UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 REGULER MEDAN
ANALISIS PERBEDAAN RASIO PROFITABILITAS
SEBELUM DAN SESUDAH SERTIFIKASI
INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR
STANDARDIZATION (ISO) 9001
PADA PT. INALUM
DRAFT SKRIPSI
OLEH :
PUTRI S.R. TAMBUNAN 050502182
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Putri Sally Renesia Tambunan (2009), Analisis Perbedaan Rasio Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Sertifikasi International Organization for Standardization (ISO) 9001 Pada PT INALUM. Dibimbing oleh Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, dengan Ketua Departemen Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., MSi, dan penguji: Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi dan Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE., MBA., Ak.
Penelitian ini dilaksanakan pada PT INALUM, yaitu merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium yang menghasilkan produk tunggal yaitu aluminium ingot. Sebagian besar hasil produksinya di ekspor ke Jepang dan beberapa negara impor bahan baku aluminium. PT INALUM telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 sejak tahun 2003. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity, Return On
Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif dan Metode Analisis Kuantitatif dengan menggunakan uji Mann Whitmney U-Test dengan bantuan program SPSS versi 13. Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Gross
Profit Margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, tidak
terdapat perbedaan Net Profit margin sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, tidak terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM, terdapat perbedaan Return On
Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan rahmat serta kasih setia-NYA yang telah menyertai dan membimbing penulis
dengan memberi kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat dapat
menyelesaikan pendidikan akhir studi jenjang S-1, Departemen Manajamen,
Konsentrasi Keuangan, untuk mencapai gelar Sarjana Lengkap dalam ilmu
ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan serta ketidaksempurnaan
dari skripsi ini, disebabkan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
sebab itu, penulis dengan hati yang terbuka bersedia menerima kritikan dan
saran-saran dari pembaca sekalian, guna perbaikan yang lebih sempurna lagi dari skripsi
ini.
Penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan selama penulisan skripsi
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE., MSi, selaku Ketua Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajamen,
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing.
4. Ibu Dra. Lisa Marlina, MSi, selaku Dosen Penguji I.
6. Ibu Dr. Rismayani SE., MS, selaku Dosen Wali.
7. Seluruh staff pengajar Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada
penulis, serta seluruh staff pegawai administrasi di Fakultas Ekonomi USU.
8. Bapak Drs. Edward Tumanggor Ak., selaku Manajer Bagian Keuangan, serta
seluruh staff di PT INALUM Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten
Batubara , yang telah mengizinkan penulis dalam memperoleh data-data yang
dibutuhkan.
9. Kedua Orang Tua ku, Ir. Markopolo Tambunan dan Drg. Elfi S.D. Pardede
tercinta yang senantiasa mengiringi penulis dengan doa dan telah
mencurahkan segala perhatian baik moril maupun materil hingga saat ini.
10.Saudara-saudaraku (Abangku David O.P. Tambunan, Amd., dan Adik-adikku
Andreas P.M. Tambunan dan Kudus P.B. Tambunan).
11.Keluargaku yang sangat ku kasihi, Opung, seluruh Tulang dan Nantulang,
Uda dan Inanguda, Uak Sianturi, Aju Vera, Kak Georgia, Bang Pantas, Bang
Pontas, Bang Erick, Maria, Lidya, Timoti, Jonatan, Tiara, Kezia, Inggrid,
Brenda, Uti serta seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
12.Teman-teman seperjuanganku yang selalu mengisi hariku dengan rasa ’lemon
tea’, Fika, Ursula, Lidya dan Hanny.
13.Sahabatku Ririn, thanks for being my bestest friend ever. Untuk d8, Nova,
14.Teman-temanku stambuk 2005 yang telah banyak membantuku selama ini,
Dinda Devanti, Tashia, Eteng Bocor, Cita, Tovariga, Rumiris, Rina, Togu,
serta seluruh teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan yang pernah
diperbuat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-NYA kepada kita semua, dan semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 6
D. Kerangka Konseptual ... 6
E. Hipotesis ... 7
F. Metode Penelitian ... 8
1. Batasan Operasional... 8
2. Definisi Operasional ... 8
3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9
4. Jenis Data ... 9
5. Teknik Pengumpulan Data ... 10
6. Metode Analisis Data ... 10
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. ISO 9001 ... 14
C. Laporan Keuangan ... 21
D. Rasio Profitabilitas ... 28
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan ... 30
B. Ruang Lingkup PT INALUM ... 32
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 36
D. Proses Sertifikasi ISO 9001 ... 42
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. GPM PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan
Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 48
Tabel 4.2. NPM PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 50
Tabel 4.3. ROE PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 52
Tabel 4.4. ROA PT INALUM Lima Tahun Sebelum dan Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 54
Tabel 4.5. Pengolahan GPM Dengan SPSS 13 ... 57
Tabel 4.6. Pengolahan NPM Dengan SPSS 13 ... 58
Tabel 4.7. Pengolahan ROE Dengan SPSS 13 ... 59
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Fluktuasi Tingkat Profi PT INALUM
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 4.1. Gross Profit Margin Lima Tahun Sebelum dan
Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 49 Gambar 4.2. Net Profit Margin Lima Tahun Sebelum dan
Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 51 Gambar 4.3. Return On Equity Lima Tahun Sebelum dan
Lima Tahun Sesudah Sertifikasi ISO 9001 ... 53 Gambar 4.4. Return On Assets Lima Tahun Sebelum dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Neraca PT INALUM dari Tahun 1998 Sampai Dengan Tahun 2008 Lampiran 2. Laporan Laba Rugi PT INALUM dari Tahun 1998 Sampai Dengan
Tahun 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis saat ini telah dihadapkan pada persaingan global, dengan
salah satu ciri yang menonjol adalah berkembangnya teknologi informasi yang
sangat cepat. Hal ini menjadikan siapa saja pelaku bisnis dapat dengan mudah
mengakses informasi bisnis tanpa dibatasi ruang dan waktu. Bagi konsumen,
dapat dengan leluasa mendapatkan informasi pasar, memiliki banyak referensi
produk, dan bisa menentukan pilihan produk berkualitas sesuai dengan yang
mereka harapkan. Dengan demikian pada saat sekarang dan masa mendatang
konsumen akan memegang peranan yang sangat strategis. Oleh karena itu tidak
ada pilihan lain bagi perusahaan yang ingin bertahan dalam persaingan global
selain harus bisa menghasilkan produk berkualitas yang bisa diterima konsumen.
Tantangan global yang dihadapi dunia tidak dapat dihindari baik dari
sektor pemerintah maupun swasta, mau tidak mau semua pihak dituntut untuk
mempersiapkan diri untuk mampu bertahan (survive) dalam menghadapi kondisi
tersebut. Seiring dengan globalisasi ini, standarisasi manajemen telah menjadi isu
utama lebih khusus lagi standarisasi tentang standarisasi sistem manajemen mutu.
Untuk itu, suatu perusahaan perlu menyiapkan kerangka sistem mutu
perusahaannya ke arah yang diinginkan sesuai dengan sasaran atau tujuan akhir
yang ditetapkan oleh suatu perusahaan tersebut, dalam pengertian bahwa tujuan
atau sasaran mutu dari suatu perusahaan mampu mencapai kesesuaian dengan
Salah satu standar sistem manajemen mutu yang telah berkembang di
berbagai negara adalah ISO 9001. Standar ini merupakan sarana atau sebagai alat
untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan Total Quality Control yang
diharapkan mampu menjawab perkembangan globalisasi ini dimana tujuan
akhirnya adalah mencapai efektivitas dan efisiensi suatu organisasi.
Menurut Chang (2003:376) salah satu kegunaan sertifikasi ISO 9001
adalah pengelolaan kualitas lebih baik, sehingga hasil penjualan dan profit
meningkat. Menurut Nasution (2005:42) keuntungan yang didapatkan perusahaan
karena meneyediakan barang atau jasa berkualitas baik berasal dari pendapatan
penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dimana gabungan
keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
Tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang umumnya
adalah untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan sebagai upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan memperluas perusahaan. Profitabilitas
bisa diperoleh jika perusahaan mampu bertindak efisien dan efektif.
Profitabilitas berkaitan dengan profit yang merupakan pengukuran pokok
dari seberapa efisien perusahaan menyediakan produk terbaik yang sesuai dengan
kebutuhan konsumennya. Semakin tinggi kualitas maka dapat meningkatkan
pangsa pasar dan harga sehingga pendapatan meningkat. Sedangkan semakin
rendah ketidaksesuaian berarti dapat menurunkan cycle time dan garansi sehingga
biaya menurun dan akan berdampak pada peningkatan profit yang dalam jangka
panjang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Ahmar dan Pujiati,
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap nominal penjualan yang
dihasilkan. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan dimana rasio ini dibedakan atas rasio laba
investasi dan rasio atas penjualan.
Rasio laba investasi adalah rasio yang menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba atas harta yang diinvestasikan perusahaan
yang bersangkutan yang terdiri dari Return On Equity dan Return On Assets.
Sedangkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atas penjualan terdiri
dari Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Hasil formulasi ini merupakan
ukuran yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan biaya secara terinci dan untuk
mencapai profitabilitas yang memuaskan. Rasio ini mengukur efisiensi
pengendalaian harga pokok atau biaya produksi dan mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Agnes, 2001)
Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka dapat dilihat bahwa aspek
finansial adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penerapan sistem
manajemen mutu ISO 9001. Penerapan ISO 9001 sebaiknya menjadi stimulus
untuk perbaikan proses operasi dan sistem kerja. Perolehan sertifikat ISO 9001
seyogyanya diikuti dengan efisiensi biaya karena dengan terdokumentasinya
setiap aktivitas organisasi maka setiap proses operasi adalah proses yang bernilai
tambah sekaligus mereduksi proses tak bernilai tambah yang tidak efisien dan
Perolehan sertifikasi ISO 9001 juga terbukti secara empiris mampu
menciptakan keunggulan pemasaran bagi perusahaan-perusahaan yang
berorientasi ekspor (Chang, 2003:376). PT INALUM merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berorientasi ekspor. PT INALUM merupakan
perusahaan industri yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium yang
menghasilkan produk tunggal yaitu aluminium ingot yang sebagian besar hasil
produksinya diekspor ke Jepang dan beberapa Negara impor bahan baku
aluminium. PT INALUM telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001
sejak tahun 2003.
Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan bahwa penilaian
kinerja perusahaan dalam perspektif keuangan mencakup tingkat profitabilitas
dalam gross profit margin, net profit margin, return on equity dan return on
assets. Oleh karena itu, untuk melakukan pehitungan tersebut diperlukan laporan
keuangan dari perusahaan yang akan diteliti dalam hal ini PT INALUM. Berikut
adalah informasi dan gambaran tingkat profit pada PT INALUM berdasarkan
laporan keuangan tahunan selama periode 1998 sampai dengan 2008.
-$300.000.000,00
Diagram 1.1 : Fluktuasi Tingkat Profit pada PT INALUM periode 1998 sampai dengan 2008
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis, ditemukan adanya
perubahan atau fluktuasi tingkat profit pada PT INALUM. Melihat bahwa
perolehan dan penerapan sertifikasi ISO dapat memicu terjadinya proses
improvement dalam sistem kerja dan sistem operasi yang pada akhirnya akan
meningkatkan profit perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami
bahasan mengenai rasio profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah sertifikasi
ISO 9001. Oleh karena itu penulis memilih judul : “Analisis Perbedaan Rasio
Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Sertifikasi International Organization for
Standardization (ISO) 9001 Pada PT INALUM”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan rasio profitabilitas
yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Equity,
Return On Assets sebelum dan sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT
INALUM?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang
dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitaian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan rasio profitabilitas sebelum
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
informasi bagi perusahaan dalam menentukan dan menerapkan
kebijakan dan strategi untuk meningkatkan laba perusahaan.
b. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya
dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih
lanjut di masa yang akan datang.
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
rasio profitabilitas sebelum dan sesudah penggunaan ISO 9001 pada
PT INALUM.
D. Kerangka Konseptual
Perusahaan yang menghasilkan barang-barang berkualitas pada akhirnya
akan bekerja lebih baik pada tolak ukur efektivitas tradisional seperti profitabilitas
daripada perusahaan-perusahaan yang berupaya untuk menjaga harga tetap rendah
dengan kompromi. Peningkatan efektivitas dicapai melalui orientasi operasi dan
konsumen. Orientasi operasi menghasilkan peningkatan revenue melalui
pengurangan biaya melalui efisiensi proses, sementara orientasi konsumen
menghasilkan peningkatan revenue dan mengurangi biaya melalui keunggulan
ISO 9001 sebagai standar sistem kualitas berkaitan tentang kualitas yang
diatur oleh sebuah perusahaan. Standar ISO 9001 menggambarkan elemen-elemen
sistem kualitas apa yang harus dimiliki. Standar ini dimaksud untuk mendorong
perusahaan dalam merancang dan menerapkan sistem kualitas yang sesuai dengan
produk, proses dan praktik tertentu pada suatu perusahaan.
Menurut Nasution (2005:42) keuntungan yang didapatkan perusahaan
karena menyediakan barang atau jasa berkualitas baik berasal dari pendapatan
penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dimana gabungan
keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Adanya
jaminan kualitas dengan dimilikinya sertifikat ISO 9001 tersebut diduga mampu
membedakan kinerja perusaaan dibandingkan sebelum sertifikat ISO 9001
tersebut dimiliki (Ahmar dan Pujiati, 2003:277).
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Ahmar dan Pujiati, 2003 (03/03/2009, diolah) Rasio Profitabilitas
Sebelum Sertifikasi
ISO 9001
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
c. Return On Equity
d. Return On Assets
Rasio Profitabilitas
Sesudah Sertifikasi
ISO 9001
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
c. Return On Equity
d. Return On Assets
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis
yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin, Net
Profit Margin, Return On Equity, Return On Assets sebelum dan sesudah
sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM”.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
a. Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu terbatas pada perbedaan
rasio profitabilitas dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 pada PT
INALUM.
b. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba-rugi PT
INALUM. Neraca dan laporan laba-rugi yang digunakan adalah 5 tahun
sebelum sertifikasi ISO 9001 (tahun 1998 sampai dengan tahun 2002) dan
5 tahun sesudah sertifikasi ISO 9001 (tahun 2004 sampai dengan tahun
2008). Tahun 2003 tidak diikutsertakan karena tahun 2003 dijadikan titik
central dimana pada tahun 2003 tersebut PT INALUM mendapatkan
sertifikasi ISO 9001.
2. Definisi Operasional
Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan
Rasio-rasio yang sering digunakan untuk menghitung profitabilitas adalah
sebagai berikut (Brigham, 2006:107):
×100%
Rumus Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengetahui presentase
dari laba kegiatan usaha yang murni dari perusahaan yang bersangkutan sebelum
dikurangi dengan biaya-biaya personil, biaya kantor dan biaya overhead lainnya.
×100%
Rumus Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok bagi
perusahaan yang bersangkutan.
×100%
Rumus Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam mengelola equity capital yang tersedia untuk mendapatkan net
income.
Rumus Return On Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan efisiensi secara menyeluruh.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT INALUM yang berada di
Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan dari
4. Jenis Data
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan dua jenis data,
yaitu :
a. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ditempat
penelitian dengan melakukan wawancara kepada pihak yang berwenang
yaitu kepala bagian keuangan pada PT INALUM.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Gambaran umum perusahaan
2. Proses sertifikasi ISO 9001
3. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumen
dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan
situs internet untuk mendukung penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Dokumentasi
Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan
laba-rugi PT INALUM dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 serta
data yang relevan dengan penelitian, baik dari pihak perusahaan maupun
yang berasal dari buku-buku literatur.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
yang berwenang yaitu kepala bagian keuangan pada PT INALUM untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
6. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan,
merumuskan dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang
diperoleh untuk menunjang analisis kuantitatif yang akan dilakukan.
b. Metode Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif dalam hal ini untuk hipotesis komparatif
dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal menggunakan metode
Mann Whitney U-test (Sugiyono, 2005:148). Dalam menguji hipotesis dengan
metode Mann Whitney U-Test, peneliti menggunakan program SPSS (Statistical
Package for the Social Science) 13 for windows.
Dalam pengujian ini menggunakan hipotesis :
1. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, tidak terdapat perbedaan Gross Profit Margin sebelum dan
sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, terdapat perbedaan Gross Profit Margin sebelum dan
sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Artinya, tidak terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan
sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan sesudah
sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
3. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, tidak terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan
sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah
sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
4. Ho : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 = µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, tidak terdapat perbedaan Return On Assets sebelum dan
sesudah sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Ha : µ sebelum sertifikasi ISO 9001 ≠ µ sesudah sertifikasi ISO 9001
Artinya, terdapat perbedaan Return On Assets sebelum dan sesudah
sertifikasi ISO 9001 pada PT INALUM.
Kriteria pengujian hipotesis dengan Mann Whitney U-Test dengan derajat
signifikansi (α) 5% adalah : (Sugiyono 2005:252)
Ho diterima jika : - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau Sig > 0,05
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Hendrino (2004) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh ISO 9002
terhadap profitabilitas PT. Bhanda Ghara Reksa Cabang Utama Medan”.
Penelitian menggunakan Paired Sample Test sebagai metode statistiknya yang
menghasilkan kesimpulan bahwa ISO 9002 yang diterapkan PT. Bhanda Ghara
Reksa Cabang Utama Medan belum membawa perubahan dalam hal
kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan
dari rasio profitabilitas perusahaan sesudah penggunaan ISO 9002 tidak
mengalami perubahan yang cukup berarti. Hail tersebut tidak sesuai dengan tujuan
awal PT. Bhanda Ghara Reksa Cabang Utama Medan yang menginginkan adanya
peningkatan image perusahaan yang pada akhirnya juga akan menghasilkan
pendapatan yang cukup signifikan berubah.
Ahmar dan Pujiati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Sertifikasi ISO Seri 9000 : Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini
diambil sample 38 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga variabel yaitu return on
total assets (ROA), gross profit margin dan sales growth. Dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gross profit margin antara satu
tahun sebelum dan tiga tahun sesudah sertifikasi ISO seri 9000 pada perusahaan
B. ISO 9001
Menurut Hadiwiardjo dan Sulistijarningsih (2000:94) manfaat-manfaat
umum sistem manajemen mutu yang efektif adalah :
1. Pelanggan-pelanggan yang puas dan setia karena barang dan jasa yang lalu
diproduksi sesuai dnegan kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat pemborosan
dihilangkan dan efisiensi ditingkatkan sebagai suatu hasil dari
penghapusan ketidaksesuaian.
3. Daya saing dan profitabilitas diperbaiki karena biaya-biaya kegiatan
operasional berkurang.
4. Semangat pegawai ditingkatkan karena mereka bekerja dengan efisien.
Menurut Nasution (2005:299) Seri ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu
untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan dengan menciptakan
sebuah kerangka kerja untuk peningkatan atau perbaikan secara
berkesinambungan. Menurut Chang (2003:378) Seri ISO 9000 merupakan sistem
jaminan kualitas standar internasional dimana unsur kualitas produksinya telah
memiliki serta mencapai prinsip jaminan kualitas dan mampu meningkatkan
efisiensinya.
ISO 9000 diturunkan dari sejumlah standar nasional untuk memberikan
pedoman pada industri bagaimana membuat suatu sistem untuk mengelola mutu
produk di pabrik. Tujuannya adalah untuk menyebarkan pengembangan standar
Standar ISO seri 9000 terdiri dari beberapa model dan beberapa pedoman,
masing-masing dapat diterapkan sesuai dengan lingkup masing-masing standar
yang bersangkutan. ISO 9000 mencakup beberapa seri berikut :
ISO 9000 : Standar manajemen mutu dan jaminan mutu pedoman untuk
pemilihan dan penggunaan.
ISO 9001 : Sistem mutu – Model jaminan mutu dalam desain / pengembangan,
produksi, pemasangan, dan pelayanan.
ISO 9002 : Sistem Mutu – Model jaminan mutu dalam produksi dan
pemasangan.
ISO 9003 : Sistem Mutu – Model jaminan mutu dalam penilikan dan pengujian
akhir.
ISO 9004 : Unsur-unsur manajemen mutu dan sistem mutu – Pedoman.
Dari kelima standar tersebut diketahui bahwa jika ingin menerapkan
sistem manajemen mutu di sebuah perusahaan, maka yang digunakan adalah
pilihan dari ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003. Sedangkan ISO 9000 dan ISO
9004 bukanlah merupakan standar, namun hanya bersifat petunjuk yang
memberikan pedoman.
Pemilihan di antara ketiga standar tersebut -ISO 9001, ISO 9002, dan ISO
9003- oleh perusahaan disesuaikan dengan jenis perusahaannya. Jenis
perusahaannya dikategorikan sebagai berikut : (Priyadi, 1996:29)
a. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9001
Perusahaan dengan jenis kegiatannya mulai dari desain/pengembangan
desain, produksi, inspeksi/pengujian-pengujian produknya sampai
b. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9002
Perusahaan dengan jenis kegiatannya mulai dari produksi,
inspeksi/pengujian-pengujian produknya sampai dengan pelayanan
purna jual.
c. Perusahaan yang berpedoman pada ISO 9003
Perusahaan dengan jenis kegiatannya hanya pada inspeksi dan
pengujian-pengujian.
Prinsip dari Standar seri ISO 9000 melibatkan seluruh bagian dalam
perusahaan, dimana bagian-bagian tersebut harus bekerja secara efektif sesuai
dengan elemen-elemen sistem mutu ISO 9000, yaitu : (Purnama, 2006:83)
1. Tanggung jawab manajemen. Organisasi harus menjabarkan dan
mengalokasikan pembagian tanggung jawab, khususnya untuk personal
kunci.
2. Sistem Kualitas. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa
barang yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan.
3. Tinjauan kontrak. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa apa
yang ditawarkan pemasok kepada pelanggan, dipahami dan disepakati
spesifikasinya, termasuk waktu penyerahannya.
4. Pengendalian desain. Perlu adanya suatu sistem yang menjamin bahwa
desain produk sesuai dengan apa yang direncanakan dan mengacu
penerimaannya bagi pelanggan.
5. Pengendalian dokumen dan data. Perlu adanya suatu sistem yang
menjamin bahwa semua pihak yang terkait mempunyai dokumen yang
6. Pembelian. Organisasi harus mempunyai spesifikasi yang jelas
menyangkut barang atau layanan yang dibutuhkan dari pemasok.
7. Pengendalian produk yang dipasok pelanggan. Barang yang dipasok oleh
pelanggan harus dilindungi, disimpan, dan dipelihara sesuai ketentuan.
8. Identifikasi dan kemampuan penelusuran produk. Harus ada sistem yang
menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan teridentifikasi dan bisa
dibedakan satu sama lain, sehingga penggunaannya bisa disesuaikan
dengan keperluan.
9. Pengendalian proses. Harus dilakukan identifikasi dan perencanaan
produksi, dan apabila memungkinkan proses pemasangan yang langsung
mempengaruhi kualitas, serta harus menjamin bahwa proses-proses
tersebut dilaksanakan dalam kondisi yang terkendali.
10.Inspeksi dan pengujian. Harus dilakukan pengujian dan inspeksi
terhadap setiap tahapan krirtis produksi, untuk menjamin dan
membuktikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan yang
direncanakan dan dijanjikan kepada pelanggan.
11.Pemasok harus mengendalikan, merawat peralatan inspeksi, pengukuran
dan pengujian, baik yang dimiliki sendiri, dipinjam, disediakan oleh
pembeli, untuk memperagakan kesesuaian produk dengan syarat yang
ditentukan.
12.Inspeksi atau status pengujian. Status inspeksi dan pengujian produk
harus diidentifikasi menggunakan tanda, label kartu, stempel yang sah,
kesesuain atau ketidaksesuaian produk berkaitan dengan inspeksi dan
pengujian yang dilakukan.
13.Pengendalian terhadap produk yang tidak sesuai. Harus ada prosedur
yang menjamin bahwa produk yang tidak sesuai dicegah dari pemakaian
yang tidak sengaja.
14.Tindakan koreksi. Harus ada prosedur untuk menyelidiki, menganalisa,
memprakarsai tindakan pencegahan, mengendalikan tindakan koreksi
dan mencatat semua perubahan terhadap produk atau proses yang tidak
sesuai.
15.Penanganan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman. Harus ada
penetapan pemeliharaan prosedur penanganan, penyimpanan,
pengemasan, pengawetan, dan penyerahan produk.
16.Pengendalian catatan kualitas. Harus ada penetapan dan pemeliharaan
prosedur identifikasi, pengumpulan, pengindeksan, pengarsipan,
penyimpanan, dan pemeliharaan.
17.Audit kualitas internal. Harus ada prosedur untuk pelaksanaan audit
kualitas internal yang harus dilaksanakan secara berkala sesuai dengan
kebutuhan.
18.Pelatihan. Harus ada prosedur dalam mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sesuai
dengan kebutuhan.
19.Pelayanan. Apabila pelayanan ditentukan dalam kontrak, harus ada
prosedur pelaksanaannya agar pelayanan yang diberikan memenuhi
20.Teknik-teknik statistik. Apabila ada kesesuaian, harus ditetapkan
prosedur untuk menentukan teknik statistik yang memadai.
ISO 9001 berisi keseluruhan dari elemen sistem mutu tersebut. ISO 9001
ini mewakili persyaratan-persyaratan yang paling lengkap. ISO 9001 merupakan
standar sistem manajemen. Standar ini berbicara tentang bagaimana suatu
organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, yang diberikan
kepada konsumen dengan mutu yang konsisten. Standar seri ISO 9001
memberikan satu set standar jaminan mutu yang umum yang dapat diterapkan di
semua situasi produksi, baik tanpa atau dengan perubahan yang diperlukan.
Standar seri ISO 9001 memberikan pedoman tentang bagaimana memulai
menstrukturkan dan menerapkan sistem manajemen mutu yang efektif (Gaspersz,
2005:1).
ISO 9002 menampung hampir seluruh sistem mutu yang ada. Adapun
elemen yang tidak termasuk adalah “Pengendalian Desain”.
ISO 9003 berkaitan dengan unsur-unsur terkait dengan penilikan dan uji
akhir, standar ini mempunyai persyaratan yang paling sedikit dari ketiga model
yang ada. ISO 9003 meliputi 12 elemen. Elemen yang tidak termasuk adalah
Pengkajian kontrak; Pengendalian dokumen dan data; Pembelian; Pengendalian
produk yang dipasok konsumen; Identifikasi dan ketertelusuran produk;
Penanganan, penyimpanan, pengemasan, perawatan, dan penyerahan; Audit mutu
internal; Pelayanan.
Menurut Chang (2003:376) manfaat dengan adanya sertifikat ISO 9001
a. Komoditas ekspor lebih mudah diterima oleh pasar di luar negeri, dan
kompetitif di era globalisasi ini, maka produksi, kualitas mutu harus sesuai
dengan standar, sehingga kemenangan dapat diraih.
b. Karena telah menerima sertifikat maka sistem kualitas intern pada
masing-masing pabrik harus melaksanakan ketentuan paket tersebut, agar pabrik
lebih disiplin, sehingga perusahaan menjasi sehat, efisien, kualitas
produksi baik, biaya rendah dan dapat meraih profit yang rasional.
c. Membuka pintu menuju pasaran internasional.
d. Melaksanakan standar ISO 9001 akan mampu mengurangi pemborosan,
kesalahan serta meluruskan dan koreksi kesalahan.
e. Meningkatkan hasil produksi, kemampuan bersaing dalam tenaga dan
pelayanan ialah unsur kualitas yang perlu ditingkatkan.
f. Hasil produksi dari pabrik atau pengusaha yang sudah memiliki sertifikat
jaminan mutu ISO 9001, berarti telah diakui secara internasional dalam
program kendali mutu dan prestasi sosial pabrik atau pengusaha itu.
g. Menggunakan kualifikasi standar kualitas internasional memudahkan pula
untuk mendapat kredit bank.
h. Bersenjatakan sertifikat ini lebih mudah menarik konsumen internasional,
khususnya ke Amerika dan Eropa.
i. Dapat menghemat biaya dan waktu, untuk meningkatkan hasil produksi
dan efisiensinya.
j. Pengelolaan kualitas lebih baik, sehingga hasil penjualannya meningkat
dan profit.
C. Laporan Keuangan
Setiap perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang harus mampu
mengontrol jalannya operasi perusahaan. Untuk itu diperlukan informasi tentang
banyak hal, antara lain informasi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Tanpa laporan keuangan tidak dapat menilai efektivitas atau kinerja tim
perusahaan. Selain itu, dari laporan keuangan tersebut kita mengetahui apakah
perusahaan dalam kecenderungan perusahaan baik di masa lalu maupun di masa
mendatang, apakah menuju arah yang lebih baik atau sebaliknya. Laporan
keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Oleh karena itu,
pihak luar meneliti laporan keuangan sebagai bukti dari unjuk kerja masa lalu
yang mungkin bermanfaat dalam membuat prakiraan mengenai unjuk kerja di
masa akan datang.
Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan catatan masa lalu
(Kuswadi, 2004:19). Menurut Brigham (2006:44) laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi
penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka
tersebut. Laporan tersebut penting untuk melihat seberapa efektif perusahaan telah
dijalankan dan pemerintah membutuhkan informasi untuk digunakan dalam
menilai pajak.
Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
penjelasan yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Disamping itu juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
Seluruh laporan keuangan harus diidentifikasi dengan nama perusahaan, jenis
laporan, dan tanggal atau periode waktu laporan tersebut. Dalam penulisan skripsi
ini, peneliti hanya menjelaskan mengenai neraca dan laporan laba rugi karena
unsur-unsur yang ada dineraca dan laporan laba rugi berkaitan dengan variabel
yang diteliti.
1. Neraca
Menurut Kuswadi (2004:28) Neraca adalah laporan keuangan perusahaan
yang menyajikan nilai atau infomasi mengenai aktiva (harta atau asset), kewajiban
(utang atau liabilities), dan ekuitas (modal atau equity) pada waktu tertentu.
Berikut ini akan dijelaskan penggolongan unsur-unsur pokok neraca, yaitu
:
a. Aktiva
Aktiva merupakan harta dari sebuah perusahaan (Purba, 2002:36). Aktiva
secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu :
1. Aktiva lancar (current assets). Yang disebut dengan aktiva lancar adalah
harta yang dalam satu masa perputaran kegiatan usaha pokok perusahaan
yang normal (biasanya 1 tahun) diharapkan dapat dicairkan menjadi uang
tunai, dijual atau dipakai habis. Kelompok ini mencakup kas dan aktiva
yang secara normal dikonversi ke dalam kas dalam satu tahun atau dalam
satu siklus operasi perusahaan. Siklus operasi adalah rentang waktu antara
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut :
(Kuswadi, 2004:91)
a. Diperkirakan akan direalisasi dan dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal persahaan.
b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca.
c. Berupa kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
2. Aktiva tetap (fixed assets). Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai
unsur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang, yaitu mempunyai
unsur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali
perputaran operasi perusahaan, misalnya tanah, bangunan, mesin,
peralatan, kendaraan dan sebagainya.
Aktiva ini kecuali tanah akan berkurang nilainya oleh karena digunakan
dalam kegiatan perusahaan. Penyusutan nilai aktiva dicatat oleh
perusahaan sebagai beban penyusutan.
3. Aktiva tak berwujud (intangible assets). Aktiva tak berwujud adalah
aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau
untuk tujuan administrasi, misalnya hak paten, goodwill, trade mark, dan
b. Kewajiban
Kewajiban adalah jumlah utang perusahaan, yaitu utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
(Waren, 2005:176).
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk
mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi
memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan pembayaran kas,
penyerahan aktiva lain, dan konversi kewajiban menjadi ekuitas.
Kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi dua bagian utama, yaitu :
1. Kewajiban jangka pendek
Kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu yang singkat (biasanya
satu tahun atau kurang) dan yang harus dibayar dengan menggunakan
aktiva lancar disebut kewajiban jangka pendek (current liabilities)
(Warren, 2005:176). Kewajiban jangka pendek yang paling lazim
ditemukan adalah wesel bayar dan hutang usaha. Akun kewajiban
jangka pendek lainnya adalah utang upah, utang bunga, utang pajak,
dan pendapatan jasa diterima dimuka.
2. Kewajiban jangka panjang
Kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu yang lama atau
kewajiban yang belum jatuh tempo pada periode akuntansi saat ini
Bila kewajiban jangka panjang menjadi jatuh tempo dan harus dibayar
dalam satu tahun, maka jumlah tersebut diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek. Jika kewajiban tersebut diperbaharui
(diperpanjang), maka hal itu tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang.
3. Ekuitas pemilik
Ekuitas terdiri dari modal saham, saldo laba atau laba ditahan (retained
earnings), merupakan hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Akun-akun kategori ekuitas mencakup :
modal saham (stocks atau stockholder’s equity), laba tahun berjalan
(current year’s earnings) dan laba ditahan (retained earnings).
Bila jumlah aktiva ternyata tidak sama dengan jumlah kewajiban ditambah
ekuitas, berarti terdapat kesalahan dalam penyususnan neraca, atau dengan kata
lain salah satu tanda bahwa suatu neraca benar adalah bahwa neraca tersebut harus
memenuhi aturan persamaan dasar akuntansi tersebut.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah perbedaan antara total pendapatan dengan total
beban/biaya dari sebuah aktivitas bisnis untuk periode waktu tertentu (Kuswadi,
2004:32). Pendapatan di sini adalah harga yang dibebankan kepada pemakai
barang atau jasa yang dijual perusahaan kepada mereka, sedangkan beban/biaya
adalah semua pengeluaran dalam rangka menjalankan usaha. Perbedaan antara
Beberapa bagian dari laporan laba rugi akan dibicarakan berikut ini :
a. Penjualan bersih
Jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena penjualan barang dan
jasa, baik secara kredit maupun tunai dilaporkan sebagai penjualan bruto
(gross sales). Penjualan retur dan pengurangan harga serta potongan
penjualan dilaporkan sebagai pengurang terhadap penjualan bruto. Hasil
yang diperoleh adalah penjualan bersih (net sales).
b. Harga Pokok Penjualan
Laporan laba rugi perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan
perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada harga pokok penjualan.
Dalam perusahaan dagang, harga pokok penjualan dihitung sebagai
persediaan awal ditambah pembelian barang dagang dikurangi persediaan
akhir.
c. Laba Bruto
Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba
bruto (gross profit) atau margin kotor (gross margin). Disebut bruto
karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha.
d. Beban Usaha
Seringkali beban usaha dikelompokkan lagi menjadi beban penjualan
(selling expense) dan beban administrasi dan umum (general and
administrative expense). Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi
dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang,
seperti kegiatan promosi, penjualan, dan pengangkutan barang-barang
administrasi dan umum adalah beban yang bersifat umum dalam
perusahaan, misalnya gaji, air dan telepon, pemeliharaan, dan lain-lain.
e. Laba Usaha
Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from
operation) atau laba operasi (operating income).
f. Pendapatan lain-lain
Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan
dikelompokkan ke dalam pendapatan lain-lain (other income) atau
pendapatan non-usaha (non-operating income), misalnya keuntungan dari
penjualan aktiva tetap dan pendapatan sewa.
g. Beban lain-lain
Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti
dengan kegiatan utama perusahaan dikelompokkan ke dalam beban
lain-lain (other expense) atau beban non-usaha (non-operating expense),
misalnya adalah beban bunga, kerugian dari penjualan aktiva tetap.
h. Laba Bersih
Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit).
Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya,
apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi
adalah rugi bersih (net loss).
D. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
pengelolaan perusahaan oleh manajemen (Syahyunan, 2004:83). Rasio
profitabilitas menggambarkan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan
keputusan yang akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen
perusahaan.
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian
penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus
berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Pemilik perusahaan, dan
terutama sekali dari pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan
keuntungan karena disadari benar betapa pentingnya arti dari profit terhadap
kelangsungan dan masa depan perusahaan.
Menurut Brigham (2006:107), rasio-rasio yang sering digunakan untuk
menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut :
×100%
Rumus Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui persentase dari
laba kegiatan usaha yang murni dari perusahaan yang bersangkutan sebelum
dikurangi dengan biaya-biaya personil, biaya kantor dan biaya overhead lainnya.
×100%
Rumus Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok bagi
perusahaan yang bersangkutan.
Rumus Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam mengelola equity capital yang tersedia untuk mendapatkan net
income.
×100% ts
Total Asse Net Profit ts =
Total Asse Return On
d.
Rumus Return On Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Ringkas Perusahaan
Pada tahun 1908 timbul gagasan untuk memanfaatkan Danau Toba sebagai
salah satu pengolahan tenaga air karena Danau Toba merupakan danau terbesar di
Indonesia yang memiliki letak tinggi dan ruang akumulasi yang besar, maka ideal
sekali kemungkinan pengolahan tenaga air. Selanjutnya pada tahun 1919
pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan mengenai proyek ini.
Pada tahun 1939 perusahaan Belanda “Maatschappij Tot Axplitatie Van de
Waterkracht in de Asahan Rivier (MEWA)” memulai pembangunan PLTA
Sigura-gura, tetapi dengan pecahnya Perang Dunia II usaha tersebut tidak dapat
diteruskan. Usaha untuk mendayagunakan sungai Asahan, satu-satunya sungai
yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka sudah dilakukan
berulang-ulang selama dan sesudah pendudukan Jepang.
Pada tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia (USSR) menandatangani
suatu perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang
pembangunan proyek Asahan. Tetapi kondisi politik dan situasi ekonomi yang
kurang menguntungkan di tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal.
Pada tahun 1968, Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang
menyerahkan laporan kelayakan intern tentang proyek aluminium Asahan di
Sumatera Utara dan disusul dengan laporan mengenai “Power Development
Project”, serta tahun 1970 dilanjutkan penandatanganan perjanjian antara
untuk engineering service tentang perencanaan dan penyelidikan secara terperinci
untuk proyel PLTA Nomor 2 dari Pengembangan Pembangunan Asahan, laporan
akhir diserahkan pada tahun 1972. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA
Asahan layak dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pengguna
utama dari listrik yang dihasilkan. Bersamaan dengan penelitian Nippon Koei,
kelompok peleburan aluminium Jepang yang bekerjasama dengan Tokyo Electric
Power Company mengadakan studi mereka sendiri tentang kemungkinan
pembangunan sebuah pabrik peleburan aluminium yang menggunakan tenaga
listrik dari stasiun pembangkit listrik tenaga air Asahan.
Pada tahun 1972, pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu
pelelangan untuk membangun pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai
suatu paket penanaman modal asing. Perusahaan-perusahaan aluminium dari
Jepang, USA, Kanada, Jerman Barat, Perancis, Itali, Swiss, Belanda dan Australia
diundang untuk ikut tender. Pada tahun 1973 ketika tender tersebut ditutup, tidak
satupun di antara mereka yang menyerahkan penawarannya karena proyek ini
membutuhkan suatu investasi yang sangat besar. Mereka menemui kesulitan
dalam mengumpulkan dana. Setelah melalui perundingan-perundingan yang
panjang, kelompok perusahaan Jepang yang terdiri dari 12 perusahaan yang
dipimpin oleh Sumitomo Chemical akhirnya mencapai suatu kesepakatan dengan
pemerintah Indonesia untuk membangun proyek raksasa ini.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, ditandatanganilah “Perjanjian Induk”
antara Pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal jepang tersebut
untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium Asahan. Ke duabelas
permodalan di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium co., Ltd., pada
bulan November 1975.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Proyek
Asahan ini, maka pada tanggal 6 Januari 1976 di Jakarta didirikanlah PT
Indonesia Asahan Aluminium (PT INALUM), suatu perusahaan patungan antara
pemerintah Republik Indonesia dan Nippon Asahan Auminium co., Ltd. Untuk
menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan
pembangnan proyek ini, pemerintah RI mengeluarkan KEPRES No. 5/1976
tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otorita Pengembangan
Proyek Asahan.
Pada tanggal 20 Januari 1982, Presiden Soeharto yang datang bersama
pejabat tinggi pemerintahan, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan
aluminium PT INALUM di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai
“impian yang menjadi kenyataan”. Pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan
ekspor perdana produksi PT INALUM ke Jepang dan Indonesia pun menjadi
salah satu pengekspor aluminium batangan di dunia.
B. Ruang Lingkup PT INALUM
PT INALUM terdiri dari PLTA Sungai Asahan di Paritohan, Kecamatan
Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir dan Pabrik Peleburan Aluminium
di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Asahan (kini Kabupaten
Batubara) beserta seluruh prasarana yang diperlukan untuk kedua proyek seperti :
Pelabuhan, jalan-jalan, perumahan karyawan, sekolah dan lain-lain, dengan
Adapun pembagian dari ruang lingkup PT INALUM yaitu :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Sungai Asahan dengan panjang 150 km memiliki potensi debit pada
musim kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan lebih dari 100 m3/detik. PLTA
di Siguragura dan Tangga masing-masing digerakkan oleh potensi air terjun ini,
dengan kapasitas total :
Kapasitas terpasang : 603 MW
Output tetap : 426 MW
Output puncak : 513 MW
Adapun PLTA di Siguragura ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Bendungan Pengatur
Terletak di Siruar ± 14.5 km dari Danau Toba yang berfungsi mengatur
kestabilan air ke luar dari Danau Toba ke Sungai Asahan untuk mensuplai air ke
stasiun pembangkit listrik secara konstan.
b. Bendungan Penadah Air Siguragura
Terletak di Simorea, berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk
stasiun pembangkit listrik Siguragura.
c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura
Stasiun pembangkit listrik ini berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4
unit generator maisng-masing berkapasitas 71.5 MW dan merupakan PLTA
bawah tanah pertama di Indonesia.
Bendungan Penadah Air Tangga digunakan untuk membendung air yang
telah dipakai PLTA Siguragura untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga.
Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.
e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga
Air disalurkan melalui sebuah terowongan di bawah tanah dengan panjang
3.150 m yang terpasang 4 unit generator masing-masing berkapasitas 79.2 MW
dan berada di atas permukaan tanah.
f. Jaringan Transmisi
Tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan
Tangga disalurkan melalui jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah
menara 271 buah dan tegangan 275 KV di Kuala Tanjung. Melalui gardu induk
Kuala Tanjung, tegangannya diturunkan menjadi 33 KV untuk didistribusikan ke
tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya, masing-masing
gedung tungku reduksi mempunyai dua unit penyarah silikon dengan DC 37 KA
dan 800 V. Sesuai dengan Perjanjian Induk, kelebihan tenaga listrik dengan
batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan
tenaga listrik tegangan 275 KV ini disalurkan melalui gardu induk Kuala Tanjung
ke gardu induk PLN untuk didistribusikan ke masyarakat melalui jaringan
transmisi 150 KV.
2. Peleburan Aluminium
Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT INALUM
dibangun di atas areal seluas 200 Ha berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei
Suka, Kabupaten Asahan (kini Kabupaten Batubara), Propinsi Sumatera Utara.
a. Bagian Tungku Reduksi
Unit Tungku Reduksi terdiri dari 3 gedung, masing-masing berukuran
panjang ±640 meter dan lebar ±50 meter. Dalam masing-masing gedung dipasang
170 tungku tipe anoda panggang 175.000 amp dengan kapasitas produksi 75.000
ton aluminium setiap tahun, dengan lisensi dari Sumitomo Aluminium Smelting
Co., Ltd. Tungku terpasang dengan kapasitas produksi keseluruhan 225.000 ton
aluminium setiap tahun.
b. Gedung Karbon
Gedung karbon yang memproduksi blok-blok karbon anoda yang akan
digunakan pada tungku-tungku reduksi terdiri dari tiga bagian, yaitu : Bagian
Karbon Mentah, Bagian pemanggang anoda dan Bagian penangkaian. Di bagian
Karbon mentah, bahan baku kokas dan pitch keras diaduk dan dibentuk menjadi
balok-balok anoda mentah kemudian dibawa ke bagian pemanggang anoda
dengan 106 tungku panggang tipe Riedhammer yang tertutup bertujuan untuk
memanggang anoda sampai temperatur 2500C. Balok-balok anoda panggang
kemudian dipindahkan ke bagian penangkaian untuk diberi tangkai yang berfungsi
sebagai lintasan arus pada tungku reduksi. Puntung balok anoda dari tungku
reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok
karbon mentah.
c. Bagian Penuangan
Aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan
setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk
menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (± 22.7
luar negeri. Disini terdapat 10 buah tungku penampungan yang masing-masing
berkapasitas 30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM atau disingkat PT INALUM
berbentuk Perseroan Terbatas. PT INALUM berkedudukan dan berkantor pusat di
Jakarta serta didirikan pada tanggal 6 Januari 1976. Jangka waktu dan berdirinya
perseroan ini memperoleh status badan hukum sejak tanggal 10 Januari 1976 dan
didirikan untuk jangka waktu 75 tahun sejak tanggal tersebut.
Adapun struktur organisasinya sebagai berikut :
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS adalah organisasi perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi
dimana RUPS terdiri dari :
1. Rapat Tahunan yang diadakan selambat-lambatnya pada akhir bulan
September setiap tahun kalender.
2. Rapat Umum Luar Biasa yang diadakan setiap saat jika dianggap perlu
oleh direksi / pemegang saham.
Hak dan wewenang dari RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan
Komisaris dan Direksi.
b. Komisaris
1. Keanggotaan
a. Komisaris terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang anggota,
b. Para anggota Komisaris dan Presiden Komisaris diangkat oleh
RUPS dari calon-calon yang diusulkan oleh para Pemegang Saham
pihak asing dan Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak
dengan ketentuan sekurang-kurangnya satu orang anggota
Komisaris harus dicalonkan oleh Pemegang Saham pihak
Indonesia.
c. Anggota Komisaris dipilih untuk suatu jangka waktu yang berakhir
pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang
kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat
Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota
Komisaris sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh
Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Tugas dan Wewenang Komisaris
a. Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam
menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
b. Komisaris dapat meminta penjelasan tentang segala hal yang
dipertanyakan.
c. Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara
waktu seorang atau lebih anggota Direksi berdasarkan keputusan
yang disetujui oleh lebih dari satu per dua jumlah anggota
Komisaris jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran
c. Direksi
1. Keanggotaan
a. Direksi terdiri dari sekurang-kurangnya enam orang anggota, di
antaranya sebagai Presiden Direktur.
b. Para anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham.
c. Para anggota Direksi diangkat dari calon-calon yang diusulkan
oleh para Pemegang Saham pihak Indonesia sebanding dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan
ketentuan sekurang-kurangnya satu anggota Direksi harus dari
calon yang diusulkan oleh Pemegang Saham pihak Indonesia.
d. Tidak kurang dari dua orang anggota Direksi termasuk seorang
anggota yang dicalonkan oleh Pemegang Saham Indonesia harus
berkebangsaan Indonesia.
2. Masa Jabatan
a. Para Anggota Direksi dipilih untuk suatu jangka waktu yang
berakhir pada penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
kedua setelah mereka terpilih dengan tidak mengurangi hak Rapat
Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan para anggota
Direksi sewaktu-waktu dan mereka dapat dipilih kembali oleh
Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Dalam hal terdapat penambahan anggota Direksi, maka masa
berakhirnya masa jabatan anggota Direksi lainnya yang telah ada,
kecuali Rapat Umum Pemegang Saham menetapkan lain.
3. Tugas dan Wewenang
a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya
untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan
tujuannya.
b. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada
Komisaris.
c. Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggung jawabnya sendiri,
berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau
kuasa yang diatur dalam surat kuasa.
d. Direksi berhak mewakili perseroan di dalam atau di luar
pengadilan serta melakukan segala tindakan dan perbuatan baik
mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan serta mengikat
perseroan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan perseroan,
dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham.
d. Presiden Direktur
Presiden Direktur adalah salah seorang Direksi yang oleh karena
jabatannya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
e. Direktur
Direktur adalah anggota Direksi yang oleh karena jabatannya
melaksanakan tugas untuk kepentingan perseroan sesuai dengan ruang lingkup
tugas / fungsi masing-masing tersebut dibawah ini :
1. Umum dan Sumber Daya Manusia
2. Perencanaan dan Keuangan
3. Bisnis
4. Produksi
5. Pembangkit Listrik
6. Koordinasi Keuangan
f. Divisi
Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk membantu
Direktur dalam menuangkan ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan
berdasarkan ruang lingkup atau fungsi Direktur masing-masing. Divisi dikepalai
oleh seorang General Manager.
g. Departemen
Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk mengawasi
pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan atau digariskan oleh
Divisi masing-masing. Departemen dikepalai oleh seorang Manager.
h. Seksi
Badan atau orang yang dibentuk atau ditugaskan untuk melaksanakan
setiap kebijaksanaan yang telah ditentukan atau digariskan oleh Departemen
i. Auditor Internal
Auditor Internal merupakan unit organisasi yang berdiri sendiri yang
bertanggung jawab atas pemeriksaan dan penilaian kegiatan perusahaan dan
melaporkan hasil pemeriksaan dan penilaian tersebut kepada Presiden Direktur.
Auditor Internal dibawah pengawasan Presiden Direktur bertanggung jawab atas
tugas yang mereka emban dengan cara memberikan analisis, penilaian,
rekomendasi, pemberian nasihat dan informasi.
j. Wakil Manajemen untuk ISO 9001 dan ISO 14001 (MR)
Wakil manajemen untuk Sistem Mutu (ISO 9001) dan Sistem Lingkungan
(ISO 14001) diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden Direktur.
Tugas dan tanggung jawab Wakil Manajemen antara lain :
1. Memberikan arahan dan petunjuk kepada seluruh tingkatan manajemen
mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem Lingkungan
perusahaan.
2. Sebagai penghubung antar perusahaan dengan Badan Sertifikasi
Sistem Mutu (ISO 9001) dan Sistem Lingkungan (ISO 14001).
3. Memberikan saran kepada Presiden Direktur untuk melakukan tinjauan
manajemen mengenai implementasi Sistem Mutu dan Sistem
Lingkungan, tindakan pencegahan serta koreksi sesuai dengan
Prosedur Mutu dan Lingkungan.
4. Bertanggung jawab atas fungsi Jaminan Mutu dan Kualitas
Lingkungan dengan memberikan masukan-masukan kepada Presiden
D. Proses Sertifikasi ISO 9001
PT INALUM mendapatkan sertifikasi ISO 9001 pada tanggal 9 Oktober
2003. Latar belakang perusahaan menerapkan standar mutu ini adalah agar
perusahaan dapat lebih bersaing lagi dengan para pesaingnya dalam pasar
internasional, mempermudah untuk menciptakan kerja sama dengan pihak luar
perusahaan, menciptakan sistem kualitas perusahaan sehingga kinerja perusahaan
dapat lebih baik lagi dan juga untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan
terhadap kualitas yang diberikan.
Secara garis besar tahapan penerapan ISO 9001 terdiri dari 7 (tujuh) tahap,
yaitu :
1. Keputusan dan Komitmen Manajemen
Keputusan dan komitmen manajemen diperlukan untuk memastikan
bahwa pelaksanaan dari penerapan ISO 9001 mendapat dukungan dan keterlibatan
manajemen. Hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk surat keputusan atau surat
sejenis untuk mengorganisasikan proyek penerapan dan sertifikasi ISO 9001.
2. Pelatihan ISO 9001 dan pemasyarakatannya
Mengingat sistem manajemen mutu menghendaki keterlibatan seluruh
karyawan dari suatu unit kerja (organisasi) maka diperlukan pelatihan selama 2
minggu tentang ISO 9001 secara lengkap pada setiap personel yang bertanggung
jawab atas pemastian mutu perusahaan, termasuk unutk manajemen puncak.
Adapun materi pelatihan ini mencakup :
a. Introduction to ISO 9001
b. Sistem Design and Development
d. External Quality Audit (lead assessor/auditor)
Hasil dari pelatihan ini harus disebarluaskan dan dimasyarakatkan kepada
para karyawan lain.
3. Pembentukan tim pelaksana ISO 9001
Untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan ISO 9001, perlu
dibentuk “Tim Pelaksana ISO 9001” pada unit kerja yang akan menerapkan
sistem manajemen mutu ISO 9001 tersebut. Agar efektif dan sukses
pelaksanaannya, maka diperlukan 8 hal sebagai berikut :
a. Kepemimpinan (ketua yang proaktif)
b. Komitmen seluruh anggota tim
c. Terlatih dalam teknik pemecahan masalah (problem solving techniques)
d. Rapat-rapat yang terencana dan tercatat
e. Kegiatan tim diakui sebagai kegiatan resmi perusahaan
f. Adanya pengakuan dan penghargaan dari manajemen
g. Kegiatan-kegiatan tim dapat dilihat oleh pemimpin
h. Anggota tim dapat menikmati keberadaannya dalam tim
4. Menyiapkan dokumentasi sistem mutu
Pada penerapan sistem mutu harus dilakukan persiapan dokumentasi yang
mencakup :
a. Introductiory visit (jika perlu)
Seringkali diperlukan introductiory visit selama 1 hari yang berfungsi
untuk menyesuaikan diri dengan lingkup penilaian atas jenis operasi dan proses
yang diperlukan sehingga dapat dikaji secara efektif dokumentasi organisasi dan
prosesnya.
b. Diagnostik
Berfungsi untuk menentukan status awal. Kegiatan ini biasanya dilakukan
oleh konsultan yang berpengalaman selama 2 atau 3 hari.
c. Penyusunan sistem dokumentasi mutu
Berdasarkan hasil introductiory visit (jika ada) dan diagnostik, maka
disusun sistem dokumentasi mutu yang mencakup :
1. Pedoman Mutu (Quality Manual)
2. Prosedur Sistem Mutu (Quality Sistem Procedures)
3. Instruksi Kerja Formulir
4. Dokumen pendukung lainnya
5. Uji coba sistem mutu
Uji coba sistem mutu berfungsi untuk mengimplementasikan (sebagian uji
coba) sistem dokumentasi yang telah disusun dan untuk melakukan penyesuaian
serta perbaikan atas penerapan sistem mutu tersebut.
6. Audit mutu internal
Audit mutu internal berfungsi untuk memastikan bahwa sistem yang
dikembangkan dilaksanakan sepenuhnya dan memastikan keefektifan sistem
tersebut agar dapat diidentifikasi peluang perbaikannya.
7. Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001
Pada perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan standar ISO 9001
dan ingin memperoleh sertifikat ISO 9001, terdapat beberapa tahap yang harus