• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PASIEN

PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI

HEMODIALISIS DI KLINIK SPESIALIS GINJAL

DAN HIPERTENSI RASYIDA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

LISNAWATI MANULLANG NIM : 110600101

Pembimbing:

Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2015

Lisnawati Manullang

Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

x + 35 halaman

(3)

pada kelompok durasi hemodialisis < 1 tahun dan 1-3 tahun sehingga membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Hal ini memperlihatkan bahwa semua subjek penelitian yaitu pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan membutuhkan perawatan periodontal.

(4)

Faculty of Dentistry Department of Periodontology 2015

Lisnawati Manullang

Periodontal Treatment Need Chronic Kidney Disease Patients Undergoing Hemodialysis in the Kidney and Hypertension Specialist Clinic Rasyida Medan

x + 35 pages

(5)

and improved oral hygiene. This shows that, all research subjects are chronic kidney disease patients who undergoing hemodialysis in Kidney and Hypertension Specialist

Clinic Rasyida Medan require periodontal treatment.

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing:

1. Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K) NIP : 197107021996012001

Medan, 31 Maret 2015 Tanda tangan

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 31 Maret 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) ... ANGGOTA :

1. Pitu Wulandari, drg., S.Psi.,Sp.Perio ... 2. Rini Octavia Nasution, drg.,SH.,Sp.Perio., M.Kes ...

Mengetahui, KETUA DEPARTEMEN

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat selesai menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terimakasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Tiurmina Sirait, S.Pd., M.A.P serta abang dan kakak Rudolf Manullang, M.PdK, Junianti Romauli Manullang, SE, dan Pasogit Sitanggang, atas cinta kasih, perhatian, doa, dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Leo Rudi Marpaung, SH atas segala kasih, doa dan dukungannya bagi penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, motivasi, saran, serta doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Nazrudin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, masukan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

5. Seluruh staf pengajar Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu.

6. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH selaku pemilik Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan tempat penulis melakukan penelitian.

7. dr. Heri Farnas yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis selama melakukan penelitian.

8. Seluruh staf dan pegawai di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.

9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, Dwi, Fellicia, Dziah, Eka, Vinda, Annysa, Sorayya, Laidini, Diah, Febrina, Julia, Felix, Ela, Sona, Robert, Xinyi, Anushyia, Novita, dan Michelle.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis, Ribka, Maria, Restu, Yuki, Yessy, Margareth, Septika, Yohana, Tiwi, Elsi, Rikha, Sere, Putri, Eva, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan semangat selama studi dan penelitian ini.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(11)

2.5 Profil Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan 2.5.1 Visi dan Misi Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi

Rasyida Medan ... 14

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN ... 12 2. Distribusi data demografis subjek penelitian ... 22 3. Gambaran kondisi rongga mulut ... 23 4. Distribusi status periodontal terhadap lamanya menderita penyakit

Ginjal kronis ... 26

5. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal terhadap lamanya menjalani

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

7. Surat persetujuan komisi etik ... 36

8. Surat keterangan telah selesai penelitian ... 37

9. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 38

10. Surat pernyataan persetujuan subjek penelitian (Informed Consent) ... 40

11. Kuesioner penelitian ... 41

12. Data hasil penelitian ... 46

13. Hasil pengolahan data ... 48

14. Rincian dana penelitian ... 51

15. Data personalia peneliti ... 52

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bisa bersifat reversibel atau ireversibel. Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati, sedangkan gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang parah dan ireversibel, serta mengakibatkan hilangnya kapasitas fungsional dari ginjal.1,2

Penyakit periodontal merupakan inflamasi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi, akibat mikroflora patogen pada plak dental yang terdapat pada gigi. Apabila tidak dirawat inflamasi tersebut akan semakin parah dan menyebabkan hilangnya dukungan jaringan ikat dan tulang alveolar.3

Penyakit ginjal kronis tidak hanya berpengaruh pada kesehatan umum pasien saja, namun berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan periodonsium. Beberapa penelitian telah dipublikasikan dalam jurnal dan memberikan bukti bahwa adanya peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis, khususnya yang menjalani hemodialisis dan transplantasi ginjal.4

Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa sebanyak 58,9% pasien penyakit ginjal kronis menunjukkan kondisi periodontal yang parah.2 Joseph dkk melakukan penelitian pada 77 pasien penyakit ginjal kronis terhadap status kebersihan mulut, inflamasi gingiva, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan. Hasilnya, parameter periodontal tersebut meningkat pada kelompok penderita penyakit ginjal kronis.3

(16)

adekuat akibat kerusakan ginjal yang dialami, kondisi xerostomia, serta kondisi kebersihan mulut yang buruk.25

Penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisis meningkat dengan cepat dan pasien tersebut sering mengeluhkan sejumlah gejala yang berkaitan dengan rongga mulutnya.4 Beberapa penelitian dari Brasil, Kanada, Yordania, Israel, Spanyol, Taiwan, Turki, dan Amerika Serikat melaporkan bahwa terjadi peningkatan plak dental pada pasien yang menjalani hemodialisis. Akibat dari meningkatnya plak dental tersebut, maka dapat menyebabkan meningkatkan pembentukan kalkulus dan inflamasi gingiva.5

Seperti penyakit sistemik lainnya, pasien dengan penyakit ginjal kronis memerlukan penanganan dental yang baik dan menekankan pada kebutuhan pasien, sehingga konsultasi yang baik antara dokter dan dokter gigi diperlukan untuk menciptakan perawatan yang aman dan maksimal.6 Dokter gigi harus bekerja sama dengan nefrologis profesional untuk dapat melakukan tindakan dental dalam hal menjaga kesehatan rongga mulut yang optimal selama proses dialisis pasien penyakit ginjal kronis.7

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam melaksanakan tindakan dental terkait dengan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memperoleh data tentang tingkat kebutuhan perawatan periodontal dan hubungannya dengan penyakit ginjal kronis.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronis

Berdasarkan panduan Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) dari The National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan ditandai dengan abnormalitas struktur dan fungsi dari ginjal dengan atau tanpa penurunan GFR. Penurunan GFR disebabkan oleh abnormalitas patologis atau rusaknya ginjal ditandai dengan abnormalitas komposisi darah atau urin. GFR dari penderita ginjal kronis ini <60ml/mnt/1,73m2 untuk ≥3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.8

Banyak etiologi dari penyakit ginjal kronis, termasuk diantaranya diabetes melitus, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik dan pielonefritis. Sebelumnya, glomerulonefritis merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal kronis, akan tetapi, diabetes melitus dan hipertensi merupakan faktor etiologi saat ini yang berkaitan dengan genetik.2

Apabila fungsi ginjal menurun hingga 10% dari normal, perawatan yang sebaiknya dilakukan adalah terapi pengganti fungsi ginjal, yaitu peritoneal dialisis, hemodialisis, atau transplantasi ginjal.9 Hemodialisis ialah terapi yang umum dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronis, merupakan suatu metode buatan untuk menghilangkan nitrogen dan zat toksik hasil metabolisme lainnya dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan suatu tindakan mempertahankan hidup penderita penyakit ginjal kronis untuk mengurangi angka kematian dari penyakit mematikan ini.10

(19)

1. Penyakit ginjal kronis tahap 1

Pada tahap ini terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reverse) dimana GFR masih normal atau meningkat, GFR ≥90 ml/mnt/1,73m2. Perawatan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk memperlambat proses penyakit ginjal kronis dan mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

2. Penyakit ginjal kronis tahap 2

Pada tahap ini terjadi kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan, yaitu antara 60-89 ml/mnt/1,73m2. Tahap ini ditandai dengan albuminuria, proteinuria, dan hematuria. Perawatan yang dilakukan adalah observasi, mengontrol tekanan darah dan faktor risiko.

3. Penyakit ginjal kronis tahap 3

Pada tahap ini terjadi penurunan GFR sedang, yaitu 30-59 ml/mnt/1,73m2. Pada tahap ini mulai terjadi berkurangnya fungsi ginjal. Tujuan perawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengamati perkembangan penyakit ginjal dan untuk menurunkan faktor risiko.

4. Penyakit ginjal kronis tahap 4

Pada tahap ini terjadi penurunan GFR yang parah, yaitu 15-29 ml/mnt/1,73m2. Tahap ini biasa disebut pre Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA), dan terjadi penurunan fungsi ginjal yang parah.

5. Gagal ginjal

Pada tahap ini terjadi penurunan GFR yang sangat parah, yaitu <15 ml/mnt/1,73m2, tahap ini juga dinamakan gagal ginjal. Perawatan yang dilakukan adalah transplantasi ginjal atau hemodialisis untuk mempertahankan hidup penderita.

2.2. Penyakit periodontal

(20)

plak gigi yang terbentuk pada gigi setiap harinya. Akumulasi plak memicu terjadinya inflamasi yang mengakibatkan terjadinya penyakit periodontal.3

Gingivitis merupakan inflamasi pada gingiva yang terjadi akibat akumulasi plak, tanpa menyebabkan hilangnya perlekatan. Adapun tanda dan gejala gingivitis diantaranya, gingiva berwarna merah dan bengkak, mudah berdarah, terjadi perubahan kontur dan konsistensi gingiva.12 Periodontitis merupakan inflamasi yang meluas ke struktur periodontal pendukung. Periodontitis ditandai dengan hilangnya perlekatan akibat destruksi dari ligamen periodontal dan hilangnya tulang pendukung gigi. Tanda dan gejala yang terjadi diantaranya gingiva bengkak, eritema, berdarah saat probing dan dapat disertai dengan atau tanpa supurasi.13

Cengiz dkk mengevaluasi status periodontal pada pasien Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan menemukan kondisi periodontal yang buruk pada 85,5% pasien. Berbagai analisis regresi menyatakan bahwa umur, level albumin, durasi dialisis, secara bebas berkaitan dengan keparahan periodontitis pada pasien CAPD.3

Joseph dkk melakukan penelitian pada 77 pasien penyakit ginjal kronis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada kelompok penderita penyakit ginjal kronis.3

2.3. Hubungan Penyakit Ginjal Kronis dengan Kesehatan

Periodonsium

Beberapa penelitian telah dipublikasikan dalam jurnal, dan memberikan bukti bahwa adanya peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis, khususnya yang menjalani hemodialisis dan transplantasi ginjal. Penyakit ginjal kronis tidak hanya berpengaruh pada kesehatan umum pasien saja, namun kesehatan gigi dan periodonsium juga.4

(21)

2.3.1. Kelainan Fungsi Limfosit

Pada penyakit ginjal kronis terbukti adanya penurunan respon imun tubuh terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan pada penderita penyakit ginjal kronis akan mengalami keadaan uremia. Infeksi pada pasien dengan uremia disebabkan beberapa hal yaitu akibat kadar ureum yang tinggi dan bersifat toksik.14 Pada uremia, penurunan respon imun disebabkan penurunan fungsi fagositosis leukosit polimorfonuklear (PMN) dan gangguan fungsi limfosit T dan B, serta monosit dan makrofag, sehingga menyebabkan penurunan respon imun terhadap mikroorganisme gram negatif yang ada pada subgingiva.5 Selain itu penurunan respon imun disebabkan penekanan cell mediated immunity yang disebabkan oleh memendeknya umur limfosit, limfopenia, hambatan pada transformasi limfosit, dan penekanan aktivitas limfosit T.14

Pada penyakit periodontal, plak yang terbentuk akan melekat pada permukaan gigi dekat gingiva, dan akan memicu sekresi sitokin proinflamasi seperti TNFα, IL

-1β, IFN-γ, dan PGE2 serta mediator inflamasi lainnya, hal ini dikarenakan adanya enzim bakteri, endotoksin dan eksotoksin, dan sisa hasil metabolisme dari plak yang melekat pada permukaan gigi. Akibat adanya tanda inflamasi, respon imun dengan kedua komponen humoral dan cell mediated immunity akan aktif.5 Namun, pada pasien penyakit ginjal kronis terjadi penurunan sistem imun akibat adanya penurunan respon leukosit pada daerah inflamasi.14

2.3.2. Perubahan Homeostasis Kalsium

Pasien penyakit ginjal kronis menunjukkan abnormalitas, yang paling sering diantaranya adalah anemia dan masalah homeostasis. Masalah homeostasis yang diteliti pada pasien penyakit ginjal kronis akan menyebabkan perlekatan dan penyatuan platelet yang abnormal (kerusakan faktor Von Willebrand).15

(22)

Perubahan yang terjadi dapat memicu resorpsi tulang, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan demineralisasi atau lesi intraboni.15

Hamid dkk dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pada penderita penyakit ginjal kronis metabolisme fosfat dan vitamin D mengalami kerusakan. Berkurang atau hilangnya kalsium dari tulang, diakibatkan karena meningkatnya produksi parathormon (PTH). Demineralisasi tulang yang terjadi dapat memicu destruksi tulang yang cepat dan periodontitis.15

2.3.3. Sindrom Uremik

Tanda dan gejala pada pasien dengan gagal ginjal disebut dengan sindrom uremik.16 Istilah sindrom uremik mengacu pada istilah yang menunjukkan adanya urea di dalam darah. Sindrom uremik pada dasarnya terjadi akibat akumulasi berbagai solut dalam cairan tubuh dengan konsentrasi cukup tinggi, sehingga menyebabkan toksisitas terhadap tubuh. Solut-solut ini dalam keadaan normal dikeluarkan oleh ginjal. Pada tahun 1829, pertama kali dilaporkan bahwa terdapat peningkatan kadar urea darah pada pasien yang mengalami penyakit degenerasi ginjal. Penemuan ini ditafsirkan bahwa urea merupakan toksin utama pada keadaan uremia.17

Sindrom uremik mempunyai manifestasi di rongga mulut. Adapun manifestasi oral pasien penyakit ginjal kronis menunjukan tanda dan gejala oral pada jaringan keras dan jaringan lunak.16 Perubahan yang sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis diantaranya uremic stomatitis, xerostomia, tingginya urea dalam saliva, peningkatan deposit kalkulus, meningkatnya insiden gingivitis, periodontitis, dan secondary renal hyperparathyroidism.4

Akibat dari berkurangnya fungsi ginjal dan meningkatnya level urea dalam darah dan juga saliva, akan menyebabkan pasien menderita halitosis (uremic fetor), yang biasanya terjadi pada penderita yang menjalani hemodialisis. Halitosis yang dialami berpengaruh terhadap persepsi rasa yang tidak menyenangkan, yaitu rasa metalik.16

(23)

pada pasien penyakit ginjal kronis dapat menurunkan insiden karies, karena saliva pasien bersifat basa. Namun, pH saliva yang meningkat tersebut dapat mengakibatkan peningkatan deposit plak dan kalkulus sehingga pada akhirnya menyebabkan tingginya prevalensi periodontitis.15

Selain itu, sindrom uremik juga menyebabkan perdarahan pada gingiva akibat disfungsi platelet dan tidak berfungsinya antikoagulan, serta inflamasi gingiva akibat imunosupresi dan uremia.18 Mayoritas hasil penelitian mengemukakan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronis terjadi peningkatan insiden penyakit periodontal, kehilangan tulang, resesi gingiva, dan poket periodontal yang dalam. Kebersihan mulut pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis biasanya buruk, banyak deposit kalkulus, dan meningkatnya pembentukan plak. Selain itu, pasien penyakit ginjal kronis tidak begitu peduli dengan kebersihan rongga mulut, sehingga menyebabkan kondisi rongga mulut bertambah parah.16

2.3.4. Perubahan Periodonsium Akibat Pengaruh Medikasi Penyakit

Ginjal Kronis

(24)

2.4. Kebutuhan Perawatan Periodontal

Hubungan antara kesehatan rongga mulut dan penyakit ginjal kronis masih terus diteliti. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M Dencheva mengemukakan bahwa, perawatan periodontal merupakan hal yang sangat penting pada penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Penderita yang menjalani hemodialisis sangat membutuhkan perawatan periodontal dan pembersihan rongga mulut, dikarenakan pasien tersebut mempunyai kecenderungan mengalami kehilangan gigi akibat penyakit periodontal. Menurut penelitian ini, pasien yang menjalani hemodialisis menunjukan status periodontal yang buruk dan membutuhkan perawatan yang kompleks, dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, kebutuhan perawatan yang utama adalah mengenai instruksi kebersihan mulut serta pembersihan plak dan kalkulus secara profesional oleh dokter gigi.7

(25)

2.4.1. Indeks Pemeriksaan Klinis Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)

Salah satu indeks paling signifikan yang digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN), yang dikembangkan oleh WHO. Indeks ini tidak hanya menilai tingkat keparahan penyakit, namun juga menilai kebutuhan perawatan periodontal pada suatu kelompok.20

Pemeriksaan status periodontal dan penilaian kebutuhan perawatan dengan indeks CPITN, dilakukan dengan menggunakan prob yang didesain khusus oleh WHO. Prob terbuat dari logam, dengan ujung yang bulat seperti bola dengan diameter 0,5mm. Prob mempunyai area kode berwarna hitam antara 3,5mm dan 5,5mm dari ujung bola, yang membantu untuk mencegah penetrasi berlebihan dari ujung prob ke dalam jaringan ikat.20

(26)

Prinsip kerja CPITN adalah sebagai berikut:21,22

1. Rongga mulut dibagi menjadi enam sektan (empat posterior dan dua anterior) - Sektan 1 : gigi 4, 5, 6, 7 kanan rahang atas

2. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan prob WHO

3. Terdapat sepuluh gigi yang diperiksa, yaitu dua gigi di setiap sektan posterior (gigi molar satu dan molar dua) dan satu gigi di setiap sektan anterior (gigi insisivus).

4. Skor diperoleh dari pemeriksaan spesifik gigi indeks atau seluruh gigi.

Tabel 1. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN7,23

Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan

0 Sehat, tidak ada perdarahan, kalkulus atau poket

0 Tidak membutuhkan perawatan

1

Terdapat perdarahan pada gingiva, perdarahan tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah probing

1

Memerlukan perbaikan kebersihan mulut

2

Terdapat karang gigi (supra atau subgingiva), perabaan dengan prob terasa kasar, warna hitam pada prob

masih terlihat 2

Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

3

Terdapat poket patologis (4-5mm), sebagian warna hitam pada prob masih terlihat dari tepi gingiva pada daerah hitam

4

Terdapat poket patologis (≥6mm), seluruh warna hitam pada prob tidak terlihat, masuk ke dalam jaringan periodontal

3

Memerlukan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva, root planing, dan perbaikan kebersihan mulut.

(27)

Gambar 2: Skor kondisi periodontal saat probing24

Skor 0 Skor 1

Skor 2 Skor 3

(28)

2.5. Profil Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan terletak di Jalan D.I. Panjaitan No. 144 Medan. Klinik ini didirikan pada tanggal 10 November 1995 oleh Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH bersama Ibu Dra. Siti Asrah Siregar, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sumatera Utara untuk pasien yang telah dinyatakan positif menjalani hemodialisis.

Dimulai dengan lima unit mesin hemodialisis, dengan jumlah pelanggan sebanyak tujuh orang. Dengan kerja keras pemilik dan seluruh karyawan, kini Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan telah mengoperasikan 40 unit mesin hemodialisis, dan fasilitas pendukung lainnya seperti Rontgen, USG Colour Dopler, Laboratorium, Bio Impedance Analysis, CAPD Center, Doublelumen, Doublelumen Tunel, Cimino Shunt, Poliklinik, Apotek, dan Ambulance. Sistem Manajemen Klinik terus diperbaharui untuk menciptakan suatu sistem manajemen mutu sesuai dengan ISO 9001:2008.

2.5.1. Visi dan Misi Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida

Medan

Visi Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan adalah menjadi Klinik Pelayanan Hemodialisis terbaik se-Indonesia, dengan daya saing, produktivitas, dan efisiensi yang tinggi didukung oleh sumber daya yang handal. Misi Klinik ini adalah memberikan produk dan pelayanan yang terbaik untuk memenuhi permintaan pelanggan demi tercapainya kepuasan pelanggan dan terjangkau.

Adapun hal yang dilakukan untuk mencapai misi ini, adalah:

1. Mengerti, memahami dan peduli akan kebutuhan dan harapan dari pelanggan, serta memberikan pelayanan prima bagi pelanggan

2. Menjamin terlaksananya persyaratan medis terbaik untuk hemodialisis 3. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia 4. Membangun kerjasama tim yang tangguh

(29)
(30)

Kerangka Teori

Penyakit Ginjal Kronis (PGK)

Kelainan fungsi limfosit

Perubahan homeostasis

kalsium

Sindrom uremik

Kebutuhan perawatan periodontal

Pengaruh medikasi PGK

Penurunan respon imun

Demineralisasi tulang

Peningkatan deposit plak dan kalkulus

Pembesaran gingiva

(31)

Kerangka Konsep

vv

Penderita Penyakit Ginjal Kronis

Variabel terkendali: - Usia

- Gigi crowded pada gigi indeks

- Karies pada gigi indeks - Penyakit sistemik lain

Variabel tidak terkendali: - Pekerjaan

- Tingkat pendidikan - Status sosial ekonomi - Pemeliharaan

kebersihan rongga mulut

- Mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi status periodontal

(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei untuk melihat kondisi periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida yang terletak di Jalan Mayjen DI. Panjaitan No. 144 Medan, Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan 27 Februari 2015 – 5 Maret 2015

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah pasien penyakit ginjal kronis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.

3.3.2. Sampel

(33)

Kriteria inklusi:

1. Penderita penyakit ginjal kronis 2. Usia dewasa mulai dari 21 tahun 3. Menjalani hemodialisis

4. Bersedia menjalani pemeriksaan dan menandatangani informed consent Kriteria eksklusi:

1. Pernah mendapatkan perawatan periodontal dalam 6 bulan terakhir 2. Perokok yang belum berhenti merokok dalam 1 tahun terakhir 3. Penderita dengan kelainan hematologi

4. Penderita diabetes melitus

3.3.3. Besar Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel digunakan rumus sebagai berikut:

N = Zα2

. P . Q d2

Zα=α= 0,05Zα= 1,96

P = Proporsi penyakit periodontal pada penderita penyakit ginjal kronis = 0,5 Q = 1 – P = 0,5

d = Perbedaan proporsi yang diharapkan sebesar 15% = 0,15 N = (1,96)2 . 0,5 . 0,5

(0,15)2 N = 42,6= 43

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang diteliti terdiri atas:

(34)

- Usia

- Gigi crowded pada gigi indeks - Karies pada gigi indeks

- Penyakit sistemik 4. Variabel tidak terkendali:

- Pekerjaan

- Tingkat pendidikan - Status sosial-ekonomi

- Pemeliharaan kebersihan rongga mulut

- Mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi status periodontal Definisi Operasional:

Variabel Definisi Operasional

Variabel Bebas Penderita penyakit ginjal kronis

Penderita penyakit ginjal kronis yang mengalami kerusakan fungsi ginjal yang parah dan ireversibel, dan menjalani hemodialisis untuk menggantikan fungsi ginjal.

Variabel Terikat Kebutuhan perawatan periodontal

Kebutuhan perawatan penyakit periodontal berdasarkan hasil pemeriksaan medis yang dilakukan dengan menggunakan indeks CPITN

Skor 0 = tidak membutuhkan perawatan

Skor 1 = Memerlukan perbaikan

kebersihan mulut

Skor 2 = Memerlukan skeling supra dan

subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

(35)

subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

Skor 4 = Memerlukan perawatan

kompleks, skeling supra dan subgingiva, root planing, dan perbaikan kebersihan mulut.

3.5. Sarana Penelitian

3.5.1. Alat Penelitian

1. Prob WHO untuk mengukur nilai CPITN 2. Pinset

8. Alat tulis untuk mencatat

Sterilisasi alat dilakukan menggunakan autoclave.

3.5.2. Bahan Penelitian

1. Alkohol 70% 2. Kapas 3. Tisu

4. Hand sanitizer

3.6. Prosedur Penelitian

(36)

yang ditandatangani oleh subjek tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan suatu prob desain khusus dengan ujung bulat berdiameter 0,5mm dengan area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah 3,5-5,5mm yang dikenal dengan nama prob WHO. Pemeriksaan kebutuhan perawatan periodontal menggunakan indeks CPITN.

(37)

3.6.1 Skema Alur Penelitian

Skema alur penelitian yang akan dilakukan :

3.6.2 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer. Analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif, dengan hasil berupa persentase.

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Memberikan informed consent meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan

Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner

Melakukan pemeriksaan untuk melihat kebutuhan perawatan periodontal dengan menggunakan

indeks

Pencatatan hasil pemeriksaan

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari s/d 5 Maret 2015. Subjek penelitian sebanyak 43 orang pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan. Hasil penelitian mengenai kebutuhan perawatan periodontal akan disajikan dalam bentuk tabel berikut.

4.1. Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita penyakit ginjal, dan lama menjalani hemodialisis dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi data demografis subjek penelitian

(39)

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 43 orang. Berdasarkan jenis kelamin perempuan 20 orang (47%) dan laki-laki 23 orang (53%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas adalah SMA yaitu 19 orang (44%), Perguruan Tinggi 14 orang (32%), SMP 8 orang (19%), dan SD 2 orang (5%).

Berdasarkan lamanya menderita penyakit ginjal kronis, paling banyak adalah kelompok subjek yang menderita penyakit ginjal kronis 1-3 tahun sebanyak 18 orang (42%). Berdasarkan lamanya menjalani terapi hemodialisis, subjek terbanyak adalah yang menjalani terapi 1-3 tahun sebanyak 20 orang (47%).

4.2. Gambaran Kondisi Rongga Mulut

Gambaran kondisi rongga mulut pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian

Kondisi Rongga Mulut n %

Mengalami Gusi Berdarah saat Menyikat Gigi

(40)

4.3. Distribusi Status Periodontal Terhadap Lamanya Menderita Penyakit Ginjal Kronis

Distribusi status periodontal terhadap lamanya menderita penyakit ginjal kronis pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi status periodontal terhadap lamanya menderita penyakit ginjal kronis

Lama Menderita Penyakit Ginjal

Kronis

Status periodontal

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

< 1 tahun 0 (0%) 0 (0%) 4 (9%) 2 (5%) 6 (14%)

1-3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 4 (9%) 6 (14%) 8 (19%)

> 3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 1 (2%) 0 (0%) 12 (28%)

(41)

4.4. Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Terhadap Lamanya Menjalani Hemodialisis

Distribusi kebutuhan perawatan periodontal terhadap lamanya menjalani hemodialisis pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal terhadap durasi hemodialisis Durasi

Hemodialisis

Status periodontal

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

< 1 tahun 0 (0%) 0 (0%) 5 (12%) 2 (5%) 6 (14%)

1-3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 4 (9%) 6 (14%) 10 (23%)

> 3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 10 (23%)

Kebutuhan Perawatan Periodontal

0 (0%) 0 (0%) 17 (40%) 26 (60%)

(42)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 43 pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei untuk melihat kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor CPITN pada subjek adalah skor 4 sebanyak 26 orang (60%) yaitu membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Skor 2 dan skor 3 sebanyak 17 orang (40%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Joseph dkk. Pada penelitian yang dilakukan Joseph dkk terhadap 77 pasien penyakit ginjal kronis dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada kelompok penderita penyakit ginjal kronis.3

(43)

yang kompleks, dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, kebutuhan perawatan yang utama adalah mengenai instruksi kebersihan mulut serta pembersihan plak dan kalkulus secara profesional oleh dokter gigi.7

Mayoritas hasil penelitian mengemukakan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronis terjadi peningkatan insiden penyakit periodontal, kehilangan tulang, resesi gingiva, dan poket periodontal yang dalam. Kebersihan mulut pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis biasanya buruk, banyak deposit kalkulus, dan meningkatnya pembentukan plak. Akibat kebersihan mulut yang buruk juga menyebabkan subjek mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi, bau mulut dan gusi bengkak. Keadaan tersebut diperparah dengan penyakit ginjal kronis yang dideritanya. Selain itu, pasien penyakit ginjal kronis tidak begitu peduli dengan kesehatan dan kebersihan rongga mulut, dikarenakan stres psikologis yang dialami pasien maupun karena terapi hemodialisis yang dijalani sangat menyita waktu, sehingga menyebabkan kondisi rongga mulut bertambah parah.16,25

Selain masalah kebersihan mulut, kondisi periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis diperparah oleh produksi vitamin D yang tidak adekuat. Vitamin D penting untuk kesehatan periodonsium, meningkatkan kepadatan tulang rahang, menghambat resorpsi tulang, dan mengurangi keparahan periodontitis. Namun, pada pasien penyakit ginjal kronis kadar vitamin D tidak dapat bertambah dikarenakan, kerusakan nefron yang dialami mengakibatkan kelenjar paratiroid terstimulasi untuk mensekresi hormon paratiroid. Meningkatnya hormon paratiroid dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya kalsium dari tulang sehingga mengakibatkan demineralisasi tulang. Demineralisasi tulang yang terjadi dapat memicu destruksi tulang yang cepat dan periodontitis.15,25,28

(44)

Kebiasaan merokok dan menyirih merupakan salah satu faktor risiko dari periodontitis.25 Akan tetapi pada penelitian ini tidak ada subjek yang memiliki kebiasaan merokok dan menyirih semenjak didiagnosis menderita penyakit ginjal kronis oleh dokter.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dara Mauliza dkk, subjek penelitian yang mengalami periodontitis pada kelompok durasi < 1 tahun adalah 72,8%, untuk kelompok durasi 1-3 tahun adalah 81,8% dan untuk durasi > 3 tahun adalah 90,9%. Hal tersebut dikarenakan perjalanan penyakit yang semakin kronik dan kebersihan mulut yang semakin buruk seiring bertambahnya durasi hemodialisis. Durasi hemodialisis dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya periodontitis. Kebersihan rongga mulut ditemukan semakin buruk seiring dengan bertambahnya durasi hemodialisis akibat perilaku yang mengabaikan kebersihan rongga mulut pada pasien hemodialisis.25

Dalam penelitian yang dilakukan Swati dkk, menunjukkan bahwa kesehatan gigi memburuk seiring dengan meningkatnya durasi hemodialisis. Meskipun perbedaannya tidak signifikan, namun dari berbagai parameter klinis yang diukur dinyatakan memburuk. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Parkar SM dkk, Murthy AK dkk, dan Markagolu dkk. Menurut Swati, frekuensi hemodialisis memiliki pengaruh signifikan terhadap status periodontal pasien dengan skor yang memburuk seiring dengan peningkatan frekuensi hemodialisis dari sekali, dua kali dan lebih dari dua kali seminggu.26

(45)

1-3 tahun dan > 1-3 tahun. Oleh karena itu penting diteliti lebih lanjut mengenai kaitan antara durasi hemodialisis terhadap kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penyakit periodontal adalah inflamasi yang melibatkan satu atau lebih struktur periodonsium, yang meliputi tulang alveolar, ligamen periodontal, sementum, dan gingiva. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) merupakan indeks yang menilai tingkat keparahan penyakit dan kebutuhan perawatan periodontal pada suatu kelompok.

Mayoritas pasien penyakit ginjal kronis memiliki poket yang dalam dan kalkulus supra dan subgingiva. Kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan didominasi oleh skor 3, yaitu memerlukan skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan rongga mulut.

Pasien penyakit ginjal kronis, kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, dilihat dari frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat. Selain itu juga, tidak sedikit pasien yang belum pernah ke dokter gigi dan berkunjung ke dokter gigi hanya bila hendak mencabut gigi. Hal tersebut akan memperparah kondisi periodontal dari pasien penyakit ginjal kronis.

6.2. Saran

3. Perlu dilakukan edukasi dan motivasi terhadap pasien penyakit ginjal kronis agar lebih peduli dalam menjaga kesehatan rongga mulut, sehingga dapat mencegah berkembangnya penyakit periodontal.

4. Pihak klinik dapat bekerjasama dengan dokter gigi untuk melakukan program kesehatan gigi dan mulut agar tercapai kualitas hidup yang baik.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nadhiroh M, Fitri AD, Halim S. Pengaruh reuse dializer terhadap penurunan ureum kreatinin pada penderita GGK di RSUD Raden Mattaher Jambi

September 2014)

2. Jenabian N, Mirsaeed AMG, Ehsani H, Kiakojori A. Periodontal status of patient’s underwent hemodialysis therapy. Caspian J Intern Med 2013;4(2): 658-661.

3. Ariyamuthu VK, Nolph KD, Ringdahl BE. Periodontal disease in chronic kidney disease and end-stage renal disease patients: a review. Cardiorenal Med 2013;3:71-78.

4. Bhatsange A, Patil SR. Assessment of periodontal health status in patients undergoing renal dialysis: a descriptive, cross-sectional study. J Indian Soc Periodontol 2012;16(1):37-38.

5. Ismail G, Dumitriu HT, Dumitriu AS, Ismail FB. Periodontal disease: a covert source of inflammation in chronic kidney disease patients, review article. Hindawi Publishing Corporation International Journal of Nephrology 2013;6: 2-3.

6. Torkzaban P, Arabi R, Kadkhodazadeh M, Moradi J, Khoshhal M. Periodontal status in patients undergoing hemodialysis. DJH 2009;1(1):7.

7. Dencheva M. Research of periodontal status and treatment needs by cpitn in patients on haemodialysis and renal transplanted patients. J of IMAB 2009;15(2):3-5.

8. Levey AS, et al. Definition and classification of chronis kidney disease: a position statement from kidney disease: improving global outcomes (KDIGO). Kidney International 2005; 67: 2089-2100.

(48)

10.Swapna LA, Reddy RS, Ramesh T, Reddy RL, Vijayalaxmi N, Karmakar P, et al. Oral health status in haemodialysis patients. J Clinical and Diagnostic Research 2013;7(9): 2047-50.

11.The Renal Association 1950. CKD stages.

12.American Academy of Periodontology. Parameter on plaque-induced gingivitis. J Periodontol 2007;71(5): 851-2.

13.American Academy of periodontology. Parameter on chronic periodontitis with slight to moderate loss of periodontal support. J Periodontol 2007;71(5): 853-5.

14.Pusparini. Perubahan respons imun pada penderita ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. J Kedokter Trisakti 2000;19(3): 119-20.

15.Hamid MJ, Dummer CD, Pinto LS. Systemic conditions, oral findings and dental management of chronic renal failure patients: general considerations and case report. Braz Dent J 2006; 17(2): 168.

16.Alamo SM, Esteve CG, Perez GS. Dental considerations for the patients with renal disease. J Clin Exp Dent 2011; 3(2): 113-115.

17.Widiana GR. Preskripsi dan adekuasi hemodialisis. Medicina 2013;44: 27-36.

18.Haider SR, Tanwir F, Momin IA. Oral aspect of chronic renal failure: review article. Pakistan Oral & Dental Journal 2013; 33(1): 89.

19.Borawski J, et al. The periodontal status of pre-dialysis chronic kidney disease and maintenance dialysis patients. Nephrol Dial Transplant 2007;22: 461-2.

20.Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rded., USA: Elsevier Ltd, 2007;49-50.

(49)

22.Indices used for periodontal disease assessment.

23.Manson JD, Elley BM. Periodontics. 5thed., USA: Elsevier Ltd, 2004;124.

24.Skor kondisi periodontal saat probing.

2014)

25.Mauliza D, Tristanty O. Hubungan antara durasi hemodialisis dengan periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik. BIMKGI 2013; 2(1): 5-6. 26.Jain S, Singla A, Basavaraj P, Singh S, Singh K, Kundu H. Undelying

kidney disease and duration of hemodialysis: an assessment of its effect on oral health. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2014; 8(5): 67.

27.

and salivary changes among renal patients undergoing hemodialysis: A cross-sectional study. Indian J Nephrol 2013; 23(2): 127.

(50)
(51)
(52)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu

Saya Lisnawati Manullang, mahasiswa FKG USU yang ingin melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal

dan Hipertensi Rasyida Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

status kesehatan periodontal (jaringan pendukung gigi) dan tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi kepada Bapak/Ibu tentang kebutuhan perawatan periodontal (jaringan pendukung gigi), sehingga Bapak/Ibu mengetahui sejauh mana kebutuhan perawatan periodontal yang Bapak/Ibu perlukan, serta menjadi masukan Bapak/Ibu agar lebih menjaga kebersihan rongga mulut yang baik.

Subjek penelitian diharapkan mengisi data diri. Kemudian akan diberikan kuesioner dan dilakukan wawancara mengenai keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu alami setelah menderita penyakit ginjal kronis, riwayat penyakit dan kebiasaan sehari-hari yang berkaitan dengan gigi dan mulut, seterusnya akan dilakukan pemeriksaan jaringan periodonsium (gusi dan gigi) dengan menggunakan kaca mulut dan alat kedokteran gigi untuk mengukur kedalaman saku sekitar gigi dan mengukur kesehatan periodonsium yang dinamakan prob WHO. Penelitian ini hanya dilakukan sekali tiap subjek penelitian dan membutuhkan waktu 30 menit. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya (gratis).

(53)

perdarahan pada gusi. Namun, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan dilaksanakan pada hari dimana pasien tidak menjalani hemodialisis.

Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Ibu.

Jika Bapak/Ibu bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu bebas mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian penjelasan mengenai penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya dapat dimengerti, dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya Lisnawati Manullang (081322896106)

Peneliti,

(54)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini : Nama :

Alamat : Telepon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida

Medan”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, ……….

Yang menyetujui, Subjek Penelitian

(55)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI KLINIK SPESIALIS GINJAL DAN HIPERTENSI RASYIDA MEDAN

NO :

TANGGAL :

1. DATA RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin : L / P *

Usia :

Status Perkawinan : Kawin / Belum Kawin *

Suku Bangsa :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Nomor Telepon :

* : coret salah satu

DEPARTEMEN PERIODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(56)

2. RIWAYAT PENYAKIT DAN KEBIASAAN HIGIENE ORAL

1. Apakah Anda menyikat gigi secara teratur setiap hari? A. Ya

B. Tidak

2. Berapa kali dalam satu hari Anda menyikat gigi? A. Tidak Pernah

B. 1 kali sehari C. 2 kali sehari

D. Lebih dari 2 kali sehari

3. Pernahkah Anda berkunjung ke dokter gigi? A. Pernah

B. Tidak pernah

4. Jika pernah, kapan terakhir kali Anda berkunjung ke dokter gigi? A. 6 bulan yang lalu

B. 1 tahun yang lalu C. > 1 tahun yang lalu

5. Jika Anda berkunjung ke dokter gigi, tujuannya adalah A. Melakukan pemeriksaan rutin

B. Karena menderita sakit gigi atau gusi bengkak

C. ………..

6. Apakah Anda pernah mengalami gusi berdarah pada waktu menyikat gigi? A. Ya

(57)

7. Apakah Anda pernah merasakan mulut Anda berbau? A. Ya

B. Tidak

8. Apakah Anda pernah mengalami gusi bengkak? A. Ya

B. Tidak

9. Apakah Anda menderita penyakit lain?

A. Ya ceklis (√) jawaban

i. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ( )

ii. Diabetes Mellitus ( )

iii. Glomerulonefritis ( )

iv. Penyakit Jantung ( )

v. Batu Ginjal ( )

vi. Lain ……….

B. Tidak

10.Sudah berapa lama Anda menderita penyakit ginjal? A. Kurang dari 1 tahun

B. 1-3 tahun

C. Lebih dari 3 tahun

11.Sudah berapa lama Anda menjalani hemodialisis? A. Kurang dari 1 tahun

B. 1-3 tahun

C. Lebih dari 3 tahun

(58)

B. Menyirih

C. Menggigit pensil/kuku D. Bernapas melalui mulut

E. Mengunyah pada satu sisi, yaitu …………. F. Bruksism

G. Clenching

(59)

3. PEMERIKSAAN KEBUTUHAN PERAWATAN

Indeks CPITN

Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan

0 Sehat, tidak ada perdarahan, kalkulus atau poket

0 Tidak membutuhkan perawatan

1

Terdapat perdarahan pada gingiva, perdarahan tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah probing

1

Memerlukan perbaikan kebersihan mulut

2

Terdapat karang gigi (supra atau subgingiva) perabaan dengan probe terasa kasar, warna hitam pada probe

masih terlihat 2

Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

3

Terdapat poket patologis (4-5mm), sebagian warna hitam pada probe masih terlihat dari tepi gingiva pada daerah hitam

4

Terdapat poket patologis (≥6mm), seluruh warna hitam pada probe tidak terlihat, masuk ke dalam jaringan periodontal

3

Memerlukan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva, root planing, dan perbaikan kebersihan mulut.

Pemberian skor

17 16 11 26 27

47 46 31 36 37

(60)
(61)

30 Lk Perguruan Tinggi

1-3 tahun 1-3 tahun 4 3

31 Pr SMP 1-3 tahun 1-3 tahun 2 2

32 Lk SMA < 1 tahun < 1 tahun 4 3

33 Lk SMA > 3 tahun > 3 tahun 4 3

34 Lk SMA 1-3 tahun 1-3 tahun 3 2

35 Pr SMP < 1 tahun < 1 tahun 2 2

36 Lk SMA 1-3 tahun 1-3 tahun 3 2

37 Lk Perguruan

Tinggi

1-3 tahun 1-3 tahun 2 2

38 Pr SMA 1-3 tahun 1-3 tahun 2 2

39 Lk SMA < 1 tahun < 1 tahun 3 2

40 Lk SMA 1-3 tahun 1-3 tahun 3 2

41 Lk SD 1-3 tahun 1-3 tahun 2 2

42 Lk Perguruan

Tinggi

< 1 tahun < 1 tahun 2 2

(62)

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 23 53.5 53.5 53.5

Perempuan 20 46.5 46.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 2 4.7 4.7 4.7

SMP 8 18.6 18.6 23.3

SMA 19 44.2 44.2 67.4

Perguruan Tinggi 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

Lama Menderita Penyakit Ginjal Kronis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 1 tahun 12 27.9 27.9 27.9

1-3 tahun 18 41.9 41.9 69.8

> 3 tahun 13 30.2 30.2 100.0

(63)

Mengalami Gusi Berdarah Saat Menyikat Gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 22 51.2 51.2 51.2

Tidak 21 48.8 48.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Lama Menjalani Terapi Hemodialisis

Frequency Percent Valid Percent

(64)

Status Periodontal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Skor 2 9 20.9 20.9 20.9

Skor 3 8 18.6 18.6 39.5

Skor 4 26 60.5 60.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Kebutuhan Perawatan Periodontal (CPITN)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Membutuhkan Skeling dan

Perbaikan Kebersihan Rongga Mulut

17 39.5 39.5 39.5

Membutuhkan Skeling, Root planning, dan Perbaikan Kebersihan Rongga Mulut

26 60.5 60.5 100.0

(65)

RINCIAN DANA PENELITIAN

Biaya :

1. Prob WHO Rp. 154.000,-

2. Masker Rp. 30.000,-

3. Sarung Tangan Rp. 40.000.-

4. Nierbeken Rp. 28.000,-

5. Pinset Rp. 20.000,-

6. Kaca Mulut Rp. 15.000,-

7. Sonde Rp. 15.000,-

8. Souvenir Rp. 258.000,-

9. Kapas Rp. 17.000,-

10.Alkohol 70% Rp. 15.000,-

11.Fotokopi Rp. 200.000,-

12.Kertas kuarto 1 rim Rp. 30.000,-

13.Print Proposal Rp. 100.000,-

14.Biaya permohonan Ethical Clearance Rp. 100.000,-

15.Biaya seminar Rp. 220.000,-

Total Rp. 1.242.000,-

Terbilang: Satu juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah

(66)

PERSONALIA

1. Kepala Peneliti

a. Nama Lengkap : drg. Irma Ervina, Sp.Perio (K)

b. NIP : 197107021996012001

c. Pangkat : Dosen Pembimbing

d. Fakultas / Jurusan : Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

2. Peneliti

a. Nama Lengkap : Lisnawati Manullang

b. NIM : 110600101

c. Pangkat : Mahasiswi

(67)

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan

September Oktober November Desember Januari Februari Maret

Gambar

Tabel 1. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN7,23
Gambar 2: Skor kondisi periodontal saat probing24
tabel berikut.
Tabel 3. Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi Pengadaan Plastik Takah Bening dan Sampul Takah Biru pada Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII

[r]

Aplikasi multimedia Pembuatan Homepage dengan Menggunakan JavaScript ini dibuat untuk menjadi sumber informasi alternatif bagi siswa yang ingin mendapatkan informasi tentang grand

[r]

Sepakbola merupakan cabang olah raga yang populer dan banyak digemari, tapi tidak semua orang mengenal taktik-taktik dalam sepakbola oleh karena itu penulis mencoba membuat

[r]

Melalui Penulisan Ilmiah yang berjudul âPenerapan Operator Overloading C++ Untuk Pengolahan Matriks,â Penulis menjelaskan bagaimana cara membebanlebihi (overloading)