• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Kandungan Klorofil, dan Kandungan Unsur Hara N dan P pada Tebu Transgenik IPB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Kandungan Klorofil, dan Kandungan Unsur Hara N dan P pada Tebu Transgenik IPB 1"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

HARA N DAN P PADA TEBU TRANSGENIK IPB 1

HADI WISA NUGRAHA

A14070032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMMARY

HADI WISA NUGRAHA. Effect of Nitrogen and Phospor Fertilization on Chlorophyll and Nitrogen and Phospor Content in Transgenic Sugarcane of IPB 1. Supervised by DWI ANDREAS SANTOSA and SYAIFUL ANWAR.

The production of sugarcane has declined, while the need of sugar in Indonesia always increases. Bogor Agricultural University as one of institutions that focus on agricultural issues also makes efforts to solve the problems. One of them is by conducting research on transgenic sugarcane plants. This transgenic sugarcane is a genetically modified sugarcane harboring phytase genes to reduce fertilizer use. Aims of this research are testing the influence of N and P fertilization on the chlorophyll and N and P content in transgenic sugarcane IPB 1 and the ability of transgenic sugarcane IPB 1 in saving fertilizer.

Research was conducted at the PG Djatiroto Experiments station of PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI), Lumajang, East Java, Laboratories of Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Soil Biotechnology Laboratory and the Laboratory of Chemistry and Soil Fertility Department of Soil Science and Land Resource. A total of 23 clones of sugarcane transgenic IPB 1 and 1 clone of PS 851 isogenic sugarcane were grown in four treatments of fertilizer i.e. (a) 50% N and 50% P, (b) 100% N and 50% P, (c) 50% N and 100% P, (d) 100% N and 100% P, where 100% N and 100% P respectively, equals to standard dose (800 kg ZA/ha and 200 kg SP-36/ha together with 100 kg KCl/ha) and three replications in a plot area of 10,000 m2. Plant samples were collected for chlorophyll analysis and nutrient content of N and P of sugarcane at aged 6 months and 9 months. Chlorophyll content analysis was performed by Wintermans and De Mots method while the nutrient content of N and P by wet ashing method. Scoring based on experimental data was also performed to find the seven best sugarcane clones.

The results showed that the clones of sugarcane transgenic IPB 1 showed no responses of increasing fertilizer dose. The value of the studied parameters of 50% N and 50% P fertilization were the same with that of standard dose. In contrast, isogenic PS 851 positively affected by N and P fertilization. Increasing of fertilizer application to 100% N and 100% P will also increase chlorophyll and N and P content in sugarcane. Based on the scoring, the seven best clones of transgenic sugarcane IPB 1 are IPB 1-1, IPB 1-3, IPB 1-6, IPB 1-46, IPB 1-52, IPB 1-56, and IPB 1-59.

(3)

RINGKASAN

HADI WISA NUGRAHA. Pengaruh Pemupukan N dan P terhadap Kandungan Klorofil dan Kandungan Unsur Hara N dan P pada Tebu Transgenik IPB 1. Dibimbing oleh DWI ANDREAS SANTOSA and SYAIFUL ANWAR.

Penurunan produksi tanaman tebu terus terjadi, sementara itu kebutuhan gula di Indonesia semakin meningkat. IPB sebagai salah satu satu institusi yang bergerak dan fokus dalam bidang pertanian turut melakukan upaya-upaya dalam membantu program swasembada gula di Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan penelitian tanaman tebu transgenik. Tebu transgenik ini adalah tebu hasil rekayasa genetika yaitu dengan menyisipkan gen fitase untuk menghemat pemupukan. Terkait dengan upaya-upaya tersebut dilakukan uji kandungan klorofil dan hara N dan P pada tanaman tebu transgenik IPB 1 untuk melihat lebih jauh kemampuan tebu transgenik IPB 1 ini dalam menghemat pemupukan.

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan PG Djatiroto, PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI), Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Laboratorium Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Laboratorium Bioteknologi Tanah dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Sebanyak 23 klon tebu transgenik IPB 1 dan 1 klon tebu isogenik PS 851 ditanam dengan empat perlakuan yaitu a (pemupukan N 50% dan P 50%), b (pemupukan N 100% dan P 50%), c (pemupukan N 50% dan P 100%), d (pemupukan N 100% dan P 100%) dan tiga kali ulangan dalam petakan seluas 10.000 m2. Sampel tanaman untuk analisis klorofil dan kandungan hara N dan P diambil dua kali, yaitu saat tebu berumur 6 bulan dan 9 bulan. Analisis kandungan klorofil dilakukan dengan dengan metode Wintermans and De Mots sedangkan kandungan hara N dan P dengan metode pengabuan basah. Skoring pada keragaan tanaman tebu juga dilakukan untuk mencari tujuh klon tebu terbaik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pemupukan dengan dosis N 50% dan P 50% pada tebu transgenik IPB 1 memiliki kandungan klorofil, dan hara N dan P yang hampir sama baik dengan pemupukan N 100% dan P 100%. Sebaliknya pada tebu isogenik PS 851 memiliki kecenderungan kandungan klorofil dan N dan P yang tinggi seiring dengan meningkatnya dosis pemupukan. Berdasarkan skoring keragaan dan hasil diperoleh tujuh klon terbaik tebu transgenik IPB 1. Tujuh klon tebu transgenik IPB 1 adalah IPB 1-1, IPB 1-3, IPB 1-6, IPB 1-46, IPB 1-52, IPB 56, dan IPB 1-59.

(4)

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN P TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL DAN KANDUNGAN UNSUR HARA N DAN P PADA TEBU

TRANSGENIK IPB 1

Oleh:

Hadi Wisa Nugraha A14070032

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Kandungan Klorofil, dan

Kandungan Unsur Hara N dan P pada Tebu Transgenik IPB 1

Nama: Hadi Wisa Nugraha

NIM : A14070032

Menyetujui,

Tanggal Lulus:

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc NIP. 19621113 198703 1 003 Dosen Pembimbing 1

Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, MS NIP.19620927 198811 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 27 September 1989.

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Ngatijo

dan Ibu Susyani.

Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis mulai dari Taman

Kanak-kanak Kartika I-23 Kota Medan, kemudian dilanjutkan ke SD Kartika I-2 Medan,

SMP Kartika I-2 Medan dan SMA Negeri 12 Medan sampai tahun 2007. Pada

masa SMA penulis aktif di organisasi dan berkesempatan menjadi ketua umum

OSIS SMA Negeri 12 Medan. Setelah menyelesaikan studi di SMA pada tahun

2007 penulis berhasil diterima menjadi mahasiswa IPB jurusan Manajemen

Sumberdaya Lahan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Keinginan yang kuat untuk mengembangkan diri selama menjalani masa

perkuliahan membuat penulis turut bergabung di beberapa kegiatan kepanitiaan

tingkat IPB dan tingkat nasional. Pada semester pertama penulis juga sempat

mengabdikan diri dalam Bina Desa BEM KM IPB. Sebelum itu penulis juga

menjadi pendiri Sekolah Lapang Agripunk yang merupakan hasil program

kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat. Karya Ilmiah yang telah

dihasilkan sebelumnya adalah Konsep Tata Ruang Berlandaskan Smart Growth City di departemen Pekerjaan Umum dan bersama Rifki Rahmatullah menulis artikel ilmiah eco-soil septictank yang juga didanai oleh dikti. Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan tingkat nasional. Setelah itu penulis aktif sebagai pengurus

Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah menjadi anggota Litbang Pertanian tahun 2009

dan Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia tahun 2010. Selain aktif di

organisasi penulis juga mengembangkan diri melalui pendidikan formal ketika menjadi asisten praktikum Bioteknologi Tanah tahun 2010-2011 dan Biologi

(7)

KATA PENGANTAR

Segala syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan pendidikan yang

tinggi di Institut Pertanian Bogor dan berhasil menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Kandungan Klorofil, dan Kandungan Unsur Hara N dan P pada Tanaman Tebu Transgenik IPB 1’ ini adalah hasil penelitian sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pertanian di lingkungan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa yang telah memberikan bimbingan akademik

dan penelitian yang sangat bermanfaat selama penulis menjalani kuliah di

IPB.

2. Dr. Ir. Syaiful Anwar M.Sc, yang telah memberikan bimbingan yang

sangat baik selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Sri Djuniwati, yang telah menjadi penguji dalam ujian skripsi.

4. PTPN XI yang telah menjalin kerjasama dalam penelitian ini.

5. Ayahanda Ngatijo, Ibunda Susyani dan Adikku Swyzhi dan Azmii yang

senantiasa mendukung materi, mendoakan dan memberikan semangat.

6. Staf ICBB (Indonesian Center for Biodeversity and Biotechnology) yang

sangat membantu dalam proses penelitian.

7. Staf PTPN XI (Mas Deny, Mas Yudi, Mas Mian) yang telah membantu

dan memberikan bimbingan dan masukan selama di lapang.

8. Staf Laboratorium Bioteknologi Tanah (Pak Jito, Ibu Asih, Ibu Jul, dan Ibu Yeti) serta Staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah (Pak Koyo

dan Mas Said) yang membantu dalam proses penelitian.

9. Sahabat Penelitian (Rifki Rahmatullah, Ibu Diah, dan Mbak Desi) yang

telah setia membimbing, mendoakan, dan membantu dalam penelitian.

10.Sahabat satu laboratorium (Pak Mukhlis, Mey, Adiz, Riska, Chissy, Majid,

(8)

11.Saudara-saudaraku Soilscaper 44 (Yoan, Rhoma, Ayas, Eni, Hanna, Achy,

Reyna, Tia, Ninis, Evi, Ibeng, Lina Azizah dan yang tidak mungkin

disebutkan satu persatu karena kami adalah satu)

12.Soiler 43, 45, dan 46 yang turut membantu dalam semua proses penelitian.

13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

Penulis mengharapkan saran yang membangun dalam skripsi ini untuk

hasil yang lebih baik pada karya berikutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2012

(9)

DAFTAR ISI

3.3. Rancangan Penelitian………... 9

3.4. Metode Penelitian………. 9

3.4.1. Perlakuan……….. 9

3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel………... 11

3.4.3. Penanganan Sampel………. 11

3.4.4. Pemilihan Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan………. 11

3.4.5. Analisis Tanaman di Laboratorium………. 11

3.4.5.1. Analisis Kandungan Klorofil……… 11

3.4.5.2. Analisis Kandungan Nitrogen pada Tanaman…….. 12

3.4.5.3. Analisis Kandungan Fosfor pada Tanaman……….. 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851……….. 16

4.1.1. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan……… 19

4.1.2. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan……… 20

4.1.3. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan……… 21

4.1.4. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 100% terhadap

(10)

Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan……….. 22

4.1.5. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……… 24

4.1.6. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……… 25

4.1.7. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……… 26

4.1.8. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……….. 27

4.2. Kandungan N dan P Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Secara Komposit……….. 28

4.3. Pengaruh Kandungan Klorofil dan Hara N dan P Terhadap Bobot, Rendemen, dan Hablur Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851……… 37

4.4. Skoring Tujuh Klon Terbaik Tebu Transgenik IPB 1 Berdasarkan Keragaan dan Hasil Tebu Umur 6 Bulan dan 9 Bulan………. 40

4.5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kandungan N dan P Tujuh Klon Terbaik Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan………. 43

4.6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kandungan N dan P Tujuh Klon Terbaik Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan………. 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………... 50

5.2. Saran………. 50

DAFTAR PUSTAKA……….. 51

(11)

i

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 6 Bulan Pada Berbagai

Perlakuan Pemupukan ... 17

2. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 9 Bulan Pada Berbagai

Perlakuan Pemupukan ... 18

3. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Ulangan Terhadap Klorofil Total Umur 6

Bulan………. 23

4. Lanjut Duncan Pengaruh Klon Terhadap Klorofil Total Umur 9 Bulan.. 28

5. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Ulangan Terhadap Klorofil Total Umur 9

Bulan ... 28

6. Nilai Kandungan N dan P Secara Komposit Umur 6 Bulan Pada

Berbagai Perlakuan Pemupukan ... 29

7. Nilai Kandungan N dan P Secara Komposit Umur 9 Bulan Pada

Berbagai Perlakuan Pemupukan ... 33 8. Berdasarkan Keragaan dan Hasil Seluruh Pemupukan ... 40

9. Skoring Berdasarkan Keragaan dan Hasil dengan Pemupukan N 50%

dan P 50% ... 42 10. Data Kandungan N dan P Klon Terbaik Tebu Transgenik PS IPB 1 dan

Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan ... 44 11. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Klon terhadap Kandungan P Umur 6

Bulan ... 45 12. Data Kandungan N dan P Klon Terbaik Tebu Transgenik PS IPB 1 dan

Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan ... 46 13. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Klon terhadap Kandungan N Umur 9

Bulan ... 47 14. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Pemupukan terhadap Kandungan P Umur

9 Bulan ... 47 15. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Klon terhadap Kandungan P Umur 9

Bulan ... 48 16. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Ulangan terhadap Kandungan P Umur 9

Bulan ... 48 17. Interaksi antara Klon dan Pemupukan terhadap Kandungan P Umur 9

(12)

ii

4. Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 50% Umur 6 Bulan... 21

5. Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 100% Umur 6 Bulan... 22

6. Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 100% Umur 6 Bulan. 23

7. Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 50% Umur 9 Bulan…. 24

8. Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 50% Umur 9 Bulan... 25

9. Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 100% Umur 9 Bulan... 26

10. Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 100% Umur 9 Bulan. 27 11. Kandungan N (%) dan P (%) Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS

20. Total Rendemen Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851………... 39

21. Total Hablur Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851………. 39

22. Skoring Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan TebuTransgenik IPB 1

dan Isogenik PS 851 seluruh Pemupukan………. 41

23. Skoring Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan dan Hasil

TebuTransgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 dengan Pemupukan N 50% dan P 50% ... 42 24. Kandungan N Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan Tebu Transgenik

IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan ... 44 25. Kandungan P Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan Tebu Transgenik

(13)

iii

26. Kandungan N Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan Tebu Transgenik

IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……….. 46

27. Kandungan P Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan Tebu Transgenik

(14)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kondisi Umum Lokasi Penanaman Tanaman Tebu Transgenik IPB 1

dan Tebu Isogenik PS 851 ... 55

2. Keterangan Klon pada Denah Petak Penelitian Kebun Percobaan Sumbersuko V9/10 PG Djatiroto, Jawa Timur ... 56

3. Skoring Dengan Menggunakan Sebaran Frekuensi Data, Untuk Mencari 7 Klon Terbaik pada saat Umur 6 Bulan dan 9 Bulan………... 57

4. Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan………...……… 58

5. Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan………... 59

6. Tabel Analisis Ragam Total Kandungan Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan……….. 60

7. Tabel Analisis Ragam Total Kandungan Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan……….. 60

8. Bobot Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 ... 61

9. Rendemen Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851……....…... 62

10. Hablur Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 ... 63

11. Data Kandungan N dan P (%) Klon Terbaik Berdasarkan Skoring Keragaan dan Hasil Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan………..………...……… 64

12. Analisis Ragam Kandungan Hara N dan P Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan dan Hasil Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan………...……….. 65

13. Data Kandungan N dan P (%) Klon Terbaik Berdasarkan Skoring Keragaan dan Hasil Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan………..………...………. 66

(15)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebutuhan gula di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya penduduk, sementara itu penurunan produksi gula dari tanaman

tebu terus terjadi. Target yang direncanakan oleh pemerintah dalam mencapai

swasembada gula 2014 akan sulit dicapai jika keadaan industri gula tetap seperti

ini. Manajemen pemupukan yang buruk seperti pengurangan dosis pemupukan,

minimnya konservasi lahan, waktu aplikasi yang tidak tepat dan kualitas pupuk

yang fluktuatif menjadi salah satu penyebab jatuhnya produksi gula

(Mangoensoekarjo, 2007). Selain itu buruknya bibit unggul, kultur teknis,

manajemen angkut, dan teknis budidaya juga menjadi penyebab jatuhnya produksi

gula.

Bibit unggul mutlak diperlukan untuk meningkatkan produksi sebagai

salah satu upaya dalam pencapaian swasembada gula. Perbaikan bibit unggul

terus dilakukan sebagai upaya perbaikan kualitas produksi. Berbagai penelitian

terus dilakukan untuk dapat mencapai produksi maksimal. IPB sebagai salah satu

satu institusi yang bergerak dan fokus dalam bidang pertanian juga turut

melakukan upaya-upaya dalam membantu program swasembada gula di

Indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan riset atau penelitian tanaman

tebu transgenik. Tebu transgenik ini adalah tebu hasil rekayasa genetika yaitu

dengan menyisipkan gen fitase untuk meningkatkan produksi dan menghemat

pemupukan (Susiyanti et al., 2007).

Bundesforschungsanstalt fur Ernahrung und Lebensmittle (BFEL),

Molekularbiologische Zentrum, Karlsruhe, Jerman dan Fakultas Pertanian IPB melakukan kerjasama pada tahun 2002-2004 untuk melakukan riset tebu

transgenik yang mengekspresikan gen fitase (Santosa, 2004). Penelitian ini terus

dilanjutkan untuk menghasilkan varietas unggul dan terus diuji sampai varietas

tebu transgenik ini layak dikatakan berhasil untuk mencapai target produksi

maksimum dan menurunkan penggunaan pupuk. Salah satu pengujian yang

dilakukan untuk memilih varietas unggul tebu transgenik IPB 1 antara lain adalah

pengujian kandungan klorofil total, dan kandungan nitrogen dan fosfor dalam

(16)

kandungan klorofil dan status hara pada tanaman, sehingga dapat diduga klon tebu

transgenik yang efisien dalam memanfaatkan pupuk yang telah diaplikasikan.

Keberadaan gen fitase yang terdapat pada tebu transgenik akan memacu

peningkatan ketersediaan kandungan klorofil dan kandungan hara N dan P, baik di

dalam jaringan tanaman maupun di daerah perakaran, walaupun dengan pemupukan yang lebih sedikit. Gen fitase ini diharapkan memberikan pengaruh

positif pada proses pembentukan klorofil yang mempunyai peran dalam

membantu proses fotosintesis tanaman sehingga tebu transgenik IPB 1 memiliki

pertumbuhan dan hasil panen yang lebih baik dan dapat memperbaiki kualitas

produksi gula di Indonesia.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dosis pemupukan N dan P yang paling efisien antara dosis

pemupukan N 50% dan P 50%, N 100% dan P 50%, N 50% dan P 100%,

dan N 100% dan P 100% dalam meningkatkan kandungan klorofil dan

kandungan hara N dan P pada tebu transgenik IPB 1.

b. Mengetahui keragaman kandungan hara N dan P pada 7 klon terbaik tebu

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.)

Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

(Sudiatso, 1982) yang memiliki karakteristik batang yang tebal, kandungan

sukrosa yang tinggi, kadar serat yang rendah dan berdaun lebar yang baik untuk

fotosintesis, oleh sebab itu spesies ini yang paling banyak diusahakan untuk

perkebunan (Purseglove, 1971). Saccharum officinarum, Saccharum spontaneum

L., dan Saccharum robusta merupakan tiga spesies tebu yang terkenal. Menurut Fauconnier (1993) Saccharum sinense dan Saccharum barberi merupakan dua sub spesies dari tebu.

Tebu merupakan tanaman yang efisien dalam memanen energi matahari,

karena itu tebu termasuk dalam golongan tanaman C4. Produktivitas tebu pada

dasarnya merupakan suatu sistem yang mengeksploitasi energi matahari melalui

proses fotosintesis (Naik, 2001). Untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman tebu

membutuhkan suhu yang tinggi dan sinar matahari yang melimpah (Purseglove,

1971). Menurut Sudiatso (1982), tebu dapat tumbuh dengan baik pada daerah

beriklim tropis dan subtropis di daerah khatulistiwa.

Tebu dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah yang

mengandung liat (klei) sampai berpasir. Di Jawa tebu banyak ditanam pada tanah

alluvial dan grumusol, tetapi jenis tanah yang paling baik menurut Sudiatso

(1982) adalah tanah lempung berliat (lom berklei) dengan solum yang dalam.

Selain itu aerasi yang baik, solum dalam, gembur, dan pH 5,5-8,0 dapat

menunjang pertumbuhan tebu dengan baik (Fauconnier, 1993).

Menurut Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim (2005) fase-fase pada

tanaman tebu sebelum menghasilkan gula adalah fase perkecambahan, fase

pertunasan (1-3 bulan), fase pemanjangan batang (3-9 bulan) dan fase pemasakan

(10-12 bulan). Pada fase perkecambahan sangat ditentukan oleh faktor inheren

(genetik) yang mencakup varietas, umur bibit, panjang stek, jumlah mata, cara

meletakkan bibit, hama penyakit pada bibit dan status hara bibit. Pada fase

pertunasan, tebu membutuhkan kondisi air, oksigen, unsur hara dan penyinaran

(18)

terhenti. Fase ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama sinar matahari,

kelembaban tanah, aerasi, ketersediaan hara nitrogen dan faktor inheren (genetik)

tebu.

Fase pemasakan tebu secara visual ditandai dengan pertumbuhan tajuk

berwarna kekuningan dan pada kondisi tertentu ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase pertumbuhan, tebu membutuhkan jumlah air yang cukup banyak tetapi

pada fase pemasakan ini, curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan rendemen

yang rendah (Sudiatso, 1982).

2.2. Tebu Transgenik

Tebu transgenik merupakan salah satu contoh tanaman hasil rekayasa

genetika. Tanaman hasil rekayasa genetika adalah tanaman yang dihasilkan

melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain dengan tujuan menghasilkan

tanaman baru dengan sifat yang lebih unggul dari tanaman lainnya. Gen fitase

yang telah disisipkan diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan fosfor dalam

tanaman dengan cara mengubah asam fitat (bentuk P-organik yang sulit

digunakan oleh tanaman) dalam jaringan menjadi P tersedia bagi tanaman

(Susiyanti et al., 2007).

Tebu sudah memiliki enzim fitase alami walaupun dalam jumlah yang

kecil (Nurhasanah, 2007). Penyisipan gen fitase akan dapat meningkatkan

aktifitas enzim fitase tersebut. Gen fitase dapat menghasilkan enzim yang dapat

mengubah senyawa fitat yaitu senyawa organik menjadi fosfat di dalam sel

tanaman (Zul, 2006). Kadar P yang tinggi akan: (1) meningkatkan pembentukan

bunga, buah dan biji, (2) mempengaruhi perkembangan sel, (3) mengimbangi

pengaruh N, (4) ketahanan terhadap penyakit meningkat, (5) meningkatkan kualitas produksi tanaman, (6) membuat tanaman tidak mudah rebah dan

mempengaruhi pertumbuhan akar halus. Lambers et al. (2006) juga mengatakan meningkatnya kadar P akan berpengaruh terhadap perkembangan akar dan meningkatnya interaksi akar dengan fungi mikoriza.

2.3. Fosfor

(19)

dan bervariasi antara 18-35% pada jenis tanah yang lainnya. P-anorganik biasanya

tidak tersedia dalam tanah begitu juga unsur P pada umumnya. Di dalam tanah,

terjadi pengikatan ion fosfat oleh Al, Fe, dan Ca pada tanah masam sehingga

pemupukan menjadi tidak efisien (Sanchez, 1992). Fosfor pada umumnya diambil

oleh tanaman dalam bentuk H2PO4-. Elemen ini diperlukan sekali untuk pembentukan fospolipid dan nukleoprotein. Ada pengaruh timbal balik antara

pengambilan fosfor dengan nitrogen. Jika fosfat yang tersedia dalam tanah tidak

cukup banyak maka nitrogen akan berkurang. Selain itu air merupakan hal penting

dalam penyerapan fosfor dalam tanah. Ini menunjukkan bahwa ketergantungan

tanaman pada air untuk dapat melakukan difusi fosfor pada permukaan partikel

tanah ke dalam dan melalui lapisan tipis air ke akar tanaman (Dwijoseputro,

1980).

Menurut Nyakpa et al. (1988) pergerakan ion fosfat umumnya terjadi melaui proses difusi, tetapi jika kandungan larutan P tanah lebih tinggi maka

pergerakan ion fosfat akan terjadi melalui proses aliran massa. Kekurangan fosfor

pada tanaman tebu dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur

hara yang lainnya. Dalam pemupukan tanaman, biasanya pemupukan P ditentukan

dari sifat pupuk, sifat tanah dan reaksi antara P pupuk dengan tanah. Semuanya

akan menentukan P yang dapat diambil oleh tanaman. Peranan P dalam tanah

terhadap tanaman adalah untuk pertumbuhan sel, pembentukan sel akar, membuat agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, membantu

pembentukan bunga, buah dan biji.

Dalam pemupukan P, ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi

pemupukan. Menurut Leiwakabessy et al. (2004), faktor-faktor tersebut adalah: (1) pH tanah dan struktur tanah, (2) bentuk senyawa P, (3) waktu dan cara

pemupukan, (4) dosis P, (5) kehilangan P melalui pencucian dan (6) pemberian P

melalui daun. Pemberian P melalui daun peranannya sangat kecil terhadap

efisiensi pemupukan yang diperoleh. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan

agar terciptanya efisiensi pemupukan.

2.4. Nitrogen

(20)

sehingga mudah tercuci dan menguap (Soepardi, 1983). Nitrogen bersama tiga

unsur yang lain (C, H, dan O) membentuk molekul kompleks yang disebut dengan

protein (C, H, O, dan N) dalam jaringan tanaman (Ma’shun et al., 2003). Nitrogen

(berdasarkan volume) di atmosfer terdapat sebanyak 79% dan tidak bereaksi

dengan unsur-unsur lainnya untuk menghasilkan suatu bentuk nitrogen yang dapat digunakan oleh sebagian besar tanaman. Peningkatan penyediaan nitrogen di

dalam tanah untuk tanaman melalui proses penambatan N2 secara biologis atau penambahan pupuk nitrogen.

Penyediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat.

Apabila persediaan N sedikit maka hanya sebagian kecil hasil fotosintesis ini yang

akan diubah menjadi protein kemudian sisanya diendapkan. Ada beberapa jenis

fiksasi yang terjadi sehingga gas N2 diubah menjadi bentuk yang dapat dipakai oleh tanaman. Diantaranya adalah yang pertama dengan fiksasi secara biologi

yaitu dengan cara bakteri simbiotik mengikat N pada daerah perakaran, yang

kedua adalah dengan loncatan listrik yang terjadi di udara. Dan yang ketiga adalah

dengan cara fiksasi oleh salah satu industri pupuk (pemupukan).

Kekurangan nitrogen mengakibatkan daun tebu menjadi tampak kuning,

daun menjadi gugur, dan terganggu dalam proses pembentukan klorofil. Jenis

tanaman lainnya juga mengambil nitrogen dalam bentuk NO3- atau NH4+ dari tanah. Unsur ini penting dan dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Pemberian pupuk N yang banyak dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif

berlangsung cepat dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat

menyebabkan umur tanaman menjadi lebih panjang dan menyebabkan

keterlambatan proses kematangan. Pada pemupukan N ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan agar efisiensi pemupukan meningkat, yaitu, membuat pupuk

lambat tersedia dan memberikan senyawa penghambat nitrifikasi atau penghambat urease (Leiwakabessy et al., 2004).

2.5. Klorofil

Fotosintesis merupakan kegiatan penting dalam sebuah siklus hidup semua

tanaman termasuk tebu. Fotosintesis terjadi akibat adanya bantuan dari klorofil

yang mampu mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Klorofil terlihat

(21)

oval dan bahan-bahan dasarnya disebut stroma, sedangkan butir-butir yang

terdapat di dalamnya disebut grana. Menurut Dwijoseputro (1980) pada tanaman

tingkat tinggi terdapat dua macam klorofil yaitu klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H72O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Rumus bangunnya berupa cincin yang terdiri atas empat pirol dengan Mg sebagai inti seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Rumus bangun ini hampir serupa

dengan rumus bangun zat darah tetapi intinya bukan Mg melainkan Fe. Klorofil

bersifat flouresence, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan.

Gambar 1. Struktur Klorofil (Streitweiser and Heathcock, 1981)

Klorofil tidak larut dalam air, melainkan larut dalam etanol, methanol,

eter, aseton, bensol dan kloroform. Untuk memisahkan klorofil-a dan klorofil-b

beserta pigmen-pigmen lain seperti karotin dan xantofil digunakan suatu teknik

yang disebut kromatografi, dimana larutan klorofil dilewatkan pada suatu tabung

berisi bubuk sukrosa atau bubuk magnesium yang halus (Dwijoseputro, 1980). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil. Pertama,

pembentukan klorofil seperti pembentukan pigmen-pigmen lain pada hewan dan

manusia disandi oleh gen tertentu didalam kromosom (faktor genetik). Kedua,

terlalu banyak cahaya berpengaruh buruk pada klorofil karena larutan klorofil

yang dihadapkan kepada sinar kuat akan tampak berkurang hijaunya. Larutan

klorofil ini sama seperti daun yang terus menerus terkena sinar matahari, maka

warnanya akan hijau kekuningan. Ketiga, jika tidak ada oksigen maka kecambah

(22)

membantu pembentukan klorofil pada daun yang mengalami etiolasi. Kelima,

nitrogen, magnesium, dan besi merupakan bahan utama pembentuk klorofil.

Terakhir adalah Mn, Zn, Cu, air dan temperatur (Dwijoseputro, 1980).

Pada tanaman tebu, pemupukan N dan P merupakan salah satu aspek

penting yang mempengaruhi kandungan klorofil. Hal ini disebabkan unsur N dan P diperlukan dalam pembentukan klorofil. Unsur N merupakan unsur utama

pembentuk klorofil sedangkan unsur P mampu meningkatkan fotosintesis dan

metabolisme tebu dengan cara mengikat mineral penting (Ca2+, Fe2+, Mg2+) dan protein yang juga komponen utama pembentukan klorofil (Widowati, 2008).

Unsur P dalam proses fotosintesis juga berperan penting karena mampu

mengubah karbohidrat menjadi energi, menyimpan dan mengedarkan ke seluruh

bagian tanaman dalam bentuk ADP dan ATP.

Dalam kaitannya klorofil dengan proses fotosintesis, fotosintesis itu

sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ketersediaan air (H2O), ketersediaan CO2, intensitas cahaya, ketersediaan hara, dan temperatur. Apabila stomata tertutup akibat kekeringan, maka konsentrasi CO2 akan meningkat sehingga laju fotosintesis meningkat. Kemampuan daun untuk berfotosintesis

meningkat sampai daun berkembang penuh dan menurun seiring dengan penuaan

(23)

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan PG Djatiroto, PTPN XI,

Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Lampiran 1), Laboratorium ICBB,

Laboratorium Bioteknologi Tanah dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan

Tanah. Penelitian dimulai sejak bulan Februari 2011 sampai bulan September 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 sampel daun tebu

transgenik IPB 1 dan satu sampel daun tebu isogenik. Untuk analisis klorofil

digunakan sampel daun ke-3 dari atas dari tiap rumpun dalam satu leng tanaman,

H3BO3, ethanol, air, dan aquades. Untuk analisis N dan P digunakan sampel daun ke-2 dari bawah dari tiap rumpun dalam satu leng tanaman.

Alat-alat yang dibutuhkan adalah pisau, gunting, penggaris/meteran,

coolbox, kantung kertas, plastik klip, mortar, sentrifuse, cryotube, oven, tabung reaksi, vortex, spektrofotometer, neraca analitik ketelitian tiga desimal, tabung

digestion dan blok digestion, tabung reaksi, alat destilasi, bulp, pipet dan pipet mikro, labu didih, erlenmeyer 100 ml, dan gelas ukur.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak

kelompok (RAK) dengan sumber keragaan yaitu perlakuan pemupukan, klon, dan

ulangan. Ada empat perlakuan pemupukan yaitu a (pemupukan N 50% dan P

50%), b (pemupukan N 100% dan P 50%), c (pemupukan N 50% dan P 100%), d

(pemupukan N 100% dan P 100%) dan diulang sebanyak tiga kali ulangan.

Pengaruh perlakuan terhadap hasil analisis klorofil dan N dan P didasarkan atas

hasil keragaman (ANOVA) dengan membandingkan nilai F hitung terhadap F

tabel pada selang kepercayaan 95% (α 0,05).

3.4. Metode Penelitian 3.4.1. Perlakuan

Sebanyak 24 klon tebu transgenik IPB 1 ditanam secara acak di kebun

(24)

perlakuan dan tiga kali ulangan (Lampiran 2). Berikut adalah denah tanam tebu

transgenik IPB 1 dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Kode setiap

perlakuan dan ulangan terdiri dari tiga digit. Digit pertama berupa huruf kapital

menyatakan jenis klon, digit kedua berupa huruf kecil menyatakan perlakuan

pemupukan, dan digit ketiga berupa angka menyatakan ulangan (Aa1 menunjukkan klon tebu trasngenik IPB 1-34 dengan perlakuan pemupukan N 50%

dan P 50% ulangan 1).

Gambar 2. Denah Tanam Tebu Transgenik IPB 1

Perlakuan pemupukan yang diberikan adalah pemupukan N sebanyak 50%

dan P sebanyak 50% (a). Perlakuan kedua adalah pemupukan N sebanyak 100%

dan P sebanyak 50% (b). Perlakuan ketiga adalah pemupukan N sebanyak 50%

dan P sebanyak 100% (c). Dan perlakuan keempat adalah pemupukan N sebanyak

(25)

100% dan P sebanyak 100% (d). Masing-masing perlakuan diatas mengikuti dosis

standar pemupukan yaitu pupuk ZA 8 kuintal/ha, SP-36 2 kuintal/ha, dan KCl 1

kuintal/ha.

3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel pengamatan ditetapkan dan ditandai secara acak pada tiap-tiap

rumpun sehingga memudahkan pada saat pengukuran keragaan dan pengambilan

sampel. Keragaan suatu klon tanaman adalah hasil pengukuran rata-rata dari

setiap sampel pengamatan terpilih pada tiap rumpun dalam satu leng. Keragaan

yang diukur meliputi panjang batang, diameter batang dan jumlah batang. Untuk

analisis N dan P diambil daun ke-2 dari bawah yang berwarna hijau dari tiap-tiap sampel. Sedangkan untuk analisis klorofil diambil daun ke-3 dari atas.

3.4.3. Penanganan Sampel

Untuk analisis N dan P daun yang sudah terpilih diambil dan

dipotong-potong dengan ukuran lebih kurang 20 cm. Daun yang sudah diambil dimasukkan

ke dalam kantong kertas dan segera dikeringkan. Untuk analisis klorofil, daun

yang sudah diambil dipotong lebih kurang 20 cm dan dimasukkan kedalam plastik

klip kemudian dimasukkan dalam coolbox yang berisi es agar tetap segar.

3.4.4. Pemilihan Klon Terbaik Berdasarkan Keragaan

Pemilihan klon terbaik didasarkan atas hasil pengukuran yang dilakukan

Rifki (2012). Setelah terpilih tujuh klon terbaik berdasarkan skoring keragaan (Lampiran 3), selanjutnya dilakukan analisis kandungan hara N dan P.

3.4.5. Analisis Tanaman di Laboratorium 3.4.5.1. Analisis Kandungan Klorofil

Analisis kandungan klorofil dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode Wintermans dan De Mots (1965):

1. 0,1 g sampel daun yang masih segar dicuci dengan air mengalir,

(26)

2. 0,5 ml 10 mM asam borat (H3BO3) dingin ditambahkan pada daun di atas mortar. Kemudian daun digerus sampai halus. Ketika melakukan

penggerusan dilakukan di atas es agar klorofil tidak rusak.

3. Hasil gerusan (ekstrak) dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge polyethylene (cryotube) ukuran 1,5 ml.

4. Ekstrak kemudian disentrifuge dengan kecepatan 15000 rpm selama 5

menit.

Pengukuran Klorofil:

a. 40 µ l ekstrak klorofil diambil dari cryotube, kemudian dimasukkan ke dalam cryotube yang baru. Etanol ditambahkan hingga volumenya mencapai 1,5 ml. kemudian dikocok dengan vortex agar tercampur rata.

b. Ekstrak klorofil diinkubasi pada suhu 4°C di dalam ruang gelap selama

30 menit.

c. Setelah itu disentrifuge dengan kecepatan 10000 rpm selama 5 menit. d. Ekstrak klorofil hasil dari sentrifuge (supernatant) dipindahkan ke

cuvette spektrofotometer ukuran 5 ml.

e. Absorban diukur pada panjang gelombang λ 649 nm dan λ 665 nm.

Etanol 96% digunakan sebagai pembanding.

Perhitungan:

1. Klorofil a = (13,7 x A665) – (5,76 x A649) = µg klorofil/ml

2. Klorofil b = (25,8 x A649) – (7,60 x A665) = µg klorofil/ml

3. Kandungan Klorofil Total = Klorofil a + Klorofil b

3.4.5.2. Analisis Kandungan Nitrogen pada Tanaman

Penetapan unsur N pada tanaman menggunakan metode Pengabuan Basah:

1. Membuat larutan pereaksi:

a. Untuk destruksi: Asam sulfat pekat ( 95 – 97 % ) p.a. dan H2O2 pekat (30 %) p.a.

b. Untuk destilasi: Larutan NaOH 50 %, HCl 0,1 N, Indikator Conway,

(27)

2. Mengerjakan destruksi contoh

a. Contoh tanaman sebanyak 0,5 g dimasukkan kedalam tabung

digestion, tambahkan asam sulfat pekat 5 ml dan H2O2 pekat 2 ml. b. Contoh tanaman yang telah ditambahkan asam sulfat pekat dan H2O2

pekat dipanaskan dalam blok digestion pada suhu 235oC selama satu jam. Angkat dan biarkan mendingin, tambahkan lagi 2 ml H2O2 pekat. c. Contoh tanaman dipanaskan kembali pada suhu yang sama selama

satu jam. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak

jernih. Kerjakan blanko.

d. Angkat tabung, dinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan

aquades hingga tepat 50 ml. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dan P.

3. Pengukuran N dengan cara destilasi

a. 20 ml ekstrak contoh dipipet ke dalam labu didih. Tambahkan air

bebas ion (aquades) sebanyak 100 ml.

b. Penampung NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml

asam borat 4% yang ditambah lima tetes indikator Conway dan dihubungkan dengan alat destilasi disiapkan untuk proses selanjutnya.

c. Dengan gelas ukur, 20 ml NaOH 50 % di tambahkan ke dalam labu

didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup.

d. Kemudian didestilasi hingga volume penampung mencapai 50-75 ml.

Destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N. Catat volume titrasi (ml) Untuk

contoh (Vc) dan blanko (Vb).

Perhitungan:

Keterangan :

Vc,b = ml titar contoh dan blanko

100 = konversi ke %

N = normalitas larutan baku HCl

(28)

3.4.5.3. Analisis Kandungan Fosfor pada Tanaman

Penetapan unsur P pada tanaman menggunakan metode Pengabuan Basah:

1. Membuat larutan pereaksi:

a. Untuk destruksi: Asam sulfat pekat ( 95 – 97 % ) p.a. dan H2O2 pekat (30 %) p.a.

b. Untuk destilasi: Larutan NaOH 50 %, HCl 0,1 N, Indikator Conway,

Asam Borat 4 %

2. Membuat larutan untuk spektrofotometer

a. Larutan Pb

NH4 Molybdat sebanyak 3,8 g dilarutkan dalam 300 ml air pada suhu 60o C, dinginkan. Kemudian 5 gr H3BO3 dilarutkan dalam 500 ml air dan ditambahkan 75 ml HCl pekat. Larutan Molybdat ditambahkan

dan diencerkan menjadi 1 liter.

b. Larutan Pc

3. Mengerjakan destruksi contoh

a. 0,5 g contoh tanaman ditimbang dan dimasukkan kedalam tabung

digestion, tambahkan Asam Sulfat pekat 5 ml dan H2O2 pekat 2 ml.

b. Kemudian dipanaskan dalam blok digestion pada suhu 235oC selama

satu jam. Angkat dan biarkan mendingin, tambahkan lagi 2 ml H2O2 pekat.

c. Contoh tanaman dipanaskan kembali pada suhu yang sama selama

satu jam. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak

jernih. Kerjakan blanko.

d. Tabung diangkat, dinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan

aquades hingga tepat 50 ml. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N

dan P.

4. Pengukuran P dengan spektofotometer

a. Masing-masing 1 ml ekstrak contoh dipipet dan dimasukkan dalam

deret standar PO4 ke dalam tabung kimia.

b. Kemudian 4 ml air bebas ion ditambahkan dan dikocok (pengenceran

10x). Masing-masing 5 ml dipipet dan diekstrak encer contoh dan

(29)

c. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan Pb, dan lima tetes Pc. P dalam

larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang

660 nm.

Perhitungan:

Buat deret standar P 0, 1, 2, 3, 4, 5 ppm (dalam labu ukur 50 ml), larutan

standar P adalah 50 ppm.

Keterangan :

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar

deret standar dengan pembacaannya setelah di koreksi blanko.

100 = faktor konversi ke %

1000 = faktor konversi ke ppm

(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemupukan N dan P pada perkebunan tebu merupakan hal yang harus

dilakukan untuk meningkatkan produksi. Pemberian pupuk yang tepat akan

mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga tanaman mampu

menghasilkan produksi yang optimum. Pemberian perlakuan pupuk dengan empat

dosis yang berbeda pada percobaan ini menghasilkan kandungan klorofil total dan kandungan hara N dan P yang berbeda.

4.1. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851

Klorofil merupakan bagian penting dalam proses fotosintesis yang

berfungsi menyerap cahaya untuk menghasilkan energi. Klorofil juga

mempengaruhi proses metabolisme dalam sel tanaman. Ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya kandungan klorofil total dalam tanaman. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil total tersebut adalah pemupukan.

Pemupukan yang tepat akan meningkatkan kandungan klorofil total dan serapan

hara sehingga hasil produksi tebu menjadi optimum. Analisis kandungan klorofil

dilakukan pada semua klon tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 dengan

empat dosis pemupukan yang berbeda dan tanaman berumur 6 bulan dan 9 bulan.

Hasil analisis ditunjukkan oleh Tabel Kandungan Klorofil Total (Lampiran 4 dan

Lampiran 5) yang merupakan nilai dari jumlah kandungan klorofil total tebu

transgenik IPB 1 dan tebu isogenik PS 851 umur 6 bulan dan 9 bulan.

Analisis kandungan klorofil dilakukan pada semua klon tebu transgenik

IPB 1 dan isogenik PS 851 dengan empat dosis pemupukan yang berbeda dan

pada umur tanaman 6 bulan dan 9 bulan. Tabel 1 dan 2 merupakan nilai rata-rata

dari jumlah kandungan klorofil total tebu transgenik IPB 1 dan tebu isogenik PS

851 umur 6 bulan dan 9 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan

klorofil total pada daun tebu transgenik IPB 1 dan tebu isogenik PS 851

mengalami penurunan saat umur 9 bulan. Kandungan klorofil total saat tebu

berumur 6 bulan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan

(31)

Tabel 1. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 6 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan

Klorofil Total (µg/ml) Umur 6 Bulan

Klon a b c d Rata-rata

berpengaruh terhadap tingginya kandungan klorofil total pada saat tebu berumur 6

bulan dan 9 bulan. Pemupukan yang memiliki kandungan klorofil paling tinggi

pada umur 6 bulan adalah pemupukan b. Pemupukan yang memiliki kandungan

klorofil yang paling tinggi pada umur 9 bulan adalah pemupukan a. Klon tebu

yang memiliki kandungan klorofil paling tinggi pada umur 6 bulan dan 9 bulan

(32)

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 9 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan

Klorofil Total (µg/ml) Umur 9 Bulan

Klon a b c d Rata-rata

yang paling rendah pada saat umur 6 bulan, tetapi kandungan klorofil total pada

pemupukan N 50% dan P 50% memiliki rata-rata paling tinggi saat umur 9 bulan.

Pemupukan N 50% dan P 50% memiliki kandungan klorofil total rata-rata 22,18

µg/ml pada saat umur 6 bulan dan 15,19 µg/ml pada saat umur 9 bulan.

Kandungan klorofil total dengan pemupukan N 100% dan P 100% mengalami

penurunan yang signifikan saat umur 9 bulan yaitu dari 24,44 µg/ml ke 13,39

µg/ml. Pemupukan yang memiliki nilai kandungan klorofil total dari yang paling

tinggi sampai yang paling rendah saat umur 9 bulan secara berturut-turut adalah

pemupukan a, b, c, dan d.

Terkait dengan hasil analisis di atas diketahui bahwa yang menyebabkan

kandungan klorofil menurun pada saat umur 9 bulan adalah pada umur 6 bulan

(33)

dibutuhkan adalah nitrogen. Nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan

tanaman serta dalam pembentukan klorofil (zat hijau daun) yang penting dalam

proses fotosintesis. Nitrogen juga berperan dalam meningkatkan kandungan

protein dalam tanaman, selain itu nitrogen mampu mempengaruhi tanaman dalam

menyerap unsur-unsur hara makro dan mikro esensial seperti Mg, Fe, Mn, Zn, dan Cu yang merupakan komponen utama pembentuk klorofil (Dwijoseputro, 1980).

Terkait dengan hal-hal tersebut di atas kandungan klorofil total saat umur 6 bulan

pada tanaman tebu lebih tinggi dibanding saat umur 9 bulan. Deskripsi yang lebih

rinci dijelaskan melalui Gambar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 untuk setiap dosis

pemupukan.

4.1.1. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total 23 Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan

Gambar 3 menunjukkan kandungan klorofil total tebu transgenik IPB 1

pada pemupukan N 50% dan P 50% ketika tebu berumur 6 bulan. Klon yang

memiliki kandungan klorofil paling tinggi adalah klon IPB 1-4 dengan kandungan

klorofil total yaitu sebesar 41,09 µg/ml. Berdasarkan Gambar 3, terdapat lima

klon tebu transgenik IPB 1 yang memiliki kandungan klorofil total lebih rendah

dan 18 klon yang memiliki kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan dengan

klon tebu isogenik PS 851. Klon yang memiliki kandungan klorofil total dari yang

paling tinggi sampai yang paling rendah secara berturut-turut adalah klon tebu

transgenik IPB 1-4, 17, 5, 1, 59, 3, 40, 46, 21, 36, 71, 7, 6, 55, 12, 56, 2, 34,

isogenik PS 851, transgenik IPB 1-52, 62, 53, 37, dan 51. Pada pemupukan

tersebut kandungan klorofil tebu transgenik IPB 1 relatif tidak berbeda

dibandingkan dengan dosis pemupukan yang lain meskipun nilainya paling

(34)

Gambar 3. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 50% Umur 6 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

4.1.2. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan.

Kandungan klorofil total dengan pemupukan N 100% dan P 50% seperti

pada Gambar 4 menunjukkan bahwa tanaman tebu transgenik IPB 1 sebagian

besar memiliki kandungan klorofil total yang lebih rendah dibandingkan dengan

tebu isogenik PS 851. Dari penelitian ini hanya tiga klon tebu transgenik IPB 1

yang memiliki kandungan klorofil total di atas tebu isogenik PS 851. Klon tebu

transgenik IPB 1-71 memiliki kandungan klorofil total yang paling tinggi yaitu

sebesar 58,76 µg/ml sedangkan klon tebu yang memiliki kandungan klorofil total

yang paling rendah adalah klon tebu transgenik IPB 1-36 yaitu sebesar 11,19

µg/ml. Urutan klon tebu transgenik yang memiliki kandungan klorofil total yang

tertinggi sampai yang terendah secara berturut-turut pada pemupukan N 100% dan

P 50% adalah IPB 1-71, 12, 51, isogenik PS 851, transgenik IPB 1-46, 4, 37, 1, 2,

55, 62, 17, 56, 6, 7, 5, 34, 52, 59, 53, 21, 40, 3, dan 36. Pemupukan N 100% dan P

50% pada saat tebu berumur 6 bulan memiliki rata-rata kandungan klorofil total

yang paling tinggi secara rata-rata dibandingkan dengan pemupukan lainnya.

(35)

Gambar 4. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 50% Umur 6 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

4.1.3. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan.

Pengaruh pemupukan N 50% dan P 100% terhadap kandungan klorofil

total menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan dengan dosis pemupukan

yang lain. Gambar 5 menunjukkan kandungan klorofil total semua klon tebu

transgenik IPB 1 memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan klon tebu

isogenik PS 851.

Tebu isogenik PS 851 memiliki nilai total kandungan klorofil yang paling

tinggi yaitu sebesar 46,58 µg/ml. Berdasarkan Gambar 5, klon tebu transgenik yang memiliki kandungan klorofil yang paling tinggi sampai yang paling rendah

secara berturut-turut adalah klon tebu isogenik PS 851, transgenik IPB 1-51, 59,

(36)

Gambar 5. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 100% Umur 6 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

4.1.4. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan.

Berdasarkan Gambar 6 hanya terdapat lima klon tebu transgenik IPB 1

yang memiliki kandungan klorofil total lebih tinggi dibandingkan dengan klon

tebu isogenik PS 851 pada pemupukan N 100% dan P 100%. Kandungan klorofil

total tebu dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara berturut-turut

adalah tebu transgenik IPB 55, 36, 3, 17, 4, isogenik PS 851, transgenik IPB

1-46, 21, 2, 5, 12, 52, 51, 71, 59, 1, 7, 62, 53, 37, 6, 56, 40, dan 34.

Klon tebu transgenik IPB 1-55 memiliki nilai kandungan klorofil total yang paling tinggi dibandingkan dengan klon tebu transgenik IPB 1 lainnya dan

klon tebu isogenik PS 851, yaitu sebesar 46,31 µg/ml. Khusus untuk tebu

transgenik IPB 1 kandungan klorofil total lebih tinggi pada pemupukan N 50%

dan P 50% dibanding dengan pemupukan N 100% dan P 100%. Kondisi seperti

dapat disebabkan oleh pengaruh gen fitase di dalam tanaman, sehingga

menyebabkan dengan pemupukan yang lebih rendah mampu menghasilkan

(37)

Gambar 6. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 100% Umur 6 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Hasil analisis statistik (Lampiran 6) menunjukkan bahwa perbedaan klon

tebu dan dosis pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil

total pada saat tanaman tebu berumur 6 bulan. Tabel 3 menunjukkan bahwa

ulangan berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil total. Berdasarkan uji

lanjut Duncan terdapat perbedaan nyata antara ulangan 1, 2, dan 3 klon tebu

transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851. Ulangan 1 dan 2 menunjukkan total

kandungan klorofil yang lebih tinggi daripada ulangan 3 yaitu sebesar 25,29 µg

klorofil/ml dan 29,68 µg klorofil/ml, sedangkan pada ulangan 3 hanya memiliki

kandungan korofil sebesar 18,98 µg klorofil/ml. Hal ini dapat disebabkan oleh

perbedaan kondisi lahan antara ulangan 1, 2, dan 3.

Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Ulangan Terhadap Klorofil Total Umur 6 Bulan

Ulangan Rataan (µg klorofil/ml)

1 25,29a

2 29,68a

3 18,98b

(38)

4.1.5. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan

Gambar 7. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 50% Umur 9 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Gambar 7 menunjukkan kandungan klorofil total tebu transgenik IPB 1

dan tebu isogenik PS 851 pada pemupukan N 50% dan P 50 % saat umur 9 bulan.

Klon tebu transgenik IPB 1-2 memiliki kandungan klorofil total paling tinggi

yaitu sebesar 27,99 µg/ml. Klon tebu yang memiliki kandungan klorofil total dari

yang paling tinggi sampai yang paling rendah saat umur 9 bulan secara

berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB 1-2, 46, 36, 53, 17, 55, 37, 52, 1, isogenik

PS 851, transgenik IPB 1-3, 6, 4, 40, 56, 59, 21, 71, 7, 12, 62, 5, 51, dan 34. Nilai

kandungan klorofil total tebu transgenik IPB 1 dan tebu isogenik PS 851 rata-rata

menurun saat umur 9 bulan dibandingkan dengan umur 6 bulan. Pemupukan N

50% dan P 50% saat umur 9 bulan memiliki nilai kandungan klorofil yang paling

tinggi dibandingkan dengan dosis pemupukan yang lain walaupun secara

keseluruhan total kandungan klorofil pada saat umur 9 bulan menurun.

(39)

4.1.6. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 50% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan

Gambar 8. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 50% Umur 9 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Semua klon tebu transgenik IPB 1 memiliki nilai kandungan klorofil total

di atas klon tebu isogenik PS 851 pada pemupukan N 100% dan P 50% saat umur

9 bulan. Klon tebu transgenik IPB 1-56 memiliki nilai kandungan klorofil total

yang paling tinggi yaitu 23,54 µg/ml sedangkan klon tebu isogenik PS 851 seperti

pada Gambar 8 memiliki kandungan klorofil total yang paling rendah yaitu 7,31

µg/ml. Pada dosis pemupukan tersebut tebu transgenik IPB 1 dan tebu isogenik

PS 851 berumur 9 bulan memiliki perbedaan kandungan klorofil total yang sangat

signifikan dibandingkan dengan tebu saat berumur 6 bulan. Klon tebu isogenik PS

851 memiliki kandungan klorofil total yang cukup tinggi pada saat umur 6 bulan,

sedangkan klon tebu isogenik PS 851 mengalami penurunan nilai kandungan

klorofil total saat umur 9 bulan. Secara berturut-turut klon tebu transgenik yang

memiliki kandungan klorofil total dari yang paling tinggi sampai yang paling

rendah pada pemupukan N 100% dan P 50% adalah klon tebu transgenik IPB

(40)

4.1.7. Pengaruh Pemupukan N 50% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan

Gambar 9 menunjukkan kandungan klorofil total pada tebu transgenik IPB

1 dan tebu isogenik PS 851 pada pemupukan N 50% dan P 100% saat umur 9

bulan. Pada pemupukan ini klon tebu transgenik IPB 1-59 memiliki kandungan

klorofil yang paling tinggi yaitu 22,99 µg/ml. Berdasarkan Gambar 9 klon tebu

yang memiliki kandungan klorofil total dari yang paling tinggi sampai yang

paling rendah secara berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB 1-59, 36, 46,

37, 40, 3, 7, 1, 4, 21, 53, 17, 6, 62, 2, 55, 12, 5, 51, 71, 52, 56, isogenik PS 851,

dan transgenik IPB 1-34.

Terdapat perbedaan antara kandungan klorofil total antara tebu yang

berumur 6 bulan dan 9 bulan. Pada saat tebu berumur 6 bulan yang dipupuk

dengan dosis N 50% dan P 100%, semua klon tebu transgenik memiliki

kandungan klorofil dibawah klon tebu isogenik PS 851, sebaliknya pada saat tebu

berumur 9 bulan hampir semua klon tebu transgenik IPB 1 memiliki nilai

kandungan klorofil di atas tebu isogenik PS 851. Hasil ini menunjukkan

kandungan klorofil tebu transgenik IPB 1 lebih stabil walaupun daun menuju

proses penuaan yang diikuti dengan menurunnya laju fotosintesis.

Gambar 9. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 100% Umur 9 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

(41)

4.1.8. Pengaruh Pemupukan N 100% dan P 100% terhadap Kandungan Klorofil Total Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan

Klon tebu transgenik IPB 1-21 memiliki nilai kandungan klorofil total

yang paling rendah yaitu 3,29 µg/ml pada pemupukan ini. Hanya terdapat satu

klon yang memiliki nilai kandungan klorofil total dibawah tebu isogenik PS 851.

Gambar 10 menunjukkan klon tebu yang memiliki kandungan klorofil total dari

yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu klon tebu transgenik IPB

1-17, 7, 40, 36, 55, 53, 2, 59, 37, 3, 52, 34, 62, 46, 51, 56, 4, 5, 6, 1, 12, 71, isogenik

PS 851, dan transgenik IPB 1-21.

Gambar 10. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 100% Umur 9 Bulan (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Berdasarkan uji statistik (Lampiran 7) kandungan klorofil total tebu

transgenik saat umur 9 bulan tidak dipengaruhi oleh perbedaan dosis pemupukan.

Faktor yang secara nyata mempengaruhi kandungan klorofil tebu transgenik IPB 1

dan tebu isogenik PS 851 saat umur 9 bulan adalah klon dan ulangan. Hasil uji

statistik pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan klorofil saat umur 9 bulan

berkisar antara 9-21 µg klorofil/ml. Kandungan klorofil total tebu transgenik IPB

1-36 memiliki kandungan klorofil yang paling tinggi yaitu sebesar 21,64 µg

klorofil/ml. Hasil analisis statistik juga menunjukkan hanya ada satu klon tebu

(42)

851. Klon tebu transgenik IPB 1-34 adalah klon tebu transgenik yang memiliki

kandungan klorofil total yang paling rendah yaitu sebesar 9,29 µg klorofil/ml.

Tabel 4. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Klon Terhadap Klorofil Total Umur 9 Bulan

Klon Rataan (µg klorofil/ml) Klon Rataan (µg klorofil/ml)

IPB 1-36 21,64 a IPB 1-62 12,75 bcd

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5%.

Tabel 5. Uji Lanjut Duncan Pengaruh Ulangan terhadap Klorofil Total Umur 9

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji Duncan pada faktor ulangan umur 9

bulan berbeda dengan faktor ulangan umur 6 bulan dimana pada umur 6 bulan

ulangan 1 dan 2 menjadi ulangan yang memiliki kandungan klorofil yang paling

tinggi. Tetapi pada umur 9 bulan, ulangan yang memiliki kandungan klorofil

paling tinggi terdapat pada ulangan 1 dan 3 yaitu 15,39 µg klorofil/ml dan 15,04

µg klorofil/ml. Kondisi lahan yang berbeda membuat ulangan atau kelompok

menjadi berbeda nyata.

4.2. Kandungan N dan P Tebu Transgenik IPB 1 dan Tebu Isogenik PS 851 Secara Komposit.

Analisis ini dapat memberikan gambaran kandungan hara N dan P yang

terdapat dalam daun tebu transgenik IPB 1 dan daun tebu isogenik PS 851 dari

perbedaan dosis pemupukan yang diberikan. Hasil analisis kandungan hara N dan

(43)

Tabel 6. Data Kandungan N dan P Secara Komposit Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan

Klon

Kandungan hara N pada tebu transgenik IPB 1-1 adalah yang paling tinggi

secara rata-rata pada seluruh perlakuan pemupukan saat umur 6 bulan. Klon-klon

tersebut memiliki kandungan hara N sebesar 1,32%. Klon tebu yang memiliki

kandungan N dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara

berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB 1-1, 17, 5, 55, isogenik PS 851, transgenik

IPB 1-21, 12, 52, 71, 4, 51, 40, 2, 59, 6, 3, 37, 46, 34, 56, 53, 36, 7, dan 62. Tabel

6 juga menunjukkan kandungan hara P pada beberapa klon tebu transgenik IPB 1 nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan tebu isogenik PS 851.

Gambar 11 menunjukkan kandungan hara N dan P pada perlakuan

pemupkan N 50% dan P 50%. Terdapat empat klon tebu transgenik IPB 1 yang

memiliki kandungan hara N yang lebih tinggi dibandingkan dengan tebu isogenik

PS 851, sedangkan untuk kandungan hara P hanya terdapat dua klon tebu

transgenik yang memiliki kandungan hara P lebih tinggi dibandingkan dengan

(44)

Gambar 11. Grafik Kandungan N (%) dan P (%) Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan dengan Pemupukan N 50% dan P 50% (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Gambar 12. Grafik Kandungan N (%) dan P (%) Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan dengan Pemupukan N 100% dan P 50% (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Gambar 12 menunjukkan kandungan hara N dan P pada pemupukan N

100% dan P 50% saat umur 6 bulan. Hanya terdapat tiga klon tebu transgenik

yang memiliki kandungan hara N lebih tinggi dibandingkan dengan klon tebu

isogenik PS 851 sedangkan pada kandungan hara P, terdapat tiga klon tebu

transgenik IPB 1 yang memiliki nilai kandungan hara P yang lebih tinggi daripada

kandungan hara tebu isogenik PS 851.

(45)

Klon tebu yang memiliki kandungan hara N dari yang paling tinggi sampai

yang paling rendah pada pemupukan ini adalah klon tebu transgenik IPB 1-1, 5,

17, isogenik PS 851, transgenik IPB 1-21, 55, 12, 51, 52, 40, 4, 36, 59, 3, 6, 7, 46,

71, 2, 34, 37, 53, 56, dan 62 sedangkan klon tebu yang memiliki kandungan P dari

yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB 1-52, 55, isogenik PS 851, transgenik IPB 1-21, 4, 51, 1, 12,

17, 5, 71, 40, 36, 59, 62, 3, 7, 34, 46, 53, 56, 2, dan 6. Jika dibandingkan dengan

pemupukan N 50% dan P 50%, klon tebu transgenik IPB 1 pada pemupukan N

100% dan P 50% memiliki kandungan hara N dan P yang lebih rendah dibandingkan dengan klon tebu isogenik PS 851.

Gambar 13. Grafik Kandungan N (%) dan P (%) Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan dengan Pemupukan N 50% dan P 100% (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Tebu transgenik IPB 1 dengan pemupukan N 50% dan P 100% memiliki

empat klon yang memiliki kandungan hara N lebih tinggi daripada tebu isogenik

PS 851 pada umur 6 bulan. Sebanyak 15 klon tebu transgenik IPB 1 memiliki

kandungan hara N lebih rendah daripada tebu isogenik. Klon tebu yang memiliki

kandungan hara N dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara

berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB 1-1, 5, 55, 62, isogenik PS 851,

transgenik IPB 1-2, 17, 4, 21, 52, 6, 40, 71, 3, 12, 37, 51, 7, 34, 53, 56, 59, 36, dan

46. Sedangkan klon tebu yang memiliki kandungan hara P dari yang paling tinggi

(46)

sampai yang paling rendah secara berturut-turut adalah klon tebu transgenik IPB

1-1, 55, 5, 52, 62, 4, 17, 71, 21, isogenik PS 851, transgenik IPB 1-12, 51, 3, 6,

40, 2, 34, 36, 37, 53, 56, 7, 46, dan 59.

Gambar 14. Grafik Kandungan N (%) dan P (%) Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 6 Bulan dengan Pemupukan N 100% dan P 100% (Garis Horisontal adalah Nilai Isogenik PS 851)

Pada pemupukan N 100% dan P 100% ternyata hasilnya juga

menunjukkan hasil yang hampir sama dengan pemupukan N 50% dan P 50%.

Gambar 14 menunjukkan sebanyak 15 klon tebu transgenik IPB 1 memiliki

kandungan hara N yang lebih rendah dibandingkan dengan tebu isogenik PS 851

sedangkan 12 klon tebu transgenik IPB 1 memiliki kandungan hara P yang lebih

rendah dibandingkan dengan tebu isogenik PS 851. Klon tebu yang memiliki

kandungan hara N yang paling tinggi sampai yang paling rendah berturut- turut

adalah klon tebu transgenik IPB 1-1, 17, 71, 12, 2, 5, 21, 51, isogenik PS 851,

transgenik IPB 1-4, 40, 52, 55, 59, 62, 6, 34, 37, 53, 56, 3, 46, 7, dan 36.

Sedangkan klon tebu transgenik yang memiliki kandungan hara P dari yang paling

tinggi sampai yang paling rendah secara berturut-turut adalah klon tebu transgenik

(47)

1-Tabel 7. Data Kandungan N dan P Secara Komposit Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 Umur 9 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan

Klon Data Kandungan N (%) Data Kandungan P (%)

Pengembangan Tebu Jatim, 2005) sehingga pada pemupukan N 50% dan P 50%

kandungan hara N tanaman tebu berumur 9 bulan secara rata-rata lebih rendah

dibandingkan dengan umur 6 bulan. Gambar 15 menunjukkan bahwa 20 klon tebu

transgenik IPB 1 yang memiliki kandungan hara N lebih rendah dibandingkan

dengan klon tebu isogenik PS 851. Hal yang berbeda justru terdapat pada kandungan hara P. Secara rata-rata kandungan hara P tebu trasngenik IPB 1dan

tebu isogenik PS 851 memiliki nilai yang hampir sama. Klon tebu yang memiliki

kandungan hara N dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah klon

tebu transgenik IPB 1-62, 34, 51, isogenik PS 851, transgenik IPB 1-2, 5, 7, 36,

53, 3, 17, 21, 40, 46, 56, 59, 4, 6, 52, 55, 1, 12, 37, dan 71 sedangkan klon tebu

yang memiliki kandungan hara P yang paling tinggi sampai yang paling rendah

adalah klon tebu transgenik IPB 1-51, 71, 3, 12, 21, 52, 62, 40, 2, 4, 5, 46, 53, 59,

Gambar

Tabel 1. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 6 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan
Tabel 2. Nilai Rata-rata Kandungan Klorofil Total Umur 9 Bulan Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan
Gambar 3. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 50% dan P 50% Umur 6
Gambar 4. Grafik Klorofil Total dengan Pemupukan N 100% dan P 50% Umur 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pasar Modal dalam satu kawasan cenderung memiliki pergerakan yang sama dan memiliki efek penularan yang tinggi (contagion effect) sehingga tingkat integrasi antar Pasar

Misalnya kelompok I mencuci keempat botol mereka yang berisi perlakuan yang berbeda-beda dengan menggunakan air panas, sedangkan kelompok II mencuci dengan menggunakan

Dengan sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan pantai nusantara, maka tidak heran jika indonesia dikenal sebagai pengeskpor kepiting yang cukup besar

i) Mengenalpasti sama ada faktor-faktor seperti bebanan kerja (overload), kekurangan kerja (underload), konflik peranan, kepuasan kerja dan persekitaran kerja menyebabka tekanan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia berbasis media grafis jenis komik pada materi larutan penyangga di SMA Negeri Kota

Berdasarkan surat perintah tersebut Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi melaksanakan tugas inventarisasi aset tanah milik pemerintah Kota Pekanbaru dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi luasnya tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility ) dengan