Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
M. Yudistira Kusuma
NIM:109053000036
KONSENTRASI MANAJEMEN ZIS DAN WAKAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom,I)
Oleh
M. Yudistira Kusuma 109053000036
NIP: 19640428 199303 1 002
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 25 Mei 2013
iv Nama : M. Yudistira Kusuma
Nim : 109053000036
Judul : Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat terhadap Undang Undang No.23 Tahun 2011 Tengan Pengelolaan Zakat
Disahkannya UU No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat justru menimbulkan banyak perdebatan yang masif diantara pegiat zakat dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Termasuk Forum Organisasi Zakat sebagai asosiasi lembaga pengelolaan zakat. Kepercayaan terhadap Undang-Undang Pengelolaan Zakat (UUPZ) yang baru akan membawa kabar baik dalam pengelolaan perzakatan di Indonesia justru menimbulkan polemik di sana-sini.
Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada responden dari 4 anggota pengurus FOZ sebagai sample penelitian ini, dimana penelitian ini respon yang diteliti hanyalah sebatas aspek respon kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan perumusannya adalah Bagaimanakah respon (kognitif, afektif dan psikomotorik) pengurus(tahun 2012-2014) Forum Organisasi Zakat terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dimana dalam pengumpulan datanya melalui wawancara dan data-data tertulis, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah pengurus Forum Organisasi Zakat dan objek penelitian ini adalah Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui, respon pengurus FOZ terhadap Undang-Undang baru No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada masyarakat saat ini.
i
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat seiring salam senantiasa terhaturkan kepada panutan umat, Nabi
Muhammad S.A.W. yang selalu kita harapakan syafaatnya kelak.
Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana komunikasi
Islam (S.Kom.I). tentu hal ini tidak akan luput dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
optimal. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis haturkan ucapan
terimakasih kepada Kedua Orang Tua yang tidak pernah bosan memberi dorongan
dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Bukan hanya dorongan yang
bersifat non materi, namun dorongan yang berbentuk materipun tidak pernah lupa
kedua orang tua berikan. Semua yang telah mereka lakukan tidak bisa penulis
balas dengan apapun kecuali Allah yang akan membalasnya. Dan penulis juga
haturkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Wahidin
Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. H.
Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Bapak
Drs Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan Bapak Mulanasir, S.Pd, MM
selaku ketua dan sektretaris Program Studi Manajemen Dakwah sekaligus
menjadi penguji sidang skripsi ini.
3. Bapak Drs Study Rizal LK, MA selaku pembimbing skripsi yang dengan
sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga
selesai skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi beserta seluruh
keilmuan dan bimbingan selam penulis berada dalam masa-masa
perkuliahan.
5. Para pengurus Forum Organisasi Zakat yang telah banyak membantu
dalam meyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Bpk. Sabeth
Abilawa,Bambang Suherman, Bapak Anwar Sani dan Ibu Nana Mintarti.
Juga kepada informan diluar Forum Organisasi Zakat sepertiBapak Zen
selaku motivatir dan penulis buku tentang zakat dan Bapak Arif sebagai
ketua IMZ.
6. Wakmena dan Pakmena terima kasih atas dukungan moral dan moril serta
nasihat-nasihatnya selama saya kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.
7. Teteh Hilda terima kasih atas sebesar-besarnya atas bantuan sharing ide,
bantuan koreksi, dan masih banyak lagi. Semoga allah yang membalas
kebaikanmu.
8. Kepada rekan dan sahabat penulis dari Jurusan Manajemen Dakwah dan
umumnya teman-teman di Fakultas Dakwah yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Hususnya penulis haturkan terimakasih
kepada Syarifudin, Imroatus Solati, Eneng Herawati, Faizah, Hana Kafiah,
Fani Fadillah, Siti Kholisah, Sinta Rusmiati, Aditya Yudho Negoro,
Nasrullah, Amanda Harry, Musap Umair, Ulil Absar, Jaelani Firdaus, Cep
Husni, Komariah, Nur Aifah, Ajeng Retno, Raditya Pradiptassa, Slamet
Nurmawanto dan teman-teman yang selalu menemani penulis setiap
harinya, baik langsung dan tidak langsung,
9. Juga Abang Sammy,Refita, Adit, Puji, Farabi, Erni, Lisfa, Lina, Agus
Wahyudi juga saya ucapkan banyak terima kasih atas support dan
bantuannya dan untuk yang lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya.
Dan akhir kata dari penulis, semoga setiap usaha dan upaya yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapatkan kebaikan yang setimpal
Ciputat, 24 Mei 2013
v
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan manfaat Penelitian ... 4
D. Metode Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 7
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II Landasan Teoritis A. Ruang Lingkup Respon 1. Pengertian Respon... 10
2. Proses Terjadinya Stimulus-Respon... 11
3. Jenis-Jenis Respon... 13
4. Respon Kognitif, Afektif, Psikomotorik... 14
5. Faktor-FaktorTerbentuknyaRespon ... 16
2. Organisasi Pengelolaan Zakat... 18
a. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat... 18
b. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat... 20
c. Macam-Macam Organisasi Pengelolaan Zakat... 21
d. Tujuan Organisasi Pengelolaan Zakat ... 22
e. Sistem Pengelolaan... 23
3. Undang-Undang ... 26
BAB III Gambaran Umum Forum Organisasi Zakat A. Sejarah Awal Berdirinya Forum Organisasi Zakat... 29
B. Arah Kebijakan Program Forum Zakat Periode 2012-2015... 31
C. Sususan Pengurus Forum Zakat Periode 2012 – 2015 ... 34
D. Lembaga Pengelolaan Ziswaf yang terdaftar di Forum Organisasi Zakat... 36
BAB IV Hasil Temuan A. Respon Kognitif Terhadap UU No. 23/2011 ... 39
B. Respon Afektif Terhadap UU No. 23/2011 ... 46
C. Respon Psikomotorik Terhadap UU No. 23/2011 ... 50
B. Saran-saran ... 57
1
A. Latar Belakang
Agama Islam memiliki lima pilar yang diketahui atau biasa disebut dengan
rukun Islam yang salah satu diantaranya adalah zakat. Berbeda dengan pilar-pilar
lainnya, zakat memiliki dua dimensi yang mendasar. Pertama, dimensi ibadah
(ritual) sebagai tanda penghambaan kepada Allah swt sekaligus sebagai pembersih
harta dan jiwa. Kedua, dimensi sosial dimana sebagai tanda kepedulian terhadap
sesama, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesenjangan sosial. Hal
inilah yang membuat zakat menjadi kewajiban sosial yang bersifat ibadah.
Namun fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat muslim di Indonesia
saat ini, bahwa mereka sangat mementingkan soal ibadah, sehingga kriteria
muslim-tidaknya seseorang yang umum adalah patuhnya seseorang dalam melaksanakan
ibadah, terutama shalat, puasa dan haji. Namun yang mengherankan adalah zakat
tidak termasuk dalam ibadah yang sama pentingnya dengan shalat, puasa dan haji.
Di antara penyebabnya menurut Harun Nasution hal ini disebabkan karena di
kalangan masyarakat terdapat pengertian bahwa kewajiban hamba terbatas pada
pengabdian terhadap Tuhan (ibadah syakhsiah) dan tidak termasuk pengabdian
terhadap manusia dan masyarakat (ibadah ijtima'iyyah). Padahal pengulangan
perintah zakat dalam Al-Quran menunjukan bahwa kewajiban zakat itu merupakan
kewajiban agama yang harus diyakini dan dilaksanakan sehingga tidak ada peluang
untuk diingkari.
Dalam teori ketatanegaraan Islam, pengelolaan zakat diserahkan kepada
waliyul amr yang dalam konteks ini adalah pemerintah, sebagaimana perintah Allah
dalam firman-Nya "khud min amwalihim" (ambillah sedekah zakat dari harta
kewenangan untuk melakukan pengambilan zakat dengan kekuatan hanya dapat
dilakukan oleh pemerintah.1
Kelahiran Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat telah merubah secara drastis dunia per-zakat-an di Indonesia. Legalisasi
Lembaga Amil Zakat sebagai representasi masyarakat menjadi faktor penentu
utama perubahan fundamental tersebut. Dalam kurun kurang dari 10 tahun, dana
sosial Islam, terutama zakat, telah berubah dari pengelolaan 'Seputar Ramadhan' dan
untuk 'kebutuhan sosial' fakir miskin, kini menjadi sebuah kegiatan yang
menghasilkan tidak saja layanan sosial gratis atau hal-hal yang bersifat konsumtif
tetapi juga menjadi sebuah kegiatan yang bersifat produktif dan tentu saja
pemberdayagunaan dana zakat ini tidak hanya menyentuh sektor ekonomi sosial
saja tetapi juga menyentuh sektor pendidikan baik di perkotaan hingga di berbagai
pelosok Indonesia.
Sejatinya, zakat merupakan ranah pemerintah. Namun di Indonesia telah
terjadi kecelakaan sejarah dan itu masih berlaku hingga saat ini. Di Indonesia zakat
dikelola oleh dua unsur: pemerintah dan masyarakat. Lembaga pengelolaan zakat
yang dibentuk oleh pemerintah disebut dengan Badan Amil Zakat (BAZ),
sedangkan yang dibentuk atas prakarsa masyarakat dikenal dengan Lembaga Amil
Zakat (LAZ).
Dalam teknis yang berbeda, LAZ dan BAZ mengembangkan program yang
sama. Pendidikan, santunan sosial dan ekonomi. Program-program tersebut
nantinya akan dikomunikasikan kepada muzakki dan calon muzakki. Tanpa
komunikasi yang terjalin terhadap LAZ lainnya atau BAZ, satu dari dua kondisi
berikut mudah ditemukan atau diamati. Pertama, satu calon muzakki menerima
tawaran dari dua atau lebih LAZ dan yang kedua, satu wilayah mendapatkan
perhatian lebih, wilayah yang lain tidak mendapatkan perhatian yang memadai.
1
Jarang sekali BAZ dan LAZ menampilkan gagasan yang mensinergikan
antar lembaga satu sama lain. Indikasi yang dapat dicermati adalah adanya perang
iklan atau spanduk. Meski tidak banyak, saling menampilkan kelemahan lembaga
lain namun dari pencapaian yang demikian besar, hampir tidak ditemukan
koordinasi untuk distribusi, baik dari sebaran program maupun wilayah. Sehingga
jika dibiarkan hal ini akan mengakibatkan sulitnya dijumpai dua lembaga pengelola
zakat yang mampu membangun komunikasi dan kerjasama pada lingkup yang lebih
luas dan mendasar.
Melihat dinamika perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa inilah,
membuat pemerintah agaknya berpikir kembali untuk mengorganisir dana zakat
agar lebih tersentralisasi melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Dalam hal ini Forum Organisasi Zakat (FOZ) memiliki tanggapan lain
dalam menyikapi masalah-masalah yang terjadi mengenai masalah zakat di
Indonesia.
FOZ merupakan lembaga yang memayungi keberadaan Lembaga
Pengelolaan Zakat (LPZ). Keberadaan FOZ sangat strategis sebab FOZ berperan
sebagai lembaga konsultatif koordinatif. Fungsi FOZ menjalin kekuatan antar LPZ,
baik yang dibentuk pemerintah maupun non-pemerintah. Untuk bisa bekerja sama
dalam memaksimalkan pengelolaan dana Zakat Infaq Shodaqoh (ZIS). Di samping
itu, diharapkan dapat mengatasi konflik yang mungkin tumbuh di antara anggota.
Bahkan FOZ juga harus mampu menjadi lembaga yang memiliki power untuk
memperjuangkan kebutuhan anggota.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya serta
mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi
penelitian ini hanya pada Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat terhadap
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Adapun
Pengurus Forum Organisasi Zakat yang diteliti hanya terdiri dari 4 pengurus dari
26 pengurus Forum Organisasi Zakat. Respon dalam penelitian ini berkaitan
dengan Kognisi, Afeksi, dan Psikomotorik.
Sedangkan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini dapat
dirumuskan secara umum adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah respon
pengurus(tahun 2012-2014) Forum Organisasi Zakat terhadap Undang-Undang No.
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?”
Rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Bagaimana respon kognitif pengurus Forum Organisasi Zakat terhadap
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?
2. Bagaimana respon Afektif pengurus Forum Organisasi Zakat terhadap
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat?
3. Bagaimana respon Psikomotorik pengurus Forum Organisasi Zakat
terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui, respon
pengurus FOZ terhadap Undang-Undang baru No. 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat pada masyarakat saat ini, adapun tujuan lainnya adalah untuk
mengetahui aspek kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari respon FOZ terhadap
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam tambahan informasi dan pengetahuan bagi akademisi dan pihak
lainnya, mengenai respon pengurus FOZ terhadap Undang-Undang baru No.
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia,baik dalam aspek
kognisi, afeksi dan psikomotorik.
2. Manfaat praktisi
Hasil dari laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
masukan dan saran yang bermanfaat, sebagai bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan dalam pengimplementasian Undang-undang baru No.23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat di ke depannya nanti.
D. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah deskriptif-kualitatif serta
data-data pendukung seperti buku-buku tertulis dan sebagainya. Maksudnya adalah
peneliti berusaha untuk eksplorasi serta menganalisa respon pengurus Forum
Organisasi Zakat baik dalam aspek kognisi, afeksi, dan psikomotorik terhadap
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
1. Sumber Data
a. Primer yakni sumber data-data yang diperoleh secara langsung dari
responden melalui wawancara. Dalam hal ini peneliti mewawancarai empat
pengurus FOZ : M. Anwar Sani (Wakil Sekjend), Sabeth Abilawa (Ketua
Bidang Advokasi dan Pengawasan), Bambang Suherman (Sekretaris
Adapun alasan peneliti memilih empat pengurus ini sebagai sample
penelitian karena Bambang Suharman dan M. Anwar Sani merupakan
susunan pertama setelah Ketua Umum dan Wakil ketua di Forum Organisasi
Zakat. Sedangkan Sabeth Abilawa dan Nana Mintarti sebagai ketua dan
sekretaris bidang advokasi dan pengawasan, karena bidang pekerjaan
mereka berhubungan dengan ranah hukum tentang undang-undang
pengelolaan zakat.
b. Sekunder yakni sumber data-data yang diperoleh dari laporan-laporan yang
dikeluarkan Forum Organisasi Zakat serta diperoleh dari literatur
kepustakaan, seperti buku-buku, majalah, koran, serta sumber lainnya yang
berkaitan dengan materi penelitian ini.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Pengamatan terlibat
Observasi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
pada pengurus Forum Organisasi Zakat. Hal ini guna mengetahui keadaan
yang sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
b. Wawancara mendalam (Depth Interview)
Peneliti akan mewawancarai 4 pengurus Forum Organisasi Zakat
sebagai sample serta orang orang yang terlibat yang dapat menjabarkan isu
permasalahan yang menyangkut penelitian ini. Dimana sebagai tambahan
saya mewawancarai 2 orang di luar pengurus Forum Organisasi Zakat
seperti Arif Haryono (pimpinan IMZ) dan Muhammad Zen (motivator dan
c. Dokumentasi
Dokumentasi di sini ialah data yang berupa arsip, data-data tertulis
seperti buku, majalah, dan sebagainya yang dimiliki oleh lembaga tersebut
dan lain sebagainya.
d. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, di dalamnya dilakukan pengkatagorian sesuai dengan penelitian
respon yang terdiri dari aspek kognisi, afeksi, dan psikomotorik.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berada kantor FOZ di Jl. Lenteng Agung Raya No.
60, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kantor Dompet Dhuafa di Ciputat, kantor IMZ di
Ciputat dan Kantor Darul Quran di Ciledug. Sedangkan untuk waktu
penelitiannya menghabiskan waktu selama 3 bulan sejak tanggal 12 Februari
sampai dengan tanggal 12 Mei.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembelajaran dan perbandingan
dengan penelitian sebelumnya terutama yang berbasis dengan Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Diantaranya skripsi pertama berjudul, “Telaah Kritis atas wewenang badan Amil Zakat dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Zakat”, yang ditulis oleh Syamsul Rizal Marzuki
(104043201378) Jurusan PMH (2004) dalam tulisannya lebih membahas pada
kewenangan Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibuat oleh pemerintah sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
sebatas mengatur pengelolaan zakat, mulai dari pengumpulan zakat dan
pendayagunaan zakat, penulis juga mengkritisi tentang tidak memberikannya
mengambil secara paksa bagi muzzaki yang tidak mampu membayar zakat atau
memberikan sangsinya, pengaturan pemberian sangsi hanya diberikan kepada
pengelola zakat yang melakukan pelanggaran, sedangkan mekanisme penjatuhan
sangsi tersebut tidak dijelaskan secara rinci.
Kedua, “Perbandingan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat” yang ditulis oleh Muhammad Tajuddin
(105043201338) Jurusan PMH Fakultas Syariah UIN Jakarta. Dalam tulisannya
lebih membahas perbandingan-perbandingan dan persamaan-persamaan tentang
pengaturan Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 di mana untuk mengetahui apa saja yang diamandemenkan
di undang-undang terbaru yakni Undang-Undnag Nomor 23 tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Adapun setelah mempelajari kedua skripsi tersebut penulis tertarik serta
memberanikan diri untuk membahas skripsi dengan judul “Respon pengurus Forum Organisasi Zakat terhadap UU No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat" karena subjek yang diteliti belum ada satupun yang membahas judul yang penulis teliti.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah, dan sekaligus agar pembahasan dapat dilakukan
secara terarah dan sistematis, maka penulis membagi atas lima bab. Kelima bab
tersebut secara rinci sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Penulis mengurai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, pada
bagian awal diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam
Bab II: Landasan Teoritis
Membahas tentang definisi-definisi judul penelitian baik ditinjau dari
etimologi maupun terminologi yang bersandar dari kepustakaan yang rajih. Yakni
mengenai pengertian respon dan jenis-jenis dari respon tersebut, juga menjelaskan
tentang organisasi pengelolaan zakat dan sebagainya.
Bab III : Profil Forum Organisasi Zakat
Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum mengenai Forum
Organisasi Zakat, mulai dari sejarah berdirinya, visi-misi, tugas-tugas, kegiatan, dan
lain sebagainya.
Bab IV : Hasil Temuan
Bab ini merupakan bab inti dari penelitian dimana penulis akan membahas
respon kognisi, afeksi dan psikomotorik anggota Forum Organisasi Zakat terhadap
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, serta
analisis-analisis mengenai respon dari FOZ tersebut.
Bab V: Penutup
Merupakan bab akhir, dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan
dari seluruh pembahasan sebelumnya dan sekaligus menjawab permasalahan pokok
10
A. Ruang Lingkup Respon 1. Pengertian Respon
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa respon
adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan; ada
yang bersifat otonomis seperti refleks dan reaksi emosional langsung, ada
pula yang bersifat terkendali.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa respons
adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang
terjadi.2
Dalam Kamus Ilmiah Serapan, respons dapat diartikan sebagai reaksi
terhadap suatu rangsangan; tanggapan; jawaban.3 Merespon adalah meladeni, melayani membalas (surat), membidas, menanggapi, menangkis (kecaman),
mengindahkan, menimpali, menjawab, menyambut; memenuhi (panggilan),
menemui.4
Menurut Poerwadarminta, respon diartikan sebagai tanggapan reaksi
dan jawaban.Respon akan muncul dari penerima pesan setelah sebelumnya
terjadi serangkaian komunikasi.5
1
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964.
2
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi ke-2, h. 838.
3
AKA Kamarulzaman dan M. Ahlan Y. Al-Barry, Kamus Ilmiah Serapan Disertai Entri Tambahan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Yogyakarta: Absolut, 2005), h. 606.
4
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 526.
5
Menurut Ahmad Subandi, respon adalah sebagai istilah umpan balik
(feed back) yang memiliki peran atau pengaruh besar baik atau tidaknya suatu
komunikasi.6
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon terbentuk
dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab terhadap suatu
peristiwa yang berujung pada hasil kreasi dan akibat dari proses rangsangan
tersebut.
2. Proses Terjadinya Stimulus-Respon
Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori
S-O-R berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Kalau
kemudian menjadi teori komunikasi juga tidak mengherankan,karena objek
material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang
jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi
dan konasi.7
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan sikap adalah aspek “How” bukan “What” atau “Why”,How To Change The Attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan dalam proses perubahan sikap. Stimulus atau
pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Jadi
unsur-unsur dalam model ini adalah:
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
6
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. ke- 19, h. 50. 7
c. Efek (Respone, R)8
Prof. Dr. Ma’rifat dalam bukunya; “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang
mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting,
yaitu:
a. Perhatian
b. Pengertian
[image:23.612.105.513.195.557.2]c. Penerimaan
Gambar teori S-O-R9
Gambar di atas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet. 3, h. 254.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet. 3 h. 254
Organisme :
Perhatian
Pengertian
Penerimaan Stimulus
Response
kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.10
Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.11
Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulti tertentu.
Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu
kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audien. Elemen-elemen utama
dari teori ini adalah pesan stimulus, seseorang atau receiver (organism) dan
efek (respon).12
3. Jenis-Jenis Respon
Respon akan terjadi karena beberapa hal. Terjadinya respon akan
sangat tergantung dengan penyebab yang menimbulkannya.
Menurut Jalaludin Rahmat, Respon terbagi atas tiga bagian yaitu:
a. Respon kognitif yaitu respon yang timbul setelah adanya pemahaman
terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan.
Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui atau dipersepsi
oleh khalayak
b. Respon afektif yaitu respon yang timbul karena adanya perbuahan
perasaan terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai.
Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003)cet. 3 h. 255
11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet. 3 h. 256.
12
c. Respon konatif yaitu respon yang berupa tindakan, kegiatan atau
kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku
nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.13
Dalam hal ini Abu Ahmadi menerangkan, berdasarkan indera yang
dipakainya tanggapan terbagi menjadi lima macam :
“Menurut indera yang digunakan, tanggapan dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu: (1) tanggapan pengadilan, (2) tanggapan baru, (3)
tanggapan pengecap, (4) tanggapan pendengaran dan (5) tanggapan peraba.
Menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan”14
Sedangkan menurut Alisuf Sabri, dari segi bentuknya tanggapan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Tanggapan kenangan, yaitu sekadar reproduksi dari pada
pengamatan-pengamatan di masa lampau.
2. Tanggapan khayal, yaitu seolah-olah hasil baru. Tetapi meskipun
demikian sebenarnya tanggapan khayal itu tidak sepenuhnya baru
sifatnya. Tanggapan khayal itu dibentuk dengan menggunakan
kesan atau pengalaman lama; hanya saja telah disusun oleh daya
khayalnya sebagai sesuatu yang baru keadaan atau bentuknya.15
4. Respon Kognitif, Afektif, Psikomotorik
a. Aspek Kognitif
13
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 218.
14
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang 1982), h. 36. 15
Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual atau berpikir/nalar. Di dalamnya mencakup
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), penguraian (analyze), pemaduan (synthesis), dan
penilaian (evaluation).16
Komponen respon evaluatif kognitif adalah gambaran tentang
cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau situasi
sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan atau
ide sesesorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling
sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang
digunakan dalam berpikir.17
b. Aspek Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Di dalamnya mencakup penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), tata nilai (valuing),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization).18
Komponen respons evaluatif afektif dari sikap adalah
perasaaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap.
Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasian, benci, marah,
cemburu atau suka. 19
c. Aspek Psikomotorik
16
Solichin, Mohammad Muchlis. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran (Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 86
17
Hanurawan, Fattah, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya) 2010 h. 65
18
Solichin, Mohammad Muchlis. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran (Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 87
19
Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek keterampilan yang melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan berfungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari
kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual),
menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).20
Dapat diambil kesimpulan terdapat tiga komponen sikap atau
respon seseorang terhadap suatu objek. Tiga komponen tersebut adalah
kognitif, afektif dan psikomotorik dimana melalui ketiga komponen itu
secara bertahap, merupakan penentu sikap seseorang terhadap objek
tertentu.
5. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon
Sejak lahir manusia sudah dapat menerima stimulus dan sekaligus
dituntun untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh yang ada dalam
dirinya, semua itu dilakukan untuk mengembangkan semua fungsi alat
inderanya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Seperti yang
dikatakan Bimo Walgito, “Alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.21
Tanggapan atau respon yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika
terpenuhi faktor penyebabnya. Menurut Bimo Walgito, terdapat dua faktor
yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu:
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang ada pada diri individu. Manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu : jasmani dan rohani, maka seseorang
yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap
dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila
terganggu salah satu unsur tersebut, maka akan melahirkan respon
20
Solichin, Mohammad Muchlis. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran (Yogyakarta: Suka Press, 2012), hlm. 87
21
yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan
respon, atau akan berbeda responnya tersebut diantara satu orang
dengan yang lainnya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini
biasa dikenal juga dengna faktor stimulus. Faktor ini berhubungan
dengan objek yang diamati, sehingga menimbulkan stimulus,
kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang
menggunakannya.22
Dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap individu dapat mengamati
sesuatu hal atau menanggapi suatu kegiatan yang timbul akibat adanya
stimulus dari alat indera yang dimilikinya, sehingga timbul suatu bayangan
yang tertinggal dalam ingatan pada tiap individu tersebut setelah adanya
pengamatan dan dapat ditimbulkan kembali sebagai jawaban dan tanggapan.
B. Organisasi Pengelolaan Zakat 1. Pengertian Organisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi adalah kesatuan
(susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan dsb
untuk tujuan tertentu, atau kelompok kerja sama antara orang-orang yang
diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai
berikut :
Defenisi lain dari Stephen P. Robbins adalah bahwa organisasi
merupakan kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
22
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.23
Sedangkan menurut Stoner; Organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer
mengejar tujuan bersama.24
Untuk menyederhanakan defenisi dari organisasi itu sendiri, terdapat
beberapa karakteristik organisasi. Organisasi : (1) mempunyai tujuan tertentu
dan merupakan kumpulan berbagai manusia; (2) mempunyai hubungan
sekunder (impersonal); (3) mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas; (4)
mempunyai kegiatan kerjasama pendukung; (5) terintegrasi dalam sistem
sosial yang lebih luas; (6) menghasilkan barang dan jasa untuk
lingkungannya; dan (7) sangat terpengaruh atas setiap perubahan
lingkungan.25
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah
suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk bekerja
bersama-sama dan merealisasikan tujuannya.
2. Organisasi Pengelolaan Zakat
a. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat
Menurut Yusuf Qurdhawi dalam bukunya, fiqhu zakat,
menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil atau
pengelola zakat harus memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1) Beragama Islam. Karena zakat adalah salah satu rukun Islam,
maka sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini
diurus oleh sesama muslim.
23
Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur Desain, dan Aplikasi, alih bahasa, Jusuf Udaya (Jakarta: Arcan,1994), h. 4.
24
http://akmal-aria.blogspot.com/2012/11/definisi-organisasi.html 25
2) Mukallaf. Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang
siap menerima tanggung jawab.
3) Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena
berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan
rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat jika
lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini
diwujudkan dalam bentuk transparan (keterbukaan) dalam
menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan dengan ketentuan syari’at Islamiyyah.
4) Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan
ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan
dengan zakat kepada masyarakat.
5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting, akan
tetapi harus ditunjang kemampuan dalam melaksanakan tugas.
Perpaduan antara amanah dan kemampuan inilah yang akan
menghasilkan kinerja yang optimal.
6) Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.26
Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat lembaga zakat harus memiliki
persyaratan teknis antara lain sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan
b. Islam yang mengelola bidang pendidikan,dakwah, dan sosial;
c. Berbentuk lembaga berbadan hukum;
d. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
e. Memiliki pengawas syariat;
f. Organisasi;
26
g. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi melaksanakan
kegiatannya;
h. Bersifat nirlaba;
i. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan bersedia diaudit syariah dan diaudit
keuangan secara berkala.27
Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan
transparansi dari tiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian,
diharapkan akan semakin bergairahnya muzzaki menyalurkan zakatnya
melalui lembaga pengelola zakat.
b. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat
Pelaksanaan zakat di dasarkan pada firman allah swt yang
terdapat dalam surah at-Taubah: 60,
يم غلا ق لا يف م ب لق فل لا يلع يلم علا يك س لا ءا قفلل قدصلا ميكح ميلع هللا هللا م ضي ف ليبسلا با هللا ليبس يف
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Juga dalam firman Allah swt dalam surah at-taubah : 103 عي س هللا م ل كس كتاص م يلع لص ب م يكزت مه طت قدص م لا مأ م خ
ميلع
27
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi
yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar
zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.
Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat
dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada
suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam
semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya, jika
zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun
secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan
terabaikan hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat,
terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit
diwujudkan.28
c. Macam-macam Organisasi Pengelolaan Zakat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat. Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia terdiri
dari 2 macam yaitu :
1) Badan Amil Zakat
Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut
BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat,
28
dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang
berkedudukan di ibu kota Negara, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga yang
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan
lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat
secara nasional.
2) Lembaga Amil Zakat
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala
kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariah dan keuangan.
Secara subtansial, pengertian tersebut dapat ditemukan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.Namun demikian kedua pengelola zakat itu
memilki tugas dan fungsinya yang sama, yaitu mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan harta zakat yang
dikumpulkan oleh umat Islam.
d. Tujuan Organisasi Pengelolaan Zakat
Sedangkan dalam pengelolahan zakat, ada empat tujuan yang
hendak dicapai, yaitu:
1) Memudahkan muzakki menunaikan zakat;
2) Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yang
3) Mengelola zakat dengan memprofesionalkan organisasi zakat;
4) Terwujudnya kesejahteraan sosial.29
e. Sistem pengelolaan
OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah :
1) Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas
Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua
kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan
tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung
kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem. Jika terjadi
pergantian SDM sekalipun, aktivitas lembaga tidak terganggu
karenanya.
2) Manajemen terbuka
Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah
selayaknya menerapkan manajemen yang terbuka. Maksudnya,
ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola
dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem
kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu
sendiri.
3) Mempunyai rencana kerja
Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan
dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya
rencana kerja, maka akivitas OPZ akan terarah. Bahkan dapat
29
dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik berarti
50% target tercapai.
4) Memiliki Komite Penyaluran (Lending Committee) Agar dana dapat tersalurkan kepada yang benar-benar
berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan
tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya
Komite Penyaluran.
Tugas komite ini adalah melakukan penyeleksian
terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah
dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai
dengan ketentuan syariah, prioritas dan kebijakan lembaga.
Prioritas penyaluran perlu dilakukan. Hal ini tentunya
berdasarkan survei lapangan, baik dari sisi asnaf mustahik
maupun bidang garapan (ekonomi, pendidikan, dakwah,
kesehatan, sosial dan lain sebagainya). Prioritas ini harus
dilakukan karena adanya keterbatasan sumber daya dan dana
dari lembaga.
5) Memiliki sistem akuntasi dan manajemen keuangan
Sebagai sebuah lemabga publik yang mengelola dana
masyarakat, OPZ harus memiliki sistem akuntansi dan
manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain:
a) Akuntabilitas dan transparasi lebih mudah dilakukan,
karena bagai laporan keuangan dapat lebih mudah
dibuat dengan akurat dan tepat waktu
b) Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat
sistem kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan
lebih mudah ditelusuri.
6) Diaudit
Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparasi,
diauditnya OPZ sudah menjadi keniscayaan, baik oleh auditor
internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh
komisi pengawasan atau internal auditor. Sedangkan auditor
eksternal dapat diwakili oleh Kantor Publik atau lembaga audit
independen lainnya.
Ruang lingkup audit meliputi :
a) Aspek keuangan
b) Aspek kinerja lainnya (efesiensi dan efektivitas)
c) Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah Islam
d) Penerapan peraturan perundang-undangan
7) Publikasi
Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada
publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan
transparannya pengelola. Caranya dapat melalui media massa
seperti surat kabar, majalah, buletin, radio, TV, dikirim
langsung kepada para donatur, atau ditempel dipapan
pengumuman yang ada di kantor OPZ yang bersangkutan.
Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan,
laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan dan lain
sebagainya.30
30
C. Undang-Undang
1. Pengertian
Undang-Undang/Perundang-undangan (atau disingkat UU) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang
memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi
posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama dalam
rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk Negara. Undang-undang dapat
pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya.31 2. Sejarah
Undang-undang (bahasa Inggris: Legislation - dari bahasa Latin lex, legis
yang berarti hukum) berarti sumber hukum, semua dokumen yang
dikeluarkan oleh otoritas yang lebih tinggi, yang dibuat dengan mengikuti
prosedur tertulis.
Konsep hukum yang didefinisikan oleh sebuah laporan dari kontrak dan
Perjanjian (yang hasil dari negosiasi antara sama (dalam hal hukum)),
kedua dalam hubungan dengan sumber-sumber hukum lainnya: tradisi
(dan kebiasaan), kasus hukum, undang-undang dasar (Konstitusi, "Piagam
Besar", dsb.), dan peraturan-peraturan dan tindakan tertulis lainnya dari
eksekutif, sementara undang-undang adalah karya legislatif, sering
diwujudkan dalam parlemen yang mewakili rakyat.
Kekuasaan legislatif biasanya dilaksanakan:
dengan Kepala Negara hanya dalam rezim otoriter tertentu, kediktatoran
atau kekuasaan mutlak;oleh Parlemen;dengan rakyat sendiri melalui
referendum.
31
3. Tahap-tahap Pembentukan Undang-Undang
a. Persiapan
Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat diajukan oleh DPR
atau Presiden.
RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau
pimpinan LPND sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung
jawabnya. RUU ini kemudian diajukan dengan surat Presiden kepada
DPR, dengan ditegaskan menteri yang ditugaskan mewakili Presiden
dalam melakukan pembahasan RUU di DPR. DPR kemudian mulai
membahas RUU dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak
surat Presiden diterima.
RUU yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan
surat pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden kemudian menugasi
menteri yang mewakili untuk membahas RUU bersama DPR dalam
jangka waktu 60 hari sejak surat Pimpinan DPR diterima.
DPD dapat mengajukan RUU kepada DPR mengenai hal
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Pembahasan
Pembahasan RUU di DPR dilakukan oleh DPR bersama
Presiden atau menteri yang ditugasi, melalui tingkat-tingkat
pembicaraan, dalam rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang
khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.
DPD diikutsertakan dalam Pembahasan RUU yang sesuai
dengan kewenangannya pada rapat komisi/panitia/alat kelengkapan
pertimbangan kepada DPR atas RUU tentang APBN dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
c. Pengesahan
Apabila RUU tidak mendapat persetujuan bersama, RUU
tersebut tidak boleh diajukanlagi dalam persidangan masa itu.
RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan
menjadi UU, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama.
RUU tersebut disahkan oleh Presiden dengan menandatangani
dalam jangka waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui oleh DPR
dan Presiden. Jika dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui
bersama tidak ditandatangani oleh Presiden, maka RUU tersebut sah
menjadi UU dan wajib diundangkan.32
32
29
A. Sejarah Awal Berdirinya Forum Organisasi Zakat
Umat Islam semakin percaya bahwa zakat memiliki peran strategis
bagi pengembangan masyarakat, sehingga para muzaki sadar akan pentingnya
menyalurkan zakat melalui lembaga. Berbeda dengan pengelolaan zakat yang
masih tersentral kepada golongan-golongan tertentu (misalnya kepada kyai)
yang dipraktekkan pada masa-masa sebelumnya. Pertumbuhan seperti itu
disertai dengan keinginan para pegiat zakat untuk membentuk sebuah wadah
silaturrahmi antar pengelola zakat, bernama Forum Zakat (FOZ), yaitu
Asosiasi Lembaga Pengelola Zakat Seluruh Indonesia. Para pegiat zakat yang
tergabung di dalam FOZ, memandang perlu untuk memasukkan zakat ke
dalam domain Negara.1
Forum Organisasi Zakat Sebagai asosiasi lembaga dan badan amil
zakat pertama di Indonesia yang didirikan oleh lembaga-lembaga amil zakat
pada tahun 1997. Salah satu peran besar yang dimainkan oleh Dompet Dhuafa
Republika adalah membidani kelahiran Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat “Forum Zakat” (disingkat FOZ). Melalui Seminar Zakat Perusahaan yang diadakan pada tanggal 7 Juli 1997, maka dideklarasikanlah Forum Zakat,
yang pada awalnya dikonsorsiumi oleh 11 lembaga, yaitu: Dompet Dhuafa
Republika, Bank Bumi Daya, Pertamina, Telkom Jakarta, Baitul Mal Pupuk
Kujang, Bazis DKI, Hotel Indonesia dan Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia
(STEI) Jakarta.2
1
Aflah, Kuntarno Noor, Tajang, Mohd Nasir. Zakat dan Peran Negara. (Jakarta : Forum Organisasi Zakat, 2006), h. 2.
2
Pada awal berdirinya, Forum Zakat berbentuk yayasan, namun sejak
Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) tanggal 7-9 Januari 1999 status
yayasan tersebut dirubah menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri
Sudewo. Perubahan badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian
dicatatkan di notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah
yang sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di
lembaran Negara.
Dalam perkembangannya FOZ telah mengalami tiga kali pergantian
kepengurusan:
1. Periode 1997-2000 dengan ketua Eri Sudewo,MDM.
2. Peride 2000-2003 dengan ketua Iskandar Zulkarnaen,SE,Msi.
3. Periode 2003-2006 dengan ketua dr.Naharus Surur,M.Kes.
4. Periode 2006- dengan ketua Ahmad Juwaini
5. Periode 2012-2015 dengan ketua Sri Adi Bramasetya3
Hasil pemikiran berjamaah pada Mukernas I, FOZ tanggal 07-09
Januari 1999/19-21 Ramadhan 1419 H di Hotel Indonesia-Jakarta adalah telah
dirumuskannyafungsi-fungsiForum Organisasi Zakat sbb:
Koordinatif,Konsultatif,Informatif,Edukatif dan Aspiratif, sehingga tujuan
utama dari Forum Zakat adalah untuk optimalisasi zakat di Indonesia dapat
tercapai.4
Dan hingga saat ini jumlah Forum Zakat Wilayah sebanyak 8
lembaga. Terdiri : DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur,Kalimantan
Barat, Jawa Timur, Jogjakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
3
Forumzakat.net. 4
B. Arah Kebijakan Program Forum Zakat Periode 2012-2015
1. Visi dan misi forum organisasi zakat a) VISI
Tiap organisasi memiliki visi agar mengetahui kemana arah
tujuannya sedangkan visi dari forum organisasi zakat adalah :
Menjadi asosiasi OPZ yang amanah dan profesional guna meningkatkan kesejahteraan umat.
b) MISI
Untuk merealisasikan visi dibutuhkan misi agar semakin jelas
dan semakin terarah tindakan dan pekerjaannya, maka forum
organisasi zakat memiliki misi sebagai berikut:
1) Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai
optimalisasi,mobilisasi dan sinergi untukmencapaipositioning
zakat di Indonesia yang menyejahterakan.
2) Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi
standard manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat
nasional, maupun internasional
3) Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya.
4) Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan
mewujudkan cita ideal zakat di Indonesia.
5) Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ
sehingga sesuai dengan standard manajemen mutu pengelola
zakat.5
5
2. Tujuan, Strategi Dan Taktis Operasional a) Tujuan
Agar tercipta kejelasan dalam pekerjaan FOZ memiliki tujuan
sebagai berikut:
1) Mengkritisi Revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakatadalah sebuah keniscayaan
2) Berperan aktif agar terwujud revisi Undang-Undang
Pengelola zakat yang lebih baik.
3) Mengimplementasikan cetak biru dan arsitektur zakat
Indonesia
4) Mengimplementasikan standar manajemen mutu Organisasi
Pengelola Zakat
5) Mengimplementasikan Sistem Akuntansi dan Keuangan
Organisasi Pengelola Zakat
6) Meningkatkan kinerja manajemen organisasi pengelola zakat
Indonesia sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat.
7) Menyinergikan Organisasi Pengelola Zakat nasional dan
internasional
8) Mewujudkan konsolidasi organisasi.
b) Strategi
Sedangkan, agar pekerjaan berjalan efektif dan efisien maka
dibutuhkan strategi dalam organisasi, strategi FOZ diantaranya:
1) Memperkuat eksistensi FOZNAS di dalam lingkup nasional
dan internasional
2) Melakukan aliansi strategis nasional dan internasional.
3) Memfasilitasi kerjasama antar OPZ dalam rangka mewujudkan
4) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Kementrian
Agama, Direktorat Jendral Pajak dan DPR serta pihak lainnya
dalam rangka mewujudkan tujuan zakat di Indonesia
5) Membangun akses dana dari dalam dan luar negeri yang halal
dan tidak mengikat untuk membiayai program-program FOZ.
6) Membentuk dan menguatkan FOZWIL (Forum Zakat Wilayah)
di seluruh Indonesia.
7) Menyusun struktur organisasi yang kuat dalam rangka
meningkatkan peran FOZNAS guna mencapai visi, misi dan
tujuan organisasi.
8) Memperkuat aktivitas riset dan pengembangan guna
membangun pusat informasi zakat nasional
9) Memfasilitasi kaderisasi SDM Organisasi Pengelola Zakat
c) Taktis Operasional:
Dalam taktis operasionalnya foz telah merangkum yakni:
1) Mendorong terwujudnya internal audit dan eksternal audit
pada setiap Organisasi Pengelola Zakat.
2) Melakukan kerjasama dengan institusi yang concern di
bidang pengembangan kapasitas organisasi pengelola zakat
baik di Indonesia maupun di dunia.
3) Membina OPZ yang belum mendapatkan akreditasi.
4) Menguatkan branding setiap OPZ.
5) Mendorong kepada Organisasi Pengelola Zakat untuk
mengemas program pendayagunaan dengan inovatif.
6) Membentuk minimal 5 FOZWIL dalam masa kerja 3 tahun.
7) Melakukan kampanye budaya sadar zakat secara nasional
8)
Mengakselerasi peluang zakat di perusahaan.6
C. Susunan Pengurus Forum Zakat Periode 2012 – 20157 Komite – Komite :
1. Pertimbangan Zakat Nasional o Didin Hafidhuddin
o Suparman Usman
o Iskandar Zulkarnaen
o Eri Sudewo
2. Pengawas Zakat Nasional o Hamy Wahjunianto
o Ismail A Said
o Naharus Surur
o Ahmad Juwaini
3. Standardisasi Manajemen Zakat o Adiwarman A Karim
o Fuad Nasar
o Emmy Hamidiyah
o Hertanto Widodo
Pengurus Harian :
Ketua Umum Sri Adi Bramasetia (PKPU) Wakil Ketua Umum Teten Kustiawan (BAZNAS)
Sekretaris Jenderal Bambang Suherman (DD)
Wakil Sekjend (Informasi & Komunikasi) M. Anwar Sani (PPPA DQ)
6
Data diperoleh di kesekretariatan FOZ pada hari Jumat, 5 april 2013. 7
Bendahara Umum Kiagus M Tohir (BSM Ummat)
Wakil Bendahara I (Akuntansi&Keuangan) Hermin Rachmawantie Rachim(BAZNAS)
Wakil Bendahara II (Dana & Usaha) Tarmizi (PPPA DQ)
Armen Rasyid (BAMUIS BNI)
Bidang I (Keanggotaan & Jaringan)
Ketua Nur Efendi (RZ)
Sekretaris Nana Sudiana (PKPU)
Anggota Suryaningsih (APU)
Wahyu Rahman (BMH) Poerwanto Barna (DT)
Bidang II (Pengembangan Kapasitas & Standarisasi)
Ketua M.Suryani Ichsan (BAZ JABAR)
Sekretaris Tri Estriani (DD)
Anggota Amir Ma’ruf (LAZISNU)
Isnaini Mufti Azis (BMM)
Bidang III (Advokasi & Pengawasan)
Ketua Muh. Sabeth Abilawa (DD)
Sekretaris Nana Mintarti (IMZ)
Anggota Jauhari Sani (YDSF)
M. Mudzakir (YM)
Iwan A Fuad (BMM)
Bidang IV (Kerjasama & Sinergi)
Ketua Tomy Hendrajati (PKPU)
Sekretaris Heny Widiastuti (RZ)
Anggota Ade Salamun (DDII) Asep Hikmat (DPU DT)
D. Lembaga Pengelolaan Ziswaf yang telah terdaftar di Forum Organisasi Zakat
1. Yayasan Baitul Maal Bank BRI (YBM BRI)
Gedung olah raga bri lt. 2 jl. Jend sudirman kav. 44-46 jakarta
2. Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)
Jl. Kerta jaya viii-c/17 surabaya jatim
3. Rumah Zakat Indonesia (RZI)
Jl. Turangga no.25 c. Bandung jabar
4. Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU)
Jl. Condet raya no. 27 g jakarta selatan
5. Portal Infaq
Jl. Radio iv no. 8 a kebayoran baru jakarta selatan
6. Lembaga Manajemen Infaq (LMI)
Komplek ruko taman intan nginden jl. Nginden intan raya n0
12Surabaya Jawa Timur
7. Laznas Bmt
Jl. Warung buncit raya no. 45
8. Lazis Nahdhotul Ulama (LAZ NU)
Jl. Kramat raya no. 164 jakarta pusat
9. Lazis Muhamadiyah (LAZMUH)
Jl. Menteng raya no. 62 jakarta pusat
10.Lazis Garuda (Lazis Ga)
Sbu garuda sentra medika, jl. Angkasa blok b 15 no. 1 Kemayoran
Jakarta
11.Laz yaumil pt. Badak ngl
Masjid al kautsar komp. Pt. Badak lng bontang kaltim
12.Pusat Zakat Ummat (LAZ PZU)
13. Laz- Al-hijrah
Jl. Pasundan 18 kec. Medan petisah sumut
14. Lembaga Amil Zakat Dan Infaq Malang (lagzis)
Jl. Bogowonto no. 45 surabya jawa timur
15. Laz Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZ IPHI)
Jl. Tegalan no. 1 matram, jakarta timur
16. Laz Dewan Dakwah Indonesia (LAZ DDI)
Jl. Kramat raya 45 jakarta pusat
17. Dompet Peduli Ummat- Daarut Tauhid (Dpu- Dt- Pusat)
Jl. Geger kalong girang no. 32 bandung jabar
18. Dompet Dhuafa (DD)
Komplek perkantoran ciputat indah permai jl. Ir h. Juanda no. 50
19.Bina Sejahtera Mitra Ummat (BSM UMAT)
Gedung bank syariah mandiri lt. Dasar jl. M. H. Tamrin no. 5 jakpus
20. Bazis Bank Mandiri
Plasa mandiri gatot subroto kav. 36-38 jakpus 12190
21. Baitul Maal Pupuk Kaltim (BMPKT)
Lantai dasar masjid baiturrahman jl. Tulip 01 pc vi pt pupuk Kaltim
22. Baitul Maal Pupuk Kujang (BMPK)
Jl. Jend. Ahmad yani no. 39 cikampek jabar
23. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Gedung baznas jl. Kebon sirih raya no. 57 jakpus
24. Bazis Dki Jakarta
Gedung prasada sasana karya jl. Suryo pranoto no.08 jakarta pusat
25. Bamuis Bank Bni
Jl. Pejompongan raya 23 jkp
26. Baituzzakah Pertamina (BAZMA)
Jl. Medan merdeka timur no. 11 jakpus
27. Baitul Maal Muamalat (BMM)
28. Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
Jl. H. Samali no 79b, pejaten barat. Rt. 017/01 ps. Minggu, Jaksel
29. Laznas Amanah Takaful
Jl. Mampang prapatan raya no. 100
30. Al-azhar Peduli Ummat
39
A. Respon Kognitif terhadap UU No.23/2011
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat
bahwa respon kognitif merupakan respon yang timbul setelah adanya
pemahaman terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau
pengetahuan. Hal ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui
atau dipersepsi oleh khalayak.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat ini mengubah kedudukan BAZ dan LAZ yang awalnya
mempunyai relasi yang sejajar, kini berubah menjadi hubungan yang
hirarki.
Menurut Sabeth Abilawa mengenai hal ini :
“Sebenarnya Undang-undang itu banyak berbicara tentang BAZNAS, kalau boleh saya katakan Undang-undang zakat itu bukan undang-undang zakat, tapi Undang-undang tentang BAZNAS. Tapi karena nggak enak judulnya, jadi undang-undang zakat. Karena BAZNAS dan LAZ relasinya di dalam konteks Undang-undang baru ini LAZ adalah bagian dari BAZNAS.”1
Sedangkan menurut Bambang Suherman :
“Undang-undang memberikan gambaran besarnya, pengelolaan zakat ke sebuah badan yang dikenal dengan nama Badan Zakat Nasional. Tapi sebenarnya tidak dijelaskan juga apakah badan tersebut adalah Baznas yang sudah ada hari ini atau perlu dibuat definisi baru dengan kriteria baru tentang badan amil zakat nasional tersebut. Nah, tafsir bodohnya, masyarakat menerjemahkan badan tersebut adalah BAZNAS. Mengapa saya katakan tafsir bodoh? Karena seharusnya hal ini yang dikritisi sejak awal. Penolakan kita terhadap mekanisme dan pelimpahan kewenangan dalam perspektif Undang-undang ini bukan karena BAZNAS-nya tapi karena
1
kualifikasi yang hari ini dimunculkan oleh BAZNAS dibandingkan pengelolaan zakat ini oleh LAZ lainnya. Sehingga agak sulit bagi kita untuk memberikan harapan bahwa akan ada pengelolaan zakat yang rapi dengan performa yang ada.“2
Sedangkan menurut Nana Mintarti :
“Ya menurut undang-undang ini, sih, BAZNAS memang menjadi
central, regulator, koordinator juga sebagai operator, sedangkan LAZ
mejadi lembaga yang membantu BAZ dalam mengelola zakat di
Indonesia. Ya sangat disayangkan saja hal ini dapat mematahkan
semangat yang pernah ada!“3
Namun lain halnya dengan pendapat Didin Hafidhuddin selaku
komite pertimbangan zakat nasional di Forum Organisasi Zakat dan
sebagai ketua BAZNAS saat ini, yang dilansir di Harian Republika.co.id
(19/04/12). Menurutnya dalam Undang-undang tersebut tidak menafikan
keberadaan lembaga-lembaga zakat (LAZ). Kekhawatiran yang muncul,
menurutnya disebabkan belum dibacanya Undang-undang tersebut secara
teliti dan terperinci. Sehingga seolah-olah menafikan LAZ, dan
mengangkat peran BAZNAS, kemudian memarginalkan lembaga LAZ
lainnya. Padahal itu tidak ada menurutnya. Didin juga mengatakan, tugas
BAZNAS hanya dua, yakni sebagai operator terbatas dan koordinator.
Sedangkan yang lain diberikan pada LAZ.4
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
adanya perubahan hubungan BAZ dengan LAZ menjadi hubungan
hirarki ini memberikan respon kognitif yang negatif, dimana kebanyakan
responden memberikan banyak kritik mengenai hal tersebut.
2
Wawancara diperoleh di Kantor Dompet Dhuafa, Ciputat, Selaku Sekretaris Jendral FOZSelasa, 21/05/2013 11.00.
3
Wawancara diperoleh di Kantor IMZ Ciputat, selaku Sekretaris Bidang Advokasi dan Pengawasan, Selasa, 21/05/2013.
4
Jika dilihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat pada bab ke-2 pasal 7, sebenarnya hal ini bisa menjadi
kabar baik bagi BAZNAS, sekaligus beban berat yang harus dipikul.
Bagaimana tidak, BAZNAS kini berubah menjadi lembaga pengelolaan
zakat milik pemerintah yang menjadi pusat kegiatan bagi lembaga zakat
lainnya. Tentunya perubahan ini tidak mudah bagi BAZNAS.
Untuk kemampuan BAZNAS sendiri dalam mengemban amanah
tersebut menurut Nana Mintarti:
“Sebenarnya hal inikan tidak bisa hanya diprediksi saja, harus ada
pembuktian, dong! Tapi Tampaknya BAZNAS sedang melakukan
pembenahan. Ya kita lihat saja buktinya nanti, kita lihat 3 tahun ke
depan. Kita lihat perolehan penghimpunan ada peningkatan atau
tidak. Tunggu saja tahun 2014 nanti.”5
Pandangan lain disampaikan oleh Sabeth Ab