• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskursus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi Dalam Serat Wulang Reh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV (Studi Hermeneutika Kritis Jurgen Haberms Mengenai Diskursus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi Dalam Serat Wulang Reh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Paku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diskursus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi Dalam Serat Wulang Reh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV (Studi Hermeneutika Kritis Jurgen Haberms Mengenai Diskursus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi Dalam Serat Wulang Reh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Paku"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Kekuasaan pada Teks Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV di dalam buku karangan

Darusuprapta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 (S1)

pada Program Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh : Ragil Wisnu Saputra

NIM : 41809063

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

x

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

(3)

xi

2.1.1 Studi Penelitian Terdahulu ... 14

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 17

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 17

2.1.2.2 Komponen Komunikasi ... 19

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 20

2.1.2.5 Proses Komunikasi ... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 23

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa ... 24

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 26

2.1.4 Tinjauan Tentang Sastra ... 29

2.1.5 Tinjauan Tentang Wacana dan Ideologi ... 33

2.1.6 Tinjauan Tentang Simbol ... 37

2.1.7 Tinjauan Tentang Bahasa ... 41

2.1.8 Tinjauan Diskursus Habermas ... 46

2.1.9 Sejarah dan Perkembangan Hermeneurika ... 50

2.1.9.1 Sejarah Hermeneurika ... 50

2.1.9.2 Perkembangan Hermeneurika ... 54

(4)

xii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian... 67

3.1.1 Profil Singkat Sri Susuhunan Pakubuwana IV ... 83

3.1.2 Serat Wulang Reh ... 87

3.2 Metode Penelitian ... 90

3.2.1 Desain Penelitian ... 90

3.2.1.1 Hermeneutika Kritis Jurgen habermas. ... 81

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 101

3.3.1 Studi Pustaka ... 101

3.3.2 Studi Lapangan ... 101

3.3.3 Internet Searching ... 103

3.4 Teknik Penentuan Informan ... 103

3.4.1 Alasan Penentuan Informan ... 104

3.5 Teknik Analisis Data ... 105

3.6 Uji Keabsahan Data ... 107

3.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 109

3.7.1 Lokasi Penelitian ... 109

3.7.2 Waktu Penelitian ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 111

4.2 Analisis Deskripsi Profil Informan ... 113

4.2.1 Informan ... 113

(5)

xiii

Reh dalam Ekspresi Tindakan. ... 123

4.3.3 Diskurus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh dalam Ekspresi Pengalaman. ... 126

4.4 Pembahasan Penelitian ... 130

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 159

5.2 Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 163

LAMPIRAN ... 167

(6)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 15

Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi ... 21

Tabel 3.1 Tindakan Menurut Jurgen Habermas ... 98

Tabel 3.2 Informan Penelitian ... 104

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 110

(7)

xv

Gambar 3.1 Teks Asli Tembang Kinanthi dalam Aksara Jawa Kuno ... 81

Gambar 3.2 Buku Serat Wulang Reh ... 82

Gambar 3.3 Silsilah Sri Pakubuwana IV dari Garis Keturunan Ayahnya ... 84

Gambar 3.4 Komponen Analisis Data ... 106

Gambar.4.1 Informan Gati Baratha Sayoga ... 113

Gambar 4.2 Informan Agung Ardianto, SS ... 115

Gambar 4.3 Model Diskursus Kekuasaan Pada Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh Karya Pakubuwana IV ... 158

Gambar L1 Dokumentasi Wawancara dengan Informan ... 206

(8)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing ... 167

Lampiran 2 : Persetujuan menjadi pembimbing Skripsi ... 168

Lampiran 3 : Surat Rekomendasi pembimbing untuk mengikuti Seminar UP . 169 Lampiran 4 : Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan penelitian ... 170

Lampiran 5 : Lembar Revisi Usulan penelitian ... 171

Lampiran 6 : Surat rekomendasi pembimbing untuk mengikuti Sidang sarjana172 Lampiran 7 : Pengajuan pendaftaran Ujian Sidang sarjana ... 173

Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan ... 174

Lampiran 9 : Lembar Revisi Sidang ... 175

(9)

163

Ali Fauzi, Ibrahim. 2003. Jurgen Habermas. Jaksel: Teraju.

Amin, Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media. Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

F. Budi Hardiman, 1990, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan kepentingan. Yogyakarta, Yogyakarta: Kanisius.

F. Budi Hardiman. 2009. Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta: Kanisius

F. Budi Hardiman,. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius Cangara. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada Darusuprapta, 1985. Serat Wulang Reh Anggitan Dalem Sri Pakubuwana IV.

Surabaya: Citra Jaya.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LKis

Faiz, Fakhruddin. 2002. Hermeneutika al-Qu’ran. Yogyakarta: Qolam.

Gadamer, Hans-George. 2004. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(10)

164

Herusatoto, Budiono.1987. Simbolisme dalam Buadaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosadakarya

Palmer, E Richard. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Purwadi, 2007. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

Purwadi, 2005. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

Purwadi. 2007. Ensiklopedia Adat-Istiadat Budaya Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka.

Moeleong, Lexy J. 1980. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mufid, Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakrta: Kencana

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2004. Sistrem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rahardjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermenutika: antara Intensionalisme dan

(11)

Ricoeur, Paul. 2012. Hermeneutika Ilmu Sosial. Bantul: Kreasi Wacana Offset.

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika: Antara Intensionalisme &

Gadamerian. Sleman: Ar-Ruzmedia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

_____. 2003. Hermeneutika Transedental: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies. Yogyakarta: IRCiSod.

Suwardi, Endraswara. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

B. INTERNET

http://nisyacin.blogdetik.com/tag/sastra-jawa/ diakses pada tanggal 16 Februari 2014 Pukul 21.34 WIB

http://abdurrahmanbinsaid.wordpress.com/2010/02/01/sejarah-dan-perkembangan-hermeneutika/ 15 Maret 2014 Pukul 23.22 WIB

http://panzqueen.blogspot.com/2010/11/komponen-dan-proses-komunikasi.html di akses pada tanggal 15 maret 2014 pukul 20.15 WIB

(12)

166

C. SUMBER LAIN

Bahan Ajar Metode Penelitian Kualitatif Oleh Adiyana Slamet, M.Si.

(13)

vi

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

hanya kepada Allah S.W.T, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan penulis kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 (S1) dengan judul : DISKURSUS KEKUASAAN PADA TEMBANG KINANTHI DALAM SERAT WULANG REH KARYA KANJENG SRI SUSUHUNAN PAKUBUWANA IV (Studi Hermeneutik Kritis Jurgen Habermas Mengenai Disukursus Kekuasaan pada Teks Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV di dalam buku karangan Darusuprapta).

Penulis sangat menyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang hebat disisi penulis yang bersedia membagi hidupnya bersama-sama merasakan apa yang penulis alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada orang tua tercinta Prabowo dan Sri Rocheri, atas segala kesabaran, cinta kasih dan sayang yang mewarnai kehidupan penulis dan yang selalu setia mendukung penulis, memberikan kekuatan moril dan memenuhi kebutuhan material penulis.

(14)

vii

penelitian ini, penulis tidaklah mampu untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), yang telah memberikan pengesahan pada laporan PKL ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat M. Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan nasihat, saran, motivasi serta izin untuk penulis.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P. S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, yang dengan sepenuh hati telah memberikan arahan,bimbingan nasihat, saran, serta motivasi untuk penulis.

4. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Selaku Dosen Wali IK-2 2009 yang telah banyak memberikan nasihat, semangat serta arahan kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Yth. Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.kom Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, kebijaksanaan dan telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis serta memberikan motivasi untuk membantu kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah. 6. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen tetap dan Bapak/Ibu Dosen Luar

(15)

viii

Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM, yang telah membantu kelancaran administrasi penulis.

8. Yang Tercinta dan Terkasih, Yulia Rahmawati Gunawan, terima kasih atas dukungan, kesabaran, kesetiaan, cinta dan kasih sayang yang telah mewarnai kehidupan penulis.

9. Kakak-kakakku tercinta, Chrisna Sari, Ardhina Hendrawati dan beserta keluarga besar yang telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan dan dukungan yang begitu luar biasa terhadap penulis.

10.Rekan-Rekan Dulibs, @vivere_adi, @djatock, Frely, Irsan, Tiar, Melvhin, Berry, Oki Ridwan, Bagus, Chemonk, Topan, Rendra, Reza Zafa, Reza Pramono, Aris Rahmansyah, Johan, Danu, Regiansyah, Kiel, Budi, Yogi, Tumpal, dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah bersedia meluangkan waktu untuk selalu berkumpul dan diskusi bersama, semoga akan selalu ada waktu untuk bisa berdialektika dengan kalian semua.

11.Keluarga Besar IK-2 2009, IK-Jurnal 2 2009, IK-Jurnal 1 2010.

(16)

ix

Semoga Tuhan memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasannya.

Akhirnya kata untuk kesempurnaan karya ilmiah ini, penulis mengharapkan koreksi dan saran dari pembaca serta menerima masukan dan kritik dengan hati terbuka, sehingga di masa yang akan datang karya ilmiah ini dapat menjadi bahan yang lebih baik, lebih menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, Agustus 2014

Penulis

(17)

211

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ragil Wisnu Saputra

Nama Panggilan : Wisnu/Onyu

Tempat / Tanggal Lahir : Temanggung, 4 juli1987

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Mahasiswa Unikom

(18)

212

Nama Ibu : Sri Rocheri

Alamat : Lanud Sulaiman

Jl. Harvard 1 No. 18, Margahayu Kode Pos 40229

Telepon : +6281 322030047

E-maiI : Ragil_wisnusaputra@yahoo.com

I. PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 1993-1995 TK BHAYANGKARA Berijazah

2. 1995-2001 SD Negeri 1 Angkasa Berijazah

3. 2001-2003 SMP Negeri 1 Margahayu Berijazah

4. 2003-2005 SMA Negeri 1 Margahayu Berijazah 5. 2009 Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung 4 2004-2005 Ketua Basket dan Taekwondo SMA N

1 Margahayu

(19)

III. PRESTASI

5. 2005 Juara 3 Basket SMA Se-Kota Bandung “Margahayu Cup 2”

3. 2010 Peserta Mentoring Agama Islam Prodi Ilmu Komunikasi & Public Relations

UNIKOM kerjasama dengan LDK UMMI UNIKOM

Bersertifikat

4. 2010 Peserta Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” Pusat Inkubator Bisnis (PIB) Mahasiswa UNIKOM

(20)

214

5. 2011 Peserta Study Tour Media Massa 2011 oleh Prodi Ilmu Komunikasi & Public Relations UNIKOM

Bersertifikat

V. PENGALAMAN KERJA

1. 2008-2010 Shop Keeper SCREAMOUS, EVIL

Clothing

-

2.

2011-sekarang

Owner, Event and Promotion “Yonkou

Anime Addict”

-

2012- sekarang

Owner, Promo and Marketing “Black

Beard Production”

1. Language Bahasa Inggris (pasif)

2. Skill Pencil Drawing, Pen Drawing, Pencil Face Art

2. Microsoft (Word, Excel, Publisher, Acces, Powert Point) 3. Adobe (Photoshop CS 4, CS 6, Ilustration, Pagemaker)

4. Corel Draw X3, X6

(21)

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Agustus 2014

Hormat Saya

(22)

67 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah bukuSERAT WULANG REHa nggitan dalem Sri Pakubuwana IV Cap-capan kaping II-1985. Penelitian ini fokus pada Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh. Penulis buku ini adalah Drs. Darusuprapta dan diterbitkan kedua kalinya pada tahun 1985 oleh CV. “CITRA JAYA”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peneliti menaruh kecurigaan akan adanya kepentingan didalam sebuah teks tersebut dengan menggunakan hermeneutika kritis Jurgen habermas. Peneliti hanya menganalisa tembang kinanthi yang terdapat dalam serat wulang reh pada buku tersebut. Untuk itu peneliti akan memaparkan teks tembang kinanthi yang sudah dilatinkan dari aksara jawa kuno menjadi bahasa jawa kawi wiwitan sebagai berikut:

1.

Padha gulangen Ing Kalbu,

Ing Sasmitha amrih lantip,

Aja pijer mangan nendra,

Kaprawiran den kaesthi,

(23)

2.

Dadiya lakuniraku,

Cegah dhahar lawan guling,

Lawan ojo sukan-sukan,

Anganggowa sawatawis,

Ala watake wong suka,

Nyuda prayitnaning batin,

3.

Yen wus tinitah wong agung,

Aja sira gumunggung dhiri,

Aja nyelakaken wong ala,

Kang ala lakunireki,

Nora wurung ngajak-ajak,

Satemah anenulari

4.

Nadyan asor wijilipun,

Yen kelakuwane becik,

Utawa sugih cerita,

Kang dadi misil,

Yen pantes raketana,

(24)

69

5.

Yen wong anom pan wus tamtu,

Manut marang kang ngadhepi,

Yen kang ngandhep,

Akeh durjana,

Tan wurung bisa anjudi

Yen kang ngadhep akeh bangsat,

Nora wurung dadi maling,

Gampang yen wus den lakoni,

]angel yeng durung linakwan,

Aras-arasen nglakoni,

Tur iku den lakonana,

(25)

8.

Yen wong anom-anom iku,

Kang kanggo ing masa iki,

Andhap asor dipun bucal,

Unbag gumunggung ing dhiri,

Obrol umuk kang den gulang,

Kumenthes lengus kumaki,

9.

Sapa sira sapa ingsung,

Angalunyat sarta edir,

Iku lambanging wong ala,

Nomnoman adoh wong becik,

Emoh angrungu carita,

Kang ala miwah kang becik,

10.

Carita kang wus kalaku,

Panggawe ala lan becik,

Tindak bener lan becik,

Tindak bener lan salah,

Kalebu jro caritareki,

Mulane aran carita,

(26)

71

11.

Mulane wong anom iku,

Abecik ingkang taberi, jejagongan lan wong tuwa,

Ingkang sugih kojah uhi,

Lan den awas wong kang kojah,

Ing lair masa puniki,

13.

Akeh wong kang bisa muwus,

(27)

Aja nangkang amamadha,

Angrasa pinter pribadi,

Iku setan nunjang-nunjang,

Tan pantes dipunpareki

15.

Singakna den kaya asu,

Yen wong kang mangkono ugi,

Dahwen open nora layak,

Yen sira sadhinga linggih,

Nora wong katularan,

Becik singkirana, ugi,

16.

Poma wekasingsun,

Mring kang maca layang iki,

Lahir batin den estokna,

Saunine layang iki,

Lan den bekti mring wong tuwa,

Ing lahir prapta batin

Saunine den estokna,

(28)

73

Untuk lebih jelasnya, peneliti mengartikan naskah asli Tembang Kinanthi yang telah dilatinkan diatas kedalam bahasa indonesia dengan dibantu oleh ahlinya sebagai berikut :

1.

Mari latih dan pahami hati,

Agar perasaan bisa lebih tajam,

Jangan Cuma makan dan tidur,

Watak ksatria harus dipelajari,

Latih badan dan tubuhmu,

Kurangilah makan dan tidur,

2.

Jadikanlah kebiasaanmu,

Mencegah makan dan tidur,

Dan jangan suka bersenang-senang,

Jika perlu, lakukan seperlunya,

(29)

Akan mengurangi kewaspadaan batin,

3.

Jika sudahd itakdirkan jadi orang yang besar,

Janganlah punya sifat menyombkongkan diri,

Jangan dekat dengan orang yang punya watak dan sifatnya jelek,

Biarkanlah orang yang mempunyai watak dan sifat jelek,

Karena pada akhirnya sifatnya akan menular,

4.

Meski berasal dari rakyat jelata,

Jika wataknya bagus,

Atau yang punya banyak cerita,

Yang bisa diambil sainya,

Jika memang layak maka dekatilah,

(30)

75

5.

Jika para pemuda memang sudah sepatutunya,

Tunduk pada yang dihadapi,

Jika yang dihadapi banyak orang yang licik,

Maka ia akan menjadi penjudi,

Jika yang dihadapi adalah bangsat,

Maka akhirnya ia akan jadi pencuri,

6.

Walaupun kamu tidak ikut-ikutan

Selayaknya kamu harus tahu watak pencuri

Seperti itulah semuanya

Kelakuan buruk ini

Walaupun hanya melihat maka kamu akan cepat bisa

(31)

7.

Perbuatan baik itu

Mudahnya jika sudah dilakukan

Tapin sulit jika belum dilakukan

Rasanya malas untk melakukan

Maka lakukanlah

Karena akan bermanfaat abgi dirimu sendiri

8.

Jika anak muda-muda itu

Yang berlaku dimasa sekrang

Sopan santun sudah dibuang

Sombong dan selalu tinggi hati

Mengobrol dan membual yang dikerjakan

(32)

77

9.

Membanggakan diri sendiri,

Egois dan tak peduli,

Itulah lambang orang yang buruk,

Pemuda yang jauh dari orang baik,

Tak mau mendegarkan petuah,

Yang jelek dan yang baik,

10.

Cerita yang telah terjadi,

Perbuatan yang baik dan yang buruk,

Perbuatan benar dan salah,

Termasuk dalam cerita ini,

Maka disebut cerita,

(33)

11.

Maka, orang muda itu,

Sebaiknya yang teliti,

Jika berbicara dan berhadapan denga orang tua,

Yang kebetulan banyak omong,

Pembicaraan itu bermacam-macam,

Ada yang baik dan ada yang buruk,

12.

Yang baik pemvicaranyya,

Kamu bawa dengan cermat,

Yang jelek sembunyikan,

Jangan pernah berniat untuk melakukan,

Dan waspadalah dengan orang yang banyak bicara itu,

(34)

79

13.

Banyak emang orang yang bisa bicara,

Namun entah hasilnya seperti apa,

Cuma dirinya sendiri,

Yang akhirnya mendapatkan,

Emosinya yang dikedepankan,

Tanpa ada pengendalian,

14.

Jangan ada orang yang bisa menasehati,

Biarlah aku sendiri,

Jangan pernah terpancing,

Merasa lebih pintar,

Inilah setan gentanyangan,

(35)

15.

Singapun akan seperti anjing,

Jika ada orang yang denikian,

Suka ingin tahu urusan orang,

Kalau kamu nanti duduk berdampingan,

Nanti kamu akan tertular,

Sebaiknya jauhilah nak,

16.

Maka ingatlah pesan-pesanku,

Kepada siapapun yang membaca surat (tulisan) ini,

Takutlah kamu kepada orang tua,

Baik lahir maupun batin,

Semua perkatannya turutilah,

(36)

81

Gambar 3.1

Teks Asli Tembang Kinanthi dalam Aksara Jawa Kuno

(37)

Gambar 3.2

Buku SERAT WULANG REH

anggitan dalem Sri Pakubuwana IV Cap-capan kaping II-1985

(38)

83

3.1.1. Profil Singkat Sri Susuhunan Pakubawana IV

Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV adalah putra Sinuwun Pakubuwana III (ketiga) yang lahir dari permaisuri Kanjeng Ratu Kencana sebagai putra laki-laki yang ke-17. Beliau dilahirkan pada hari kamis wage jam sepuluh malam, tanggal 18 Rabiulakhir, wuku

watugunung, windu sengara tahun Je 1694, atau tanggal 2 September

1768.Pada usia muda bernama R.M Gusti Subadyo, setelah dewasa bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibyarajaputra Narendra Mataram. Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV, dinobatkan sebagai raja pada senin pahing, tanggal 28 besar tahun

Jimakir 1714, atau tanggal 18 September 1788, terkenal dengan nama

Ingkang Sinuwun Bagus karena memang Pakubuwana di anugerahi tampang yangtampan (Purwadi, 2007:81-84).

Adapun silsilah Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV dari garis ibunya adalah sebagai berikut:

1. Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Demak I Syah Alam Akbar 2. Pangeran Pamekas Sumare Ing Gugur

3. Panembahan Tejo Wulan Ing Jogorogo 4. Ki Ageng Tumpuan, Pangeran Tejo Kusuma 5. Ki ageng Karanglo

6. Ki Ageng Cucuk Telon 7. Ki Ageng Rongas

(39)

9. Deman Bauwesesa Ing Bero 10.Ki Ageng Sutajaya Manjut 11.Ki Sutajaya

12.Ki Jagaswara, R.T Wirarejo

13.Ratu Kencana, Prameswari Sinuwun Pakubuwana III

14.Sinuwun Pakubuwana IV.B.R.M. Subadyo (Harsono, 2010:5) Gambar 3.3

Silsilah Sri Pakubuwana IV Dari garis keturunan Ayahnya

Senopati

Panembahan Krapyak (Susuhanan Anyakrawati)

R.M Wuryah ( Martapura) Panembahan Agung Abdurahman

(Sultan Anyakrakusuma)

Sunan Mangkurat I

Sunan Mangkurar II Sunan PAkubuwana I

Sunan Mangkurat III Sunan Pakubuwana II

(40)

85

Sunan PAkubuwana III Pangeran Mangkubumi Sunan Pakubuawaba IV (Sultan Hamengku) Sunan-sunan Surakarta Sunan-sunan Yogyakarta

Sumber : ( Harsono, 2010:6)

Pada tahun 1788, Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV menempati Singgasana pemerintahan menggantikan ayahnya (Pakubuwana III). Padamasa pemerintahannya tahun 1714-1747 Je (1788-1822 M), memiliki tradisiyang berbeda dari para Sunan-Sunan sebelumnya. Perubahan itu dalamrangka menjawakan kehidupan masyarakat yang telah terkontaminasi bangsa Belanda. Perubahan yang dilakukan beliau antara lain:

1. Busana Prajurit yang sebelumnya seperti busana prajurit Belanda diganti menjadi busana prajurit Jawa.

2. Setiap hari Jumat Sunan bersembahyang di Masjid Agung 3. Setiap hari sabtu diadakan latihan warangan

4. Setiap abdi dalem yang menghadap Raja diwajibkan memakai baju santri, jika tidak maka akan di pecat

5. Mengangkat adik-adiknya menjadi pangeran, seperti Raden Mas Tala, menjadi pangeran Manku Bumi, Raden Mas Sayidi menjadi Pangeran Arya Buminata.

(41)

ditinggalkannya, ada beberapa yang masih dapat kita saksikan sampai saat ini. Seperti Masjid Agung, Gerbang Sri Manganti, Dalem Ageng Prabasuyasa, Bangsal Witana Sitihinggil Kidul, Pendapa Agung, dan juga Kori Kamandhungan.

PakuBuwana IV yang mewarisi darah kaprabon sekaligus kapujanggan ini juga sangat produktif dan kreatif dalam “dunia pena”,

sehingga melahirkan banyak karya sastra yang masih dapat diakses sampai sekarang. Konsep ketatanegaraan dan keilmuan yang dibangun oleh Pakubuwana IV, membuatnya sangat dikagumi oleh rakyat dan lingkungan istana. Bahkan juga membangun tradisi-tradisi yang berbeda dari sunan-sunan (raja-raja) sebelumnya. Diantara perubahan tradisi tersebut adalah pakaian prajurit kraton yang dulu model Belanda diganti dengan model Jawa, setiap hari Jumat diadakan jamaah salat di Masjid Besar, setiap abdi

dalem yang menghadap raja diharuskan memakai pakaian santri,

mengangkat adik-adiknya menjadi pangeran (Purwadi., dkk, 2005:3-5). Perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut dimaksudkan untuk menjawakan kehidupan masyarakat, yang sebelumnya terkontaminasi oleh budaya Belanda.

(42)

87

Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang Tata Krama, Donga

Kabulla Mataram, Cipta Waskita, Panji Sekar, Panji Raras, Panji Dhadhap,

SeratSasana Prabu, dan Serat Polah Muna Muni. Dari sekian karya Pakubuwaba IV tersebut, yang paling familiar dalam masyarakat Jawa (bahkan kalangan akademik), adalah Serat Wulang Reh. Karena banyak ajaran-ajaran moral dalam serat tersebut yang diperhatikan oleh masyarakat Jawa, bahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Purwadi, 2007: 93).

3.1.2 Serat Wulang Reh

Ditinjau secara etimologi Wulangreh berasal dari rangkaian dua kata yaitu Wulang yang berarti: wuruk, pitutur‘ajaran tentang kebaikan,

memberikanperingatan supaya tidak melakukan perilaku yang tidak baik). Dan reh yangberarti Reh dalam Bahasa Jawa nggulewentah tata kapraja, tatapraja ataupemerintahan (Kamus Baoesastra Djawa). Dengan demikian

Serat wulang rehmemiliki pengertian sebuah karya sastra yang berisi pengetahuan untuk dijadikanbahan pengajaran untuk mencapai keluhuran hidup atau pelajaran hidup supayaselamat.

Serat Wulang Reh karangan Sri Susuhunan Pakubuwana IV di Surakarta Hadiningrat yang berisi tentang pendidikan Budi Pekerti merupakan warisanleluhur yang bernilai adilihung. Serat Wulang Reh selesai ditulis pada tanggal 19besar hari ahad kliwon tahun dal,1735 mangsa kwolu, windu

(43)

IV wafat. SemulaSerat Wulang Reh diperuntukkan bagi kalangan keluarga Keraton supaya dalam menjalani hidup mampu menunjukan sikap-sikap yang utama, namun kemudian sampai juga kepada masyarakat/rakyat di luar Keraton melalui abdi dalem yang tinggal di luar Istana, sehingga bermanfaat juga bagi masyarakat dan berlaku sampai kapan saja.

Serat Wulang Reh, karya Jawa klasik bentuk puisi tembang

macapat,dalam bahasa jawa baru ditulis tahun 1768 – 1820 di Keraton KasunananSurakarta. Isi teks tentang ajaran etika manusia ideal yang ditujukan kepadakeluargaraja, kaum bangsawan dan hambadi keraton Surakarta. Ajaran etika yangterdapat di dalamnya merupakan etika yang terdapat di dalamnya merupakan etika yang ideal, yang dianggap sebagai pegangan hidup yang seharusnya dilakukanoleh masyarakat Jawa pada waktu itu, khususnya dilingkungan Keraton Surakarta.

(44)

89

arus baru daripada menaati dan menjalaniyang lama (Ken Widayati, 2009: 1) .

Serat Wulang Reh memuat isi tentang ajaran tentang keluhuran hidup yang bermanfaat bagi masyarakat besar mempunyai manfaat yang besar, hal ini ditinjaudari segi isi yang memuat tentang ajaran kebaikan yang bisa dijadikan pedomanuntuk memenuhi kewajiban bagi kehidupan manusia, dari segi bahasa tidakmenggunakan kata-kata yang sulit sehingga memudahkan pembacauntuk memahami isi dan bisa menerima maksud dari seratannya, danpengarangnya merupakan pujangga yang besar dan memberikan daya bagikelangsungan hidup bagi kelangsungan masyarakat Jawa, lurus budinya danterkenal ketampanannya, sehingga mendapat julukan “Sinuhun Bagus”.

Bahasa dalam serat Wulang Reh yang sederhana, memudahkan pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bait-bait tembang. Bahasa dalam seratWulangreh memperindah bentuk tembang yang berupa tembang macapat dan mempunyai segi yang sangat banyak mengandung ajaran, sehingga banyak orang yang suka membaca,maupun mendengarkan teks yang ditembangkan, serta menganalisis isi dari teksSerat Wulangreh.

Teks Serat Wulang Reh terdiri atas tigabelas pupuh tembang, diantaranya: tembang Dhandhanggula, tembang Kinanthi, tembang Gambuh, tembang Pangkur, tembang Maskumambang, tembang Megatruh,

(45)

tembang Asmaradana, tembang Sinom, tembang Wirangrong, tembang

Girisa.

Pada penelitian ini, ada enam belas pupuh tembang. Teks yang akan diteliti difokuskan padapupuh tembang Kinanthi yang menjadi ajaran dan nasehat untuk generasi muda dalam menjalani hidup.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian hermeneutika kritis Jurgen Habermas. Metode peneliotian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu ucapan atau tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari subjek itu sendiri (Fuchran, 1988:11)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah prosedur yang digunakan dalam upaya mendapatkan data atau informasi agar memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Dan pemilihan desain yang digunakan haruslah dapat mencerminkan relevansi paradigma, teori hingga model yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan, yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

(46)

91

HermeneutikaJurgen Habermas ini termasuk dalam paradigma kritis. Dalam hal ini perlu dikemukakan, mengapa paradigma kritis karena dalam penelitian ini, peneliti wajib mencurigai pesan dari setiap teks yang dibuat dalam serat tersebut, oleh karena itu, Paradigma kritis lebih kepenafsiran karena dengan penafsiran kita dapatkan dunia alam, masuk menyelami dalam teks, dan menyingkap makna yang ada di baliknya (Eriyanto.2001:61)

3.2.1.1 Hermenutika Kritis Jurgen Habermas

Studi hermeneutika merupakan sebuah metode penafsiran terhadap bahasa atau teks sejarah atau klasik. Langkah kerja hermeneutika adalah proses yang dilakukan hermeneutika sebagai sebuah metodologi dalam menginterpretasikan sesuatu hal terkhusus adalah bahasa tertulis atau teks.

Hermeneutika merupakan bagian dari ilmu sosial yang mencoba untuk mengenal arti subjek tindakan sosial. Tugas hermeneutika adalah upaya rasional mencari dan menemukan makna atau hakikatnya (sensus plenior) dari sebuah teks (realitas). Sementara hakikat dari penelitian kualitatif juga mencari makna hakiki, segala sesuatu yang ada yang hendak diteliti.

(47)

sejarah dan tradisi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penafsir. Menurut Habermas, dalam proses pemahaman sebuah teks akan didahului oleh kepentingan. Kita tidak pernah bisa melangkah keluar dari tradisi atau kepentingan kita, yang dapat dilakukan adalah mencoba untuk memahaminya.

Untuk mengerti makna dan peristiwa yang ada dibalik teks, peneliti harus dapat menangkap jiwa dari kata tersebut. Makna yang dicari pada suatu teks dapat dijelaskan dengan pendekatan hermeneutika, yaitu dengan mencari hakikatnya, tidak hanya sebatas teks saja. Jika hanya menelaah teks maka makna hakiki dari teks tersebut tidak terungkap. Karena itu, pendekatan kualitatif sendiri dianggap sesuai untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai realitas yang dikonstruksikan ke dalam suatu teks. Realitas yang dikonstruksikan ini diasumsikan bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah), dan kebenarannya bersifat relatif.

(48)

93

adalah totalitas semua ententitas atau kebenaran yang memungkinkan terbentuknya pernyataan-pernyataan yang benar. Jadi, totalitas yang memungkinkan kita berpikir secara benar tentang semua hal, termasuk manusia dan binatang. Dunia sosial adalah totalitas semua hubungan interpersonal atau anattar pribadi yang dianggap sah dan teratur. Dunia subjektif adalah totalitas pengalaman subjek pembicara atau sering juga disebut “duniaku sendiri”, pengalamanku

sendiri.Menurut habermas, pemahaman dalam hermenutik mempunyai tiga momen, yaitu : pertama, pengetahuan praktis-reflektif yang mengarah pada pengetahuan diri, dengan cara membaur diri dengan masyarakat. Kedua, pemhaman yang kaitannya dengan kerja yang akan ketindakan yang nyata (praksis). Ketiga, pemahaman yang global, yang mengandaikan adanya tujuan khusus, dapat ditentukan secara independen, dengan tujuan akhirnya kehidupan.

Rahardjo (2008:66-69) mengelompokkan hermeneutika Habermas dalam hermeneutika kritis. Awalnya, istilah teori kritis

(49)

Meskipun Habermas tidak pernah membicarakan secara utuh mengenai hermeneutika tapi jika diartikan, hermeneutika adalah cara atau seni dalam memahami simbol-simbol linguistik maupun non-linguistik. Mengacu pada hal itulah Habermas memiliki gagasan yang unik mengenai hermeneutika yakni bagaimana cara dia memahami. Karena Habermas membawa karakter yang khas dari aliran Frankfurt yakni kritis, maka hermeneutika Habermas dikatakan sebagai hermeneutika kritis. Teori kritis bukan merupakan konsep tunggal melainkan plural. Maka dari itu, teori kritis tidak sekedar mengkritisi (menemukan kesalahan dan kekurangan) pada kondisi yang ada tapi juga mempertautkan antara domain realitas, antara yang partikular dan yang universal, antara kulit dan isi, dan antara teori dan praktik (Maulidin dalam Rahardjo, 2008:67).

(50)

95

Demikianlah bahwa teori kritis mendasarkan kerangka kerjanya pada epistemologi yang bersifat praxis, tidak hanya mengangkat teori-teori saja, melainkan mempraksis teori-teori tersebut untuk melakukan “proyek” pembebasan manusia dari ketidaksadaran atau terutama dari

dogma-dogma ideologi positivistik. Emansipasi manusia memberikan penekanan dalam aspek empirik, bukan sekedar pragmatis, agar keberdayaan dan kemandirian manusia dapat secara kritis dibangun. Menurut Habermas, perkembangan masyarakat jelas tidak dijalankan tanpa melibatkan rasio manusia di dalamnya. Ciri khas dari hermeneutika kritis yang berdiri dalam tradisi besar pemikiran adalah selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata.

(51)

Ketiga kelas ekspresi kehidupan menurut pandangan Habermas akan diuraikan sebagai berikut:

1. Bahasa

Bahasa sehari-hari dipergunakan untuk berkomunikasi dalam konteks kehidupan yang konkret, meski Habermas menawarkan makna monologis teks, yang memisahkan antara teks dan konteks namun Habermas tidak menafikan kebenaran strukturalisme sausure dalam pemikirannya, terbukti Habermas menggaris bawahi bagian-bagian khusu yang berkaitan erat dengan konteks. Dengan menghadirkan teori monologis Habermas menyatakan tugas hermeneutik adalah untuk menjembatani antara makna monologika dan konteks yang ada. Dalam rangka menyatukan anatara apa yang dimaksudkan dengan apa yang tertulis. Habermas membenarkan aksioma Dilthey “ekspresi bahasa adalah wahana yang identik dengan orang yang mengucapkan juga mendengar”.Ada tiga unsur dan fungsi

bahasa versi Habermas yg terinspirasi oleh Buhler. Tiga unsur bahasa tersebut adalah pembicara, pendengar, dan objek. Fungsi bahasa pada pembicara adalah ekspresi. Fungsi bahasa pada pendengar adalah bujukan. Fungsi bahasa pada objek adalah kognisi.1

1

(52)

97

2. Pengalaman

Alasan kenapa pengalaman dijadikan kunci adalah karena pengalaman sangat dekat dengan konteks kehidupan konkret, ini menjadi obyek analisis yang menghasilakan kesimpulan yang sangat efisien. Ekspresi pengalaman dighunakan dalam menafsirkan kepura-puraan dan kesungguhan subyek dalam berdialog-penalaran asli atau palsu.

3. Tindakan

(53)

Tabel 3.1

Tindakan Menurut Jurgen Habermas

Tindakan Tujuan/hasil

Teleologis Ditemukannya motif atau tujuan terselubung dan strategi yang diambil oleh pembicara untuk mencapai tujuan. Konsep dari tindakan ini adalah sebuah keputusan

Normatif Menemukan hal-hal yang bersifat normatif. Konsep dari tindakan ini adalah pemenuhan terhadap norma

Dramaturgi Analisa perubahan/perbedaan karakter antara dihadapan publik dan dibelakang publik. Konsep dari tindakan ini adalah

penampilan diri di hadapan masyarakat atau publik Komunikatif Mengungkap upaya yang

(54)

99

keselarasan pemahaman antara pembicara dan pendengar. Konsep dari tindakan ini adalah interpretasi

Sumber : (sumaryono, 1999: 95-95)

Dalam penerapan kerjanya, bahasa merupakan unsur yang fundamental dalam hermeneutika. Menurut Habermas (Kaelan, 2002:220) kita tidak dapat menerangkan halhal yang tidak mungkin kita pahami, bahkan kita juga tidak dapat membuat interpretasi atas hal-hal tersebut. Pemahaman hermeneutika berbeda dengan jenis pemahaman lainnya, sebab hermeneutika diarahkan pada konteks tradisional tentang makna.

(55)

Dalam menafsirakan ketiga releksi kehidupan yang dijabarkan oleh habermas tidak dapat dilepaskan. Dari segi linguitsik penafsir harus menguasai dan mengkajinya, negitu juga pengalaman, sebab pengalaman tidak akan pernah bisa lepas dari zona terget kajian Habermas memandang pengalaman pribadi sang penafsir adalah wilayah subyektifitasnya. Dan menyusul penyelidikan terhadap tindakan dalam perluasan pengetahuan untuk menghadirkan kesimpulan yang memuasakan.

Usaha pembongkaran distorsi pemaknaan ini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Habermas menerangkan dalam hermeneutika, bahasa (linguistik), tindakan dan pengalaman tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Bahasa dan pengalaman masuk dalam struktur dialektika dengan tindakan.

(56)

101

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalampenelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpamengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan datayang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukandalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2010:224).Maka dari itu untuk memperoleh data yang relevan, peneliti menggunakan instrument pengumpulan data yang meliputi studi pustaka, studi lapangan dan internet searching.

3.3.1 Studi Pustaka

Studi pustaka ialah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi atau data yang relevan dengan topik atau permasalahan yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh melalui buku-buku ilmiah yang disertai dengan peraturan, ketetapan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik itu cetak maupun elektronik yang relevan dengan masalah yang penulis teliti.

3.3.2 Studi Lapangan

(57)

1. Wawancara mendalam (indepth interviewI)

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan tanya jawab terhadap orang yang erat kaitannya dengan permasalahanm baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti.

Wawancara mendalam atau yang disebut dengan wawancara tak berstruktur sama halnya dengan percakapan informal, yang dimana bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden, akan tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan cirri-ciri responden 2. Dokumentasi

Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan segala hal yang ditemukan di lapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.

Dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif menjelaskan tentang dokumentasi, sebagai berikut: “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

(58)

103

3.3.3Internet Seaching

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan internet searching dalam melakukan pengumpulan data penelitian. Dengan menggunakan internet searching, yang bersumber melalui internet baik itu sebuah situs resmi, blog, dan sebagainya yang ada di internet.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam suatu penelitian tidak pernah luput dari adanya informan, pemilih informan menjadi suatu yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai objek yang diteliti dan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut Moleong (2007:132) mengatakan bahwa informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan penelitian yang diteliti, makan peneliti menggunakan teknik penentuan informan yakni secara purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2010:53) mengemukakan bahwa purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.

(59)

Tabel 3.2 InformanPenelitian

NO NAMA UMUR PEKERJAAN

1 GatiBarathaSayoga 50 Tahun BudayawanJawadanPengacara

2 Agung Ardianto, S.S 29 Tahun Wiraswasta, Penulis

Sumber :Peneliti 2014

3.4.1 Alasan Penentuan Informan

(60)

105

3.5 Teknik Analisis Data

Adapun untuk langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (Data reduction): Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokan sesuai topik masalah.

2. Pengumpulan data (Data collection): Data yang dikelompokan selanjutnya disusun dalam benutk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian data (Data display) Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diintepretasikan informan terhadap masalah yang diteliti. 4. Penarikan kesimpulan (Conclusion

drawing/verification): Pengambilan kesimpulan

berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

(61)

Analisis dilakukan secara kontinu dari pertama sampai akhir penelitian.

Gambar 3.4

Komponen-komponenAnalis Data

Sumber: Faisal dalamBungin, 2003:69

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji valifitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terajadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data

yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang nsesungguhnya pada objek penelitian. (Sugiyono, 2009:267).

DATA

DATACOLLECTION

DATA

REDUCTION

DATA DISPLAY

CONCLUTION

DRAWING

(62)

107

1. Triangulasi

Sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono,2005:270)

2. Diskusi dengan teman sejawat

(63)

3. Membercheck

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data sehinga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2005:275-276)

4. Menggunakan Bahan Referensi

(64)

109

sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007:128).

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian untuk dokumentasi dan studi pustaka dilakukan di Bandung, Jogjakarta dan Magelang. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari berbagai macam sumber, yakni buku, jurnal, wawancara dan penelitian.

3.7.2 Waktu Penelitian

(65)
(66)

0

DISKURSUS KEKUASAAN PADA TEMBANG KINANTHI DALAM SERAT WULANG REH KARYA KANJENG SRI SUSUHUNAN

PAKUBUWANA IV

(Studi Hermeneutik Kritis Jurgen Habermas Mengenai Diskursus Kekuasaan pada Teks Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh karya

Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV di dalam buku karangan Darusuprapta)

ARTIKEL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Disusun oleh:

RAGIL WISNU SAPUTRA NIM : 41809063

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(67)

ABSTRACT

DISCOURSE POWER ON TEMBANG KINANTHI IN SERAT WULANG REH BY PAKUBUWANA IV

(Jurgen Habermas Critical Hermeneutics Study About Discourse Power in Tembang Kinanthi Serat wulang Reh Pakubuwana IV Works in a book by

Darusuprapta)

By :

Ragil Wisnu Saputra NIM : 41809063

This research under guidance :

Mr. Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom

This research aims to know the existence of the covert interests namely the powers contained in the text of the Pupuh Tembang Kinanthi Serat Wulang Reh in Paper Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwono IV. To achieve these goals then presented several questions about how the language, experience and action against Pupuh Tembang Kinanthi Text Serat Wulang Reh.

This research uses a qualitative approach to the design of research critical Hermeneutics has been said by Jurgen Habermas. Data collection techniques used by doing in-depth interviews, documentation, studies, libraries and search data online. Techniques of determination of purposive sampling method using informants with consideration, namely the informants know much information about text that is examined.

Results of the research, expression of the language shows the “Tembang Kinanthi” is the pupuh which was used as a discourse or commands by using the language game, language as social practices, language as symbolic strategy and fight and the language as a medium of buying and selling. Pakubuwono IV experience, deliberately creating relationships between society, which provided a benchmark for presenting a consensus. Action, the existence of four actions that allegedly can dismantle the power in the text, i.e., action teleologis, dramaturgi, normative and communicative.

In conclusion, proving that it was a thinly veiled interest hidden powers which are written with a level of awareness and understanding by the author of Serat Wulang Reh.

The Suggestions, hopefully the community able to digest the message of the text not only as a lifeless writings, since a text always relate to the relations of power..

(68)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Serat Wulang Reh merupakan ajaran yang diturunkan atau diajarkan oleh sang Raja, yaitu Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV di keraton Surakarta yang mulanya ditujukan kepada keluarga kerajaan dan menjadi ajaran atau petunjuk bagi masyarakat wilayah keraton. Karena pada saat itu, Pakubuwana IV mendapatkan tahta dari ayahnya yaitu Pakubuwana III, dengan keadaan kerajaan peninggalan ayahnya yang sedang melemah dalam berbagai sektor akibat ulah kolonial Belanda.

Serat Wulang Reh mempunyai 13 pupuh tembang, salah satu diantaranya adalah pupuh tembang kinanthi, yang dijadikan fokus penelitian oleh peneliti. Dalam penuturan nara sumber, kinanthi berasal dari kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita harus mempunyai tuntunan untuk menemukan jalan yang benar agar cita-cita dalam hidup dapat terwujud.1 Kinanthi teridiri dari 16 bait yang berisikan tentang laku berbuat baik.

Sebuah teks Tembang Kinanthi dalam Serat Wulang Reh hadir serta merta bukan hanya sebatas bahasa tulisan saja, karena dibalik sebuah teks terkandung makna, biasanya teks bermakna ganda yang memungkinkan seseorang akan menafsirkan teks dengan cara yang berbeda. Teks adalah tempat bernaunganya

1

(69)

makna. Teks tidak lepas dari bahasa, dimana bahasa menjadi media yang ampuh untuk menanamkan ideologi, merebut serta mempertahankan kekuasaan. Dengan kata lain bahasa adalah piranti atau alat yang dimanfaatkan untuk meraih simpati, menarik perhatian, membuat persepsi terhadap suatu masalah, mengendalikan pikiran dan perilaku seseorang.

Bahasa juga berfungsi sebagai alat kontrol ideologi dan kontrol kekuasaan. Bahasa selalu membentuk dan merangkai realitas dalam bentuk teks, dan teks akan mendistorsi realitas. Karena realitas dikemas dengan menggunakan kata-kata (bahasa) dan menjadi sebuah teks. Dengan adanya teks ketimpangan diproduksi dan disembunyikan,sementara ketimpangan itu berhungan dengan relasi kuasa yang ada atau yeng tersembunyi di dalam teks. Dengan demikian teks selalu menyimpan kuasa, atau kuasa selalu menyembunyikan diri dalam sebuah teks. Relasi kuas bermakna, bahwa ada kuasa yang masuk dalam teks, yang kemudian menjadi wacana.

”. Language is also a medium of domination and social force. It serves to legiotimate relations of organized power. In so far as the legitimation of

power relations,... are not articulated,.... language is also

ideological.”(Erkenntnisundinteresse. 1977.Frankfurt:Suhrkamp).

(Bahasa juga merupakan media dominasi dan kekuatan sosial. Ini berfungsi untuk menghubungkan kekuasaan terorganisir yang sah. Sejauh legitimasi hubungan kekuasaan, tidak diartikulasikan, bahasa juga merupakan ideologi)2

Teks merupakan perangkat yang paling efektif untuk menyebarkan wacana, bahwa tidak ada kekuasaan tanpa wacana dan tidak ada wacana tanpa adanya

2

(70)

4

kekuasaan. Hal ini berarti, bahwa wacana selalu bekerja melewati jaringan kuasa. Sementara kekuasaan akan ditampilkan dengan menggunakan teks.

Penelitian ini bertujuan meneliti pesan yang terkandung dalam bahasa yang dituangkan dalam bentuk teks, mencari tahu makna yang terselip, tersimpan, dan tersisip dalam suatu pesan melalui sebuah teks. Maka dalam hal ini, dibutuhkan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mencari tahu makna yang terdapat dibalik simbol yang tersusun menjadi bahasa. Fokus bahasa dalam penelitian ini adalah bahasa tertulis, yaitu teks.

1.2 Rumusan Masalah Mikro

Untuk memperjelas fokus masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti menyusun rumusan masalah mikro sebagai berikut :

1. Bagaimana Diskursus Kekuasaan pada teks Tembang Kinanthi dalam

Serat Wulangreh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV dalam

ekspresi Bahasa ?

2. Bagaimana Diskursus Kekuasaan pada teks Tembang Kinanthi dalam

Serat Wulangreh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV dalam

ekspresi pengalaman ?

3. Bagaimana Diskursus Kekuasaan pada teks Tembang Kinanthi dalam

Serat Wulangreh Karya Kanjeng Sri Susuhunan Pakubuwana IV dalam

(71)

BAB II

METODE PENELITIAN

Pada dasarnya dalam setiap penelitian harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu. Metode penelitan menjadi penting, karena pada metode berperan sebagai pisau bedah dari suatu penelitian, dimana akan menemukan akar dari permasalahan dari suatu objek penelitian dengan suatu cara tertentu. Selain itu, dengan metode juga pada nantinya akan menemukan jawaban atau kesimpulan dari objek penelitian. penelitian kualitatif merupakan metode yang didasarkan pada interpretasi penulis atau peneliti.

(72)

6

BAB III

PEMBAHASAN

Manifestasi tembang kinanthi dalam Serat Wualng Reh, memuat kepentingan-kepentingan Pakubuwana IV untuk membentuk pengetahuann dalam masyarakat dengan cara pemberian pemahaman atas teks lokal yang secara historis disituasikan didalam masyarakat. Ini merupakan sebuah mekanisme yang terkoordinasikan yang digunakan Pakubuwana IV untuk menghadirkan konsesnsus dari masyarakat, walaupun dalam pelaksanannya tidak ada tawar menawar antara masyarakat dengan Pakubuwana IV dengan memperjuangkan terjadinya komunikasi antara rakyat dan raja. Dalam strategi dan pertarungan simbolik, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Pakubuwana IV telah memenangkan proses itu, dengan kata lain argumen-argumen PAkubuwana IV yang terdapat dalam Serat Wulang Reh hasil dari kontemplasinya diterima, dipahami dan dicapai masyarakatnya, ini terbukti dengan ada dan hadirnya Serat Wulang Reh di kehidupan masyarakat jawa dan dipahami sebagai kearifan budaya local dan dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masyarakat jawa.

(73)

masa Pakubuwana IV yang merumuskan kebijakan-kebijakan dengan bersikap otoritarian dan ekslufif, dengan karakteristiknya bersifat conservative dan mempertahankan status quo.

Pakubuwana IV merasa kahwatir kelanggengan kekuasaan akan luntur akibat para pemuda dalam masyarakat Surakarta lebih menurut pada kebijakan-kebijakan belanda, bukan kebijakan-kebijakan-kebijakan-kebijakan yang telah Pakubuwana IV untuk kehidupan masyarakatnya. Sebagi perangkat kekuasaan PAkubuwana IV berfungsi sebagai pengelolaan kehidupan masyarakat, dimana pada saat itu Raja sebagai pusat kekuasaan dan konsentrasi sumber-sumber kekuasaan. Ini merupakan unsur sosial yang akan mempengaruhi struktur politik Pakubuwana IV.

(74)

8

(75)

BAB IV SIMPULAN

Melalui pemikirannya, Pakubuwana IV membangun kekuatan untuk melakukan legitimasi kekuasaan. Untuk membangun koridor kekuatan dan memperluas kekuasaanya, Pakubuwana IV menulis Serat Wulang Reh pertama kalinya sebenarnya diperuntukkan untuk masyarakat kerajangan Surakarta sebagai wejangan dan pedoman hidup, ini media yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan, memerintah dan mengatur segala aspek kehidupan dalam bermasyarakat, beragama dan bernegara. Berpijak dari hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(76)

10

menjalankan kepetingannya, yaitu kekuasaan. Melalui bahasa yang digunakan sebagai media perantara dominasi kekuasaan, dimana pemikiran Pakubuwana IV untuk memperjuangkan kepentingannya melalui penerimaan publik dengan pengakuan secara sah.

Dalam ekpresi pengalaman, Pakubuwana IV mencoba untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaannya dengan menciptakan hubungan antar masyarakat yang dijadikan sebuah patokan untuk mengahdirkan sebuah konsensus dari masyarakat, menceritakan pengalaman pribadi dan menghadirkan gambaran mengenai fakta-fakta sosial untuk menentukan kebenaran yang nantinya akan menjadi kebiasan dan melebur menjadi aksioma di dalam masyarakat pada saat kepemimpinannya, sehingga menjaga keotoritasannya yang mulai luntur akbiat pengaruh budaya kolonial belanda yang mengancam kehancuran raja dan keraton sebagai sentralisme kekuasaan.

(77)

arah tujuan-tujuan tertentu, terkhusus tujuan untuk mendapatkan kekuasaan yang terlegitimasi.

(78)

12

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ali Fauzi, Ibrahim. 2003. Jurgen Habermas. Jaksel: Teraju.

Amin, Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media. Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

F. Budi Hardiman, 1990, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan kepentingan. Yogyakarta, Yogyakarta: Kanisius.

F. Budi Hardiman. 2009. Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta: Kanisius

F. Budi Hardiman,. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius Cangara. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada Darusuprapta, 1985. Serat Wulang Reh Anggitan Dalem Sri Pakubuwana IV.

Surabaya: Citra Jaya.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LKis

Faiz, Fakhruddin. 2002. Hermeneutika al-Qu’ran. Yogyakarta: Qolam.

Gadamer, Hans-George. 2004. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(79)

Herusatoto, Budiono.1987. Simbolisme dalam Buadaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosadakarya

Palmer, E Richard. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Purwadi, 2007. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

Purwadi, 2005. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Cipta Pustaka.

Purwadi. 2007. Ensiklopedia Adat-Istiadat Budaya Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka.

Moeleong, Lexy J. 1980. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mufid, Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakrta: Kencana

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2004. Sistrem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rahardjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermenutika: antara Intensionalisme dan

(80)

14

Ricoeur, Paul. 2012. Hermeneutika Ilmu Sosial. Bantul: Kreasi Wacana Offset.

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar-dasar Hermeneutika: Antara Intensionalisme &

Gadamerian. Sleman: Ar-Ruzmedia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

_____. 2003. Hermeneutika Transedental: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies. Yogyakarta: IRCiSod.

Suwardi, Endraswara. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

B. INTERNET

http://nisyacin.blogdetik.com/tag/sastra-jawa/ diakses pada tanggal 16 Februari 2014 Pukul 21.34 WIB

http://abdurrahmanbinsaid.wordpress.com/2010/02/01/sejarah-dan-perkembangan-hermeneutika/ 15 Maret 2014 Pukul 23.22 WIB

http://panzqueen.blogspot.com/2010/11/komponen-dan-proses-komunikasi.html di akses pada tanggal 15 maret 2014 pukul 20.15 WIB

(81)

C. SUMBER LAIN

Bahan Ajar Metode Penelitian Kualitatif Oleh Adiyana Slamet, M.Si.

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3 Silsilah Sri Pakubuwana IV
Tabel 3.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku

Sebenarnya responden dari RACI Chart DSS05 dimulai dari CEO, Business Process Owners, Strategy Executive Committee, Chief Risk Officer, Chief Information Security Officer,

Tidak pernah memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh unit / karyawan dibawahnya dalam melaksanakan tugas yang ada.. Acuh tak acuh terhadap keberhasilan atau masalah

Penerapan metode jarimatika dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas III di MI Manba'ul Huda tahun ajaran 2019/2020 Efektivitas metode jarimatika dalam

Berkaitan dengan faktor penghambat efektivitas Realisasi Rencana Kerja Anggaran (RKA) kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sudah efektif, hal

Karakteristik unjuk kerja dari motor induksi 3 fasa dalam kondisi dinamis, dimana tegangan sumber kemungkinan tidak selalu simetri demikian pula beban yang terpasang

mengalokasikan sebagian besar dari biaya tidak langsung departemental adalah sulit dan bersifat arbitrer. Yang terbaik yan dapat dilakukan adalah melakukan..