• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Aborsi Bagi Wanita Korban Incest Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Jenayah Malaysia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hukum Aborsi Bagi Wanita Korban Incest Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Jenayah Malaysia"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

•••TD

111

Disusun Oleh:

dari

ャQセl@

N.), lnrluk

t. :ifikasi

.

セ@

... oT ... _

, ... ::: ... :: .. F.12

セZZq@

: .Q ..

U ..

0 .. ;;;; ....

!?. ... :: .•

?.{8"

t!J

8,

...

,

MOHAMAD AKRAM BIN MOHD SHARIFF NIM: 107044103861

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHW AL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

(2)

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG JENA Y AH MALAYSIA

1:::.:cR:...:P:.:;Uc:.S-T_A_KAA_N UT AMA

1

1 !JIN SYAHID JAKARTI',

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun Oleh:

MOHAMAD AKRAM BIN MOHD SHARIFF NIM: 107044103861

'(\!

Dr. Hj. Mesrami, M.Ag

NIP : 150326895

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing II

Hotnida Nasution, S.Ag, M.A. NIP: 150282631

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUD I AHW AL AL-SY AKHSHIY AH

FAKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

MENURUT HUKUM !SLAM DAN UNDANG-UNDANG JENA Y AH MALAYSIA telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UJN) Syarif Hidayatullah Jakaita pada 8 Disember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sai:iana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyah (SAS).

Jakaita, 8 Disember 2009

uhammad Amin Suma SH,MA,MM NIP. I 95505051982031012

PAN/TIA VJ/AN

I. Ketua : Drs. H.A. Basig Djalil, SH, MA. NIP. 195003061976031001 2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH.

NIP. 197202241998031003 3. Pembimbing I : Dr. Hi. Mesraini, M.Ag.

NIP. 150326895

4. Pembirnbing II : Hotnida Nasution, S.Ag, M.A.

5. Penguji I

6. Pengt\i i II

NIP. 197106301997032002 : Drs. H.A. Basig Djalil, SH, MA.

NIP. 195003061976031001 : Kamarusdiana, S.Ag, MI-I.

NIP. 197202241998031003

( ... 11····"-···)

セMMM

(

..

/...

)

-(. ..

GHヲエセ@

)

(

....

セセᄋセᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋI@

(

...

セ@

...

:

...

)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk mernenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya eantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlalrn di Universitas Islan1 Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasi 1 karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,9 Januari 2010 M 21 Muharam 1431 H

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadrat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah melimpahkan kepada penulis, sehinggga dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, Rasul paling mulia dan penutup para Nabi, serta iringan doa untuk keluarga, sahabat dan seluruh pengikut yang setia sampai akhir zaman.

Alhamdulilah dengan berkat rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu terima kasih yang tidak terhingga kepada insan yang dicintai Ayahanda dan lbundaku, Haji Mohd Shariff bin Haji Shaari dan Rajah Kholizah binti Haji Ngah Shaari, yang sentiasa mengisi di seluruh ruang hatiku dengan segala pengorbanan mereka telah memberikan didikan, perhatian, kasih sayang, semangat dan memberikan tunjuk ajar sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa juga proses penyelesaian skripsi ini karena bantuan berbagai pihak. Oleh itu, penulis ingin ucapkan terima kasih kepada bapak:

(6)

2. Drs. H. A. Basiq Djalil,Sh, MA, dan Ors Kamarusdiana S. Ag, MA, masing-masing selaku ketua sekretaris jurusan Ahwal Syakhshiyyah.

3. Dr. Hj. Mesraini, MA dan Ors Hotnida Nasution, masing-masing selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran dan banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran bagi penulis.

4. Seluruh penghargaan dan penghormatan kepada Ustaz dan Ustazah di APID Manjung, Perak, Ustaz Eddy, Ustaz Ibrahim, Ustaz Idham, Ustaz Fuzi, Ustaz Baha, Ustazah Zuraida, dan seluruh warga APID yang memberikan tunjuk ajar, dorongan, semangat, kesabaran dan bersama dalam pahit dan manis tidak akan kulupakan kenangan-kenangan yang dilalui semasa di APID. 5. Ayahandaku, Haji Mohd Shariff bin Haji Shaari dim ibundaku, Hajah

Kholizah binti Haji Ngah Shaari yang banyak memberi sokongan dan dorongan kepada penulis. Tidak lupa juga kepada kakak, kak cik, abang edi, abang nyah dan abang uda yang banyak member sokongan dan meluangkan masa bersama penulis.

(7)

telah diberikan.

8. Semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat yang berada di Malaysia. Demikian, akhimya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT membalasnya dengan ganjaran yang setimpal. Dan segala kritikan akan diterima dengan baik.

Jakmta, 9 Januari 2010M 21Muharam1431H

(8)

KATA PENGANTAR •.•...•...•...•... i

DAFT AR ISI ... iv

BAB 1: BAB II: BAB III: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perbatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Pen el itian ... 5

D. Review Studi Terdahulu ... 6

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

PENGERTIAN ABORSI SERTA PERMASAJLAHANNYA A. Proses Awai Kejadian Manusia Sebelum Lahir. ... 13

B. Pengertian Aborsi dan Macam-macamnya ... 19

C. Teknik Pelaksanaan Aborsi ... 25

D. Faktor dan Dampak Terjadinya Aborsi.. ... 29

IDENTIFIKASI UNDANG-UNDANG JENAYAH MALAYSIA A. Konsep Jenayah Di Malaysia ... 34

B. Latar Belakang Akta 574 Kanun Keseksaan Malaysia ... 36

(9)

BABV:

MALAYSIA

A. Pengertian Wanita Inses Dalam Jenayah Aborsi ... 54 B. Pandangan Imam Mazhab Mengenai Aborsi ... 55 C. Pandangan Undang-Undang .Tenayah Malaysia dan

Hukum Islam Terhadap Aborsi Bagi Wanita lnses ... 64 D. Analisis Penulis ... 70

PENUTUP

A. Kesimpulan ....•... 77 B. Saran-saran ... 79

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zaman globalisasi kini membuat nilai-nilai agama kurang di praktekkan di dalam masyarakat. Manusia seakan lupa bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah ujian dan sementara. Firman Allah taala :

( 1 DA

:i/

ulyc

jiIMAMGセセ|セ[Z@

Gセヲゥ[Z[NZオt@

3_;.;,;j\

l.:j

Artinya "Dan tidaklah kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan".(Q.S ali 'Imran 3 : 185)

Umat Islam sekarang sedang dilanda berbagai masalah, baik dari sudut ekonomi, politik maupun sosial akibat kelalaian menumti pe1intah Allah. Masalah sosial yang menimpa umat Islam kini semakin parah, baik itu pada orang dewasa, remaja maupun anak sekolah.1

Suatu kenyataan yang tidak dapat di pisahkan bahwa di dalan1 pergaulan hidup manusia, individu maupun kelompok, sering terjadi penyimpangan terhadap norma-nom1a dalam pergaulan hidupnya. Berbagai

1

Maltjudin, Masai/ul Fiqhiyyah "Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam

(11)

benhik penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat kemungkinan karena kurangnya mengamalkan ajaran Islam di dalam kehidupan.

Hasilnya terjadilah jenayah seperti kesalahan pemerkosaan, homoseksual, perzinaan dan pelbagai lagi bentuk kesa.lahan yang berlaku. Malah yang lebih parah lagi, pasangan zina itu adalah orang yang mempunyai kaitan hubungan darah seperti bapak sama anak perempuannya, abang sama adik perempuannya, ibu sama anak lakinya dan sebagainya lagi.

Kehidupan free sex yang dijadikan acuan dalam kehidupan berdampak banyak te1jadinya kehan1ilan di luar pemikahan sehingga menimbulkan kepanikan baik bagi wanita yang bersangkutan maupun keluarganya. Unhik menghindari rasa malu dan bersalah, maka sebagian mereka ada yang melakukan aborsi (menggugurkan kandtmgan) sebagai jalan keluar. Disamping itu praktek aborsi juga dilakukan oleh wanita yang hamil dari suami yang sah tetapi kehamilan tersebut tidak dikehendaki karena berbagai alasan.

(12)

dalam perang mana pun dalam sejarah negara itu. Jika dihitung secara total, dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi orang yang meninggal dalam semua perangjika digabungkan sekaligus.2

Jika kita kembali melihat aturan hukum Islam mengenai hal ini, maka kita akan mengetahui bahwa hukum Islam tidak mengabaikan masalah yang terjadi kepada umatnya atau kepada masyarakat lainnya. Agama Islam melarang praktek aborsi dilakukan. Namun hukum Islam memberikan keringanan jika adanya uzur (alasan) yang muktabar (dibenarkan). Alasan yang dibenarkan ini disyaratkan dengan adanya ketentuan dari ahli hukum Islam. tim medis dan para ilmuan. Di antaranya karena mengalami sakit berat seperti kanker stadium lanjut, kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu, janin dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan, janin yang disahkan menderita HIV dan pelbagai alasan lagi yang dibenarkan mengikut ketentuan hukum Islam.

Perbuatan aborsi ini juga dilarang di sebagian negara salah satunya Malaysia. Di Malaysia, segala bentuk tindakan kesalahan atau jenayal1 diawasi oleh undang-undang jenayah termasuklah tindakan jenayah aborsi. Aborsi adalah satu perbuatan jenayah yang berat yar1g dapat dikenakan

2

(13)

hukuman berat. Jenayah aborsi dapat ditetapkan sebagai suatu kesalahan dalam undang-undang jenayah Malaysia sebagaimana tercantum dalam pasal 312,313,314,315,316,317 dan 318 Akta 574 Kanun Keseksaan (penal code).

Dengan demikian, baik menurut hukum Islam ataupun menurut undang-undang jenayah di Malaysia, aborsi adalah suatu perbuatan yang dilarang. Namun, bagaimanakah dengan aborsi bagi wanita yang menjadi korban inses? Karena di satu sisi perbuatan aborsi ini adalah dilarang karena melanggar etika, moral dan agama, akan tetapi di sisi lain korban inses tidak bisa dikawinkan dengan si pelaku untuk menutup masalah kehamilan yang terjadi. Bahkan resiko yang lebih fatal lagi tentang masa depan si anak yang dikandung oleh korban inses tersebut. Masa depan si anak jauh lebih suram dan terzhalimi karena menanggung aib bahwa ayah biologisnya adalah muhrim dari ibunya sendiri. Oleh karena itu, apakah kehamilan karena korban inses bisa dijadikan alasan untuk melakukan tindakan aborsi?

(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan di dalam skripsi ini tidak melebar luas dan !ebih terfokus dan sistematik, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah aborsi bagi wanita inses ini dari sudut hukum Islam dan undang-undang jenayah Malaysia dalam Akta 574 Kanun Keseksaan khususnya ditinjau dari perbedaan dan persamaan hukum dan hukumannya.

2. Perumusan Masalah

Semakin banyak wanita menjadi korban inses yang ingin mengakhiri kehamilannya dengan melakukan aborsi sedangkan aborsi adalah suatu ha! yang dilarang dalam huknm Islam dan undang-undang jenayal1 di Malaysia .Berdasarkan latar belakang di atas, pennasalahannya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan seperti berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam dan undm1g-undang jenayah Malaysia terhadap aborsi bagi wanita korban inscs?

2. Bagaimana hukuman yang dikenakan terhadap aborsi bagi wanita korban inses menurut huknm Islam dan undang-undang jenayah Malaysia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(15)

I) Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan undang-undang jenayah Malaysia terhadap aborsi bagi wanita korban inses.

2) Untuk mengetahui hukuman yang dikenakan terhadap aborsi bagi wanita korban inses menurut hukum Islam dan undang-undang jenayah Malaysia.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

I. Memperkaya wawasan intelektualitas bidang hukum dalam masalah aborsi

2. Untuk memberi sumbangan karya ilmiah dan JUga sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengatahuan dan Iiterasi pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

D. Review Studi Terdahulu

No

1

Beberapa penelitian yang penulis temukan dalam membahas kajian yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah:

Judul dan Tahun Keterangan Perbedaan

Tinjauan Hukum Penulis membatasi Penul:is lebih Islam Dan Hukum ruang lingkup mengfokuskan

(16)

Aborsi (Analisis aborsi menurut Hukum menjadi korban inses Keputusan Islam dan Hukum menurut pandangan Nomor:694 Positif. Perumusan Hukum Islam dan PID.B/2003/PN.JKT yang dibabas mengenai Undang-Undang Jenayah .BAR) 2008. ketentuan tindak pidana di Malaysia. Perumusan terhadap pelaku aborsi ya11g dibabas lebih menurut Hukum Islam kepada mengkaji dan Hukum Positif, persamaan dan perbedaan persamaan dan dalam keizinan dan perbedaan antara hukuman yang dikenakan Hukum Islam dan menurut Hukum Islam Hukum Positif tentang dan Undang-Undang pemidanaan tindak Jenayab di Malaysia. pidana aborsi dan

pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap

putusan hakim

(17)

2

pelaku tindak pidana aborsi.

Hukum Aborsi Bayi Penulis melakukan Penelitian yang di Terdeteksi Virus pembatasan serta lakukan oleh penulis HIV menurut MUI ( membuat perumusan sang at berbeda karena Majlis Ulama masalah aborsi bagi penelitian penulis lebih Indonesia) 2009 bayi yang terdeteksi terfolms

virus HIV menurut perbandingan

kepada an tar a pandangan

Ulama

Majlis Hukum Islam dan Indonesia Undang-Undang Jenayah (MUI). Penulis lebih di Malaysia. Selain itu, mengkaji fatwa MUI permasalahan lebih tentang hukum aborsi tertumpu kepada aborsi bayi yang terdeteksi yang dilakukan oleh virus HIV. wanita yang menjadi

(18)

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah karangan atau penulisan, maka metode pengumpulan dan pengolahan data memainkan peranan yang penting. Hal ini sangat mempengaruhi tLUtJan penulisan yang ingin di tuju.

I. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian yang bercorak kepustakaan (Library Research) yaitu dengan cara mengumpul, membaca dan mengkaji buku-buku, kitab-kitab dan kepustakaan lain yang ada hubungan dengan penulisan skripsi ini.

2. Sumber Data

Data yang diperlukan di dalam penulisan ini ada yang bersifat primer dan sekunder. Untuk data yang bersifat primer penulis merujuk kepada undang-undang jenayah Malaysia yaitu di dalam Akta 574 Kanun Keseksaan dan kitab-kitab fikih yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui artikel-artikel, internet, dan karya iimiah.

3. Metode Pengumpulan Data

(19)

kabar, majalah, catatan atau sebagainya yang berkaitan dengan , masalah yang di bahas.

4. Metode Pengolahan Data

Dalam mengolah · data, penulis menggunalcan teknik kualitatif yaitu data yang ada diolal1 untuk disusun ulang agar dapat menjadi bagian yang menyatu dari teks-teks skripsi. Maksudnya data yang telal1 dikumpulkan diolal1 dan disusun agar mudah dibaca dan difahami. 5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data yang ada, pe:nulis menggunakan metode analisis data yang berbentuk komparatif yakni perbandingan diantara hukum Islam dengan undang-undang jenayah Malaysia dalam Akta 574 Kanun Keseksaan tersebut.

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

(20)

bab dengan bab yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah seperti berikut:

BAB I : Dalam bab ini penulis menyajikan gambara:n pendahuluan yang terdiri da:ri latar belakang ma:salah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Dala:m bab ini, penulis membahas ga:mbaran umum mengenai aborsi bermula da:ri proses awal kejadian ma:nusia sebelum lahir, pengertian dan maca:m-maca:m bentuk aborsi, teknik pelaksana:an aborsi serta faktor dan da:mpak aborsi.

BAB III : Pada bab ini akan dibahas mengenai Konsep Undang-Undang Jenayah di Malaysia, Sejarah kanm1 keseksaan Malaysia, dan ga:mbaran umum Akta 574 Kanm1 Keseksan.

(21)

undang-undang jenayah Malaysia terhadap aborsi bagi wanita inses dan analisis penulis dalam mencari titik persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan undang-undang jenayah Malaysia tentang hukum aborsi bagi wanita inses.

(22)

TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI

A. Proses Awai Kejadian Manusia Sebelum Lahir

1. Tahap Pertumbuhan Janin Dalam Rahim

Di dalam al-quran dan hadis ada membicarakan tentang proses perkembangbiakan (reproduksi) manusia dengan menyebut tempat-tempat mekanisme yang tepat serta tahap-tahap reproduksi tanpa keliru sedikit pun. 1 Di dalam sebuah hadis yang masyhur menceritakan kepada kita bagaimana tahapan pertumbuhanjanin yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiallahu'an.

セセ@

J.l. 4.S.b

0§.i

セ@

4lhi

L..J:!

セI@

<1...i

セ@

<)·

セ@

セ@

セNN「Ni@

0]

tj)-! y>},i.J (...9>11

セ@

セ@

.AWi

"'-:!ll

J...,.>.J

セセャ「セセ@

0§.i

セ@

GHセNNNY@

エェNjセャ@

ol...9.J)

セI@

セNNNY@

4..l.c

...9

4.4.i.J

<l.Sj.J

y:;s.,

uWS

Artinya: "Sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan di dalam rahim ibu selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), lalu menjadi a'laqah (segumpal darah) dalam waktu yang sama, lalu terjadi/ah mudhghah (segumpal daging) dalam jangka waktu yang sama. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat empat perkara yang telah ditentukan yaitu, rezeki, ajal, amal dan sengsara atau bahagianya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

1 Saifullah, Aborsi dan permasa/ahannya, suatu kajian hukum Islam, dalam bukunya

Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ansyary AZ, Prob/ematika Hukum Islam Kontemporer,(Pustaka

Firdaus:2002),jilid 2, h. 134.

2

Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisyaburi, Shahih Muslim, jilid

ke-2, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), h. 549.

(23)

14

Untuk menjelaskan lagi tentang kisah di atas, penulis akan coba membahas semampu yang mungkin mengikut pertahapan.

a. Tahap Nuthfah

Tahap nuthfah yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah setetes air mani yang berasal dari tulang sulbi laki-laki. Maksud ini dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

( セ@ ;Vi I .:,L..,.;'J\)

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur (dari pati benih lelaki dan perempuan), yang Kami hendak mengiljinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami jadikan dia berkeadaan mendengar dan melihat. "(Q.S. al-Insan:76:2)

Dalam ayat lain yang menceritakan bahwa manusia berasal dari setetes air mani direkam di dalam firman Allah taala :

Artinya : "Bukankah ia berasal dari air mani yang dipancarkan (ke dalam rahim)"(Q.S. al-Qiyamah:75:37)

(24)

sulbi lelaki dan tulang dada perempuan. "(7) (Q.S. at-Thariq: 86:5-7)

Artinya : "Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?(J8) Dari setetes air mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya." (Q.S. 'abasa: 80 : 18-19)

Sperma yang berasal dari laid-laid akan bertemu dengan ovum perempuan sehingga terjadi pembuahan dan bersarang di dalam rahim(uterus)

perempuan. Dengan demikian, yang di maksud nuthfah adala11 setetes air mani yang keluar dari tulang shulbi (tulang belakang) seorang laki-laki lalu bersarang di <lalam rahim wanita. Seorang anak tidak akan terbentuk kecuali dari kedua jenis air tersebut.3 Maurice Bucaille meringkas pemyataan··pemyataan dalam al-Quran yang menggambarkan pekembangan janin pada fase nuthfah sebagai berikut:4

I) Sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan 2) Campuran cairan pembuahan

3) Penanaman telur yang telah dibuahi 4) Evolusi embrio

3

Tim Pustaka Ibnu Katsir, Shahih Tafeir lbnu Katsir, (Bogor; Pustaka Ibnu Katsir, 2009, h. 547.

4 Maurice Bucaille, Dari Mana Manusia Berasa/ Antara Sains, Bibel dan Al-Quran, terj.

(25)

b. Tahap 'alaqah

Perkembangan janin selaitjutnya adalah pertumbuhan pembuahan antara sperma dan ovum yang menjadi zat (sesuatu) yang melekat pada dinding rahim yang di dalain al-quran di sebut 'alaqah.

Firman Allah SWT :

Artinya: "la menciptakan manusia dari segumpal darah. " (Q.S. al-'alaq: 96:2)

Artinya : "Kemudian air mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya." (Q.S. al-Qiyaainah:75:38)

Al-Qurthubi mengatakan bahwa firman Allah "dari segumpal darah" menggunakan bentuk jainak, karena yang disebut manusia adalah hasil dari gabungan. 'alaq adalah darah yang lembab, disebut demikian karena ia mengait ('allaqa) apa yang dilewatinya karena ia basah.5

c. Tahap Mudhghah

Mudhghah berarti daging yang seukuran kunyahan. Ibnu Katsir mengatakan mudhghah itu adalah sepotong daging yang tidak memiliki

5

Ahmad bin Rusyd Al-Qurtubi, I 405H, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar Al-Ma'rifah, dalam bukunya Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Wanita,

(26)

- ·

bentuk dan belum memiliki ukuran.6 Dari penjelasan di atas, janin telah melewati tiga tahapan yaitu nuthfah, 'alaqah dan mudhghah sebelum ditiupkan ruh di dalanmya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pati (yang berasal) dari tanah; Kernudian Kami jadikan ''pati" itu (setitis) air benih pada penetapan yang kukuh; Kernudian Kami ciptakan air benih itu menjadi sebuah darah beku lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna kejadian itu Kami bentuk dia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya. maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik-baik Pencipla. "(Q.S.al-Mukminun:23: 12-14)

Tahapan Hari

Nuthfah 40

'alaqah 40

Mudghah 40

6

(27)

2. Tahap Peniupan Ruh Ke Janin

Setelah melalui tiga tahapan selama empat bulan tersebut, pertumbuban janin semakin berkembang dan sempurna dengan ditiupkannya ruh ke dalamnya. Pemyataan bahwa rnh ditiupkan ke dalam j anin setelah be1U1Uur empat bulan dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud yang terdahulu7• Di dalam al-Quran juga disebutkan dalam

firman Allah Taala :

Artinya : "Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya, serta meniupkan ke dalamnya (tubuh) ruh dan ia menjadikan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (<1kal fikiran), (supaya kamu bersyukur), tetapi amat/ah sedikit kamu bersyukur".(Q.S.

al-Sajadah:32:9)

Al-Qmthubi berkata, "para ulama tidak berbeda pendapat bahwa peniupan ruh pada janin terjadi setelah janin bernsia seratus dua pulub hari, yaitu empat bulan penub sewaktu masuk ke bulan kelima sebagaimana yang telah dijelaskan oleh beberapa hadits yang kemudian ditakwilkan sesuai dengan hukum-hukum yang dibutubkan."8

7

Rujuk teks hadis di halaman 13.

' Ahmad bin Rusyd Al-Qurtubi, I 405H, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar Al-Ma'rifah, dalam bukunya Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Wanita,

(28)

B. Pengcrtian Aborsi dan Macam-macamnya

I. Pengcrtian Aborsi

Dalam kamus istilah GKBN (Gerakan Keluarga Berencana Nasional), aborsi diartikan sebagai keluarnya basil konsepsi sebagian atau seluruhnya yang dapat terjadi secara spontan atau sengaja sebelum kebamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.9 Menurut istilah kedoktoran, aborsi berarti pengakhiran kebamilan sebelum bayi bernmur 28 minggu atau sebelum bayi mencapai berat 1000 gram.10

Menurnt Saifullah sebagaimana yang tertulis dalarn buku Problematika Hukum Islam Kontemporer bahwa yang dimaksud dengart aborsi adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan atau konsepsi (pembuahan) dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelun1 tiba masa kelahiran secara alami.11Sardikin Gina Putra dalam buku Masai! Fiqhiyah yang ditulis oleh Masjfuk Zuhdi mengartikan aborsi sebagai pengakhiran masa kebamilan atau basil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sedangkan Maryono Reksodiputra dalam buku yang sama memahami aborsi sebagai pengeluaran basil konsepsi dari rahim sebelum waktunya ( sebelum dapat lahir secara alamiah).12

9 Anonim,"Abortus", Kamus Istilah Gerakan Keluarga Berencana Nasional, (Jakarta:

BKKBN, 1990), h I.

10

Fakhruddin, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994) h, 33.

11

Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer,

jilid 2, h. 129.

12

(29)

Lebih umumnya, Abdul Mohsin Ebrahim mengemukakan bahwa maksud aborsi adalah pengakhiran kehamilan, baik secara tidak sengaja, spontan, atau akibat penyakit biomedical internal, maupun dengan cara yang di sengaja melalui

• 13

campur tangan manusia.

Jika diteliti dengan lebih baik, aborsi sering diarah kepada suatu tindakan yang disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda kehidupan di dalam rahim. Kata aborsi dan abortus sering digunakan masyarakat secara bergantian. Sebenarnya kata abortus digunakan dalan1 istilah kedokteran dan kata aborsi sering digunakan dalan1 percakapan masyarakat.14 2. Macam-macam Aborsi

Keguguran bisa terjadi dengan sendirinya ( secara alami) dan juga bisa terjadi karena campur tangan manusia. Dari penjelasan definisi di atas, secara umum pengguguran kandungan dapat di bagi dalam lima macam yaitu aborsi spontan, aborsi karena darurat, aborsi karena khilaf atau tidak sengaja, aborsi yang menyerupai kesengajaan dan aborsi buatan yang sengaja dan terencana.15

a. Aborsi Spontan (al-isqatlt al-1/zaty)

Aborsi spontan (al-isqath al-dzaty) artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar atau gugur dengan sendirinya.

13

Abu! Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, kontrasepsi dan mengatasi kemandulan,

(Bandung: Pustaka Mizan, 1997), h. 25.

14

http. www.aborsi.org/definisi.htm, di akses 12: I 0, 5 Novernb•er 2009.

15 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Prempuan,

(30)

Kebanyakkan aborsi spontan disebabkan oleh kelainan kromoson dan hanya sebagian kecil disebaban oleh infeksi, kelainan rahim serta kelainan honnon.16 Sebagian para ulama mengatakan bahwa pengguguran seperti ini disebut dengan al-isqath al-'afiv yang berarti penggguguran yang dimaafkan, karena pengguguran seperti ini tidak menimbulkan akibat hukum.17

Di dalam istilah kedokteran, paling tidak, ada empat jenis keguguran kandungan spontan yang berbeda dapat dikenal yaitu18:

1. Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadinya aborsi. Dalam ha! demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat dilaksanakan.

2. Abortus Incipiens (inevitable abortion) artinya terdapat gejala akan te1jadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam ha! demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

3. Abortus Incompletus, yaitu apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada di dalarn rahim. Pendarahan yang te1jadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal dan untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

16

Ibid.

17 Huzaimah Tahido Yanggo,

Masai/ Fiqhiyah Kajina Hukum Islam Kontemporer,

(Bandung: Angkasa, 2005, Cet.l, h.193.

18

(31)

4. Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim dimana keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.

b. Aborsi karena pengobatan atau karena darurat ( a/-isqatlt al-dltaruryl

al- isqatlt 'ilajiy)

Aborsi karena darnrat atau pengobatan (.isqath dharury/ al-isqath al-'ilajiy), misalnya aborsi yang dilakukan karena ada indikasi fisik yang dapat mengancam nyawa ibu bila kehamilannya dilanjutkan. Dalam ha! ini yang dianggap lebih ringan risikonya adalah mengorbankan janin, sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan. Kaidah fikih yang mendukung dalam masalah ini adalah: "apabila ada dua kerusakan yang saling berlawanan, maka yang diperhatikan yang lebih besar bahayanya

dengan melakukan yang lebih ringan bahayanya. 19 Misalnya dalam ha! ini, apabila ibu hamil harus makan obat untuk menyelamatkan nyawanya, sedangkan obat itu bisa memudharatkan kandungannya, maka yang diperhatikan adalah nyawa ibu hamil tersebut dengan melakukan yang lebih ringan bahayanya yaitu memakan obat karena dalam kondisi seperti ini nyawa ibu adalah yang lebih besar bahayanya di banding kandungannya.

19 Abdul Karim Zaidan,

Al-Wajiz JOO Kaidah Fikih Da/am Kehidupan Sehari-hari,

(32)

40.

c. Aborsi karena khilaf a tau tidak sengaja (kllata')

Aborsi seperti ini dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja

(khata' ), misalnya seorang petugas kepolisian tengab memburu pelaku tindak kriminal di suatu tempat yang ramai pengunjung. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaba menembak pe11jahat tersebut, tetapi pelurunya menyasar kepada tubuh ibu han1il sehingga menyebabkan ia keguguran.

Hal serupa bisa juga terjadi, ketika seorang polisi hendak mempcrkarakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh seorang wanita yang sedang hamil, karena ia takut, stres berat dan jiwanya guncang hingga mengakibat keguguran. Tindakan polisi tersebut tergolong dalam tindakan aborsi yang tidak sengaja atau khilaf.

d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syiblt 'amd)

Aborsi dilakukan dengan cara yang menyerupai kesengajaan ( syibh 'amd ). Misalnya seorang suami menyerang istrinya yang sedang hamil muda hingga mengakibatkan ia keguguran. Dikatakan menyerupai kesengajaan karena serangan memang tidak ditujukan langsung kepada janin, tetapi pada ibunya. Kemudian akibat serangan tersebut, janin terlepas dari tub uh ibunya atau keguguran. 20

(33)

Menurut fikih, pihak penyerang harus diberi hukuman dan hukuman semakin berat jika janin ketika keluar dad perut ibunya sempat memberikan tanda-tanda kehidupan misalnya, menangis atau bergerak-gerak. Kasus seperti ini pernah tejadi di masa Rasulullah SAW, di mana dua orang perempuan dari Bani Huzhail berduel saling melemparkan batu, salah satu di antara mereka tengah hamil, karena kepayahan dan kurang

. akh" kur d . I 21

ges1t 1rnya tersung an mernngga .

Sebelum menghembuskan napas yang terakhir, bayi yang dikandungnya keluar dalam keadaan mati. Nabi mernutuskan bahwa yang bertanggung jawab dihukum dua denda sekaligus, yakni membayar uang tebusan berupa 50 ekor unta (diyat kamilah) atas kematian ibunya dan kompensasi lengkap senilai lima ekor unta (ghurrah kamilah) atas kematian bayinya. 22

e. Aborsi sengaja dan terencana (al-'amd)

Aborsi yang dilakukan dengan sengaja dan terencana tanpa dasar indikasi medis misalnya seorang ibu sengaja merninum obat terlarang dengan maksud agar kandungannya gugur atau ia sengaja menyuruh orang lain (dokter, dukun dan sebaginya) untuk menggugurkan kandungannya. Aborsi seperti ini biasanya bertujuan untuk meniadakan hasil hubungan

(34)

seks diluar pemikahan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

Dalam istilah kedokteran aborsi ini disebut abortus provocatus criminalis. Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dapat dipidana karena melakukan perlanggaran terhadap hak anak manusia. Sanksinya menurut fikih adalah hukuman yang setimpal sesuai usia kandungan. Termasuk juga dalam abortus provocatus criminalis adalah

menstrual regulalion (pengaturan menstruasi). Pengaturan menstruasi biasanya dilaksanakan bagi wanita yang merasa terlambat waktu menstruasi atau datang bulannya dan berdasarkru1 hasil pemeriksaan laboratorium yang temyata positif dan mulai mengandung. Dalan1 keadaan demikian, wanita itu meminta kepada doktor w1tuk membereskannya. 23

C. Teknik Pelaksanaan Aborsi

Untuk melakukan pengguguran (abortus) berbagai cara yang dapat ditempuli. Ada 3 macrun cara aborsi yang dapat dijelaskan di sini :

1. Cara pasif

Maksud dari cara ini adalah seorang ibu enggan melakukan sesuatu yang penting demi menjruuin keberlangsungan kehamilannya sehingga dapat mengakibatkan keguguran pada janin yang di kandungnya.

23

Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ansyary AZ, Prob/ematika Hukum /slam

(35)

26

Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki indikasi medis ataupun indikasi lainnya yang mengharuskan mengkomswnsi obat-obatan yang telah diresepkan doktor untuk keberlangsungan kehamilannya, akan tetapi si ibu sengaja tidak melakukan anjuran tersebut untuk memberi dampak yang negatif pada janinnya itu. 24

2. Cara Aktif

Maksud dari cara ini adalah aborsi yang エ・セェ。、ゥ@ karena ada suatu tindakan atau usaha baik yang dilakukan sendiri atau dengan pertolongan orang lain. Dalam upaya mengugurkan kandungannya, si ibu sengaja mengkomsumsi sebarang pi!, jamu dan ramuan yar1g dilarang untuk ibu hamil dalam dosis yang tinggi. Si ibu akan berusaha menahan sakit jika te1jadi mual-mual, pusing atau pendarahan yang banyak akibat mengkomsumsi ramuan yang di larang tadi.25

Ada juga ibu yang pergi menemui dukun 1mtuk menggugurkan kandungannya. Pengguguran yang dilakukan oleh dukun-dukun yang tidak memiliki keahlian medis biasanya melaksanakan aborsi dengan cara yang kasar dan keras seperti mengurut pernt si ibu untuk mengeluarkan janin dalam kandunganya secara paksa. Pelbagai cara lagi yang di praktekkan si ibu demi menghentikan keberlangsungan kandungan yang tidak diinginkannya.

24

Ibid

(36)

3. Cara Medis

Maksud cara medis di sini adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter dengan cara medis. Pengguguran yang dilakukan oleh dokter di beberapa rumah sakit biasanya menggunakan teknik atau alat-alat berikut26:

a. Adilatasi dan kuret (dilatation & curettage)

Y aitu dengan cara lubang leher rahim diperbesar, agar lubang leher rahim dapat di masuki kuret yaitu sepotong alat yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Secara umumnya teknik ini banyak mengeluarkan darah jika tidak di obati dengan baik sehingga menimbulkan infeksi.

b. Kuret dengan cara penyedotan (sunction)

Pada cara ini, lubang leher rahim diperbesarkan juga seperti dilatation & curettage, kemudian sebuah tabung di masukkan ke dalam rahim, dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat sehingga bayi di dalam rahim itu tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.

c. Peracunan dengan garam (salt poisoned)

Cara ini biasa di lakukan pada janin yang sud.ah berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan) ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarnm yang panjang di 26

(37)

masukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi', lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam yang pekat di suntikkan kedalamnya. Bayi yang malang ini akan menelan garam yang beracun itu dan menderita di dalam kantungnya. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira I jam. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalarni sakit beranak dan melal1irkan bayi yang sudf°WhPUST AKAAN UT AMA

UIN SYAHID JAKARTA d. Histerotomi atau bedah ceaser

Cara ini biasa di lakukan terutama 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding ー\セイオエN@ Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang langsung dibunuh. 27 Aborsi yang dilakukan oleh seorang dokter atau bidan atau dukun pada umunmya dilakukan dalan1 5 tahapan yaitu28 :

I. Bayi atau janin dibw1uh dengan cara ditusuk atau diremukkan di dalam kandungan.

2. Mayat bayi atau janin dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan.

3. Potongan mayat bayi atau janin dikeluarkan satu persatu dari kandungan.

4. Potongan-potongan di susun kembali tmtuk memastikan lengkap dan tidak tersisa dalam perut.

5. Potongan-potongan mayat bayi atau janin kemudian dibuang ke tempat sampah, sungai, di kubur di tanah kosong atau di bakar.

27

www.aborsi.org/teknik.htm, di akses 12: 11, 5 November 2009.

28

(38)

D. Faktor Dan Dampak Aborsi

1. Faktor-Faktor Aborsi

Aborsi dilakukan oleh seorang wanita yang hamil, baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling sering dijumpai adalah alasan-alasan yang non-medis. Di Malaysia contohnya, dianggarkan berlakunya satu aborsi bagi setiap 10 hari dan setiap tahun berlakunya 100 kasus. 29 Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain sebanyak 75 persen, tidak memiliH cukup uang untuk merawat anak 66 persen dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah sebanyak 50 persen.30

Faktor lain yang menjadi latar belakang dari dilakukannya aborsi dari beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa alasan mengapa melakukan aborsi, sebagian besar 41,2 persen beralasan karena jumlah anak yang sudah cukup, 16, 1 persen karena anak yang terakhir masih kecil dan be! um siap puny a anak 10,2 persen. Sumber lain menyebutkan bahwa aborsi dilakukan dengan alasan yang menempati jumlah terbesar adalah mereka yang mengalarni kegagalan pemakaian alat kontrasepsi sekitar 48 persen, sementara alasan

29 www.utusanonline.com, di akses 11.15, 25 November 2009. 30

(39)

karena masih remaja sekitar 27 persen, sisanya 14 persen karena profesi pekerja seks komersial dan 9 persen karena kehamilan akibat perkosaan atau inses. 31

Dari data di atas dapat digambarkan bahwa aborsi dilakukan karena faktor kehamilan yang tidak dikehendaki .yang terjadi kepada perempuan yang hmnil dalam pernikahan yang sah, hamil di luar nikah atau kehamilan yang dialami dalam usia yang masih remaja. Dengan penyebab latar belakang kehamilan bermacam-macam, antara lain disebabkan ada yang normal karena dilakukan suka sama suka, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi atau menggunakan alat kontrasepsi yang gagal, ada yang karena terpaksa melakukan hubungan seksual di bawah ancan1an, tidak kurang juga yang hamil akibat pemerkosaan baik karena orang dekat yang memiliki hubungan darah(inses) maupun orang lain yang sama sekali tidak mempunyai hubungan kekerabatan apapun.

Dari penjelasan di atas dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang melatarbelakangi seorang wanita untuk melakukan aborsi, antara lain :

45.

a) kehamilan akibat hubungan seks di luar pernikahan yang sah termasuk pemerkosaan.

b) Kehamilan yang tidak dikehendaki karena jarak kehamilan yang tidak teratur.

c) Kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu.

31

(40)

d) Behan psikologis yang belum mampu menerirna kehadiran seorang anak.

e) Secara ekonomis tidak mampu menanggung bcban biaya kehidupan seorang bayi.

f) Alasan untuk menjaga dan mempertahankan kebugaran dan kecantikan. 32

2. Dampak Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseoang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langs1mg boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Namun ada dua macam resiko kesehatan yang dapat dikategorika.< terhadap wanita yang melakukan aborsi.33

a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita yaitu34:

1) kematian mendadak karena pendarahan hebat 2) kematian mendadak karena pembiusan yang gaga!

3) kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan 4) rahim yang sobek

32

Maria Ulfa Anshor, ed, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002) h. 76.

33 www.aborsi.org/resiko.htm., di akses 12:15, 5 November2009. 34

(41)

5) kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

6) kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7) kanker indung telur 8) kanker leher rahim 9) kanker hati

I 0) kelainan pada placenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak beritkunya

11) menjadi mandul dan tidak mampu memiliki keturunan lagi 12) infeksi pada lapisan rahim

b. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatn proses yang memiliki resiko yang tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai "Post Abortion Syndrome". Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini35:

l) kehilangan harga diri (82%) 2) berteriak-teriak histeris (51%)

3) mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%) 4) ingin melakukan bunuh diri (28%)

5) mulai menggunakan obat-obat terlarang ( 41%)

35

(42)

6) tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual ( 59%)

(43)

A. Konsep Jenayah Di Malaysia

Dalam undang-undang jenayah, sermg ditemukan kata "jenayah" atau "kesalahan". Sebenarnya jenayah atau kesalahan merupakan satu kesamaan perbuatan dalam tindak pidana. Maksudnya, setiap jenayah dan kesalal1an adalah suah1 perbuatan yang jika dilakukan atau jika ditinggalkan perbuatan tersebut akan berlawanan dengan undang-undang. Semua perbuatan jenayah merupakan suaru perbuatan kejahatan dan semua perbuatan kesalalmn merupakan suaru pelanggaran.1

Secara umum, jenayah merupakan suaru perbuatan yang dilarang dan membolehkan orang-orang yang melakukan dipertanggungjawabkan untuk menerima hukuman berdasarkan undang-undang. Jenayah juga merupakan suaru perbuatan salah yang akibatnya adalah hukuman yang berat dan hukuman itu dilaksanakan oleh negara. Dengan kata lain, suaru perbuaum dianggap jenayah jika perbuatan tersebut melanggar ketetapan undang-undang atau meninggalkan suaru perbuatan yang diperintahkan oleh undang-undang unruk melakukannya.2

1

Ahmad Ibrahim dan Ahilemah Joned, Sistem Undang-Undang Di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1985), h. 21.

2

(44)

35

Dalam pengertian lain, jenayah adalah suatu perbuatan atau kesalahan yang membahayakan masyarakat dan perbuatan atau tindakannya dapat diancam dihadapan undang-undang serta orang yang melakukannya dapat menerima hukuman denda atau penjara. Karena katajenayah pada biasanya digunakan untuk perbuatan yang dianggap berat misalnya perbuatan mencuri, merampok, memperkosa, membunuh, peredaran gelap narkoba, peredaran senjata api secara ilegal dan lain-lainnya yang biasanya dinyatakan dalam Aleta Kanun Keseksaan (criminal law Malaysia) dan akta yang lain yang berkaitan dengannya seperti Aleta Senjata Api, Aleta Keselamatan Dalam Negeri dan seurnpamanya.3

Dalam ketetapan undang-undang jenayah kanun keBeksaan, telah tertulis tentang perbuatan yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Bagi perbuatan atau peninggalan perbuatan selain daripada jenayah di atas ia masuk dalan1 katagori pelanggaran kecil. Maka biasanya tidak diistilallkan sebagai "jenayah" tetapi disebut sebagai "kesalahan" atau pelanggaran seperti memarkir kendaraan di tempat yang dilarang, kesalahan mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helem dan kesalahan kecil yang lain.

Adapun tindakan yang akan di bicarakan dalam ha! ini adalah tindak jenayah yang berat yang dapat menghilangkan nyawa atau jenayah tentang

3

(45)

kematian anak yang belum lahir seperti yang ditetapkan dalam nndang-nndang jenayah Akta 574 Kannn Keseksaan Malaysia.

B. Latar belakang Akta 574 Kanun Keseksaan Malaysia

Kannn keseksaan Malaysia ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) merupakan suatu undang-undang yang mengawal dan mcngatur segala tindak pidana di Malaysia termasuk tindak pidana pembunuhan. Pada awalnya, Kannn Keseksaan di Malaysia adalah Kannn keseksaan India (1860) yang mana pada awalnya di tulis oleh Komisi Undang-Undang India yang diketuai oleh Lord Macaulay sebagai Presidennya. 4

Sebagaimana yang diketahui, sebelum terbentuknya Negara Malaysia, terdapat tiga bagian kekuasaan di negara ini, yaitu Negeri Selat, Negeri-Negeri Melayu Bersekutu dan Negeri-Negeri Melayu Tidalc Bersekutu. Negeii-Negeri Selat terdiri daiipada Pulau Pinang, Melaka dan Singapura sedangkan Negeii-Negeri Melayu Bersekutu yang terbentuk pada 1895 terdiri daripada Negeri Sembilan, Pahang, Perak dan Selangor. Sedangkan Johor, Kelantan, Kedah, Perlis dan Terengganu termasuk di dalam Negeri-Negeri Melayu Tidak Bersekutu. 5

4

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, ( Selangor: Success Printing, 2005) h. I.

5

(46)

37

Penggunaan Kanun Keseksaan di Malaysia awalnya dimulai dengan Kanun Keseksaan Negeri-Negeri Selat yang mana kanun ini telah disahkan oleh Dewan Perundangan Negeri-negeri Selat sekitar tahun 1871 dan diberlakukan pada 16 September 1872. Kanun Keseksaan Negeri-negeri Selat telah dijadikan contoh oleh Negeri-Negeri Bersekutu dan Negeri-Negeri Tidak Bersekutu untuk digunakan di dalan1 pentadbiran masing-masing. 6

Pada tahun 1935 Kanun Keseksaan Negeri-negeri Melayu Bersekutu telah diwujudkan dan digunakan di setiap Negeri-negeri Melayu Bersekutu. Pada tahun 1948, setelah Perserikatan Tanah Melayu didirikan, Kanun Keseksaan Negeri-negeri Melayu Bersekutu diterapkan ke seluruh Perserikatan Tanah Melayu sehingga ke Negeri-negeri Selat dan Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu.7

Kanun Keseksaan Negeri-negeri Melayu Bersekutu telah dilanjutkan penggunaannya keseluruh Malaysia dengan disahkan oleh dewan parlemen melalui Akta 574 Kanun Keseksaan. Oleh karena itu, semua kejahatan dan kesalahan yang ada di Malaysia, di kawal dan dijaga oleh Akta Kanun Keseksaan Malaysia di samping undang-undang lain yang dibuat khusus untuk tujuan mengawal perlakuan jenayah tertentu.

6

Ibid, h.2.

7

(47)

C. Jenayah Pengguguran dalam Akta 574 Kanun k・ウ・ォウ。。ゥセ@ Malaysia

I. Jenayah pengguguran dengan sengaja

Menurut ketentuan pasal 312 Kanun Keseksaan:

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan seorang perempuan yang hamil. gugur hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tiga tahun, atau denda, atau dengan kedua-duanya, dan jika perempuan itu mengandung anak yang telah bersifat, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tujuh tahun, dan bolehlah juga dikenakan denda. 8

Seorang perempuan yang menggugurkan kandungannya sendiri maka ia termasuk dalam pengertian pasal ini. Kata "dengan sengaja menyebabkan keguguran "sebagaimana kesalahan yang telah disebut di bawah kanun ini adalah merujuk kepada jenayah pengguguran9• Pasal 312 ini menjadikan pengguguran

sebagai suatu kesalahan dalam dua keadaan:

1. bila seorang perempuan itu hamil.

11. bila seorang perempuan itu mengandung anak yang telah terbentuk.10

Menurut penafsiran hakim, seorang wanita dianggap harnil apabila ia mula mengandung dan wanita tersebut dianggap mengandung anm\ yang telah bersifat bila ia bisa merasa anak dalam kandungannya bergerak. Ini bemakna seseorang hanya akan dikenakan kesalahan dalam pasal ini jika korban yang terlibat itu

8

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, ( Kuala Lumpur: Percetakan Maziza, 2006) h. 403.

9

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 119.

10

(48)

hamil atau mengandung, jika korban tidak hamil, maka ke!;alahan ini tidak boleh dikenakan.

Hukuman yang dikenakan nntnk jenayah menggugurkan anak yang telah terbentnk anggota badannya adalah lebih berat daripada jenayah menggugurkan anak yang belum terbentnk anggota badannya. Ternyata kedudnkan jenayah terhadap anak yang sudah terbentuk anggota tubulmya itu mati dan menghalanginya untnk Jahir ke mnka bumi ini lebih berat dari jenayah

I · 11 pengguguran yang am.

Namun, ketentuan dalam pasal 312 ini telal1 memberi pengecualian dalam kesalahan ini, di mana pengguguran yang dilaknkan atas alasan perobatan atau medis adalah dibolehkan di dalam undang-undang. Alasan utama bagi pengecualian ini ialah semata-mata untuk menyelamatkan nyawa ibu yang mengandung itu. Dalam bah pengecualian pasal 312 Kanun Keseksaan dijelaskan:

Pasal ini tidak diperluaskan kepada seorang praktek kedokteran yang didaftarkan di bawah undang-undang perobatan 1971 yang menamatkan kehamilan seorang perempuan jika pengamal perubatan tersebut berpendapat, dengan suci hati, bahwa penerusan kehamilan itu akan melibatkan resika kepada nyawa perempuan yang hamil itu, atau kecederaan kepada kesihatan fizikal atau mental perempuan yang hamil itu, adalah lebih baik sekiranya kehamilan itu ditamatkan. 12

11

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 119.

12

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah,

(49)

Berdasarkan kepada pengecualian di atas, jelas apabila seorang dokter yang sudah didaftarkan dengan undang-undang kesehatan 1971, dengan suci hati

berpendapat bahwa kandungan terpaksa digugurkan atas sebab-sebab keselamatan sang ibu, maka dalan1 hal ini dokter yang melakukan pengguguran itu tidak akan ditetapkan sebagai bersalah. Penggunaan perkataan "suci hati" dalam ketetapan ini merujuk kepada pasal 52 Kanun Keseksaan ini dalam bab penjelasan yang menyatakan "Tidaldah boleh dikala dilakukan atau dipercayai dengan suci hati apa-apa yang dilakukan atau dipercayai dengan tiada waspada atau cermat yang

semestinya". Dengan kata lain, seseorang dianggap melakukan dengau suci hati

atau benar apabila dia telah mengambil segala tindakan dengan hati-hati dan cermat untuk memastikan bahwa manfaat akan didapatkan oleh mereka yang berhak.13

Bagi seorang dokter, segala tindakan yang seharusnya perlu diambil dengan keal1liannya untuk memastikan bahwa korban berada dalam keadaan selamat. Maka daripada itu "suci hati" ini merupakan suatu persoalan fakta, bukannya persoalan undang-undang, di mana ia ditentukan berdasarkan fakta dan keadaan antara kasus yang satu dengan kasus yang lain.14

Dalam sebuah kasus, seorang dokter ahli kandungan telah dituduh dengan jenayah menyebabkan keguguran pada seorang perempuan d'engan sengaja. Pada

13

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, 120.

14

(50)

proses akhir kasus ini, pihak penuntut telah berhasil membuktikan bahwa terdakwa benar-benar bersalah dengan alasan sepe1ii berikut:

(1) perempuan yang keguguran itu benar-benar mengandung.

(2) terdakwa telah secara sengaja menyebabkan perempuan itu keguguran. (3) keguguran yang disebabkan oleh terdakwa tidak dilakukan dengan

suci hati, yaitu tidak bertujuan untuk menyelamatkan nyawa perempuan itu.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa keguguran yang dilakukan itu adalah karena ingin menyelamatkan nyawa perempuan tersebut dan tidak ada tanda bahwa, jika kehamilan tersebut diteruskan, nyawa perempuan itu akan berada dalam keadaan bahaya. Pengadilan telah memutuskan bahwa terdakwa adalah bersalah melakukan pengguguran yang dilarang sebagaimana yang di dakwakan. Menurut pengadilan, beban pembuktian berada di pihak penuntut dan pengadilan mendapati terdakwa gaga! untuk membela dirinya dari dakwaan tersebut.15

2. Jenayah pengguguran tanpa kerelaan

Pasal 312 di pakai untuk kasus di mana korban yang mengandung itu rela untuk menggugurkan kandungan, sedangkan pasal 313 Ka.nun Keseksaan di pakai untuk kasus di mana perempuan yang mengandung tidak merelakan

15

(51)

pengguguran dilakukan tetapi dilakukan oleh pihak lain atau dengan kata lain dipaksa untuk menggugurkannya.

Menurut pasal 313 Kanun Keseksaan :

Barang siapa melakukan kesalahan yang dimaksudkan dalam pasal 312, dengan tiada kerelaan perempuan itu, sama ada perempuan itu mengandung anak yag telah bersifat atau tidak, hendaklah diseksa dengan peniara yang boleh sampai dua puluh tahun dan bolehlah juga dikenakan denda. 6

Pasal 313 telah menetapkan hukuman yang jauh berbeda dari hukurnan pada pasal 312, di manajenayah yang mengakibatkan keguguran tanpa kerelaan korban dituntut dengan hukurnan maksimal penjara dua puluh tahun dan denda. Dalam kesalahan pasal 313 ini, perempuan yang mengandung itu tidak dihukurn, sedangkan dalam pasal 312, hukurnan dikenakan terhadap kedua belah pihak yaitu pelaku yang melakukan pengguguran dan juga perempuan yang merelakan pengguguran dilakukan pada dirinya. Jenayah pengguguran dalam pasal 313 adalah lebih kejam dan serius dibandingkan jenayah pengguguran dalam pasal 312.17

Kerelaan yang dimaksudkan dalam pasal ini merujuk kepada kerelaan sebagaimana yang di jelaskan dalam pasal 90 Akta Kanun Keseksaan. Kerelaan mestilah kerelaan yang sah , sekiranya kerelaan perempuan yang hamil itu tidak sah di sisi undang-undang, maka pasal ini tidak dapat di gunakan. Dalam pasal 90

16

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah,

( Selangor: !LBS, 2006) h. 404.

17

(52)

Akta Kanun Keseksaan menyatakan beberapa keadaan yang dapat dikatakan sebagai kerelaan yang tidak sah menurut kaca mata undang-undang jenayah seperti kerelaan yang diberi dalam keadaan ancaman, paksaan, kerelaan yang diberi akib_at salah paham, kerelaan seorang yang tidak sempurna aka! atau dalam keadaan mabuk dan kerelaan anak-anak yang berumur dibawah dua belas tahun.18

Untuk mengenal pasti kesalahan pada pasal ini, maka hendaklah perkara tersebut dibuktikan sebagai berikut:

(a) perempuan itu memang benar mengandung, walau kandungannya belum atau telah terbentuk.

(b) Si terdakwa yang menyebabkan kegugurannya.

( c) Si terdakwa dengan sengaja melakukannya tanpa kerelaan perempuan terse but.

( d) Pengguguran itu tidak dilakukan dengan suci hati untuk tujuan menyelamatkan nyawa perempuan tersebut.

3. Korban mati semasa melakukan jenayah penguguran

Dalam pasal 314 Kanun Keseksaan menetapkan sebagaimana berikut:

Barang siapa dengan niat hendak menyebabkan keguguran seorang perempuan yang hamil, melakukan apa-apa perbuatan yang menyebabkan kematian perempuan itu, hendaklah diseksa dengan pe1ifara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun dan bolehlah juga dlkenakan denda, dan jika perbuatan itu dilakukan dengan tiada kerelaan perernpuan itu, hendaklah diseksa dengan penjara yang boleh sampai dua puluh tahun. Huraian- Maka

(53)

tiada penting bagi kesalahan ini bahwa pesalah itu ketahui bahwa perbuatan itu mungkin menyebabkan kematian. 19

Bagian penggunaan pasal ini meliputi dua keadaan :

(a) Kematian semasa melakukan pengguguran dengan kerelaan perempuan itu.

(b) Kematian semasa melakukan pengguguran tanpa kerelaan perempuan itu. Jika pengguguran dilakukan dengan kerelaan perempuan hamil itu, hukumannya ialah penjara maksimal sepuluh tahun danjika pengguguran tersebut tanpa kerelaan perempuan itu hukumannya ialah penjara maksimal dua puluh tahun. Dalam konteks ini, kerelaan adalah harus dibuktikan untuk meringankan hukuman yang diterima.

Dalam sebuah kasus yang melibatkan pasal 314 Kanun Keseksaan yaitu kasus kematian yang disebabkan oleh perbuatan yang dilakukan dengan niat hendak menyebabkan keguguran. Terdakwa dalan1 kasus ini telah menyebabkan pengguguran ilegal terhadap seorang wanita dengan memasukkan sebatang kayu ke dalam rahim wanita tersebut yang bemama Lily Tan. Menurut keterangan dakwaan, kandungan korban berusia dua bulan dan beliau bertemu terdakwa untuk menggugurkan kandungannya. Selepas beberapa jam kemudian, korban mengalami sakit perut yang kuat sehingga demam lalu memakan obat yang diberikan oleh terdakwa.20

19

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, h.404.

20

(54)

Namun, demam korban semakin kuat sehingga dokiter menyatakan bahwa korban mengalami demam kuning (jaundice). Setelah belberapa waktu, korban akhirnya meninggal dunia. Peradilan telah memutuskan perkara bahwa si terdakwa bersalah menurut pasal 314 Kanun Keseksaan dan dinyatakan bahwa si terdakwa telah menyebabkan kematian korban dengan melakukan suatu perbuatan dengan niat hendak menyebabkan kematian yaitu dengan rnemasukkan sebatang kayu ke dalam ralllin korban.

Selain daripada ketetapan yang berkaitan pengguguran haram di atas, undang-undang jenayah juga melarang seseorang melakrnkan suatu perbuatan yang menghindari anak itu dari dilahirkan atau suatu perbuatan yang menyebabkan anak itu mati setelah dilahirkan. Ini juga merupakau suatu perlindungan undang-undang terhadap hak auak yang masih berada dalam rahim ibunya meskipun anak itu belum lahir ke dunia.

4. Jenayah membunuh auak dalam kandungan supaya ia mati semasa

dilahirkan

Menurut pasal 315 Kanun Keseksaan:

Barang siapa, sebelum seseorang anak dilahirkan, melakukan apa-apa perbuatan dengan niat dengan jalan demikian itu hendak mengelakkan anak itu daripada dilahirkan hidup, atau hendak menyebabkan anak itu mati selepas dilahirkan, dan dengan perbuatan itu mengelakkan anak itu daripada dilahirkan hidup, atau menyebabkan anak itu mati selepas dilahirkan, hendaklah, jika perbuatan itu tidak disebabkan dengan suci hati bagi maksud hendak menyelamatkan nyawa ibunya, diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun, atau dengan denda, atau dengan kedua-duanya. 21

21

(55)

Untuk menetapkan seseorang pada kesalahan ini, p•erkara-perkara berikut perlu dibuktikan:

(a) Perempuan itu benar-benar mengandung.

(b) Si terdakwa melakukan suatu perbuatan, sebelurn anak itu dilahirkan dengan niat untuk menghindari anak itu dilahirkan hidup, atau menyebabkan anak itu mati setelah dilahirkan.

( c) Disebabkan perbuatan si terdakwa, anak itu dilahirkan dalam keadaan mati setelah dilahirkan.

( d) Perbuatan itu dilakukan bukan dengan niat untuk menyelamatkan nyawa ibu anak tersebut.

(56)

perhatikan karena anak yang berada di dalam kandungan mempunyai status yang berbeda dari anak yang sudah dilahirkan atau keluar dari rahim ibunya. 22

5. Mematikan anak yang telah bersifat dalam kandungan

Pasal ini adalah berkenaan dengan perbuatan si terdakwa yang tergolong kepada kesalahan membunuh orang sehingga menyebabkan kematian anak yang belum lahir tetapi telah terbentuk. Pasal 316 Kanun Keseksaan menetapkan:

Barang siapa melakukan apa-apa perbuatan dalam keadaan yang sedemikian bahwa jika ia dengan jalan demikian itu menyebabkan kematian ia adalah melakukan kesalahan mematikan orang dengan salah, dan dengan perbuatan itu menyebabkan kematian seorang anak yang telah bersifat yang be/um lahir, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun, dan bolehlahjuga dikenakan denda. 23

Dapat difahan1i dari pasal ini sebenarnya niat si terdakwa pada mulanya ialah hendak menyebabkan kematian si ibu, dengan melakukan suatu tindakan yang mungkin akan menyebabkan kematian sebagaimana kesalahan membunuh orang. Akibat dari perbuatan tersebut, anak yang telah bersifat dalam kandungan ibu itu yang mati bukannya ibu itu. Perkara ini diilustrasikan dalarn contoh yang dinyatakan bersarna dengan pasal 316 berikut24:

A, ( yang dia ketahui bahwa ia mungkin menyebabkan kematian seorang perempuan yang hamil) melakukan sesuatu perbuatan yang tergolong dalam kesalahan mematikan orang dengan salah (jika perbuatan itu menyebabkan kematian perempuan itu). Latu perempuan itu mendapat bencana tetapi tidak mati. Yang mati adalah anak dalam kandungan perempuan itu. Kematian

22

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 130.

23

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Vndang Jenayah, h.405. 24

(57)

seorang anak yang be/um lahir yang telah bersijat yang ada dalam kandungan perempuan itu tadi adalah disebabkan dengan jalan demikian ( perbuatan A). Maka si A adalah melakukan kesalahan yang dimaksudkan di dalam pasal ini.

Karena itu pasal ini tidak dapat dikenakan apabila perempuan yang hamil itu yang mati karena situasi tersebut akan tergolong di dalarn jenayah membunuh orang dengan sengaja, menurut pasal 299 Kanun Keseksaan. Dari semua tindakan jenayah yang dijelaskan di atas berkaitan dengan kesalahan melibatkan anak yang belum lahir, yang masih berada dalam kandungan ibunya. Dua lagi pasal yang ingin dibahas selanjutnya tidak melibatkan anak yang belmn lahir tetapi sudah dilahirkan. Kesalahan yang dimaksudkan ialah kesalahan membuang bayi dan kesalahan menyembunyikan kelahiran dengan cara membuang mayat bayi itu secara sembunyi-sembunyi.25

6. Jenayah menelantarkan dan membuang anak

Kesalahan yang ditetapkan di dalam pasal 317 Kanun Keseksaan hanya khusus kepada korban anak-anak yang berusia dari bayi yang baru dilahirkan hingga usia dua be las tahun. Menurut pasal 317:

Barang siapa yang menjadi bapa atau ibu seorang kanak-kanak yang berumur kurang daripada dua be/as tahun, atau yang bertanggungjawab menjaga anak-anak itu, membiarkan atau meninggalkan anak-anak itu dengan niat hendak meninggalkan anak-anak itu sama skali, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tujuh tahun atau dengan denda atau dengan kedua-duanya. 26

25

Ibid.

26

(58)

Tujuan pasal ini dibuat agar orang tua atau orang yang bertanggw1gjawab terhadap anak itu agar tidak membiarkan anak-anak mereka yang masih di bawah wnur terancam dari segala bahaya. Tujuan ini jelas Wltuk memberikan tanggungjawab terhadap orang tua dan penjaga snpaya sepenuhnya bertanggWlgjawab terhadap anak-anak yang berada di dalam pengawasan mereka.

Perkara penting yang perlu dibuktikan dalam pendakwaan dengan pasal ini ialah niat Wltnk membuang anak-anak itu dan membiarkan mereka terancam dalan1 bahaya. Dan si terdakwa bemiat sengaja membiarkan ancaman kepada anak-anak tersebut atau berniat Wltuk membuangnya, maka terdakwa dapat dikenakan dengan jenayah ini. Beberapa perkara yang perlu dipertimbangkan dalam mendakwa kesalahan ini ialah:

(a) terdakwa terdiri dari bapa atau ibu atau siapa saja yang bertanggWlgjawab menjaga anak-anak yang dibuang tersebut.

(b) Anak-anak yang menjadi korban ialah anak-anak yang berumur dibawah dua belas tahWl.

(c) Terdakwa bemiat membuang anak itu denga car.a, membiarkan atau meninggalkan anak-anak di suatu tempat.

(59)

pembuangan anak menurut pasal 317 ini. Jika dampak pembiaran atau peninggalan ibu bapa atau penjaga itu mengaldbatkan anak-anak tidak lagi mendapat perlindungan sebagaimana seharnsnya dalam usia muda mereka, umpamanya membiarkannya di luar rnmah dalam keadaan cuaca burnk atau mendapat gangguan binatang liar, maka ha! ini juga memberi implikasi bahwa mereka telah berniat untuk membuang anak terse but. 27

Tindakan terdakwa dalam konteks ini akan membawa dua kemungkinan yaitu anak-anak yang dibuang itu masih hidup atau diternukan dalam keadaan sudah mati. Permasalahan selanjutnya apalcah terdakwa tersebut akan didakwa juga dengan kesalahan membunuh jika anak-anak itu mati akibat dibuang?

Penjelasan pasal 317 ini menegaskan :

Pasal ini tidaklah dimaksudkan bagi menjauhi pesalah itu daripada dibicarakan karena kesalahan membunuh orang atau kesalahan mematikan orang dengan salah, mengikut mana yang berkenaan, jilw anak-anak ilu mati oleh sebab pendedahan itu. 28

Berdasarkan penegasan di atas, bennakna si terdakwa boleh di tuduh dengan kesalahan membw1uh orang apabila sekiranya anak yang dibuang itu mati aldbat kesalahannya. Ini tergantung kepada kondisi suatu kasus pembuanga11 anak dan diketahui sebelum ini bahwa untuk menetapkan seseorang dengan kesalahan membunuh orang dengan salah di bawah pasal 302 atau 304 Kanun Keseksaan,

27

Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 132. 28

(60)

perlulah dibuktikan dengan benar tanpa keraguan yang munasabah bahwa perbuatan terdakwa sebenarnya adalah sun1ber awal dari kematian tersebut. Tingkat kemungkinan kematian korban juga tergantung kepada perbuatan terdakwa, sesuai dengan membunuh orang dengan salah.29

Justru itu, perlu dinyatakan bahwa ketentuan menurut pasal 317 ini hanya memerlukan pembuktian niat dari pelaku untuk membuang anak itu, ia tidak memerlukan pembuktian bahwa penelan

Referensi

Dokumen terkait

Di Provinsi Riau telah terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa lokasi, selain pemadaman darat, juga telah dilakukan pemadaman dari udara menggunakan Helicopter

Judul Skripsi : Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pada Pengadaan Bahan Material Pada Perusahaan Konstruksi (Studi Kasus Pada CV Indocon).. Menyatakan

Teori yang mendukung di dalam pemberian motivasi kerja berupa aktualisasi diri yaitu memperkenalkan teori &#34;harapan&#34; yang dikemukakan oleh (Vroom Victor H., 1964) menyatakan

Dengan Nilai koefisien determinasi R = 50,13% menunjukkan bahwa kontribusi Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Pengemudi Blue Bird pada PT Blue Bird Pool Ciputat

Keterangan : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan menggunakan uji BNJ Dari Tabel

Aplikasi Simulasi Picking Process telah berhasil dibuat dengan menggunakan metode Game Development Life Cycle yang menghasilkan aplikasi simulasi training berbasis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pengendalian intern, pemanfaatan teknologi informasi, pengawasan keuangan

Bagi membolehkan meriam menembak sasaran yang bergerak dengan halaju yang tinggi, sistem ramal an perlu dibangunkan dengan mengambil data daripada radar penjejak