• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekasaran Permukaan Bahan Semen Ionomer Kaca Setelah Perendaman Dalam Obat Kumur Beralkohol Selama 30, 60 dan 90 Detik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekasaran Permukaan Bahan Semen Ionomer Kaca Setelah Perendaman Dalam Obat Kumur Beralkohol Selama 30, 60 dan 90 Detik"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Alur Penelitian

Pembuaan Samoel SIK

Perendaman dalam obat kumur selama 30 detik Pengukuran kekasaran awal

Perendaman oleh obat kumur selama 30 detik

Sampel Sik dibuat dengan menggunakan cetakan dari stinlestel dengan diameter 10mm dan tebal 2mm

Pengukuran kekasaran permukan

Perendaman dalam obat kumur selama 30 detik Pengukuran kekasaran permukaan

Pengukuran kekasaran permukaan

Analisa Statistik

Data 90 dtk Data 60 dtk Data 30 dtk

(2)

N 4Tests of Normality

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

(3)

Multivariate Testsb b. Design: Intercept

Within Subjects Design: waktu Ada beda, p<0,05 (p=0,001)

Estimates Measure:MEASURE_1

waktu Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

1 .565 .036 .484 .646

Difference (I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

(4)

3 1 .397* .056 .000 .269 .525

2 .252* .092 .023 .044 .460

4 -.063* .019 .010 -.107 -.019

4 1 .460* .054 .000 .338 .582

2 .315* .089 .006 .115 .515

3 .063* .019 .010 .019 .107

Based on estimated marginal means

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Beresescu G, Brezeanu LC. Effect of artificial saliva on the surface roughness of glass-ionomer cements. Scientific Buletin of The University Targu Mures 2011; 8: 134-6.

2. Anusavice KJ, Scen C, Rawls HR. Philips’ science of dental material. 12th ed. China.

3. Upadhya N, Kishore G. Glass Ionomer Cement-The Different Generations. Trend Biomater 2005; 18(2) :158-65.

4. Momesso MGC, Silva RC, Imparaho JCP, Molina C, Navarro RS, and Rebeiro SJL. In vitro surface roughness of different glass ionomer cements indicated for ART restorations. Braz J Oral Sci 2010: 9(2): 77-80.

5. Bagheri R, Burrow MF, Tyas MJ. Surface characteristic of aesthetic restorative material-an. SEM study. The journal of rehabilitation 2007; 34: 68-76.

6. Lohbauer U. Dental Glass Ionomer Cements as Permanent Filling Materials – Properties, Limitation and Future Trends. The journal material. 2009; 3: 76-96.

7. Anyanwu OC, Baugh KK, Bennet SB, Johnson JM, Madlock RL, Pollard NE, et al. Comparison of the antibacterial effectiveness of alcohol-containing and non-alcohol containing mouthwashes. Lincoln University Journal of Science. 2011: 2(1): 7-12

(6)

9. Awliya WY. The effect of mouthrinses on surface heardness and weight change of some esthetic restorative materials.

10. Sadaghiani L, Wilson MA, Wilson NHF. Effect of Selected Mouthwashes on the Surface Roughness of Resin Modified Glass Ionomer Restorative Materials. The journal dental materials. 2007: 325-34.

11. Sight TRM, Suresh P, Sandhyarani, Sravanthi J. Glass ionomer Cement (GIC) in dentisty; a review. The international journal of planet animal and environmental sciences 2011: 1(1); 26-30.

12. Darvell BW. Material science for dentistry. 20th ed. Hongkong : Pokfulam, 2000: 384-402.

13. Silva RC, Zuanon AC. Surface Roughness of Glass Ionomer Cements indicated for atraumatic restorative treatment. Braz Dent J 2006: 17(2): 281-9. 14. DePaola LG, Spolarich E. Safety and Efficacy of Antimicrobial Mouthrinses

in Clinical Practice. The journal of dental hygiene. 2007: 81(5): 1-16.

15. Taie LA, Aubaydi AFM, Shamma AMW. The effect pepsi cola beverage on surface roughness of two composite resins (in vitro study). MDJ 2010: 7(1): 9-14.

(7)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium. 3.2 Desain

Desain penelitian adalah time series design.

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat : Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi USU Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Medan

Waktu : 03 July 2012 – Selesai

3.4 Sampel Dan Besar Sampel15

3.4.1 Sampel

Semen ionomer kaca berbentuk tablet berdiameter 10 mm dengan ketebalan 2 mm.

Gambar 2. Bentuk dan ukuran sampel

(8)

Dengan kriteria sebagai berikut: Kriteria inklusi:

a. Sampel semen ionomer kaca memiliki permukaan yang halus. b. Permukaan sampel berbentuk bulat sempurna

Kriteria eksklusi:

a. Sampel memiliki poreus dan cacat.

b. Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain maupun debris.

3.4.2 Besar Sampel16

Pada penelitian ini besar sampel dihitung berdasarkan rumus Federer : (t-1)(r-1)≥ 15

Keterangan: t : jumlah perlakuan r: jumlah sampel

Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok, maka t = 3 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(3– 1) (r – 1) ≥ 15 2(r – 1) ≥ 15 r – 1 ≥ 15/2 r ≥ 7,5 +1 r ≥ 8,5

(9)

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman dalam larutan obat kumur yang mengandung alkohol (30 detik, 60 detik, dan 90 detik).

3.5.2 Variabel Tergantung

Kekasaran permukaan semen ionomer kaca.

3.5.3 Varibel Terkendali

1. Ukuran sampel semen ionomer kaca (diameter 10 mm dan ketebalan 2 mm) 2. Waktu perendaman (30 detik, 60 detik, dan 90 detik)

3. Konsentrasi obat kumur (21,6% alkohol) 4. P/L ratio semen ionomer kaca

5. 5 ml obat kumur beralkohol persatu sampel

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

(10)

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Semen ionomer kaca adalah semen yang terdiri atas fluoroaluminosilicate

glass, biasanya dalam garam strontium atau kalsium, dan cairan asam

polialkenoat, seperti poliakrilat, maleat, itakonat dan asam trikarbalillik. 2. Kekasaran permukaan adalah karakteristik suatu permukaan benda yang

bergelombang (tidak teratur) dengan satuan µm yang diukur dengan menggunakan alat ukur profilometer.

3. Waktu perendaman semen ionomer kaca adalah waktu yang diperlukan untuk merendam semen ionomer kaca (30 detik, 60 detik, dan 90 detik). 4. Obat kumur yang beralkohol adalah produk yang digunakan untuk menjaga

(11)

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1 Alat

1. Master Cast dengan Mould (diameter 10 mm dan tebal 2 mm) terbuat dari

stainless steel

Gambar 3. Master Cast

2. Instrumen Plastis

(12)

3. Wadah Plastik

Gambar 5. Wadah Plastik Tupperware

4. Object Glass

Gambar 6. Object Glass

5. Chellopane Strip

(13)

6. Stylus Profilometer (Mitutoyo, Japan)

Gambar 8. Stylus Profilometer

7. Gelas ukur

(14)

8. Tissue

Gambar 10. tissue

9. Semen Spatel

(15)

10. micromotor merek EscortII Pro

(16)

3.7.2 Bahan Penelitian

Tabel 1. Bahan Penelitian

No. Bahan Merek Kandungan

1 Obat kumur yang mengandung alkohol (21,6%)

Listerin Sorbitol,

Ethyl Alcohol,

Amino Acetic Acid,

Sodium Lauryl

2 Semen Ionomer Kaca Semen Ionomer

(17)

3.8Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

3.8.1 Pembuatan Master Cast

Master cast terbuat dari stainless steel yang berukuran tebal 2 mm dan diameter 10 mm untuk sampel semen ionomer kaca.

Gambar 14

3.8.2 Pembuatan Sampel dan Pengukuran Kekasaran Permukaan Sempel Awal

1. Bubuk dan cairan semen ionomer kaca dengan perbandingan 3,4g : 1,0g di letak di atas glass lab dan kemudian diaduk hingga rata dan homogen.

(18)

4. Pinggiran sampel yang berlebih dihaluskan dengan menggunakan bur stone.

5. Semen ionomer kaca dibuat sebanyak 10 buah untuk dilakukan perlakuan perendaman secara berkelanjutan (30 detik, 60 detik dan 90 detik)

Gambar 15.

6. Dilakukan pengukuran kekasaran permukaan awal (data awal) 7. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan dengan cara:

a. Pada permukaan sampel di buat 3 tanda sebagai panduan untuk pengukuran dan menandai bagian atas permukaan sampel.

b. Pengukuran dilakukan dengan alat profilometer dan dilakukan pada setiap area yang sudah ditandai sebelumnya

c. Stylus profilometer diletakkan diatas permukaan sampel, kemudian profilometer dihidupkan. Stylus akan bergerak mundur lebih kurang sebesar 8 mm sampai batas ujung sampelnya

3.8.3 Perendaman dalam Larutan Obat Kumur dan Pengujian Kekasaran Permukaan Setelah Perlakuan Sampel

(19)

Setelah 30 detik sampel diangkat menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tissue. Kemudian sampel diukur kekasaran permukaannya dengan menggunakan profilometer dan mencatat hasil yang didapat (sebagai data 30 detik). Pengukuran kekasaran dilakukan sesuai dengan pengukuran kekasaran permukaan awal.

Gambar 16.

2. Kelompok perendaman 60 detik, sampel yang sama dimasukkan kedalam wadah yang telah berisi obat kumur yang mengandung alkohol sebesar 5 ml dan direndam selama 30 detik dengan larutan obat kumur yang baru (penghitungan waktu menggunakan stopwatch). Kemudian sampel diangkat menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tissue. Kemudian sampel diukur kekasaran permukaannya dengan menggunakan profilometer dan mencatat hasil yang didapat (sebagai data 60 detik). Pengukuran kekasaran dilakuka sesuai dengan pengukuran kekasaran permukaan awal.

(20)

mencatat hasil yang didapat (sebagai data 90 detik. Pengukuran kekasaran dilakukan sesuai dengan pengukuran kekasaran permukaan awal.

4. Data yang telah diperoleh dicatat, kemudian dihitung rata-ratanya.

5. Setiap perlakuan pada sampel dilakukan satu persatu dan dilakukan penggantian larutan obat kumur yang menggandung alkohol sebesar 5 ml disetiap perlakuannya. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penguapan dari alkohol itu sendiri.

3.9Pengolahan Dan Analisa Data

(21)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian didapat nilai kekasaran permukaan dari kelompok awal sebesar 0,56 ± 0,11 ; kelompok perendaman 30 detik sebesar 0,71 ± 0,23 ; kelompok perendaman 60 detik sebesar 0,96 ± 0,16 ; dan kelompok perendaman 90 detik sebesar 1,02 ± 0,13.

Terdapat adanya perbedaan perubahan kekasaran permukaan pada setiap bertambahnya waktu perendaman. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah perendaman dalam obat kumur beralkohol.

Tabel 2. Nilai kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca pada Kelompok Awal, Kelompok Perendaman Selama 30 detik, 60 detik Dan 90 Dalam Larutan Obat Kumur Beralkohol (µm).

No Sampel

Nilai Kekasaran Permukaan SIK (µm)

(22)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas dan hasilnya menunjukkan nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal pada lampiran tabel 1.

Tabel 3. Hasil Uji Statistik Anova Satu Arah (p ≤ 0,05)

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

waktu Pillai's Trace .902 21.423a 3.000 7.000 .001

Wilks' Lambda .098 21.423a 3.000 7.000 .001

Hotelling's Trace 9.181 21.423a 3.000 7.000 .001

Roy's Largest Root 9.181 21.423a 3.000 7.000 .001

Dari hasil uji Anova satu arah didapatkan nilai p = 0,001 yang artinya ada perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) pada kelompok waktu perendaman. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho (hipotesa awal) ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan kekasaran yang signifikan pada permukaan semen ionomer kaca setelah perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol dalam waktu yang berbeda. Untuk mengetahui adanya perbedaan antara masing-masing waktu perendaman dilakukan Post Hoc Test dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Signifikasi Nilai Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca dengan Uji LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J)

Sig

Awal 30 detik 0,145 0,138

30 detik 60 detik 0,252 0,023*

60 detik 90 detik 0,063 0,010*

(23)

Pada tabel 4 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji Least Significant

Difference (LSD) didapatkan nilai p antara kelompok awal dengan kelompok

perendaman 30 detik adalah p = 0,138 (p ˃ 0,05) artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel awal dengan waktu perendaman 30 detik dalam obat kumur yang beralkohol.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p antara kelompok perendaman 30 detik dengan kelompok perendaman 60 detik adalah p = 0,023 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu perendaman 30 detik dengan waktu perendaman 60 detik dalam obat kumur yang beralkohol.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p antara kelompok perendaman 60 detik dengan kelompok perendaman 90 detik adalah p = 0,010 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perendaman 60 detik dengan kelompok perendaman 90 detik dalam obat kumur yang beralkohol.

(24)

Gambar 15. Grafik rata – rata perubahan kekasaran permukaan sampel.

Pada gambar 15 terlihat bahwa terdapat perubahan kekasaran permukaan dari mulai sampel awal 30, 60 sampai 90 detik dimana kekasaran permukaan semen ionomer kaca semakin meningkat. Perubahan kekasaran permukaan yang sangat signifikan terlihat pada kelompok perendaman 60 dan 90 detik.

0

awal 30 detik 60 detik 90 detik

(25)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah direndam selama 30, 60 dan 90 detik. Namun perbedaan yang bermakna hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman 30 ke 60, dan 60 ke 90 detik (p < 0.05). Dimana semen ionomer kaca memiliki sifat penyerapan air yang dalam hal ini ketika direndam dalam larutan obat kumur yang mengandung alkohol akan terjadi penyerapan air, diantara molekul-molekul air lebih mudah bergerak sehingga akan melemahkan ikatan rantai polimer semen ionomer kaca tersebut. Dinyatakan juga alkohol yang terkandung dalam obat kumur dapat menyebabkan terjadinya pelepasan komponen matriks pembentuk kation seperti, natrium (Na), kalsium (Ca), alumunium (Al) dan fluor sehingga terjadinya penurunan berat dan meningkatkan kekasaran permukaan semen ionomer kaca yang signifikan.9,10

Penelitian Awliya WY (2005) melaporkan bahwa obat kumur yang beralkohol berdampak buruk terhadap kekerasan resin komposit, GIC, dan RMGIC.9 Hal ini mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya perbedaan kekasaran yang bermakna pada semen ionomer kaca setelah perendaman obat kumur yang mengandung alkohol 21,6%.

Tetapi dalam penelitian Sadaghiani,dkk (2007) melaporkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol tidak memiliki perubahan yang signifikasi secara statistik pada permukaan bahan restorasi resin modifikasi ionomer kaca.10

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian eksperimental laboratorium yang telah dilakukan dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Adanya perbedaan kekasaran permukaan semen ionomer kaca yang bermakna setelah dilakukan perendaman dalam obat kumur yang beralkohol dengan waktu yang berbeda yaitu 30 detik, 60 detik dan 90 detik waktu perendaman.

2. Semakin lamanya waktu perendaman dengan obat kumur yang mengandung alkohol maka kekasaran permukaan semen ionomer kaca akan semakin meningkat disebabkan adanya proses pelepasan komponen matriks pembentuk kation (Natrium, Kalsium, Aluminium, dan Fluor).

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Semen Ionomer Kaca (SIK) dikembangkan oleh Wilson dan McLean pada Laboratorium Kimia Pemerintah di Inggris pada tahun 1972. Semen Ionomer Kaca merupakan kelompok semen gigi berbasis air, terdiri atas semen silikat, semen seng fosfat dan semen seng polikarboksilat. Semen Ionomer Kaca adalah bahan restorasi yang ideal untuk lesi non – karies pada servikal, karena bersifat adhesif dan beban yang kecil.2 Semen Ionomer Kaca terdiri atas kalsium, bubuk alumino silikat (base) dan larutan kopolimer atau homo asam akrilik (asam).2,3,11

2.1 Semen Ionomer Kaca (SIK) 2.1.1 Sifat Dan Struktur Umum SIK

Semen Ionomer Kaca tersedia dalam dua jenis yaitu jenis konvensional dan modifikasi. Semen Ionomer Kaca konvensional terdiri atas fluoroaluminosilicate glass, biasanya dalam garam strontium atau kalsium, dan cairan asam polialkenoat, seperti asam poliakrilat, maleat, itakonat dan trikarbalillik. Bahan konvensional dibuat dengan reaksi unsur asam antara cairan asam dan bubuk. Modifikasi adalah perbaikan sifat fisik dan mengurangi sensitifitas air dari bahan konvensional yang di kembangkan menjadi resin-modified glass ionomer cements. Bahan ini mengandung resin yang dapat berpolimerisasi, biasanya hydroxyethylmethacrylate (HEMA), dan memiliki reaksi pengerasan tambahan dari polimerisasi resin yang dapat berupa self-cure atau light-cure.2,11

(28)

2.1.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca (SIK)11 SIK terdiri atas:

Bubuk : merupakan asam larut air kalsium aluminosilikat yang mengandung fluor. Terdiri atas silika, alumina, kalsium fluorida, oksida metal dan metal fosfat pada suhu 1100-1500ºC.

Fungsi komponen SIK:

1) Alumina (Al2O3) : meningkatkan opasitas 2) Silika (SiO2) : meningkatkan translusensi

3) Fluorida: antikariogenik, meningkatkan translusensi, working time, strength

4) Kalsium fluorida (CaF2): meningkatkan opasitas

5) Aluminium fosfat: menurunkan melting time (waktu mencair), meningkatkan translusensi

6) Kriolit (Na3AlF6): meningkatkan translusensi 7) Ion Na, K, Ca, Sr

Fungsi komponen semen ionomer kaca terdiri atas asam poliakrilat dengan konsentrasi sekitar 50%. Asam poliakrilat yang bertindak sebagai ko-polimer dengan asam lain seperti asam itakonat, maleat, dan trikarboksilat. Asam polielektrolitik semen ionomer kaca disebut asam polialkenoat.

2.1.3 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca (SIK)

Istilah semen ionomer kaca harus diterapkan hanya untuk bahan yang melibatkan signifikasi asam - reaksi dasar sebagai bagian dari pengaturan reaksi dan menunjukkan fluorida yang rilis. Dalam beberapa definisi, ada sejumlah aplikasi untuk semen dan mereka dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Tipe I : perekat mahkota, jembatan dan breket ortodontik (luting cement) Tipe II a : semen restorative estetik

b : semen restorative reinforced

Tipe III : semen pelapis, basis (lining dan base cement)

Struktur kimia dasar ketiga kelompok pada dasarnya sama, tetapi memiliki

(29)

menarik sehingga ikatan adhesi mereka ke enamel dan dentin, rilis ion fluorida selama periode waktu yang lama adalah biokompatibel dan memiliki koefisien ekspansi termal yang sama sebagai struktur gigi.2

Setiap semen harus dinilai untuk biokompatibilitas, keamanan, dan efektivitas. Idealnya semen tidak menyebabkan kerusakan pada gigi, memiliki ke cocok sifat fisik tujuan penggunaannya, dan menyediakan sifat pasif atau aktif (bioaktif), sehingga tubuh tidak harus mengakui benda asing, sehingga penyembuhan luka pada jaringan dapat dimulai sesegera mungkin. Semen gigi adalah bahan yang mengatur intraoral dan biasanya digunakan untuk penambal gigi dan prosthesis. Mereka diklasifikasikan menurut reaksi komponen kimia utama mereka.3

1). Semen ionomer kaca konvensional

Semen ionomer kaca konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent. Bahan ini berasal dari asam polialkenoat cair seperti asam poliakrilat dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroalumino silikat. Reaksi asam basa terjadi saat powder dan liquid dicampur menjadi satu.

2). Resin-modified glass ionomer cement

Resin-Modified Glass ionomer cement mengkombinasikan reaksi asam-basa

ionomer kaca tradisional dengan reaksi polimerisasi amine-peroksida (self-cured). Sistem light-cured ini telah dikembangkan dengan menambahkan kelompok

methacrylate fungsional yang dapat dipolimerisasi dengan photo-initiator pada formulasi ini. Dikembangkan pada tahun 1992 resin-modified glass ionomer cement

dalam bentuk paling sederhana adalah semen ionomer kaca yang mengandung sedikit komponen resin larut dalam air, yang dapat dipolimerisasi. Bahan yang lebih rumit telah dikembangkan dengan memodifikasi asam polialkenoat dengan rantai samping yang dapat dipolimerisasi menggunakan mekanisme light-cured dengan adanya photo initiators, namun pengerasan tetap terjadi melalui reaksi asam-basa.

3). Metal-reinforced glass ionomer cements

Metal-reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan pada

(30)

meningkatkan kekuatan fisik semen dan memberikan radiopasitas. Selanjutnya, partikel perak dilelehkan menjadi serpihan-serpihan seperti kaca, dan sejumlah produk kemudian muncul dimana kandungan campuran amalgam telah ditetapkan untuk memperbaiki keluhan sampai tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis optimum untuk metal-reinforced glass ionomer cement.

2.1.4 Kelebihan Dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca (SIK)2,3,11

2.1.4.1 Kelebihan SIK

Sifat signifikan dari glass ionomer adalah adhesi dengan struktur gigi, pelepasan fluorida dalam jangka waktu yang lama, efek minimal terhadap pulpa, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih kurang sama dengan struktur gigi, sewarna gigi, dan toksisitas yang rendah. Namun, peka terhadap dehidrasi dini pada proses pengerasan, khususnya semen konvensional, dan rapuh/brittle sehingga tidak cocok digunakan pada daerah yang menerima tekanan. Dilihat dari sifat ini, semen ionomer kaca dapat digunakan sebagai bahan fisur sealant, restorasi proksimal anterior, restorasi servikal (baik karies dan non-karies), pada gigi sulung, sebagai pelapis dan semen perekat, dan sebagai bahan band

ortodontik dan braket.

2.1.4.2 Kekurangan SIK

(31)

2.1.5 Sifat-sifat SIK2,11

Semen ionomer kaca menunjukkan berbagai sifat dan jelas material yang sangat beragam, yaitu:

a. Adhesi

Adhesi semen ionomer kaca membantu dalam menyediakan pendekatan konservatif untuk restorasi dan perlekatan yang sempurna.

b. Biokompatibilitas

Pengaruh yang merugikan dari semen ionomer kaca pada jaringan hidup adalah minimal. Tidak ada efek sakit disebabkan oleh asam poliakrilat karena merupakan asam lemah, yang menjadi lemah ketika sebagian dinetralkan. Asam ini tidak dapat berdifusi ke dalam tubulus dentin karena berat molekul tinggi dan ikatan rantai yang kuat dan akan mengendap oleh ion kalsium dalam tubulus.

c. Antikariogenik

Semen ionomer kaca memiliki sifat kariostatik karena pelepasan fluoride

(32)

d. Estetik

Semen ionomer kaca memiliki derajat translusensi karena kandungan kacanya. Translusensi tergantung pada pembentukannya. Penting untuk dicatat bahwa karena reaksi hidrasi lambat. Translusensi meningkat seiring dengan usia semen. Resistensi terhadap stein sebagian besar tergantung pada permukaan akhir yang baik. Warna tampaknya tidak terpengaruh oleh cairan oral dibandingkan dengan komposit yang cenderung untuk menyerap warna.

e. Stabilitas Dimensi

Pada kelembaban tinggi, semen cenderung menyerap air dan meluas dan pada kelembaban rendah, terjadi penyusutan yang rendah.

f. Ketahanan

Menurut sebuah penelitian, restorasi semen ionomer kaca dievaluasi pada lesi erosi abrasi, 83% menunjukkan ketahanan bahkan setelah 10 tahun . Tingkat kegagalan berkisar 0-70%, yang lebih diukur dari keterampilan dokter dari pada kualitas perlekatan bahan.

g. Kekuatan/Strength

(33)

2.2 Obat Kumur

Obat kumur adalah produk yang berguna untuk meningkatkan oral hygiene, sebagai antiseptik dan produk antiplak yang bersifat bakterisidal terhadap organisme penyebab plak, karies, gingivitis dan halitosis. Disamping itu, obat kumur yang mengandung fluor juga mencegah karies.14 Obat kumur ada yang mengandung alkohol dan non alkohol. Bahan aktif obat kumur yang beredar di pasaran termasuk: timol, eukaliptol, heksitidin, metilsalislat, mentol, klorheksidin glukonat, benalkonium klorida, setilpyridinium klrorida, metilparaben, hidrogen peroksida dan domifen bromida.7

2.2.1 Obat Kumur yang Mengandung Alkohol

Beberapa obat kumur mengandung alkohol yang bekerja sebagai pelarut bagi bahan lainnya, meningkatkan rasa dan sebagai bahan antiseptik.5,7 Dengan konsentrasi 10 sampai 12%, alkohol bekerja sebagai bahan pengawet dan antiseptik. Beberapa obat kumur mengandung 27% alkohol yang bertindak sebagai pembawa aroma. Namun, penambahan alkohol dalam obat kumur dianggap berbahaya untuk kesehatan bagi banyak konsumen dan peneliti.7

Lama dan daya tahan bahan restorasi estetik dalam rongga mulut adalah faktor yang penting dalam pemilihan bahan. Saliva dan bahan makanan dapat mempengaruhi komposit. Obat kumur juga dilaporkan mempengaruhi daya larut beberapa bahan restorasi.5

(34)

mempengaruhi kekasaran bahan restorasi, tetapi faktor lain juga harus dipertimbangkan.9

2.3 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan dapat diukur dengan metode sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk melakukan pengukuran tersebut dinamakan profilometer. Profilometer terdiri dari tracer head

dan amplifier. Tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai radius 0,013

mm. Stylus merupakan peraba dari profilometer yang berbentuk konus ataupun

radius. Tracer head dapat digerakkan sepanjang permukaan benda kerja secara manual maupun secara otomatis.12

Permukaan yang tidak teratur akan menyebabkan stylus bergerak. Pergerakan stylus ini akan digambarkan dalam bentuk fluktuasi gelombang elektronik oleh tracer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier sehingga bentuk kekasaran permukaan dapat dilihat.12

(35)

2.4 Perubahan kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca

(36)

2.5 Kerangka Teori

 Type II a : Aesthetic restorative cements

 Type II b : Reinforced restorative cements

(37)

2.6 Kerangka Konsep

Kekasaran

Permukaan

Sifat Fisik

SEMEN IONOMER KACA

Selama 60 detik Perendaman SIK dalam

Obat Kumur yang

Mengandung Alkohol

(38)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahan restorasi kedokteran gigi yang sewarna gigi seperti resin komposit, semen ionomer kaca dan resin-modified glass ionomer cement sering digunakan saat ini. Bahan restorasi umumnya digunakan dalam praktik sehari-hari berguna untuk membangun struktur gigi, fungsi dan estetik yang bermasalah. Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan klinis bahan restorasi gigi ketahanannya terhadap kerusakan dalam rongga mulut seperti pergeseran/sliding, abrasi, penurunan kimia dan kelelahan/fatigue saat proses pengunyahan.1

Semen ionomer kaca pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1972. Semen ionomer kacamerupakan kelompok semen gigi berbasis air, terdiri atas semen silikat, semen seng fosfat dan semen seng polikarboksilat.2,6 Semen ionomer kaca bersifat adhesif terhadap enamel dan dentin, melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang lama, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih kurang sama dengan struktur gigi dan toksisitas yang rendah. 2,3,4,6

Namun, semen ionomer kaca memiliki beberapa kelemahan dibandingkan dengan amalgam dan bahan resin komposit seperti waktu kerja yang pendek, mudah patah (kekuatan rendah), daya tahan yang rendah terhadap pemakaian, rentan terhadap kontaminasi kelembaban atau dehidrasi selama tahap awal pengerasan. 3,4,6

(39)

Kekasaran permukaan salah satu kriteria untuk meramalkan dan mengevaluasi kelemahan restorasi yang terbuat dari bahan yang berbeda, yang memiliki beberapa implikasi klinis dan perubahan topografi permukaan dan kekasaran sering digunakan untuk menentukan keausan material. Peningkatan kekasaran mungkin menjadi faktor predisposisi kolonisasi mikroba, yang dapat berpotensi meningkatkan risiko penyakit mulut. Selain itu, peningkatan kekasaran permukaan mungkin menunjukkan terjadinya kerusakan pada bahan.4

Penggunaan obat kumur merupakan metode efektif yang populer akhir-akhir ini untuk mencegah dan mengontrol karies, penyakit periodontal dan mengurangi bau mulut. Obat kumur adalah produk yang digunakan untuk menjaga kebersihan mulut yang berperan sebagai antiseptik dan anti plak, yang dapat menyebabkan karies gigi, gingivitis dan bau mulut. Larutan antiseptik obat kumur dapat mengurangi plak dan peradangan gusi sebagai tambahan perawatan di rumah. Pada umumnya obat kumur mengandung fluoride yang berfungsi untuk melindungi gigi dari kerusakan. Namun, bahan aktif obat kumur yang dijual antara lain: thymol, eucalyptol, alcohol, hexitidine, methyl salicylate, menthol, chlorhexcidine gluconate, benzalkonium

chloride, cetypyridinium chloride, methylparaben, hydrogen peroxide dan domiphen bromide. Kandungan obat kumur yang digunakan dapat mempengaruhi sifat restorasi di rongga mulut, salah satunya adalah alkohol.8 Dinyatakan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol lebih efektif membunuh bakteri gram positif dan negatif di banding dengan obat kumur non alkohol. 8

Beberapa obat kumur yang mengandung alkohol bekerja sebagai pelarut bagi bahan lainnya, juga bekerja sebagai bahan pengawet, antiseptik dan sebagai pembawa aroma/rasa. Dinyatakan bahwa alkohol dapat mempengaruhi sifat restorasi gigi seperti resin komposit, semen ionomer kaca dan kompomer.8,9

(40)

tidak memiliki perubahan yang signifikan pada permukaan bahan restorasi resin modifikasi ionomer kaca.10

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi SIK setelah perendaman dengan obat kumur yang mengandung alkohol dalam waktu yang berbeda.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (SIK) setelah perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol dengan waktu yang berbeda (30, 60, dan 90 detik).

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan bahan rastorasi semen ionomer kaca (SIK) setelah perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol dengan waktu yang berbeda (30, 60, dan 90 detik).

1.4Hipotesis

Tidak ada perbedaan kekasaran permukaan bahan restorasi semen ionomer kaca (SIK) setelah perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol dengan waktu yang berbeda (30, 60, dan 90 detik).

1.5Manfaat Penelitian

(41)

2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada praktisi tentang kekasaran permukaan bahan restorasi SIK setelah perendaman dengan obat kumur yang mengandung alkohol.

(42)

SETELAH PERENDAMAN DALAM OBAT KUMUR

BERALKOHOL SELAMA 30, 60 DAN 90 DETIK

SKRIPSI

Oleh: AL HUMAIRA NIM : 090600126

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(43)

dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2015

Al Humaira

Kekasaran Permukaan Bahan Semen Ionomer Kaca Setelah Perendaman Dalam Obat Kumur Beralkohol Selama 30, 60 dan 90 Detik.

xi + 33 Halaman

Bahan semen ionomer kaca merupakan tumpatan sewarna gigi yang mengandung silika alumina, kalsium fluoride, oksida metal dan metal fosfat. Salah satu sifat fisik semen ionomer kaca adalah kekasaran permukaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kontak dengan obat kumur yang mengandung alkohol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan kekasaran permukaan semen ionomer kaca setelah dilakukan perendaman dalam obat kumur yang beralkohol dengan waktu yang berbeda yaitu 30, 60 dan 90 detik. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain penelitian time series. Sampel pada penelitian ini adalah semen ionomer kaca yang berdiameter 10 mm dengan tebal 2 mm. Besar sampel sebanyak 10 buah yang sebelumnya dilakukan pengukuran kekasaran awal kemudian dilakukan perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol selama 30 detik, 60 detik dan 90 detik. Dilakukan pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan stylus

(44)

kekasaran permukaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok perendaman 30 detik dengan 60 detik dan kelompok perendaman 60 detik dengan 90 detik. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kekasaran permukaan semen ionomer kaca yang bermakna setelah dilakukan perendaman dalam obat kumur yang beralkohol dengan waktu yaitu 30 detik, 60 detik dan 90 detik, dan semakin lama waktu perendaman dengan obat kumur yang mengandung alkohol maka kekasaran permukaan semen ionomer kaca akan semakin meningkat.

(45)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 September 2015

Pembimbing I Tanda Tangan

Rusfian, drg., M.Kes ... NIP: 19520920 198201 1 001

Pembimbing II

Astrid Yudhit, drg., M.Si ...

(46)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Pada tabggal 16 september 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Lasmindar Syafiar

(47)

iv

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Hormat dan terimakasih penulis sampaikan kepada ayahanda Drs. Mukhlis dan ibunda Yani atas segala kasih sayang, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang tiada hentinya diberikan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada abang dan kakak tersayang, Winny Salam P, Nispira, Tri Chintami dan Lainatushifa atas motivasi, do’a dan dukungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rusfian, drg., M.Kes dan Astrid Yudhit, drg., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak sekali waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

(48)

v

5. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort selaku dosen penasehat akademik atas bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di FKG USU.

6. Drs. M. Agus Zaenuri, MT selaku instruktur labolatorium Teknik Mesin Politeknik Medan yang telah member izin, bantuan, dan bimbingan yang begitu besar dalam penelitian.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku pembimbing pengolahan data SPSS di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 16 September 2015

Penulis,

(49)

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(50)

vii

3.5.2 Variabel Tergantung... 15

3.5.3 Variabel Terkendali ... 16

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 16

3.6 Defenisi Operasional Variabel ... 16

3.7 Alat dan Bahan ... 17

3.7.1 Alat Penelitian ... 17

3.7.2 Bahan Penelitian... 21

3.8 Prosedur Penelitian ... 22

3.8.1 Pembuatan Master Cast ... 22

3.8.2 Pembuatan Sampel dan Pengukuran Kekasaran Permukaan Sampel Awal ... 22

3.8.3 Perendaman dalam Larutan Obat Kumur dan Pengujian Kekasaran Permukaan Setelah Perlakuan Sampel... ... 23

(51)

viii

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 27

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

(52)

ix Tabel

1. Bahan Penelitian... 21

2. Nilai Kekasaran Permukaan Semen Ionomer ... 26

3. Hasil Uji Statistik Anova satu arah ... 27

4. Signifikasi Nilai Kekasaran Permukaan SIK dengan Uji LSD ... 28

(53)

x Gambar

1. Stylus Profilometer ... 11

2. Bentuk dan Ukuran Sampel ... 14

3. Master Mould ... 17

4. Instrument Plastis ... 17

5. Wadah Plastik Tupperware ... 17

6. Object Glass ... 18

7. Cellophane strip ... 18

8. Stylus Profilometer ... 18

9. Gelas Ukur ... 19

10. Tissue ... 19

11. Semen Spatel ... 19

12. Micromotor ... 20

13. Listerin ... 21

14. Semen Ionomer Kaca ... 21

15. Master Cast ... 22

16. Sampel ... 23

(54)

xi Lampiran

1. Alur Penelitian

2. Analisa Data ANOVA Satu Arah

3. Surat Pernyataan Pengolahan Data SPSS di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Gambar

Gambar 2. Bentuk dan ukuran sampel
Gambar 3. Master Cast
Gambar 6. Object Glass
Gambar 8. Stylus Profilometer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning ) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah menulis puisi. Dalam

[r]

This step began after finding the result of previous stages (planning, acting, and observing) that were conducted by the teacher and the writer. The reflection covered the

[r]

My own experience of walking The Missing Voice will be the corporeal example I use to interrogate how performance can provoke an awareness of the – my – embodied engagement as

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku profil kanal (C) ferro foam concrete terhadap studi kasus variasi beda tinggi (h)

Namun ketika menghubungkan perangkat dengan jarak yang relatif jauh (lebih dari 130 meter) dianjurkan untuk menggunakan kabel STP, karena dengan semakin panjang kabel STP