkah-langkah yang sistematis,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sehingga, media Power Point
yang digunakan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point.
a. Kelebihan Media Power Point
Media Power Point memiliki kelebihan utama yaitu dapat
menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, foto,
grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian. Selain itu, media
Power Point adalah salah satu media yang berbasis multimedia.
Seperti yang dituliskan oleh Musfiqon (2012:189) kelebihan
pembelajaran berbasis multimedia diantaranya: (1) lebih menarik
siswa, (2) lebih efektif dan efisien, (3) lebih praktis, dan (4) materi
lebih banyak diserap siswa karena sesuai modalitas belajarnya.
Menurut Asakaks (2011) bila media Power Point digunakan
dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya.
1. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto. 2. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi
tentang bahan ajar yang tersaji.
3. Pesan informasi secara visual mudah dipahami siswa.
4. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
5. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang.
6. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik (CD / Disket /Flashdisk), sehingga paraktis untuk dibawa.
b. Kekurangan Media Power Point
Kelemahan media Power Point ialah media ini tidak cocok untuk
189) mengemukakan juga beberapa kelemahan media Power Point
diantaranya: (1) biaya lebih mahal, (2) guru belum terampil
mengoperasikan multimedia, dan (3) keterbatasan perangkat media.
Menurut Asakaks (2011) media Power Point memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah.
1. Harus ada persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga 2. Jika yang digunakan untuk presentasi di kelas adalah PC,
maka para pendidik harus direpotkan oleh pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.
3. Jika layar monitor yang digunakan terlalu kecil (14”–15”), maka kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitan melihat sajian bahan ajar yang ditayangkan di PC tersebut.
4. Para pendidik harus memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan
bahwa media Power Point tidak hanya memiliki banyak kelebihan,
tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya
pemahaman yang mendalam mengenai media ini, agar dalam
penerapannya dapat terlaksana dengan baik.
E. Hipotesis Tindakan
Bedasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan media
Power Point dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka akan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas yang
difokuskan pada situasi kelas, yang lazim dikenal dengan Classroom Action
Research (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Selanjutnya Arikunto, dkk., (2010: 20)
mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,
yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan
(observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Gambar 3.1. Prosedur Tahapan PTK.
Sumber: Modifikasi dari Arikunto, dkk., (2010: 16).
Refleksi SIKLUS II
Pengamatan
Dst.
Perencanaan
Pelaksanaan Pengamatan
SIKLUS I
Refleksi Pelaksanaan
B. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas IV A SD
Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013,
dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga
Lampung Timur.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di semester genap pada tahun pelajaran
2012/2013 selama kurang lebih enam bulan, yaitu bulan Januari sampai
dengan bulan Juni.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara:
1. Teknik Nontes berupa kegiatan observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas
belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Teknik Tes yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
D. Alat Pengumpulan Data
1. Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas
belajar siswa serta kinerja guru dalam pemanfaatan media Power Point di
2. Tes Formatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai
siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan media
Power Point untuk mengetahui hasil belajar siswa
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Kualitatif diskriptif; pada lembar observasi kegiatan siswa dan
kinerja guru, dianalisis dengan menggunakan rumus:
NA =
Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap (diadopsi dari Aqib dkk., 2009: 41).
Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa dan kinerja guru kemudian
dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.1. Kriteria hasil observasi aktivitas siswa.
Tingkat keaktifan Kategori
> 80 Sangat aktif
61-80 Aktif
41-60 Cukup aktif
21-40 Kurang aktif
< 20 Pasif
Tabel 3.2. Kriteria Kategori Kinerja Guru.
No Rentang nilai Kategori
1 N > 80 Sangat baik
2 60 < N ≤ 80 Baik
3 40 < N ≤ 60 Cukup
4 20 < N ≤ 40 Kurang
5 N ≤ 20 Sangat kurang
Modifikasi dari Poerwanti (2008: 7.6).
2. Analisis Kuantitatif; digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan
belajar siswa yang erat hubungannya dengan penguasaan materi yang
diajarkan guru. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa
secara individual digunakan rumus berikut di bawah ini:
NA =
Keterangan :
NA = Nilai Akhir
SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes
TS = Total Skor Maksimum dari tes
100 = Konstanta (diadopsi dari Purwanto 2008: 112).
Untuk menghitung nilai rata- rata seluruh siswa dapat menggunakan
rumus sebagai berikut.
=
Keterangan:
= Nilai rata- rata yang dicari
xi = Jumlah nilai
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal digunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar siswa (Aqib,dkk., 2009: 41).
F. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menggunakan media Power Point pada
pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dikatakan
berhasil apabila:
1. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal
disetiap siklusnya.
2. Pembelajaran dianggap tuntas apabila ≥ 75% dari jumlah siswa mencapai
nilai sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu sekurang-kurangnya 65
untuk mata pelajaran IPS.
G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas
1. Siklus I
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing
siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru dan peneliti secara kolaborasi partisipatif
mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui media Power Point.
1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan
diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran
yakni “Koperasi dalam Perekonomian Indonesia”.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan
SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses dengan mencantumkan media Power Point.
3)
Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selamaproses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung
(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk
memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Pada siklus I, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif
dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:
1) Pendahuluan
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran menggunakan media Power Point.
b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran
2) Kegiatan inti
a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan
materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru
memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
telah dijelaskan.
c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi
yang disampaikan melalui media Power Point dan yang telah
diamati.
d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari6
orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar
diskusi untuk didiskusikan.
e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan
hasil diskusi.
f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.
g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban
setiap kelompok.
h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya.
i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah
diberikan.
3) Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar
c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk
mengetahui tingkat kepahaman siswa.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga akhir guru
kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur yang bertindak
sebagai observer mengamati aktivitas belajar siswa, termasuk saat
siswa melakukan diskusi kelompok serta kinerja guru selama proses
pembelajaran. Penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru dicatat pada
lembar observasi.
d. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa
dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang
sudah berlangsung. Bila terdapat kelebihan atau kekurangan pada
siklus I tentunya akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga
kekurangan dalam siklus I dapat diperbaiki, begitu pula dengan
kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat
2. Siklus II
Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik
dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Adapun
langkah-langkah pada siklus II ini, antara lain:
a. Perencanaan
Prosedur penelitian pada siklus II diawali dengan mendata
masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus I kemudian membuat perencanaan
antara guru dengan peneliti. Perencanaan tersebut antara lain:
1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan
diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran
yakni “Perkembangan Teknologi”.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan
SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses dengan mencantumkan media Power Point.
3)
Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selamaproses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung
(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk
b. Pelaksanaan
Pada siklus II, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif
dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:
1) Pendahuluan
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran media Power Point.
b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.
c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan
materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru
memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
telah dijelaskan.
c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi
pokok bahasan melalui media Power Point yang telah diamati.
d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri 6 orang
untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar diskusi
untuk didiskusikan.
e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan
f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.
g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban
setiap kelompok.
h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya.
i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami.
j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah
diberikan.
3) Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar
c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk
mengetahui tingkat kepahaman siswa.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan
akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah
disepakati bersama, data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan
agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan
d. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar
siswa. Untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan media Power Point, serta dapat
membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I. Analisis
tersebut merupakan acuan untuk membuat rencana tindakan
pembelajaran baru pada siklus III.
3. Siklus III
Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh guru dan observer
dalam mengkaji proses pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran
pada siklus III ini lebih baik dari pada hasil siklus II. Adapun
langkah-langkah pada siklus III ini, antara lain:
a. Perencanaan
Prosedur penelitian pada siklus III diawali dengan mendata
masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus II, Pada siklus kali ini diharapkan lebih
baik dibandingkan siklus I dan II, langkah-langkahnya antara lain:
1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang
akandiajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat
pembelajaran yakni “Masalah Sosial di Lingkungan Setempat”.
2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan
mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 Standar Proses
dengan mencantumkan media Power Point.
3) Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama
proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung
(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk
memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran sebelumnya. Tindakan yang dilakukan dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan menggunakan media
Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:
1) Pendahuluan
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran menggunakan media Power Point .
b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran
c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan inti
a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan
materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru
memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
telah dijelaskan.
c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi
melalui media Power Point yang telah diamati.
d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari 6
orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar
diskusi siswa.
e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan
hasil diskusi.
f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.
g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan dari jawaban
setiap kelompok.
h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya.
i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami.
j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah
diberikan.
3) Penutup
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk
mengetahui tingkat kepahaman siswa.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir
diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati
bersama, yaitu observasi mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media Power Point
serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang terjadi
dalam siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau
kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus
III pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi
peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, maka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari
meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada
siklus I yaitu 57,29 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 65,63 dan
meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,96. Terjadi peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 8,34 dan dari siklus II ke III sebesar 13,33.
2. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai
hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan disetiap
siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,58.
Kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami
peningkatan menjadi 71,67. Siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa
kembali mengalami peningkatan menjadi 78,58. Pelaksanaan siklus I
persentase ketuntasan siswa sebesar 45,83%, kemudian pada siklus II
persentase ketuntasan siswa meningkat kembali menjadi 87,5% dari
jumlah siswa keseluruhan yaitu 24 orang siswa. Peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebesar 16,67% dan antara siklus II ke siklus III meningkat
kembali sebesar 25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan nilai hasil belajar siswa disetiap siklusnya.
B. Saran
Bedasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain.
1. Bagi siswa
Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan keaktifan dan
kerajinan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sehingga
nantinya akan sangat bermanfaat bagi siswa sendiri khususnya untuk
berpengaruh dalam meningkatnya aktivitas dan hasil belajar yang
diperoleh siswa
2. Bagi guru
Guru diharapkan dapat memanfaatkan atau membuat media
pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreati sesuai dengan
kebutuhannya, agar pembelajaran akan lebih bermakna dan bervariasi.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media
Power Point.
3. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya dapat menambah sarana dan prasarana
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran
dengan menggunakan media Power Point, maka dari itu diharapkan untuk
peneliti berikutnya dapat menerapkan media pembelajaran yang sama,
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Andi. 2009. Short Course: Microsoft Power Point 2007. Wahana Komputer. Semarang.
Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.
Asakaks. 2011. Media Microsoft Power Point. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2189519-media-microsoft-powerpoint/.
DiaksesJumat 16 Nopember 2012.Pukul 13.20 WIB.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada Press. Jakarta.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Peranananya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran). Gava Media. Yogyakarta.
. 2010. Media Pembelajaran. Satu Nusa. Bandung.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Metro Barat Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Universitas
Muncarno. 2012. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.
Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Nasucha, Yakub, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.
Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.
Setianingsih, Tri Hartanti. 2012. Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngaren Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. http ://repository.library.uksw. edu/ handle/ 123456789/ 749. Diakses Rabu, 26 Juni 2013 pukul 23.37 WIB.
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.
Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.
Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.
Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika Jakarta.
Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.