• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan kampanye sosial SMK berwirausaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan kampanye sosial SMK berwirausaha"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Riyan Herdiana

Jenis kelamin : Laki laki

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 27 November 1990 Kewarganegaraan : Indonesia

Status perkawinan : Belum Menikah Tinggi, berat badan : 175 cm, 55 kg

Kesehatan : Sangat Baik

Agama : Islam

Alamat lengkap : Jl. Triplek no.1 Komplek Bojong Raya RT 04 RW 02

Kelurahan Caringin Kecamatan Bandung Kulon kota Bandung

Telepon : 085624249373

Pendidikan

1996 - 2003 : SD YWKA IV, Bandung 2003 - 2006 : SMP Negeri 9, Bandung 2006 - 2009 : SMA Negeri 13, Bandung 2009 – 2013 : Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 29 Agustus 2013

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE SOSIAL SMK BERWIRAUSAHA

DK 38315/Tugas Akhir

Semester II 2012-2013

Disusun Oleh : Riyan Herdiana 51909010

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas Rahmat dan Hidayah-Nya Laporan Tugas Akhir ini dapat tersusun hingga selesai.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan hasil dari penelitian tentang pendidikan jiwa wirausaha di kalangan SMK yang bertujuan untuk merubah pola pikir siswa SMK terhadap wirausaha.

Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini, saya telah melibatkan banyak pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan kepada:

1. Orang tua yang selalu mendukung dalam segala bentuk dukungan baik moril maupun materil.

2. Riki Himawan S.Sn. M.M. selaku dosen pembimbing.

3. Guru beserta staff, dan siswa-siswi SMK Pasundan 1 Bandung sebagai responden.

4. Rekan-rekan yang selalu siap untuk membantu.

Sudah barang tentu Laporan Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF ... iii

KATA PENGANTAR ... iv I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Pemabasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK II.1 Pengertian Paradigma ... 4

II.1.2 Paradigma Umum ... 4

II.1.3 Paradigma Sukses ... 4

II.2 Inti dan Hakikat Kewirausahan ... 5

II.2.1 Jiwa dan Sikap Wirausaha ... 5

II.2.2 Kompetensi Kewirausahaan ... 7

II.2.3 Menumbuhkan Jiwa Wirausaha ... 7

II.3 Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 8

(8)

II.3.2 Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 9

II.4 Sudi Kasus SMK Pasundan 1 Bandung ... 10

II.5 Pengumpulan Data ... 11

II.5.1 Kuesioner Penelitian ... 11

II.5.2 Sistem Penilaian Kuesioner ... 11

II.5.3 Hasil Pengolahan Data Kuesioner ... 11

II.5.4 Kesimpulan ... 13

II.6. Pemecahan Masalah ... 14

II.7 Pengertian Kampanye ... 14

II.7.1 Jenis-Jenis Kampanye ... 15

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 16

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 17

III.1.1.1 Tujuan Komunikasi ... 18

III.1.1.2 Materi Pesan ... 18

III.1.1.3 Pendekatan Komunikasi Visual ... 19

III.1.1.4 Pendekatan Komunikasi Verbal ... 19

III.1.2 Strategi Kreatif ... 19

III.1.3 Strategi Media ... 19

III.1.3.1 Pemilihan Media ... 19

III.1.4 Strategi Distribusi... 20

III.2 Konsep Visual ... 21

III.2.1 Format Desain ... 21

III.2.2 Tata Letak (Layout)... 22

III.2.3 Tipografi ... 22

III.2.4 Fotografi ... 23

(9)

III.2.6 Logo Kampanye ... 25

III.2.6.1 Sistem Grid ... 26

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Pra Produksi ... 27

IV.2 Produksi ... 27

IV.2.1 Poster... 28

IV.2.2 X-banner ... 31

IV.2.3 Spanduk... 32

IV.2.4 Brosur ... 33

IV.2.5 Stiker ... 33

IV.2.6 Tiket Event ... 33

IV.2.7 Buku Catatan ... 34

IV.2.8 Jam Dinding ... 34

IV.2.9 T-Shirt ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Budiman. 2006. Lanturan Tapi Relevan. Yogyakarta: Galang Press. Rakhmat. 1996. Komunikasi Massa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rusmawan, Uus. (2007) Latihan Konsep Dan Visual Basic. Jakarta: Elex Media Komputindo

Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar Dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Scarborough, N.M, Zimmerer, T.W 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.

Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana.

Muhyi, H.A. 2007. Menumbuhkan Jiwa Dan Kompetensi Kewirausahaan. Tersedia di: http://ebookbrowse.com/herwan-makalah-menumbuhkan-jiwa-dan-kompetensi-wirausaha-pdf-d420246892 (11 November 2012)

Wibowo, Muladi. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan SMK. Tersedia di:

http://muladi- wibowo.blogspot.com/2012/07/pembelajaran-kewirausahaan-dan-minat.html (11 November 2012)

Wibowo, R.Y. 2011. Analisis Kompetensi Kewirausahaan Pada Siswa-Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Tersedia di:

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kewirausahaan adalah merealisasikan suatu peluang yang ditemukan guna pencapaian keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain dengan menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan bermanfaat bagi orang lain. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face if risk and uncertainty for the purpose of

achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities” (h.5). Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses atau meningkatkan pendapatan.

Dari berbagai konsep dan pengertian diatas menunjukan bahwa seolah-olah kewirausahaan identik dengan karakter wirausaha semata, padahal dalam kenyataannya kewirausahaan tidak selalu identik dengan karakter wirausaha semata karena karakter wirausaha dapat dimiliki oleh siapa saja bahkan seseorang yang bukan pelaku wirausaha. Karakter wirausaha muncul ketika seorang individu dapat mengembangkan usahanya dengan ide-ide baru.

(12)

Sebaliknya, mereka yang berwirausaha mampu menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini yang sedang digencarkan oleh pemerintah, sehingga dengan semakin banyaknya wirausaha di Indonesia maka pertumbuhan ekonomi tetap berjalan dan menekan masalah pengangguran di Indonesia. Dengan keadaan demikian, dapat dilihat adanya kesempatan membangun antusiasme masyarakat untuk memiliki jiwa wirausaha dan menerangkan bahwa memiliki jiwa wirausaha itu sangat penting juga terdapat banyak kelebihan dan manfaat bila dibandingkan dengan seorang pekerja atau pegawai.

Berdasarkan hasil riset, menjadi wirausaha kurang diminati oleh siswa-siswi SMK. Dengan melihat fenomena ini, terciptalah sebuah gagasan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini di kalangan SMK. Salah satu cara untuk menumbuhkan jiwa wirausaha adalah dengan pendidikan kewirausahaan. Pendidikan adalah cara yang paling efektif untuk menumbuhkan jiwa wirausaha khususnya pada remaja, karena kenyataan yang terjadi adalah pola pendidikan sekolah di Indonesia mengarahkan peserta didiknya untuk menjadi pekerja.

SMK adalah lembaga pendidikan yang paling diandalkan oleh pemerintah untuk mensejahterakan bangsa. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 15 dan Pasal 18 menyebutkan bahwa, “Satuan pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik atau lulusan yang siap pakai di lapangan kerja dan mudah terserap kerja. Namun hal ini belum terbukti, justru lulusan SMK menjadi salah satu yang terbanyak dalam jumlah pengangguran berdasarkan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS). (sumber: http:// bps.go.id)

(13)

I.2 Identifikasi Masalah

1. Kurangnya jumlah wirausaha, karena masyarakat terbiasa dengan pola pikir pekerja.

2. Pengangguran semakin banyak, karena jumlah lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah lulusan yang siap bekerja.

3. Bidang wirausaha kurang diminati pelajar SMK, karena banyak diantaranya yang tidak berani untuk mengambil resiko dan hanya berani berada di titik aman untuk menjadi pegawai.

4. Kurangnya pengetahuan pelajar SMK tentang wirausaha, karena menilai bahwa wirausaha hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu saja yang memiliki bakat berwirausaha dan memiliki modal.

I.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana meningkatkan minat pelajar SMK pada wirausaha ? 2. Bagaimana menerapkan jiwa wirausaha pada pelajar SMK ? I.4 Pembatasan Masalah

Pembahasan akan dibahas dengan lebih mengerucut pada ruang lingkup pelajar SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di kota Bandung. Karena tujuan SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap pakai dan mudah terserap kerja, namun hal tersebut belum terealisasikan, buktinya jumlah pengangguran tertinggi ada pada lulusan SMK.

I.5 Tujuan Perancangan

(14)

BAB II

PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK

Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja. Sehingga paradigma atau pola pikir pelajar SMK adalah bekerja bukan berwirausaha.

II.1 Pengertian Paradigma

Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Ritzer (seperti yang dikutip Zamroni 1992).

II.1.1 Paradigma Umum

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja.

Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Tidak ada yang salah dengan paradigma umum, tapi ketika sudah tidak bekerja lagi karena alasan tertentu maka penghasilan tidak akan ada dan rencana masa depan tidak terjamin karena orang yang memiliki paradigma umum mendapatkan penghasilan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

II.1.2 Paradigma Sukses

Paradigma sukses adalah paradigma yang dimiliki oleh wirausahawan atau pelaku wirausaha.

Bekerja Aset Penghasilan Rencana Masa Depan

(15)

menjadikan penghasilan secara terus-menerus (passive income). Ketika sudah tidak lagi bekerja maka aset tersebut akan memubuat penghasilan dan rencana masa depan tetap terjamin.

(Sumber: Seminar “GREEN BUSINESS” diselenggarakan oleh Komunitas Duta Penghijauan)

II.2 Inti dan Hakikat Kewirausahaan

Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif.

Suryana (2003) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui :

1. Pengembangan teknologi baru 2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru

3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada

4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya lebih efisien

II.2.1 Jiwa dan Sikap Wirausaha

Meredith (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha adalah: 1. Percaya Diri (Self Confidence)

(16)

dalam bisnis adaalh untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.

2. Berorientasi Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.

3. Keberanian Mengambil Resiko

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif .

4. Kepemimpinan

Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

5. Berorientasi Masa Depan

(17)

6. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi

Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri : a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,

meskipun cara tersebut cukup baik

b. Selalu menuangkan imajinasi dalaam pekerjaannya

c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan II.2.2 Kompetensi Kewirausahaan

Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu: seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Keterampilan yang harus dimiliki yaitu :

1. Managerial skill

2. Conceptual skill

3. Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi)

4. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan)

5. Time managerial skill ( keterampilan mengatur dan menggunakan waktu) Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada kinerja, Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang ingin dicapai.

II.2.3 Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak azasi semua kita. Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan pengusaha sehingga menutup peluang untuk menjadi wirausaha.

(18)

1. Melalui pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan.

2. Melalui seminar-seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui media ini kita akan membangun jiwa kewirausahaan di diri kita.

3. Melalui pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan linghkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembabngkan.

4. Otodidak. Melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (sucess story), media televisi, radio majalah koran dan berbagai media yang dapat kita akses untuk menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita. II.3 Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

(19)

II.3.1 Konsep Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang dibangun atau didirikan untuk menciptakan lulusan agar siap bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah Bab I Pasal 1 Ayat 3, bahwa “Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu”. Berdasarkan pernyataan tersebut jelas bahwa sekolah menengah kejuruan memfokuskan pada suatu program keahlian atau program-program pendidikan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

II.3.2 Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Dalam Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Kejuruan Pasal 3 Ayat 2 “Sekolah menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.” Menyikapi hal tersebut, tentu saja hasil akhir dari sekolah menengah kejuruan yaitu lulusan siap bekerja dengan sikap profesional sebagai bekal dalam mengaplikasikan keahliannya pada lapangan pekerjaan tertentu.

Menurut Kemendikbud RI No. 0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan Pasal 2 Ayat 1 tujuan pendidikan di sekolah menengah kejuruan:

1. Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan meluaskan pendidikan dasar.

2. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.

(20)

4. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

II.4 Studi Kasus SMK Pasundan 1 Bandung

Gambar II.1 Gedung SMK Pasundan 1 Bandung

Sumber: www.smkpasundan1bdg.sch.id (13 Januari 2013)

Menjadi sekolah menengah kejuruan bidang studi keahlian bisnis dan manajemen unggulan dan terpercaya di tingkat kota Bandung yang terus-menerus melakukan pengembangan didukung oleh sumber daya manusia profesional yang berorientasi kepada integritas moral yang mengutamakan kejujuran dan keunggulan untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan berperan aktif dalam pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia untuk mencapai tekad tersebut maka diterapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Nama sekolah : SMK Pasundan 1 Bandung

Alamat : Jalan Balong Gede No.44 Bandung Bidang Studi : Keahlian Bisnis dan Manajemen Jenis Sekolah : Swasta

(21)

II.5 Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner.

II.5.1 Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian diberikan kepada 36 reponden dalam satu populasi di kelas XII Pemasaran 4, SMK Pasundan 1 Bandung pada tanggal 13 Januari 2013. Bentuk kuesioner penelitian terdiri dari 15 butir pernyataan yang berhubungan dengan topik penelitian yang sedang diteliti.

II.5.2 Sistem Penilaian Kuesioner

Nilai Keterangan

8,1 - 10 Sangat Setuju

6,1 - 8 Setuju

4,1 - 6 Ragu - Ragu

2,1 - 4 Tidak Setuju

1 - 2 Sangat Tidak Setuju Tabel II.1 Sistem Penilaian Kuesioner

II.5.3 Hasil Pengolahan Data Kuesioner

No.

Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata

Keterangan

1 324 9 Sangat Setuju

2 318 8,3 Sangat Setuju

(22)

4 268 7,4 Setuju

5 216 6 Ragu-Ragu

6 182 5 Ragu-Ragu

7 172 4,5 Ragu-Ragu

8 204 5,7 Ragu-Ragu

9 298 8,3 Sangat Setuju

10 194 5,4 Ragu-Ragu

11 172 4,8 Ragu-Ragu

12 252 7 Setuju

13 154 4,3 Ragu-Ragu

14 240 6,7 Setuju

15 270 7,5 Setuju

Tabel II.2 Hasil Pengolahan Data

Pernyataan Keterangan

Menciptakan lapangan kerja lebih baik daripada mencari pekerjaan

Sangat Setuju

Wirausaha memiliki masa depan yang baik dan cerah Sangat Setuju

Banyak pekerjaan yang mendapat gaji lebih besar dari pada berwirausaha

(23)

Sangat sulit untuk memulai usaha Setuju Wirausaha bukan hanya untuk orang yang berbakat saja Ragu-Ragu Pekerjaan sebagai karyawan lebih pasti daripada

berwirausaha Ragu-Ragu

Saya takut gagal saat memulai wirausaha Ragu-Ragu

Berwirausaha belum pasti mendapat untung besar Ragu-Ragu

Tidak takut kalah bersaing jika membuka usaha Sangat Setuju

Wirausaha terlalu menguras waktu, tenaga, dan pikiran Ragu-Ragu

Wirausaha penuh dengan ketidakpastian dan kesamaran Ragu-Ragu Saya di didik oleh orang tua untuk bekerja di

perusahaan Setuju

Orang tua yang menentukan cita-cita saya Ragu-Ragu

Saya sangat mengerti sekali segala tentang wirausaha Setuju Setelah lulus dari sekolah, saya akan membuka usaha

sendiri Setuju

Tabel II.3 Hasil Akhir Pengolahan Data

II.5.4 Kesimpulan

(24)

1. Masih terdapat paradigma atau pola pikir pekerja di dalam dirinya, itu disebabkan karena pedidikan disekolah, lingkungan sekitar dan orang tua.

2. Tidak berani mengambil resiko, dan hanya menggambil jalan aman dengan menjadi pegawai.

II.6 Pemecahan Masalah

Dari hasil penelitian diatas maka alangkah pentingnya merubah paradigma atau pola pikir pelajar SMK dengan cara men-sosialisasikan pengetahuan tentang kewirausahaan, karena dari data yang diperoleh bahwa siswa SMK sudah memiliki minat untuk berwirausaha namun pengetahuan tentang kewirausahaan masih kurang.

Kampanye sosial adalah langkah yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan kampanye diharapkan dapat merubah cara pandang dan pola pikir siswa SMK kepada wirausaha. Sehingga untuk kedepannya siswa SMK dapat mewujudkan minatnya untuk berwirausaha.

II.7 Pengertian Kampanye

Pfau dan Parot (Venus, 2004:8) “A campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified periode of time

for the purpose of influencing a specified audience.” Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.

(25)

Setiap aktifitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni: 1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak

tertentu

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar

3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi II.7.1 Jenis-jenis Kampanye

Jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakanya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada giliranya akan menentukan kearah mana kampanye akan digerakan dan apa tujuan yang akan dicapai. Menurut Charles U. Larson (1992) jenis-jenis kampanye dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

1. Product Oriented Campaign, yaitu kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis.

2. Canditade Oriented Campaign, yaitu kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotifasi karena hasrat untuk kepentingan politik.

(26)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Agar permasalahan bisa diatasi dan tujuan dapat dicapai maka dibutuhkan strategi. Permasalahan yang ditemukan mengenai pengetahuan dan minat wirausaha pelajar SMK adalah bahwa pelajar SMK masih ragu untuk menggeluti dunia wirausaha. Ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan lulusan SMK menjadi penggangguran terbanyak di Indonesia. Dengan mengacu dari permasalahan tersebut, maka perlu adanya tambahan pengetahuan kepada pelajar SMK tentang wirausaha. Salah satu caranya adalah dengan merancang kampanye sosial tentang pengetahuan wirausaha bagi pelajar SMK, dengan tujuan agar lulusan-lulusan SMK menjadi wirausaha sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang. Berikut adalah analisis berdasarkan segmentation, targeting, positioning :

1. Segmentation

a. Demografis :

 Usia : 16-18 tahun

 Status sosial : Menengah kebawah  Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan b. Psikografis :

 Remaja yang beranjak dewasa

 Remaja yang bisa berfikir tentang masa depannya  Remaja yang mandiri

c. Geografis :

Pemilihan target audience berdasarkan geografis adalah pelajar SMK di kota Bandung, hidup dan bersosialisasi di wilayah perkotaan.

2. Targeting

(27)

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi siswa-siswi kelas sepuluh dan sebelas yang juga perlu mendapatkan pengetahuan tentang wirausaha sejak dini.

3. Positioning

Wirausaha memberikan manfaat dan kelebihan yang jelas berbeda bila dibandingkan dengan menjadi pegawai. Bila berwirausaha, pemuda Indonesia bisa menjadi sukses dan mampu bersaing dengan yang tua. Maka slogan yang tepat untuk kampanye adalah “Muda Wirausaha, Luar Biasa”.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or cause oriented campaigns, adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Menurut istilah Kotler disebut social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait (Venus, 2004:11).

Dalam pelaksanaannya, kampanye menggunakan sistem komunikasi massa guna menyampaikan pesan. Komunikasi massa dapat diartikan pesan yang dikomunikasikan melalui media pada jumlah besar orang. Komunikasi massa didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1996:189).

Pendekatan komunikasi yang digunakan adalah dengan menerapkan segala informasi pada media yang menunjang dan efektif. Informasi yang disampaikan yaitu tentang keuntungan berwirausaha dan lebih menekan pada emosional dari target audience.

(28)

1. Awareness (kesadaran)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menimbulkan kesadaran dan perhatian dari target audience terhadap wirausaha.

2. Informing (menginformasikan)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menginformasikan segala sesuatu tentang wirausaha kepada target audience.

3. Reminding (mengingatkan)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengingatkan akan segala informasi yang sudah diberikan di tahap sebelumnya.

III.1.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dari kampanye ini adalah merubah pola pikir siswa SMK agar memiliki pola pikir wirausaha, sehingga setelah lulus dari sekolah siswa-siswi SMK bisa berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan. Komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dapat menimbulkan kesadaran akan keuntungan berwirausaha daripada menjadi pekerja.

III.1.1.2 Materi Pesan

Materi yang akan disampaikan pada kampanye ini adalah berdasarkan dari kesimpulan hasil riset, yaitu pelajar SMK tidak memiliki modal dan takut gagal. Pesan yang akan disampaikan adalah tentang keuntungan menjadi wirausaha, sehingga target audience tergugah dan menyadari bahwa wirausaha itu jauh lebih mengunguntungkan dibandingkan dengan bekerja di perusahaan.

(29)

III.1.1.3 Pendekatan Komunikasi Visual

Bahasa visual yang digunakan adalah dengan memperlihatkan kesan SMK pada setiap media, tujuannya untuk memberikan citra kepada target audience bahwa SMK tidak selalu identik dengan pegawai.

III.1.1.4 Pendekatan Komunikasi Verbal

Bahasa verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia non-formal, karena target dari kampanye adalah remaja yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa non-formal, tujuannya agar pesan dapat diterima dengan baik oleh target.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan adalah dengan menerapkan visual yang menarik dan bahasa non-formal, tujuannya agar menarik perhatian dari target audience sehingga pesan dari komunikasi bisa tersampaikan.

Pada kampanye ini, strategi kreatif lebih menekankan kepada perancangan event yang akan dibuat secara besar-besaran dan dikhususkan hanya untuk pelajar SMK di kota Bandung. Event ini akan dibuat dengan megah agar menarik minat pelajar SMK untuk mengikuti event tersebut. III.1.3 Strategi Media

Media yang akan digunakan adalah media yang menunjang keberhasilan dari kampanye dengan tingkat efektifitas yang sesuai. Pemilihan media dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media primer dan media sekunder. Media primer yaitu media utama yang digunakan pada kampanye, sedangkan media sekunder yaitu media-media yang bersifat menunjang atau mendukung.

III.1.3.1 Pemilihan Media

(30)

permasalahan. Media yang digunakan terbagi pada dua jenis yaitu media primer dan media sekunder.

1. Media Primer :

Media cetak berupa poster, karena media poster adalah media yang sangat akrab dengan pelajar dan bisa menjamin efektifitasnya.

2. Media Sekunder :

 Media cetak berupa banner, spanduk, brosur  Media gimmick berupa kaos, stiker, pin  Media digital berupa iklan di jejaring sosial

III.1.4 Strategi Distribusi

Okt Nov Des Jan Mar Apr

Poster

X-Banner halaman sekolah, kantin, saat event

Spanduk halaman sekolah, halaman tempat bimbel, kantin

Stiker kantin, sekolah, angkutan umum, saat event

Gimmick saat event

(31)

III.2 Konsep Visual

Konsep visual dalam kampanye ini secara keseluruhan menerapkan teori SUPER-A, Budiman Hakim dalam Lanturan Tapi Relevan (2006).

Simple (sederhana)

Visual yang diterapkan di segala media digarap dengan simple agar pesan dapat terkomunikasikan dengan baik.

Unexpected (tidak terduga)

Visual digarap berbeda dari yang pernah ada agar mendapatkan perhatian lebih dari target audience.

Persuasive (mengajak)

Visual digarap dengan memunculkan kesan mengajak kepada target audience untuk mengikuti kegiatan yang diadakan dan mengajak untuk memulai berwirausaha.

Entertainment (menghibur)

Memunculkan kesan entertaint atau menghibur agar target audience merasa nyaman menikmati visual yang ditampilkan.

Relevant (berhubungan)

Visual yang ditampilkan berhubungan dengan masalah yang ada pada kenyataan yang terjadi di lingkungan.

Acceptable (diterima)

Visual yang ditampilkan harus dapat diterima oleh khalayak, tidak mengandung hal-hal yang berbau negatif seperti sara, pornografi, dan lain-lain.

III.2.1 Format Desain

(32)

III.2.2 Tata Letak (layout)

Rustan (2008). Layout adalah tataletak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya.

Tata letak atau layout yang digunakan pada setiap media kampanye bersifat asimetris, yaitu menempatkan berbagai elemen visual berbeda-beda, baik gambar, headline, sub headline, dan body text letaknya berubah sesuai komposisi yang digunakan di setiap media. Tetapi identitas kampanye diletakan sama disetiap media.

III.2.3 Tipografi

Tipografi atau typography menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak.

Pada kampanye ini digunakan tipografi yang mengutamakan unsur keterbacaan tetapi tetap mengarah pada konsep non-formal. Untuk itu digunakan beberapa jenis huruf sebagai berikut :

1. Untuk judul menggunakan jenis huruf “Century Gothic (Bold)” yang berkarakter tebal agar berkesan kuat, tujuannya untuk memperkuat judul dari informasi yang akan disampaikan dan untuk memperkuat tinggkat keterbacaan.

(33)

2. Untuk headline, sub-headline, dan body text menggunakan jenis huruf “Century Gothic (Regular)” dan Century Gothic (Italic)” yang simple agar berkesan ringan sehingga nyaman untuk dibaca.

Gambar III.2 Century Gothic (Regular)

III.2.4 Fotografi

Visual yang digunakan pada kampanye ini adalah berdasarkan hasil fotografi dan diolah dengan teknik komputerisasi, tujannya agar informasi yang disampaikan terasa lebih modern dan informasi lebih cepat tersampaikan.

Fotografi yang ditampilkan adalah menekankan pada identitas dari SMK, yaitu dengan menampilkan ciri khas dari SMK seperti siswi-siswi dengan menggunakan seragam SMK yang berbeda warna. Tujuannya agar kampanye sosial ini tepat sasaran yaitu untuk siswa siswi SMK.

III.2.5 Warna

Warna merupakan unsur visual yang memiliki peran penting dalam sebuah desain karena menciptakan suatu kesan dan dapat diinterpretasikan kedalam bentuk energi. Melalui kesan inilah warna dapat mempengaruhi pikiran dan emosi seseorang, dan tidak hanya dapat membangkitkan selera tetapi juga dapat mempengaruhi pendapat atau penilaian dari seseorang yang melihatnya.

(34)

1. Warna hijau pada latar

Warna ini digunakan untuk latar di setiap media, tujuannya untuk menimbulkan ketertarikan pada mata target audience.

2. Warna hitam pada tipografi

Warna ini digunakan untuk tipografi di setiap media, tujuannya untuk tingkat kontras yang lebih tinggi agar mudah terbaca oleh target audience.

3. Warna putih

Warna ini digunakan untuk elemen-elemen visual pendukung seperti stroke, kotak, garis, dan lain-lain.

(35)

III.2.6 Logo Kampanye

Logo adalah simbol ekspresi yang divisualkan secara grafis, dapat berupa ojek tertentu atau huruf, dapat divisualkan secara konkret atau abstrak. Logo yang digunakan sebagai identitas dari kampanye ini adalah sebagai berikut :

(36)

III.2.6.1 Sistem Grid

(37)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

Uraian tentang konsep jenis material, konsep perwujudan material serta teknis produksi media pada kampanye sosial SMK Berwirausaha adalah sebagai berikut:

IV.1 Pra Produksi

Untuk mencapai tujuan, kampanye ini harus memperhatikan dari segala aspek, mulai dari konsep visual, strategi pemilihan media dan juga teknis produksi. Dalam produksi, semua media dipertimbangkan supaya dapat menciptakan efektifitas untuk menyampaikan pesan. Setiap media memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda, serta penempatan media yang berbeda juga. Sebelum masuk tahap produksi tahapan yang dilalui dalam membuat media kampanye ini adalah:

1. Sketsa

Pembuatan sketsa dibuat agar mengetahui visual apa yang akan diambil. 2. Pengolahan gambar

Pengolahan gambar meliputi hasil foto dimasukan ke dalam proses digital menggunakan software Adobe Photoshop meliputi proses seleksi gambar, koreksi warna, dan editing teks.

3. Teknis cetak

Setelah proses digitalisasi selesai kemudia masuk ke proses cetak. Proses cetak menggunakan teknis cetak offset.

IV.2 Produksi

(38)

IV.2.1 Poster

Media poster dipilih karena poster adalah media yang akrab dengan pelajar SMK sehingga akan sangat sering sekali dibaca oleh target audience. Perancangan poster dilakukan berdasarkan tahapan kampanye yang dibuat. a. Poster Awareness

Pada desain poster ini menggabungkan 2 elemen visual yaitu fotografi dan tipografi untuk menyampaikan komunikasi.

Gambar IV.1 Poster Awareness

(39)

b. Poster Informing

Pada desain poster ini menggabungkan 2 elemen visual yaitu fotografi dan tipografi untuk menyampaikan komunikasi.

Gambar IV.2 Poster Informing

(40)

c. Poster Reminding

Pada desain poster ini menggabungkan 2 elemen visual yaitu fotografi dan tipografi untuk menyampaikan komunikasi.

Gambar IV.3 Poster Reminding

(41)

IV.2.2 X-banner

Media ini dirancang memanjang kebawah dan menggabungkan 2 elemen yaitu fotografi dan tipografi.

Gambar IV.4 X-banner

(42)

IV.2.3 Spanduk

Media ini dirancang memanjang kesamping dan menggabungkan 2 elemen yaitu fotografi dan tipografi.

Gambar IV.5 Spanduk

Material : FLMatte 340 GSM C4 Ukuran : 100cm x 200cm Teknis produksi : cetak offset

IV.2.4 Brosur

Media ini dirancang memanjang kebawah dan menggunakan elemen tipografi sebagai elemen penyampaian pesan.

(43)

Material : art paper 150 Ukuran : 9cm x 20cm Teknis produksi : cetak offset

IV.2.5 Stiker

Media ini dirancang menggunakan elemen tipografi sebagai elemen penyampaian pesan.

Gambar IV.7 Stiker

Material : stiker chromo Ukuran : 10cm x 6,5cm Teknis produksi : cetak offset

IV.2.6 Tiket Event

Media ini dibuat sebagai media pelengkap untuk kebutuhan event.

Gambar IV.8 Tiket Event

(44)

IV.2.7 Buku Catatan

Gambar IV.9 Buku Catatan

Material : cover art paper 260 gram, isi HVS 80 gram Ukuran : A5 (14,8cm X 21cm)

Teknis produksi : cetak offset

IV.2.9 Jam Dinding

Gambar IV.10 Jam Dinding

(45)

IV.2.10 T-Shirt

Gambar IV.11 T-Shirt

Gambar

Gambar II.1 Gedung SMK Pasundan 1 Bandung
Tabel II.1 Sistem Penilaian Kuesioner
Tabel II.2 Hasil Pengolahan Data
Tabel III.2 Tempat Penyebaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan yang diteliti dari situs resmi Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) yaitu

Sudah jatuh tertimpa tangga// Mungkin itulah kata yang tepat jika dikaitkan dengan penderitaan berkepanjangan yang dialami oleh ibu Maryati// Awalnya hanyalah terjatuh dari

Based on all those facts that adding P wave dispersion (PWD) to a moderate risk DTS would yield higher sensitivity and specifi city for predicting severe stenosis in stable

Defenisi operasional yaitu suatu defenisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti dari membenarkan kegiatan atau suatu operasional yang diperlukan untuk

Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

Sebagai mahasiswa jurusan Tata Busana, praktikan telah mendapat bermacam bekal teori tentang Tata Busana yang diantaranya adalah keselamatan kerja,pembuatan busana bayi,

dapat dikemukakan bahwa penerapan komputerisasi untuk kepentingan pengukuran prestasi belajar dapat diklasifikasi sebagai berikut: a) Tujuan komputerisasi pengukuran atau peng-