KETEPATAN PEMERIKSAAN KLINIS, SITOLOGI
ASPIRASI JARUM HALUS DAN POTONG BEKU
PADA NODUL TUNGGAL TIROID
Peneliti :
SYAHFREADI
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai
Keahlian Dalam Bidang Ilmu Bedah Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KETEPATAN PEMERIKSAAN KLINIS, SITOLOGI
ASPIRASI JARUM HALUS DAN POTONG BEKU
PADA NODUL TUNGGAL TIROID
Peneliti :
SYAHFREADI
Pembimbing :
dr. EMIR TARIS PASARIBU, Sp.B(K)Onk
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai
Keahlian Dalam Bidang Ilmu Bedah Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KETEPATAN PEMERIKSAAN KLINIS, SITOLOGI
ASPIRASI JARUM HALUS DAN POTONG BEKU PADA
NODUL TUNGGAL TIROID
Peneliti :
SYAHFREADI
Disetujui Oleh :
KETUA SUB DEPARTEMEN BEDAH ONKOLOGI
dr. EMIR TARIS PASARIBU SpB(K)Onk
Diketahui Oleh :
KETUA PROGRAM STUDI KETUA DEPARTEMEN DEPARTEMEN ILMU BEDAH ILMU BEDAH FK-USU FK-USU
dr. EMIR T. PASARIBU, SpB(K)Onk Prof. dr. BACHTIAR SURYA,SpB-KBD
SURAT KETERANGAN
SUDAH DIPERIKSA HASIL PENELITIAN
JUDUL : Ketepatan Pemeriksaan Klinis, Sitologi Aspirasi Jarum
Halus dan Potong Beku pada Nodul Tunggal Tiroid
PENELITI : dr. SYAHFREADI
DEPARTEMEN : Ilmu Bedah FK-USU
INSTITUSI : Universitas Sumatera Utara
Medan, Januari 2008
Konsultan Metodologi Penelitian
Fakultas Kedokteran USU
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur hanya kepada Allah SWT,
karena atas ridho-Nya jualah saya berkesempatan mengikuti program
pendidikan dokter spesialis bedah di Departemen Ilmu Bedah FK-USU
Medan, serta kesempatan yang diberikan-Nya untuk dapat menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat akhir pendidikan.
Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. dr.
Bachtiar Surya, SpB-KBD, Ketua Departemen Ilmu Bedah FK-USU.
Ucapan terima kasih kepada dr. Emir Taris Pasaribu, SpB(K)Onk,
sebagai Ketua Program Studi Ilmu Bedah dan sebagai Ketua Sub
Departemen Onkologi yang juga sebagai pembimbing penelitian, yang
senantiasa memberi bimbingan dalam penulisan karya tulis ini sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada
Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, SpFK, sebagai konsultan metodologi
penelitian, yang telah meluangkan waktu membantu menyelesaikan
penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dr. Asrul
Simangunsong, SpB-KBD, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah
dan dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA, sebagai Sekretaris Departemen Ilmu
Bedah, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat
Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada dr.
Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk, yang telah memberikan masukan dan
bimbingan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Ucapan terima kasih secara khusus juga saya sampaikan kepada
dr. Jamaluddin, SpPA,sebagai pembimbing dan dr. Sumondang Pardede,
SpPA, sebagai Kepala Instalasi dari bagian Patologi Anatomi RS HAM,
yang telah memberikan bimbingan, latihan dan fasilitas kepada peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini.
Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada guru-guru
saya : Prof. dr. Buchari Kasim, SpBP (Alm); Dr. dr. Humala Hutagalung,
SpB(K)Onk; dr. Gerhard Panjaitan, SpB(K)Onk; Prof. dr. Hafas Hanafiah,
SpB, SpOT(K)FICS; Prof. dr. Adril A. Hakim, SpS, SpBS(K); Prof. dr. Usul
M. Sinaga SpB(K)Finacs(Alm); Prof. dr. Nazar Moesbar, SpB, SpOT(K);
Prof. dr. Gofar Sastrodiningrat, SpBS(K); Prof. Dr. dr. Iskandar Japardi,
SpBS(K); dr. Asmui Yosodihardjo, SpB, SpBA; dr. Ismet SpB; dr.
Syahbudin Harahap, SpB; dr. Harry Soedjatmiko, SpB, SpBTKV; dr.
Ronald Sitohang, SpB; dr. Bungaran Sihombing, SpU; dr. Marshal, SpB,
SpBTKV; dr. Chairandi, SpOT; dr. Edy Sutrisno, SpBP; dr. Syah Mirsa
Warli, SpU; dr. Liberty Sirait, SpB-KBD; dr. Mahyono, Sp.B, Sp.BA; dr.
Tiur Purba, SpB; dr. Supredo Kembaren, SpB; dr. Nino Nasution, SpOT;
dr. Otman Siregar, SpOT(K)Spine; dr. Husnul Fuad Albar, SpOT; dr. Frank
Bietra Buchari, SpBP; dr. Ridha Darmajaya, SpBS; dr. Mahyudanil, SpBS.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada : Dr. Drs. Heru
Santoso, M.Si; dr. Lisdine, SpPA; dr. Steven Udjung, SpPA; Reni beserta
seluruh staf di bagian Patologi Anatomi RS. H.Adam Malik Medan dan
lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tanpa
pamrih telah memberikan bantuan, koreksi dan saran-saran kepada saya
selama menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan
kepada senior-senior yang lebih dahulu menyelesaikan program
pendidikan dan teman-teman peserta program pendidikan, yang
bersama-sama menjalani suka dan duka selama pendidikan.
Rasa syukur dan terima kasih sebesar-besarnya saya
persembahkan untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Abdullah M. Diah
(Alm) dan Ibunda Fatimah binti M. Mustar atas segala jerih payah dan
pengorbanan beliau berdua dalam mengasuh, membimbing dan mendidik
saya. Demikian juga kepada kedua mertua saya dr. H. Sutomo Marsimin,
SpB dan Dra. Hj. Maksumah Sri Budiarti yang senantiasa memberikan
semangat, nasehat dan bantuan. Demikian juga kepada adik, kakak,
abang dan ipar saya.
Ucapan terima kasih juga khusus saya ucapkan kepada Pamanda
Drs. Ramli M. Diah dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuan,
semangat dan bimbingan kepada saya selama ini.
Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta Indira Shinta
Dewi, SE, Ak, MM dan ananda Muhammad Rafif Athaya dan Muhammad
kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi saya selama menjalani
masa pendidikan yang panjang dan melelahkan ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita kembali, semoga kita
semua senantiasa diberi limpahan rahmat dan karunia-Nya, Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRACT ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Hipotesa... 3
1.5. Kontribusi Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 17
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... .. .. ... 17
3.2. Rancangan Penelitian... 17
3.3. Objek Penelitian... 17
3.4. Definisi Operasional... 18
3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Hasil Penelitian ... 23
4.2. Pembahasan... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1. Kesimpulan ... 34
5.2. Saran ... 34
DAFTAR TABEL
Tabel I Nilai Ketepatan Antara Biopsi Aspirasi Dan Potong Beku.... 2
Tabel II Tanda-tanda Keganasan Tiroid ... 10
Tabel III Klasifikasi dari FNA Cytology ... 14
Tabel IV Rencana Tabulasi Data Tabel 2x2... 21
Tabel 1 Distribusi Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 23
Tabel 2 Distribusi Umur Menurut Nodul ... 24
Tabel 3 Distribusi Jenis Kelamin Menurut Nodul ... 24
Tabel 4 Tumor Ganas Tiroid Berdasarkan Jenis Histopatologi... 25
Tabel 5 Distribusi Variasi Gambaran Klinis... 25
Tabel 6 Hasil Variabel Tanda Ganas Pada Pemeriksaan Klinis ... 26
Tabel 7 Hasil Pemeriksaan Klinis Menurut Blok Parafin ... 26
Tabel 8 Distribusi Hasil Sitologi Bajah/ FNAB Menurut Sistem Klasifikasi FNA Cytology... 27
Tabel 9 Hasil Pemeriksaan Bajah/ FNAB Menurut Blok Parafin ... 28
Tabel 10 Hasil Pemeriksaan Potong Beku/ FS Menurut Blok Parafin. 28 Tabel 11 Hasil Probabilitas Ganas dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik ... 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anterior View. Anatomi R. Colli dengan Glandula Thyroid Normal dan Organ Di Sekitarnya ... 6 Gambar 2. Posterior View. Anatomi R. Colli dengan Glandula Thyroid
ABSTRACT
Objective : To evaluate the efficacy of clinical examination, fine needle aspiration
biopsy (FNAB), and frozen section in a single thyroid nodule.
Background : Thyroid tumour is a common disease found in endocrine system.
The number of prevalency is increasing by the age. The increasing number of
thyroid nodule operation was caused by inaccurate preoperative diagnosis. The
FNAB examination is the most effective and cheapest thyroid nodule examination.
The intraoperative frozen section test used to confirm the result of FNAB and to
determine the defenitive thyroidectomy operation. This study will evaluate and
compare the efficacy of clinical examination, cytologic FNAB and frozen section in
single thyroid nodule with histopatology examination as a gold standart.
Methods : Fifty one patient with single thyroid nodule was obtained from Oncology
section, Departement of Surgery, H. Adam Malik General Hospital, Medan. All of
them undergo a clinical examination, preoperative cytologic FNAB, frozen section
and postoperative parafin block . The questionair were used to record all the data
from this study, the data was statistically analyzed with 2x2 table and multiple
logistic regretion SPSS window 10.0 to determine the probability of malignancy
diagnostic bivariate and multivariate.
Results : From 51 cases, 17 cases (33,3%) thyroid cancer, 14 cases (27,3%)
female and 3 cases (5,8%) male. There are 10 cases (58,82%) papillare thyroid
cancer and 7 cases (41,18%) folliculare thyroid cancer. The accuracy of clinical
examination (76,5%) and FNAB (80,4%) was lower than Frozen Section (96,1%).
The Frozen Section examination give the value of sensitivity 88,2%, specificity
100% and malignancy probability 94,3 (p<0,05).
Conclusion : The clinical test combination, FNAB and Frozen Section give the
extremely higher malignancy probability (97,1%) to determine the malignancy of
single thyroid nodule, this value should be considered as a standart in
management of thyroid nodule if the frozen section test was available.
Keyword : Single thyroid nodule, clinical examination, FNAB, frozen section, gold
ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui ketepatan pemeriksaan klinis, bajah dan potong beku pada nodul tunggal tiroid.
Latar belakang : Tumor tiroid merupakan sistem endokrin yang terbanyak dijumpai. Angka prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Tingginya angka operasi dalam penatalaksanaan nodul tiroid, hal ini disebabkan diagnosa preoperatif yang belum memberikan akurasi yang optimal. Pemeriksaan bajah merupakan pemeriksaan nodul tiroid yang paling murah dan efektif. Pemeriksaan potong beku intraoperatif untuk mengkonfirmasi hasil bajah dan digunakan sebagai dasar menentukan tindakan operasi defenitif tiroidektomi. Penelitian ini akan menilai dan membandingkan ketepatan pemeriksaan klinis, sitologi bajah dan potong beku pada nodul tunggal tiroid dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emas.
Metode : Penelitian dilakukan pada 51 pasien yang menderita nodul tunggal tiroid di poliklinik bedah onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. Seluruh penderita dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi bajah preoperatif dan pemeriksaan potong beku intraoperatif serta blok parafin pasca operatif. Hasil-hasil pemeriksaan diisikan ke dalam Daftar Isian Penelitian, dianalisa secara statistik dengan tabel 2x2 dan regresi logistik multipel SPSS Window 10.0 untuk menentukan angka probabilitas ganas diagnostik secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Dari 51 kasus penelitian dijumpai 17 kasus (33,3%) kanker tiroid, perempuan 14 kasus (27,3%) dan laki-laki 3 kasus (5,8%). Kanker tiroid jenis papiler 10 kasus (58,82%) dan jenis folikuler 7 kasus (41,18%). Akurasi pemeriksaan klinis (76,5%) dan bajah (80,4%) lebih rendah daripada pemeriksaan potong beku (96,1%). Pemeriksaan potong beku memberikan nilai sensitivitas 88,2%, spesifitas 100% dan probabilitas ganas 94,3% (p<0,05).
Kesimpulan : Pemeriksaan kombinasi klinis, bajah dan potong beku memberikan nilai probabilitas ganas yang sangat tinggi (97,1%) dalam menentukan keganasan nodul tunggal tiroid dan perlu dipertimbangkan terus sebagai standar dalam penanganan nodul tiroid jika fasilitas potong beku tersedia.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumor tiroid merupakan neoplasma sistem
endokrin yang terbanyak dijumpai. Berdasarkan dari
“Pathological Base Registration”
di Indonesia tumor/
kanker tiroid merupakan kanker dengan insidensi
tertinggi urutan ke sembilan. Penyakit nodul tiroid
didapatkan pada sekitar 5-8% populasi yang dilakukan
screening dengan palpasi. Angka tersebut meningkat
10 kali lebih banyak pada screening dengan
ultrasonografi dimana prevalensi tertinggi didapatkan
pada daerah endemik. Nodul tiroid jarang ditemukan
pada anak-anak dan prevalensinya meningkat dengan
lebih besar daripada laki-laki (Albar AZ dkk, 2003 ;
Belfiore A , 2002).
Tingginya angka operasi dalam penatalaksanaan
nodul tiroid, yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini
disebabkan diagnosa preoperatif yang belum
memberikan akurasi yang optimal. Pemeriksaan biopsi
aspirasi jarum halus / bajah merupakan pemeriksaan
nodul tiroid yang paling murah dan efektif, keakuratan
mendekati 80%. Banyak ahli bedah menggunakan
pemeriksaan potong beku intraoperatif untuk
mengkonfirmasi hasil pemeriksaan bajah sebelum
operasi dan digunakan sebagai dasar menentukan
tindakan operasi definitif tiroidektomi selanjutnya. Ahli
bedah mendapatkan kesulitan ketika hasil aspirasi
biopsi dan potong beku tidak sesuai. Di beberapa
institusi luar negeri peranan pemeriksaan potong beku
hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja dalam
akurasi pemeriksaan preoperatif. Pemakaian
pemeriksaan potong beku banyak dikritik oleh banyak
ahli yang telah membuktikan tidak ada atau sedikitnya
perbedaan Sensitivitas, Spesifitas dan keakuratan
antara hasil pemeriksaan biopsi aspirasi dan potong
beku dan beberapa telah direkomendasikan untuk
menolak penggunaan potong beku karena biaya yang
mahal ( Damanik R, 2003; Cetin B, 2004 ).
Tabel I berikut membandingkan Sensitivitas,
Spesifitas dan keakuratan antara biopsi aspirasi jarum
halus/ bajah dan potong beku pada pasien dengan
nodul tiroid yang disaripatikan oleh Cetin (2004) dari
beberapa penelitian yang terpisah.
Tabel I. Nilai Ketepatan Antara Biopsi Aspirasi Dan Potong Beku
Teknik Sensitivitas (%)
Spesifitas
(%) Keakuratan (%)
Biopsi aspirasi / bajah
Potong beku
80 – 93,5
60 – 93
56 – 94
97 – 100
79,6 – 92
92 – 97
(Cetin B , 2004 )
Penelitian ini akan menilai dan membandingkan ketepatan
nodul tunggal tiroid dengan pemeriksaan histopatologis sebagai baku
emas.
I.2. Perumusan Masalah
Pemeriksaan klinis dan sitologi aspirasi jarum halus preoperatif
serta potong beku intraoperatif merupakan beberapa prosedur diagnostik
untuk menegakkan diagnosa pada nodul tiroid secara rutin telah
dikerjakan di banyak rumah sakit. Sepanjang pengetahuan kami belum
ada kajian membandingkan langsung antara uji diagnostik ini dengan
pemeriksaan histopatologi blok parafin sebagai baku emas di RS Haji
Adam Malik Medan.
I.3. Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui ketepatan pemeriksaan klinis, bajah
dan potong beku pada nodul tunggal tiroid.
I.3.2. Tujuan Khusus
Menentukan pemeriksaan preoperatif yang dapat digunakan untuk
melakukan seleksi kasus bedah dan menilai ketepatan dari pemeriksaan
tunggal tiroid secara multivariat dan pelaksanaan biopsi aspirasi dapat
dilakukan di poliklinik bedah onkologi RSUP Haji Adam Malik Medan
I.4. Hipotesa
Pemeriksaan kombinasi klinis, bajah dan potong beku akan
meningkatkan akurasi diagnostik preoperatif dan intraoperatif pada nodul
tiroid.
I.5. Kontribusi Penelitian
– Pemeriksaan preoperatif dapat digunakan untuk seleksi kasus bedah
dan medikal.
– Pemeriksaan kombinasi klinis, bajah dan intraoperatif potong beku bila
memberikan akurasi yang tinggi dapat dijadikan standard dalam
penanganan nodul tiroid.
–
Diharapkan nantinya peneliti dan seluruh residen
bedah yang stase dan bertugas di poli bedah
onkologi dapat dan mampu melakukan tindakan
aspirasi biopsi jarum halus sampai pada pembuatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Thyroidea (Yunani thyreos, pelindung) suatu kelenjar endokrin
sangat vaskular, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus dextra dan
sinistra yang dihubungkan oleh isthmus pada garis tengah. Tiap lobus
mencapai superior sejauh linea oblique cartilago thyroidea, isthmus
terletak diatas cincin trachea kedua dan ketiga, sedangkan bagian
terbawah lobus biasanya terletak diatas cincin trakhea keempat atau
kelima. Kelenjar ini dibungkus oleh selubung yang berasal dari lapisan
pretrakhealis fascia cervicalis profunda. Beratnya sekitar 25 gram.
Biasanya membesar secara fisiologis pada masa pubertas, menstruasi,
dan kehamilan (Suen C. Kenneth, 2002; Gharib H, 1993).
Struktur sekitar lobus tiroid, bagian anterolateral dibatasi oleh m.
sternocleidomastoideus, venter superior m. omohyoideus dan tepi anterior
m. sternocleidomastoideus, bagian posterolateral dibatasi oleh vagina
karotika yang berisi a. carotis communis, v. jugularis interna dan n. vagus.
Bagian medial dibatasi oleh larynx, trachea, n. constriktor pharingis
inferior, dan oesophagus. Tepi posterior lobus berhubungan dengan
glandula parathyroidea inferior dan superior dan anastomosis antara a.
Gambar 2. Posterior View. Anatomi R. Colli dengan Glandula Thyroid Normal dan Organ Di Sekitarnya (dikutip dari Everet, DS, An Atlas of Surgical Oncology, 2000)
Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier dengan
bertambahnya usia, ekspos dengan radiasi pengion dan defisiensi iodium.
Secara keseluruhan nodul tiroid lebih sering terdapat pada wanita
dibanding pria. Studi Framingham pada kelompok usia 30-59 tahun,
mendapatkan angka prevalensi nodul tiroid sebesar 6,4% pada wanita
dan 1,5% pada pria. Pada studi rumah sakit, penelitian menunjukkan
bahwa nodul tiroid menempati lebih dari 50% dari seluruh kasus tiroid. Di
Amerika Serikat frekwensi kanker tiroid 1% dari seluruh keganasan yang
Distribusi penyakit 70% pada wanita, estimasi angka kematian pertahun
1.200 penderita (Damanik R, 2003; Subekti I, 2005; Firat M, 2002).
Beberapa klasifikasi histopatologi tumor tiroid diajukan, namun tidak
satupun yang lengkap dan memuaskan. Bagian Patologi Anatomi FK UI
RSUPN Cipto Mangunkusumo mengadaptasi klasifikasi yang diajukan
oleh WHO 1988 dan Armed Forces Institute of Pathology (AFIP) 1990
(Damanik R, 2003).
1. Klasifikasi WHO 1988 :
a. Epithelial tumors
1) Follicular carcinoma
2) Papillary carcinoma
3) Medullary carcinoma (C-cell carcinoma)
4) Undifferentiated (anaplastic) carcinoma
5) Others
b. Non-epithelial tumors
c. Malignant lymphomas
d. Miscellaneous tumors
2. Klasifikasi AFIP 1990 :
a. Epithelial tumors
1) Tumor of follicular cells
a) Defferentiated
b) Follicular carcinoma
c) Papillary carcinoma : Conventional and Variants
e) Undifferentiated (anaplastic) carcinoma
2) Tumors of C (and related neuroendocrine)
Cells : Medullary carcinoma, Others
b. Non-epithelial tumors : Sarcomas
c. Malignant lymphomas
d. Miscellaneous tumors
Prevalensi karsinoma tiroid berdasarkan histopatologi : Papiler
80%, Folikuler 5-10%, Meduler 5-10% dan Anaplastik 5-10% (Damanik R,
2003).
Stadium klinik tergantung hasil pemeriksaan inspeksi dan palpasi
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe regional. Pencitraan digunakan sebagai
alat pemeriksaan tambahan dalam menentukan metastasis jauh.
Sedangkan usia kurang atau lebih dari 45 tahun sangat menentukan
stadium klinik khususnya jenis papiler dan folikuler (Damanik R, 2003).
Lihat lampiran 1.
Pembesaran kelenjar tiroid dalam penatalaksanaan diagnosa yang
lazim digunakan adalah pemeriksaan klinis, laboratorium, USG, scanning,
MRI, CT-scan dan bajah sebagai pemeriksaan preoperatif. Sedangkan
pemeriksaan intraoperatif dilakukan pemeriksaan potong beku. Pada
pemeriksaan klinis tidak dijumpai tanda-tanda khas kanker tiroid, kecuali
bila telah dijumpai adanya infiltrasi jaringan sekitar dan adanya
pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral menyertai pembesaran tiroid
Pemeriksaan klinis yang memberikan kecurigaan keganasan tiroid
seperti tabel berikut :
Tabel II : Tanda-tanda Keganasan Tiroid(Damanik R, 2003)
Sangat Curiga Kecurigaan Menengah
* Nodul padat keras * Nodul > 4 cm dan sebagian
dengan gambaran kistik pada USG
• Nodul cepat membesar
• Nodul terfiksasi jaringan sekitarnya • Paralise pita suara
• Pembesaran kgb regional • Metastase tulang atau paru
• Riwayat keluarga dengan neoplasma endokrin
multipel.
• Usia < 20 tahun > 60 tahun • Laki-laki dengan nodul soliter • Riwayat radiasi leher
Pada penelitian terdahulu oleh Luthfi H, lokasi isthmus merupakan
salah satu tanda ganas klinis, tetapi pada penelitian kepustakaan luar
lokasi tidak merupakan salah satu tanda ganas signifikan. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai satu tanda sangat curiga, akurasinya mencapai
71%, bila dijumpai dua atau lebih tanda sangat curiga ketepatan diagnosa
dapat mencapai 100% sedangkan pada kecurigaan menengah hanya
14% pada hasil pemeriksaan histopatologi. Penelitian yang dilakukan
Hamzah L di Sub bagian Bedah Onkologi HNB/ Bagian Bedah FKUI,
didapat ketepatan diagnosa pemeriksaan klinis 82% dengan tanda-tanda
fisik batas nodul tidak tegas, pembesaran kgb regional, nodul konsistensi
keras, nodul di isthmus dan permukaan berbenjol-benjol (Damanik R,
Sebagian besar tumor ganas kelenjar tiroid berasal dari epitel
kelenjar dan karsinoma. Nodul yang pertumbuhannya cepat mencurigakan
keganasan dan sering nodul tiroid yang tumbuh agresif tersebut
pengobatannya sukar dan mortalitasnya cukup tinggi. Karsinoma tiroid
dapat menyebabkan kematian 10% pada yang berdiferensiasi baik, 50%
pada yang berdiferensiasi buruk dan 100% pada anaplastik (Belfiore A,
2002; Caraci P, 2002; Wijayahadi Y, 2000).
Pada anamnesis awal, umumnya kita berusaha untuk menentukan
apakah nodul tiroid tersebut toksis atau nontoksis. Keluhan-keluhan toksis
antara lain berdebar, berkeringat banyak, cepat lelah, berat badan turun,
sering buang air besar, sulit tidur dan rambut rontok. Sedangkan pasien
dengan nodul tiroid nontoksis, baik yang jinak maupun yang ganas, tidak
mempunyai keluhan lain kecuali datang berobat karena keluhan kosmetik
atau kekhawatiran akan timbulnya keganasan. Sebagian besar keganasan
tiroid tidak memberikan gejala yang berat, kecuali keganasan jenis
anaplastik sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu.
Sebagian kecil pasien, khususnya dengan nodul tiroid yang besar,
mengeluh adanya gejala penekanan esophagus dan trakhea. Biasanya
nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, kecuali timbul perdarahan ke dalam
nodul atau bila kelainannya adalah tiroiditis akut/ subakut. Keluhan lain
pada keganasan yang mungkin ada ialah suara serak (Subekti I, 2005).
Evaluasi pasien dengan massa di leher harus selalu dimulai
dengan riwayat penyakit, diikuti dengan pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan
tiroid. Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda
keganasan tiroid, terutama jenis tiroid yang tidak berdiferensiasi. Tanda
lainnya ialah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitarnya,
serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher. Dalam
menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang dianjurkan
ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH
(sensitif) dan T4 bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid
normal. Tetapi perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/
hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan kemungkinan
keganasan, meskipun memang kecil (Subekti I, 2005; Firat M, 2002).
Pencitraan nodul tiroid tidak dapat menentukan jinak atau ganas,
tetapi dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut
cenderung ganas atau jinak. Modalitas pencitraan yang sering digunakan
pada nodul tiroid adalah Sidik (scanning) tiroid dan USG (Subekti I, 2005).
Pada pasien eutiroid dengan nodul tiroid, bajah harus dilakukan
pertama sekali (Lampiran 2). Bajah merupakan prosedur diagnostik yang
sederhana, murah, aman, tidak mahal dan mempunyai akurasi yang tinggi
bila dilakukan oleh ahli patologi yang berpengalaman. Bajah tiroid
sekarang sangat populer dan dilakukan di seluruh dunia dan dapat
diterima di hampir seluruh institusi yang menangani keganasan pada
tiroid. Terbukti sangat ekonomis dan merupakan prosedur diagnostik
dan nodul tiroid yang dapat diobati secara konservatif. (Damanik R, 2003;
Welker J. Mary, 2003; Kaplan LE, 1999).
Bajah untuk evaluasi sitologi kanker tiroid pada mulanya digunakan
oleh Martin dan Ellis di New York Memorial Hospital for Cancer and Allied
Disease pada tahun 1930. Namun prosedur diagnosis ini kemudian
ditemukan nilai terbatas, dan kemudian dihentikan. Bajah tiroid kemudian
tidak dikembangkan lagi di United States (US) selama 50 tahun hingga
awal tahun 1980-an saat nilai diagnostik didemonstrasikan dengan
sungguh-sungguh oleh ahli-ahli dari Skandinavia. Pada tahun 1974
berdasarkan laporan Crockford dan Bain dan tahun 1979 tulisan Miller dan
Hamburger pertama kali dipublikasikan di Amerika Utara yang
membuktikan tentang nilai bajah tiroid (Nguyen KG, 2005).
Diagnosa sitopatologi oleh beberapa sentra pendidikan kedokteran
di Indonesia menggunakan The manual and atlas of fine needle aspiration
cytology (Orell et al., 1988), kriteria Cytology of non gynecological sites
(WHO, 1977) dan Guides to Clinical Aspiration Biopsy Thyroid (Sudha R.
K, 1987) dalam penilaian sitopatologi tiroid (Damanik R, 2003).
Bila bajah dikerjakan dengan baik akan menghasilkan nilai negatif
palsu kurang dari 5% dan angka positif palsu hampir mendekati 1%. Hasil
bajah dibagi 4 kategori, yaitu : jinak, mencurigakan (termasuk adenoma
folikuler, Hurthle dan gambaran sugestif tapi tidak konklusif karsinoma
papilare tiroid), ganas (termasuk carcinoma papilare, anaplastik dan
metastasis) dan tidak adekuat. Keterbatasan bajah ialah tidak mampu
ganas, karena keduanya mirip. Keduanya bisa dibedakan dari ada atau
tidak invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan histopatologis
sediaan dari operasi (Subekti I, 2005).
Prosedur terakhir menganjurkan sistim pelaporan hasil sitologi tiroid
dibuat sama seperti sistim pada sitologi payudara. Ada lima kategori
[image:30.595.116.521.274.538.2]sitologi tiroid ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel III. Klasifikasi dari FNA Cytology
Kategori FNAC Sitologi
THY1 Bahan tidak cukup
(Insufficient material)
THY2 Jinak (tiroid nodul)
(Benign (nodular goitre))
THY3 Curiga suatu tumor/ neoplasma (folikular)
(Suspicious of neoplasm (follicular))
THY4 Curiga keganasan (papilari/ medulari/ limfoma)
(Suspicious of malignancy (papillary/ medullary/ lymphoma))
THY5 Positif ganas
(Definite malignancy)
( Lennard TWJ, 2006 )
Penelitian pada 309 kasus nodul tiroid pada tahun 1979-1984 di
East Carolina University School of Medicine, North Carolina, didapat
sensitivitas bajah 93%, spesifitas 95,1%, nilai prediksi positif 88,9% dan
nilai prediksi negatif 96,5%. Penelitian yang dilakukan Tjahjono 1985-1992
di Semarang didapat nilai sensitivitas 85,89%; spesifitas 89,69% dan
Kontraindikasi utama bajah adalah perdarahan diathesis, dimana
bila terdapat hematom yang luas di tempat biopsi dapat menyebabkan
kompresi pada trakhea dan respiratori distres. Hematom subkutan pada
daerah biopsi, trakhea yang tertusuk tanpa disengaja dan infeksi lokal
merupakan komplikasi yang jarang terjadi (Welker J. Mary, 2003).
Pemeriksaan potong beku merupakan pemeriksaan yang telah
lama digunakan dalam penanganan kasus tumor. Pemeriksaan ini secara
umum digunakan untuk diagnosa cepat, eveluasi ekstensi tumor dan
batas bebas tumor, mendapatkan jaringan yang cukup dan identifikasi
jaringan. Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas
waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan
operasi defenitif. Alat yang digunakan saat ini berupa cryostats, berupa
wadah tertutup yang berisi bar-plate untuk jaringan yang dibekukan dan
mikrotom yang dapat dimanipulasi dari luar cryostats (Damanik R, 2003;
Ramli M, 2005).
Pemeriksaan potong beku mempunyai keterbatasan dalam
menentukan adenoma folikuler atau karsinoma folikuler seperti halnya
pemeriksaan bajah, oleh karena tidak dapat memberikan informasi invasi
pembuluh darah atau invasi kapsul (Damanik R, 2003).
Evaluasi pemeriksaan potong beku pada nodul tiroid pada tahun
1980-1984 di RS. St. Joseph’s, Ontario, Canada didapat sensitivitas 69%,
spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi negatif 95% dan
RS. Sendai City, Miyagi, Jepang melakukan pemeriksaan potong
beku pada kasus tertentu saja, oleh karena mahal dan proses
pemeriksaan makan waktu. Pemeriksaan ini dapat digantikan
pemeriksaan sitologi preoperatif bajah dengan akurasi tinggi. Pada nodul
tiroid, indikasi pemeriksaan potong beku adalah pada hasil sitologi sugesti
ganas dan mencegah tindakan operasi ekstensif yang tidak perlu seperti
pada penyakit Graves dengan lesi noduler, adenomatosa dengan
kalsifikasi, tiroiditis Hashimoto dengan lesi noduler, neoplasma folikuler,
karsinoma folikuler varian papiler, ektopik tiroid dan kelenjar limfe
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sub bagian Bedah Onkologi FK USU/ RSUP
H. Adam Malik dan bagian Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.
Waktu penelitian ini adalah selama 8 bulan, periode 1 Mei 2007 sampai
dengan 31 Desember 2007.
III.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain penelitiannya
Cross Sectional Study dan bersifat analitik, dengan melakukan
pemeriksaan preoperatif sekaligus klinis dan bajah serta intraoperatif
potong beku pada nodul tunggal tiroid palpabel dan pemeriksaan blok
parafin pasca bedah sebagai pemeriksaan baku emas.
III.3. Objek Penelitian III.3.1. Populasi
Objek penelitian adalah seluruh penderita dengan keluhan nodul
tunggal tiroid palpabel dengan kecurigaan lesi jinak dan ganas yang
dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi bajah preoperatif dan pemeriksaan
III.3.2. Kriteria Inklusi
1. Penderita dengan nodul tunggal tiroid.
2. Penderita dengan T3, T4, TSH normal (non toxic) III.3.3. Kriteria Eksklusi
Penderita dengan nodul tiroid toxic.
III.3.4. Variabel yang diukur III.3.4.1. Variabel Dependen
Pemeriksaan histopatologi blok parafin sebagai pemeriksaan
definitif baku emas, dengan hasil ganas dan jinak dilakukan oleh ahli
patologi anatomi.
III.3.4.2. Variabel Independen
Pemeriksaan klinis, bajah preoperatif dan pemeriksaan potong
beku intraoperatif.
III.4. Defenisi Operasional
1. Penderita nodul tunggal tiroid adalah penderita yang secara klinis pada
pemeriksaan menunjukkan nodul tunggal tiroid.
2. Pemeriksaan klinis. Meliputi anamnesa, inspeksi dan palpasi nodul
tunggal tiroid palpabel.
a. Kelompok Ganas : Bila dijumpai satu atau lebih tanda klinis ganas (seperti : nodul padat keras, nodul terfiksasi jaringan sekitarnya,
paralise pita suara (perubahan suara), pembesaran kelenjar getah
b. Kelompok Jinak : Bila dijumpai tanda klinis lainnya selain diatas. Pemeriksaan ini dilakukan oleh chief residen, bersama peneliti dan
ataupun dokter spesialis konsultan Bedah Onkologi
3. Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Biopsi/ Bajah
Melakukan pengambilan aspirat dengan menggunakan jarum
G22-G24, secara pasif dan aktif menggunakan tabung syringe 10 cc.
Dilakukan hapusan basah dan kering dengan menggunakan fiksasi
alkohol 95%. Pewarnaan sediaan basah dengan Papanicolaou
sedangkan sediaan kering dengan Giemsa. Hasil pemeriksaan
sitopatologi menurut sistim kategori FNA Cytology adalah bahan tidak
cukup, jinak, curiga suatu neoplasma/ inkonklusif, curiga suatu
keganasan, dan positif ganas. Dengan menggunakan sistim di atas,
pada analisa statistik dengan skala dikotom pada penelitian ini, positif
jinak yaitu THY2 (Jinak/ tiroid nodul) dan THY3 (Curiga suatu neoplasma/ folikular), sedangkan positif ganas yaitu THY4 (Curiga suatu malignansi/ keganasan) dan THY5 (Positif ganas). Pengambilan
aspirat dan pembuatan prefarat dilakukan oleh peneliti dibantu oleh
ahli patologi anatomi dan penilaian sitopatologi oleh ahli patologi
anatomi.
a. Kelompok Jinak : THY2 dan THY3.
b. Kelompok Ganas : THY4 dan THY5.
4. Pemeriksaan Intraoperatif Potong Beku
Pemeriksaan jaringan tiroid dapat berupa lobektomi,
Dilakukan pemeriksaan intraoperatif oleh ahli patologi dengan
menggunakan cryostat tertutup dengan bar-plate pembeku jaringan
dan mikrotom yang dapat dimanipulasi dari luar. Hasil pemeriksaan
adalah ganas, jinak dan inkonklusif termasuk disini lesi folikuler. Pada
analisa statistik hasil positif adalah lesi ganas dan negatif adalah lesi
jinak dan inkonklusif.
a. Kelompok Jinak : Cyst, Hypoplasia/ aplasia Thyroid, Hyperplasia Thyroid, Thyroiditis, Goiter/ Struma, Atypical Adenoma, Teratoma.
b. Kelompok Ganas : Papillary Carcinoma, Folliculary Carcinoma, Lymphoma, Metastatic Cancer.
III.5. Pelaksanaan Penelitian
Setiap obyek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis, bajah, potong
beku dan blok parafin sebagai pemeriksaan baku emas, kemudian hasil
pemeriksaan dimasukkan ke dalam formulir penelitian.
III.6. Pengolahan Dan Analisa Data
1. Uji diagnostic dengan table 2x2, variabel prediktor pemeriksaan klinis,
bajah dan potong beku sedangkan variabel efek (baku emas)
pemeriksaan blok parafin dengan skala dikotom jinak dan ganas untuk
menentukan sensitivitas, spesifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi
Tabel IV. Rencana Tabulasi Data Tabel 2x2
Baku Emas
Positif Negatif Jumlah
Positif a b a + b
Negatif c d c + d
Uji Diagnostik
Jumlah a + c b + d a + b + c + d
Dari data tersebut didapatkan :
Sensitivitas = a : (a + c) = … %
Spesifitas = d : (b + d) = … %
Nilai Prediksi Positif = a : (a + b) = ... %
Nilai Prediksi Negatif = d : (c + d) = ... %
Akurasi = (a+d) : (a+b+c+d) =....%
(Damanik R., 2003)
2. Analisa data dengan regresi logistik multipel SPSS Window 10.0 untuk
memberikan angka probabilitas diagnostik secara bivariat dan
multivariat.
Probabilitas Ganas (Pr) = 1 / ( 1 + e -F )
e : 2,71828283
F : (Bo + Bi)
Bo : Koef. Persamaan logistik.
Reg. (nilai Constant)
Bi : Koef. Persamaan logistik
III.7. Kerangka Konsep Penelitian
PENDERITA DENGAN NODUL TUNGGAL TIROID
Jinak
Ganas Jinak
Durante operasi Potong Beku
Post operasi Blok Parafin / PA
Ganas Jinak Pemeriksaan Klinis
Ganas
Ganas Jinak Pre operasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini terdapat 51 penderita nodul tiroid yang
memenuhi kriteria. Usia termuda 12 tahun dan tertua 70 tahun dengan
rerata usia 41,75 (± 14,23) tahun (Tabel 1). Dari 51 kasus penelitian
tersebut dijumpai 17 kasus (33,3%) kanker tiroid dengan distribusi usia
pada tabel 2.
Tabel 1 : Distribusi Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Umur
(Tahun) Perempuan Laki-Laki
Jumlah
Persentase (%)
10 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
4 8 6 12 11 5 1 1 2 0 1 0 5 9 8 12 12 5 9,8 17,7 15,7 23,5 23,5 9,8
Jumlah 46 5 51 100,0
x = 41,75 SD = 14,23 t = 0,966 p = 0,381
Dari hasil uji t (t-test) rerata umur pasien menurut jenis kelamin
perempuan dan laki-laki tidak menunjukkan perbedaan rerata umur.
Tabel 2 : Distribusi Umur Menurut Nodul
Nodul Umur
(Tahun) Ganas Jinak
Jumlah 10-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 2 5 3 2 3 2 3 4 5 10 9 3 5 9 8 12 12 5
Jumlah (%) 17 (33,3%) 34 (66,7%) 51 (100%)
x = 41,75 SD = 14,23 t = 0,992 p = 0,330
Dari hasil uji t (t-test) rerata umur pasien menurut nodul ganas dan jinak
tidak menunjukkan perbedaan rerata umur. Dimana nilai t = 0,992 dan p ≥
0,05.
Tabel 3 : Distribusi Jenis Kelamin Menurut Nodul
Nodul Jenis
Kelamin Ganas (%) Jinak (%)
Jumlah Laki-laki Perempuan 3 (5,8%) 14 (27,5%) 2 (3,9%) 32 (62,8%) 5 (9,7%) 46 (90,3%)
Jumlah (%) 17 (33,3%) 34 (66,7%) 51 (100%)
x2 = 0,693 p =0,405
Dijumpai kasus kanker tiroid pada perempuan ada 14 kasus
[image:41.595.106.392.547.696.2]bahwa tidak ada hubungan antara keganasan nodul terhadap jenis
kelamin. Dimana x2 = 0,693 dan p ≥ 0,05.
Tabel 4 : Tumor Ganas Tiroid Berdasarkan Jenis Histopatologi
Jenis Jumlah
Persentase (%)
• Papiler
• Folikuler
10
7
58,8
41,2
Jumlah 17 100,0
Dijumpai 10 kasus (58,82%) kanker tiroid jenis papiler dan 7 kasus
[image:42.595.109.435.381.735.2](41,18%) jenis folikuler.
Tabel 5 : Distribusi Variasi Gambaran Klinis
Gambaran Klinis Kasus Persentase ( % ) I. Ganas 1) NK
2) NK + P
3) NK + P +PPS
4) NK + PPS
5) NK + PGB
6) PGB + PPS
II. Jinak
9
3 (33,3% )
2 (22,2 %)
1 (11,1%)
1 (11,1%)
1 (11,1%)
1 (11,1%)
42
17,6
Hasil pemeriksaan klinis ganas dijumpai 9 kasus (17,6 %) dan jinak 42
kasus (82,4 %) dari 51 kasus penelitian. Variasi hanya nodul keras dan
nodul keras + perlengketan dijumpai paling banyak dari 9 kasus ganas
pada pemeriksaan klinis masing-masing 3 kasus (33,3%) dan 2 kasus
(22,2%).
[image:43.595.108.505.274.468.2]
Tabel 6 : Hasil Variabel Tanda Ganas Pada Pemeriksaan Klinis
Tanda Ganas Kasus Positif Ganas (%)
• Nodul ganas
• Perlengketan
• Kelenjar getah bening
• Paralise pita suara
• Metastase
8
3
2
3
-
5/17 (29,4%)
2/17 (11,8%)
2/17 (11,8%)
3/17 (17,6%)
Tanda klinis ganas nodul keras ditemukan paling banyak dari tanda
klinis ganas lainnya yaitu 8 kasus dengan persentase positif ganas 29,4%
dibandingkan 17 kasus positif ganas pada pemeriksaan blok parafin.
Tabel 7 : Hasil Pemeriksaan Klinis Menurut Blok Parafin Blok Parafin (Baku Emas)
P. Klinis Ganas Jinak Jumlah
• Ganas
• Jinak
7
10
2
32
9
42
Jumlah 17 34 51
[image:43.595.110.448.612.745.2]Sensitivitas 41,2%, spesifitas 94,1%, nilai prediksi positif 77,8%,
nilai prediksi negatif 76,25%, nilai negatif semu 19,6% dan akurasi 76,5%.
Hasil uji x2 menunjukkan nilai 7,438 dan p ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara hasil pemeriksaan klinis terhadap hasil blok parafin.
Tabel 8 : Distribusi Hasil Sitologi Bajah/FNAB menurut Sistem Klasifikasi FNA Cytology
FNA Cytology System (THY1 – THY5)
Ganas Jinak Jumlah
Persentase (%) THY1 THY2 THY3 THY4 THY5 0 0 0 3 4 0 39 5 0 0 0 39 5 3 4 0,0 76,5 9,8 5,9 7,8
Jumlah 7 (13,7%) 44 (86,3%) 51 100%
Dijumpai hasil jinak (THY2 dan THY3) 44 kasus (86,3%) dengan
paling banyak THY2 39 kasus (76,5%) dan hasil ganas (THY4 dan THY5) 7
kasus (13,7%) dengan jumlah THY4 3 kasus (5,9%) dan THY5 4 kasus
[image:44.595.108.507.268.502.2]Tabel 9 : Hasil Pemeriksaan Bajah/ FNAB Menurut Blok Parafin Blok Parafin (Baku Emas)
Bajah/ FNAB Ganas Jinak Jumlah
• Ganas
• Jinak
7
10
0
34
7
44
Jumlah 17 34 51
x2 = 12,936 p = 0.000
Sensitivitas 41,2%, spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai
prediksi negatif 77,3%, nilai negatif semu 19,6% dan akurasi 80,4%. Hasil
[image:45.595.107.454.110.241.2]uji x2 menunjukkan nilai 12,936 dan p ≤ 0,05 berarti ada hubungan antara antara hasil bajah/ FNAB terhadap hasil blok parafin.
Tabel 10 : Hasil Pemeriksaan Potong Beku/ FS Menurut Blok Parafin
Blok Parafin (Baku Emas)
P. Beku/ FS Ganas Jinak Jumlah
• Ganas
• Jinak
15
2
0
34
15
36
Jumlah 17 34 51
x2 = 38,356 p = 0,000
Sensitivitas 88,2%, spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%,nilai
prediksi negatif 94,4%, nilai negatif semu 4% dan akurasi 96,1%. Hasil uji
[image:45.595.107.480.355.557.2]Tabel 11 : Hasil Probabilitas Ganas dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
Jenis Pemeriksaan Probabilitas (%)
- PK vs Blok Parafin
- FNAB vs Blok Parafin
- FS vs Blok Parafin
- PK + FNAB vs Blok Parafin
- PK + FS vs Blok Parafin
- FNAB + FS vs Blok Parafin
- PK + FNAB + FS vs Blok Parafin
76,0%
77,0%
94,3%
81,9%
96,9%
94,3%
97,1%
p < 0,05
Keterangan : PK : Pemeriksaan Klinis, FNAB : Bajah, FS : Potong Beku
Pemeriksaan klinis memberikan probabilitas ganas yang paling rendah
yaitu 76,0 %, sedangkan kombinasi P.Klinis, Bajah/ FNAB dan Potong
[image:46.595.109.447.123.437.2]IV.2. Pembahasan
Dijumpai 17 kasus (33,3%) kanker tiroid dengan sebaran usia
terbanyak antara 21 tahun dan 60 tahun, dibandingkan kepustakaan tidak
jauh berbeda, yakni usia 25 dan 55 tahun. Hasil ini juga hampir sama
dengan penelitian Damanik R, yakni dijumpai 34,72% kanker tiroid dari 72
kasus yang diteliti dengan sebaran usia terbanyak antara 21 tahun dan 50
tahun (Damanik R, 2003).
Jenis kanker yang terbanyak adalah papiler yakni 58,8% dan
folikuler 41,18%, sedikit berbeda dengan kepustakaan dimana jenis
papiler 80% dan folikuler 5-10% (Lloyd RV, 1990).
Pada pemeriksaan klinis, tanda ganas yang paling banyak dijumpai
adalah nodul keras yakni 8 kasus dengan positif ganas pada blok parafin
5 kasus (29,4%). Hasil ini tidak berbeda jauh dari penelitian Luthfi H. yakni
29,3% dan Damanik R yakni 48% (Hamzah L, 1996; Damanik R, 2003).
Hasil pemeriksaan klinis dibandingkan dengan blok parafin dengan
tabel 2x2 didapat sensitivitas 41,2%, spesifitas 94,1%, nilai prediksi positif
77,8%, nilai prediksi negatif 76,2% dan akurasi 76,5%. Hasil penelitian
sedikit lebih rendah dari hasil penelitian Damanik R. yaitu sensitivitas 52%,
spesifitas 95,7%, akurasi 80,5% dan Okamoto dkk yaitu sensitivitas 63%,
spesifitas 98%, hasil penelitian lebih rendah dapat dihubungkan jumlah
kasus yang sedikit, adanya dijumpai kasus infeksi tiroid dan pengalaman
pemeriksa (peneliti). Pada analisa regresi logistik dengan variabel klinis
lemah dengan probabilitas ganas 76% (p<0,05), hasil ini sedikit lebih
tinggi dari kepustakaan yakni 71% (Damanik R, 2003).
Pemeriksaan bajah merupakan pemeriksaan yang mempunyai
akurasi cukup tinggi dibandingkan klinis dan USG (73,6%), pada
penelitian ini didapat sensitivitas 41,2%, spesifitas 100%, nilai prediksi
positif 100%, nilai prediksi negatif 77,3% dan akurasi 80,4%. Dengan
analisa regresi logistik didapat probabilitas ganas 77% (p < 0,05).
Dibandingkan pada kepustakaan didapat sensitivitas 93%, spesifitas
95,1%, nilai prediksi positif 88,9%, nilai prediksi negatif 96,5%, akurasi
79,6 – 92% (Cetin B, 2004; Damanik R., 2003). Perbedaan ini sangat
dipengaruhi oleh pemeriksa, dimana pengambilan aspirat sitologi yang
tidak tepat, dan tentunya pengalaman dan kejelian ahli patologi sangat
berpengaruh dalam pemeriksaan ini. Hal ini juga terlihat masih tingginya
negatif semu 19,6%.
Nilai sensitivitas dan akurasi dari pemeriksaan klinis dan bajah
masih lebih rendah dibandingkan kepustakaan.
Pemeriksaan potong beku didapat hasil sensitivitas 88,2%,
spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi negatif 94,4%
dan akurasi 96,1%. Dengan analisa regresi logistik didapat probabilitas
ganas pemeriksaan ini 94,3% (p < 0,05). Pada penelitian Damanik R,
sensitivitas 76%, spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi
negatif 88,7%, akurasi 91,7%, sedangkan Samuel P. Bugis dkk,
sensitivitas 64%, spesifitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi
cukup baik bila dibandingkan dengan klinis dan bajah, tapi belum ideal
sebagai pemeriksaan intraoperatif yang ditetapkan Association of
Directors of Anatomic and Surgical Pathology dimana angka kesalahan
tidak melebihi 3%, sedangkan pada penelitian ini dijumpai hasil negatif
semu 4% dan pada penelitian Damanik R. didapat hasil negatif semu
8,3% (Bugis PS, 1986; Damanik R., 2003).
Analisa regresi logistik multivariat dengan pemeriksaan klinis (+)
dan bajah (+) didapat probabilias 81,9%. Pemeriksaan klinis (+) dan
potong beku/ FS (+) didapat probabilitas 96,9%. Pemeriksaan bajah (+)
dan potong beku/ FS (+) didapat probabilias 94,3%. Sedangkan bila
pemeriksaan klinis (+), pemeriksaan bajah (+) dan potong beku/ FS (+)
didapat nilai probabilitas mencapai 97,1%. Walaupun tidak berbeda jauh
kombinasi ini masih lebih tinggi dari kombinasi pemeriksaan klinis, USG
dan bajah dari penelitian Damanik R (2003) dengan probabilitas 95,19%.
Bila data-data pasien lengkap dengan hasil pemeriksaan yang telah
[image:49.595.107.453.593.763.2]dilakukan ( tertera pada lampiran 3) ditampilkan dalam tabel 2x2 berikut
(Tabel 12).
Tabel 12 : Hasil Pemeriksaan Klinis, Bajah dan Potong Beku Menurut Blok Parafin
Blok Parafin (Baku Emas) P.Klinis
Bajah/ FNAB P. Beku/ FS
Ganas Jinak Jumlah
• Ganas
• Jinak
4
1
0
32
4
33
Jumlah 5 32 37
Akan diperoleh nilai sensitivitas 80%, spesifitas 100 %, nilai prediksi positif
100 %, nilai prediksi negatif 96,9 % dan akurasi 97,3%. Dari data ini
terlihat bahwa nilai sensitivitasnya (80%) lebih rendah dari potong beku
yaitu 88,2% dan nilai akurasinya tidak berbeda jauh (Tabel 10). Jadi untuk
kepentingan klinis praktis cukup dengan pemeriksaan potong beku/ FS
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Pemeriksaan preoperatif klinis, bajah dan intraoperatif potong beku/ FS
merupakan alat diagnostik nodul tiroid yang saling melengkapi.
2. Akurasi pemeriksaan klinis (76,5%) dan bajah (80,4%) lebih rendah
daripada pemeriksaan potong beku (96,1%).
3. Pemeriksaan potong beku memberikan nilai sensitivitas 88,2%,
spesifitas 100% dan probabilitas ganas 94,3% (p < 0,05).
4. Pemeriksaan kombinasi (Tabel 11) memberikan nilai probabilitas
ganas yang lebih besar daripada pemeriksaan tunggal.
5. Meskipun nilai probabilitas ganas dari pemeriksaan kombinasi
pemeriksaan klinis, bajah, dan potong beku sangat tinggi (97,1%)
dalam menentukan keganasan nodul tunggal tiroid namun nilai
sensitivitasnya (80%) lebih rendah daripada nilai sensitivitas potong
beku (88,2%).
V.2. Saran
1. Pemeriksaan kombinasi klinik, bajah dan intraoperatif potong beku
perlu dipertimbangkan terus dijadikan standard dalam penanganan
nodul tiroid karena memberikan hasil probabilitas ganas yang paling
tinggi, walaupun nilai sensitivitas yang lebih jelek dibandingkan dengan
2. Seluruh residen bedah yang bertugas di poli bedah onkologi dan
dokter bedah yang menangani kasus tumor tiroid dapat dan mampu
melakukan tindakan aspirasi jarum halus sampai pada pembuatan
preparat sitologi biopsi aspirasi.
3. Pelaporan hasil sitologi aspirasi biopsi dari bagian Patologi Anatomi
harus konsisten dengan sistem klasifikasi dari FNA cytology, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Albar AZ, Tjindarbumi D, Ramli M, Lukitto, P, dkk, (2003) Protokol Pelaksanaan Tumor/ Kanker Tiroid, dalam Protokol PERABOI; hal. 18-23.
Belfiore A, (2002) The Use of Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) in Thyroid Disease. Thyroid International; 2:3-17.
Bugis PS, M. Edward J, Archibad DS, Chen MSV, (1986) Diagnostic Accuracy of Fine Needle Aspiration Biopsy versus Frozen Section in Solitary Thyroid Nodules. Am J Surg; 152 : 411-15.
Caraci P, Aversa S, et al, (2002), Role of Fine-Needle Aspiration Biopsy and Frozen Section Evaluation in Surgical Management of Thyroid Nodule, British Journal of Surgery; 89(6):797-801.
Cetin B, MD et al, (2004), Frozen Section in Thyroid Surgery: Is it a necessity?, Can J Surgery, Vol 47, No.1; 29 – 33.
Damanik, R (2003), Akurasi Pemeriksaan Klinis, Ultrasonografi dan Biopsi Aspirasi Jarum Halus pada Nodul Tiroid, Sub bagian Bedah Onkologi-Bagian Bedah FK UI; hal. 1-16.
Firat M, Guney E, (2002), The Value of Fine Needle Aspiration Biopsy in The Management of Thyroid Nodules, Turkish Journal of Endorcrinology and Metabolism, Vol. 6.
Gharib H, Goellner J, (1993), Fine-Needle Aspiration of the Thyroid – An Appraisal, Volume 118, Issue 4; p. 282-289.
Hamzah L, (1996), Tanda-tanda Klinis pada Keganasan Kelenjar Tiroid. Diajukan untuk Memproses Gelar Ahli Bedah Onkologi. Jakarta : FKUI.
Kaplan LE, (1999), Sugg LS, Costa E, Surgery of Thyroid Gland. In : The Thyroid and Uits Disease, Capt. 21.
Llyod RV, (1990), editor. Endocrine Pathology. New York : Springer-Verlag. p. 58.
Lennard TWJ, Sadler GP, (2006), The Thyroid Gland, in : Endocrine Surgery, ELSEVIER – Sanders, Third Edition, Chapter Two : p. 47.
Ramli M, (2005), Kanker Tiroid : Penatalaksanaan Diagnosis dan Terapi, dalam: Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta; 9-31.
Subekti I, (2005), Pendekatan Pasien Dengan Nodul Tiroid, dalam : Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta; 1-8.
Suen C. Kenneth, (2005), Fine-Needle Aspiration Biopsy of Thyroid, CMAJ, September 3; 167.
Welker J. Mary, Orlos D, (2003), Thyroid Nodules, American Family Physician, February 1, Volume 67, Number 3.
Lampiran 1
Tabel stadium klinik tumor tiroid berdasarkan
American Joint Committee Cancer 2002
(Dikutip dari American Joint Committe on Cancer, Cancer staging manual 6th, 2002; p.77-79)
Papillary or Follicular Under 45 years
Stage I Any T Any N M0
Stage II Any T Any M1
Papillary or Follicular 45 years and Older
Stage I T1 N0 M0
Stage II T2 N0 M0
Stage III T3 N0 M0
T1 N1a M0
T2 N1a M0
T3 N1a M0
Stage IVA T4a N0 M0
T4a N1a M0
T1 N1b M0
T2 N1b M0
T3 N1b M0
T4a N1b M0
Stage IVB T4b Any N M0
Stage IVC Any T Any N M1
Medullary Carcinoma
Stage I T1 N0 M0
Stage II T2 N0 M0
Stage III T3 N0 M0
T1 N1a M0
T2 N1a M0
T3 N1a M0
Stage IVA T4a N0 M0
T4a N1a M0
T1 N1b M0
T2 N1b M0
T3 N1b M0
T4a N1b M0
Stage IVB T4b Any N M0
Stage IVC Any T Any N M1
Anaplastic Carcinoma All anaplastic carcinoma are considered Stage IV
Stage IVA T4a Any N M0
Stage IVB T4b Any N M0
Lampiran 2.
Algoritme Diagnostik Nodul Tiroid (Dikutip dari Subekti I, 2005)
Lampiran 3.
DATA-DATA PASIEN
No. Record Nama Sex Umur P. Klinis FNAB FS PA
1. 325640 Ny. M 42 - - - -
2. 327953 Ny. KS 46 - - - -
3. 327551 Ny. D 56 - - - -
4. 329763 Ny. GS 49 - - - -
5. 325891 Ny.I 30 - - - -
6. 325688 Ny. RT 51 - - - -
7. 329331 Ny. SW 34 - - - -
8. 326196 Ny. EN 42 - - - -
9. 117865 Ny. SP 40 - - - -
10. 332294 Ny. RS 51 - - - -
11. 333216 Ny. LS 41 - - - -
12. 285649 Ny. DS 45 - - - -
13. 331633 Ny. EM 34 - - - -
14. 334146 Tn. RK 23 - - - -
15. 038427 Ny. A 51 - - - -
16. 331534 Ny. S 38 - - - -
17. 330847 Ny. JP 53 - - - -
18. 332833 Ny. ES 61 - - - -
19. 321271 Ny. T 53 - - - -
20. 337574 Nn. JL 19 - - - -
21. 320446 Ny. CT 50 - - - -
22. 335729 Ny. K 66 - - - -
23. 338445 Ny. SA 50 - - - -
24. 338238 Nn. MY 12 - - - -
25. 337202 Ny. UA 27 - - - -
26. 340881 Ny. NS 29 - - - -
27. 203159 Nn. YN 17 - - - -
28. 323487 Ny. ET 52 - - - -
29. 327551 Ny. D 55 - - - -
30. 321924 Ny. S 37 - - - -
31. 002729 Ny. IS 62 - - - -
32. 335790 Ny. M 44 - - - -
34. 340990 Ny. MT 50 + - - -
35. 315611 Ny. S 21 + - - +
36. 338307 Ny. SS 51 - - - +
37. 326159 Ny. L 49 + - + +
38. 335244 Ny. R 54 - - + +
39. 335278 Ny. RL 50 - - + +
40. 332714 Tn. JT 35 - - + +
41. 323342 Ny. ST 33 - - + +
42. 337283 Ny. AS 30 - - + +
43. 340564 Tn. W 39 - - + +
44. 235232 Ny. EM 53 + - + +
45. 328834 Ny. S 22 - + + +
46. 338160 Ny. DS 20 - + + +
47. 336384 Ny. RM 25 - + + +
48. 332542 Ny. A 70 + + + +
49. 332545 Ny. DL 61 + + + +
50. 335755 Ny. RK 27 + + + +
51. 332774 Tn. VD 19 + + + +
Lampiran 4.
USIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 12 1 1,9 1,9 1,9
17 1 1,9 1,9 3,8
19 2 3,9 3,9 7,7
20 1 1,9 1,9 9,6
21 1 1,9 1,9 11,5
22 1 1,9 1,9 13,4
23 1 1,9 1,9 15,3
25 1 1,9 1,9 17,2
27 2 3,9 3,9 21,1
29 1 1,9 1,9 23,0
30 2 3,9 3,9 26,9
33 1 1,9 1,9 28,8
34 2 3,9 3,9 32,7
35 1 1,9 1,9 34,6
37 1 1,9 1,9 36,5
38 1 1,9 1,9 38,4
39 1 1,9 1,9 40,3
40 1 1,9 1,9 42,2
41 1 1,9 1,9 44,1
42 2 3,9 3,9 48,0
44 1 1,9 1,9 49,9
45 1 1,9 1,9 51,8
46 1 1,9 1,9 53,7
49 2 3,9 3,9 57,6
50 4 7,8 7,8 65,4
51 4 7,8 7,8 73,2
52 1 1,9 1,9 75,1
53 3 5,9 5,9 81,0
54 1 1,9 1,9 82,9
55 1 1,9 1,9 84,8
56 1 1,9 1,9 86,7
60 1 1,9 1,9 88,6
61 2 3,9 3,9 92,5
62 1 1,9 1,9 96,2
66 1 1,9 1,9 98,1
Total 51 100,0 100,0
Lampiran 5.
PRINT OUT SPSS
Hasil Analisa Bivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : P. Klinis, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a P. Klinis Constant 2.416 -1.253 .880 .802 7.540 2.441 1 1 .006 .118 11.200 .286
a. Variable(s) entered on step 1 : P. Klinis
Persamaan regresi logistik : F = (-1.253 + 2.416x1)
= 1.163
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-1.163) = 0.760 = 76,0%
Hasil Analisa Bivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : Bajah/ FNAB, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a FNAB/ Bajah Constant 22.427 -21.203 15191.512 15191.512 .000 .000 1 1 .023 .113 5.SE+09 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : FNAB
Persamaan regresi logistik : F = (-21.203 + 22.427x1)
= 1.224
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-1.224) = 0.769 = 77,0%
Hasil Analisa Bivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : Potong Beku, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
1a Constant -21.203 10377.780 .000 1 .030 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : FS
Persamaan regresi logistik : F = (-21.203 + 24.036x1)
= 2.833
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-2.833) = 0.9433 = 94.3%
Hasil Analisa Multivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : P. Klinis dan Bajah/ FNAB, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a P. KLINIS FNAB Constant 1.925 21.929 -22.334 1.004 14274.799 14274.799 3.679 .000 .000 1 1 1 .005 .023 .999 6.857 3.3E+09 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : P. Klinis, FNAB
Persamaan regresi logistik : F = (-22.334 + 1.925x1 + 21.929x2)
= 1.52
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-1.52) = 0.8197 = 81.9%
Hasil Analisa Multivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : P. Klinis dan Potong Beku/ FS, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a P. KLINIS FS Constant 2.773 24.060 -23.367 1.591 9683.298 9683.298 3.037 .000 .000 1 1 1 .005 .002 .998 16.000 2.8E+10 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : P. Klinis, FS
Persamaan regresi logistik : F = (-23.367 + 2.773x1 + 24.060x2)
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-3.466) = 0.96899 = 96.9%
Hasil Analisa Multivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : Bajah/ FNAB dan Potong Beku/ FS, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a FNAB FS Constant .000 24.036 -21.203 20801.838 14210.361 15191.515 .000 .000 .000 1 1 1 .023 .002 .999 1.000 2.7E+10 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : FNAB, FS
Persamaan regresi logistik : F = (-21.203 + 0x1 + 24.036x2)
= 2.83
Nilai Probabilitas (Pr) = 1/(1 + e-2.83) = 0.9433 = 94.3%
Hasil Analisa Multivariat Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik
(Variabel bebas : P. Klinis, Bajah/ FNAB dan Potong Beku/ FS, Variabel tergantung : Ganas)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a P. KLINIS FNAB FS Constant 2.773 -.599 24.314 -23.023 1.591 19410.437 13604.221 13845.224 3.037 .000 .000 .000 1 1 1 1 .005 .023 .002 .999 16.000 .550 3.6E+10 .000
a. Variable(s) entered on step 1 : P. Klinis, FNAB, FS
Persamaan regresi logistik : F = (-23.023+2.773x1–0.599x2+24.314x3)
= 3.465
1. BIVARIAT
Variabel Chi Square P. Value
P. Klinis Bajah P. Beku 7.438 12.936 38.356 0.006 0.000 0.000
B. Parafin * P. Klinis
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continunity Correction a Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
9.714b 7.438 9.284 9.524 51 1 1 1 1 .002 .006 .002 .002 .004 .004
a. Computed only for a 2x2 table
b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00
B. Parafin * Bajah
Association N of Valid Cases
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33
B. Parafin * P. Beku
Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continunity Correction a Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
42.500b 38.356 49.476 41.667 51 1 1 1 1 .000 .000 .000 .000 .000 .000
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00
2. Multivariat
Block 0 : Beginning Block
Classification Table a,b
Predicted B. Parafin
Observed Jinak Ganas
Percentage Correct Step 0 B. Parafin Jinak
Ganas 34 17 0 0 100.0 0 Overall Percentage 66.7
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .693 .297 .5445 1 .020 2.000
Step 0 Variables Overall Statistics P. Klinis FNAB FS 9.714 16.227 42.500 43.024 1 1 1 3 .002 .000 .000 .000
Block 1 : Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-Square df Sig.
Step 1 Step Block Model 52.143 52.143 52.143 3 3 3 .000 .000 .000 Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 12.781 .640 .889
Classification Tablea
Predicted B. Parafin
Observed Jinak Ganas
Percentage Correct Step 1 B. Parafin Jinak
Ganas 34 2 0 15 100.0 88.2 Overall Percentage 96.1
Lampiran 6.
DAFTAR ISIAN PENELITIAN
(dr. Syahfreadi)1. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : ...
Nama : ...
Umur / Kelamin : ...thn / ...
Tanggal Pemeriksaan : ...
Alamat : ...
2. PEMERIKSAAN KLINIS
Lokasi nodul : kiri / kanan / isthmus / ki-ka
Jumlah : tunggal / multipel
Ukuran : .... x ... cm
Batas : tegas / tidak tegas
Permukaan : halus / kasar / rata / berbenjol
Konsistensi : padat / keras / padat kenyal / kistik
Perlekatan/ invasin jar. sekitar : ada / tidak
Paralise pita suara : ada / tidak
Kel. Getah bening leher : ada / tidak , Ipsilateral / kontralateral
Riwayat radiasi : ada / tidak
Riwayat keluarga MEN : ada / tidak
DIAGNOSA KLINIS : ... Pemeriksa : ...
3. PEMERIKSAAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS No. Sitologi : ...
Jinak Ganas
……… ……… Pemeriksa : ...
4. PEMERIKSAAN POTONG BEKU No. PA : ...
Jinak Ganas
……… ……… Pemeriksa : ...
5. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI BLOK PARAFIN No. PA : ...
Jinak Ganas
……… ……… Pemeriksa : ...