DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: PT.Salemba Patria.
Cornain, S. (2000). Tumor Ganas Pada Wanita.Jakarta : LPFKUI Heather, H.T. (2012). Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : EGC.
Admin. (2010). Defenisi ooforektomi. Diakses Melalui: Http://ubpreneur.com. Pada tanggal 6 Juni 2016.
Friendly. (2012). Ilmu Kesehatan:As kep Tumor Ovarium. Diakses Melalui: Http://cuitycuitytea.blogspot.com//. Diakses pada tanggal 1 Juni 2016.
Potter, A.P & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan.Edisi 4.Vol.2. Jakarta: EGC.
Potter, A.P & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan.Edisi 7.Vol.3. Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yongyakarta: Graha Ilmu.
Sarwono, P. (2011). Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Smeltzer, S.C & Bare, G.B (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunnerdan
Suddart.Edisi 8. Vol.1. Jakarta : EGC.
Wilkinson, J.M & Ahren, N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran, penulis akan menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberi saran sesuai kemampuan penulis :
1. Data pengkajian yang meliputi penyebab masalah kesehatan pada ny.T dengan prioritas masalah gangguan pemenuhan kebutuhan dasar rasa nyaman (nyeri), klien mengatakan nyeri pada luka post operasi ooforektomi di bagian abdomen inguinal kanan. Klien mengatakan nyeri di bagian operasi, punggung bawah terasa panas, klien mengatakan nyeri bertambah apabila klien menggerakkan tubuhnya atau merubah posisinya. Wajah klien tampak meringis pada saat nyeri muncul dan melindungi area yang nyeri, klien tampak lemah, skala nyeri diukur dengan NRS 8 dari 0-10. TTV klien dalam batas normal, TD : 120/80 x/mnt, HR : 90x/mnt, RR : 24x/mnt, T : 37 ºC, GCS : 15.
2. Prioritas masalah keperawatan pada Ny.T yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun/dibuat untuk memecahkan masalah diantaranya yaitu mengkaji nyeri secara komperhensif meliputi karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi nyeri dengan menggunakan NRS, mengukur tanda-tanda vital, mengajarkan teknik non farmakologis (teknik relaksasi), mengalihkan nyeri,teknik pengalihan (mendengar musik), mengendalikan faktor lingkungan yang baik agar klien merasa nyaman, kolaborasi pemberian analgesik.
nyeri klien, melakukan teknik relaksasi, menggunakan teknik pengalihan (mendengar musik), mengukur tanda-tanda vital, kolaborasi pemberian analgesik.
4. Evaluasi hasil keperawatan telah berhasil sebagian dilakukan yaitu dengan skala intensitas nyeri klien menurun (skala nyeri 4 dari 0-10), tanda-tanda vital klien dalam batas normal, klien tampak rileks dan klien mampu menggunakan teknik relaksasi (napas dalam) untuk mengatasi nyeri dengan benar.
1.2 Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan referensi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa nyaman (nyeri) sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa DIII Keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan adanya perawat lebih sering memaantau keadaan pasien diruangan tanjung 1 demi meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih maksimal.
3. Bagi profesi keperawatan
Bagi profesi keperawatan lebih memerhatikan dan menjalankan sesuai dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut.
4. Bagi mahasiswa
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Rasa Nyaman( Nyeri)
2.1.1 Pengertian Nyeri
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitasi nosiseptor, biasanya berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 6 bulan), dan memiliki onset yang tiba-tiba, seperti nyeri insisi setelah operasi.Nyeri jenis ini juga dianggap memiliki durasi yang terbatas dan bisa diduga, seperti nyeri pascaoperasi, yang biasanya menghilang ketika luka sembuh. Klien menggunakan kata-kata seperi “tajam”, “tertusuk”, dan tertembak untuk mendeskripsikan nyeri akut (Black & Hawks, 2014).
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi, berdurasi pendek, dan memiliki sendikit kerusakan jaringan serta respons emosional. Pada akhirnya, nyeri akut akan ditangani dengan atau tanpa pengobatan setelah jaringan yang rusak sembuh. Itu disebabkan karena nyeri akut dapat diprediksi waktu penyembuhannya dan penyebabnya dapat diidentifikasi (Potter & Perry, 2010). 2.1.2 Jenis nyeri
a. Nyeri perifer :Nyeri ini ada tiga macam: (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri viseral, rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, thoraks; (3) nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b. Nyeri sentral :Nyeri yang muncul akibat stimulasi di medula spinalis, batang otak, dan talamus.
2.1.3 Nyeri Akibat Tumor
Tidak semua klien dengan tumor dan kanker mengalami nyeri. Tetapi bagi mereka merasakan nyeri, Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) yang sebelumnya dikenal sebagai Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR) melaporkan bahwa hampir 90% klien dapat mengontrol nyeri dalam arti sederhana. Beberapa klien dengan penyakit tumor mengalami nyeri akut atau kronis. Nyeri tersebut terkadang berisfat nosiseptif atau neuropatik. Nyeri tumor biasanya disebabkan oleh berkembangnya tumor dan berhubungan dengan patologis, prosedur invasive, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan secara fisik. Klien merasakan nyeri di lokasi tempat dimana tumor, yang mengindikasikan adanya nyeri. Kaji adanya laporan nyeri baru yang timbul pada klien saat nyeri terjadi. Hampir 70-90% klien dengan tumor stadium lanjut mengalami nyeri. Enam puluh persen dari mereka melaporkan adanya nyeri tingkat sedang hingga berat (Black & Hawks, 2014).
2.1.4 Nyeri yang bersifat Nosiseptif
Proses normal dari stimulus yang merusak jaringan-jaringan normal. Nyeri nosiseptif dibagi 2 yaitu:
a. Nyeri somatik: berasal dari tulang, sendi, otot, kulit atau jaringan penghubung. Biasanya kualitas nyeri ini ditunjukkan dari nyeri yang dirasakan atau denyutan dan terlokalisasi dengan baik.
b. Nyeri viseral: timbul dari organ dalam, seperti sistem pencernaan dan pancreas. Kategorinya mencakup dibawah ini:
1. Adanya tumor didalam organ yang menyebabkan nyeri dan cukup terlokalisasi dengan baik.
2.2 PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah:
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri. c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
2.2.1 Mengkaji Persepsi Nyeri
Menurut Donovan dan Girton (1984) dalam prasetyo (2010), mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:
2.2.2.1 Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka.
2.2.2.2 Intensitas Nyeri
Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10) Keterangan: 0 : Tidak ada nyeri
1-2-3 : Nyeri Ringan 8-9 : Nyeri Sangat 4-5 : Nyeri Sedang 10 : Nyeri paling hebat
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini pasien menilai nyeri dngan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik (Smeltzer & Bare, 2001). 2.2.3 Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
a. Faktor Pencetus (P:Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
b. Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. d. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
e. Durasi (T : Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?, Sudah
berapa lama nyeri yang dirasakan?, Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?, Seberapasering nyeri kambuh?, atau dengan kata-kata lain yang semakna.
2.2.4 Respon-respon nyeri a. Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan melibatkan organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
1) Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial). - Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate. - Peningkatan heart rate.
- Peningkatan kekuatan otot. - Dilatasi pupil.
- Penurunan motilitas GI.
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam) - Muka pucat.
- Otot mengeras.
- Penurunan HR dan BP. - Nafas cepat dan irregular. - Nausea dan vomitus. - Kelelahan dan keletihan. b. Respon Perilaku.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.
c. Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
d. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.
Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari, sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program aktivitas pasien.Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain.
Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.
f. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.
Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang klien alami.
2.3 Analisa Data
2.3.1 Data Subjektif adalah klien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat. Misalnya: wajah meringis.
2.3.2 Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya: posisi untuk menghindari nyeri, perubahan selera makan, perilaku menjaga atau sikap melindungi nyeri, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan tekanan darah, perilaku ekspresif (misalnya: gelisah, merintih, menangis, peka terhadap rangsangan dan menghela nafas panjang).
2.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar keperawatan dari klien. Untuk mengidentifikasi kebutuhuan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005).
berat dengan akhir yang dapat mengantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA, 2012).
Menurut NANDA (Heather, 2012), menyatakan bahwa batasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan nyeri akut adalah :
a. Perubahan selera makan b. Perubahan tekanan darah c. Perubahan frekuensi jantung d. Perubahan frekuensi pernafasan e. Laporan isyarat
f. Perilaku distraksi ( misalnya : berjalan mondar-mandir, mencari orang lain atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
g. Mengekspresikan perilaku ( misalnya : gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabiilitas, mendesah)
h. Masker wajah ( misalnya : mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
i. Sikap melindungi area nyeri
j. Fokus menyempit ( misalnya : gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan)
k. Indikasi nyeri yang dapat diamati
l. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri m. Sikap tubuh melindungi
n. Dilatasi pupil
o. Melaporkan nyeri secara verbal p. Fokus pada diri sendiri
2.5 Diagnosa Keperawatan
Perawat dapat membuat diagnosis secara akurat ketika sudah menyelesaikan pengkajian secara menyeluruh. Perkembangan terhadap diagnosis keperawatan secara akurat pada klien dengan nyeri dihasilkan dari kumpulan dan analisis data secara cermat. Pengkajian yang dilakukan dengan teliti akann mengungkapkan adanya nyeri yang timbul atau potensial nyeri yang mungkin terjadi. Diagnosis keperawatan berfokus kepada sifat nyeri yang spesifik untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi jenis intervensi yang paling efektif untuk meredakan nyeri dan meningkatkan fungsi/peran klien. Diagnosis nyeri akut berhubungan dengan trauma fisik dan nyeri akut.
2.6 Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri menurut Smeltzer & Bare (2010) adalah:
Tujuan :
Klien secara aktif akan berpartisipasi dalam rencana pelaksanaan nyeri. Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Melaporkan peredaan nyeri yang diterima secara nyata bahwa pasien akan mendapat bantuan dalam meredakan nyeri.
- Melaporkan intensitas nyeri dan ketidak nyamanan nyeri menurun setelah intervensi digunakan.
- Melaporkan lebih sedikit gangguan dalam ketidak nyamanan akibat nyeri setelah penggunaan intervensi.
- Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri akut (tidak merengut, waspada terhadap lingkungan sekitar, ikut serta dalam peristiwa dan aktivitas).
- Mengidentifikasi keefektifan strategi peredaan nyeri.
- Memperagakan penggunaan strategi baru untuk meredakan nyeri dan melaporkan keefektifannya.
- Mengalami efek samping minimal dari analgesik tanpa gangguan untuk mengatasi efek samping.
Intervensi Rasional
1. Yakinkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut.
2. Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intesitas nyeri dan ketidaknyamanan.
3. Kaji dan catat nyeri, karakteristiknya : lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. 4. Berikan analgesik sesuai yang
diresepkan untuk meningkatkan peredaan nyeri yang optimal.
5. Berikan kembali skala pengkajian nyeri.
6. Catat keparahan nyeri pasien.
7. Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan keberhasilan pada nyeri sebelumnya. 8. Ajarkan pasien tambahan meredakan nyeri dan ketidaknyamanan : teknik
1. Ketakutan bahwa nyeri akan tidak dapat diterima seperti peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
2. Berikan nilai dasar untuk mengkaji perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
3. Data mebantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi sumber-sumber multiple dan jenis nyeri. 4. Analgesik lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.
5. Memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesik dan
relaksasi (tarik nafas dalam). 9. Instruksikan pasien dan keluarga tentang potensial efek samping analgesik dan pencegahan serta penatalaksananya.
7. Mendorong penggunaan strategi peredaan nyeri yang familiar dan dapat diterima oleh pasien.
8. Menggunakan strategi ini sejalan dengan analgesik dapat menghasilkan peredaan yang lebih efekif.
9. Mengantisipasi dan mencegah efek samping memampukan pasien untuk melanjutkan penggunaan analgesik tanpa gangguan karena efek samping.
2.7 Implementasi
Dalam bebarapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non-farmakologis adalah intervensi yang paling utama. Sedangkan, tindakan farmakologis disiapkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri. Terdapat tiga tindakan yang digunakan untuk mengontrol nyeri, yaitu: tindakan farmakologis, non-invasif, dan tindakan invasif. Ketiganya sering digunakan bersamaan didalam upaya mengontrol nyeri (Prasetyo, 2010).
2.8 Evaluasi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Ny.T.H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Thn
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Dolok sanggul Tanggal Masuk RS : 26-05-2016 Ruang/Kamar : Tanjung 1 Golongan Darah : O+
Tanggal Pengkajian : 30-05-2016 Tanggal Operasi : 27-05-2016
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Provacative/Paliative (P)
a. Apa penyebabnya : Klien mengatakan nyeri dibagian abdomen inguinal kanan disebabkan luka post operasi.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien mengatakan nyeri berkurang ketika mengkonsumsi obat analgesik (ketorolak(IV)).
2. Quantity/Quality (Q)
a. Bagaimana dirasakan : Klien mengatakan nyeri yang sangat sakit dan panas pada bagian punggung bawah.
b. Bagaimana dilihat : Wajah klien meringis menahan sakit. 3. Region/Wilayah (R)
a. Dimana lokasinya : Area vertikal abdomen di inguinal kanan.
b. Apa menyebar : Klien mengatakan tidak menyebar.
4.Severity (S) : Klien mengatakan terganggu
melakukan aktivitas seperti miring kanan dan kiri.
5. Time (T) : Klien mengatakan nyeri timbul ketika
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan mengalami
penyakit tumor ovarium sehingga harus segera dioperasi.
2.Pengobatan/tindakan yang pernah dilakukan : Pengobatan tradisional.
3. Pernah dirawat/operasi : Klien mengatakan tidak pernah di operasi.
4. Lama dirawat : Klien mengatakan tidak pernah dirawat.
5. Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi. V. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Orang tua : Klien mengatakan tidak ada penyakit
serius yang dialami orang tua pasien. 2. Saudara kandung : Klien mengatakan tidak ada penyakit
serius yang dialami.
3. Penyakit keturunan yang ada : Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang dialami.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
2. Konsep Diri
a. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya.
b. Harga diri : Klien tidak menunjukkan harga diri rendah terhadap penyakitnya.
c. Peran diri : Klien mengalami gangguan peran diri
selama sakit karena tidak bisa menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.
d. Identitas : Klien mengatakan dirinya sebagai
seorang ibu dan istri.
3. Keadaan emosi : Klien merasakan cemas dan sedih.
4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Semua anggota keluarganya.
b. Hubungan dengan keluarga : Hubungan dengan keluarga baik dan harmonis.
c. Hubungan dengan orang lain : Hubungan dengan tetangga dan orang lain juga baik.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
5. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Kristen dan ibadah ke gereja.
b. Kegiatan ibadah : Ibadah.
VII. Pemeriksaan Fisik
TB : 148 cm.
BB : 38 kg.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 37ºC.
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg.
c. Nadi : 90 x/mnt.
d. Pernafasan : 24x/mnt.
e. Skala nyeri : 8 dari skala NRS 0-10.
VIII. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Bentuk kepala simetris dan tidak ada benjolan.
b. Ubun-ubun : Tidak ada lesi.
c. Kulit kepala : Bersih.
2. Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut menyebar rata diseluruh kepala.
b. Bau : Tidak ada bau.
c. Warna rambut : Hitam dan sudah beruban.
3. Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang.
4. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua bola mata simetris dan lengkap. b. Konjungtiva dan sklera : Normal.
c. Pupil : Isokor.
d. Cornea dan iris : Normal.
e. Visus : Normal.
5. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Bentuk simetris tidak ada sekret yang keluar dari hidung dan posisi septum nasi berada ditengah ( tidak ada kelainan).
b. Lubang hidung : Lengkap dan ada dua lobang hidung. c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung/normal. 6. Telinga
a. Bentuk telinga : Kedua telinga berbentuk simetris. b. Ukuran telinga : Kedua telinga berukuran sama. c. Lubang telinga : Lengkap dan tidak ada sumbatan. d. Ketajaman pendengaran : Pasien masih mendengar dengan baik,
bisa diajak bicara dengan baik. 7. Mulut dan faring
b. Keadaan gusi dan gigi : Tidak dilakukan pemeriksaan. c. Keadaan lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan.
8. Leher
a. Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid.
b. Suara : Cukup jelas.
c. Denyut nadi karotis : Nadi karotis berdenyut. 9. Pemeriksaan integument
a. Kebersihan : Cukup bersih.
b. Warna : Sawo matang.
c. Turgor : Normal.
d. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit. 10. Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Normal ditunjukkan dengan dada mengembang dengan normal.
b. Pernafasan : 24 x/menit.
c. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas.
11. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat luka post
c. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan dikarenakan klien masih mengalami nyeri.
d. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
dikarenakan klien masih mengalami nyeri.
12. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
b. Anus dan perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan.
13. Pemeriksaan musculoskeletal/ ekstremitas ( kesimetrisan, kekuatan otot, edema) a. Pemeriksaan ekstremitas atas : Tangan terpasang infus dengan cairan
ringer laktat (RL) 20 tetes/menit. b. Pemeriksaan ekstremitas bawah : Normal.
c. Pemeriksaan neorologi : Tidak dilakukan pemeriksaan. d. Fungsi motorik : Klien dapat merubah posisi miring
kanan dan miring kiri. e. Fungsi sensorik
IX. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari. b. Nafsu/selera makan : Selera makan.
c. Alergi : Tidak ada riwayat alergi.
d. Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah. e. Waktu pemberian makan : Pagi, siang, malam (teratur). f. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi setiap makan dengan jenis
makanan yaitu nasi, sayur, buah-buahan, ikan, telur.
g. Waktu pemberian cairan/minum : Klien mengatakan minum pada saat setelah makan dan ketika haus. Klien minum sekitar 1,5-2 L/hari.
i. Masalah makan dan minum : Klien tidak ada masalah kesulitan dalam menelan.
2. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Klien mandi 2 kali/hari dibantu oleh anggota keluarganya.
b. Kebersihan gigi dan mulut : Selama di RS klien kurang memerhatikan kebersihan gigi. 3. Pola kegiatan/aktivitas
oleh keluarganya pasca operasi tetapi sebelum klien sakit klien melakukan segala aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : Klien melakukan berdoa selama dirumah sakit dan tidak pergi ke gereja dikarenakan masih sakit.
X. Pola eliminasi
a.BAB
1.Pola BAB : 1 kali/hari setelah operasi.
2.Karakter feses : Kuning.
b.BAK
1.Pola BAK : Klien tepasang selang kateter.
2.Karakter urine : Kuning kemerahan.
3.Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada rasa nyeri.
4. Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal. XI. Terapi Obat
a.Keterolac 1 amp/8jam analgesik : Guna untuk mengurangi nyeri sedang hingga berat.
2.6 ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Ds :
-Klien mengatakan sakit pada area post operasi ooforektomi. bagian area yang di post operasi
Insisi bedahpost operasi ooforektomi ↓
Trauma Mekanik/ Jaringan rusak ↓
Sensasi yang tidak menyenangkan ↓
Persepsi nyeri
(dihitung dengan NRS : skala 8 dari 0-10)
Subyektif : Obyektif : -Intensitas skala -respon perilaku nyeri -respon fisiologis -Karakteristik nyeri -respon afektif -Persepsi klien
tentang nyeri -Koping klien
Faktor yang mempengaruhi : - Usia
- Pengalaman Nyeri - Kognitif tentang nyeri - Ansietas
- Tingkat keparahan nyeri - Lokasi nyeri
-Suhu : 37 ºC.
2.7 Rumusan Masalah
a. Masalah Keperawatan - Nyeri Akut
b. Diagnosa Keperawatan (prioritas)
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi ooforektomi pada tumor ovarium ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada luka, nyeri seperti tertusuk-tusuk, punggung bawah terasa panas, gelisah, wajah meringis kesakitan, nyeri bertambah saat merubah posisi dan skala nyeri 8 dari 0-10.
2.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri: Tujuan :
Klien secara aktif akan berpartisipasi dalam rencana pelaksanaan nyeri. Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Melaporkan peredaan nyeri yang diterima secara nyata bahwa pasien akan mendapat bantuan dalam meredakan nyeri.
- Melaporkan lebih sedikit gangguan dalam ketidak nyamanan akibat nyeri setelah penggunaan intervensi.
- Menerima medikasi nyeri sesuai yang diresepkan.
- Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri akut (tidak merengut, waspada terhadap lingkungan sekitar, ikut serta dalam peristiwa dan aktivitas).
- Mengidentifikasi keefektifan strategi peredaan nyeri.
- Memperagakan penggunaan strategi baru untuk meredakan nyeri dan melaporkan keefektifannya.
- Mengalami efek samping minimal dari analgesik tanpa gangguan untuk mengatasi efek samping.
Rencana Tindakan Rasional
1.Yakinkan pasien bahwa anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut.
2.Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intesitas nyeri dan ketidaknyamanan.
3.Kaji dan catat nyeri, karakteristiknya : lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi. 4.Berikan analgesik sesuai yang
diresepkan untuk meningkatkan peredaan nyeri yang optimal.
5.Berikan kembali skala pengkajian nyeri.
6.Catat keparahan nyeri pasien.
7.Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan
1.Ketakutan bahwa nyeri akan tidak dapat diterima seperti peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
2.Berikan nilai dasar untuk mengkaji perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
3.Data mebantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi sumber-sumber multiple dan jenis nyeri. 4.Analgesik lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.
5.Memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesik dan
keberhasilan pada nyeri sebelumnya. 8.Ajarkan pasien tambahan meredakan nyeri dan ketidaknyamanan : teknik relaksasi (tarik nafas dalam). 9.Instruksikan pasien dan keluarga tentang potensial efek samping analgesik dan pencegahan serta penatalaksananya.
kebutuhan analgesik tambahan atau pendekatan alternatif terhadap penatalaksanaan nyeri.
7.Mendorong penggunaan strategi peredaan nyeri yang familiar dan dapat diterima oleh pasien.
8.Menggunakan strategi ini sejalan dengan analgesik dapat menghasilkan peredaan yang lebih efekif.
2.9 PELAKSANAAN KEPERAWATAN/CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi
Senin 30-05-2016 1
1.Yakinkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dialami klien nyata dan akan membantunya kanan, terasa panas di bagian punggung bawah.
O :
7.Mencatat keparahan nyeri yang dialami klien. 8.Mengidentifikasi dan
ketidaknyamanan : teknik relaksasi (tarik nafas
S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri.
pengkajian nyeri untuk
ketidaknyamanan : teknik relaksasi (tarik nafas
-Skala nyeri 7 dari 0-10. musik, nonton tv atau berbicara dengan orang lain untuk mengalihkan rasa nyeri yang dialami klien.
0-2.Melakukan pengkajian - klien merasa nyaman diruang rawat inapnya
keparahan nyeri yang dialami klien.
3.Mengukur TTV klien. 4.Memberikan posisi nyaman pada klien.
-Skala nyeri 4 dari 0-10.
TTV Klien:
TD : 120/80 mmhg. HR : 80 x/mnt. RR : 20 x/mnt. T : 37ºC. -Klien mampu melakukan teknik relaksasi (tarik nafas dalam) secara mandiri. -Klien mampu
mengalihkan nyeri dengan cara
mendengarkan musik, menonton tv, berbicara dengan orang lain. -klien merasa nyaman diruang rawat inapnya -Klien tampak rileks. A : Masalah gangguan rasa nyaman : nyeri akut teratasi sebagian. P : Intervensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tumor ovarium adalah penyebab kematian yang terbanyak di antara tumor ganas ginekologik. Tumor ovarium dapat menyebar dengan cara berhubungan langsung dengan orang sekitarnya, atau melalui cairan peritoneum. Sering pada lapisan serosa dari tuba fallopi, uterus, kandung kencing, dan rektum terkena proses akibat hubungan langsung. Tumor ini juga melepaskan sel-sel ganasnya ke dalam rongga peritoneum. Sel-sel ganasnya mempunyai kemampuan berimplantasi pada organ-organ di dalam rongga peritoneum dan bertumbuh sebagai anak sebar (Cornain, 2000).
Tumor ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, ektodermal dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan. Relatif sering ditemukan pada wanita usia lanjut. Pemakaian obat yang menyuburkan kandungan bagi wanita yang sulit hamil justru dapat mengakibatkan tumor ovarium, karena ada perubahan pembuluh darah akibat ovulasi berlebihan jadi dipicu obat penyubur kandungan. Tetapi penyebab tumor ovarium disebabkan multifaktor. Tanda dan gejalanya seperti haid tidak teratus, ketegangan menstrual yang terus meningkat, darah menstrual banyak dengan nyeri tekanan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih. Klasifikasi tumor ovarium sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.
benang merah dari semua gejala yang ada, termasuk dengan adanya timbunan cairan di rongga dada. Tumor ini tidak sepenuhnya dari jaringan ikat karena juga terdapat unsur germinal, tekoma dan transformasi kearah ganas seperti tumor walaupun tanpa adanya metastase ke pleura. Hidrotraks dan asietas selalu menyertai fibroma ovarium dalam sindroma Meig’s. Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dan ukuran rata-rata tumor ini adalah 6 cm. Konsistensi tumor adalah kenyal, padat deengan permukaan yang halus dan rata. Hampir semua tumor ovarium diindikasikan untuk diangkat, temasuk fibroma (Sarwono, 2011).
Ooforetektomi adalah mengeluarkan indung telur melalui pembedahan atau tindakan yang menghancurkan indung telur. Operasi ini bisa juga disebut dengan ovariektomi. Ooforektomi paling sering dilakukan karena penyakit seperti tumor ovarium, atau kanker, sebagai profilaksis untuk mengurangi kemungkinan terkena kanker ovarium atau kanker payudara, atau dalam hubungannya dengan pengangkatan rahim. Pembedahan ooforektomi dapat menyebabkan luka, luka dari pembedahan pascaoperasi dapat menimbulkan nyeri.
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitasi nosiseptor, biasanya berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 6 bulan), dan memiliki onset yang tiba-tiba, seperti nyeri insisi setelah operasi.Nyeri jenis ini juga dianggap memiliki durasi yang terbatas dan bisa diduga, seperti nyeri pascaoperasi, yang biasanya menghilang ketika luka sembuh. Klien menggunakan kata-kata seperi “tajam”, “tertusuk”, dan tertembak untuk mendeskripsikan nyeri akut (Black & Hawks, 2014).
1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut pada pasien pasca operasi tumor ovarium.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut pada klien.
b. Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan terkait dengan kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut pada klien.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien dengan kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut pada klien.
1.3Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.3.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis tentang asuhan keperawatan dengan prioritas kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri akut.
1.3.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studinya.
1.3.3 Bagi Praktik Kesehatan
Abstrak
Tumor ovarium adalah penyebab kematian yang terbanyak di antara tumor ganas
ginekologik. Tumor ovarium dapat menyebar dengan cara berhubungan langsung
dengan orang sekitarnya, atau melalui cairan peritoneum. Sering pada lapisan
serosa dari tuba fallopi, uterus, kandung kencing, dan rektum terkena proses
akibat hubungan langsung. Tumor ini juga melepaskan sel-sel ganasnya ke dalam
rongga peritoneum. Sel-sel ganasnya mempunyai kemampuan berimplantasi
pada organ-organ di dalam rongga peritoneum dan bertumbuh sebagai anak sebar
(Cornain, 2000). Tumor ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histiogenesis yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, ektodermal dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan. Relatif sering ditemukan pada
wanita usia lanjut. Pemakaian obat yang menyuburkan kandungan bagi wanita
yang sulit hamil justru dapat mengakibatkan tumor ovarium, karena ada
perubahan pembuluh darah akibat ovulasi berlebihan jadi dipicu obat penyubur
kandungan. Tetapi penyebab tumor ovarium disebabkan multifaktor. Tanda dan
gejalanya seperti haid tidak teratus, ketegangan menstrual yang terus meningkat,
darah menstrual banyak dengan nyeri tekanan pada payudara, menopause dini,
rasa tidak nyaman pada abdomen, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih.
Klasifikasi tumor ovarium sampai sekarang belum ada yang benar-benar
Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri Akut Pada Pasien
Pasca Operasi Tumor Ovarium Di RSUD dr. Pirngadi Kota
Medan
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Disusun Oleh :
Evi Sahfitri Siregar
132500063
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Evi Sahfitri Siregar
NIM : 132500063
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri Akut Pada Pasien Pasca Operasi Tumor Di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada institusi mana pun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Medan, 15 Juni 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“ Asuhan Keperawatan pada Ny.T dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa
Nyaman: Nyeri Akut Pada Pasien Pasca Operasi Tumor Ovarium di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan ” yang merupakan salah satu syarat kelulusan dalam jenjang pendidikan program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan KTI.
6. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp.Mat, selaku dosen penguji yang memberikan saran dan ktirik.
7. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan khususnya DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staff non akademik yang telah banyak membantu penulis dalam bidang administrasi.
9. Serta Kelompok KTI dengan bimbingan ibu Erniyati (Mutia Sari, Paniati) yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada saya.
10.Kepada teman saya tercinta Alm.Rizkina Rahmi, Endah Oktari Harahap, Lily Putri Marito, Larasati Inayah Nst, Devi Fadillah, Yunisyah Mawaddah, Astri Rizalina, Sahnan Hanafiah, M.Assidiqie, Siti Khairiah, Dita Hedianti dan seluruh kerabat DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013, yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada saya sehingga saya mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, 10 Juni 2016
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Rasa Nyaman: Nyeri Akut ...4
1. Pengkajian ... 6
2. Analisa Data ... 10
3. Rumusan Masalah ... 10
4. Diagnosa Keperawatan... 12
5. Rencana Asuhan Keperawatan ... 12
6. Implementasi ... 14
7. Evaluasi ... 14
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 15
1. Pengkajian ... 15
2. Analisa Data ... 25
3. Rumusan Masalah ... 26
4. Rencana Asuhan Keperawatan ... 26
5. Implementasi dan Evaluasi ... 29
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Kesimpulan ... 34
B. Saran ... 35