• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (

Daucus

carota)

PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA

IKAN MASKOKI

(Carassius auratus)

RIKI MS KARO-KARO 100302055

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (

Daucus

carota)

PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA

IKAN MASKOKI

(Carassius auratus)

SKRIPSI

RIKI MS KARO-KARO 100302055

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG WORTEL (

Daucus

carota)

PADA PAKAN TERHADAP PENINGKATAN WARNA

IKAN MASKOKI

(Carassius auratus)

SKRIPSI

RIKI MS KARO-KARO 100302055

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riki MS Karo-Karo

NIM : 100302055

menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Dauscus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang

sumber informasi dicantumkan.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan

bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila

terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah orang lain yang

sudah ada.

Medan, 30 Maret 2015

Riki MS Karo-Karo NIM. 100302055

(5)

ABSTRAK

RIKI MS KARO-KARO. Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus

carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius

auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan IRWANMAY.

Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik, diperlukan lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan yang baik. Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Daucus carota). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis tepung wortel yang dapat meningkatkan warna ikan maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama 30 hari. Penambahan tepung wortel melalui pakan dapat meningkatkan warna pada ikan maskoki. Pemberian tepung wortel dengan dosis 5% menghasilkan warna yang lebih cerah dibanding dengan dosis lainnya. Penambahan Tepung Wortel pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan maskoki.

(6)

ABSTRACT

RIKI MS KARO-KARO. Effect of Concentration Wheat Carrot (Daucus carota) In Color Enhancement Against Feeding goldfish (Carassius auratus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and IRWANMAY.

Goldfish (Carassius auratus) is a type of fish that have other names which have a gold fish body shape ranging from red, yellow, green, black and silvery. As fish are included in the category of ornamental fish, then to produce the best goldfish, needed a good environment and foods high in nutrients. Good food nutrition will support color, good health. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish in particular by giving feed containing pigment. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of goldfish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of goldfish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length growth goldfish.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 7 Maret 1992 dari ayah Setorot Karo Karo dan ibu Ida Suryani Br Ginting. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negri 040482 desa Gajah Kabupaten Karo pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri 1 Berastagi pada tahun 2004-2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan pada tahun 2007-2010.Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian , Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2010 melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).

Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Perairan (IMASPERA) periode 2012-2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK USU UP FP) dan anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ayahanda Setorot Karo Karo, Ibunda Ida Suryani Br Ginting dan adikku Adven Kristi Karo Karo, Angga Supendi Karo Karo, Anggi Suwendi Karo Karo yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Syammaun Usman, M,P dan Bapak Ir. Irwanmay, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan berharga kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak R. Gatot Pahlawan , S.Pi di UPTD Budidaya, Irma Juniati, Ricky Suranta, dan rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya.

Medan, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI Morfologi dan Anatomi Ikan Maskoki (Carassiusauratus)... 5

Habitat dan Sifat Ikan Maskoki ... 9

Jenis-Jenis Ikan Maskoki... 10

Warna Pada Ikan ... 10

Wortel (Daucuscarota) ... 12

Manfaat Wortel Pada Ikan Maskoki ... 13

Kandungan Beta Karoten Pada Wortel... 14

(10)

Pemeliharaan Ikan ... 21

Pertumbuhan Panjang Ikan ... 25

Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki ... 26

Kualitas Air ... 28

Pembahasan ... 30

PerubahanWarna ... 30

Pertumbuhan Panjang Dan Berat Ikan... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 3

2. Ikan Maskoki ... 6

3. Perubahan Warna Pada Ikan Maskoki ... 30

4. Perubahan Panjang Ikan Maskoki ... 33

5. Perubahan Berat Ikan Maskoki... 33

(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kualitas Air Ikan Maskoki ... 9

2. Kandungan Gizi Wortel ... 15

3. Data Perubahan Warna Ikan Maskoki... 25

4. Data Pertumbuhan Panjang Ikan Maskoki... 26

5. Data Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki ... 27

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Modifikasi Alat Pengukuran Warna ... 39

2. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... 40

3. Daftar Panelis Pengukur Warna ... 41

4. Tabel Sidik Ragam ANOVA ... 42

5. Perhitungan Statistik Warna ... 43

6. Perhitungan Statistik Panjang ... 44

7. Perhitungan Statistik Berat ... 45

8. Perubahan Warna Ikan ... 46

9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 47

(14)

ABSTRAK

RIKI MS KARO-KARO. Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus

carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius

auratus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan IRWANMAY.

Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah, kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik, diperlukan lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan yang baik. Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Daucus carota). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis tepung wortel yang dapat meningkatkan warna ikan maskoki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dengan dosis perlakuan 0%, 1%, 3%, dan 5% selama 30 hari. Penambahan tepung wortel melalui pakan dapat meningkatkan warna pada ikan maskoki. Pemberian tepung wortel dengan dosis 5% menghasilkan warna yang lebih cerah dibanding dengan dosis lainnya. Penambahan Tepung Wortel pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan maskoki.

(15)

ABSTRACT

RIKI MS KARO-KARO. Effect of Concentration Wheat Carrot (Daucus carota) In Color Enhancement Against Feeding goldfish (Carassius auratus). Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and IRWANMAY.

Goldfish (Carassius auratus) is a type of fish that have other names which have a gold fish body shape ranging from red, yellow, green, black and silvery. As fish are included in the category of ornamental fish, then to produce the best goldfish, needed a good environment and foods high in nutrients. Good food nutrition will support color, good health. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish in particular by giving feed containing pigment. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of goldfish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of goldfish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length growth goldfish.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 Tahun 2009

tentang perikanan, perubahan atas undang-undang nomor 31 Tahun 2004,

perikanan memegang peranan sangat penting dalam peradaban manusia dari

zaman prasejarah hingga zaman modern. Perikanan merupakan semua kegiatan

yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Sejalan dengan pola pergeseran pola konsumsi ikan, dari pemenuhan

kebutuhan pangan ke arah pemuasan rohani, dunia perdagangan ikan hias pun

mulai mendapat perhatian serius dari masyarakat. Kondisi ini tidak disia-siakan

oleh pemilik modal maupun petani di Indonesia untuk meraih keuntungan

sebesar-besarnya melalui kesempatan yang ada. Hal ini menyebabkan para

pedagang menjadikan bisnis ikan hias sebagai mata pencaharian utama dan bukan

lagi sebagai sumber penghasilan tambahan (Lesmana dan Satyani, 2002).

Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki

nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai dari merah,

kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sejak pertama kali ditemukan hingga

dipelihara orang terdapat kurang lebih 15 macam ikan maskoki yang telah

dikenali dan digemari oleh masyarakat. Sebagai Ikan yang termasuk dalam

kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik,

(17)

Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan dan kualitas

anakan yang baik (Ningrum, 2012).

Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat,

sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara

memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan

disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis. Usaha

yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah

menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini, sudah banyak dibuat zat

warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik

menggunakan sumber pigmen alami. Pembudidaya lebih memilih menggunakan

sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami

dapat diperoleh dari tepung wortel(Lesmana dan Satyani, 2002 ).

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penambahan tepung wortel (Daucus carota) dalam pakan ikan

berpengaruh terhadap peningkatan warna ikan maskoki?

2. Berapakah dosis tepung wortel yang dapat ditambahkan dalam pakan ikan

yang menghasilkan peningkatan warna yang baik untuk ikan maskoki?

Kerangka Pemikiran

Nilai seni dari ikan hias adalah warna, bentuk morfologi badan dan

gerakan. Warna yang menarik adalah warna yang terang yang dapat

mempengaruhi suasana yang ada di sekitarnya, sedangkan bentuk morfologi yang

(18)

sangat didambakan oleh para penikmat adalah gerakan lambat yang lemah

gemulai (Flona, 2012).

Ikan hias maskoki merupakan ikan hias yang mengandalkan bentuk

morfologi dan warna. Perubahan warna ikan merupakan pengaruh dari keturunan,

lingkungan, kualitas air dan nutrisi pakan yang diberikan. Perubahan ini dapat

dilakukan dengan pemberian tepung yang mengandung beta karoten. Kerangka

pemikiran penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung

wortel dalam meningkatkan perubahan warna pada ikan maskoki dan mengetahui Ikan Hias

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Warna

Lingkungan Pakan Pigmen

Peningkatan Warna Ikan

(19)

dosis tepung wortel yang tepat pada pakan ikan maskoki untuk memperoleh

warna yang baik.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan, khususnya memberikan alternatif lain kepada masyarakat

dalam peningkatan warna ikan hias dengan harga yang tidak mahal dan dengan

teknik yang baru.

Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Penggunaan tepung wortel pada pakan ikan maskoki dapat menambah kilau

warna.

2. Adanya pengaruh penggunaan dosis tepung wortel yang berbeda terhadap

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Anatomi Ikan Maskoki (Carassius auratus)

Ikan maskoki dalam ilmu taksonomi hewan masih satu kerabat dengan

ikan mas (Cyprinus carpio). Menurut Bachtiar (2005), sistematika ikan mas koki

berdasarkan ilmu taksonomi adalah sebagai berikut :

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Ikan maskoki memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pendek dan bulat, mata lebar

dan besar, bersirip dan di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai

lembaran insang, dapat dilihat pada gambar 2. Insang ini berfungsi untuk

pernafasan, lewat insang ikan maskoki memperoleh oksigen dengan cara

menghisap dari mulutnya kemudian menyaringnya dengan lembaran insang.

Oksigen yang masuk ke dalam tubuh bersama air akan dibawa oleh aliran darah.

Karena itu, jika airnya tercemar maka kandungan karbondioksida dan kotoran

lainnya akan dikeluarkan dari bagian belakang lembaran insang. Ikan maskoki

dapat tumbuh hingga mencapai 23 inci (53 cm) dan maksimum mencapai berat

4,5 kg, namum hal ini sangat jarang terjadi. Sebagian besar ikan maskoki hanya

(21)

kondisi yang optimal, maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi

sebagian besar maskoki umumnya hidup antara 6 – 8 tahun (Bachtiar, 2005).

Gambar 2. Ikan Maskoki (Carassius auratus)

Membedakan ikan maskoki pejantan dan betina dapat dilihat dari sirip

dada yang berbintik-bintik bulat menonjol dan kasar ketika diraba. Sedangkan

induk betina pada sirip dadanya terdapat bintik-bintik halus ketika diraba. Indukan

jantan yang telah matang dan siap memijah akan mengeluarkan cairan berwarna

putih jika diurut pada lubang genitalnya. Pada indukan betina yang telah matang,

perutnya terlihat gendut dan lembek serta lubang genitalnya berwarna merah

(Ningrum, 2002).

Ikan maskoki memiliki sisik yang berderet rapi, mengkilap dan menutupi

tubuh sepeti genteng rumah. Warnanya cukup menarik dan variatif. Umumnya

sisik ikan maskoki berwarna metalik, merah, kekuning-kuningan, kuning, hijau,

(22)

banyak sedikitnya pigmen quanin yang terkandung dalam sisik ikan maskoki.

Pembentukan quanin dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan, jenis makanan,

dan kebersihan lingkungan. Sirip ikan maskoki mempunyai dua fungsi pokok

yaitu sebagai alat keseimbangan dan sebagai tenaga gerak yang dibantu oleh

kontraksi otot tubuh atau otot ekor (Bachtiar, 2005).

Ikan maskoki jantan dan ikan maskoki betina memiliki beberapa

perbedaan dari segi morfologi eksternal masing-masing. Perbedaan ini bisa

dijadikan identifikasi untuk menentukan jenis kelamin ikan maskoki. Menurut

Flona (2012), setidaknya ada 6 (enam) ciri fisik yang membedakan antara ikan

maskoki jantan dengan betina, yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk tubuh

Ikan maskoki betina cenderung berbadan pendek. Sirip dadanya berbentuk oval

dengan karakteristik tipis dan halus. Perutnya terlihat bulat besar karena

memiliki indung telur di dalamnya (bagi ikan maskoki yang sudah dewasa).

Sedangkan ikan maskoki jantan cenderung berbadan relatif panjang. Sirip

dadanya agak panjang dengan karakteristik tebal dan kuat.

2. Kriteria di sekitar perut

Pada ikan maskoki jantan, sisik di daerah dekat anus hingga daerah dekat sirip

perut tersusun rapat dan tertata seperti sebuah garis lurus. Perut ikan mas koki

jantan lebih keras. Pola sisik dan ciri seperti ini tidak terdapat pada ikan

maskoki betina. Pada ikan maskoki betina, sisik yang terdapat di daerah perut

(23)

3. Lubang anus

Ikan maskoki jantan memiliki lubang anus yang kecil dan lonjong oval. Jika

dilihat dari samping, lubang anus ini tampak terlihat seolah tertekan atau

berbentuk datar. Sedangkan ikan maskoki betina memiliki lubang anus yang

besar dan bulat. Dan jika dilihat dari samping, lubang anus ini tampak terlihat

menonjol keluar.

4. Organ mutiara

Di musim kawin, ada banyak bintik putih di sekitar pipi (dekat insang) pada

ikan maskoki jantan. Ketika ikan maskoki jantan sudah dewasa, ada bintik

putih seperti garam yang muncul di tepi tulang sirip depannya. Bintik ini terasa

kasar bila diraba. Bintik-bintik pada ikan maskoki jantan ini dinamakan

sebagai pearl organ (organ mutiara). Ini merupakan tanda kematangan alat-alat

reproduksi pada ikan maskoki jantan, yang kemunculannya disebabkan oleh

hormon. Tanda ini tidak muncul pada ikan maskoki betina.

5. Gaya berenang

Sirip dada yang lebih panjang membuat ikan maskoki jantan dapat berenang

lebih cepat dari pada ikan maskoki betina. ikan maskoki jantan juga lebih

sensitif daripada ikan maskoki betina. Ketika ikan maskoki sedang melakukan

pemijahan (kawin), yang lebih agresif dan bertindak sebagai "pengejar" adalah

ikan maskoki jantan.

6. Warna tubuh

Warna tubuh pada ikan maskoki jantan dan ikan maskoki betina berbeda.

Perbedaan ini paling tampak pada ikan maskoki dewasa yang berwarna calico

(24)

juga bertindak sebagai pihak yang harus memiliki daya tarik terhadap lawan

jenisnya. Ikan maskoki jantan pada umumnya memiliki pola warna dan corak

yang lebih beragam dan indah. Pada saat memasuki musim kawin, warna ikan

maskoki jantan akan lebih cerah dari biasanya.

Habitat dan Sifat Ikan Maskoki

Ikan maskoki mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ikan

maskoki cocok hidup di perairan tropis dengan kisaran suhu 20OC – 25OC dengan

pH dan kesadahan normal. Kondisi lingkungan yang ideal menjadi faktor penting

dalam memaksimalkan pertumbuhan ikan maskoki (Agus, 2001).

Menurut Lesmana dan Satyani (2002), kualitas air ikan maskoki dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Air Ikan Maskoki

Parameter Kisaran

Menurut Flona (2012), ikan maskoki memerlukan tempat hidup yang luas

baik dalam akuarium dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk

menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium

(25)

maskoki akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan maskoki

yang di pelihara di kolam atau di akuarium dapat di pijahkan sepanjang tahun.

Tetapi ikan maskoki di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena

banyak dataran yang terendam air dan telah kering beberapa bulan, karena tempat

tersebut mengeluarkan bau ampo atau bau has dari dalam tanah sehingga

merangsang induk ikan memijah di tempat itu.

Jenis-Jenis Ikan Maskoki

Keanekaragaman ikan memang tidaklah mudah untuk dihitung berapa

jumlahnya. Seiring dengan berjalannya waktu, aneka spesies baru khususnya jenis

ikan maskoki (goldfish) semakin bertambah. Beberapa jenis ikan maskoki yaitu

Ras bulldog (mata terlihat melotot), Spencer (adanya jambul di kepala dan sisik

yang menarik), Mutiara (banyak butiran daging di sekujur tubuhnya sehingga

tampak seperti mutiara yang menempel), Red head (adanya bintik merah di bagian

kepala), Buble eyes (mata kantong, karena tampak gelembung besar dibagian

kantung matanya), Veil tail (dengan sirip punggung dan ekor yang agak panjang

berumbai), dan masih banyak lagi yang lainnya (Flona, 2012).

Warna pada Ikan

Menurut Lesmana dan Satyani (2002), warna merupakan salah satu alasan

ikan hias yang diminati oleh masyarakat. Warna menjadi indikator keindahan ikan

hias, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan

memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Peningkatan intensitas warna

pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya

(26)

menyerap kandungan nutrisi dalam pakan. Sedangkan faktor eksternal adalah

faktor yang berasal dari luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya dan pakan yang

mengandung gizi tinggi serta sumber beta-karoten.

Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor

yang terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik

(Wayan dkk., 2010). Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar,

yaitu eritriofora yang menghasilkan warna merah dan orange, xanthofora yang

menghasilkan warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam,

leukofora yang menghasilkan warna putih, dan iridofora yang dapat memantulkan

refleksi cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih.

Warna merah, oranye dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga

pembentukan warna pada ikan hias sangat tergantung pada jumlah karotenoid

yang ada pada pakan (Lesmana dan Sugito, 1997 diacu oleh Wayan dkk., 2010).

Umumnya warna ikan adalah konstan atau tidak berubah dan spesifik

untuk jenisnya. Perubahan warna biasanya terjadi hanya pada kecerahan dan

keburamannya saja yang disebabkan oleh perubahan sel pigmen. Sel pigmen pada

ikan juga berperan sebagai pelindung terhadap sinar serta dipercaya ikut berperan

dalam siklus oksigen (Satyani dan Lesmana, 2002).

Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia

yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan

neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga

menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan

tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel

(27)

warna tubuh organisme menjadi gelap. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel

jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor

yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan

astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna merah pada

eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih jelas

(Evan, 1993).

Jenis pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber

peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada

tubuh ikan, atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya

selama masa pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010).

Wortel (Daucus carota)

Wortel merupakan salah satu yang menghasilkan karoten yang dapat

mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya yang besar. Wortel

kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina

(Sunarno, 2012).

Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam jenis tanaman

semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman

wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang

dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini

tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi

senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Susunan

tubuh tanaman wortel terdiri atas daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara

keseluruhan wortel merupakan tanaman setahun, tumbuh tegak hingga 30 – 100

(28)

Kata karoten berasal dari bahasa Latin yang berarti wortel, yaitu pigmen

warna kuning dan oranye pada buah sayuran. Karatenoid adalah suatu kelompok

pigmen yang berwarna kuning, oranye, atau merah oranye, mempunyai sifat larut

dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Kumalaningsih,

2006 diacu oleh Hastuti, 2011).

Dengan kandungan karatenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pewarna pakan alami ikan. Selain itu karoten pada wortel juga

berperan sebagai prekursor vitamin A sehingga dapat memberi nilai tambah

tersendiri pada penggunaan wortel sebagai pewarna alami pada ikan maskoki

(Cahyono, 2000 diacu oleh Ikawati, 2005).

Manfaat Wortel pada Ikan Maskoki

Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan

maskoki sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan

bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin

(kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan

dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan

ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting,

udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi

menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan maskoki yang

sudah diformulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan

warna ikan maskoki (Flona, 2012).

Usaha ikan hias dan pembenihan ikan hias tidak cukup hanya bertumpu

pada upaya untuk memacu produksi ikan hias, akan tetapi perlu diiringi dengan

(29)

batikan ikan hias. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas pakan

terutama nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan, dan kandungan sumber

bahan baku potensial sebagai penghasil pigmen seperti wortel, udang-udangan

dan lain-lain sebagai sumber karotenoid (Pinandoyo, 2005).

Kandungan Beta Karoten pada Wortel

Karotenoid adalah sumber utama dalam roses pigmentasi pada ikan hias

atau ikan daerah tropis, untuk berbagai macam spesies ikan berwarna kuning,

merah dan warna lainnya. Karatenoid juga merupakan nutrien yang sangat penting

bagi kesehatan, pertumbuhan, metabolisme dan reproduksi ikan. Sumber

karatenoid untuk ikan banyak ditemukan dari tanaman maupun produk hewani

(Meyers, 1994 diacu oleh Sukarman dan Chumaidi, 2011).

Sumber karotenoid dapat berasal dari bahan makanan seperti wortel, ubi,

labu kuning, jagung dan sebagainya termasuk pada sasyur-sayuran hijau, udang,

kepitang dan beberapa jenis krustase lainnya. Sedangkan karotenoid dalam bentuk

bahan anorganik yang bisa digunakan pembuatan pakan ikan adalah astaksantin

(Hidayat dan Saati, 2006 diacu oleh Wayan dkk., 2010).

Kemampuan pigmentasi dari suatu bahan tidak hanya ditentukan oleh

tingginya kandungan karatenoid tetapi juga jenis karatenoid yang tergantung

didalamnya. Jenis karotenoid yang bisa digunakan dalam pakan ikan

maupun udang adalah betakaroten, zeaxanthin, isozeazanthin, chantaxanthin

(Tappin, 2010 diacu oleh Sukarman dan Chumaidi, 2011).

Kandungan -karoten pada umbi wortel mentah adalah sebesar

(30)

-karoten dimetabolisme oleh tubuh menjadi vitamin A jika ada garam empedu di

saluran pencernaan (Nowick, 2006 diacu oleh Pohan, 2008 ).

Kandungan gizi dan betakaroten wortel untuk tiap 100 gram dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Wortel

(31)

Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar

antara 6000 – 54800 pg/100 g. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning,

oranye dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok

hidrokarbon yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Dengan

kandungan karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan

(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014,

di Pusat Informasi Dan Pengembangan Ikan Hias Dinas Pertanian Dan Kelautan

Kota Medan, Jl Karya Wisata Kecamatan Medan Johor.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit akuarium

ukuran 40 x 20 x 20 cm3 sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk mensuplai

kandungan oksigen dalam media pemeliharaan, pH meter untuk mengukur kadar

asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen,

termometer untuk mengukur suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan,

selang sifon untuk membuang sisa metabolisma (menjaga kualitas air), serok

untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.

Sedangkan untuk mengetahui perubahan warna menggunakan alat yang

dimodifikasi, dapat dilihat pada Lampiran 1. Alat ini dibuat dengan menggunakan

pencampuran warna. Perubahan warna kuning kemudian semakin meningkat.

Peningkatan warna dengan cara penambahan kontras 20 % per nomor perubahan

dan alat pengukur warna ini dibuat sesuai dengan acuan TCF (Toca Color

Finder), yang mulai dari :

- Level warna 1-3 : Kuning pucat

- Level Warna 4-5 : Kuning muda

(33)

- Level warna 12-14 : Kuning sawo

Sumber : Jurnal Epifania,(2011). File Gambar Berdasarkan Dominasi Warna

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan maskoki yang

berukuran rata-rata panjang 7,78 – 9,02 cm dengan berat rata-rata 8,06 – 9,96 gr

(berasal dari induk yang sama, umur yang sama dan ukuran yang sama), air

bersih, tepung wortel, pakan buatan berupa pelet ikan hias (Takari), progol

digunakan sebagai perekat tepung wortel pada pakan.

Metode Penelitian Rancangan Percobaan

Penerapan percobaan suatu faktor dalam rancangan acak lengkap biasanya

digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen

(Ahmad dan Sumertajaya, 2006).

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini

(34)

- Perlakuan W : Tanpa pemberian tepung wortel

- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 1%

- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 3%

- Perlakuan W : Pemberian tepung wortel 5%

Metode rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan,

alat, bahan dan media yang digunakan adalah homogen karena letak/posisi

masing-masing unit tidak mempengaruhi hasil-hasil percobaan dan percobaan ini

dilakukan pada kondisi terkontrol atau setiap unit percobaan secara keseluruhan

memiliki peluang yang sama besar untuk menempati pot-pot percobaan atau dapat

dilihat pada bagan , Lampiran 2 (Hanafiah, 2007).

Prosedur Penelitian Persiapan Ikan Uji

Sebelum ikan dimasukan ke dalam wadah uji, terlebih dahulu ikan

diadaptasi selama dua hari dan ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan

untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Sesudah ikan

dipuasakan ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet.

Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji.

Pengamatan perubahan warna hanya selama sebulan atau 30 hari.

Persiapan Air Media

Persiapan air media merupakan hal yang cukup penting dalam

pemeliharaan ikan. Air sebagai media hidup ikan sebelum digunakan, sebaiknya

(35)

dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak tandon. Selanjutnya, air tersebut

dialirkan ke dalam ember penampung yang berfungsi untuk mengendapkan

kotoran-kotoran dalam air. Air yang ada di ember penampung, diberi aerator yang

berfungsi untuk mengurangi jumlah karbon dioksida, dan mengurangi kandungan

konsentrasi gas terlarut. Air diendapkan kurang lebih selama 1 hari. Selanjutnya,

air dapat digunakan dalam pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika

pengambilan air, aerator dimatikan sehinggga sisa-sisa metabolisme dalam air

mengendap. Air yang digunakan yaitu 75 % dari tinggi air dalam ember.

Persiapan Pakan

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan berupa pelet

ikan hias (takari) yang mengandung Protein 30 %, Lemak 3 %, Serat 4 %,

Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin, Biotin, Panthotenic dan Choline

kemudian dicampur dengan beta karoten dari tepung wortel 5% dari bobot ikan

setiap pengamatan. Pakan yang digunakan untuk kontrol tidak mengandung

tepung wortel. Perlakuan 1 % mengandung 1 g tepung wortel dalam 100 g pakan,

perlakuan 3 % mengandung 3 g dalam 100 g pakan dan perlakuan 5 %

mengandung 5 g dalam 100 g pakan.

Tepung wortel yang digunakan berupa tepung dalam bentuk kering.

Kemudian masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan ikan hias.

Adapun tahapan pencampuran tepung wortel dalam pakan ialah :

- Mencampur tepung wortel sesuai dosis dengan progol (2 – 3 g/kg pakan)

dalam satu wadah dan diaduk sampai merata.

- Menambahkan air dengan dosis 150 ml/kg pada tepung wortel yang telah

(36)

- Tuangkan pakan takari ke dalam wadah tepung wortel bersama progol yang

telah dilarutkan dalam air.

- Aduk campuran pakan takari dengan progol, sampai seluruh tepung wortel

sudah lengket merata pada pakan.

- Apabila seluruh tepung wortel sudah lengket kemudian dikering anginkan

campuran tersebut sampai kering selama 30 – 60 menit.

- Jika selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau maka pakan

tersebut dibuang dan harus dibuat kembali.

Pemeliharaan Ikan

Wadah yang digunakan adalah akuarium berjumlah 12 buah yang

berukuran 40 x 20 x 20 cm3. Akuarium dicuci menggunakan detergen hingga

bersih dan dikeringkan. Setelah itu, akuarium diisi dengan air sekitar 75% dari

volumenya dan diberi aerasi sebagai penyuplai oksigen.

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan

sebanyak dua kali sehari yakni pada jam 10.00 dan 15.00 WIB pada

masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari

berat ikan, yang membedakan hanyalah perlakuannya.

Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyifonan setiap hari.

Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10 % pada wadah pemeliharaan.

Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air

yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kulaitas air

dilakukan setiap 10 hari sekali. Perubahan warna ikan uji adalah perbandingan

(37)

nomor warna yang tertera pada alat pengukur warna yang telah dimodifikasi

terhadap perubahan warna yang terjadi pada ikan.

Pengamatan Hasil

Pengamatan hasil dilakukan setiap 10 hari sekali dari awal penebaran

hingga akhir penelitian. Pengamatan hasil meliputi pengamatan warna ikan,

panjang ikan dan bobot ikan.

Pengamatan Warna Ikan

Pengukuran warna dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menggunakan

alat pengukur warna yang telah di modifikasi. Cara pengamatan yaitu difokuskan

pada dua warna yang mendekati pada keseluruhan permukaan tubuh. Pengamatan

terhadap intensitas warna maskoki menggunakan alat pengukur warna yang

dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki

gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun). Daftar panelis pengukur warna

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna

asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan

terhadap intensitas warna maskoki dilakukan dengan pemberian nilai atau

pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3

hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah

(38)

Pengukuran Panjang Ikan

Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai

ujung ekor ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan kertas millimeter.

Pertumbuhan panjang dihitung dengan rumus :

Pm = Pt– P0

Keterangan:

Pm : Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm) Pt : Panjang ikan pada waktu ke-t (cm) P0 : Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm)

Pengukuran Bobot Ikan

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Pertambahan

bobot dihitung dengan rumus :

Data peningkatan kualitas warna yang diperoleh (hasil selisih pengukuran

warna awal hingga warna akhir pada modifikasi alat pengukur warna) dianalisis

dengan analisa statistik menggunakan SPSS yang meliputi Analisis Ragam

(ANOVA) uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter.

(39)

tepung wortel) akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Jujur atau Tukey.

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perubahan Warna Ikan

Penelitian pengaruh kosentrasi ekstrak wortel (Daucus carota) pada

pakan terhadap penigkatan warna ikan maskoki (Carrasius auratus) dilakukan

dengan rancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan,

masig-masing diulang sebanyak 3 kali ulangan. Dari hasil pengamatan ikan

maskoki mengalami perubahan warna pada setiap perlakuan penambahan tepung

wortel pada pakan pelet takari. Setiap perlakuan mengalami perubahan warna

yang berbeda tergantung pada persentase pemberian tepung wortel pada pakan.

Perubahan warna ikan maskoki tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Perubahan

warna ikan maskoki tertinggi terdapat pada perlakuan W3 dari 21,57 menjadi

25,38 (warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan

warna sebesar 3,81, berikutnya pada perlakuan W2 dari 21,97 menjadi 25,19

(warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan

warna sebesar 3,22, berikutnya pada perlakuan W1 dari 22,63 menjadi 25,29

(warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan

warna sebesar 2,66 dan peningkatan perubahan warna terendah terjadi pada

perlakuan W0 dari 21,44 menjadi 22,33 (warna jingga tua) dengan kenaikan

perubahan warna sebesar 0,89. Pada perlakuan kontrol (W0) ikan maskoki juga

mengalami perubahan warna, namun tidak sebaik dengan pemberian tepung

(41)

1 21,66 22 22,33 22,66

Tabel 4.Data Perubahan Warna Ikan Maskoki dari Masing-Masing Perlakuan

Pertumbuhan

Pertumbuhan Panjang Ikan

Dari hasil penelitian ikan maskoki juga mengalami perubahan

pertumbuhan yaitu panjang dan berat ikan. Data pertumbuhan panjang dan berat

ikan maskoki dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. Selama penelitian pada

perlakuan W0 pertumbuhan rata-rata panjang dari 8,1 cm menjadi 8,59 cm dengan

pertambahan panjang sebesar 0,49 cm, pada perlakuan W1 pertumbuhan rata-rata

panjang dari 8,42 cm menjadi 9,04 cm dengan pertambahan panjang sebesar 0,61

(42)

1 10 20 30

pertumbuhan rata-rata panjang dari 8,57 cm menjadi 9,32 cm dengan pertambahan

panjang sebesar 0,75 cm

Tabel 5. Pengukuran Panjang Ikan Maskoki

Pertumbuhan Berat Ikan Maskoki

(43)

1 10 20 30

Kelangsungan hidup ikan maskoki sangat dipengaruhi oleh kualitas air.

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah DO, suhu, pH dalam

batas kelayakan pemeliharaan ikan maskoki. Data kualitas air yang didapat selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter � � � � Lesmana (2007)

Suhu (ºC) 27,2 – 28,4 27,2 – 28,6 27,1 -28,6 27,1 – 28,4 23 - 29 DO (mg/L) 6,8 – 7,5 6,8 – 7,6 6,7 – 7,4 6,8 – 7,4 5,0 – 8,0

(44)

Pembahasan Perubahan Warna

Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan warna ikan maskoki

pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna ikan maskoki yang tertinggi

terjadi pada perlakuan W3 dengan dosis 5%. Kemudian diikuti dengan perlakuan

W2 dengan dosis 3%, selanjutnya diikuti dengan perlakuan W1 dengan dosis 1%

dan yang terendah W0 tanpa penambahan dosis tepung wortel (kontrol). Jenis

pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber peningkat

warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan,

atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa

pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010).

Wortel merupakan salah satu yang menghasilkan karoten yang dapat

mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya yang besar. Wortel

kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina

(Sunarno, 2012).

Perubahan warna paling tinggi dan efektif untuk meningkatkan pigmen

merah adalah perlakuan W3 dengan perubahan warna sebesar 3,81 dan paling

rendah perlakuan W0 (kontrol) dengan sebesar 0,89. Pada hari ke-10 rata-rata

ikan uji mengalami perubahan ke arah yang lebih cerah dan meningkat pada hari

yang ke-20. Pada hari ke-20 ikan maskoki mengalami perubahan yang lebih

cerah, dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen (kromatofor)

ikan maskoki. Menurut Fitriani diacu oleh Kurniawaty (2012), bahwa ikan

(45)

pigmen warna, apabila jumlah pigmen yang terdapat dalam pakan semakin

banyak.

Gambar 3. Perubahan Warna Pada Ikan Maskoki (Carassius auratus)

Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari

makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna. Perubahan warna secara

fisiologis adalah perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan

butiran pigmen atau kromatofor (Evan, 1993). Pergerakan butiran pigmen secara

mengumpul atau tersebar didalam sel pigmen warna, akibat dari ransangan yang

berbeda, seperti suhu, cahaya dan lain-lain.

Proses terbentuknya warna secara kimia dalam tubuh ikan menurut Mara

(2010), ialah karatenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus

oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan

menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu

berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran

kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak, monogliserid dan

(46)

koleterol. Karatenoid dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi

retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam

lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan micelle kemudian berkumpul

membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle

bersama dengan retinol masuk kesaluran darah dan ditransportasikan menuju ke

hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk

retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh

protein pengikat retinol (PPR) yang disintesis di hati. Selanjutnya ditransfer ke

protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian karatenoid

dapat terserap dalam tubuh.

Penambahan sumber pengikat warna dalam pakan akan mendorong

peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal ikan mampu

mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan. Warna

pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofora yang terdapat

dalam dermis pada sisik, diluar maupun dibawah sisik. Warna merah atau kuning

merupakan warna yang banyak mendominasi warna ikan hias. Komponen utama

pembentuk warna merah dan kuning ini adalah pigmen karatenoid, Satyani &

Sugito (1997) diacu oleh I Wayan Subamia.

Hasil analisis ANNOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

penambahan tepung wortel yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap peningkatan warna ikan maskoki (p > 0,01). Hasil uji lanjut

menunjukkan perlakuan W3 (dosis 5%) tepung wortel memberikan respon lebih

baik terhadap perubahan warna tubuh pada ikan maskoki dibandingkan dengan

(47)

Tepung wortel sebagai pakan tambahan bertujuan untuk menghasilkan

ikan maskoki sebagai ikan hias agar mempunyai penampilan fisik terutama warna

menjadi lebih menarik. Sedangkan pengukuran bobot dan panjang tubuh ikan

dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian tepung wortel yang berbeda

terhadap pertumbuhan. Dari hasil analisis ragam, pertumbuhan panjang dan berat

ikan maskoki tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p > 0,05).

Pertumbuhan Panjang dan Berat

Penambahan karatenoid pada pakan tidak memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan ikan maskoki. Menurut Prayogo dkk (2012), bahwa ikan hias yang

diberi pakan sumber karoten diduga lebih memanfaatkan zat warna tersebut untuk

meningkatkan warna tubuhnya. Perubahan pertumbuhan kedua parameter tersebut

berbanding lurus, semakin besar panjang tubuh semakin bertambah pula berat

tubuh.

Rata-rata perubahan panjang selama pengamatan setiap perlakuan berkisar

antara 0,49 – 0,75 cm, sedangkan rata-rata perubahan berat ikan selama

pengamatan didapatkan ahasil berkisar 0,39 – 0,71 g untuk setiap perlakuan.

Pertumbuhan ikan maskoki terbaik terdapat pada perlakuan W3 (dosis 5%). Hal

ini terlihat dari pertumbuhan panjang dan berat mutlak yang mencapai angka

tertinggi yaitu 0,75 cm dan 0,71 g, hasil analisis ANNOVA menunjukkan

(48)

Gambar 4. Perubahan panjang ikan maskoki (Carassius auratus)

Gambar 5. Perubahan Berat Ikan Maskoki (Carassius auratus)

Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Maskoki

Dari hasil penelitian diperoleh pada perlakuan W0 panjang ikan maskoki

panjang ikan maskoki bertambah 0,49 cm yang diikuti dengan pertambahan berat

ikan maskoki seberat 0,39 g, pada perlakuan W2 panjang ikan maskoki bertambah

0,61 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,57 g, pada

(49)

pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,65 g, dan pada perlakuan W3 panjang

ikan maskoki bertambah 0,75 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan

maskoki seberat 0,71 g.

Gambar 6. Perubahan Panjang dengan Berat Ikan Maskoki.

Kualitas Air

Kualitas air perlu diperhatikan agar pertumbuhan, reproduksi dan

kesehatan ikan akan berjalan optimal (Iskandar dan Sitanggang, 2003). Paramater

fisika – kimia air merupakan salah satu indikator yang diamati dalam penelitian

ini. Suhu air pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan relatif stabil pada kisaran

suhu 27,2 – 28,6 ºC. Menurut Antono, (2010) bahwa suhu air sangat

mempengaruhi metabolisme tubuh ikan yang intinya akan berdampak pada nafsu

makan ikan.

Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan

berkisar antara 6,7 – 7,4. Menurut Lesmana (2007), bahwa pH yang optimal pada

(50)

pemeliharaan ikan maskoki berkisar antara 6,5 – 8,0. Sehingga pH pada wadah

pemeliharaan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan uji.

Oksigen terlarut juga merupakan unsur penting dalam proses metabolisme.

Menurut Boyd (1979), nilai oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan dan

pertumbuhan ikan adalah > 3 mg/L. Nilai oksigen terlarut selama penelitian yang

diperoleh ialah 6,8 – 7,4 mg/L. Sehingga oksigen terlarut (DO) pada media

pemeliharaan ikan maskoki berada pada kisaran yang optimal.

Kualitas air secara keseluruhan dinilai baik dan layak untuk pemeliharaan

ikan maskoki sehingga tidak akan memicu stres pada ikan. Menurut Antono

(2010), bahwa stres pada ikan maskoki atau ikan hias pada umumnya akan

berdampak negatif pada warna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Evan (1993),

bahwa ketika ikan terkejut atau stres, akan menyebabkan butiran pigmen

berkumpul ditengah sel dan menyebabkan ikan tersebut kehilangan warna.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi warna ikan

maskoki pada penelitian ini adalah dari pakan yang diberikan. Gambar perubahan

warna ikan dapat dilihat pada Lampirann 8 dan dokumentasi penelitian dapat

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :

1. Penambahan tepung wortel pada pakan ikan maskoki dapat mempengaruhi

perubahan warna pada ikan maskoki.

2. Penambahan tepung wortel pada dosis 5 % menghasilkan tingkat perubahan

warna yang lebih baik pada ikan maskoki (Carassius auratus) dan lebih

efektif dibandingkan dengan dosis tepung wortel (Daucus carota) yang lain.

Saran

1. Untuk meningkatkan kualitas warna pada ikan maskoki sebagai ikan hias

sebaiknya pakan dicampur dengan tepung wortel dengan dosis 5%.

2. Untuk mengetahui tingkat kualitas warna yang lebih baik lagi, sebaiknya

dilakukan lagi penelitian tentang pengaruh konsentrasi tepung wortel pada

pakan terhadap peningkatan warna ikan maskoki dengan dosis yang lebih

tinggi.

3. Untuk menjaga keberlangsungan hidup ikan maskoki perlu pengontrolan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Jakarta.

Antono, D.R. 2010 Perubahan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) yang Diberi Pakan Berkaratenoid Dengan Lama Pemberian Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Boyd, C.E., 1979. Water Quality In Warnwater Fish Pond. Craft Master Printers Inc, Alabama.

Bachtiar. 2005. Panduan Lengkap Budidaya Ikan. Agro Media Pustaka. Jakarta. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Evan, D. H. 1993. The Physiology of Fishes. CCR Press. London.

Evi, L dan Eddy, A. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta.

Fitriyati, N., Odang, C., dan Utomo, N.B.P.2006. Pengaruh Penambahan Spirulina

platensis Dengan Kadar Berbeda Pada Pakan Terhadap Tingkat Intensitas

Warna Ikan Pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(I) :1-4.

Flona. 2012. Ikan Maskoki. Media Cipta Pustaka. Jakarta.

Hanafiah, K. A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carota) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 (1) : 14–22.

Iskandar dan Sitanggang, M .2003. Memilih dan Merawat Maskoki Impor Berkualitas. Agromedia. Jakarta.

Keliat, S. D. 2008. Analisis Sistem Pemasaran Wortel. [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lesmana, D. S., Dermawan dan Iwan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lesmana, D. S dan Satyani. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta.

(53)

Liviawati dan Afrianto. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Kansius. Yogyakarta.

Mara, K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada Pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepis insicus) Jantan [Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.

Manalu, H. 2007. Analisis Finansial Usaha Tani Wortel. [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ningrum, E. 2002. Bisnis Hebat Ikan Hias Air Tawar. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta.

Pinandoyo. 2005. Pengaruh Berbagai Kadar Caropyll Pink dan Tepung Wortel Dalam Pakan Buatan terhadap Kecerahan Warna Ikan Oscar (Astronotus

ocellatus Cuvier). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Diponegoro. Semarang.

Pohan, R. A. 2008. Analisis Usaha Tani dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel.[Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prayogo,H.H.,Rita, R., dan Isni, N. 2012. Pengkayaan Pakan Yang Mengandung Maggot dengan Tepung Kepala Udang Sebagai Sumber Karotenoid Terhadap Penampilan Warna dan Pertumbuhan Benih Rainbow Kurumoi

(Melanotaenia parva). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3) : 201-205

Rini, D. K. 2010. Respon Penawaran Wortel (Daucus carota) Di Kabupaten Boyolali. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sukarman dan Chumadi. 2012. Bunga Tai Kotok (Tagetas sp.) Sebagai Sumber Karotenoid Pada Ikan Hias. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Depok.

Sunarno, N.T.D. 2012. Mutu Berstandar Pakan. Trubus. Jakarta.

Wayan, S. 2010. Pemanfaatan Maggot yang Diperkaya Dengan Zat Pemicu Warna Sebagai Pakan untuk Peningkatan Kualitas Warna Ikan Hias Rainbow (Melanotaenia boesemani) Asli Papua. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok.

(54)

Lampiran 1. Modifikasi Alat Pengukur Warna

Keterangan :

Perubahan warna pada ikan dapat dilihat dengan menggunakan Toca Color Finder

(TFC) yang dimodifikasi. Alat ini dibuat dengan menggunakan pencampuran

warna. Warna merah diberikan kontras 20% per nomor perubahan hingga 30

nomor perubahan warna. Alat pengukur warna ini dibuat sesuai dengan acuan

(55)

Lampiran 2. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Keterangan

W0 : Tanpa pemberian tepung wortel / kontrol W1 : Pemberian tepung wortel 1 %

W2 : Pemberian tepung wortel 3 % W3 : Pemberian tepung wortel 5 %

W0 W1 W2

W1 W2 W0

W3 W0

W3

W1 W3

(56)

Lampiran 3. Daftar Panelis Pengukur Warna

No Nama Keterangan

1 Heri Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika

2 Albuchori Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika

3 Robert Pegawai Balai Pengembangan Ikan Hias Cadika

4 Wildan Panjaitan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan

Universitas Sumatera Utara

5 Evan Aspirata Hulu Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan

(57)

Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas (db)

Jumlah

Kuadrat (jk)

Kuadrat

Tengah (kt)

F Hit

(5%)

F Tab

(1%)

Perlakuan t – 1 JKP KTP

KTP/KTG

Galat t(r – 1) JKG KTG

(58)
(59)

Lampiran 5. Lanjutan

Tabel Anova

Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap peningkatan warna

ikan maskoki

 Perlakuan 1% dan 3% tidak berbeda nyata pengaruhnya menurut duncan 3%.

Dan kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

(60)
(61)

Lampiran 6. Lanjutan

Tabel Anova

Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap pertambahan

panjang ikan maskoki

SK Db JK KT F hit F tabel 5% 1%

Tepung Wortel 3 0,1070 0,0356 2,4383 4,07 7,59

Gallat 8 0,1171 0,0146

Total 11 0,2241

(62)
(63)

Lampiran 7. Lanjutan

Tabel Anova

Hasil analisis sidik ragam pengaruh tepung wortel terhadap pertambahan berat

ikan maskoki

SK Db JK KT F hit F tabel 5% 1%

Tepung Wortel 3 0,2759 0,092 1,0914 4,07 7,59

Gallat 8 0,674 0,0843

Total 11 0,9499

(64)

Lampiran 8. Perubahan Warna Ikan

Awal Pengamatan Hari ke-10 Hari ke- 20 Hari ke-30

W0

(65)

Lampiran 8. Lanjutan

Awal Pengamatan Hari ke-10 Hari ke- 20 Hari ke-30

W2

(66)

Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

1. Media Pemeliharaan 2. Pemberian Pakan

(67)

Lampiran 9. Lanjutan

5. Pembandingan Warna Ikan 6. Pengukuran

Panjang Ikan

(68)

Lampiran 10. Alat dan Bahan

Aerator Tepung Wortel

Pakan Pelet PH Meter

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Ikan Maskoki (Carassius auratus)
Tabel 1. Kualitas Air Ikan Maskoki
Tabel 2. Kandungan Gizi dalam Wortel
+7

Referensi

Dokumen terkait

5.8 Hubungan sikap terhadap tindakan WPS-TL di hotspot X kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru tentang Pap smear dan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks

Sebagaimana halnya dengan penggantian waris yang diatur dalam pasal ^44 BW, maka dalam penggantian waris yang diatur dalam pasal 84> BW tidak ada bedanya apakah saudara

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang model yang dipakai

De nature mungkin menjadi salah satu pilihan yang harus anda coba untuk mengobati penyakit yang anda derita tersebut ,karena kami telah terbukti banyak membantu para penderita

Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini untuk memenuhi

Atasan saya dapat melihat dan membaca peluang yang terjadi di pasar untuk mengembangkan MAJU SPORT dengan mengikuti trend dan model pada peralatan olah raga.

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

“seandainya tidak mengetahui sejarah petempatan Melayu tradisional dan juga maklumat yang mendalam tentang sekian banyak dialek Melayu yang dituturkan di