PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (
Daucus
carota)
PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA
IKAN MASKOKI
(Carassius auratus)
RIKI MS KARO-KARO 100302055
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (
Daucus
carota)
PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA
IKAN MASKOKI
(Carassius auratus)
SKRIPSI
RIKI MS KARO-KARO 100302055
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (
Daucus
carota)
PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA
IKAN MASKOKI
(Carassius auratus)
SKRIPSI
RIKI MS KARO-KARO 100302055
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Riki MS Karo-Karo
NIM : 100302055
menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Dauscus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang
sumber informasi dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan
bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila
terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah orang lain yang
sudah ada.
Medan, 30 Maret 2015
Riki MS Karo-Karo NIM. 100302055
ABSTRAK
RIKI MS KARO-KARO. Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus
carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius
auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan IRWANMAY.
Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik, diperlukan lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan yang baik. Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Daucus carota). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis tepung wortel yang dapat meningkatkan warna ikan maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama 30 hari. Penambahan tepung wortel melalui pakan dapat meningkatkan warna pada ikan maskoki. Pemberian tepung wortel dengan dosis 5% menghasilkan warna yang lebih cerah dibanding dengan dosis lainnya. Penambahan Tepung Wortel pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan maskoki.
ABSTRACT
RIKI MS KARO-KARO. Effect of Concentration Wheat Carrot (Daucus carota) In Color Enhancement Against Feeding goldfish (Carassius auratus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and IRWANMAY.
Goldfish (Carassius auratus) is a type of fish that have other names which have a gold fish body shape ranging from red, yellow, green, black and silvery. As fish are included in the category of ornamental fish, then to produce the best goldfish, needed a good environment and foods high in nutrients. Good food nutrition will support color, good health. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish in particular by giving feed containing pigment. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of goldfish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of goldfish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length growth goldfish.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 7 Maret 1992 dari ayah Setorot Karo Karo dan ibu Ida Suryani Br Ginting. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negri 040482 desa Gajah Kabupaten Karo pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri 1 Berastagi pada tahun 2004-2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan pada tahun 2007-2010.Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian , Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2010 melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Perairan (IMASPERA) periode 2012-2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK USU UP FP) dan anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ayahanda Setorot Karo Karo, Ibunda Ida Suryani Br Ginting dan adikku Adven Kristi Karo Karo, Angga Supendi Karo Karo, Anggi Suwendi Karo Karo yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Syammaun Usman, M,P dan Bapak Ir. Irwanmay, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan berharga kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak R. Gatot Pahlawan , S.Pi di UPTD Budidaya, Irma Juniati, Ricky Suranta, dan rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya.
Medan, Maret 2015
DAFTAR ISI Morfologi dan Anatomi Ikan Maskoki (Carassiusauratus)... 5
Habitat dan Sifat Ikan Maskoki ... 9
Jenis-Jenis Ikan Maskoki... 10
Warna Pada Ikan ... 10
Wortel (Daucuscarota) ... 12
Manfaat Wortel Pada Ikan Maskoki ... 13
Kandungan Beta Karoten Pada Wortel... 14
Pemeliharaan Ikan ... 21
Pertumbuhan Panjang Ikan ... 25
Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki ... 26
Kualitas Air ... 28
Pembahasan ... 30
PerubahanWarna ... 30
Pertumbuhan Panjang Dan Berat Ikan... 33
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka pemikiran ... 3
2. Ikan Maskoki ... 6
3. Perubahan Warna Pada Ikan Maskoki ... 30
4. Perubahan Panjang Ikan Maskoki ... 33
5. Perubahan Berat Ikan Maskoki... 33
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kualitas Air Ikan Maskoki ... 9
2. Kandungan Gizi Wortel ... 15
3. Data Perubahan Warna Ikan Maskoki... 25
4. Data Pertumbuhan Panjang Ikan Maskoki... 26
5. Data Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Modifikasi Alat Pengukuran Warna ... 39
2. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... 40
3. Daftar Panelis Pengukur Warna ... 41
4. Tabel Sidik Ragam ANOVA ... 42
5. Perhitungan Statistik Warna ... 43
6. Perhitungan Statistik Panjang ... 44
7. Perhitungan Statistik Berat ... 45
8. Perubahan Warna Ikan ... 46
9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 47
ABSTRAK
RIKI MS KARO-KARO. Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus
carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius
auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan IRWANMAY.
Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik, diperlukan lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan yang baik. Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Daucus carota). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis tepung wortel yang dapat meningkatkan warna ikan maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama 30 hari. Penambahan tepung wortel melalui pakan dapat meningkatkan warna pada ikan maskoki. Pemberian tepung wortel dengan dosis 5% menghasilkan warna yang lebih cerah dibanding dengan dosis lainnya. Penambahan Tepung Wortel pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan maskoki.
ABSTRACT
RIKI MS KARO-KARO. Effect of Concentration Wheat Carrot (Daucus carota) In Color Enhancement Against Feeding goldfish (Carassius auratus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and IRWANMAY.
Goldfish (Carassius auratus) is a type of fish that have other names which have a gold fish body shape ranging from red, yellow, green, black and silvery. As fish are included in the category of ornamental fish, then to produce the best goldfish, needed a good environment and foods high in nutrients. Good food nutrition will support color, good health. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish in particular by giving feed containing pigment. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of goldfish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of goldfish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length growth goldfish.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 Tahun 2009
tentang perikanan, perubahan atas undang-undang nomor 31 Tahun 2004,
perikanan memegang peranan sangat penting dalam peradaban manusia dari
zaman prasejarah hingga zaman modern. Perikanan merupakan semua kegiatan
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Sejalan dengan pola pergeseran pola konsumsi ikan, dari pemenuhan
kebutuhan pangan ke arah pemuasan rohani, dunia perdagangan ikan hias pun
mulai mendapat perhatian serius dari masyarakat. Kondisi ini tidak disia-siakan
oleh pemilik modal maupun petani di Indonesia untuk meraih keuntungan
sebesar-besarnya melalui kesempatan yang ada. Hal ini menyebabkan para
pedagang menjadikan bisnis ikan hias sebagai mata pencaharian utama dan bukan
lagi sebagai sumber penghasilan tambahan (Lesmana dan Satyani, 2002).
Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki
nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah,
kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sejak pertama kali ditemukan hingga
dipelihara orang terdapat kurang lebih 15 macam ikan maskoki yang telah
dikenali dan digemari oleh masyarakat. Sebagai Ikan yang termasuk dalam
kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik,
Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan dan kualitas
anakan yang baik (Ningrum, 2012).
Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat,
sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara
memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan
disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis. Usaha
yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah
menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini, sudah banyak dibuat zat
warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik
menggunakan sumber pigmen alami. Pembudidaya lebih memilih menggunakan
sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami
dapat diperoleh dari tepung wortel(Lesmana dan Satyani, 2002 ).
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penambahan tepung wortel (Daucus carota) dalam pakan ikan
berpengaruh terhadap peningkatan warna ikan maskoki?
2. Berapakah dosis tepung wortel yang dapat ditambahkan dalam pakan ikan
yang menghasilkan peningkatan warna yang baik untuk ikan maskoki?
Kerangka Pemikiran
Nilai seni dari ikan hias adalah warna, bentuk morfologi badan dan
gerakan. Warna yang menarik adalah warna yang terang yang dapat
mempengaruhi suasana yang ada di sekitarnya, sedangkan bentuk morfologi yang
sangat didambakan oleh para penikmat adalah gerakan lambat yang lemah
gemulai (Flona, 2012).
Ikan hias maskoki merupakan ikan hias yang mengandalkan bentuk
morfologi dan warna. Perubahan warna ikan merupakan pengaruh dari keturunan,
lingkungan, kualitas air dan nutrisi pakan yang diberikan. Perubahan ini dapat
dilakukan dengan pemberian tepung yang mengandung beta karoten. Kerangka
pemikiran penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung
wortel dalam meningkatkan perubahan warna pada ikan maskoki dan mengetahui Ikan Hias
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Warna
Lingkungan Pakan Pigmen
Peningkatan Warna Ikan
dosis tepung wortel yang tepat pada pakan ikan maskoki untuk memperoleh
warna yang baik.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan, khususnya memberikan alternatif lain kepada masyarakat
dalam peningkatan warna ikan hias dengan harga yang tidak mahal dan dengan
teknik yang baru.
Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Penggunaan tepung wortel pada pakan ikan maskoki dapat menambah kilau
warna.
2. Adanya pengaruh penggunaan dosis tepung wortel yang berbeda terhadap
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Anatomi Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Ikan maskoki dalam ilmu taksonomi hewan masih satu kerabat dengan
ikan mas (Cyprinus carpio). Menurut Bachtiar (2005), sistematika ikan mas koki
berdasarkan ilmu taksonomi adalah sebagai berikut :
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Ikan maskoki memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pendek dan bulat, mata lebar
dan besar, bersirip dan di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai
lembaran insang, dapat dilihat pada gambar 2. Insang ini berfungsi untuk
pernafasan, lewat insang ikan maskoki memperoleh oksigen dengan cara
menghisap dari mulutnya kemudian menyaringnya dengan lembaran insang.
Oksigen yang masuk ke dalam tubuh bersama air akan dibawa oleh aliran darah.
Karena itu, jika airnya tercemar maka kandungan karbondioksida dan kotoran
lainnya akan dikeluarkan dari bagian belakang lembaran insang. Ikan maskoki
dapat tumbuh hingga mencapai 23 inci (53 cm) dan maksimum mencapai berat
4,5 kg, namum hal ini sangat jarang terjadi. Sebagian besar ikan maskoki hanya
kondisi yang optimal, maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi
sebagian besar maskoki umumnya hidup antara 6 – 8 tahun (Bachtiar, 2005).
Gambar 2. Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Membedakan ikan maskoki pejantan dan betina dapat dilihat dari sirip
dada yang berbintik-bintik bulat menonjol dan kasar ketika diraba. Sedangkan
induk betina pada sirip dadanya terdapat bintik-bintik halus ketika diraba. Indukan
jantan yang telah matang dan siap memijah akan mengeluarkan cairan berwarna
putih jika diurut pada lubang genitalnya. Pada indukan betina yang telah matang,
perutnya terlihat gendut dan lembek serta lubang genitalnya berwarna merah
(Ningrum, 2002).
Ikan maskoki memiliki sisik yang berderet rapi, mengkilap dan menutupi
tubuh sepeti genteng rumah. Warnanya cukup menarik dan variatif. Umumnya
sisik ikan maskoki berwarna metalik, merah, kekuning-kuningan, kuning, hijau,
banyak sedikitnya pigmen quanin yang terkandung dalam sisik ikan maskoki.
Pembentukan quanin dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan, jenis makanan,
dan kebersihan lingkungan. Sirip ikan maskoki mempunyai dua fungsi pokok
yaitu sebagai alat keseimbangan dan sebagai tenaga gerak yang dibantu oleh
kontraksi otot tubuh atau otot ekor (Bachtiar, 2005).
Ikan maskoki jantan dan ikan maskoki betina memiliki beberapa
perbedaan dari segi morfologi eksternal masing-masing. Perbedaan ini bisa
dijadikan identifikasi untuk menentukan jenis kelamin ikan maskoki. Menurut
Flona (2012), setidaknya ada 6 (enam) ciri fisik yang membedakan antara ikan
maskoki jantan dengan betina, yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk tubuh
Ikan maskoki betina cenderung berbadan pendek. Sirip dadanya berbentuk oval
dengan karakteristik tipis dan halus. Perutnya terlihat bulat besar karena
memiliki indung telur di dalamnya (bagi ikan maskoki yang sudah dewasa).
Sedangkan ikan maskoki jantan cenderung berbadan relatif panjang. Sirip
dadanya agak panjang dengan karakteristik tebal dan kuat.
2. Kriteria di sekitar perut
Pada ikan maskoki jantan, sisik di daerah dekat anus hingga daerah dekat sirip
perut tersusun rapat dan tertata seperti sebuah garis lurus. Perut ikan mas koki
jantan lebih keras. Pola sisik dan ciri seperti ini tidak terdapat pada ikan
maskoki betina. Pada ikan maskoki betina, sisik yang terdapat di daerah perut
3. Lubang anus
Ikan maskoki jantan memiliki lubang anus yang kecil dan lonjong oval. Jika
dilihat dari samping, lubang anus ini tampak terlihat seolah tertekan atau
berbentuk datar. Sedangkan ikan maskoki betina memiliki lubang anus yang
besar dan bulat. Dan jika dilihat dari samping, lubang anus ini tampak terlihat
menonjol keluar.
4. Organ mutiara
Di musim kawin, ada banyak bintik putih di sekitar pipi (dekat insang) pada
ikan maskoki jantan. Ketika ikan maskoki jantan sudah dewasa, ada bintik
putih seperti garam yang muncul di tepi tulang sirip depannya. Bintik ini terasa
kasar bila diraba. Bintik-bintik pada ikan maskoki jantan ini dinamakan
sebagai pearl organ (organ mutiara). Ini merupakan tanda kematangan alat-alat
reproduksi pada ikan maskoki jantan, yang kemunculannya disebabkan oleh
hormon. Tanda ini tidak muncul pada ikan maskoki betina.
5. Gaya berenang
Sirip dada yang lebih panjang membuat ikan maskoki jantan dapat berenang
lebih cepat dari pada ikan maskoki betina. ikan maskoki jantan juga lebih
sensitif daripada ikan maskoki betina. Ketika ikan maskoki sedang melakukan
pemijahan (kawin), yang lebih agresif dan bertindak sebagai "pengejar" adalah
ikan maskoki jantan.
6. Warna tubuh
Warna tubuh pada ikan maskoki jantan dan ikan maskoki betina berbeda.
Perbedaan ini paling tampak pada ikan maskoki dewasa yang berwarna calico
juga bertindak sebagai pihak yang harus memiliki daya tarik terhadap lawan
jenisnya. Ikan maskoki jantan pada umumnya memiliki pola warna dan corak
yang lebih beragam dan indah. Pada saat memasuki musim kawin, warna ikan
maskoki jantan akan lebih cerah dari biasanya.
Habitat dan Sifat Ikan Maskoki
Ikan maskoki mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ikan
maskoki cocok hidup di perairan tropis dengan kisaran suhu 20OC – 25OC dengan
pH dan kesadahan normal. Kondisi lingkungan yang ideal menjadi faktor penting
dalam memaksimalkan pertumbuhan ikan maskoki (Agus, 2001).
Menurut Lesmana dan Satyani (2002), kualitas air ikan maskoki dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas Air Ikan Maskoki
Parameter Kisaran
Menurut Flona (2012), ikan maskoki memerlukan tempat hidup yang luas
baik dalam akuarium dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk
menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium
maskoki akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan maskoki
yang di pelihara di kolam atau di akuarium dapat di pijahkan sepanjang tahun.
Tetapi ikan maskoki di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena
banyak dataran yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena tempat
tersebut mengeluarkan bau ampo atau bau has dari dalam tanah sehingga
merangsang induk ikan memijah di tempat itu.
Jenis-Jenis Ikan Maskoki
Keanekaragaman ikan memang tidaklah mudah untuk dihitung berapa
jumlahnya. Seiring dengan berjalannya waktu, aneka spesies baru khususnya jenis
ikan maskoki (goldfish) semakin bertambah. Beberapa jenis ikan maskoki yaitu
Ras bulldog (mata terlihat melotot), Spencer (adanya jambul di kepala dan sisik
yang menarik), Mutiara (banyak butiran daging di sekujur tubuhnya sehingga
tampak seperti mutiara yang menempel), Red head (adanya bintik merah di bagian
kepala), Buble eyes (mata kantong, karena tampak gelembung besar dibagian
kantung matanya), Veil tail (dengan sirip punggung dan ekor yang agak panjang
berumbai), dan masih banyak lagi yang lainnya (Flona, 2012).
Warna pada Ikan
Menurut Lesmana dan Satyani (2002), warna merupakan salah satu alasan
ikan hias yang diminati oleh masyarakat. Warna menjadi indikator keindahan ikan
hias, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan
memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Peningkatan intensitas warna
pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya
menyerap kandungan nutrisi dalam pakan. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya dan pakan yang
mengandung gizi tinggi serta sumber beta-karoten.
Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor
yang terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik
(Wayan dkk., 2010). Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar,
yaitu eritriofora yang menghasilkan warna merah dan orange, xanthofora yang
menghasilkan warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam,
leukofora yang menghasilkan warna putih, dan iridofora yang dapat memantulkan
refleksi cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih.
Warna merah, oranye dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga
pembentukan warna pada ikan hias sangat tergantung pada jumlah karotenoid
yang ada pada pakan (Lesmana dan Sugito, 1997 diacu oleh Wayan dkk., 2010).
Umumnya warna ikan adalah konstan atau tidak berubah dan spesifik
untuk jenisnya. Perubahan warna biasanya terjadi hanya pada kecerahan dan
keburamannya saja yang disebabkan oleh perubahan sel pigmen. Sel pigmen pada
ikan juga berperan sebagai pelindung terhadap sinar serta dipercaya ikut berperan
dalam siklus oksigen (Satyani dan Lesmana, 2002).
Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia
yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan
neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga
menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan
tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel
warna tubuh organisme menjadi gelap. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel
jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor
yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan
astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna merah pada
eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih jelas
(Evan, 1993).
Jenis pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber
peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada
tubuh ikan, atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya
selama masa pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010).
Wortel (Daucus carota)
Wortel merupakan salah satu yang menghasilkan karoten yang dapat
mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya yang besar. Wortel
kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina
(Sunarno, 2012).
Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam jenis tanaman
semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman
wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang
dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini
tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi
senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Susunan
tubuh tanaman wortel terdiri atas daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara
keseluruhan wortel merupakan tanaman setahun, tumbuh tegak hingga 30 – 100
Kata karoten berasal dari bahasa Latin yang berarti wortel, yaitu pigmen
warna kuning dan oranye pada buah sayuran. Karatenoid adalah suatu kelompok
pigmen yang berwarna kuning, oranye, atau merah oranye, mempunyai sifat larut
dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Kumalaningsih,
2006 diacu oleh Hastuti, 2011).
Dengan kandungan karatenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pewarna pakan alami ikan. Selain itu karoten pada wortel juga
berperan sebagai prekursor vitamin A sehingga dapat memberi nilai tambah
tersendiri pada penggunaan wortel sebagai pewarna alami pada ikan maskoki
(Cahyono, 2000 diacu oleh Ikawati, 2005).
Manfaat Wortel pada Ikan Maskoki
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan
maskoki sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan
bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin
(kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan
dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan
ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting,
udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi
menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan maskoki yang
sudah diformulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan
warna ikan maskoki (Flona, 2012).
Usaha ikan hias dan pembenihan ikan hias tidak cukup hanya bertumpu
pada upaya untuk memacu produksi ikan hias, akan tetapi perlu diiringi dengan
batikan ikan hias. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas pakan
terutama nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan, dan kandungan sumber
bahan baku potensial sebagai penghasil pigmen seperti wortel, udang-udangan
dan lain-lain sebagai sumber karotenoid (Pinandoyo, 2005).
Kandungan Beta Karoten pada Wortel
Karotenoid adalah sumber utama dalam roses pigmentasi pada ikan hias
atau ikan daerah tropis, untuk berbagai macam spesies ikan berwarna kuning,
merah dan warna lainnya. Karatenoid juga merupakan nutrien yang sangat penting
bagi kesehatan, pertumbuhan, metabolisme dan reproduksi ikan. Sumber
karatenoid untuk ikan banyak ditemukan dari tanaman maupun produk hewani
(Meyers, 1994 diacu oleh Sukarman dan Chumaidi, 2011).
Sumber karotenoid dapat berasal dari bahan makanan seperti wortel, ubi,
labu kuning, jagung dan sebagainya termasuk pada sasyur-sayuran hijau, udang,
kepitang dan beberapa jenis krustase lainnya. Sedangkan karotenoid dalam bentuk
bahan anorganik yang bisa digunakan pembuatan pakan ikan adalah astaksantin
(Hidayat dan Saati, 2006 diacu oleh Wayan dkk., 2010).
Kemampuan pigmentasi dari suatu bahan tidak hanya ditentukan oleh
tingginya kandungan karatenoid tetapi juga jenis karatenoid yang tergantung
didalamnya. Jenis karotenoid yang bisa digunakan dalam pakan ikan
maupun udang adalah betakaroten, zeaxanthin, isozeazanthin, chantaxanthin
(Tappin, 2010 diacu oleh Sukarman dan Chumaidi, 2011).
Kandungan -karoten pada umbi wortel mentah adalah sebesar
-karoten dimetabolisme oleh tubuh menjadi vitamin A jika ada garam empedu di
saluran pencernaan (Nowick, 2006 diacu oleh Pohan, 2008 ).
Kandungan gizi dan betakaroten wortel untuk tiap 100 gram dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Wortel
Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar
antara 6000 – 54800 pg/100 g. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning,
oranye dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok
hidrokarbon yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Dengan
kandungan karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014,
di Pusat Informasi Dan Pengembangan Ikan Hias Dinas Pertanian Dan Kelautan
Kota Medan, Jl Karya Wisata Kecamatan Medan Johor.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit akuarium
ukuran 40 x 20 x 20 cm3 sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk mensuplai
kandungan oksigen dalam media pemeliharaan, pH meter untuk mengukur kadar
asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen,
termometer untuk mengukur suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan,
selang sifon untuk membuang sisa metabolisma (menjaga kualitas air), serok
untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.
Sedangkan untuk mengetahui perubahan warna menggunakan alat yang
dimodifikasi, dapat dilihat pada Lampiran 1. Alat ini dibuat dengan menggunakan
pencampuran warna. Perubahan warna kuning kemudian semakin meningkat.
Peningkatan warna dengan cara penambahan kontras 20 % per nomor perubahan
dan alat pengukur warna ini dibuat sesuai dengan acuan TCF (Toca Color
Finder), yang mulai dari :
- Level warna 1-3 : Kuning pucat
- Level Warna 4-5 : Kuning muda
- Level warna 12-14 : Kuning sawo
Sumber : Jurnal Epifania,(2011). File Gambar Berdasarkan Dominasi Warna
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan maskoki yang
berukuran rata-rata panjang 7,78 – 9,02 cm dengan berat rata-rata 8,06 – 9,96 gr
(berasal dari induk yang sama, umur yang sama dan ukuran yang sama), air
bersih, tepung wortel, pakan buatan berupa pelet ikan hias (Takari), progol
digunakan sebagai perekat tepung wortel pada pakan.
Metode Penelitian Rancangan Percobaan
Penerapan percobaan suatu faktor dalam rancangan acak lengkap biasanya
digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen
(Ahmad dan Sumertajaya, 2006).
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini
- Perlakuan W : Tanpa pemberian tepung wortel
- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 1%
- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 3%
- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 5%
Metode rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan,
alat, bahan dan media yang digunakan adalah homogen karena letak/posisi
masing-masing unit tidak mempengaruhi hasil-hasil percobaan dan percobaan ini
dilakukan pada kondisi terkontrol atau setiap unit percobaan secara keseluruhan
memiliki peluang yang sama besar untuk menempati pot-pot percobaan atau dapat
dilihat pada bagan , Lampiran 2 (Hanafiah, 2007).
Prosedur Penelitian Persiapan Ikan Uji
Sebelum ikan dimasukan ke dalam wadah uji, terlebih dahulu ikan
diadaptasi selama dua hari dan ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan
untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Sesudah ikan
dipuasakan ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet.
Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji.
Pengamatan perubahan warna hanya selama sebulan atau 30 hari.
Persiapan Air Media
Persiapan air media merupakan hal yang cukup penting dalam
pemeliharaan ikan. Air sebagai media hidup ikan sebelum digunakan, sebaiknya
dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak tandon. Selanjutnya, air tersebut
dialirkan ke dalam ember penampung yang berfungsi untuk mengendapkan
kotoran-kotoran dalam air. Air yang ada di ember penampung, diberi aerator yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah karbon dioksida, dan mengurangi kandungan
konsentrasi gas terlarut. Air diendapkan kurang lebih selama 1 hari. Selanjutnya,
air dapat digunakan dalam pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika
pengambilan air, aerator dimatikan sehinggga sisa-sisa metabolisme dalam air
mengendap. Air yang digunakan yaitu 75 % dari tinggi air dalam ember.
Persiapan Pakan
Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan berupa pelet
ikan hias (takari) yang mengandung Protein 30 %, Lemak 3 %, Serat 4 %,
Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin, Biotin, Panthotenic dan Choline
kemudian dicampur dengan beta karoten dari tepung wortel 5% dari bobot ikan
setiap pengamatan. Pakan yang digunakan untuk kontrol tidak mengandung
tepung wortel. Perlakuan 1 % mengandung 1 g tepung wortel dalam 100 g pakan,
perlakuan 3 % mengandung 3 g dalam 100 g pakan dan perlakuan 5 %
mengandung 5 g dalam 100 g pakan.
Tepung wortel yang digunakan berupa tepung dalam bentuk kering.
Kemudian masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan ikan hias.
Adapun tahapan pencampuran tepung wortel dalam pakan ialah :
- Mencampur tepung wortel sesuai dosis dengan progol (2 – 3 g/kg pakan)
dalam satu wadah dan diaduk sampai merata.
- Menambahkan air dengan dosis 150 ml/kg pada tepung wortel yang telah
- Tuangkan pakan takari ke dalam wadah tepung wortel bersama progol yang
telah dilarutkan dalam air.
- Aduk campuran pakan takari dengan progol, sampai seluruh tepung wortel
sudah lengket merata pada pakan.
- Apabila seluruh tepung wortel sudah lengket kemudian dikering anginkan
campuran tersebut sampai kering selama 30 – 60 menit.
- Jika selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau maka pakan
tersebut dibuang dan harus dibuat kembali.
Pemeliharaan Ikan
Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang
berukuran 40 x 20 x 20 cm3. Akuarium dicuci menggunakan detergen hingga
bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75% dari
volumenya dan diberi aerasi sebagai penyuplai oksigen.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan
sebanyak dua kali sehari yakni pada jam 10.00 dan 15.00 WIB pada
masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari
berat ikan, yang membedakan hanyalah perlakuannya.
Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyifonan setiap hari.
Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10 % pada wadah pemeliharaan.
Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air
yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kulaitas air
dilakukan setiap 10 hari sekali. Perubahan warna ikan uji adalah perbandingan
nomor warna yang tertera pada alat pengukur warna yang telah dimodifikasi
terhadap perubahan warna yang terjadi pada ikan.
Pengamatan Hasil
Pengamatan hasil dilakukan setiap 10 hari sekali dari awal penebaran
hingga akhir penelitian. Pengamatan hasil meliputi pengamatan warna ikan,
panjang ikan dan bobot ikan.
Pengamatan Warna Ikan
Pengukuran warna dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan
alat pengukur warna yang telah di modifikasi. Cara pengamatan yaitu difokuskan
pada dua warna yang mendekati pada keseluruhan permukaan tubuh. Pengamatan
terhadap intensitas warna maskoki menggunakan alat pengukur warna yang
dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki
gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun). Daftar panelis pengukur warna
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna
asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan
terhadap intensitas warna maskoki dilakukan dengan pemberian nilai atau
pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3
hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah
Pengukuran Panjang Ikan
Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai
ujung ekor ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan kertas millimeter.
Pertumbuhan panjang dihitung dengan rumus :
Pm = Pt– P0
Keterangan:
Pm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm) Pt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm) P0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)
Pengukuran Bobot Ikan
Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Pertambahan
bobot dihitung dengan rumus :
Data peningkatan kualitas warna yang diperoleh (hasil selisih pengukuran
warna awal hingga warna akhir pada modifikasi alat pengukur warna) dianalisis
dengan analisa statistik menggunakan SPSS yang meliputi Analisis Ragam
(ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter.
tepung wortel) akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Jujur atau Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perubahan Warna Ikan
Penelitian pengaruh kosentrasi ekstrak wortel (Daucus carota) pada
pakan terhadap penigkatan warna ikan maskoki (Carrasius auratus) dilakukan
dengan rancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan,
masig-masing diulang sebanyak 3 kali ulangan. Dari hasil pengamatan ikan
maskoki mengalami perubahan warna pada setiap perlakuan penambahan tepung
wortel pada pakan pelet takari. Setiap perlakuan mengalami perubahan warna
yang berbeda tergantung pada persentase pemberian tepung wortel pada pakan.
Perubahan warna ikan maskoki tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Perubahan
warna ikan maskoki tertinggi terdapat pada perlakuan W3 dari 21,57 menjadi
25,38 (warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan
warna sebesar 3,81, berikutnya pada perlakuan W2 dari 21,97 menjadi 25,19
(warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan
warna sebesar 3,22, berikutnya pada perlakuan W1 dari 22,63 menjadi 25,29
(warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan
warna sebesar 2,66 dan peningkatan perubahan warna terendah terjadi pada
perlakuan W0 dari 21,44 menjadi 22,33 (warna jingga tua) dengan kenaikan
perubahan warna sebesar 0,89. Pada perlakuan kontrol (W0) ikan maskoki juga
mengalami perubahan warna, namun tidak sebaik dengan pemberian tepung
1 21,66 22 22,33 22,66
Tabel 4.Data Perubahan Warna Ikan Maskoki dari Masing-Masing Perlakuan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Panjang Ikan
Dari hasil penelitian ikan maskoki juga mengalami perubahan
pertumbuhan yaitu panjang dan berat ikan. Data pertumbuhan panjang dan berat
ikan maskoki dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. Selama penelitian pada
perlakuan W0 pertumbuhan rata-rata panjang dari 8,1 cm menjadi 8,59 cm dengan
pertambahan panjang sebesar 0,49 cm, pada perlakuan W1 pertumbuhan rata-rata
panjang dari 8,42 cm menjadi 9,04 cm dengan pertambahan panjang sebesar 0,61
1 10 20 30
pertumbuhan rata-rata panjang dari 8,57 cm menjadi 9,32 cm dengan pertambahan
panjang sebesar 0,75 cm
Tabel 5. Pengukuran Panjang Ikan Maskoki
Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki
1 10 20 30
Kelangsungan hidup ikan maskoki sangat dipengaruhi oleh kualitas air.
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah DO, suhu, pH dalam
batas kelayakan pemeliharaan ikan maskoki. Data kualitas air yang didapat selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Kualitas Air Selama Penelitian
Parameter � � � � Lesmana (2007)
Suhu (ºC) 27,2 – 28,4 27,2 – 28,6 27,1 -28,6 27,1 – 28,4 23 - 29 DO (mg/L) 6,8 – 7,5 6,8 – 7,6 6,7 – 7,4 6,8 – 7,4 5,0 – 8,0
Pembahasan Perubahan Warna
Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan warna ikan maskoki
pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna ikan maskoki yang tertinggi
terjadi pada perlakuan W3 dengan dosis 5%. Kemudian diikuti dengan perlakuan
W2 dengan dosis 3%, selanjutnya diikuti dengan perlakuan W1 dengan dosis 1%
dan yang terendah W0 tanpa penambahan dosis tepung wortel (kontrol). Jenis
pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber peningkat
warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan,
atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa
pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010).
Wortel merupakan salah satu yang menghasilkan karoten yang dapat
mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya yang besar. Wortel
kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina
(Sunarno, 2012).
Perubahan warna paling tinggi dan efektif untuk meningkatkan pigmen
merah adalah perlakuan W3 dengan perubahan warna sebesar 3,81 dan paling
rendah perlakuan W0 (kontrol) dengan sebesar 0,89. Pada hari ke-10 rata-rata
ikan uji mengalami perubahan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari
yang ke-20. Pada hari ke-20 ikan maskoki mengalami perubahan yang lebih
cerah, dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen (kromatofor)
ikan maskoki. Menurut Fitriani diacu oleh Kurniawaty (2012), bahwa ikan
pigmen warna, apabila jumlah pigmen yang terdapat dalam pakan semakin
banyak.
Gambar 3. Perubahan Warna Pada Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari
makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara
fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan
butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara
mengumpul atau tersebar didalam sel pigmen warna, akibat dari ransangan yang
berbeda, seperti suhu, cahaya dan lain-lain.
Proses terbentuknya warna secara kimia dalam tubuh ikan menurut Mara
(2010), ialah karatenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus
oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan
menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu
berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran
kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak, monogliserid dan
koleterol. Karatenoid dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi
retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam
lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan micelle kemudian berkumpul
membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle
bersama dengan retinol masuk kesaluran darah dan ditransportasikan menuju ke
hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk
retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh
protein pengikat retinol (PPR) yang disintesis di hati. Selanjutnya ditransfer ke
protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian karatenoid
dapat terserap dalam tubuh.
Penambahan sumber pengikat warna dalam pakan akan mendorong
peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal ikan mampu
mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan. Warna
pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofora yang terdapat
dalam dermis pada sisik, diluar maupun dibawah sisik. Warna merah atau kuning
merupakan warna yang banyak mendominasi warna ikan hias. Komponen utama
pembentuk warna merah dan kuning ini adalah pigmen karatenoid, Satyani &
Sugito (1997) diacu oleh I Wayan Subamia.
Hasil analisis ANNOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan
penambahan tepung wortel yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap peningkatan warna ikan maskoki (p > 0,01). Hasil uji lanjut
menunjukkan perlakuan W3 (dosis 5%) tepung wortel memberikan respon lebih
baik terhadap perubahan warna tubuh pada ikan maskoki dibandingkan dengan
Tepung wortel sebagai pakan tambahan bertujuan untuk menghasilkan
ikan maskoki sebagai ikan hias agar mempunyai penampilan fisik terutama warna
menjadi lebih menarik. Sedangkan pengukuran bobot dan panjang tubuh ikan
dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian tepung wortel yang berbeda
terhadap pertumbuhan. Dari hasil analisis ragam, pertumbuhan panjang dan berat
ikan maskoki tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p > 0,05).
Pertumbuhan Panjang dan Berat
Penambahan karatenoid pada pakan tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ikan maskoki. Menurut Prayogo dkk (2012), bahwa ikan hias yang
diberi pakan sumber karoten diduga lebih memanfaatkan zat warna tersebut untuk
meningkatkan warna tubuhnya. Perubahan pertumbuhan kedua parameter tersebut
berbanding lurus, semakin besar panjang tubuh semakin bertambah pula berat
tubuh.
Rata-rata perubahan panjang selama pengamatan setiap perlakuan berkisar
antara 0,49 – 0,75 cm, sedangkan rata-rata perubahan berat ikan selama
pengamatan didapatkan ahasil berkisar 0,39 – 0,71 g untuk setiap perlakuan.
Pertumbuhan ikan maskoki terbaik terdapat pada perlakuan W3 (dosis 5%). Hal
ini terlihat dari pertumbuhan panjang dan berat mutlak yang mencapai angka
tertinggi yaitu 0,75 cm dan 0,71 g, hasil analisis ANNOVA menunjukkan
Gambar 4. Perubahan panjang ikan maskoki (Carassius auratus)
Gambar 5. Perubahan Berat Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Maskoki
Dari hasil penelitian diperoleh pada perlakuan W0 panjang ikan maskoki
panjang ikan maskoki bertambah 0,49 cm yang diikuti dengan pertambahan berat
ikan maskoki seberat 0,39 g, pada perlakuan W2 panjang ikan maskoki bertambah
0,61 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,57 g, pada
pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,65 g, dan pada perlakuan W3 panjang
ikan maskoki bertambah 0,75 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan
maskoki seberat 0,71 g.
Gambar 6. Perubahan Panjang dengan Berat Ikan Maskoki.
Kualitas Air
Kualitas air perlu diperhatikan agar pertumbuhan, reproduksi dan
kesehatan ikan akan berjalan optimal (Iskandar dan Sitanggang, 2003). Paramater
fisika – kimia air merupakan salah satu indikator yang diamati dalam penelitian
ini. Suhu air pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan relatif stabil pada kisaran
suhu 27,2 – 28,6 ºC. Menurut Antono, (2010) bahwa suhu air sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh ikan yang intinya akan berdampak pada nafsu
makan ikan.
Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan
berkisar antara 6,7 – 7,4. Menurut Lesmana (2007), bahwa pH yang optimal pada
pemeliharaan ikan maskoki berkisar antara 6,5 – 8,0. Sehingga pH pada wadah
pemeliharaan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan uji.
Oksigen terlarut juga merupakan unsur penting dalam proses metabolisme.
Menurut Boyd (1979), nilai oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan adalah > 3 mg/L. Nilai oksigen terlarut selama penelitian yang
diperoleh ialah 6,8 – 7,4 mg/L. Sehingga oksigen terlarut (DO) pada media
pemeliharaan ikan maskoki berada pada kisaran yang optimal.
Kualitas air secara keseluruhan dinilai baik dan layak untuk pemeliharaan
ikan maskoki sehingga tidak akan memicu stres pada ikan. Menurut Antono
(2010), bahwa stres pada ikan maskoki atau ikan hias pada umumnya akan
berdampak negatif pada warna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Evan (1993),
bahwa ketika ikan terkejut atau stres, akan menyebabkan butiran pigmen
berkumpul ditengah sel dan menyebabkan ikan tersebut kehilangan warna.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi warna ikan
maskoki pada penelitian ini adalah dari pakan yang diberikan. Gambar perubahan
warna ikan dapat dilihat pada Lampirann 8 dan dokumentasi penelitian dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :
1. Penambahan tepung wortel pada pakan ikan maskoki dapat mempengaruhi
perubahan warna pada ikan maskoki.
2. Penambahan tepung wortel pada dosis 5 % menghasilkan tingkat perubahan
warna yang lebih baik pada ikan maskoki (Carassius auratus) dan lebih
efektif dibandingkan dengan dosis tepung wortel (Daucus carota) yang lain.
Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas warna pada ikan maskoki sebagai ikan hias
sebaiknya pakan dicampur dengan tepung wortel dengan dosis 5%.
2. Untuk mengetahui tingkat kualitas warna yang lebih baik lagi, sebaiknya
dilakukan lagi penelitian tentang pengaruh konsentrasi tepung wortel pada
pakan terhadap peningkatan warna ikan maskoki dengan dosis yang lebih
tinggi.
3. Untuk menjaga keberlangsungan hidup ikan maskoki perlu pengontrolan
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Jakarta.
Antono, D.R. 2010 Perubahan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) yang Diberi Pakan Berkaratenoid Dengan Lama Pemberian Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Boyd, C.E., 1979. Water Quality In Warnwater Fish Pond. Craft Master Printers Inc, Alabama.
Bachtiar. 2005. Panduan Lengkap Budidaya Ikan. Agro Media Pustaka. Jakarta. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Evan, D. H. 1993. The Physiology of Fishes. CCR Press. London.
Evi, L dan Eddy, A. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta.
Fitriyati, N., Odang, C., dan Utomo, N.B.P.2006. Pengaruh Penambahan Spirulina
platensis Dengan Kadar Berbeda Pada Pakan Terhadap Tingkat Intensitas
Warna Ikan Pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(I) :1-4.
Flona. 2012. Ikan Maskoki. Media Cipta Pustaka. Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carota) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 (1) : 14–22.
Iskandar dan Sitanggang, M .2003. Memilih dan Merawat Maskoki Impor Berkualitas. Agromedia. Jakarta.
Keliat, S. D. 2008. Analisis Sistem Pemasaran Wortel. [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lesmana, D. S., Dermawan dan Iwan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lesmana, D. S dan Satyani. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Liviawati dan Afrianto. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Kansius. Yogyakarta.
Mara, K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada Pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepis insicus) Jantan [Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.
Manalu, H. 2007. Analisis Finansial Usaha Tani Wortel. [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ningrum, E. 2002. Bisnis Hebat Ikan Hias Air Tawar. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta.
Pinandoyo. 2005. Pengaruh Berbagai Kadar Caropyll Pink dan Tepung Wortel Dalam Pakan Buatan terhadap Kecerahan Warna Ikan Oscar (Astronotus
ocellatus Cuvier). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro. Semarang.
Pohan, R. A. 2008. Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel.[Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Prayogo,H.H.,Rita, R., dan Isni, N. 2012. Pengkayaan Pakan Yang Mengandung Maggot dengan Tepung Kepala Udang Sebagai Sumber Karotenoid Terhadap Penampilan Warna dan Pertumbuhan Benih Rainbow Kurumoi
(Melanotaenia parva). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3) : 201-205
Rini, D. K. 2010. Respon Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten Boyolali. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sukarman dan Chumadi. 2012. Bunga Tai Kotok (Tagetas sp.) Sebagai Sumber Karotenoid Pada Ikan Hias. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Depok.
Sunarno, N.T.D. 2012. Mutu Berstandar Pakan. Trubus. Jakarta.
Wayan, S. 2010. Pemanfaatan Maggot yang Diperkaya Dengan Zat Pemicu Warna Sebagai Pakan untuk Peningkatan Kualitas Warna Ikan Hias Rainbow (Melanotaenia boesemani) Asli Papua. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok.
Lampiran 1. Modifikasi Alat Pengukur Warna
Keterangan :
Perubahan warna pada ikan dapat dilihat dengan menggunakan Toca Color Finder
(TFC) yang dimodifikasi. Alat ini dibuat dengan menggunakan pencampuran
warna. Warna merah diberikan kontras 20% per nomor perubahan hingga 30
nomor perubahan warna. Alat pengukur warna ini dibuat sesuai dengan acuan
Lampiran 2. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Keterangan
W0 : Tanpa pemberian tepung wortel / kontrol W1 : Pemberian tepung wortel 1 %
W2 : Pemberian tepung wortel 3 % W3 : Pemberian tepung wortel 5 %
W0 W1 W2
W1 W2 W0
W3 W0
W3
W1 W3
Lampiran 3. Daftar Panelis Pengukur Warna
No Nama Keterangan
1 Heri Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika
2 Albuchori Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika
3 Robert Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika
4 Wildan Panjaitan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan
Universitas Sumatera Utara
5 Evan Aspirata Hulu Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan
Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas (db)
Jumlah
Kuadrat (jk)
Kuadrat
Tengah (kt)
F Hit
(5%)
F Tab
(1%)
Perlakuan t – 1 JKP KTP
KTP/KTG
Galat t(r – 1) JKG KTG
Lampiran 5. Lanjutan
Tabel Anova
Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap peningkatan warna
ikan maskoki
Perlakuan 1% dan 3% tidak berbeda nyata pengaruhnya menurut duncan 3%.
Dan kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Lampiran 6. Lanjutan
Tabel Anova
Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap pertambahan
panjang ikan maskoki
SK Db JK KT F hit F tabel 5% 1%
Tepung Wortel 3 0,1070 0,0356 2,4383 4,07 7,59
Gallat 8 0,1171 0,0146
Total 11 0,2241
Lampiran 7. Lanjutan
Tabel Anova
Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap pertambahan berat
ikan maskoki
SK Db JK KT F hit F tabel 5% 1%
Tepung Wortel 3 0,2759 0,092 1,0914 4,07 7,59
Gallat 8 0,674 0,0843
Total 11 0,9499
Lampiran 8. Perubahan Warna Ikan
Awal Pengamatan Hari ke-10 Hari ke- 20 Hari ke-30
W0
Lampiran 8. Lanjutan
Awal Pengamatan Hari ke-10 Hari ke- 20 Hari ke-30
W2
Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
1. Media Pemeliharaan 2. Pemberian Pakan
Lampiran 9. Lanjutan
5. Pembandingan Warna Ikan 6. Pengukuran
Panjang Ikan
Lampiran 10. Alat dan Bahan
Aerator Tepung Wortel
Pakan Pelet PH Meter