PEMBERITAAN TERORISME DAN SIKAP MAHASISWA
(Studi Korelasional Tentang Hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne Dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana
(S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Diajukan oleh:
Christian Fredrik Purba
080922007
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Sejauh mana hubungan pemberitaan terorisme di tvOne dan sikap mahasiswa FISIP USU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variable terhadap variable lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 FISIP USU yang masih aktif kuliah, yang terdiri dari 3 departemen yaitu Ilmu Komunikasi, Kesejahteraan Sosial, dan Administrasi Negara, sebanyak 1121 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 91 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman dengan hasil 0.597.
Hasil Uji Korelasi Spearmen Menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 16.0. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variable digunakan skala Guildford. Hasil 0.597 berada diskala 0.40-0.70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
berkat kasih karunia-Nya yang senantiasa memberikan kesehatan dan semangat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kepada kedua orang tua penulis, Meilan Purba. dan Maria Nelvyana Kowaas yang
senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan kasih sayang yang diberikan
kepada penulis.
Skripsi ini berjudul Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa, dibuat
sebagai salah satu persyaratan kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera
Utara. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan
bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis,
yang sangat banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Mulai dari meluangkan waktu, memberikan saran dan kritik berharga dan
4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si. selaku dosen wali yang telah
membimbing penulis selama menjalani masa studi sebaga mahasiswa
FISIP USU.
5. Seluruh Staf Dosen dan Adiministrasi Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU, yang telah memberikan pendidikan pelajaran, bimbingan serta
bantuan lainnya pada penulis dari semester awal hingga menamatkan
perkuliahan.
6. Ria Angelina Pasaribu, yang telah memberikan waktu,perhatian, pikiran
serta dukungan yang sebesar-besarnya kepada penulis sampai skripsi ini
dapat selesai.
7. Teman-teman penulis di ‘alumni smoendoe 03 ‘, Cekol, Junet, Berkatdo,
Debot, dan Tommy.
8. Teman-teman penulis di alumni D3 Jurusan Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, terkhusus Koko,
Ryan, Tria, dan Dicky.
9. Teman-teman penulis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
,Universitas Sumatera Utara terkhusus kepada Rudi, Frans, Jonathan, dan
Manuel.
10.Kak Nina, Lae Nando, keponakan Lala dan Juan.
11.Teman-teman mahasiswa Ekstensi Departemen Ilmu Komunikasi stambuk
2008, Irfan, Inggrid, Ika, Pungu, dan seluruh teman-teman yang tidak
dapat disebutkan.
12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan.
kesempurnaan, masih terdapat kekurangan Oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kedepannya bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi seluruh pihak yang membacanya.
Medan, Juni 2010
Penulis,
Daftar Isi
ABSTRAKSI ... I KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... IV DAFTAR TABEL ... VI DAFTAR GAMBAR... VIII
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH... 1
I.2 PERUMUSAN MASALAH ... 4
I.3 PEMBATASAN MASALAH ... 4
I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 5
I.4.1 Tujuan Penelitian ... 5
I.4.2 Manfaat Penelitian ... 6
I.5 KERANGKA TEORI ... 6
I.6 KERANGKA KONSEP ... 14
I.7 MODEL TEORITIS ... 16
I.8 VARIABEL OPERASIONAL ... 16
I.9 DEFINISI OPERASIONAL ... 17
I.10 HIPOTESIS ... 19
BAB II URAIAN TEORITIS ... 20
II.1 KOMUNIKASI ... 20
II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 20
II.3.1 Proses Komunikasi ... 23
II.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi ... 24
II.2 KOMUNIKASI MASSA ... 27
II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 27
II.2.2 Ciri Komunikasi Massa ... 29
II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 29
II.2.4 Model Output Komunikasi Persuasi ... 32
:II.2.5 Model dalam Riset Komunikasi Massa ... 32
II.3 TELEVISI SEBAGAI MEDIA MASSA ... 36
II.3.2 Sejarah Televisi ... 36
II.3.3 Sejarah Televisi di Indonesia ... 37
II.3.4 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa ... 41
II.4 BERITA... 41
II.5 EFEK KOMUNIKASI MASSA ... 44
II.6 SIKAP ... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
III.1 METODE PENELITIAN ... 53
III.2 LOKASI PENELITIAN ... 53
III.3 POPULASI ... 53
III.4 SAMPLE ... 54
III.5 TEKNIK PENARIKAN SAMPEL ... 55
III.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 56
III.7 TEKNIK ANALISIS DATA ... 57
III.8 PROSES PENGOLAHAN DATA ... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
IV.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 62
IV.1.1 Sejarah Singkat FISIP USU... 62
IV.1.2 Visi FISIP USU ... 64
IV.1.3 Misi FISIP USU ... 64
IV.2 REALITAS PEMBERITAAN TERORISME DI TVONE PERIODE BULAN MARET ... 66
IV.3 ANALISIS TABEL TUNGGAL ... 70
IV.3.1 Karakteristik Responden ... 70
IV.3.2 Pemberitaan Terorisme di tvOne ... 71
IV.3.3 Sikap Mahasiwa ... 99
IV.4 ANALISIS TABEL SILANG... 131
IV.4.1 Analisis Tabel Silang antara Jenis Kelamin dengan Intensitas . 131 IV.4.2 Analisis Tabel Silang antara Jenis Kelamin dengan Pengetahuan ………135
IV.4.3 Analisis Tabel Silang antara Intensitas dengan Sikap ... 153
IV.5 UJI HIPOTESIS ... 160
V.1 PEMBAHASAN ... 162
BAB V PENUTUP ... 163
V.2 KESIMPULAN ... 163
V.3 SARAN ... 164
Daftar Tabel
Tabel 1 Waktu Penelitian ... 5
Tabel 2 Operational Variabel ... 16
Tabel 3 Ciri komunikator dan Komunikan ... 31
Tabel 4 Daftar Populasi ... 54
Tabel 5 Perhitungan Sampel ... 56
Tabel 6 Hubungan antara jenis kelamin dengan intensitas menonton tayangan terorisme pada program berita kabar pagi di tvOne dalam seminggu ... 131
Tabel 7 Hubungan antara jenis kelamin dengan intensitas menonton tayangan terorisme pada program berita kabar siang di tvOne dalam seminggu... 132
Tabel 8 Hubungan antara jenis kelamin dengan intensitas menonton tayangan terorisme pada program berita kabar petang di tvOne dalam seminggu ... 133
Tabel 9 Hubungan antara jenis kelamin dengan intensitas menonton tayangan terorisme pada program berita kabar malam di tvOne dalam seminggu ... 134
Tabel 10 Hubungan antara jenis kelamin dengan Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Aceh di tvOne ... 135
Tabel 11 Hubungan antara jenis kelamin dengan Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Pamulang di tvOne ... 136
Tabel 12 Hubungan antara jenis kelamin dengan Tertarik melihat berita kematian Dulmatin cs di tvOne ... 136
Tabel 13 Hubungan antara jenis kelamin dengan menjadi waspada akan Terorisme melihat pemberitaan kelompok Terorisme di tvOne ... 137
Tabel 14 Hubungan antara jenis kelamin dengan menjadi waspada akan terorisme melihat pemberitaan tvOne dalam penangkapan kelompok Terorisme Aceh di Medan ... 138
Tabel 15 Hubungan antara jenis kelamin dengan Selalu mengikuti informasi penangkapan Terorisme di Aceh yang ditayangkan di tvOne ... 139
Tabel 16 Hubungan antara jenis kelamin dengan Selalu mengikuti informasi penangkapan Terorisme di Pamulang yang ditayangkan di tvOne ... 139
Tabel 17 Hubungan antara jenis kelamin dengan Selalu mengikuti informasi kematian gembong TerorismeDulmatin cs yang ditayangkan di tvOne ... 140
Tabel 19 Hubungan antara jenis kelamin dengan Suka untuk terus menonton pemberitaan Terorisme kelompok Pamulang di tvOne ... 142
Tabel 20 Hubungan antara jenis kelamin dengan Suka untuk terus menonton pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne... 142
Tabel 21 Hubungan antara jenis kelamin dengan Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne ... 143
Tabel 22 Hubungan antara jenis kelamin dengan Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan Terorisme kelompok Aceh di tvOne ... 144
Tabel 23 Hubungan antara jenis kelamin dengan Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne ... 144
Tabel 24 Hubungan antara jenis kelamin dengan Ingin mencari info lebih jauh tentang kelompok Terorisme di Aceh melalui menonton berita di tvOne ... 145
Tabel 25 Hubungan antara jenis kelamin dengan Ingin mencari info lebih jauh tentang kelompok Terorisme di Pamulang melalui menonton berita di tvOne ... 146
Tabel 26 Hubungan antara jenis kelamin dengan Ingin mencari info lebih jauh tentang
kematian gembong Terorisme Dulmatin cs melalui menonton berita di tvOne ... 147
Tabel 27 Hubungan antara jenis kelamin dengan Paham dengan mempelajari pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne ... 148
Tabel 28 Hubungan antara jenis kelamin dengan Paham dengan mempelajari pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne ... 148
Tabel 29 Hubungan antara jenis kelamin dengan Paham dengan mempelajari pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne... 149
Tabel 30 Hubungan antara jenis kelamin dengan Pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne dapat menambah pengetahuan ... 150
Tabel 31 Hubungan antara jenis kelamin dengan Pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne dapat menambah pengetahuan ... 151
Tabel 32 Hubungan antara jenis kelamin dengan Pemberitaan kematian gembong
Terorisme Dulmatin cs di tvOne di tvOne dapat menambah pengetahuan ... 151
Daftar Gambar
Gambar 1 Jumlah responden yang menonton tayangan Pemberitaan Terorisme di tvOne ………..70
Gambar 2 Jumlah usia responden yang menonton tayangan Pemberitaan Terorisme di tvOne ... 71
Gambar 3 intensitas waktu menonton pagi, siang, petang, malam, tayangan Pemberitaan Terorisme di tvOne dalam seminggu. ... 72
Gambar 4 Intensitas menonton tayangan Terorisme pada program berita kabar pagi, kabar siang, kabar petang, dan kabar malam di tvOne dalam seminggu ... 73
Gambar 5 Intensitas Keterlibatan Orang Tua Menonton Tayangan Terorisme di tvOne selama Seminggu ... 74
Gambar 6 Intensitas Keterlibatan Teman saat Menonton Tayangan Terorisme di tvOne dalam seminggu ... 75
Gambar 7 Intensitas Keterlibatan Saudara saat Menonton Tayangan Terorisme di tvOne
dalam seminggu ... 76
Gambar 8 Satu bulan, tiga minggu, satu minggu dan hitungan hari sudah mengikuti perkembangan pemberitaan Terorisme di tvOne ... 77
Gambar 9 Intensitas menonton perkembangan pemberitaan terorisme dari awal sampai akhir acara program berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam di tvOne dalam seminggu ... 78
Gambar 10 Kepercayaan Pemberitaan kematian Dulmatin yang ditayangkan di tvOne .. 79
Gambar 11 Kepercayaan pesan yang disampaikan tvOne mengenai pemberitaan penyergapan kelompok keras di Aceh ... 80
Gambar 12 Kepercayaan pesan yang disampaikan tvOne mengenai pemberitaan kelompok keras di Aceh ... 81
Gambar 13 Pemahaman terhadap makna pesan yang disampaikan dalam pemberitaan penyergapan terorisme di Pamulang ... 82
Gambar 14 Pemahaman bahasa yang digunakan pihak Kepolisian dalam pemberitaan Terorisme di tvOne ... 83
Gambar 15 Pemahaman isi berita penangkapan Terorisme di Medan melalui pemberitaan di tvOne ... 84
Gambar 17 Pesan yang disampaikan presenter berita tvOne jelas dalam pemberitaan
kematian Dulmatin cs... 86
Gambar 18 Kepercayaan kesinambungan makna pesan beberapa pemberitaan Terorisme di tvOne ... 87
Gambar 19 Mengerti makna pesan Presiden SBYmemberitahukan kematian gembong Teroris Dulmatin di tvOne ... 88
Gambar 20 Berita penyergapan Terorisme di Aceh melalui tvOne menambah pengetahuan ... 89
Gambar 21 Berita penyergapan Terorisme di Pamulang melalui tvOne menambah pengetahuan ... 90
Gambar 22 Polisi sangat serius dalam penyergapan Terorisme di Pamulang ... 91
Gambar 23 Polisi sangat serius dalam penyergapan Terorisme di Aceh ... 92
Gambar 24 Pemberitaan Kepolisian dalam penyampaian kematian Dulmatin di tvOne, tidak berubah-ubah dan tidak membingungkan ... 93
Gambar 25 Tata bahasa pemberitaan Terorisme sangat jelas ... 94
Gambar 26 Suara presenter berita tvOne sangat jelas dalam pemberitaan Terorisme ... 95
Gambar 27 Bentuk pemberitaan Terorisme sangat jelas ... 96
Gambar 28 Pemberitaan kematian Dulmatin cs di tvOne dapat mempengaruhi sikap ... 97
Gambar 29 Paham pemberitaan penangkapan kelompok Terorisme Aceh di tvOne ... 98
Gambar 30 Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Aceh di tvOne ... 99
Gambar 31 Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Pamulang di tvOne ... 100
Gambar 32 Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Dulmatin cs di tvOne ... 101
Gambar 33 Menjadi waspada akan Terorisme melihat pemberitaan kelompok Terorisme di tvOne ... 102
Gambar 34 Menjadi waspada akan Terorisme melihat pemberitaan tvOne dalam penangkapan kelompok Terorisme Aceh di Medan... 103
Gambar 35 Selalu mengikuti informasi penangkapan Terorisme di Aceh yang ditayangkan di tvOne ... 104
Gambar 36 Selalu mengikuti informasi penangkapan Terorisme di Pamulang yang ditayangkan di tvOne ... 105
Gambar 38 Suka untuk terus menonton pemberitaan Terorisme kelompok Aceh di tvOne ... 107
Gambar 39 Suka untuk terus menonton pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne ... 108
Gambar 40 Suka untuk terus menonton pemberitaan kelompok Terorisme Dulmatin cs di tvOne ... 109
Gambar 41 Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne... 110
Gambar 42 Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan Terorisme kelompok Aceh di tvOne ... 111
Gambar 43 Berkeinginan untuk terus menonton pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne ... 112
Gambar 44 Ingin mencari info lebih jauh tentang kelompok Terorisme di Aceh melalui menonton berita di tvOne ... 113
Gambar 45 Ingin mencari info lebih jauh tentang kelompok Terorisme di Pamulang melalui menonton berita di tvOne... 114
Gambar 46 Ingin mencari info lebih jauh tentang kematian gembong Terorisme Dulmatin cs melalui menonton berita di tvOne ... 115
Gambar 47 Paham dengan mempelajari pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne ... 116
Gambar 48 Paham dengan mempelajari pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne ... 117
Gambar 49 Paham dengan mempelajari pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne ... 118
Gambar 50 Pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne dapat menambah Pengetahuan... 119
Gambar 51 Pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne dapat menambah Pengetahuan... 120
Gambar 52 Pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne dapat menambah Pengetahuan ... 121
Gambar 53 Pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne dapat menarik perhatian 122
Gambar 55 Pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne dapat menarik perhatian ... 124
Gambar 56 Selalu mengingat kelompok Terorisme Aceh melalui pemberitaan di tvOne ... 125
Gambar 57 Selalu mengingat kelompok Terorisme Pamulang melalui pemberitaan di tvOne ... 126
Gambar 58 Selalu mengingat kematian gembong Terorisme Dulmatin cs melalui pemberitaan di tvOne ... 127
Gambar 59 Pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne sesuai dengan informasi yang dibutuhkan ... 128
Gambar 60 Pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne sesuai dengan informasi yang dibutuhkan ... 129
Gambar 61 Pemberitaan kematian gembong Terorisme Dulmatin cs di tvOne sesuai dengan informasi yang dibutuhkan ... 130
Gambar 62 Hubungan antara Intensitas Menonton Tayangan Terorisme pada Program Berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam di tvOne dalam
seminggu dengan Tertarik melihat berita penyergapan Terorisme Aceh di tvOne ... 153
Gambar 63 Hubungan antara Intensitas Menonton Tayangan Terorisme pada Program Berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang, Kabar Malam di tvOne dalam seminggu
dan Paham dengan mempelajari pemberitaan kelompok Terorisme Aceh di tvOne ... 154
Gambar 64 Hubungan antara Intensitas Menonton Tayangan Terorisme pada Program Berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam di tvOne dalam seminggu dengan Selalu mengikuti informasi penangkapan Terorisme di Pamulang yang ditayangkan di tvOne ... 155
Gambar 65 Hubungan antara Intensitas Menonton Tayangan Terorisme pada Program Berita Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang, dan Kabar Malam di tvOne dalam seminggu dan Pemberitaan kelompok Terorisme Pamulang di tvOne dapat menambah pengetahuan ... 157
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Sejauh mana hubungan pemberitaan terorisme di tvOne dan sikap mahasiswa FISIP USU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauhmana pengaruh antara satu variable terhadap variable lainnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 FISIP USU yang masih aktif kuliah, yang terdiri dari 3 departemen yaitu Ilmu Komunikasi, Kesejahteraan Sosial, dan Administrasi Negara, sebanyak 1121 orang. Melalui rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, maka besar sampel yang diambil adalah sebanyak 91 orang responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel stratifikasi proporsional
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui dua cara antara lain melalui data sekunder yaitu mengumpulkan data dari literatur dan sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Melalui data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil kuesioner.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien korelasi Rank Order oleh Spearman dengan hasil 0.597.
Hasil Uji Korelasi Spearmen Menggunakan Piranti Lunak SPSS versi 16.0. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variable digunakan skala Guildford. Hasil 0.597 berada diskala 0.40-0.70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri
dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa tidak
bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi
saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di
dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa
mempunyai tugas dan kewajiban selain menjadi sarana dan prasarana komunikasi,
untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini
melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan
penelitian, dan lain sebagainya) dari yang kurang menarik sampai yang sangat
menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat menyenangkan tanpa
ada batasan kurun waktu.
Kehadiran televisi di dunia telah membawa dampak yang besar bagi umat
manusia. Televisi membawa berbagai kandungan informasi, pesan-pesan yang
dalam kecepatan tinggi menyebar ke seluruh pelosok dunia. Menjadi berbagai alat
bagi berbagai kelompok untuk menyampaikan berbagai pesan untuk bermacam
kalangan masyarakat. Dalam kehidupan kita sekarang, televisi telah membawa
dampak yang sangat besar buat manusia. Televisi membawa berbagai kandungan
informasi, dimana pesan-pesannya dalam kecepatan tinggi menyebar ke seluruh
beragam. Hal ini membuat orang bisa secara langsung mendapatkan informasi
yang dibutuhkan tanpa membutuhkan waktu yang lama. Di sinilah peranan
televisi demikian penting dan dibutuhkan oleh manusia. Dan menjadikan daya
tarik menonton pada masyarakat demikian meningkat semakin tinggi.
Salah satu keuntungan dari televisi yaitu kecepatan dalam memberikan
informasi terbaru (Update). Stasiun TV di Indonesia yang menyajikan berita tercepat dan terbaru ialah tvOne. Tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB,
merupakan saat bersejarah karena untuk pertama kalinya tvOne mengudara.
Peresmian dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono, tvOne menjadi stasiun tv pertama di Indonesia yang mendapatkan
kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. tvOne
secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke
atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta
masyarakat sekitar melalui program News and Sports yang dimilikinya.
Mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One, tvOne membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif
dalam hal pemberitaan dan penyajian program.
Sebagai pendatang baru dalam dunia News, tvOne telah mempersiapkan
bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar
Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan
dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan
tvOne dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar
Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan
oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara
langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan,
Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua
Biro. (http://www.tvone.co.id/tvone/).
Selama bulan Maret pemberitaan tentang teroris sangat gencar diberitakan
oleh tvOne. Berkaitan dengan terungkapnya aktivitas pelatihan teroris di Aceh ini,
banyak kalangan yang memuji kinerja polisi dengan keberhasilan pengungkapan
yang disusul dengan penangkapan anggota kelompok itu baik yang berada di
Aceh ataupun di Pamulang. Teroris yang bernama Dulmatin di kepung dalam
sebuah ruko di jalan Siliwangi, Pamulang, oleh Pasukan Densus 88. Dulmatin
merupakan gembong teroris di balik peristiwa Bom Bali 1 2002 dan berkaitan
langsung dengan aktifitas pelatihan teroris di Aceh, dipastikan tewas dalam
penggerebakan di Pamulang, Tangerang. Tewasnya Dulmatin di luar prediksi,
sebab dia dikabarkan berada di Mindanao, Filipina. Selama delapan tahun
belakangan, aparat Filipina menyatakan Dulmatin yang bersembunyi di antara
gerombolan Abu Sayaf, tewas di tangan aparat. Tiga kali Filipina mengumumkan
kematian Dulmatin. Namun klaim itu terbukti salah. Petualangan Dulmatin
berakhir di sebuah warnet di Pamulang.
Bukan hanya kalangan masyarakat awam saja yang tertarik dengan
terhadap pemberitaan teroris. Hal ini disebabkan mahasiswa dituntut untuk peka
terhadap informasi-informasi terbaru.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP
USU) merupakan fakultas yang erat hubungannya dengan kondisi politik, sosial
dan keamanan yang sedang terjadi. Informasi merupakan hal yang penting yang
dapat mendukung setiap mahasiswa dalam dunia pendidikan yang sedang
dijalaninya termasuk acara berita yang setiap waktu selalu berkembang. Liputan
berita tentu saja bisa menambah pengetahuan mahasiswa FISIP USU tentang
situasi dan kondisi yang terjadi diseluruh wilayah Indonesia maupun dari
mancanegara. Intensitas liputan berita tentang terorisme bisa saja membentuk
pandangan yang berbeda-beda di kalangan mahasiswa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
sejauh manakah hubungan pemberitaan terorisme di tvOne dan sikap mahasiswa
FISIP USU.
I.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
“Sejauh mana hubungan pemberitaan terorisme di tvOne dan sikap
mahasiswa FISIP USU?”
I.3 PEMBATASAN MASALAH
a. Penelitian ini difokuskan kepada pemberitaan terorisme yang
b. Penelitian difokuskan kepada pengaruh pemberitaan terorisme
terhadap sikap mahasiswa yang kognitif dan afektif.
c. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa FISIP USU.
d. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang
dibatasi pada Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial, dan Departemen Ilmu Administrasi Negara yang
pernah menonton Pemberitaan Terorisme di tvOne.
e. Waktu Penelitian
Tabel 1 Waktu Penelitian
I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberitaan terorisme di tvOne terhadap
sikap mahasiswa.
b. Untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa FISIP USU mengikut i
perkembangan pemberitaan terorisme. No Kegiatan
Maret April
I II III IV V I II III IV V
1 Penyusunan Judul Penelitian
2 Penyusunan Proposal Penelitian
3 Seminar Proposal Penelitian
4 Revisi Proposal Penelitian
5 Penyusunan Uraian Teoritis
6 Penyusunan Kuesioner
7 Penyebaran Kuesioner
8 Menganalisa Data
9
Penyusunan Kesimpulan dan
c. Untuk mengetahui intensitas mahasiswa FISIP USU dalam mengkomsumsi
pemberitaan terorisme di tvOne.
I.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu
Komunikasi Massa.
2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperluas pengetahuan
peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai pengaruh media.
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan
penelitian ini.
I.5 KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian yang akan disoroti (Nawawi,1995:39).
Dengan adanya kerangka teori, maka penulis memiliki landasan berfikir
sebagai titik tolak di dalam pemecahan masalah yang ada. Dalam penelitian ini
teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah : Komunikasi dan
Komunikasi massa, Televisi sebagai Media Massa, Berita, Efek Komunikasi
Massa, S-O-R, Sikap.
Setiap hari, dalam berbagai cara kita berkomunikasi. Kita
mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Sederhana atau
kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, direncanakan maupun tak
terencana, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan
penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan, dan pemenuhan ambisi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Menurut Harold Laswell cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Who (Siapa), Says What (Mengatakan apa), In Which Channel (Dengan Saluran
Apa), To Whom (Kepada Siapa), With What Effect (Dengan Pengaruh
Bagaimana) (Mulyana, 2002:62)
Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu (Effendy, 1990:10),
yakni :
- Komunikator (Communicator, Source, Sender)
- Pesan (Message)
- Media (Channel, Media)
- Komunikan (Communicant, Communicatee, Receiver, Receipent)
- Efek (Effect, Impact, Influence)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
Sejalan dengan perkembangan media komunikasi, maka berkembang pula
inmu komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang
media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/ pendengar/ penonton yang
akan coba diraihnya dan efek terhadap mereka. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan
singkatan dari komunikasi media massa. Komunikasi massa menyiarkan
informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah
yang banyak dengan menggunakan media.
Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies”. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang
kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh
sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
c. pesan pada komunikasi massa bersifat umum.
d. media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
2. Televisi sebagai Media Komunikasi
Televisi merupakan media yang mendominasi komunikasi massa, karena
sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi
mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual
(didengar dan dilihat), dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat
menyajikan peristiwa yang sering terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun
mereka berada.
Dengan ini dapat dikatakan bahwa televisi sebagai media massa dapat
berfungsi sangat efektif, karena selain dapat menjangkau ruang yang sangat luas
juga dapat mencapai massa atau pemirsa yang sangat banyak dalam waktu yang
relatif singkat. Jadi suatu pesan yang ditayangkan di televisi selalu bisa di tonton
oleh khalayak tertentu.
3. Berita
Menurut Assegraf, 1983 dalam Mondry, (2008:132) menjelaskan beberapa
definisi berita yang dikutip dari beberapa tokoh, antara lain sebagai berikut.
a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan, berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian
sebagian besar pembaca.
b. Wiliard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan
untuk dimuat disurat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai
makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik
c. Wiliam S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari
fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik
perhatian para pembaca surat kabar tang memuat berita tersebut.
d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian
yang penting dan dapat menarik perhatian umum.
Menurut Askurifai Baksin (2006:63-68), terdapat unsur-unsur dominan
yang menjadi ciri khas televisi, yaitu :
a. Penampilan Penyaji berita
Penyaji atau yang lebih dikenaldengan sebutan presenter atau pemandu
acara adalah istilah Inggris untuk orang yang membawakan acara atau program
televisi. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan
lainnya, tapi umumnya terkenal karena presenter program tertentu. Kecuali
presenter untuk program politik atau iptek yang merupakan profesional
dibidangnya, atau selebriti yang berhasil di satu bidang tertentu lainnya.
(http:/id?wikipedia.Org/wiki/Presenter_televisi).
RM Hartoko dalam Baksin (2006:157) menyebutkan beberapa prasyarat
untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:
Penampilan yang baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.
Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa,
daya penyesuaian dan daya ingatan yang kuat.
Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar dan
memiliki wibawa yang cukup mantap.
b. Bahasa
Bahasa merupakan sistem ungkapan melalui suara yang dihasilkan oleh
pita suara manusia yang bermakna, dengan satuan-satuan utamanya berupa
kata-kata dan kalimat, yang masing-masing memiliki kaidah-kaidah pembentuknya
(Baksin, 2006:67). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa
adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota
masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan menhidentifikasi diri. (Baksin
2006:67).
4. Efek Komunikasi Massa
Setiap aktifitas komunikasi akan menimbulkan pengaruh atau efek baik
terhadap individu maupun masyarakat, dan berhubungan dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku. Kajian tentang efek atau pengaruh komunikasi massa sudah
muncul sejak masa Perang Dunia II ketika menyoroti berbagai ketakutan akibat
propaganda yang dilakukan untuk mempengaruhi individu maupun massa melalui
media pada masa itu.
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek
melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Efek dapat
a. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang
tadinya bingung menjadi merasa jelas.
b. Efek afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau
film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.
c. Efek konotif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak
langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului
oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain timbulnya efek konatif
setelah muncul efek kognitif dan afektif.
5. Sikap
Menurut Jallaludin Rakhmat (2005:39) mengemukakan lima pengertian
sikap, yaitu:
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikirm dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap berupa benda, orang, tempat,
gagasan atau situasi, atau kelompok.
b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari.
c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjikkan sikap politik kelompok
cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan
hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
6. Model Teori S – O – R
Model Teori S – O – R singkatan dari Stimulus organism Respon suatu
model klasik komunikasi yang lahir pada tahun 1930-an. Asumsi dasar dari model
ini adalah : media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung
terhadap komunikan. Model teori merupakan model teori paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik
(Mulyana, 2002:132). Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan, unsur-unsur
dalam model ini adalah:
Pesan (stimulus, S) adalah liputan berita di tvOne.
Efek (Response, R) adalah pengaruh yang ditimbulkan liputan berita tersebut yang terlihat dalam persepsi mahasiswa.
Dibalik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang
mendasarinya:
a) Gambaran suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi dari
individu-individu yang relatif terisolasi yang bertindak berdasarkan
kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kendala dan
ikatan sosial.
b) Suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah
sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaku sesuai dengan
tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (biro iklan,
pemerintah, parpol, dsb).
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
persepsi tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Prinsip S-O-R secara gamblang dijelaskan tentang sebuah
proses belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul akibat stimulus
tertentu. Artinya bahwa orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat
antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang
akan muncul dalam diri penerima akibat pesan tersebut.
I.6 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep harus dirumuskan sebagai hasil pemikiran rasional yang
dicapai. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun
dalam merumuskan hipotesa penelitian (Nawawi, 1995: 40).
Konsep merupakan istilah dan definisi yang akan digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak diuji (Singarimbun,
1995 : 32)
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang
menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau
faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:56). Variable bebas dalam
penelitian ini adalah Pemberitaan Terorisme di TV.
Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah sejumlah gejala atau faktor unsur
yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adalnya
variabel bebas (Nawawi, 1995:57). ). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah sikap mahasiswa tentang pemberitaan teroris di kalangan
mahasiswa FISIP USU.
Karakteristik responden (Mahasiswa USU)
Karakteristik responden (Mahasiswa USU) dalam penelitian ini
Variabel Terikat (Y)
Sikap Mahasiswa
I.7 MODEL TEORITIS
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
I.8 VARIABEL OPERASIONAL
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat
variabel operasional yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2 Operational Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
Pemberitaan Terorisme di TV
a. Credibility b. Context c. Content d. Clearity e. Continuity e. Consistency f. Capability
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Sikap Mahasiswa
a.Kedalaman Pemberitaan Terorisme
b.Mengikuti Pemberitaan
c.Menyukai Pemberitaan Terorisme
d.Mengerti pemberitaan terorisme
e.Perubahan Sikap
f.Setuju Pemberitaan
g.Mencari Info berita Kembali
h.Keputusan mencari Info Lain
I.9 DEFINISI OPERASIONAL
Menurut Singarimbun (1995: 46), definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu
variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah
yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas (Pemberitaan Terorisme di TV)
a. Credibility adalah nilai kepercayaan mahasiswa terhadap
pemberitaan terorisme di tvOne.
b. Context adalah pemberitaan yang disajikan berisi konteks-konteks
yang menggambarkan kehidupan nyata.
c. Content adalah kejelasan makna dari pemberitaan terorisme di
d. Clearity adalah kejelasan bahasa pada pemberitaan terorisme di
tvOne.
e. Continuity adalah adanya kesinambungan mengenai pemberitaan
terorisme di tvOne.
f. Consistency adalah ketetapan terhadap makna pesan dalam
pemberitaan terorisme di tvOne.
g. Capability adalah kemampuan mahasiswa terhadap pesan yang
disampaikan.
2. Variabel Terikat (Sikap Mahasiswa), terdiri dari:
a) Kedalaman Pemberitaan Terorisme adalah kemampuan mahasiswa
dalam melihat kedalaman berita Terorisme.
b) Mengikuti Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa mengikuti
pemberitaan Terorisme.
c) Menyukai Pemberitaan Terorisme adalah sejauh mana mahasiswa
menyukai pemberitaan terorisme.
d) Mengerti pemberitaan Terorisme adalah kemampuan mahasiswa
untuk mengerti pemberitaan Terorisme.
e) Perubahan Sikap adalah bagaimana sikap mahasiswa dalam
menilai pemberitaan Terorisme.
f) Setuju Pemberitaan adalah sejauh mana mahasiswa menyetujui
g) Mencari Info berita Kembali adalah kemampuan mahasiswa untuk
mencari info berita kembali tentang terorisme di tvOne.
3. Karakteristik Responden (Mahasiswa USU), terdiri dari:
b. Umur, yaitu umur responden.
c. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin dari responden, yakni pria dan wanita.
I.10 HIPOTESIS
Menurut Bungin (2005:75), Hipotesis adalah suatu kesimpulan penelitian
yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan
kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan
dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan
sikap mahasiswa FISIP USU.
Ha : Terdapat hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan sikap
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 KOMUNIKASI
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai
tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu
sama lain, yang disebabkan oleh hubungan tersebut, menimbulkan interaksi sosial
(social interaction) dan terjadinya interaksi sosial disebabkan oleh interkomunikasi (intercommunication) (Effendy, 2004: 3).
Menurut Carl I. Hovland komunikasi adalah proses mengubah perilaku
orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals)(Effendy, 2005:10). Akan tetapi, perubahan sikap, pendapat atau perilaku orang lain dapat terjadi apabila komunikasi tersebut berlangsung secara
komunikatif.
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka akan terjadi selama
ada kesamaan makna, sehingga komunikasi yang dilakukan kedua orang tersebut
bersifat komunikatif. Akan tetapi, pengertian komunikasi di atas sifatnya dasariah,
dalam arti kata bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna
antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi
persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui
media (Effendy, 2004: 5).
Sedangkan Harold Lasweel memberikan pengertian komunikasi melalui
paradigma yang dikemukakannya dalam karyanya The Structire abd Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Whos Says What In Which Channel To Whom With What Effect ?” Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
diajukan, yakni :
• Komunikator (communicator, source, sender)
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memberikan
informasi kepada lawan bicaranya.
• Pesan (Message)
Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan
oleh komunikator.
• Media (channel, media)
Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima
pesan atau informasi dari komunikator.
• Efek (effect, impact, influence)
Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
Berdasarkan paradigma lasswell tersebut komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2005:10).
Berdasarkan defenisi diatas dapat diketahui bahwa komuikasi merupakan
proses penyampaian pesan melalui penggunaaan simbol/ lambang yang dapat
menimbulkan efek berupa perubahan tingkah laku yang bisa dilakukan dengan
menggunakan media tertentu.
Menurut Nordenstreng dan Varis, 1973 dalam Bungin (2006: 107), ada
empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia, yaitu:
1. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia.
2. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemampuan bicara manusia
dengan menggunakan bahasa.
3. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya
komunikasi massa yang sebenarnya.
4. Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi,
Berkembangnya keempat titik penentu dalam sejarah komunikasi
merupakan puncak prestasi peradaban umat manusia, mengungguli siapa pun
makhluk Tuhan di alam jagat raya. Dari empat titik tersebut kemudian manusia
berkembang bersama semua aspek kehidupan manusia yang membedakannya
dengan makhluk lainnya.
II.3.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu :
1. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain sebagaianya yang secara
langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan (Effendy, 2005:16).
2. Proses Komunikasi secara sekunder
Proses Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang secara media pertama. Seorang
komunikator menggunakan media kedua dalam komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak.
Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lain sebagainya
merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy,
II.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan
meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup dan
banyak dimensinya. Berikut ini jenis-jenis komunikasi menurut konteksnya
(Efendi, 1993:52-54) :
1. Berdasarkan bidang komunikasi
Yang dimaksud dengan bidang disini adalah bidang kehidupan
manusia, dimana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis
kehidupan lainnya terdapat perbedaan yang khas dan kekhasan ini
menyangkut proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi
meliputi :
a. Komunikasi sosial (sosial communication)
b. Komunikasi organisasional/manajemen (organization.management
communication)
c. Komunikasi bisnis (business communication)
d. Komunikasi politik (political communication)
e. Komunikasi internasional (international communication)
f. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
g. Komunikasi pembangunan (development communication)
h. Komunikasi tradisional (traditional communication)
2. Berdasarkan sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Komunikasi lisan (oral communication)
2) Komunikasi tulisan (written communicaaation)
b. Komunikasi nirverbal (nonverbal communication)
1) Komunikasi kial (gestural/body communication)
2) Komunikasi gambar (pictorial communication)
3) Lain-lain
c. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)
d. Komunikasi bermedia (mediated communication)
3. Berdasarkan tatanan komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi
ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang,
atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar.
Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan
mejadi bentuk sebagai berikut:
a. Komunikasi pribadi (personal communication)
1) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
b. Komunikasi kelompok (group communication)
1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
a) Ceramah
b) Forum
c) Symposium
e) Seminar
f) Lain-lain
2) Komunikasi kelompok besar (large group communication)
c. Komunikasi Massa (mass communication)
1) Komunikasi media massa cetak
a)surat kabar
b) majalah
2) Komunikasi media massa elektronik
a) radio
b) televisi
c) film
d) lain-lain
d. Komunikasi medio
a) surat
b) telepon
c) pamflet
d) poster
e) spanduk
II.2 KOMUNIKASI MASSA
II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Secara sederhana komunikasi massa berarti komunikasi melalui media
massa baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian, media massa adalah
alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat
kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.
James W. Tankard (2005:4) memberi penjelasan bahwa komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian lagi ilmu. Keterampilan
dalam artian meliputi tekni-teknik dasar tertentu yang dapat dipelajari seperti
mengoperasikan kamera, atau pun keterampilan wawancara. Seni dalam artian
meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip program televisi,
mengatur tata letak (desain grafis) majalah maupun surat kabar. Pengertian ilmu
meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana komunikasi berlangsung dan
dapat dikembangkan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.
Josep A Devito, dalam Nurudin (2003:10), mendefinisikan bahwa
logically defined by its forms, television, radio, news paper, magaazines, films, books, and tapes.”
Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “pertama, komunikasi massa
adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa
banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau
semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya
ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar
untuk di definisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yag disalurkan
oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali
akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan menurut bentuknya; televisi,
radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.
Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam Nurudin,
(2003:11) menyebutkan bahwa “Mass communication is a process whereby mass
– produced message are transsmited to large, anonymous, an heterogeneous
masses of receivers. Yang artinya komunikasi massa adalah sebuah proses dimana
pesan-pesan diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa
penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. “Large” disini berarti lebih luas
dari sekedar sekumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan
“anonimous” berarti bahwa individu yang menerima pesan cenderung menjadi
asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan
“heterogeneous” berarti bahwa pesan yang dikirim “to whom it may concern”
atribut, status, pekerjaan dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama
lain dan bukan penerima pesan yang homogen.
II.2.2 Ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh
sifat-sifat komponennya. Menurut Nurudin (2003:16-30) menjelaskan ciri-ciri
komunikasi massa sebagai berikut :
a. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga.
b. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.
d. Komunikasi berlangsung satu arah.
e. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
f. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.
g. Komunikasi massa di kontrol oleh gatekeeper.
II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C.
Whitney dalam Nurudin (2003:62), antara lain :
a. To inform (menginformasikan) b. To entertain (memberi hiburan) c. To persuade (membujuk)
Sedangkan fungsi komunikasi massa nmenurut John Vivian dalam
Nurudin (2003:62) menyebutkan :
a. Providing information b. Providing entertainment c. Helping to persuade
d. Contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).
Ada juga, fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold
D Lasswell dalam Nurudin (2003:62), yakni :
a. Surveilance of the environment (fungsi pengawasan)
b. Correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi)
c. Transmission of the social hetigate from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial)
Sedangkan menurut Alexis S Tan, fungsi-fungsi komunikasi bisa
diperoleh dalam empat hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan
fungsi-fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam
komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of persons) atau ia menyebutnya Mass Audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau media massa, maka itu sudah bisa dijadikan bukti bahwa
fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak bisa dilihat
Tabel 3 Ciri komunikator dan Komunikan
NO TUJUAN
KOMUNIKATOR
(Penjaga Sistem)
TUJUAN KOMUNIKAN
(Menyesuaikan diri pada sistem; pemuasan kebutuhan)
1. Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang;
memahami lingkungan; menguji kenyataan;
meraih keputusan.
2. Mendidik Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
yang berguna memfungsikan dirinya secara
efektif dalam masyarakatnya; mempelajari
nilai, tingkah laku yang cocok agar di terima
dalam masyarakatnya.
3. Mempersuasi Memberi keputusan; mengadopsi nilai,
tingkah laku dan aturan yang cocok agar
diterima dalam masyarakatnya.
4. menyenangkan Menggembirakan, mengendorkan uraf
syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian
II.2.4 Model Output Komunikasi Persuasi
Teori yang terkenal bagaimana cara kerja komunikasi persuasi atau
mempengaruhi ditunjuk dalam 12 langkah melihat bagian sisi luar proses
persuasi, urutan langkah untuk menjadikan komunikasi persuasi menjadi efektif
(Ronald 1990:48), yaitu :
1. Masyarakat harus mencari kedalaman pesan .pemberitaan
2. Mengikuti pemberitaan.
3. Menyukai pemberitaan
4. Mengerti dan belajar pemberitaan tersebut. 5. Penerimaan pesan
6. Perubahan Sikap
7. Setuju atas pemberitaan.
8. Mencari Informasi Kembali.
9. Keputusan untuk mencari informasi lain 10.Tindakan setuju dengan keputusan
11.Penguatan keinginan perbuatan
12.menempatkan penggabungan perbuatan
II.2.5 Model dalam Riset Komunikasi Massa
Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan
tahun 1954, Wilbur Schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi
manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk
menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama).
• Model Wilbur Schramm (1)
Sumber Pengirim Sinyal Decoder saran
Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3
unsur :
a. Sumber bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar,
dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (Koran, rumah produksi,
televise).
b. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara,
lambaian tangan atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
c. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca,
anggota dari sebuah kelompok seperti diskusi kelompok, mahasiswa
dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton
Area Pengalaman Area Pengalaman
• Model Wilbur Schramm (2)
Schramm mengenalkan konsep Area Pengalaman, yang menurut Schramm
sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana
yang diinginkan oleh komunikan. Schramm menekankan bahwa tanpa adanya
Area Pengalaman yang sama (bahasa yang sama, latar belakang yang sama,
kebudayaan yang sama, dll) hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan
akan diinterpretasikan dengan tepat. Dalam hal ini model Schramm diatas adalah
pengembangan dari model Shannon dan Weaver. Schramm mengatakan bahwa
pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi noise. Menurut Schramm feedback membantu kita untuk mengetahui bagaimana pesan kita
diinterpretasikan. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik
pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Jika wilayah irisan
semakin besar, makan komunikasi lebih mudah dilakukan dan efektif. Sumber
Encoder
Sinyal
• Model Wilbur Schramm (3)
Pada model ini Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan
umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap
individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat
sebagai proses sirkular dari pada suatu proses satu arah seperti pada dua model
Schramm sebelumnya. Model yang ketiga ini disebut juga disebut model Osgood
dan Schramm. (http://inherent.brawijaya.ac.id/vlm/login/index.php).
Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s of
Communication, meliputi:
a. Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun
kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita
kepercayaan itu berawal dari kinerja, baik pihak komunikator
maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut
berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.
b. Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan
dengan lingkungan hidup atau keadaan social yang bertentangan Decoder
Penerjemah
Decoder Decoder
Penerjemah
Decoder
Pesan
dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap
partisipatif.
c. Content¸pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki
kecocokan dengan system nilai-nilai yang berlaku bagi orang
banyak dan bermanfaat.
d. Clarity, manyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti
dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan
komunikan.
e. Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada,
akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk
mencapai tujuan.
f. Consistency, yautu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau
materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens.
g. Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan, yaitu melibatkan
berbagai factor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca,
menonton dan menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya
(Ruslan, 1997:72-24).
II.3 TELEVISI SEBAGAI MEDIA MASSA
II.3.2 Sejarah Televisi
Dalam buku Empat Windu TVRI dalam, Baksin, (2006:7) disebutkan
didunia ini sejalan dengan kemajuan teknologi elektronika, yang bergerak pesat
sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley dan kawan-kawan pada tahun
1946. Transistor yang dibuat dari pasir silikon yang banyak terdapat di Lembah
Silicon California Amerika Serikat ini merupakan benda sebesar pasir yang
berfungsi sebagai penghantar listrik bebas hambatan. Transistor ini sanggup
menggantikan fungsi tabung (vaccum tube) yang diciptakan oleh Lee de Forest
pada tahun 1912.
Selanjutnya pada tahun 1923 Vladimir Katajev Zwortkin berhasil
menciptakan sistem televisi elektris. Dan tahun 1930 Philo T. Farnsworth
menciptakan sistem televisi. Penemuan dasar televisi ini terus berkembang sampai
akhirnya Paul Nipkow melahirkan Televisi mekanik. Hal ini dibuktikan ketika di
New York Wolrd’s fair tahun 1939 dipamerkan pesawat televisi berukuran 8 x 10
inci. Dari sinilah akhirnya berkembang pesawat televisi yang kita kenal sekarang.
Sementara untuk pertama kalinya gambar televisi mulai terlihat tahun 1920 di
Amerika Serikat.
II.3.3 Sejarah Televisi di Indonesia
Dalam Baksin (2006:15) menjelaskan siaran televisi di Indonesia dimulai
pada tahun 1962. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang
begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran televisi
Saat ini di Indonesia sudah mengudara sebelas stasiun televisi, satu TVRI
dan sepuluh stasiun televisi swasta. Tetapi sejarah kelahiran televisi di Indonesia
tetap harus menjadi catatan kita. Sebab, bagaimanapun canggih dan hebatnya
stasiun televisi swasta yang kini mengudara, tetap tidak bisa meninggalkan
sejarah lahirnya televisi di negara kita. Dan bicara sejarah televisi indonesia tentu
tidak bisa lepas dari kelahiran TVRI sebagai cikal bakal dunia penyiaran televisi
di Indonesia.
Ketika pertama kali TVRI mengudara, televisi pemerintah ini awalnya
menampilkan liputan Asian Games IV. Ini artinya sejak awal TVRI sudah
memperhatikan konsumsi berita untuk pemirsanya. Dan sebagai tv pemerintah
akhirnya pola acara pemberitaan lebih pada acara yang sifatnya seremonial. Saat
itu berita semacam ini mengalir begitu saja. Artinya masyarakat pasrah dan nrimo saja apa yang disajikan TVRI. Ini karena TVRI itu sangat monopolistis. Tidak ada
siaran televisi selain TVRI. Maka begitu kran deregulasi di bidang pertelevisian
dibuka lebar-lebar dan muncul beberapa stasiun tv swasta barulah masyarakat
mendapatkan beberapa alternatif tayangan, terutama acara berita.
Ishadi SK dalam Baksin (2006:31) memaparkan bukunya Dunia
Penyiaran, Prospek dan Tantangannya menyebutkan secara riil kondisi penyiaran
televisi Indonesia. Setelah melalui beberapa periode monopoli selama lebih
seperempat abad sisitem televisi di Indonesia memasuki tahap deregulasi. Banyak
pertanyaan yang timbul tentang alasan pemerintah melakukan deregulasi ini.
a. Adanya keperluan saluran televisi yang lebih banyak untuk memenuhi
keinginan khalayak penonton televisi di Indonesia jumlahnya makin lama
makin besar dan kehidupan ekonomi makin lama semakin baik.
b. Adanya ancaman dari transnational television melalui parabola. Tidak mudah mengetahui jumlah parabola di Indonesia. Namun sejak Indonesia
menganut Open Sky Policy pada tahun 1987 jumlah antene parabola bertambah dengan amat pesat. Dalam sebuah seminar tentang satelit
internasional di Hongkong pada tahun 1991, seorang pakar
memperkirakan di Indonesia terdapat paling tidak 300.000 antene
parabola.
c. Timbulnya bisnis penyewaan video (video rental) yang telah berkembang
menjadi penyewaan video keliling dari rumah ke rumah. Acapkali usaha
ini tidak bisa dikontrol, baik kualitas maupun isi programnya. Pada saat
yang bersamaan ditemukan pemancar-pemancar televisi ilegal yang
menyiarkan materi acara eks video rental. Gejala ini diartikan sebagai :
terdapat keperluan yang mendesak akan program acara televisi alternatif
diluar TVRI untuk acara-acara yang bersifat hiburan maupun informasi.
d. Adanya desakan yang kuat kepada pemerintah dari sektor bisnis akan
perlunya media promosi produk barang dan jasa melalui saluran televisi
swasta. Bersamaan dengan berkembangnya industri dan meningkatnya
konsumerisme, sektor swasta memerlukan media promosi yang lebih
Atas dasar pertimbangan tersebut, mulai tahun 1990 pemerintah mengizinkan
tiga stasiun swasta, RCTI beroperasi di Jakarta dan Bandung, SCTV (beroperasi
di Surabaya dan Denpasar), dan TPI yang beroperasi di Jakarta dengan
menggunakan saluran transmisi TVRI pada pagi hari dan menyiarkan programnya
ke seluruh Indonesia. Ketiga stasiun televisi itu diizinkan menyiarkan 20% iklan
dari seluruh waktu siaran.
Izin swasta untuk menyelenggarakan berita sendiri merupakan titik penting
bagi sejarah perkembangan televisi di Indonesia. Berita merupakan perangkat
andalan yang tidak hanya berarti penambahan arus informasi di dalam negeri,
namun juga amat besar peranannya mengimbangi arus berita dari luar, khususnya
melalui berita televisi trans nasional yang sudah menggunakan Palapa seperti ABC-Australia, CNN, TF1-Prancis, TVNZ Selandia Baru dan Asia Wall Street Journal. Kita melihat dengan hati lapang, RCTI, TPI dan ANTV telah mengembangkan sumber daya manusia di bidang jurnalistik televise secara baik.
Dalak banyak hal berita-berita human interest dan kriminal RCTI dan berita politik TPI jauh lebih lengkap dan akurat dibanding TVRI.
Televise swasta ini telah mengembangkan journalistic work mereka dengan sangat cepat dan professional. Secara perlahan berita televise swasta telah
mengubah format dan esensi berita televise yang berlaku sekarang. Jangkauan
RCTI dan TPI ke daerah-daerah dan ekspos mereka mengenai perkembangan
daerah telah banyak membantu p