• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan (Pnpm-Mp): Studi Atas Pembangunan Gedung Paud Di Kelurahan Petukangan Utara, Pesanggrahan Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan (Pnpm-Mp): Studi Atas Pembangunan Gedung Paud Di Kelurahan Petukangan Utara, Pesanggrahan Jakarta Selatan"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

RESTY DWI ANGGRAINI NIM: 107054102526

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan: Studi Atas Pembangunan Gedung Paud Di Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan

Program pemberdayaan masyarakat selalu berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya, apabila tidak adanya partisipasi masyarakat maka tidak akan dapat menemukan titik temu antara pembuat kebijakan dengan masyarakat. Salah satu bukti keberhasilan suatu program berjalan baik yaitu dengan adanya partisipasi masyarakat yang cukup besar. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk dan tipe pemberdayaan partisipasi, seberapa besar partisipasi, dan manfaat apa yang dirasakan oleh masyarakat dalam pelaksaanaan pembangunan gedung PAUD di Kelurahan Petukangan Utara Jakarta Selatan? Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa pemberdayaan partisipasi masyarakat dapat terlihat.

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriftif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Dan prosedur pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Teori yang dipakai menurut Ach. Wazir Ws dan Totok Mardikanto, yang menyatakan bahwa partisipasi ialah keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama hanya karena Allah SWT semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang insyaallah hingga kini terus mencintainya.

Skripsi dengan judul“Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan: Studi Atas Pembangunan

Gedung Paud Di Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan

Jakarta Selatan” merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan mengenai pelaksanaan program-program pemerintah melalui PNPM Mandiri Perkotaan dan Perubahan-perubahan apa saja yang dirasakan masyarakat.

(7)

iii

2. Ibu. Siti Napsiyah MSW, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan Bapak. Ahmad Zaky, MSi selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Ismet Firdaus, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah

berkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Zainal Abidin, SE. Selaku Ketua Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Wilayah Jakarta Selatan yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

6. Seluruh Fasilitator Kelurahan Tim 17 Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, yang selalu memberikan informasi dalam pembuatan skripsi.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya serta dukungan selama ini.

8. Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan motivasi selama ini. 9. Ibu Tuti, terimah kasih atas segala dukungan dan bantuan dalam

(8)

iv ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, yang telah membantu selesainya skripsi ini.

Penulis tidak dapat memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.

Jakarta , 28 April 2014 Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 10

F. Pedoman Penulisan Skripsi ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Partisipasi Masyarakat ... 17

1. Pengertian Partisipasi ... 17

2. Bentuk dan Tipe Partisipasi ... 22

3. Manfaat Partisipasi ... 29

B. Pemberdayaan Masyarakat... 33

1. Pengertian Pemberdayaan ... 33

(10)

vi

5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ... 40

C. Kerangka Alur Penelitian ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan ... 45

1. Latar Belakang PNPM Mandiri Perkotaan ... 45

2. Visi, Misi PNPM Mandiri Perkotaan ... 47

3. Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan ... 48

4. Fungsi Dan Divisi Yang Bergerak Di PNPM Mandiri Perkotaan ... 49

5. Struktur Organisasi ... 52

6. Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang Melandasi PNPM Mandiri Perkotaan ... 54

B. Profil Kelurahan Petukangan Utara ... 56

1. Letak Geografi ... 56

2. Jumlah Penduduk ... 57

3. Kondisi Pendidikan ... 57

4. Jenis Mata Pencaharian ... 58

5. Agama ... 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Gedung PAUD Pada PNPM-MP Di Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. A. Temuan ... 61

1. Siklus 1... 64

2. Siklus 2 ... 79

(11)

vii

Pembangunan Gedung PAUD pada PNPM MP di Kelurahan Petukangan Utara ... 83 2. Analisis Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan Gedung PAUD pada PNPM MP di Kelurahan Petukangan Utara ... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 95 B. Saran-saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN

(12)

viii

Tabel 1 Jumlah Penduduk Tiap RW ... 55

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 55

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 56

Tabel 4 Produk Unggulan Masyarakat Petukangan Utara ... 56

Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 57

DAFTAR BAGAN Bagan 1 Kerangka Alur Penelitian ... 43

Bagan 2 Struktur Organisasi PNPM Mandiri Perkotaan ... 52

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kegiatan sosialisasi Pemetaan Swadaya (PS) yang di hadiri oleh LKM, perwakilan masyarakat, dan pengurus RT/RW ... 72

Gambar 2 Rembug warga dengan KSM dan LKM ... 77

Gambar 3 Kegiatan kerja bakti warga yang berpartisipasi dalam pembangunan gedung PAUD di RW 002 Kelurahan Petukangan Utara ... 77

Gambar 4 Serah terima dana dari Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) ke Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). ... 78

Gambar 5 Peninjauan langsung yang dilakukan oleh perwakilan pihak PNPM-MP ... 79

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi dan politik bangsa. Dimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah terkadang membuat hidup masyarakat makin terasa sulit dari segi ekonomi khususnya, mereka tidak memiliki akses yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga tidak jarang kelompok masyarakat tersebut hidup dalam bayang-bayang kemiskinan, menjadi terpinggirkan dan bahkan terabaikan..

Berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47persen), bertambah sebanyak 0,48 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebanyak 28,07 juta orang (11,37 persen).1

Masalah kemiskinan di perkotaan lebih kompleks karena tidak saja menyangkut pekerjaan, pendapatan, perumahan, tetapi berkait pula dengan masalah sosial lain yang bersifat pathologis seperti ketunaan sosial, kerentanan terhadap kriminalitas, tindak kekerasaan, penyalahgunaan narkoba,

1

(14)

kadang juga mudah dieksploitasi untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu kemiskinan di kota sering dikatakan miskin plus, yaitu selain miskin mereka juga tidak jarang menjadi penyandang masalah sosial lain yang bersifat

pathologis. Orang miskin di kota relatif lebih sulit kehidupannya bila dibanding dengan orang miskin di pedesaan, sebab sumber daya pendukung lingkungan semakin berkurang sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup di perkotaan haruslah dengan memiliki uang.

Bila merujuk pada Al-Qur’an, setidaknya ada 10 kosa kata tentang kemiskinan. Kosa kata yang dimaksud adalah: al-maskanat (kemiskinan), al-faqr (kekufuran), al-„ailat (mengalami kekurangan), al-ba‟sa (kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak berdaya), al-qani (kekurangan dan diam), al-mu‟tar (yang perlu dibantu) dan

al-dha‟if (lemah). Pemakaian setiap kosa kata itu mencerminkan segi tertentu dari kemiskinan atau penyandang kemiskinan. Semua istilah itu bermuara

pada makna “kemiskinan” dan “penanggulangannya”. Ayat Al Qur’an/ firman

Allah SWT tentang kemiskinan yang artinya;

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (Rasul-rasul) kepada

umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan

(menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon

(15)

Pada dasarnya pemerintah sudah banyak merumuskan dan menjalankan program-program yang bersifat parsial, sektoral dan charity.

Pemerintahan sekarang juga sudah melakukan berbagai cara untuk penanggulangan kemiskinan, penanganan selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan cepat untuk mencapai perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan, seperti; pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai Kompensasi BBM, Raskin dan lain-lain. Dengan lemahnya kapital sosial berpengaruh pada pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama.

Dalam masa krisis masyarakat miskin sangat sulit untuk bangkit karena ketidakberdayaan masyarakat itu sendiri. Hal ini khususnya terjadi pada masyarakat perkotaan, karena potensi yang ada pada umumnya sangat susah direalisasikan atau susah didapatkan, terutama dari segi sumber daya manusianya sehingga masyarakat kota tidak memiliki kemampuan yang baik untuk membangun walaupun didukung sumber daya yang ada, karena sudah mulai hilangnya kapital sosial. Masalah kemiskinan hanya dapat dituntaskan apabila pemerintah merumuskan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan pelaksanaannya membutuhkan intervensi dan koordinasi dari semua pihak.

(16)

tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), yang bertugas untuk merumuskan langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan melalui "Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)" sebagai instrumen dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di daerah sasaran pedesaan yang biasa disebut PNPM Pedesaan sedangkan di daerah perkotaan disebut PNPM-Mandiri Perkotaan atau P2KP.2

Salah satu wilayah sasaran PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kelurahan Petukangan Utara memiliki potensi kapital sosial (seperti; kegotong royongan, kepedulian, musyawarah, keswadayaan, dll) yang cukup baik untuk peningkatan ekonomi masyarakatnya dan juga untuk permasalahan di dalam kondisi infrastruktur yang kurang baik/ banyak kerusakan dan membutuhkan perbaikan/ pembangunan kembali yang bertujuan memperlancar akses ekonomi rakyat, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Diharapkan PNPM Mandiri Perkotaan (yang lebih dikenal P2KP), dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya semakin baik, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Kelurahan Petukangan Utara berdasarkan hasil evaluasi merupakan salah satu wilayah pelaksanaan PNPM-MP yang dinilai positif dan cukup berhasil dalam mengumpulkan partisipasi

2

(17)

masyarakat, hal ini dapat dilihat dari program yang direncanakan dapat dijalankan dengan baik.

Kelurahan Petukangan Utara memiliki lima KSM (kelompok swadaya masyarakat), yaitu RW 02, 04, 05, 08 dan 011. Umumnya ketua KSM telah mengetahui tata cara kerja dari PNPM-MP sehingga hanya memerlukan bimbingan berupa jalannya program dan hal-hal yang bersangkutan dengan koordinasi ke fasilitator kelurahan (faskel) dan koordinator kota (korkot). Seperti coaching proposal, pendampingan saat program berlangsung, hingga membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ). Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada RW 02. Karena RW tersebut dapat dikategorikan sebagai salah satu RW yang berhasil mengumpulkan realisasi swadaya sebesar Rp58.150.000,00 merupakan jumlah swadaya yang terbesar dan merupakan wilayah fokus PNPM Mandiri Perkotaan yang terbaik se- Jakarta Selatan dalam program pembangunan gedung PAUD Wijaya Kususma.

(18)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada Partisipasi Masyarakat PNPM MP pada Pembangunan Gedung PAUD di Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yang berlangsung dari tahun 2012 samapi dengan tahun 2013.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut dapat dilihat sejumlah masalah yang memungkinkan dapat dijelaskan dalam penulisan skripsi ini. Penulis akan merumuskan dalam permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk dan tipe partisipasi masyarakat dalam pembangunan gedung PAUD pada PNPM-MP Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan?

b. Manfaat apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program pembangunan gedung PAUD?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(19)

b. Untuk mengetahui manfaat yang terjadi pada masyarakat dengan adanya PNPM-MP di Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Untuk menambah referensi bagi mahasiswa kesejahteraan sosial. 2) Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan

penelitian serupa dimasa yang akan datang.

3) Hasil penelitian ini diharapkan kiranya dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang berguna untuk menjadi rujukan bagi masyarakat yang konsentrasinya pada studi sosial dalam dimensi program pemerintah.

b. Manfaat Praktis

1.) Bahan Masukan bagi instansi dalam hal ini BKM Kementerian Pekerjaan Umum untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat.

(20)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi pustaka pada skripsi yang berjudul sebagai berikut :

1. Judul Skripsi : Partisipasi Wanita dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Klaster Mandiri Zona Madina (Studi Kasus pada Karya Masyarakat Mandiri – Dompet Dhuafa di Desa Jampang Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor).

Penulis: Nuris Annisa, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Isi Pokok: Dari hasil penelitian diketahui bahwa dampak partisipasi

mitra wanita terhadap kehidupan rumah tangga pada pemberdayaan ekonomi mikro melalui program Kluster Mandiri wilayah Zona Madina di Desa Jampang, dengan mengacu pada indikator partisipasi kualitatif. Mitra wanita berpartisipasi aktif dalam program dan dapat menyeimbangkan waktu serta kewajibannya dalam rumah tangga mereka. Mitra wanita mampu memberdayakan dirinya seperti perubahan sikap dan perilaku, dan dapat merubah kondisi ekonomi keluarga, serta mampu berkegiatan diluar domestik (organisasi). 2. Judul Skripsi: Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Program

(21)

Perkotaan dengan Penggunaan Model Clear di Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara

Penulis: Irma Septiany, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia. Depok 2012.

Isi Pokok: Dari hasil penelitian ditemukan perubahan setelah adanya kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dikelurahan Kaliabang Tengah adalah proses menumbuh kembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh, dan untuk masyarakat Kelurahan Kaliabang Tengah sendiri atau masyarakat kelurahan Kaliabang Tengah intinya masyarakat menjadi mandiri untuk pembangunan lingkungannya.

3. Judul Skripsi: Partisipasi Masyarakat Terhadap Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kelurahan Kalisuren-Bogor

Penulis: Itba’ Muhammad Mahyana. Jurusan Kesejahteraan Sosial. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(22)

Mandiri di Kelurahan Kalisuren diwujudkan dalam pembentukan KSM, serta pembuatan proposal guna mengajukan usulan kredit untuk modal usaha walaupun ada sebagian masyarakatnya yang mengalami kesulitan dalam pembuatan dan perbaikan proposal, peran masyarakat juga diwujudkan dalam pelaksanaan program antara lain dengan mengikuti pelatihan pembuatan tempe serta mengajukan usulan program perbaikan infrastruktur jalan, serta sanitasi pembuangan air.

Skripsi ini dilakukan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, dari segi partisipasi masyarakat pada PNPM-MP di Kelurahan Petukangan Utara.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tahapan proses Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam PNPM MP. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini memakai pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap

(23)

adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Pendekatan kualaitatif ini peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan. 3 Menurut Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama.4

2. Macam dan Sumber Data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.5

a. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, dan wawancara.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).

3

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kuantitatif (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2, h. 39.

4

Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. Ke-3, h.1.

5

(24)

Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang informan, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.6

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dari sumber data, dalam hal ini peneliti datang ketempat yang diamati, tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut, melainkan melakukan pengamatan langsung bagaimana partisipasi masyarakat dalam PNPM-MP di Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Yang ingin didapatkan dari observasinya adalah memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang

6

(25)

holistic atau menyeluruh, memperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya, dan memperoleh kesan-kesan pribadi, dan situasi sosial yang diteliti.7

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumentasi merupakan perlengkapan dari pengguna metode observasi dan sample dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang dimaksud seperti kumpulan modul PNPM-MP, buku panduan pelaksanaan PNPM-MP, dan foto-foto pelaksanaan PNPM-MP di Kelurahan Petukangan Utara Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.8 Dalam hal ini peneliti menggunakan video recorder

untuk merekam selama melakukan wawancara dan observasi, serta menggunakan kamera ponsel sebagai dokumentasi dan bahan tambahan untuk penelitian ini.

4. Analisis Data

Sesuai dengan subjek penelitian partisipasi masyarakat, maka hal tersebut akan dikemukakan disini, menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

7

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5 h. 64

8

(26)

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.9

5. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Dan teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi. 10

6. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi tersebut didasari oleh adanya keingintahuan penulis terhadap bagaimana partisipasi

9

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: CV.Alfabeta, Agustus 2009), Cet-ke 5, h. 88

10

(27)

masyarakat dalam program insfrastruktur PNPM-MP di Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dalam menjalankan program penanggulangan kemiskinan/ pemberdayaan dan juga sebagai penambahan dan wawasan penulis dalam kajian pelaksanaan program PNPM-MP. Peneliti melakukan Penelitian dimulai bulan November 2013 sampai dengan selesai.

F. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2, tahun 2008.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

(28)

pemberdayaan, ciri-ciri pemberdayaan masyarakat, dan tahapan pemberdayaan masyarakat. Ketiga kerangka alur penelitian. BAB III Gambaran Umum meliputi :

Gambaran Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP), Latar Belakang PNPM-MP, Visi dan Misi PNPM-MP, Tujuan PNPM-MP, Fungsi dan Divisi yang bergerak di PNPM-MP, Struktur Organisasi, Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang Melandasi PNPM-MP

Kemudian Gambaran Umum Kelurahan Petukangan Utara, Letak Geografis, Jumlah Penduduk, Kondisi Pendidikan, Jenis Mata Pencaharian, dan Agama.

BAB IV Analisis Penelitian, merupakan bentuk analisa Program Nasioanl Pemberdayaan Masyrakat tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan (Pnpm-Mp): Studi Atas Pembangunan Gedung Paud Di Kelurahan Petukangan Utara, Pesanggrahan Jakarta Selatan

(29)

17 A. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Secara bahasa Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta dalam suatu kegiatan, peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan.1 Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan.

Dari sudut terminologi partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara melakukan interaksi antara dua kelompok, yaitu kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan dan kelompok yang selama ini melakukan pengambilan keputusan.2 Partisipasi masyarakat merupakan insentif moral sebagai

“paspor” mereka untuk mempengaruhi lingkup makro yang lebih tinggi,

tempat dibuatnya suatu keputusan-keputusan yang sangat menentukan kesejahteraan mereka.

Sedangkan partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam

1

Suharto drs & Tata Iryanto drs, Kamus Bahasa Indonesia (Surabaya: Penerbit Indah, 1996), h.192.

2

Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat

(30)

perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal.3 Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat.

Dengan adanya partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi terarah, sehingga rencana atau program pembangunan yang disusun itu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian pelaksanaan program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien.

Menurut Ach. Wazir Ws, Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.4

3

Rahardjo Adisasmita, Membangun Desa Partisipatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 34.

4

Ach. Wazir Ws., Panduan penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat

(31)

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.5

Mikkelsen membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:6 a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan;

b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

c. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

d. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

5

Isbandi Rukminto Adi, Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. (Depok: FISIP UI Press,2007).

6

(32)

f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.7

Sebagai suatu kegiatan, Verhangen (1979) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

7

(33)

Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut, dilandasi oleh adanya kesadaran yang dimiliki oleh yang bersangkutan mengenai: 8

a. Kondisi yang tidak memuaskan, dan harus diperbaiki;

b. Kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan manusia atau masyarakatnya sendiri;

c. Kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat dilakukan;

d. Adanya kepercayaan diri, bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang bersangkutan.

Yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) adalah:9 a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang

terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta

8

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2012), h.81.

9

(34)

mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. 2. Bentuk dan Tipe Partisipasi

(35)

uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.10

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program

10

(36)

maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia. Penjelasan mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan beberapa ahli yang mengungkapkannya antara lain:

Bentuk-bentuk kegiatan partisipasi menurut Dusseldorp (1981) yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa: 11

a. Menjadi anggota kelompok masyarakat;

b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok;

c. Melibatkan diri pada kegiatan organisasi untuk menggerakan partisipasi masyarakat yang lain;

d. Menggerakan sumber daya masyarakat;

e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan;

f. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

11

(37)

Terdapat dua bentuk partisipasi menurut Khotim (2004), yaitu partisipasi ide dan partisipasi tenaga. Partisipasi ide merupakan bentuk keterlibatan yang mengarah pada perumusan, perancangan, perencanaan kegiatan. Dalam proses pembangunan, partisipasi ide berada pada fase-fase awal. Sedangkan partisipasi tenaga, merupakan bentuk keterlibatan masyarakat secara fisik dalam aktivitas sosial. Bentuk partisipasi semacam ini mudah teridentifikasi, bahkan dalam konteks pembangunan partisipatoris semu, bentuk partisipasi tengalah yang lebih diakui. Dari kedua bentuk partisipasi tersebut dalam pelaksanaannya terwujud aktivitas individual dan komunal. 12

Sedangkan menurut Chapin bentuk-bentuk partisipasi, terdiri dari: 13 a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat

dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

b. Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis, dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang diberikan masyarakat. Tipe partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat kita sebut juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sekretariat Bina

12Adi Fahrudin, “

Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, h.39.

13

(38)

Desa mengidentifikasikan partisipasi masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, diantaranya:14

a. Partisipasi pasif/ manipulatif, karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi;

2) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat;

3) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

b. Partisipasi dengan cara memberikan informasi, karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;

2) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian;

3) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat. c. Partisipasi melalui konsultasi, karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;

2) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat;

3) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

14

(39)

4) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindak lanjuti. d. Partisipasi untuk insentif materil¸ karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya;

2) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya;

3) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

e. Partisipasi fungsional, karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;

2) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati;

3) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.

f. Partisipasi interaktif, karakteristiknya:

(40)

2) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik;

3) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

g. Self mobilization, karakteristiknya:

1) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;

2) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan;

3) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.15

Artinya, tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, memberikan indikasi adanya pengakuan pemerintah bahwa masyarakat bukan hanya sekedar objek atau penikmat hasil pembangunan, melainkan sebagai subjek atau pelaku pembangunan yang memiliki kemampuan dan kemauan yang dapat diandalkan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

15

(41)

Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi.

3. Manfaat Partisipasi

Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumber dana keuangan dan manajemen keuangan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respon masyarakat terhadap pembangunan atau dapat disebut sebagai partisipasi masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa, dan diterima oleh masyarakat yang mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern.

Dari uraian diatas perencanaan secara partisipatif diperlukan karena memberikan manfaat sekurang-kurangnya, yaitu: 16

a. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan mampu mengidentifikasi bidang atau sektor yang perlu dilakukan perbaikan, dengan demikian diketahui arah masa depan mereka. b. Anggota masyarakat dapat berperan dalam perencanaan masa depan

masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para pakar atau instansi perencanaan pembangunan dari luar.

16

(42)

c. Masyarakat dapat menghimpun sumberdaya dan sumber dana dari kalangan anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki masyarakat.

Adapula manfaat dari partisipasi yang akan dirasakan oleh masyarakat menurut Suratmo (1992) adalah sebagai berikut: 17

a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana pembangunan didaerahnya, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi baik yang positif maupun yang negatif, dan cara menanggulangi dampak negatif yang akan dan harus dilakukan.

b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah lingkungan, pembangunan dan hubungannya, sehingga Pemerintah dapat menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup.

c. Masyarakat dapat menyampaikan informasi dan pendapatnya atau persepsinya kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek yang akan terkena dampak.

d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang belum atau tidak ada dalam laporan Andal, sehingga kebijaksanaan atau keputusan yang diambil akan lebih tepat, karena didalam informasi tersebut pemerintah sering menemukan masalah-masalah yang penting bagi masyarakat yang belum terekam dalam laporan secara jelas terutama hal-hal yang tidak dapat dikuantitatifkan.

17

(43)

e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenal proyek tersebut termasuk dampak apa saja yang akan terjadi (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa saja yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif, sedang dari pihak pemerintah dan pemrakarsa proyek mengetahui pendapat masyarakat serta keinginannya atau hal apa yang diperlukan, sehingga salah paham atau terjadinya konflik dapat dihindari.

f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan dapat dinikmati dan apabila mungkin manfaat tersebut (dampak positif) dan ikut menekan atau menghindarkan diri terkena dampak negatif. g. Dengan ikut aktifnya masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup

sejak penyusunan Andal, biasanya perhatian dari instansi pemerintah yang bertanggung jawab dan pemrakarsa proyek pada maysarakat akan meningkat.

Pada dasarnya, interaksi merupakan kristalisasi dari faktor situasional beserta kognisi, keinginan, sikap, motivasi, dan respon. Latar belakang sosio-kultural, status sosial, dan tingkat kehidupan menentukan kesempatan dan kemampuan untuk turut dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi faktor-faktor yang menjadi pendukungnya, yaitu: 18

a. Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi.

18

(44)

b. Adanya kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorong/menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut.

c. Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, dapat berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya.

Menurut Sahidu (1998) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemauan masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif harapan, kebutuhan, hadiah, dan penguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal, kepemimpinan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor yang mendorong partisipasi adalah pendidikan, modal, dan pengalaman yang dimiliki.

Terdapat tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam proses pembangunan, yaitu: 19

a. Learning process

Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas kegiatan pelaksanaan program dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.

b. Institutional development

Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau lembaga sosial masyarakat merupakan daya tampung dan daya dukung sosial.

19

(45)

c. Participatory

Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat menggali kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).

Ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.20 Kekuasaan sering dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Pemberdayaan menunjukan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), tidak hanya bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. Dapat menjangkau sumber-sumber produktif yang memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan. Dan dapat pula berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.

20

(46)

Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara pemberdayaan, diantaranya sebagai berikut:

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).21

b. Pemberdaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang mempengaruhi keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.22

d. Pemberdaaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya (Rappaport, 1984).

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangakaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

21

Ibid, 22

(47)

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang demokratis yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

(48)

Pada dasarnya sasaran pengembangan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Pemberdayaan juga memiliki arti sebagai penyediaan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan bagi masyarakatuntuk meningkatkan kapasitas mereka, sehingga mereka bisa menemukan masa depan mereka berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dari definisi tersebut, dapat ditemukan kata kunci dalam pemberdayaan yaitu, penyedia sumberdaya, pemberian kesempatan, transformasi pengetahuan dan keterampilan.23

Menurut Shardlow pemberdayaan dapat disimpulkan dari berbagai pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.24

Banyak ahli yang telah membahas mengenai konsep pemberdayaan, salah satunya adalah Payne dalam Isbandi Rukminto Adi mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan pada intinya ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek

23Drs. Yusra Kilun M.Pd, Dkk, “

Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat Kampung badak Putih dan Kampung Satu Duit”, (Jakarta: CIDA, McGill University,

DEPAG RI, FDK UIN, 2007), h.57

24

(49)

hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.25

Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:26 a. Mampu memahami diri dan potensinya;

b. Mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), dan mengerahkan dirinya sendiri;

c. Memiliki kekuatan berunding, bekerja sama secara saling menguntungkan dengan bergaining power yang memadai;

d. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Upaya pemberdayaan masyarakat dengan cara memberikan dorongan motivasi, dan meningkatkan kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya guna.

Pemberdayaan dimaknai pula dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan

25

Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial”, h.162 26

(50)

berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan.

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi.

(51)

3. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.27

Dalam konteks ini pemberdayaan sebagai suatu proses yang terdiri dari berbagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta

27 Edi Suharto, “

(52)

melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.

4. Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat ciri-ciri sebagai berikut:28 a. Community leader: Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)

melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat terlebih dahulu. Misalnya camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya.

b. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majelis taklim, dan lainnya maerupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja upaya pemberdayaan masyarakat.

c. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengtahuan masyarakat dengan berbagai program-program.

5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan proses. Proses pemberdayaan seseorang atau masyarakat dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

28

(53)

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi seseorang atau masyarakat berkembang.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam hal ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan (input), serta membuka akses kepada berbagai peluang yang akan membuat dirinya menjadi makin berdaya memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan secara pasti dapat diwujudkan, tetapi tidaklah berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalam pproses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan memberikan dorongan dan semangat untuk berubah.29

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan mempunyai kesematan untuk mengadakan pilihan-pilihan, setidaknya harus ditempuh melalui beberapa tahapan dan proses dalam pengembangan masyarakat:30

a. Tahapan persiapan.

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development), dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antar anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan mengenai persiapan lapangan,

29

Gunawan Sumadiningrat, “Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat”, h. 165

30

(54)

petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran baik secara formal ataupun nonformal.

b. Tahapan Assessment.

Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan)dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat juga digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahap ini agen perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mereka menghadapinya.

d. Tahapan Formasi Rencana Aksi.

Pada tahapan ini community worker membantu kelompok untuk merumuskan dan menentukan program kegiatan yang akan mereka lakukan untuk mengatasi masalah.

e. Tahapan Pelaksanaan (Implementasi).

Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerja sama antar agen perubahan dan warga masarakat maupun kerjasama antar warga.

(55)

Tahap ini merupakan tahapan akhir hubungan secara formal dengan komunitas sasaran yaitu tahap pemutusan, tetapi terminasi seringkali terjadi bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi karena proyek sudah harus dihentikan dan karena sudah melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan atau karena anggaran sudah habis dan tidak ada penyandang dana yang dapat meneruskan.

C. Kerangka Alur Penelitian

Berpijak pada dua konsep penelitian yaitu partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini sejauh mana masyarakat dapat memberikan swadaya atau partisipasi berdasarkan dengan teori yang sudah peneliti jelaskan. Berikut bagan kerangka alur penelitian :

Bagan 1: Kerangka Alur Penelitian PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

PARTISIPASI MASYARAKAT Bentuk Nyata:

Uang

Harta benda

Tenaga

Keterampilan

Bentuk Abstrak:

Partisipasi buah pikiran

Partispasi Sosial

Partisipasi dalam pengambilan keputusan

(56)
(57)

45

A. Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

1. Latar Belakang PNPM Mandiri Perkotaan

Pada awalnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dilaksanakan sejak tahun 1999 yang merupakan suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dalam menanggulangi kemikinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Latar belakang kemunculan PNPM Mandiri Perkotaan didasari pemikiran mengenai permasalahan kemiskinan di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan. Ciri umum kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, kualitas perumahan dan permukiman dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu.

(58)

masyarakat tersebut, bertujuan menciptakan kemandirian dan keberkelanjutan kemampuan menyampaikan aspirasi serta kebutuhan berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.1

Sejak awal pelaksanaannya hingga saat ini, telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat, melalui 243.838 KSM.

Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007 PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50 % ditahun 2015.

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri, maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan.

1

(59)

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :

a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

2. Visi, Misi PNPM Mandiri Perkotaan a. Visi PNPM Mandiri Perkotaan

(60)

b. Misi PNPM-MP

1) Terbangunnya BKM yang yang dipercaya, aspiratif, representative, dan akuntabel untuk mendorong dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat.

2) Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat, serasi, berjati diri, dan berkelanjutan.

3) Terbangunnya forum BKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah. 4) Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota/ kabupaten

dalam PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan kapasitas fiskal daerah. 3. Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan

a. Tujuan Umum:

Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

b. Tujuan Khusus:

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Tabel 1 Jumlah Penduduk Tiap RW ...........................................................
Gambaran Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Konflik dalam diri individu yaitu setiap individu mempunyai keinginan, cita- cita dan harapan, namun tidak semua keinginan dan harapan dapat dipenuhi sehingga menimbulkan

Ide pembentukan KPH pada wilayah tersebut sangat menarik dari sisi penguasaan lahan hutan karena kawasan hutan seluas sekitar 54.000 ha tersebut, yang terdiri atas Hutan

Berdasarkan hasil analisis statistic dengan pengujian Rank Spearman diperoleh nilai  = 0,721 ; p-value = 0,001 (p<0,05), sehingga kesimpulan yang diambil dalam

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Responden diminta untuk menunjukkan pilihan antara sangat tidak setuju (poin 1) sampai dengan sangat setuju (poin 5) dari setiap pertanyaan yang diajukan..

Walaupun perlakuan tanah pembibitan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kejadian penyakit dan indeks (keparahan) penyakit di lapangan, tetapi dengan perlakuan

Peneliti akan mengambil seluruh pihak dalam Kepolisian Resort Kota Surabaya untuk diambil pendapat maupun keterangannya terhadap judul penelitian sebagai populasi sebagai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra