i
ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PENDAYAGUNAAN DANA
PRODUKTIF ZIS TERHADAP PENDAPATAN MUSTAHIQ(Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Wilda Kholiilaa
NIM : 1112081000052
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Wilda Kholiilaa
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 Maret 1994 3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Komp. BPN Tonjong Blok A8 Kab Bogor 6. Telepon : 0857 1851 0990
7. Email : wilda.kholiilaa@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
2000-2006 SDIT Ummul Quro Kab. Bogor 2006-2009 SMPIT Ummul Quro Kab. Bogor 2009-2012 SMA Negeri 6 Kota Bogor
2012-2016 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan S1 Manajemen
III. PENGALAMAN ORGANISASI
vii
ABSTRACT
The existence of Indonesia as a developing country can not be separated
from the many problems in the economic field. One of the real problems faced by
Indonesian nation is a disparity (inequality) income distribution and poverty
(Yahya et.al, 2010). Solutions that can be given to reduce disparity (inequality)
income distribution and poverty levels are the efforts of the contributions of the
party who issued the majority of their wealth in the form of zakat funds to give to
those less fortunate.
In this study, the approach used is quantitative descriptive. A quantitative
approach aims to determine the magnitude of the variables in affecting the income
level Economic Empowerment’s Program of Dompet Dhuafa Republika in
Ponorogo and Tuban, East Java. Variables analyzed include aspects of
ownership, natural, physical, human resources, financial, and social. These
variables are arranged into an analysis model is estimated using Partial Least
Square (PLS), the next will be described by Wilcoxon different test.
Analysis of the PLS model is formed, it can be seen that: for PSI’s
Program in Ponorogo, only financial variables that are not effective against
income. For the PSI’s Program in Tuban, all varibael effective on income. For
KT’s Program in Ponorogo, only the natural variables that are not effective
against income. For the MM’s Program in Tuban, only physical/ infrastructure
and social variables that are not effective against income. The third program
makes a difference in revenue between before and after the program.
viii
ABSTRAK
Keberadaan Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat lepas dari banyaknya permasalahan di bidang ekonomi. Salah satu permasalahan nyata yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan kemiskinan (Yahya et.al, 2010). Solusi yang dapat diberikan untuk dapat mengurangi disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan serta tingkat kemiskinan yaitu dengan upaya adanya kontribusi dari pihak yang mengeluarkan sebagian dari harta kekayaan mereka dalam bentuk dana zakat untuk diberikan kepada mereka yang kurang mampu.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui besarnya
variabel-variabel dalam mempengaruhi tingkat pendapatan mustahiq Program
Perberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa Republika di Ponorogo dan Tuban, Jawa timur. Variabel-variabel yang dianalisa meliputi aspek kepemilikan, alam, fisik, sumber daya manusia, keuangan, dan sosial. Variabel-variabel tersebut disusun menjadi sebuah model yang diestimasi menggunakan analisis Partial Least Square (PLS), selanjutnya akan di deskripsikan dengan uji beda Wilcoxon.
Hasil Analisis dari model PLS yang terbentuk, dapat diketahui bahwa : pada Program PSI di Ponorogo, hanya variabel keuangan yang tidak efektif terhadap pendapatan. Pada Program PSI di Tuban, semua varibael efektif terhadap pendapatan. Pada Program KT di Ponorogo, hanya variabel alam yang tidak efektif terhadap pendapatan. Pada Program MM di Tuban, variabel fisik/infrastruktur dan sosial yang tidak efektif terhadap pendapatan. Ketiga program tersebut menghasilkan perbedaan dalam pendapatan antara sebelum dan setelah mengikuti program.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya. Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan ijin-Nya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Program Pendayagunaan Dana Produktif ZIS terhadap Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika)”
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik moril mau pun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Burhanudin dan ibunda Nanik Priyati yang telah memberikan dukungan, baik moril mau pun materiil, serta doa yang tiada henti-hentinya
2. Bapak M. Arief Mufraini, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini
4. Bapak Deni Pandu Nugraha, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini
x
6. Ibu Ela Patriana, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen FEB UIN Jakarta 7. Segenap jajaran pengajar dan dosen yang telah memberikan ilmu dan
motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani hidup ke depan
8. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan berlomba dalam kebaikan 9. Pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu karena segala
keterbatasan
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Jakarta, Juni 2016 Penulis,
xi
DAFTAR ISI
COVER DALAM ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
ABCTRACT vii
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Manajemen 11
B. Pembiayaan Syariah 19
xii
D. Penelitian Terdahulu 28
E. Kerangka Berpikir 31
F. Hipotesis 32
BAB III : METODE PENELITIAN 35
A. Ruang Lingkup Penelitian 35
B. Metode Penentuan Sampel 35
C. Metode Pengumpulan Data 36
D. Metode Analisis Data 36
E. Definisi Operasional Variabel 38
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 40
B. Analisis Deskriptif Efektivitas Program 44
C. Analisa Penilaian Program 45
D. Pembahasan 77
BAB V : PENUTUP 86
A. Kesimpulan 86
B. Saran 87
DAFTAR PUSTAKA 88
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 28
3.1 Operasional Variabel 39
4.1 Karakteristik Responden 42
4.2 Tingkat Pendapatan Mustahik Program Pemberdayaan
Ekonomi 44
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum Program
Tani-Ponorogo 46
4.4 Pengujian Hipotesis Sebelum Program Tani-Ponorogo 48 4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Program
Tani-Ponorogo 50
4.6 Pengujian Hipotesis Setelah Program Tani-Ponorogo 52 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum Program
Tani-Tuban 55
4.8 Pengujian Hipotesis Sebelum Program Tani-Tuban 56 4.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Program
Tani-Tuban 58
4.10 Pengujian Hipotesis Setelah Program Tani-Tuban 60 4.11 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum Program
Ternak-Ponorogo 62
4.12 Pengujian Hipotesis Sebelum Program
Ternak-Ponorogo 64
4.13 Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Program
Ternak-Ponorogo 66
4.14 Pengujian Hipotesis Setelah Program Ternak-Ponorogo 68 4.15 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum Program
UMKM-Tuban 70
xiv
4.17 Uji Validitas dan Reliabilitas Setelah Program
UMKM-Tuban 74
4.18 Pengujian Hipotesis Setelah Program UMKM-Tuban 76
4.19 Rangkuman Program PSI di Ponorogo 77
4.20 Rangkuman Program PSI di Tuban 79
4.21 Rangkuman Program KT di Ponorogo 81
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1.1 Rasio Penyaluran Kredit Modal Usaha terhadap Total
Kredit 2
1.2 Suku Bunga Kredit Rupiah menurut Kelompok Bank 2
3.1 Kerangka Berpikir Penulisan 31
4.1 Outer and Inner Model Sebelum Program
Tani-Ponorogo 45
4.2 Bootstrapping Sebelum Program Tani-Ponorogo 47
4.3 Outer and Inner Model Setelah Program
Tani-Ponorogo 49
4.4 Bootstrapping Setelah Program Tani-Ponorogo 51
4.5 Outer and Inner Model Sebelum Program
Tani-Tuban 53
4.6 Bootstrapping Sebelum Program Tani-Tuban 55
4.7 Outer and Inner Model Setelah Program Tani-Tuban 57
4.8 Bootstrapping Setelah Program Tani-Tuban 59
4.9 Outer and Inner Model Sebelum Program
Ternak-Ponorogo 61
4.10 Bootstrapping Sebelum Program Ternak-Ponorogo 63 4.11 Outer and Inner Model Setelah Program
Ternak-Ponorogo 65
4.12 Bootstrapping Setelah Program Ternak-Ponorogo 67 4.13 Outer and Inner Model Sebelum Program
UMKM-Tuban 69
4.14 Bootstrapping Sebelum Program UMKM-Tuban 71 4.15 Outer and Inner Model Setelah Program
UMKM-Tuban 73
xvi
4.17 Uji Beda Program Tani-Ponorogo 78
4.18 Uji Beda Program Tani-Tuban 80
4.19 Uji Beda Program Ternak-Ponorogo 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat lepas dari banyaknya permasalahan di bidang ekonomi. Salah satu permasalahan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan kemiskinan. (Yahya et.al, 2010).
Masih banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang kesulitan mengajukan kredit perbankan. Setidaknya, ada tiga hal yang menghambat UMKM untuk mendapatkan akses kredit perbankan.
Berdasarkan wawancara pada okezone.com yang dirilis tahun 2015, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Choirul Djamhari, mengungkapkan bahwa dari tiga tantangan yang menghambat, inklusi keuangan merupakan tantangan terbesar. Menurutnya, mengapa UMKM aksesnya tidak ideal? Ada tiga tantangan besar, financial inclusion (inklusi keuangan), financial literacy (literasi keuangan) dan financial deepening (pendalaman pasar keuangan).
2 Gambar 1.1.
Rasio Penyaluran Kredit Modal Usaha terhadap Total Kredit
Sumber : Bareksa
Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL industri perbankan nasional sejak awal tahun telah menunjukkan peningkatan. Per Januari 2015, angka NPL bank-bank tercatat sebesar 2,36% atau meningkat dari NPL akhir tahun lalu yang sebesar 2,16%. Adapun per April 2015 rasio NPL tercatat sebesar 2,40% atau mengalami peningkatan dari NPL periode yang sama pada tahun lalu sebesar 2,04%.
Gambar 1.2.
Suku Bunga Kredit Rupiah menurut Kelompok Bank (2010-2015)
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
3 kurang progresif, yaitu disebabkan hal-hal: SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial; keterbatasan keuangan; ketidak mampuan aspek pasar; keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana; ketidak mampuan menguasai informasi; tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar (usaha besar); tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama; sering tidak memenuhi standar; serta belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas. (Hubeis, 2009),
Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam al-Asbahani dari Imam at-Thabrani, Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat
yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang
fakir menderita kelaparan atau kekurangan pakaian, kecuali oleh sebab
kebakhilan yang ada pada hartawan muslim. Ingatlah, Allah SWT akan
melakukan perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka
dan selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih”. Hadits tersebut secara eksplisit menegaskan posisi zakat sebagai instrumen pengaman sosial, yang bertugas untuk menjembatani transfer kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin.
Zakat sebagaimana dikenal luas adalah instrumen Islam dalam mengatur tatanan sosialnya, yaitu melakukan distribusi pendapatan dan mempengaruhi kondisi penerimanya.
4 Barat sendiri, telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, di mana perekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi. Yochai Benkler, seorang profesor pada sekolah hukum Universitas Yale AS, menyatakan bahwa konsep sharing atau berbagi, merupakan sebuah modal yang sangat penting untuk memacu dan meningkatkan produksi dalam ekonomi. (Beik, 2008).
Jika melihat perkembangan pembangunan ZIS di tanah air, maka sejak dekade 1990 telah tumbuh berbagai macam lembaga pengelola zakat yang berusaha mengedepankan prinsip-prinsip manajemen modern dalam prakteknya. Potensi baik BAZ maupun LAZ sangatlah besar dalam membantu Indonesia keluar dari masalah kemiskinan, mengingat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Potensi tersebut sebaiknya dapat disadari oleh pemerintah dan segenap masyarakat Indonesia sebagai salah satu instrumen dalam merealisasikan pengentasan kemiskinan. Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 81,6% penduduk muslim (Tempo, 2011).
5 disahkan oleh MUI pada tahun 1982, serta pemberian bantuan dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan pengembangan masyarakat.
Di antara lembaga yang menjadi pionirnya adalah Dompet Dhuafa Republika, sebuah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) yang didirikan pada tanggal 2 Juli 1993. Sebagai sebuah lembaga zakat nasional, Dompet Dhuafa memiliki jaringan kerja yang sangat luas, meliputi 28 provinsi di seluruh Indonesia. Program-program yang ditawarkannya, dalam hal pemenuhan kebutuhan bantuannya pun, sangat variatif dan inovatif.
Lembaga tersebut membantu usaha pertanian dan peternakan terpadu, juga usaha lainnya. Hal ini memberikan masyarakat lahan dan kebutuhan non-keuangan lainnya yang cukup secara ekonomi. Akad perjanjian dapat menggunakan qardh (pinjaman kebajikan) berupa lahan yang dapat dikelola selama hitungan tahun, serta menggunakan akad mudharabah yang dikelola secara syariah.
6 B. Perumusan Masalah
ZIS memiliki nilai strategis sebagai salah satu solusi dalam pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Segala potensi tersebut dapat dicapai dengan terciptanya penyaluran dana zakat yang efektif, profesional dan bertanggung jawab. Tujuan penyaluran zakat adalah dialokasikan kepada mustahiq (penerima manfaat) yang delapan sesuai dengan kondisi masing-masing. (Hikmat, 2008).
Berdasarkan banyaknya program dalam mengelola dana ZIS di LAZ atau BAZ, penelitian ini dimaksudkan untuk dapat melihat sejauh mana kemampuan program ekonomi sebagai penyaluran dana produktif ZIS dapat disalurkan pada mustahiq secara efektif untuk meningkatkan pendapatan penerima manfaatnya.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana pengaruh aspek kepemilikan pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial?
7 3. Bagaimana pengaruh aspek fisik pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial?
4. Bagaimana pengaruh aspek sumber daya manusia pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial?
5. Bagaimana pengaruh aspek keuangan pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial?
6. Bagaimana pengaruh aspek sosial pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial?
8 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh aspek kepemilikan pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial
2. Mengetahui pengaruh aspek alam pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial
3. Mengetahui pengaruh aspek fisik pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial
4. Mengetahui pengaruh aspek sumber daya manusia pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial
9 6. Mengetahui pengaruh aspek sosial pada program ekonomi Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri sebagai pendayagunaan dana produktif ZIS terhadap pendapatan mustahiq secara parsial
7. Mengetahui adanya perbedaan pendapatan antara sebelum mengikuti program dengan setelah mengikuti program
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tambahan bagi akademisi mengenai penyaluran dana zakat produktif. Sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan praktek penyaluran secara benar dan baik.
2. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi Dompet Dhuafa Republika, yakni menjadi bahan masukan berupa informasi tentang penyaluran yang efektif sehingga dapat menentukan kebijakan kedepan bagi program bantuan pada khususnya.
3. Bagi Pemerintah
10 4. Pihak lain
Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah untuk memberi informasi atau pengetahuan tentang penyaluran dana ZIS, serta dapat memberi masukan dan referensi untuk mengambil keputusan mengenai penyaluran bagi orang yang mau menyalurkan dana ZIS-nya.
5. Mustahiq atau Penerima Manfaat
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen
1. Sumber Daya Organisasi
Perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari berbagai sumber daya organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Apabila kewirausahaan sangat berperan penting dalam kegiatan pembuatan bisnis awal maupun revitalisasi bisnis melalui serangkaian kreativitas dan inovasi yang dilakukan para wirausahawan, maka kegiatan manajemen sangat diperlukan untuk mengoordinasikan pengelolaan berbagai sumber daya organisasi suatu perusahaan agar dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien (Stoner dkk., 1995)
Suatu kegiatan manajemen dikatakan efektif apabila kegiatan menajemen tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pencapaian tujuan dikatakan efisien apabila dalam aktivitas pencapaian tersebut, perusahaan mengeluarkan sumber daya organisasi dalam jumlah paling minimum.
Berbagai sumber daya organisasi yang harus dikelola, mencakup:
a. Sumber Daya Manusia Manusia dengan berbagai keahlian yang dimilikinya sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan organisasi. b. Modal Keuangan Meskipun ada ungkapan “modal dengkul”, tapi
12 dijalankan dengan baik tanpa menggunakan modal dalam bentuk uang. Sebagaimana halnya kekurangan modal dapat memicu kebangkrutan usaha, kesalahan pengelolaan keuangan perusahaan pun ditengarai sebagai penyebab kebangkrutan usaha.
c. Bahan Baku Produksi Dalam konsep rantai nilai (value chain), bahan baku suatu industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan nilai dari suatu produk yang dapat ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen.
d. Mesin dan Peralatan
e. Teknologi Teknologi merupakan pemicu terjadinya perubahan (change drive), Hadirnya teknologi baru dapat mengubah peta persaingan usaha ke suatu wilayah persaingan yang sama sekali baru. f. Pasar Kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh
diterima tidaknya produk yang ditawarkan perusahaan oleh konsumen. Dengan demikian perusahaan harus menawarkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
13 2. Manajemen Pemasaran
Banyak perusahaan yang menetapkan kepuasan konsumen sebagai prioritas puncak sebagai salahsatu hal yang dapat mencapai tingkat kepuasan konsumen. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu:
a. Sistem Pengiriman memindahkan produk dari produsen ke konsumen atau pemakai akhir dalam bisnis biasanya meliputi saluran distribusi dari para pemasok, pabrikan, dan para perantara. Untuk dapat memuaskan konsumen, jaringan ini harus berfungsi sebagai unit yang terpadu dan terkoordinir, di mana semua anggotanya mengerti dan menanggapi kebutuhan dan keinginan konsumen.
b. Performa Produk/Jasa performa dan keunggulan suatu produk/jasa sangatlah penting dalam mempengaruhi kepuasan konsumen. Sehingga diperlukan perencanaan sampai pengawasa dalam perawatan manajemen produk.
1) Citra para eksekutif bisnis mengakui bahwa citra atau merek perusahaan yang baik merupakan tingkat kepuasan konsumen dari sudut positif.
14 3) Kinerja/Prestasi Karyawan kinerja produk dan sistem pengiriman tergantung pada bagaimana semua bagian organisasi bekerjasama dalam proses pemenuhan kepuasan konsumen.
4) Persaingan kelemahan dan kekuatan para pesaing juga mempengaruhi kepuasan konsumen dan merupakan peluang untuk memperoleh keunggulan bersaing.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengembangan dan Hubungan Karyawan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan konsekuensi terjadinya perubahan, sehingga sumber daya manusia perusahaan senantiasa harus ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan (training) dan pengembangan (development).
Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengubah perilaku tertentu dari tenaga kerja agar selaras dengan pencapaian tujuan perusahaan. Pelatihan ditujukan untuk meningkatkan keterampilan/keahlian (skill) dan kemampuan (abilities) untuk mengerjakan tugas saat ini.
15 Menurut Raymond A. Noe, dkk (2010) terdapat empat pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan karyawan, di antaranya : pendidikan formal, penilaian, berbagai pengalaman kerja, dan hubungan antarpribadi. Program pendidikan formal adalah program pengembangan karyawan meliputi kursus singkat yang ditawarkan para konsultan, atau sejenisnya. Penilaian mengumpulkan informasi dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang prilaku, gaya komunikasi, atau berbagai keterampilannya. Sebagian besar pengembangan karyawan terjadi melalui pengalaman kerja, berupa : hubungan, masalah, tuntutan, tugas, atau ciri lain yang dihadapi para karyawan pada pekerjaannya. Para karyawan juga dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan meningkatkan pengetahuannya tentang perusahaan dan para pelanggannya dengan berinteraksi bersama anggota organisasi yang lebih berpengalaman. Kepenasihatan dan pembinaan merupakan dua jenis hubungan antarpribadi yang digunakan untuk mengembangkan para karyawan.
b. Kerja Tim dan Manajemen Konflik
16 Ada pun karakteristik tim yang efektif, di antaranya: 1) Tujuan jelas, 2) Tidak formal, 3) Partisipasi, 4) Mendengarkan, 5) Ketidaksetujuan yang beradab, 6) Keputusan kesepakatan, 7) Komunikasi terbuka, 8) Peran dan penugasan kerja yang jelas, 9) Berbagi kepemimpinan, 10) Hubungan luar, 11) Keberagaman gaya, serta 12) Penilaian diri.
Kekompakan adalah sebuah proses di mana “sebuah rasa
ke-kami-an muncul untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dan motif-motif individual”. Terdapat dua jenis kekompakan, yaitu:
Kekompakan sosio-emosional adalah sebuah rasa kebersamaan yang berkembang ketika individu-individu mendapatkan kepuasan emosional dari partisipasi kelompok. Sementara, kekompakan instrumental adalah sebuah rasa kebersamaan yang berkembang ketika para anggota kelompok sama-sama bergantung satu dengan yang lain karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mencapai sasaran kelompok dengan bertindak secara terpisah.
17 dikelola sendiri, 4) Semakin kurangnya komunikasi tatap muka langsung, dan 5) Perekonomian global.
4. Manajemen Keuangan a. Teori Pendapatan
Meskipun tujuan UMKM yang satu dengan yang lainnya berbeda, akan tetapi ada satu tujuan yang mungkin dimiliki oleh setiap UMKM, yaitu mencapai keuntungan maksimal sehingga pendapatan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas pendapatan yang diperlukan agar kegiatan usaha tetap berlangsung merupakan tanda usahanya mengalami perkembangan, dalam hal ini adalah peningkatan pendapatan.
Menurut Soediyono (1992) “Pendapatan adalah pendapatan yang yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor yang mereka
sumbangkan dalam turut serta membentuk produksi nasional.”
Pendapatan adalah pengahasilan yang diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa barang dan jasa.
Untuk mengetahui besarnya pendapatan ada 3 pendekatan perhitungan yaitu:
18 diketahui dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang atau jasa untuk suatu periode tertentu dari suatu unit produksi yang menghasilkan barang atau jasa.
2) Pendekatan pendapatan Menghitung pendapatan dengan mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh seseorang.
3) Pendekatan pengeluaran Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh suatu unit ekonomi. (Soediyono, 1992).
b. Sumber Dana
Investasi dalam aktiva biasanya membutuhkan pendanaan jangka panjang. Terdapat beberapa sumber dana yang bersifat jangka panjang, yakni penggunaan utang dan laba ditahan. Pendanaan yang bersumber pada penggunaan utang sering disebut sebagai pendanaan eksternal, sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut sebagai pendanaan internal. Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana.
5. Teori Efektivitas
19 tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh hal terkesan, kemanjuran, dan keberhasilan.
Dua konsep yang dikemukakan oleh Peter Drucker, efisiensi
berarti “melakukan sesuatu dengan tepat” dan efektivitas berarti
“melakukan sesuatu yang tepat”. Efisiensi sebanyak apa pun tidak dapat menutupi kekurangan dalam efektivitas. Sebenarnya, Drucker mengatakan, efektivitas merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi. Sebelum kita dapat melakukan kegiatan secara efisien kita harus yakin telah menemukan hal yang tepat untuk dilakukan.
Dalam mencapai tingkat efektifitas dana produktif terhadap mustahiq, ada beberapa kriteria yang menjadi penilaian antara lain: a.
peningkatan modal usaha,. b. peningkatan pendapatan, c. peningkatan jumlah pekerja yang dibutuhkan, d. peningkatan usaha, e. adanya pengawasan yang baik, f. penggunaan waktu yang efektif, dan g. berhasilnya dalam melaksanakan program.
B. Pembiayaan 1. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank dan lembaga non-bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
20 a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan, baik dalam peningkatan produksi maupun untuk keperluan perdagangan lainnya
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi.
Jenis-jenis pembiayaan terbagi menurut tiga macam dilihat dari pembiayaan, yaitu:
a. Pembiayaan dilihat dari segi tujuan
1) Pembiayaan konsumtif : pembiayaan yang diberikan untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati pemohon.
2) Pembiayaan produktif : pembiayaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi yang menghasilkan suatu barang dan jasa. 3) Pembiayaan perdagangan : pembiayaan yang diberikan untuk
21 b. Pembiayaan dilihat dari dua jangka waktu
1) Pembiayaan jangka pendek : pembiayaan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
2) Pembiayaan jangka menengah : pembiayaan degan jangka waktu antara 1-3 tahun.
3) Pembiayaan jangka panjang : pembiayaan dengan jangka waktu lebih dari tiga tahun.
c. Pembiayaan dilihat dari tiga penggunaannya, yaitu : pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi, dan pembiayaan multiguna. 2. Pembiayaan Syariah
Pembiayaan yang dilakukan lembaga ZIS mirip dengan akad yang ada di perbankan syariah. Namun, tidak semua akad dapat digunakan di lembaga ZIS. Umumnya, lembaga ZIS menggunakan 3 akad, yaitu :
a) Akad Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Mudharabah adalah adalah kerjasama antara dua pihak
dimana shahibul maal (pihak pertama) menyediakan modal sepenuhnya sedangkan mudharib (pihak kedua) menjadi pengelola dana dimana keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka. Mudharabah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah
22 usaha, waktu, dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah, dimana usaha yang akan dijalankan dibatasi oleh jenis usaha, waktu, atau tempat usaha (Syafii Antonio, 2001).
b) Akad Musyarakah
Musyarakah adalah adalah perjanjian pembiayaan antara bank Syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan, dimana Bank dan nasabah secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang juga dikelola secara bersama atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan dimana keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan dimuka. Untuk itu dapat diberlakukan perjanjian usaha patungan diantara pengusaha. Dalam musyarakah, keuntungan dan kerugian dibagi menurut proporsi yang telah ditentukan sebelumnya, sesuai dengan prinsip Profit and Loss Sharin Principle.
Perbedaan yang mendasar antara musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi dana atau modal yang
23 c) Akad Qardhul Hasan, yaitu pinjaman yang diberikan pada peminjam dan dikembalikan dengan jumlah yang sesuai dengan jumlah pinjaman awal
C. Pendayagunaan Dana ZIS
1. Definisi ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah)
Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002).
Zakat diatur dalam al-Qur’an, di antaranya pada surat al-Baqarah : 43; At-Taubah : 103; dan Al-An’aam : 141.
Definisi infak menurut Hafidhuddin, infak berarti mengeluarkan sesuatu berupa (harta) untuk kepentingan sesuatu. Infak pun diatur dalam al-Qur’an, salah satunya pada surat al-Baqarah : 215.
Sedekah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang memerlukan, baik pemberian itu ditunjuk kepada fakir-miskin, kerabat keluarga, maupun untuk kepentingan jihad fii sabilillah. Sedekah pun diatur dalam al-Qur’an, salah satunya pada surat al-Baqarah : 264.
2. Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq/Penerima Manfaat)
24 Ketentuan ini diatur dalam al-Qur’an surat at-Taubah : 60. Rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Fakir orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan
b. Miskin orang yang mempunyai harta, tapi tidak mencukupi kehidupannya sehari-hari menurut ukuran standar (dibawah standar) c. Amilin orang yang bekerja untuk mengelola zakat, baik dia
mempunyai pekerjaan lain atau hanya mengelola semata
d. Muallaf orang yang dilunakkan hatinya, atau orang yang baru masuk Islam. Mereka masih dianggap muallaf selama kurun waktu 2 tahun.
e. Riqab mereka kaum budak yang tidak memiliki kemerdekaan hidup secara bebas, tetapi dibawah kekuasaan orang lain (majikan). Maka dia berhak atas harta zakat untuk membebaskan dirinya dari belenggu perbudakan
f. Gharimin mereka yang mempunyai utang karena sebab-sebab tertentu dan dianggap tidak mampu untuk membayarnya, misalnya berutang karena terlalu lama sakit, sehingga dia tidak dapat berusaha, bahkan berobat, sehingga meninggalkan utang
25 h. Ibn Sabil mereka yang mengadakan perjalanan dalam rangka mendakwahkan agama Allah atau untuk tegaknya hukum-hukum dan syariah Allah
3. Pendayagunaan Dana ZIS
Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannya dengan bagaimana cara pendistribusiannya. Kondisi itu dikarenakan jika pendistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka pendayagunaan zakat akan lebih optimal. Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah :
a. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
b. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi.
Dalam pendayagunaan dana zakat, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat atau lembaga pengelola zakat. Hal tersebut termaktub di dalam keputusan Menteri Agama RI No. 581 tahun 1999 tentang pengelolaan dana zakat. Adapun jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat :
26 b. Berbasis Pengembangan Ekonomi Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada mustahik secara langsung maupun tidak langusng, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.
Menurut Nasution (2008), dalam pendistribusian dana zakat, pada masa kekinian dikenal dengan istilah zakat konsumtif dan zakat produktif. Hampir seluruh lembaga pengelolaan zakat menerapkan metode ini. Secara umum kedua kategori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pemberian zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahik. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua, seperti dijelaskan di bawah ini :
a. Konsumtif Tradisional zakat dibagikan kepada mustahik dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.
b. Konsumtif Kreatif zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. c. Produktif Konvensional zakat yang diberikan dalam bentuk
27 d. Produktif Kreatif zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian
modal bergulir, baik untuk pemodalan proyek sosial
28
Judul Jurnal Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan
31 E. Kerangka Berpikir
Program ekonomi ini dibagi menjadi 3 bidang, yaitu bidang Pertanian, Peternakan dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dalam pelaksanaannya DD menggandeng tiga jejaringnya yaitu Kampoeng Ternak di Bidang Peternakan, Pertanian Sehat Indonesia di Bidang Pertanian dan Masyarakat Mandiri di Bidang UMKM, serta membuat Social Trust Fund (STF) yang dikembangkan oleh Dompet Dhuafa (DD) untuk memainkan fungsi bank orang miskin yang sesungguhnya.
Gambar 2.1.
32 F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu gambaran yang masih bersifat sementara atau hanya sebatas gambaran terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih harus diujikan kembali secara empiris kebenarannya.
Adapun variabel yang akan diuji dalam keadaan sebelum dan sesudah mengikuti program merupakan kondisi ideal yang diharapkan di lapangan, maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:
X1 = Aspek Kepemilikan
X2 = Aspek Alam
X3 = Aspek Fisik
X4 = Aspek SDM
X5 = Aspek Keuangan
X6 = Aspek Sosial
Y = Pendapatan Mustahiq
H0 = Aspek kepemilikkan pada program ekonomi sebagai
pendayagunaan dana ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H1 = Aspek kepemilikkan pada program ekonomi sebagai
33 H0 = Aspek alam pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H2 = Aspek alam pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H0 = Aspek fisik pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H3 = Aspek fisik pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H0 = Aspek sumber saya manusia pada program ekonomi sebagai
pendayagunaan dana ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H4 = Aspek sumber daya manusia pada program ekonomi sebagai
34 H0 = Aspek keuangan pada program ekonomi sebagai pendayagunaan
dana ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H5 = Aspek keuangan pada program ekonomi sebagai pendayagunaan
dana ZIS yang diberikan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H0 = Aspek sosial pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H6 = Aspek sosial pada program ekonomi sebagai pendayagunaan dana
ZIS yang diberikan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan mustahiq
H0 = Pendapatan mustahiq sebelum mengikuti program tidak berbeda
dari pendapatan penerima manfaat setelah mengikuti program
H7 = Pendapatan mustahiq sebelum mengikuti program berbeda dari
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian literatur dan penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini pembahas menitikberatkan untuk menguji efektivitas program ekonomi sebagai pendayagunaan dana ZIS terhadap pendapatan
mustahiq sebelum mengikuti program dan setelah mengikuti program,
sehingga dengan begitu akan terlihat perubahan kondisi penerima manfaat. Penelitian ini merupakan penelitian dengan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner. Data sekunder diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung dengan pihak Dompet Dhuafa Republika dan jejaringnya.
B. Metode Penentuan Sampel
36 Sedangkan sampel adalah jumlah mustahiq yang dipilih untuk merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, jumlah yang di pilih adalah sebanyak ±50 mustahiq dari masing-masing program ekonomi yang dimiliki oleh Dompet Dhuafa Republika, yaitu program Kampoeng Ternak, Pertanian Sehat Indonesia, dan Masyarakat Mandiri.
C. Metode Pengumpulan Data
Soeratno dan Lincolin Arsyad (1999) dalam buku metode penelitian, apabila dilihat dari sumber datanya, maka cara pengumpulan data menggunakan field study, yaitu penelitian lapangan dengan mencari data di lembaga objek penelitian atau langsung ke objek penelitian perorangan. Tentu, disempurnakan menggunakan library research, yaitu penelitian kepustakaan dengan tujuan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam materi yang terdapat dalam ruang kepustakaan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara untuk mengetahui hal-hal mendalam tentang pendayagunaan dana ZIS kepada pihak Dompet Dhuafa Republika.
D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
37 menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis kaji dampak program ekonomi Dompet Dhuafa Republika.
2. Uji PLS (Partial Least Square)
Partial Least Square (PLS) merupakan metode umum untuk
mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indikator. Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan software Partial Least Square, SmartPLS. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari 3 model, yaitu inner model, outer model, dan weight relation (Ghozali, 2006).
PLS merupakan SEM berbasis component atau variance dengan metode analisis yang tidak didasarkan pada banyak asumsi. Tujuan dari PLS adalah menguji teori yang lemah dan data yang lemah seperti jumlah sampel yang kecil atau adanya masalah normalitas data, memprediksikan pengaruh variabel X (variabel eksogen) terhadap Y (variabel endogen) dan menjelaskan hubungan tidak teoritikal di antara kedua variabel tersebut (Abdi, 2003).
3. Uji Related-Samples Wilcoxon
38 E. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kondisi Penerima Manfaat
Kondisi mustahiq sebelum dan sesudah mendapatkan program mencakup segala aspek manajemen, baik manajemen keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, dan operasi. Adapun aspek yang diteliti dari kondisi itu adalah aspek kepemilikan, alam, fisik, sumber daya manusia, keuangan, dan sosial. Aspek tersebut diuji secara parsial maupun simultan.
2. Pendapatan Mustahiq
40
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Pnenelitian 1. Dompet Dhuafa Republika
Dompet Dhuafa adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahiran Dompet Dhuafa tidak terlepas dari sejak harian umum REPUBLIKA lahir pada tahun 1993.
41 Program pemberdayaan ekonomi tersebut memberikan modal/dana kerjasama yang harus dikelola oleh mustahiq sebagai usahanya dan dikembalikan kembali dengan sistem syariah, yang tentunya dapat meningkatkan pendapatan dalam waktu dekat. Mustahiq dibina dan dibimbing sehingga usahanya memiliki pengaruh besar bagi pendapatan yang diharapkan. Adapun program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan di Dompet Dhuafa, diantaranya:
a. Lembaga Pertanian Sehat Indonesia (PSI) merupakan lembaga yang diharapkan para petani menjadi lebih produktif dalam mengelola sumber daya pertanian, yang kini telah tersebar di berbagai wilayah dengan jumlah penerima manfaat mencapai 1.651 KK atau 5.901 jiwa di seluruh Indonesia
b. Kampoeng Ternak (KT) adalah strategi pemberdayaan dan pendampingan intensif pada peternak, pemuliaan, dan pengembangan bibit ternak local, serta pembangunan jaringan pasar.
42 2. Karakteristik Responden
43 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (data diolah)
44 B. Analisasis Deskriptif Efektivitas Program Pemberdayaan Ekonomi
Dompet Dhuafa Republika
Tabel 4.2.
Tingkat Pendapatan Mustahik Program Pemberdayaan Ekonomi Program Pendapatan Mustahik (Rp)
Rata-rata Minimum Maksimum PSI di Ponorogo Sebelum 139.399 9.167 513.750 Setelah 312.649 67.000 1.330.000 PSI di Tuban Sebelum 64.238 22.559 127.484
Setelah 305.800 175.000 512.500
KT di Ponorogo Sebelum 270.140 92.800 1.278.000 Setelah 433.529 110.000 1.500.000 MM di Tuban Sebelum 271.752 137.000 695.000 Setelah 492.747 166.667 1.000.000 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (data diolah)
45 C. Analisa Penilaian Program
1. Program PSI di Ponorogo
a. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Sebelum Program
Gambar 4.1.
Outer and Inner Model Sebelum Program Tani-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “jenis sumber air untuk dikonsumsi” sudah mampu menjelaskan variabel aspek kepemilikan
46 3. Indikator “akses pemasaran” dan “kondisi irigasi” sudah
mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
4. Indikator “kesadaran pentingnya pendidikan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
5. Indikator “jumlah tabungan” dan “jenis kendaraan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator “perkembangan kelompok”, “kerentanan konflik”,
dan “peran dalam pembangunan desa” sudah mampu
menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.3.
47 mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 20.58% sedangkan sisanya 79.42% dijelaskan oleh variabel lain.
b. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.2.
Bootstrapping Sebelum Program Tani-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan informasi tabel 4.4, dapat disimpulkan, bahwa:
H1: X1 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
negatif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (10.8703) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X1 berpengaruh negatif terhadap Y.
H2: X2 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
49 hitung (2.1435) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X5 berpengaruh positif terhadap Y.
c. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Setelah Program
Gambar 4.3.
Outer and Inner Model Setelah Program Tani-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.5, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “jenis kendaraan” dan “jenis tempat tinggal” sudah mampu menjelaskan variabel aspek kepemilikan
2. Seluruh indikator, yaitu “kualitas lahan”, “ketersediaan air”,
dan “ketersediaan lahan” sudah mampu menjelaskan variabel
50 3. Indikator “akses pemasaran” dan “kondisi irigasi” sudah
mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infratruktur
4. Indikator “keterampilan teknis”, keterampilan manajemen”,
dan “kesadaran pentingnya pendidikan” sudah mampu
menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
5. Indikator “jumlah tabungan”, “jenis kendaraan”, dan “akses
keuangan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator “kekompakan anggota kelompok”, “kerentanan
konflik”, dan “peran dalam pembangunan desa” sudah
mampu menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.5.
51
Y Y 1.0000 Valid 0.5348 0.6883
0.1703 Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (aspek alam), X4 (aspek SDM), X5 (aspek keuangan), X6 (aspek sosial), dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 17.03% sedangkan sisanya 82.97% dijelaskan oleh variabel lain.
d. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.4.
Bootstrapping Setelah Program Tani-Ponorogo
52 Berdasarkan informasi tabel 4.6, dapat disimpulkan, bahwa:
53 H4: X4 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
positif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (4.4579) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X4 berpengaruh positif terhadap Y.
H5: Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung
(1.8563) < T-tabel (1.96), artinya hipotesis diterima. Kesimpulannya, X5 tidak berpengaruh terhadap Y.
H6: X6 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
positif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (9.9984) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X6 berpengaruh positif terhadap Y.
2. Program PSI di Tuban
a. Evaluasi Model Pengurukan (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Sebelum Program
Gambar 4.5.
Outer and Inner Model Sebelum Program Tani-Tuban
54 Berdasarkan tabel 4.7, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “jenis kendaraan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek kepemilikan
2. Indikator “ketersediaan lahan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
3. Indikator “akses pemasaran” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
4. Indikator pada variabel aspek sumber daya manusia tidak dapat diuji karena jawaban setiap responden homogen
5. Indikator “jumlah aset produktif”, “jenis kendaraan”, dan
“akses keuangan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator “perkembangan kelompok” dan “peran dalam pembangunan desa” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.7.
55 X5.3 0.5071 Valid
0.1145 X5.4 0.5655 Valid
X6 X6.1 0.7432 Valid 0.4685 0.6362
X6.5 0.6203 Valid
Y Y 1.0000 Valid 1.0000 1.0000
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (aspek kepemilikan), X2 (aspek alam), X3 (aspek fisik/infrastruktur), dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 11.45% sedangkan sisanya 88.55% dijelaskan oleh variabel lain.
b. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.6.
Bootstrapping Sebelum Program Tani-Tuban
56 Berdasarkan informasi tabel 4.8, dapat disimpulkan, bahwa:
57 H5: X5 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
negatif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (7.6999) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X5 berpengaruh negatif terhadap Y.
H6: X6 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
negatif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (2.9699) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X6 berpengaruh negatif terhadap Y.
c. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Setelah Program
Gambar 4.7.
Outer and Inner Model Setelah Program Tani-Tuban
58 Berdasarkan tabel 4.9, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “status lahan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek kepemilikan
2. Indikator “kualitas lahan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
3. Indikator “akses pemasaran” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
4. Indikator “keterampilan manajemen” dan “pengakuan dari
stakeholder setempat” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
5. Indikator “jumlah aset produktif” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator “semangat gotong royong” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.9.
59
X6 X6.3 1.0000 Valid 1.0000 1.0000
Y Y 1.0000 Valid 1.0000 1.0000
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 30.17% sedangkan sisanya 69.83% dijelaskan oleh variabel lain.
d. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.8.
Bootstrapping Setelah Program Tani-Tuban
60 Berdasarkan informasi tabel 4.5, dapat disimpulkan, bahwa:
61 H4: X4 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
positif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (12.2684) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X4 berpengaruh positif terhadap Y.
H5: X5 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
negatif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (11.0185) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X5 berpengaruh negatif terhadap Y.
H6: X6 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
negatif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (10.6879) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X6 berpengaruh terhadap Y.
3. Program KT di Ponorogo
a. Evaluasi Model Pengurukan (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Sebelum Program
Gambar 4.9.
Outer and Inner Model Sebelum Program Ternak-Ponorogo
62 Berdasarkan tabel 4.11, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “status ternak” sudah mampu menjelaskan variabel aspek kepemilikan
2. Indikator “ketersediaan pakan alami” dan “kualitas pakan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
3. Indikator “akses obat-obatan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
4. Indikator “kesadaran pentingnya pendidikan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
5. Indikator “akses keuangan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator pada variabel aset sosial tidak dapat diuji karena jawaban setiap responden homogeny
Tabel 4.11.
63
Y Y 1.0000 Valid 1.0000 1.0000
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa variabel X1-X5 dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 15.68% sedangkan sisanya 84.32% dijelaskan oleh variabel lain.
b. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.10.
Bootstrapping Sebelum Program Ternak-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan informasi tabel 4.12, dapat disimpulkan, bahwa: H1: X1 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
65 hitung (6.0788) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X5 berpengaruh positif terhadap Y.
H6: Hasil Uji T pada output PLS tidak ada karena variabel di
hapus
c. Evaluasi Model Pengurukan (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Setelah Program
Gambar 4.11.
Outer and Inner Model Setelah Program Ternak-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.13. hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
66 2. Indikator “ketersediaan pakan alami”, “kualitas lahan”, dan
“kualitas pakan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
3. Indikator “kondisi kandang” dan “akses obat-obatan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
4. Indikator “keterampilan teknis” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
5. Indikator “jumlah tabungan” dan “akses keuangan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
6. Indikator “perkembangan kelompok” dan “kebersamaan antar
anggota dan masyarakat” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.13.
67 Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (aspek kepemilikan), X3 (aspek fisik/infrastruktur), X4 (aspek SDM), X5 (aspek keuangan), X6 (aspek sosial), dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 47% sedangkan sisanya 53% dijelaskan oleh variabel lain.
d. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.12.
Bootstrapping Setelah Program Ternak-Ponorogo
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan informasi tabel 4.14, dapat disimpulkan, bahwa: H1: X1 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
69 hitung (19.3296) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X5 berpengaruh positif terhadap Y.
H6: X6 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
positif. Hasil Uji T pada output PLS menunjukkan nilai T-hitung (2.7088) > T-tabel (1.96), artinya hipotesis ditolak. Kesimpulannya, X6 berpengaruh positif terhadap Y.
4. Program MM di Tuban
a. Evaluasi Model Pengurukan (Outer Model) dan Struktur Model (Inner Model) Sebelum Program
Gambar 4.13.
Outer and Inner Model Sebelum Program UMKM-Tuban
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
70 1. Indikator “kualitas lahan produksi” dan “ketersediaan ruang”
sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
2. Indikator “ketersediaan peralatan lahan produksi”” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
3. Indikator “keterampilan manajemen” dan “kesadaran
pentingnya pendidikan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sumber daya manusia
4. Indikator “jenis kendaraan” sudah mampu menjelaskan variabel aspek keuangan
5. Indikator “perkembangan kelompok”, “kekompakan anggota
kelompok”, dan semangat gotong royong” sudah mampu menjelaskan variabel aspek sosial
Tabel 4.15.
71 Berdasarkan hasil tabel di atas, juga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X dan Y (pendapatan) dengan indikator-indikator yang digunakan sudah cukup baik atau sudah mampu untuk mengukur konstruknya dan dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. R Square menunjukkan bahwa X1-X6 hanya mampu menjelaskan keragaman Y sebesar 30.58% sedangkan sisanya 69.42% dijelaskan oleh variabel lain.
b. Uji Hipotesis dengan Bootstrapping
Gambar 4.14.
Bootstrapping Sebelum Program UMKM-Tuban
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan informasi tabel 4.16, dapat disimpulkan, bahwa: H1: X1 memiliki hubungan langsung terhadap Y yang bersifat
73 c. Evaluasi Model Pengurukan (Outer Model) dan Struktur Model
(Inner Model) Setelah Program
Gambar 4.15.
Outer and Inner Model Setelah Program UMKM-Tuban
Sumber : Output SmartPLS (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.17, hasil di atas menyimpulkan bahwa indikator-indikator yang memiliki outer loading ≥ 0.50 menunjukkan indikator tersebut sudah mampu menjelaskan variabel latennya. Artinya adalah sebagai berikut:
1. Indikator “ketersediaan bahan baku” sudah mampu menjelaskan variabel aspek alam
2. Indikator “akses air bersih”dan “ketersediaan peralatan lahan
produksi” sudah mampu menjelaskan variabel aspek fisik/infrastruktur
3. Indikator “keterampilan teknis” dan “kesadaran pentingnya