• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA

LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

MARDIAN HADI SURYANTO

Permasalahan penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur menggunakan media Power Point. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklus. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan media

Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (57,29), siklus II (65,63) dan siklus III (78,96). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,34, dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 13,33 Kemudian untuk rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (66,58), siklus II menjadi (71,67) dan siklus III sebesar (78,58). Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 5,09 dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 6,91. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I (45,83%), siklus II (62,5%), dan siklus III (87,5%) dari jumlah 24 orang siswa.

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS supaya aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat serta siswa tidak menganggap pembelajaran IPS membosankan.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 17

3. Manfaat Media Pembelajaran ... 19

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20

D. Media Power Point ... 22

1. Pengertian Media Power Point ... 22

2. Teknik Pembuatan Media Power Point ... 23

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point ... 23

(6)

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

D. Alat Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Indikator Keberhasilan ... 31

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian Awal ... 42

1. Gambaran Umum SD Negeri 1 Sukaraja Tiga ... 42

2. Deskripsi Awal ... 42

3. Refleksi Awal ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 55

3. Siklus III ... 66

C. Pembahasan ... 75

1. Kinerja Guru ... 76

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 78

3. Hasil Belajar Siswa ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

pengetahuan akan dunia yang luas. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu

pendidikan, segala macam cara dan strategi mengajar dilakukan para guru dan

pendidik Sekolah Dasar. Guru berupaya agar siswa lebih antusias dalam

mengikuti semua pelajaran yang diberikan. Pendidikan dasar khususnya

Sekolah Dasar (SD) merupakan pondasi seseorang dalam melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sisdiknas, pasal 17 ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan dasar

merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Kurikulum SD yang digunakan di Indonesia sekarang yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu mata pelajaran yang terdapat

dalam kurikulum tersebut adalah IPS yang merupakan mata pelajaran wajib

dari kelas I sampai dengan kelas VI. IPS merupakan rumpun mata pelajaran

yang dikembangkan dari berbagai ilmu sosial seperti sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik. Dengan demikian

(8)

ditinjau dari aspek akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Sebagaimana dirumuskan oleh Social Science Education Council (SSEC)

dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebutkan bahwa IPS

sebagai “Social Science” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS

mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran

seperti, geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi,

sosiologi, dan sebagainya. Martorella (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 15)

menuturkan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada

aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam hal tersebut siswa

diharapkan mendapat pemahaman terhadap sejumlah konsep dan

mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan.

Pembelajaran IPS di SD dari dulu hingga saat ini masih banyak dijumpai

penekanan dalam penguasaan bahan/materi sebanyak mungkin, sehingga

pembelajaran terkesan membosankan, dan hanya terpusat pada komunikasi

satu arah saja tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir

kritis dan kreatif. Budaya belajar di SD lebih ditekankan pada budaya hafalan

dari pada budaya berpikir kritis, sehingga banyak siswa SD beranggapan

bahwa materi pembelajaran IPS hanya untuk dihafal saja. Hal tersebut juga

didukung dengan pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sarat akan

materi sehingga siswa dituntut untuk menguasai seperangkat materi yang

disampaikan.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

(9)

suatu masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya. Salah satu

kemampuan yang dituntut dari seorang guru yaitu mampu memilih strategi

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.

Piaget merumuskan proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan

tahap-tahap sesuai dengan umurnya diantaranya yaitu: (1) tahap-tahap sensorimotor (umur

0 2 tahun), perkembangan anak berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah

demi langkah, (2) tahap praoperasional (umur 2 7/8 tahun), perkembangan

berdasarkan penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembang

konsep-konsep intuitif, (3) tahap operasional konkret (umur 7 atau 8 11 atau

12 tahun), perkembangan anak sudah mulai menggunakan aturan yang jelas

dan logis, (4) tahap operasional formal (umur 11/12 18 tahun), anak sudah

mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir

“kemungkinan” (Budiningsih, 2005: 37 39).

Berdasarkan teori di atas usia siswa SD masuk dalam kategori tahap

operasional konkret. Usia tersebut memiliki kecakapan berpikir logis, akan

tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret dan mereka pun masih

memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. Hal yang harus dilakukan untuk

menghindari keterbatasan berpikir itu ialah siswa perlu diberi gambaran yang

konkret. Begitu juga dalam pembelajaran IPS terdapat banyak materi yang

sifatnya abstrak dan membuat siswa kesulitan untuk memahaminya, sehingga

dalam penyampaian materi dibutuhkan suatu cara ataupun alat yang dapat

memudahkan pemahaman siswa dengan memberikan hal-hal yang sifatnya

konkret. Berdasarkan teori di atas hendaknya guru perlu memanfaatkan suatu

(10)

belajar melalui contoh-contoh yang kontekstual guna mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu menggunakan media

pembelajaran yang baik. Media pembelajaran yang baik adalah media yang

dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam memahami suatu konsep.

Media pembelajaran merupakan sarana bantu untuk mewujudkan situasi

pembelajaran yang lebih efektif. Criticos berpendapat bahwa media juga

sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu pembawa pesan dari

komunikator ke komunikan (Daryanto, 2010: 4). Ada berbagai jenis media

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran, salah satunya adalah media Power Point. Media Power Point

adalah media yang berbasis multimedia, dimana media ini mampu

menggabungkan berbagai jenis media diantaranya teks, gambar, grafik, audio,

video, animasi, foto, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terhadap guru kelas IV A SD

Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur pada tanggal 7 8 Desember 2012

diketahui bahwa, pembelajaran IPS lebih menitikberatkan pada model

pembelajaran klasikal, seperti ceramah. Meskipun guru sudah melaksanakan

pembelajaran secara baik, namun kenyataannya hasil belajar yang dicapai

siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi (mid semester ganjil)

tahun pelajaran 2012/2013 yang dilakukan. Siswa yang telah mampu

memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 16,67% atau 4 dari 24

siswa dan sisanya masih di bawah standar. KKM yang ditetapkan di SD

(11)

Setelah diamati, rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan cara belajar

yang kurang menyenangkan. Guru sering kali hanya menggunakan metode

ceramah dan kurang memanfaatkan media pembelajaran, sehingga membuat

siswa merasa jenuh yang berdampak pada hasil belajar yang kurang

memuaskan. Selain itu, media yang digunakan sebagai alat bantu

pembelajaran masih sangat minim ketersediaan dan kurangnya keterampilan

guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Berdasarkan masalah

tersebut penulis melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan memutuskan

untuk menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS. Sehingga

diharapkan dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS,

maka akan dapat membantu, memudahkan serta menumbuhkan semangat

aktivitas, motivasi, partisipasi belajar, serta meningkatnya hasil belajar siswa.

Penggunaan media Power Point pada pembelajaran merupakan salah satu

strategi yang menarik bagi siswa dan memudahkan guru dalam menyampaikan

materi. Selain itu penggunaan media ini secara tepat dapat berpengaruh

terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Ulfa Hasanah” dengan judul

yaitu “Penggunaan Media Slide Power Point dalam Meningkatkan Proses dan

Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Metro Barat

Tahun Pelajaran 2009/2010”, membuktikan bahwa penggunaan media Power

Point dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggangap penting untuk

menerapkan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS sebagai

(12)

Tindakan Kelas (PTK), dengan judul “Penggunaan Media Power Point untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas

IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran

2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan

sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur.

2. Guru masih mendominasi dalam pembelajaran, menyebabkan

pembelajaran monoton, kurang aktif maupun kreatif, dan kurang

menyenangkan bagi siswa.

3. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi media

pembelajaran.

4. Siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk memahami konsep materi

pembelajaran IPS

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan

media Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1

(13)

2. Apakah dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja

Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, penelitian

ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A

SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media

Power Point Tahun Pelajaran 2012/2013

2. Meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A SD

Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media Power

Point Tahun Pelajaran 2012/2013

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak

pihak, diantaranya adalah:

1. Bagi siswa

Penggunaan Media Power Point diharapkan dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga

Lampung Timur pada pembelajaran IPS.

2. Bagi guru

Proses pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

(14)

Selain itu juga dapat menambah wawasan dan mengembangkan

kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan

sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan mutu

pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi penulis

Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media Power Point,

sehingga kelak ketika menjadi seorang guru SD mampu menjalankan tugas

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkat IPS merupakan salah satu

mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan umum

ataupun sosial. Seperti yang tertuliskan dalam Permendiknas No. 22 tahun

2006 tentang Standar Isi, diantaranya adalah.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Selain itu M. Nu’man Somantri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7)

mengemukakan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu sosial, ideologi

negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah sosial yang diorganisasikan

dan disajikan secara ilmiah serta psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial

yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi.

IPS juga merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti

(16)

serta mempelajari dan menelaah gejala dan masalah sosial di masyarakat

dari berbagai kehidupan secara terpadu.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Adapun karakteristik pembelajaran IPS telah dikemukakan oleh

Supriatna, dkk. (2006: 6) karakteristik pendidikan IPS adalah upayanya

untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik.

Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan

hubungan masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa.

Selain itu, A. Kosasih Djahiri menuliskan hal lain mengenai

karakteristik IPS diantaranya adalah:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya

(menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin

ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar

siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis.

d. Program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan-bahan

dari berbagai ilmu sosial dan lainya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil

(mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya

proses internalisasi secara mantap dan aktif pada siswa.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar

(17)

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga

nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui

program maupun pembelajarannya.

i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan

yang menjadi ciri IPS itu sendiri (Sapriya, dkk., 2006: 8).

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Nu’man Somantri mengungkapkan bahwa terdapat empat tujuan

pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, diantaranya.

a. Untuk mendidik para siswa menjadi para ahli ekonomi, politik, hukum,

sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.

b. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

c. Merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial,

untuk kemudian dipilih dan diramu agar cocok untuk pembelajaran

sekolah.

d. Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (Sapriya,

dkk., 2006: 11 12).

Sejalan dengan hal tersebut Gross (dalam Solihatin & Raharjo, 2007:

14) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk

mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam

kehidupannya di masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut juga

(18)

bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh para ahli

ataupun yang telah tercantum dalam Permendiknas, maka penulis

membuat sebuah kesimpulan mengenai tujuan IPS di SD yaitu

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan potensi/kemampuan siswa serta agar menguasai

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga dapat berpatisipasi

dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai

warga negara.

4. Pembelajaran IPS di SD

IPS adalah mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai

dengan Perguruan Tinggi mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang SD/MI

mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan

ekonomi. Dewasa ini pembelajaran IPS ditekankan pada pendekatan

konstruktivistik yang menitikberatkan siswa untuk membangun dan

(19)

(dalam Supriatna, dkk., 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di

SD yaitu:

a. Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan sehingga dapat mendorong mereka untuk belajar. b. Pembelajaran harus terstruktur sehingga siswa belajar dari hal-hal

mudah kepada hal yang sulit.

c. Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan

terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan

dalam kehidupan di masyarakat. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS

di SD/MI tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi meliputi (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu,

keberlanjutan, dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d)

perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

B. Belajar

1. Teori Belajar

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seorang

dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan

perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya

masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang

berupa respons. Lain halnya dengan teori kognitif, lebih menekankan

kepada proses dari pada hasil belajarnya. Belajar menurut teori kognitif

(20)

tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori kognitif

adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman

yang telah tertata dalam bentuk stuktur kognitif yang dimilikinya

(Budiningsih, 2005: 20 21 & 34).

Teori konstruktivistik menyatakan bahwa siswa harus menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi

baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak lagi sesuai (Trianto, 2010: 28). Selain itu, Rusman, dkk., (2012: 37)

berpendapat bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah

kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya, ia sendiri yang

bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Budiningsih (2005: 58) menuliskan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan dilakukan oleh siswa sendiri dan ia haruslah aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Dari beberapa teori belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

teori konstruktivistik merupakan teori yang sesuai atau cocok untuk

diterapkan di SD saat ini. Hal ini dikarenakan teori tersebut sesuai dengan

strategi yang akan peneliti lakukan di SD, yaitu penggunaan media Power

Point. Melalui penggunaan media ini siswa dituntut untuk berperan aktif

dan kreatif dalam memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan

beberapa pendapat mengenai teori konstruktivistik dapat disimpulkan

bahwa, belajar adalah membangun pengetahuannya sendiri, dan siswa juga

harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir serta siswa sendiri yang

(21)

2. Aktivitas Belajar

Diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) bahwa

aktivitas adalah kegiatan atau salah satu kegiatan kerja.Aktivitas siswa

sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan

karena siswalah yang sebenarnya lebih aktif, sebab siswa sebagai subjek

didik yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172 173) ada 8 macam kegiatan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:

a. Aktivitas visual: seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. b. Aktivitas lisan: seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

c. Aktivitas mendengar: seperti mendengar penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Aktivitas menulis: seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

e. Aktivitas menggambar: seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

f. Aktivitas metrik: seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

g. Aktivitas mental: seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagianya.

h. Aktivitas emosional: seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Kunandar (2011: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat tersebut maka dapat

(22)

positif baik yang berupa aktivitas jasmani (fisik) maupun rohani (mental)

yang ditunjukkan pada saat proses pembelajaran sehingga berdampak

terhadap perubahah perilaku, pemahaman, keterampilan ke arah yang lebih

maju serta memperoleh keberhasilan dalam belajar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh dari kegiatan belajar

atau juga bisa dikatakan suatu bukti bahwa seseorang telah belajar.

Menurut Hamalik (2008: 30) hasil belajar ialah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil

belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yakni sisi siswa

dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251)

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para

ahli di atas maka penulis menyimpulkan garis besar mengenai hasil

belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa tersebut

melakukan proses belajar serta akan merubah tingkah laku positif siswa

yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diwujudkan

(23)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media bila digunakan dalam bidang pendidikan maka akan memiliki

arti yakni media pembelajaran atau media pendidikan. Media dalam

bahasa Arab diartikan sebagai perantara (wasail) atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011: 3). Media pembelajaran

yaitu apa saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Media

pembelajaran, menurut Gerlach & Ely (dalam Asyhar, 2011:7) memiliki

cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang

membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik

maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru

dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan

efisien. Dengan demikian, materi pembelajaran lebih cepat diterima siswa

dengan utuh serta menarik minat siswa untuk belajar lebih giat.

2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran, dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi

yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar dengan

menggunakan indera ganda, pandang dan dengar akan memberikan

keuntungan bagi siswa. Siswa akan lebih banyak belajar daripada jika

(24)

Pengalaman Langsung Benda Tiruan/Pengamatan

Dramatisasi Demonstrasi Karyawisata Televisi Gambar Hidup Pameran

Film Lambang

Visual

Gambar Diam, Rekaman Radio

Lambang Kata

Konkret Abstrak

Salah satu gambaran yang sering dipakai untuk menjadi landasan

penggunaan media yaitu kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of

Experience), seperti di bawah ini.

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Dale (dalam Arsyad, 2011: 11).

Arsyad (2011: 10) mengungkapakan bahwa gambar kerucut tersebut

menjelaskan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman

langsung (konkret), kenyataan dalam kehidupan seseorang, selanjutnya

melalui benda tiruan, dan terakhir pada lambang verbal (abstrak). Jika

posisi di puncak kerucut, maka akan semakin menunjukkan keabstrakkan

(25)

Temuan-temuan penelitian menujukkan bahwa terdapat interaksi

antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa

dalam menentukan hasil belajar siswa. Seperti halnya temuan hasil

penelitian Collins et al (dalam Asyhar, 2011: 19) menunjukkan bahwa

penggunaan media audio dan video berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Selanjutnya, penelitian yang dilaporkan oleh Remus et al (dalam

Asyhar, 2011: 19) juga menunjukkan bahwa pengaruh media terhadap

pengambilan keputusan siswa. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa

akan mendapat keuntungan yang signifikan bila belajar dengan

menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik dan gaya belajarnya.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media memiliki berbagai manfaat penggunaan yang diperoleh bagi

pengajar dan siswa dalam pembelajaran. Sudjana & Rivai (dalam Arsyad,

2011: 24 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses

pembelajaran:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

(26)

Selain terdapat beberapa manfaat media pembelajaran yang lain,

diantaranya: (a) membuat konkret konsep-konsep yang abstrak, (b)

menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke

dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar atau

kecil, dan (d) memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau

lambat (Hernawan, dkk., 2007: 11 12).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai manfaat media

pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media sangatlah penting bagi

pembelajaran, serta bermanfaat bagi siswa ataupun guru dalam

mewujudkan tujuan dari pembelajaran dan pendidikan.

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

a. Jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu teknologi,

khususnya di bidang elektronika, komunikasi dan informasi, serta

teknologi komputer. Maka media pembelajaran tampil dengan bebagai

jenis dan format, seperti visual, video, tape recorder, program radio,

internet dan lain sebagainya. Seperti yang dituliskan oleh Asyhar

(2011: 44) media pembelajaran dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu

media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia.

Sedangkan menurut Seels & Glasgow jenis media dibagi ke

dalam 2 kategori luas, yaitu media tradisional (visual diam yang

diproyeksikan, visual tak diproyeksikan, audio, penyajian multimedia,

(27)

media teknologi mutakhir (media berbasis telekomunikasi dan berbasis

mikroprosesor), (Arsyad, 2011: 33 34).

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran terbagi menjadi media audio, visual, audio-visual,

dan multimedia. Selanjutnya juga media dibedakan atas media

tradisional dan media teknologi mutakhir.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan

karakteristiknya. Schramm (dalam Asyhar, 2011: 46), menggolongkan

media berdasarkan kompleks suara, yaitu: media kompleks (film, TV,

video) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Gagne

(dalam Daryanto, 2010: 16) menggambarkan bahwa media

diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk

didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar bergerak,

film bersuara, dan mesin belajar. Selain itu Gerlach & Ely

mengelompokkan media berdasarkan ciri fisik ke dalam 8 tipe, yaitu:

real object and model (benda sebenarnya), printed verbal (presentasi

verbal), printed visuals (presentasi grafis), still picture (gambar diam),

motion picture (gambar bergerak), audio recorder (rekaman suara),

programmed instruction (pengajaran terprogram), dan simulation

(simulasi), (Asyhar, 2011: 47 48).

(28)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis.

Klasifikasi tersebut tergantung dengan apa tujuannya dan karakteristik

media tersebut.

D. Media Power Point

1. Pengertian Media Power Point

Power Point merupakan bagian dari software Microsoft office

(Yudhanto, 2008: 1). Menurut Andi (2009: 2) Power Point juga adalah

sebuah program untuk menyusun presentasi. Power Point dikembangkan

oleh perusahaan Microsoft dan merupakan program aplikasi yang

dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia.

Menurut Rusman, dkk. (2012: 295) bahwa Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lokakarya dan sebagainya.

Media Power Point merupakan sebuah program presentasi yang

berbasis multimedia. Rusman, dkk. (2012: 295) menuliskan bahwa aspek

media yang diunggulkan mampu meningkatkan hasil belajar adalah

bersifat multimedia, yaitu gabungan berbagai unsur media seperti teks,

gambar, animasi, video. Hernawan, dkk. (2007: 145) berpendapat Power

Point ialah software yang dibuat khusus untuk menampilkan multimedia

dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan

murah, karena tidak butuh bahan baku selain alat penyimpan data.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijabarkan di atas, maka

(29)

sebuah perangkat lunak yang dapat menampilkan multimedia yang

dijadikan alat presentasi dan diperuntukan juga sebagai media dalam

pembelajaran, baik dalam pembelajaran perorangan atau dalam jumlah

besar, serta mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram.

2. Teknik Pembuatan Media Power Point

Membuat media Power Point harus menguaraikan materi-materi

pokok sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Daryanto (2010: 64)

mengemukakan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan media Power Point.

a. Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan. b. Siapkan materi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. c. Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana

yang sesuai dengan karakteristik media presentasi.

d. Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, hanya poin-poin penting saja. Karena penulisan panjang lebar tidak dianjurkan.

e. Tuangkan poin-poin tersebut dalam berbagai format seperti teks, gambar, animasi, atau audio-visual.

f. Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah dipahami.

g. Sajikan materi secara sistematis dan urut agar mempermudah penyajian dan mudah dipahami juga.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengembangan media Power Point haruslah sesuai dengan teknik dan

rambu-rambu pembuatan. Teknik pembuatan media juga harus sesuai

prosedur dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta tampilan media

juga harus menarik.

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point

Media pembelajaran yang dipilih agar dapat digunakan secara efektif

(30)

(2012) mengemukakan ada enam tahap dalam pembelajaran menggunakan

media Power Point diantaranya.

a. Tahap Pertama

1. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, kemudian cantumkan media Power Point.

2. Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan.

3. Siapkan laptop atau komputer serta peralatan-peralatan pendukung media Power Point yang akan digunakan.

4. Jelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Tahap Kedua

Kegiatan pembelajaran diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang pengetahuan siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab yang berhubungan dengan pengalaman siswa, sehingga siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya mengenai konsep yang akan dipelajari.

c. Tahap Ketiga

Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui data yang disampaikan atau ditampilkan dengan media Power Point. Pada tahap ini siswa diminta untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru melalui animasi yang ditampilkan pada Power Point, sehingga siswa dapat menemukan konsep dari apa yang mereka lihat dan perhatikan. d. Tahap Keempat

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pengetahuan atau konsep awal yang mereka miliki setelah mempelajari konsep yang ditampilkan. Melelui media Power Point siswa diminta untuk menyampaikan temuan awal yang mereka ketahui.

e. Tahap Kelima

Guru member penguatan dan menjelaskan materi dengan menggunakan animasi ataupun gambar melalui media Power Point agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan.

f. Tahap keenam

Tindak lanjut (diskusi, eksperimen, observasi dan evaluasi), hal ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas melalui media Power Point.

Melalui penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

dalam melaksanakan atau menggunakan media Power Point pada

pembelajaran tentunya harus melalui langkah-langkah yang sistematis,

(31)

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sehingga, media Power Point

yang digunakan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point.

a. Kelebihan Media Power Point

Media Power Point memiliki kelebihan utama yaitu dapat

menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, foto,

grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian. Selain itu, media

Power Point adalah salah satu media yang berbasis multimedia.

Seperti yang dituliskan oleh Musfiqon (2012:189) kelebihan

pembelajaran berbasis multimedia diantaranya: (1) lebih menarik

siswa, (2) lebih efektif dan efisien, (3) lebih praktis, dan (4) materi

lebih banyak diserap siswa karena sesuai modalitas belajarnya.

Menurut Asakaks (2011) bila media Power Point digunakan

dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya.

1. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto. 2. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi

tentang bahan ajar yang tersaji.

3. Pesan informasi secara visual mudah dipahami siswa.

4. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.

5. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang.

6. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik (CD / Disket /Flashdisk), sehingga paraktis untuk dibawa.

b. Kekurangan Media Power Point

Kelemahan media Power Point ialah media ini tidak cocok untuk

(32)

189) mengemukakan juga beberapa kelemahan media Power Point

diantaranya: (1) biaya lebih mahal, (2) guru belum terampil

mengoperasikan multimedia, dan (3) keterbatasan perangkat media.

Menurut Asakaks (2011) media Power Point memiliki beberapa

kekurangan diantaranya adalah.

1. Harus ada persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga 2. Jika yang digunakan untuk presentasi di kelas adalah PC,

maka para pendidik harus direpotkan oleh pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.

3. Jika layar monitor yang digunakan terlalu kecil (14”–15”), maka kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitan melihat sajian bahan ajar yang ditayangkan di PC tersebut.

4. Para pendidik harus memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan

bahwa media Power Point tidak hanya memiliki banyak kelebihan,

tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya

pemahaman yang mendalam mengenai media ini, agar dalam

penerapannya dapat terlaksana dengan baik.

E. Hipotesis Tindakan

Bedasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan media

Power Point dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka akan

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas yang

difokuskan pada situasi kelas, yang lazim dikenal dengan Classroom Action

Research (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Selanjutnya Arikunto, dkk., (2010: 20)

mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,

yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan

(observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Gambar 3.1. Prosedur Tahapan PTK.

Sumber: Modifikasi dari Arikunto, dkk., (2010: 16).

Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

Dst.

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

(34)

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas IV A SD

Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013,

dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13

siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga

Lampung Timur.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester genap pada tahun pelajaran

2012/2013 selama kurang lebih enam bulan, yaitu bulan Januari sampai

dengan bulan Juni.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara:

1. Teknik Nontes berupa kegiatan observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas

belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Teknik Tes yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas

belajar siswa serta kinerja guru dalam pemanfaatan media Power Point di

(35)

2. Tes Formatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai

siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan media

Power Point untuk mengetahui hasil belajar siswa

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif diskriptif; pada lembar observasi kegiatan siswa dan

kinerja guru, dianalisis dengan menggunakan rumus:

NA =

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap (diadopsi dari Aqib dkk., 2009: 41).

Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa dan kinerja guru kemudian

dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel di bawah

ini:

Tabel 3.1. Kriteria hasil observasi aktivitas siswa.

Tingkat keaktifan Kategori

> 80 Sangat aktif

61-80 Aktif

41-60 Cukup aktif

21-40 Kurang aktif

< 20 Pasif

(36)

Tabel 3.2. Kriteria Kategori Kinerja Guru.

No Rentang nilai Kategori

1 N > 80 Sangat baik

2 60 < N ≤ 80 Baik

3 40 < N ≤ 60 Cukup

4 20 < N ≤ 40 Kurang

5 N ≤ 20 Sangat kurang

Modifikasi dari Poerwanti (2008: 7.6).

2. Analisis Kuantitatif; digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan

belajar siswa yang erat hubungannya dengan penguasaan materi yang

diajarkan guru. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

secara individual digunakan rumus berikut di bawah ini:

NA =

Keterangan :

NA = Nilai Akhir

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes

TS = Total Skor Maksimum dari tes

100 = Konstanta (diadopsi dari Purwanto 2008: 112).

Untuk menghitung nilai rata- rata seluruh siswa dapat menggunakan

rumus sebagai berikut.

=

Keterangan:

= Nilai rata- rata yang dicari

xi = Jumlah nilai

(37)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

klasikal digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar siswa (Aqib,dkk., 2009: 41).

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menggunakan media Power Point pada

pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dikatakan

berhasil apabila:

1. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal

disetiap siklusnya.

2. Pembelajaran dianggap tuntas apabila ≥ 75% dari jumlah siswa mencapai

nilai sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu sekurang-kurangnya 65

untuk mata pelajaran IPS.

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing

siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti secara kolaborasi partisipatif

mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui media Power Point.

(38)

1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan

diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran

yakni “Koperasi dalam Perekonomian Indonesia”.

2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan

SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses dengan mencantumkan media Power Point.

3)

Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung

(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan

kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk

memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Pada siklus I, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif

dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:

1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses

pembelajaran menggunakan media Power Point.

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran

(39)

2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan

materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru

memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam

pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi

yang disampaikan melalui media Power Point dan yang telah

diamati.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari6

orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar

diskusi untuk didiskusikan.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan

hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban

setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan

memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam

mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

(40)

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah

diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar

c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk

mengetahui tingkat kepahaman siswa.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga akhir guru

kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur yang bertindak

sebagai observer mengamati aktivitas belajar siswa, termasuk saat

siswa melakukan diskusi kelompok serta kinerja guru selama proses

pembelajaran. Penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru dicatat pada

lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa

dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang

sudah berlangsung. Bila terdapat kelebihan atau kekurangan pada

siklus I tentunya akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga

kekurangan dalam siklus I dapat diperbaiki, begitu pula dengan

kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat

(41)

2. Siklus II

Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik

dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Adapun

langkah-langkah pada siklus II ini, antara lain:

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus II diawali dengan mendata

masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada siklus I kemudian membuat perencanaan

antara guru dengan peneliti. Perencanaan tersebut antara lain:

1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan

diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran

yakni “Perkembangan Teknologi”.

2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan

SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses dengan mencantumkan media Power Point.

3)

Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung

(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan

kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk

(42)

b. Pelaksanaan

Pada siklus II, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif

dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:

1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses

pembelajaran media Power Point.

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran.

c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan

materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru

memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam

pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi

pokok bahasan melalui media Power Point yang telah diamati.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri 6 orang

untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar diskusi

untuk didiskusikan.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan

(43)

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban

setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan

memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam

mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

belum dipahami.

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah

diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar

c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk

mengetahui tingkat kepahaman siswa.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan

akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah

disepakati bersama, data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan

agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan

(44)

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar

siswa. Untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dengan menggunakan media Power Point, serta dapat

membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I. Analisis

tersebut merupakan acuan untuk membuat rencana tindakan

pembelajaran baru pada siklus III.

3. Siklus III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh guru dan observer

dalam mengkaji proses pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran

pada siklus III ini lebih baik dari pada hasil siklus II. Adapun

langkah-langkah pada siklus III ini, antara lain:

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus III diawali dengan mendata

masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada siklus II, Pada siklus kali ini diharapkan lebih

baik dibandingkan siklus I dan II, langkah-langkahnya antara lain:

1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang

akandiajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat

pembelajaran yakni “Masalah Sosial di Lingkungan Setempat”.

2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan

(45)

mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 Standar Proses

dengan mencantumkan media Power Point.

3) Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung

(gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan

kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk

memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran sebelumnya. Tindakan yang dilakukan dalam

pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan menggunakan media

Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:

1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses

pembelajaran menggunakan media Power Point .

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran

c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan

materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru

memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam

(46)

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi

melalui media Power Point yang telah diamati.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari 6

orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar

diskusi siswa.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan

hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan

tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan dari jawaban

setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan

memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam

mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang

belum dipahami.

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah

diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

(47)

c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk

mengetahui tingkat kepahaman siswa.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir

diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati

bersama, yaitu observasi mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media Power Point

serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang terjadi

dalam siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau

kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus

III pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi

peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, maka

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari

meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada

siklus I yaitu 57,29 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 65,63 dan

meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,96. Terjadi peningkatan dari

siklus I ke siklus II sebesar 8,34 dan dari siklus II ke III sebesar 13,33.

2. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai

hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Nilai

rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan disetiap

siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,58.

Kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami

peningkatan menjadi 71,67. Siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa

kembali mengalami peningkatan menjadi 78,58. Pelaksanaan siklus I

persentase ketuntasan siswa sebesar 45,83%, kemudian pada siklus II

(49)

persentase ketuntasan siswa meningkat kembali menjadi 87,5% dari

jumlah siswa keseluruhan yaitu 24 orang siswa. Peningkatan dari siklus I

ke siklus II sebesar 16,67% dan antara siklus II ke siklus III meningkat

kembali sebesar 25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan nilai hasil belajar siswa disetiap siklusnya.

B. Saran

Bedasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan antara lain.

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan keaktifan dan

kerajinan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sehingga

nantinya akan sangat bermanfaat bagi siswa sendiri khususnya untuk

berpengaruh dalam meningkatnya aktivitas dan hasil belajar yang

diperoleh siswa

2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat memanfaatkan atau membuat media

pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreati sesuai dengan

kebutuhannya, agar pembelajaran akan lebih bermakna dan bervariasi.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media

Power Point.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dapat menambah sarana dan prasarana

(50)

proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang diinginkan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran

dengan menggunakan media Power Point, maka dari itu diharapkan untuk

peneliti berikutnya dapat menerapkan media pembelajaran yang sama,

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Andi. 2009. Short Course: Microsoft Power Point 2007. Wahana Komputer. Semarang.

Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Asakaks. 2011. Media Microsoft Power Point. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2189519-media-microsoft-powerpoint/.

DiaksesJumat 16 Nopember 2012.Pukul 13.20 WIB.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada Press. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Peranananya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran). Gava Media. Yogyakarta.

. 2010. Media Pembelajaran. Satu Nusa. Bandung.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

(52)

Metro Barat Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Universitas

Muncarno. 2012. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Nasucha, Yakub, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Setianingsih, Tri Hartanti. 2012. Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngaren Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. http ://repository.library.uksw. edu/ handle/ 123456789/ 749. Diakses Rabu, 26 Juni 2013 pukul 23.37 WIB.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

(53)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Gambar Diam,
Gambar 3.1. Prosedur Tahapan PTK.
Tabel 3.1. Kriteria hasil observasi aktivitas siswa.
Tabel 3.2. Kriteria Kategori Kinerja Guru.

Referensi

Dokumen terkait

bandul tanpa celah menghasilkan jumlah ayunan lebih kecil karena adanya arus Eddy yang terbentuk pada plat akibat perubahan fluks pada sumber magnet ketika plat

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data kualitatif analisis data, dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII, IX SMP IT Nurul Jannah dan kelas X

1.) Require Data, beberapa atribut harus selalu mengandung nilai yang valid, dengan kata lain tidak boleh mengandung nilai null. 2.) Atribut Domain Constraint, setiap atribut

[r]

Berdasarkan kecenderungan tipe habitat yang digunakan oleh burung, gambar diatas merupakan ilustrasi peta persebaran burung pada empat tipe habitat di bentang alam

Kami, atas nama direksi dan pemegang saham perusahaan ini, bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku jika dalam proses verifikasi bertolak belakang

Informasi sosialisasi program KB metode kontrasepsi jangka panjang yang disampaikan oleh BKKBN memiliki kejelasan isi pesan yang

Hewan makrobenthos yang banyak ditemukan pada kedua lokasi adalah dari kelas Polychaeta, karena Polychaeta dapat memanfaatkan kondisi yang terbatas dengan menggali