Skripsi
Diajukan kepada Fakultas untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh
Adharu Dhahiru
NIM: 109051000158
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Untuk kalian yang senantiasa menyertai
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 14 Februari 2014
i
‘Indonesia Kita Semua’ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden 2014
Partai Demokrat
Politik merupakan wilayah kekuasaan yang sarat akan taktik, intrik dan strategi praktis untuk keberhasilan suatu kepemimpinan atau tata kelola pemerintahan. Tidak heran jika ia sarat akan berbagai kepentingan-kepentingan kelompok. Politik menyajikan berbagai fenomena, ia juga menentukan berbagai kondisi dalam suatu tatanan pemerintahan. Karenanya tidak jarang hal-hal praktis dalam politik bertentangan dengan nuansa idealisme dikalangan para akademisi. Kontrasnya dunia akademisi dan politik nampaknya tidak berlaku bagi Anies rasyid Baswedan. Nama Anies Rasyid Baswedan yang tercatat sebagai rektor termuda yang berpengaruh wilayah Asia Tenggara mengejutkan publik dengan kemunculannya sebagai salah satu peserta Konvensi Pemilihan Calon Presiden melalui Partai Demokrat. Nama Anies Baswedan tidak asing dikalangan akademisi dan para tokoh intelektual. Namun apa jadinya jika nama Anies Baswedan masuk dalam jajaran bakal calon Presiden RI 2014? Pidato politik pertamanya sebagai peserta Konvensi Partai Demokrat dinanti publik.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti mengerucutkan penelitian terhadap dua hal, pertama, bagaimana formasi teks pidato serta konteksnya sebagai peserta Konvensi, kedua, bagaimana Anies Baswedan menyusun wacana keindonesiaan dalam pidatonya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah observasi berupa pengumpulan data kemudian wawancara sebagai upaya untuk recheking dan disusul dengan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teori analisis data Teun A. van Djik. Teori van Djik mengungkap sebuah teks baik lisan maupun tulis dalam beberapa dimensi, yakni teks, kognisi sosial dan analisis konteks sosial. Van Djik mengkonstruk penelitian yang mendalam dari ketiga dimensi tersebut yakni struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Peneliti menyimpulkan bahwasanya formula teks yang digunakan oleh Anies Rasyid Baswedan dalam pidatonya merupakan retorika yang mendalam
dari sebuah refleksi terhadap kondisi „manusia‟ Indonesia. Bagi Anies manusia
merupakan titik sentral yang mampu menggerakkan perubahan dan kemajuan. Karena itu, memperbaiki kualitas manusia adalah sudah tanggungjawab bersama seluruh rakyat Indonesia sejak Indnesia menyatakan kemerdekaannya. Anies berwacana bahwa kunci dari upaya membangun kualitas manusia yang berani dan berkarakter serta berintegritas adalah melalui pendidikan. Namun dalam tempo dekat, Indonesia sudah harus berbenah diri, baik dari sisi demokrasi, ekonomi dan terutama tegaknya peradilan di Indonesia.
ii
senantiasa memberikan limpahan Rahmat serta kasih sayang-Nya kepada segenap
hamba-hambanya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi Sang
Revolusioner Islam, Inspirator perubahan menuju peradaban yang madani.Puji
dan syukur Peneliti haturkan karena berkat petunjuk dan izin-Nya, akhirnya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana Kritis
Pidato Politik Anies Rasyid Baswedan dengan Judul ‘Indonesia Kita Semua’
Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden 2014 Partai Demokrat sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan. Seperti diketahui bahwa penyusunan
skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti meyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada begitu banyak
dukungan dan perhatian serta masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian
segala kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skipsi ini akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik. Hanya ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada segenap pihak yang mendukung peneliti. Tiap dukungan baik moril dan
materiil selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini semoga dibalas
oleh Allah SWT dengan limpahan karunia-Nya yang luarbiasa tak terhingga.
Peneliti terutama berterimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
iii
Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarafah, M.A., selaku Sekertaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang selalu mendukung dan
memberi banyak kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Wahidin Syaputra, M.A., dosen pembimbing peneliti yang telah
begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus peneliti
ucapkan terima kasih kepada Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam yang
berkahatasilmunyamenjadikanpenelitimampumenyelesaikanskripsiini
5. Yang sangat membantu dalam selesainya penelitian peneliti, kepada
Sekretaris Bapak AniesBaswedan, Ibu Khairunnisa, kepada mas Awe, dan
kepada bapak M. Chozin Amirullah yang menjadi penyambung antara
peneliti dan Bapak Anies Baswedan. Terimakasih telah meluangkan waktu
di tengah kesibukannya untuk peneliti. Dan yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Anies Baswedan P.hD terimakasih telah meluangkan waktunya di
tengah kesibukannya untuk peneliti wawancarai.
6. Terimakasih juga peneliti haturkan kepada Bapak Rahmat Baihaqi, M.A
selaku ketua sidang, Ibu Fita Fatkhurrohmah, M.Si selaku penguji satu dan
iv
orang tua, Dewasrizal Nainggolan dan Nurhasni Simamora yang telah
banyak memberikan doa, dukungan dan pengorbanan yang tak terkira
selama peneliti hidup hingga saat ini.
8. Adik-adik peneliti, Deva Sariyanti, Devi Rahmaini, danSyafrilNainggolan
terima kasih telah menjadi bagian inspirasi kehidupan Peneliti selama ini.
Kelak akan kalian rasakan perjuangan yang abang rasakan dan tentunya
abang siap mendampingi perjuangan kalian.
9. Paman dan Tante, Syahril Simamora dan Saeni yang telah menjadi orangtua
yang baik dan membuat peneliti tidak merasa hidup sendiri di perantauan.
Terimakasih atas seluruh kesabaran memberi motivasi mori dan materilnya.
10.Sunardi Panjaitan dan Mifta Apriyanto. Dua orang saudara yang banyak
mengenalkan permasalahan hidup kepada peneliti dan menjadi bagian dari
motivasi bagi peneliti.
11.Lutfiyatun Nakiyah, seorang sahabat special yang dalam perjalanannya
selalu setia menemani perjuangan peneliti dalam segala kondisi.
Terimakasih semangat dan dukungannya ya dan terimakasih juga karena
sudah menjadi bagian dari kehidupan peneliti. Semoga Tuhan mengabulkan
doa dan usaha kita selama ini. Terus berjuang ya bersama-sama!
12.Teman-teman seperjuangan KPI E angkatan 2009, yang telah menjadi
v
13.Sahabat-sahabat peneliti yang selalu ada di saat suka maupun duka. Ahmad
Saipul Mukminin, Nurul Rizki Salam dan Fauziah Mursyid. yang tak
pernah lelah untuk menyemangati peneliti. Kalian adalah beban terindah
yang dimiliki peneliti. Semoga seluruh perjuangan dan persahabatan kita
tetap terjalin selamanya.
14.Kepada Himpunan Mahasiswa Islam cabang Jakarta Selatan yang menjadi
rumah besar bagi peneliti dalam mengembangkan diri. Terimakasih sudah
memberikan wawasan dan segudang pengalaman serta menjadi Inspirasi
yang sangat berharga bagi peneliti. YAKUSA!
Pada akhirnya, tak ada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, peneliti sangat terbuka
terhadap kritik yang membangun dan saran dari segenap pembaca agar dapat
menjadi acuan pembelajaran peneliti. Peneliti berharap agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian lainnya
baik bagi mahasiswa UIN Jakarta maupun pembaca pada umumnya. Semoga tiap
pena yang mengalir menjadi amal ibadah bagi semua. Amin.
Jakarta,15 Maret 2014
vi
G. Sistematika Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A.Analisis Wacana ... 14
1. Definisi ... 14
2. Konsep Utama Analisis Wacana kritis ... 18
3. Analisis Wacana Teun A van Dijk ... 22
BAB III RIWAYAT HIDUP ANIES RASYID BASWEDAN A. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga Anies Rasyid ... 36
B. Masa Sekolah dan Kuliah Anies Rasyid Baswedan ... 38
C. Karir Anies Rasyid Baswedan... 43
D. Penghargaan Anies Rasyid Baswedan ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Stuktur Teks Pidato Anies Rasyid Baswedan ... 49
viii
Selamat malam dan salam sejahtera.
Izinkan pada kesempatan ini kami berbagi visi mengenai Indonesia. Kami beri judul Indonesia Kita Semua. Republik ini merdeka bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme. Republik ini hadir untuk menggelar kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Republik ini datang bukan dengan cita-cita. Republik ini bukan datang dengan harapan. Republik ini datang dengan janji. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita raih. Denganlah kita meraihnya, maka kita syukuri. Tapi bila gagal, kita revisi cita-cita itu. Republik ini berjanji dan janji tidak bisa direvisi. Janji harus dilunasi pada setiap anak bangsa Indonesia. Apa janji republik ini? Republik ini berjanji melindungi, berjanji mencerdaskan, berjanji mensejahterakan dan berjanji membuat setiap kita menjadi bagian dari dunia.
Janji ini bukan janji pemerintah. Janji ini adalah janji seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, saya merasa terpanggil untuk turun tangan, ramai-ramai melunasi janji kemerdekaan Indonesia. Ini bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, ini tanggung jawab kita semua. Karenanya, panggilan ini adalah panggilan untuk sama-sama.
Mari kita lunasi janji ini. Kita berjanji melindungi. Artinya apa? Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas, tidak dirancang untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara Indonesia secara tanpa syarat. Siapa pun, di mana pun, agama apa pun, keyakinan apa pun, etnis apa pun, bahasa apa pun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan republik ini.
Yang kedua, kita berjanji untuk mensejahterakan. Kita berjanji untuk mencerdaskan. Dan kita lihat di sini, alhamdulillah, hari ini, penduduk kita 240 juta orang. Pada saat kita merdeka penduduk kita sekitar 70 juta, ada yang menyebut 73 juta. Dan dari 73 juta itu 95 persen buta huruf. Mereka memiliki seluruh persyaratan untuk pesimis. Terbelakang, miskin, tak terdidik. Hari ini, penduduk kita 240 juta. Dan 95 persen buta huruf itu hari ini tinggal delapan persen.
ix
terbesar kita. Begitu manusianya terkembangkan, manusianya tercerdaskan, maka seluruh potensi ini bisa diubah menjadi potensi yang membuat kita meraih kesejahteraan. Karena itu saya melihat, mengembangkan manusia menjadi kunci. Dan saya garisbawahi, mengembangkan manusia, bukan semata mata-mata sumber daya. Kenapa? Karena manusia harus dikembangkan seutuhnya.
Dalam mengembangkan ini, yang paling krusial hari ini di Indonesia.Kita sekarang, berapa waktu ini, dihantam tsunami korupsi. Korupsi di segala level. Tapi kita harus perhatikan, korupsi adalah gejala. Penyakitnya adalah defisit integritas. Tiadanya integritas. Karena itu pendidikan kita adalah untuk membangun integritas, menghasilkan orang jujur, orang-orang berkarakter yang bila diberi amanah maka dia akan mengubah amanah itu menjadi kebahagiaan, kemajuan dan kesejahteraan bagi semua.
Pendidikan adalah kunci, tapi dalam jangka pendek, kita harus bereskan ekonomi kita, kita harus bereskan penegakan hukum kita. Tapi itu semua jika tidak ditopang dengan kualitas manusia yang baik, maka dia akan hanya meningkatkan angka-angka laporan. Padahal yang kita butuhkan adalah perubahan realita di masyarakat. Dan dalam konteks penegakan hukum ini, hari ini, kita harus dorong satu sisi tingkatkan soal integritas, sisi lain kita harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Tak pandang latar belakangnya, tak lihat agamanya, tak lihat warna kelompoknya, tak lihat warna partainya. Siapa melanggar hukum, mereka dihadapkan dengan penegakkan hukum.
Saya rasa ini menjadi kunci bila kita miliki tiga pilar, ada pilar ekonomi, ada pilar demokrasi. Dua ini berjalan. Tapi pilar ketiga yang menopang adalah kepastian hukum, keadilan, rule of law. Di sini kita perlu hadirkan. Dalam jangka pendek ini, kita harus menghadirkan pilar ketiga melalui kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan yang menggerakkan, karena tidak bisa urusan sebesar Indonesia diselesaikan satu orang. Kita harus memunculkan kepemimpinan yang mengajak semua orang turun tangan, terlibat melunasi sama-sama janji kemerdekaan itu. Indonesia ini adalah Indonesia kita semua, milik kita. Mari kita miliki masalah yang ada di bangsa ini, lalu kita turun tangan ramai-ramai menyelesaikan masalah yang ada di bangsa ini.
x
September 2013
Waktu Interview :15:00 WIB
Tanggal : Minggu, 26 Januari 2014
Pewawancara : Adharu Dhahiru
Narasumber : Anies Rasyid Baswedan
Peneliti : Tema besar dari pidato yang berjudul “Indonesia Kita
Semua”?
Anies R. Baswedan :Kenapa saya pilih istilah Indonesia Kita Semua, Indonesia ini adalah negeri yang kita bangun, Republik ini kita dirikan dan tanggungjawab atas negeri ini ada pada kita semua. Sekarang ini ada kesan bahwa republic ini hanya diurus oleh sebagian orang, hanya dinikmati sebagian orang, dan kalau ada masalah hanya menjadi tanggungjawab sebagian orang. Saya ingin menawarkan prespektif lain bahwa ini negeri milik kita karena ini motor teman anda, karena anda tidak merasa memilikinya. Itulah yang dirasakan negeri ini. Jika dalam satu rumah hanya ada 1 motor dan dipakai oleh sekeluarga, siapa yang
harus membersihkan motor itu? “semuanya” tapi yang paling merasa memiliki adalah yang paling sering membersihkan.
Peneliti : Posisi tema besar dalam pidato ini adalahkeseluruhan. Bisa dijelaskan tentang 3 pilar penting yang ada dalam pidato? (ekonomi, demokrasi dan kepastian hukum)
xi
secara cepat. Dan kalau tidak ada kepastian hukum, Negara ini tidak akan berbuatapa-apa.
Peneliti : Apakah maksudnya bahwa pilar kepastian hukum adalah kunci dari pilar ekonomi dan pilar demokrasi?
Anies R. Baswedan : Iya mengembalikan agar manusia menjadi sentral pambicaraan. Nomor satu manusianya. Kalau manusianya itu berkualitas, republic ini akan hebat. Tapi kalau manusianya tak berkualitas bagaimana republik ini akan hebat? Kualitas manusia nomor satu itu sehat. Anda juga tidak bisa wawancara seperti ini kalau sakit. Yang kedua, berintegritas, lalu berkompetensi, dan ini didapat lewat pengembangan kualitas manusia. Perhatikan, saya tidak sebut kata sumber daya manusia, saya selalu mengatakan tahu jumlah ekspor minyak dibandingkan jumlah ekspor buruh. Kita lebih tahu tentang kualitas batu bara dari pada kualitas dokter. Kita lebih tahu jumlah ekspor impor tambang dari pada jumlah puskesmas. Ini lebih penting yang mana? Kualitas manusia, atau kualitas alam?
Peneliti : Yang mendorong keikutsertaan dalam konvensi partai democrat?
xii
Kalau saya tidak diundang, maka saya tidak kena hukum. Tapi saya diundang dan hukumnya berubah, mau ikut bertanggungjawab atau tidak mau ikut tanggungjawab?! Lain hal kalau saya daftar, kalau saya daftar, berarti saya yang ingin jadi calon presiden, tapi saya diundang. Nah ketika diundang, kalau saya bilang tidak, bagi saya berarti bukan saya tidak ingin jadi calon presiden, tapi saya tidak ingin mengurusi republik ini.
Peneliti : Ada tulisan yang mengatakan bahwa kanda lebih senang membaca tentang biografi tokoh. Bisa jelaskan siapa tokoh yang menginspirasi kanda sehingga ingin seperti mereka?
Agus salim, Muhammad hatta, cokroaminoto, sutomo, wahidin, mahatma Gandhi, Nehru, Tito, Nabi Muhammad, Lincoln, George Washington,
Peneliti : Secara eksplisit dan implisit, apa yang ingin kanda sampaikan dari isi pidato?
Anies R. Baswedan : Secara eksplisit ada disini. Secara implisit, republic ini memiliki seluruh persyaratan untuk optimis. Dan saya ingin kembalikan itu. Bahwa hadirnya pemimpin membawa suasana. Dia belum tentu bisa langsung merubah tapi dia memberi suasana baru. Dan suasana baru itu bisa membuat kita optimis. Saya beri satu contoh, kita lihat Jakarta hari ini, masih banjir? Masih, masih macet? Masih. Tapi kita melihat ada seorang gubernur baik sedang bekerja, dia membuat suasana baru. Kita nggak ngomel-ngomel dari dua tahun yang lalu. Kenapa? Karena kita tahu ada orang yang membaikkan. Saya ingin simpulkan bahwa Indonesia itu selalu berhasil mengecewakan kaum pesimis. Kita akan terus mengecewakan kaum pesimis. Secara implisit, pesan pidato itu adalah kita mempunya isyarat untuk optimis tapi harus ada pemimpin yang menggerakkan. Dan jangan harap satu orang bias menyelesaikan semua masalah. Kita semuanya bersama-sama turun tangan!!
xiii
mereka. Teladan itu teladan positif dan teladan negative, dari keduanya kita bias belajar tapi tidak diambil total. Labih mudah membuat daftar tidak boleh dari pada daftar seharusnya. Buat saja, jangan mencuri, jangan berbohong, jangan selingkuh. Jadi kita harus belajar dari kedua teladan itu, kita belajar dari banyak orang, dan kemudian dari situ kita meniti langkah. Dan akhirnya kita bias mengambil keputusan dalam perjalanan hidup kita. Salah satu dalam pengalaman, penting. Jangan takut ambil keputusan. Anda baca sejarah orang-orang yang disebut tadi, berani dalam mengambil keputusan. Bayangkan jadi Moh Hatta itu seperti apa menjalani 1942-1945? Dipenjara itu mudah, tapi dicap sebagai penghianat itu yang berat. 42-45 dia bekerjasama dengan Jepang. Kalau sebelumnya dia ditangkap belanda ya biasa saja, dia pejuang, ditangkap. Tapi dianggap penghianat? Berat itu. Ini kalau kita mambaca biografi itu, 42-45 terasa 5 menit. Tapi bagi yang menjalani? 3 tahun lho, itu berat tapi membuat ringan dikemudian.
Peneliti : Basic yang membuat kanda merasa yakin dan mampu dalam hal politik dan menjaadi calon presiden?
Anies R. Baswedan : Mengapa seseorang dianggap sebagai pemimpin? Karena ada orang yang dipimpin dan diakui oleh orang yang dipimpin. Seorang yang sholat sendiri kemudian diikuti oleh orang lain, seketika itu namanya berubah menjadi imam. Kenapa? Karena orang lain yang mengikutinya mempercayakan. Dan makmumnyalah yang membuat dia menjadi imam. Ada begitu banyak orang yang dalam
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anies Rasyid Baswedan Ph.D, adalah pria kelahiran Kuningan, Jawa
Barat pada tanggal 7 Mei 1969 merupakan salah satu tokoh intelektual muda
di Indonesia. Beliau memiliki kepedulian terhadap masyarakat akar rumput
khususnya dalam bidang pendidikan. Ia menelurkan Gerakan Indonesia
Mengajar yang mengirimkan pemuda terbaik negeri untuk mengajar di
Sekolah Dasar selama satu tahun. Selain memiliki pemahaman terhadap
masyarakat nasional, ia merupakan seorang intelektual yang memiliki
kompetensi internasional, hal ini terbukti dari beberapa penghargaan
internasional yang ia dapatkan, baik tingkat asia maupun internasional1.
Sepak terjang Anies Rasyid Baswedan dalam dunia pendidikan tidak
diragukan lagi. Ia menginspirasi kaum muda untuk mengajar di daerah-daerah
tertinggal dan pelosok. Gagasannya tentang kelompok Indonesia Mengajar,
Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi dan lainnya populer di kalangan para
pendidik dan kaum muda. Namun secara tiba-tiba dan mengejutkan Anies
Rasyid Baswedan terjun ke dunia politik. Ia mengejutkan publik dengan
keikutsertaannya sebagai peserta konvensi Pemilihan Calon Presiden melalui
Partai Demokrat.
Seorang akademisi yang terjun ke dunia politik tentu mengejutkan banyak
pihak.
1
Keikutsertaannya sebagai peserta konvensi menuai pro dan kontra.
Ada yang menyayangkan ada yang mendukung. Elektabilitas Partai
Demokrat yang juga merupakan Partai penguasa (2010-2014) yang tengah
menurun membuat sebagian kalangan menyayangkan keikutsertaan seorang
Anies Rasyid Baswedan mengikuti konvensi tersebut. Belitan kasus yang
menimpa kader Partai Demokrat seperti menjadi penanda awal dari kematian
partai binaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. "Saya rasa ini awal
dari kematian Partai Demokrat menuju pemilu 2014. Kalau rakyat disurvei
sekarang, popularitas dan kelayakan SBY pasti sudah turun," ujar Iberamsjah,
pakar politik Universitas Indonesia di Jakarta2
Data Politicawave, sebagaimana dilangsir oleh kompas.com, ada tiga
besar calon yang paling banyak dibicarakan netizen adalah Dahlan Iskan (8,4
persen), Gita Wirjawan (5 persen), dan Anies Baswedan (4,6 persen).
Fenomena kampanye melalui jejaring sosial media twitter memang bisa
dimanfaatkan untuk memupuk citra positif, tetapi juga dapat memukul balik.
Kemunculan pidato resmi Anies Rasyid Baswedan sendiri mendapatkan
respon yang cepat. Di Youtube, misalnya, pengguna akun Adi Prasetya
memberi komentar pidato Anies, ”Subhanallah. Begitu cerdas dan tenang
dalam penyampaiannya. Semoga kelak mampu membawa amanah bangsa
ini.” ”World Class Speech,” kata Edi Supriyanto. 3
Dalam akun Mario Bross
2
https://www.facebook.com/notes/cak-ripin-kartun/partai-demokrat-sebagai-bunker-para-koruptor/10150361521822105, Tanggal 11 November 2011 pukul 13:56
3
ia berkomentar “Muda, Berpendidikan, Aksi nyata, Bersih, Nasionalis
berwawasan global, itulah Anies Baswedan RI1 2014”.4
Pro dan Kontra kemunculan Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi
partai Demokrat itulah yang menarik untuk peneliti kaji. Terutama pidato
resmi pertama Anies sebagai peserta Konvensi. Pidato memberikan manfaat
sebagai penyampai buah pikiran dari komunikator (pembicara) kepada
komunikan (pendengar atau khalayak). Di dalam Islam, sesama manusia
diwajibkan untuk saling mengingatkan satu sama lain. Sebelum zaman nabi
Muhammad SAW, nabi Musa AS pun sudah melakuan kegiatan berpidato ini
dan beliau sebelum menyampaikan ajarannya kepada masyarakat pada waktu
itu memohon doa agar dilancarkan urusannya kepada Allah SWT.
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku5.
Peneliti tertarik untuk meneliti pidato resmi, terutama tentang
makna dan tujuan yang terkandung dalam pidato. Selain itu, sekaligus
Analisis Wacana adalah penelitian komunikasi yang bersifat
kualitatif. Analisis wacana juga merupakan studi penelitian tentang struktur
yang terkandung dalam bahasa. Lebih tepatnya adalah tentang penggunaan
dari bahasa itu sendiri. Analisis wacana biasa digunakan untuk meneliti pesan
baik lisan maupun tulisan, umumnya adalah mengungkapkan gagasan yang
dimiliki oleh objek penelitian. Peneliti memilih judul dari skripsi ini:
“Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia
Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat
Pada Tanggal 15 September 2013”.
B. Pembatasan dan rumusan Masalah
Agar penelitian lebih fokus terkait isi pidato Konvensi Demokrat ini,
maka peneliti akan membatasi penelitian hanya pada poin-poin penting
terkait pidato Anies Rasyid Baswedan ketika mengikuti konvensi pemilihan
calon presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013. Untuk itu
peneliti akan merumuskan beberapa persoalan terkait pidato Anies Rasyid
Baswedan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah formasi teks pidato yang disampaikan oleh Anies
Rasyid Baswedan dalam pidato resmi konvensi pemilihan calon presiden
partai Demokrat?
2. Bagaimana wacana keindonesiaan yang dibangun oleh Anies
Rasyid Baswedan dalam pidato „Indonesia Kita Semua‟?
Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, secara
khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi teks yang disampaikan oleh Anies
Rasyid Baswedan terkait visi misinya menjadi salah satu peserta Konvensi
untuk calon Presiden dari Partai Demokrat.
2. Untuk mengetahui wacana keindonesiaan yang dibangun Anies Rasyid
Baswedan dalam pidato „Indonesia Kita Semua‟.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademisi
Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
wawasan di bidang akademis mengenai gambaran metode analisis
wacana dalam kajian teks pidato para tokoh. Sehingga dapat membantu
mahasiswa dalam melakukan penelitian studikritis, melalui metode
analisis wacana. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
rujukan informasi untuk penelitian sejenis di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Kajian tentang analisis wacana pidato resmi seorang tokoh ini
diharapkan memberikan kontribusi positif dalam penelitian terkait
analisis wacana pidato selanjutnya untuk dijadikan bahan rujukan atau
referensi penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh).6 Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Makna adalah data yang terkandung dibalik data yang tampak.7
2. Subjek Penelitian dan objek penelitian
Subjek Penelitian skripsi ini adalah Anies Rasyid Baswedan.
Sedangkan Objek penelitian ini adalah transkip pidato Anies Rasyid
Baswedan dalam pidato resminya ketika mencalonkan diri menjadi calon
presiden melalui Konvensi Partai Demokrat. Penelitian ini tidak akan
melibatkan aspek politik tersendiri dari Partai Demokrat, namun hanya
membahas formasi teks Anies Rasyid Baswedan serta wacana
ke-indonesiaannya. Sedangkan waktu penelitian ialah dari bulan 15 September
2013 -15 Februari 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti akan menggunakan jenis
6
Lexy J. Maleong (ed, 13), Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 4.
7
penelitian kualitatif dengan metode wawancara, dan juga dokumentasi.8
Wawancara langsung dengan Anies Rasyid Baswedan tentu akan memberikan
ruang klarifikasi yang pas untuk memaknai pidato serta wacana yang
dikembangkan oleh Anies Rasyid Baswedan untuk kemudian akan peneliti
analisa dalam perspektif peneliti.
a. Observasi
Tenik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi
dibagi menjadi tiga: pertama, Observasi partisipasi, yakni metode
pengumpulan yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam kesehatian
responden. Kedua, Observasi Kelompok, observasi yang dilakukan secara
berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Ketiga,
Observasi tidak terstruktur, ia merupakan observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide (pedoman) observasi. Pada observasi ini peneliti
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati
suatu objek. Dalam skripsi ini peneliti menggunakan observasi tidak
terstruktur.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap
informasi dan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik
wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Jenis
8
wawancara ini adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya-jawab dengan atau tanpa menggunakan
guide. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur ataupun tidak
terstruktur serta dapat dilakukan melalui telpon ataupun bertemu langsung.
Peneliti menggunakan jenis wawancara langsung / face to face dan secara
terstruktur serta menggunakan alat perekam dan dokumentasi berupa foto
dengan narasumber/subjek.
4. Teknis Analisis Data
Selanjutnya setelah mengumpulkan data adalah menyusun atau
mngorganisir data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan analisis wacana Teun A. van Djik. Wacana oleh
van Dijk digambarkan mempunyai dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan
konteks sosial. Inti analisis van Dijk ialah menggabungkan tiga dimensi
wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Kaitannya dengan dimensi
teks, penelitian diarahkan pada bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang digunakan subjek dalam menegaskan suatu wacananya. Sedangkan pada
level kognisi sosial maka, yang diteliti adalah proses produksi teks pidato
yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Yang terakhir adalah
suatu permasalahan. Model analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai
berikut :9
Gambar 1 Model Analisis Wacana van Dijk
F. Tinjauan Pustaka
Judul penelitian mengenai Analisis Wacana sudah banyak sekali
terdapat dalam tinjauan peneliti. Namun setelah menelaah dan membaca
skripsi-skripsi di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
peneliti belum menemukan kesamaan judul dengan yang peneliti punya.
Peneliti hanya menemukan jenis metode yang hampir sama dengan metode
yang akan peneliti teliti sekarang ini.
Selama tinjauan tersebut peneliti menemukan beberapa judul skripsi
yang berkaitan dengan skripsi yang peneliti teliti, yaitu:
9
Eriyanto, AnalisisWacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.
Konteks
Kognisi Sosial
1. Analisis Wacana „Temukan Kembali Api Islam‟ pidato DR.Honoris
Causa Presiden Ir. Soekarno di IAIN Jakarta. Yang ditulisolehSuhendi,
mahasiswa jurusan Jurnalistik, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini menggunakan metode
analisis teks teori Teun A. van Djik. Selanjutnya penelitian di fokuskan
pada dimensi praktik wacana, dimensi yang berkaitan dengan proses
produksi dan konsumsi teks. Tentu berbeda dengan penelitian yang
penelitilakukan. Karena objek penelitian peneliti adalah pidato Anies
Rasyid Baswedan.10
2. Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah DzikrulmautUstaz
Dr. H. Sunandar, M.Ag (2010-2011). Yang ditulis oeh Faiz Fikri
Al-Fahmi, NIM: 109051000071, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2009. Pada skripsi ini terdapat kesamaan
yaitu menggunakan metode analisis teks yang sama yaitu analisis wacana
dengan model Analisis Wacana Teun A. van Djik. Dan perbedaannya
adalah skripsi ini lebih menganalisis wacana materi khotbah jumat selama
beberapa waktu yang dimiliki oleh objek yang berbeda, yaitu Dr. H.
Sunandar, M.Ag. Sedangkan pada penelitian yang peneliti ambil adalah
10
Suhendi, Analisis Wacana Temukan Kembali Api Islam Pidato DR.Honoris Causa
Presiden Ir. Soekarno di IAIN Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran
wacana pidato Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi pemilihan calon
presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013.11
3. Analisis Wacana Teun A. van Djik Berita Tentang Calon Presiden RI
2009 Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika di Majalah Pantau
yang ditulis oleh Mochamad Arifin mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2005. Persamaan dengan skripsi ini adalah
menggunakan metode Analisis Wacana Teun A. van Djik. Dan
perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisa wacana materi berita
Calon Presiden di Harian Republika. Sedangkan pada penelitian yang
peneliti angkat adalah wacana pidato yang disampaikan oleh calon
presiden.12
4. Analisis Wacana Rubrik Motivasi pada Majalah Gontor Edisi Maret, Mei
dan September 2012 yang ditulis oleh Nur Azhima, Mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2008.13 Pada skripsi ini terdapat
persamaan teori yakni menggunakan metode Analisis Wacana Teun A.
van Djik. Perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisa wacana
materi rubrik motivasi pada majalah Gontor edisi Maret, Mei dan
11
Faiz Fikri al-Fahmi, Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah Dzikrulmaut
Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag (2010-2011), Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
12
Mochamad Arifin, Analisis Wacana Teun A. van Djik Berita Tentang Calon Presiden RI
2009 Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika di Majalah Pantau, Skripsi tidak diterbitkan,
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
13
Nur Azhima, Analisis Wacana Rubrik Motivasi pada Majalah Gontor Edisi Maret, Mei
dan September 2012, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas
September 2012. Sedangkan pada penelitian yang peneliti ambil adalah
wacana pidato Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi pemilihan calon
presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013.
5. Analisis Hermeneutik Teks Pidato Hamka : Islam Sebagai Dasar Negara
yang ditulis oleh Enny Khurniasari, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
angkatan tahun 2008.14 Pada skripsi ini, terdapat persamaan yang
menganalisa teks pidato dari seorang tokoh. Namun, perbedaan yang
terdapat pada skripsi ini adalah penggunaan teori yang berbeda. Skripsi
ini menggunakan analisis Hermeneutika Paul Ricouver. Sedangkan
penelitian yang peneliti angkat adalah menggunakan analisis wacana
Teun A. van Dijk.
Dari beberapa skripsi tersebut maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi
Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia
Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat
(15/9/2013).
Sedangkan untuk teknis penulisan hasil penelitian ini mengacu
pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007.
14
Enny Khurniasari, Analisis Hermeneutik Teks Pidato Hamka : Islam Sebagai Dasar
Negara,Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
G. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan penelitian ini, peneliti akan membahas secara
sistematis penulisannya dalam V (lima) BAB, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teoritis, berisi landasan teoritis yang meliputi :
Definisi analisis wacana secara terminologi dan etimologis, model analisis
wacana Teun A. van Dijk. Pidato Konvensi Anies Rasyid Baswedan yang
meliputi : Pengertian Pidato danjenis-jenis pidato.
BAB III Biografi Anies Rasyid Baswedan, meliputi : riwayat hidup
Anies Rasyid Baswedan, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan,
Penghargaan dan karier Anies Rasyid Baswedan.
BAB IV Temuan Penelitian berisi analisis wacana, dalam materi
“Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia
Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat
pada tanggal 15 September 2013” berdasarkan teorin Teun A. van Dijk
BAB V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta
14
Istilah analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
suatu sifat penelitian, kupasan. Sedangkan analisa adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.1 Menurut
Syamsuri, wacana adalah rekaman utuh tentang peristiwa komunikasi,
biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan
pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan
bahasan lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.2
Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail
Maharimin, yakni kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut
urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun tulisan resmi dan teratur.3 Hal ini sama seperti apa yang dituliskan
dalam Kamus Besar Bahasa Inggris yang memaknai wacana sebagai
discourse, kata discourse berasal dari bahasa latin yaitu discursus yang
memiliki arti lari kian kemari (dis berarti dari, dalam arah berbeda, dan
currere berarti lari).4
Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media menggambarkan
wacana dari aspek kebahasaan, di antaranya:
1
HasanAlwi (ed), KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2002, h. 60 2
Panuti Sudjiman. Bunga Rampai Stilistika. (Jakarta : Pustaka Utama Grifiti, 1993), hal 6 3
Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing.(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hal.10
4
1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau
gagasan-gagasan konverasi atau percakapan.
2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu objek studi atau pokok
telaah.
3. Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.5
Sementara ituEriyanto mendefinisikan wacana, di antara lain sebagai
berikut:
1. Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan
formal, dari subjek dalam ucapan atau tulisan, sebuah unit teks yang
digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat.
(Collins Concise English Dictionary, 1998)
2. Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah
pertukaraan di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas
persoalan dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. (Hawthorn,
1992)
3. Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik
pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya;
kepercayaan disini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman. (Roger Fowler 1997).6
Dari apa yang dituliskan oleh Alex Sobur dan Eriyanto, peneliti
melihat tidak ada perbedaan yang bertentangan dari keduanya. Hanya saja
definisi tentang wacana Eriyanto lebih spesifik dibandingkan Alex
5
Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing.(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001)
6
Sobur.Sekilas dari definisi keduanya, Alex mendefinisikan wacana langsung
pada esensi wacana itu sendiri, dan Eriyanto menjelaskan proses dari
munculnya suatu wacana tadi.
Secara etimologi, analisis wacana sebagaimana dikutip Mulyana
berasal dari bahasa sanskerta wac/wak/vac yang memiliki arti „berkata‟,
„berucap‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana,
kata „ana‟ yang berada setelah kata wa adalah bentuk sufiks (akhiran) yang
bermakna „membedakan‟. Dengan demikian kata wacana dapat diartikan
sebagai perkataan atau tuturan.7
Dari segi terminologi, istilah wacana memiliki arti yang luas, luasnya
makna wacana ini dikarenakan perbedaan ruang lingkup dan disiplin ilmu
dalam memaknai istilah wacana tersebut.sudut pandang tersebut bisa dilihat
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra.8Karena
luasnya arti wacana ini, Alex Sobur merangkum pengertian wacana tersebut.
Ia memandang wacana sebagai suatu rangkaian ujar atau rangkaian tindak
tutur yang mengungkap sesuatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam satu kesatuan koheren yang dibentuk oleh unsur segmentet
atau unsur non segmentet bahasa.9
Bagaimanapun juga, pengertian wacana yang paling mendekati adalah
apa yang dikemukakan oleh James Lull. Lull mendefinisikan wacana secara
7
Dedi Mulyna. Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi, prinsip-prinsip Analisis Wacana. (Yogyakarta : Tiara Wacana 2005), hal.3
8
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta : Modern English Press, 2002), edisi ke-3, hal 1709 (Ibnu Khamdan 2009)
9
Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
sederhana, tidak sebatas tulisan atau ujaran, lebih dari itu wacana
mengandung arti komunikasi yang tidak hanya linier (satu arah). Wacana bisa
diperbincangkan, menimbulkan suatu respon berupa pemahaman, tersebar
luas. Menjadi perbincangan (diskursus) dimana didalamnya akan terjadi
pergulatan.10
Analisis Wacana merupakan penelitian komunikasi yang bersifat
kualitatif. Analisis wacana juga merupakan studi penelitian terkait struktur
yang terkandung dalam bahasa. Lebih tepatnya ialah tentang penggunaan atau
fungsi dari bahasa itu sendiri. Analisis wacana biasanya digunakan untuk
meneliti pesan, baik lisan maupun tulisan, dan umumnya untuk
mengungkapkan gagasan yang dimiliki oleh objek yang diteliti.
Analisis wacana merupakan studi penelitian analisis yang baru
berkembang terutama sejak tahun 1970-an. Seiring dengan waktu, studi
mengenai struktur, fungsi, dan proses dari suatu teks dalam analisi wacana
semakin berkembang.11Topik utama dalam analisis wacana merupakan
representasidariobjek dan mengungkapkan bahwa segala sesuatu itu tidak
tampil sendiri, namun ditampilkan melalui mediasi bahasa, baik secara
tertulis, suara, ataupun gambar. Bahasa disini juga tidak dimaknai sebagai
sesuatu yang netral yang bisa mentransmisikan dan menghadirkan realitas
keadaansebagaimana aslinya. Namun sudah tercelup oleh ideologi yang
membawa muatan kekuasaan tertentu. Bahasa disini merupakan suatu praktik
10
James Lull, Media Komunikasi Kebudayaan: suatu pendekatan global, Terj. A. Setiawan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998, hal.225-226.
11
sosial, melalui bahasa akan diketahuibagaimana seseorang atau kelompok
ditampilkan dan didefinisikan. Melalui bahasa pula, seseorang ditampilkan
secara baik dan buruk.12
Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana diantaranya:13
1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat (rule of use—menurut Windowson)
2. Analisis wacana merupakan usaha memaknai makna tuturan dalam
konteks, teks, dan situasi.
3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui
interpretasi semantik.
4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak
berbahasa (what is said from what is done—menurut Labov)
5. Analisis wacana diarahkan pada masalah memakai bahasa secara
fungsional (fungsional use language—menurut Coulyhard).
Pidato merupakan kegiatan berbicara dan menyampaikan pendapat,
gagasan, ide, dan gambaran di depan khalayak umum. Pidato biasanya
disampaikan pada saat acara atau forum resmi. Kegiatan berpidato sudah
memenuhi empat unsur komunikasi, yakni, adanya komunikan, adanya
komunikator, adanya pesan, dan adanya media sebagai penyampai pesan.
Pidato juga berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang
ditujukan kepada orang banyak.
12
Eriyanto, AnalisisWacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hal 343
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Pidato sendiri memerlukan seni berbicara dan retorika. seni dan
retorika ini bisa berupa wawasan dan pengetahuan komunikator. Adakalanya
berupa analogi, story atau cerita, bahkan intonasi suara. Dengan demikian
pidato politik tentu memerlukan seni karena tujuan dari pidato politik adalah
menyiarkan kepada komunikan hal-hal yang penting dan bahkan menggiring
wacana komunikan atau publik pada suatu level pemahaman persoalan / isu
tertentu. Upaya pengaruh-mempengaruhi dalam pidato politik sangat jelas.
Dalam hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Doyle Paul Johnson,
Weber mengatakan14:
“Apa yang diminta adalah „empati‟ – kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuannya mau dilihat menurut perspektif orang itu. Konsep ini menunjuk pada konsep
pengambilan peran yang terdapat dalam interaksi simbolik”
Selanjutnya dengan demikian analisis wacana kritis suatu pidato
politik merupakan upaya mengungkap dan menganalisa wacana yang coba
dikemukakan komunikator melalui suatu pidato politik yang sarat akan
kepentingan dan upaya mempengaruhi komunikan dan atau publik.
B. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis
Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis
adalah menelaah wacana-pemakaian bahasa dalam tuturan dan
tulisan-sebagai bentuk dari praktik sosial.Karena padadasarnya, praktik sosial dalam
wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Ia juga memproduksi dan
mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelompok
14
mayoritas dan minoritas. Eriyanto mengutip pernyataan Teun A. van Dijk,
Fairclough, dan Wodak, berikut ini merupakan karakteristik penting dalam
analisis wacana kritis:
1. Tindakan
Dalam wacana, prinsip pertama yang harus dipahami adalah
tindakan (action). Wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi bukan
seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis
bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri
namun bagian daripenggunaan bahasa adalah untuk berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya, pemahaman ini memiliki
beberapa konsekuensi bagaimana wacana diintepretasikan. Pertama, yakni
wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, diantaranya untuk
mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan
sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu ekspresi sadar,
terkontrol.Kesimpulannya, wacana bukan sesuatu yang tidak disadari
namun ia muncul dibawah gagasan, ide dan tentu kesadaran. Wacana
lebih merupakan suatu gambaran dari konsepsi dan gagasan.15
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana
seperti kondisi, situasi,latar belakang danperistiwa. Dalam hal ini wacana
dipandang sebagai sesuatu yang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis
pada suatu konteks tertentu. Bahasa di sinijuga dipahami dalam konteks
15
secara keseluruhan. Sebagaimana pernyataan Guy Cook bahwa ada tiga
hal yang penting dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana.
Selain itu semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek
suara, citra dan sebagainya. Konteks mengandung segala situasi serta hal
lain yang berpengaruh diantaranya bahasa, situasi-situasi di mana teks
tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan lainnya.16
Meskipun perlu teks dan konteks dalam analisis wacana, tidak
semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam
banyak hal mempengaruhi produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan
dalam analisis. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh
terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang
memproduksi wacana. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat,
waktu, posisi pembicara, dan pendengar atau lingkungan fisik adalah
konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana.
3. Historis
Sejarah atau historis ialah menempatkan wacana dalam konteks
sosial tertentu.Wacana sebagai sesuatu yang diproduksi dalam konteks
tertentu tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang
menyertainya. Menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu
merupakan aspekpenting untuk bisa mengerti teks.17 Dengan begitu maka
suatu wacana dapat dianalisa dan diesuaikan dengan kondisi dan situasi
saat itu.
17
4. Kekuasaan
Selain beberapa karakteristik diatas, analisis wacana kritis juga
sangat mempertimbangkan elemen kekuasaan (power). Dalam hal ini
wacana tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan
sebagai salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat
disebabkan pengaruh dari pertarungan kekuasaan yang sangat
besar.18Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk
melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok
mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kelompok yang
dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak seperti yang
diinginkan olehnya, berbicara, dan bertindak sesuai yang diinginkan.
5. Ideologi
Ideologi merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana
kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari
praktik ideologi tertentu. Dalam kerangka ideologi, peranan wacana
seperti yang dikatakan oleh Teun A. van Dijk, ideologi bertujuan untuk
mengatur tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.
Disini ideologi memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi
secara inheren bersifat sosial, tidak individual; ia membutuhkan
sharediantara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan
orang lainnya. Hal yang di-sharekan tersebut bagi anggota kelompok
18
digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam
bertindak dan bersikap.Yang kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia
secara internal digunakan diantara anggota kelompok atau komunitas.
Karenanya, ideologi tidak hanya membentuk identitas diri kelompok,
membedakan dengan kelompok lain namun juga menyediakan fungsi
koordinatif dan kohesi.8
C. Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak
hanya didasarkan pada analisis atas teks semata. Selain daripada teks, perlu
dilihat pula bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga dapat diketahui
bagaimana teks bisa seperti itu. Model yang sering digunakan dalam
penelitian adalahmodel analisis wacana van Dijk. Hal ini dikarenakan model
van Dijk adalah model paling lengkap karena mengelaborasi elemen-elemen
wacana sehingga dapat digunakan secara praktis. Model van Dijk ini sering
disebut sebagai kognisi sosial.9
Dalam buku Aims of Critical Discourse Analysis,van Dijk
memaparkan pengertian mengenai analisis wacana yakni;
Critical Discourse analysis has become the general label for a study of text and talk,emerging from critical lingustics, critical semiotics, and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse, and communication. As in the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices,aims, theories or methods of CDA.10
8
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 7-14. 9
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 221. 10
Konteks Sosial
Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/
bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan
analisis. Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi,
dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana
kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap
teks tertentu.
Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks serta strategi wacana
yang dipakai untuk menegaskan tema tertentu. Sedangkan tahap kognisi sosial
diteliti terkait proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dari
penyampai pesan. Sedangkan aspek ketiga yakni mempelajari bangunan
wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu persoalan.
Model dari analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:11
Gambar 2. Model Analisis Wacana van Dijk
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut.19
11
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 225.
Kognisi sosial
1. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/
tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia
membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini
merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati
dengan melihat topik atau tema yang ditonjolkan dalam suatu teks
pidato. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian
teks tersusun kedalam pidato secara utuh. Ketiga, struktur mikro.
Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu
teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan
gambar. Berikut adalah gambaran struktur analisis van Djik:
Tabel. 2.1 Struktur Analisis van Dijk
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Sedangkan struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk
dapat digambarkan sebagai berikut.12
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h. 74.
12
Tabel. 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk
Struktur Mikro Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai dalam suatu
properti dari arti atau isi teks. Mainwords atau topik penting dalam
memahami teks secara global tanpa topit utama tadi. Tanpa topik
utama, kita hanya akan dapat memahami fragmen lokal teks, dan
tidak merupakan pemahaman secara keseluruhan, baik hierarki
maupun organisasi.13
Dalam hal ini, suatu topik akan didukung oleh subtopik satu
dan subtopik lain agar terbentuk satu topik umum. Kemudian
subtopik juga didukung oleh serangkaian fakta yang disuguhkan
untuk menggambarkan subtopik lainnya. Ketika masing-masing
subtopik sudah saling menguatkan maka teks secara keseluruhan
membentuk teks yang koheren dan komprehensif.14
b. Skematik
Elemen selanjutnya dalam teks atau wacana biasanya
mempunyai skema atau kerangka dan alur dari awal hingga akhir.
Dalam alur tersebut akan digambarkan bagian-bagian ataupun
pola-pola dari teks yang disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti atau makna. Susunan ini juga menentukan suatu sudut
pandang daripada teks itu sendiri.20
Menurut van Djik, ada arti penting dalam elemen skematik
ini yaitu strategi komunikator untuk mendukung suatu topik atau
isu tertentu dengan alur atau urutan tertentu pula. Karena skematik
memberi tekanan pada titik mana yang mesti didahulukan dan
13
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 230, Eriyanto mengutip dari karya Teun A. van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988), h. 31.
14
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 230. 20
bagian mana yang disembunyikan atau dikemukakan secara
eksplisit saja. Upaya menyembunyikan dilakukan dengan
menempatkan bagian akhir yang kurang menonjol.21
Terkait susunan teks tersebut bisa disebut story yakni isi
pidato secara keseluruhan. Isi pidato ini juga mempunyai dua
subkategori. Pertama, berisi situasi yakni proses atau jalan
terjadinya peristiwa, sedangkan yang kedua merupakan komentar
yang ditampilkan dalam suatu teks. Subkategori situasi yakni suatu
teks yang menggambarkan kisah suatu peristiwa pada umumnya
terdiri dari dua bagian. Pertama kisah utama dari peristiwa tersebut.
Kedua, latar untuk mendukung episode yang disuguhkan.
Selanjutnya subkategori komentar yakni suatu subkategori
yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri dari dua bagian.
Yang pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip
komunikator. Kedua, kesimpulan yang diambil oleh komunikator
dari komentar beberapa tokoh untuk mengungkapkan gambaran
suatu teks dari sudut pandang tokoh tersebut.16
c. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Pra-Anggapan)
Semantik dalam skema van Dijk dikagorikan sebagai
makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari
hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang
21
Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 234. 16
membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana
memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang
eksplisit maupun implisit.17
Latar merupakan bagian pidato yang dapat mempengaruhi
semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa.
Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat
komunikator yang sebenarnya muncul dengan maksud
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat komunikator
sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki
bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.18
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan
strategi bagaimana komunikator mengekspresikan sikapnya dengan
cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh
komunikator kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka,
tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang
dikemukakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan
bagaimana wacana yang dikembangkan oleh komunikator.19
Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil.
Bedanya, dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78. 18
Eriyanto, Analisis Wacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 235. 19
informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara
eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan
akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang
menguntungkan komunikator.20
Elemen wacana pra-anggapan (presupposition) merupakan
pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Kalau latar berarti upaya mendukung dengan jalan memberi latar
belakang, maka pra-anggapan adalah upaya mendukung pendapat
dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya
sehingga tidak perlu dipertanyakan.21
d. Sintaksis (Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata Ganti)
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau
kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga
fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi
merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang
secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu
fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling
terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan – pilihan
20
Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 240. 21
mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan
komunikator terhadap peristiwa tersebut.22
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan
dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia
menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang
menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam
bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat
(yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan
teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang
dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur
aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan
dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.23
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi
bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti
merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan
dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan
sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau
“kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan
sikap resmi komunikator semata. Akan tetapi, ketika memakai kata
ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari
sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara
komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk
22
Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 242. 23