III - 555
STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA
Yopi Novita1* dan Budhi Hascaryo Iskandar1 *yopi1516@gmail.com / 0812 8182 6194
1Departemen PSP FPIK IPB
ABSTRAK
Kapal merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memiliki peran penting untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan, demikian pula halnya dalam unit penangkapan tuna. Kelaiklautan sebuah kapal penangkap ikan salah satunya sangat ditentukan oleh tingkat stabilitas kapal itu sendiri, dan salah satu faktor yang menentukan tingkat stabilitas tersebut adalah bentuk kasko kapal. Stabilitas kapal yang baik terlebih sangat dibutuhkan pada pengoperasian alat tangkap yang sifatnya statis (kelompok static gear, Fyson 1985), seperti pengoperasian rawai/longline. Kapal tuna longline yang beroperasi di Indonesia memiliki bentuk yang beragam. Keberagaman ini lebih dikarenakan dimana kapal tersebut dibangun. Berdasarkan hasil kajian yang ada, diketahui bahwa tidak terdapat kecenderungan pemilihan bentuk kasko kapal berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap. Kajian dilakukan secara simulasi dengan menggunakan data lines plan beberapa kapal tuna longline
yang dioperasikan di Indonesia. Dengan menggunakan software penghitungan GZ, diperoleh nilai–nilai parameter stabilitas yang terdiri dari nilai max, , sudut pada max ( max) dan energi pembalik kapal. Selanjutnya nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria stabilitas IMO. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa kapal tuna longline yang beroperasi di perairan Indonesia umumnya memiliki kasko berbentuk U-bottom, akatsuki, hardchin bottom
dan round flat bottom. Berdasarkan nilai parameter stabilitas diketahui bahwa kapal berbentuk U-bottom memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan bentuk kasko lainnya. Hal ini ditandai dengan nilai max, , sudut pada max ( max) dan energi pembalik kapal yang lebih besar jika dibandingkan dengan ketiga bentuk kasko lainnya. Kasko berbentuk round flat bottom merupakan bentuk kasko kapal dengan kualitas stabilitas yang lebih rendah sehingga tidak disarankan untuk dijadikan sebagai bentuk kasko kapal tuna
longline atau kapal yang mengoperasikan alat tangkap statik lainnya.
Kata kunci: bentuk kasko, kapal tuna longline, parameter stabilitas kapal, stabilitas kapal.
PENDAHULUAN
Kapal merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memiliki peran penting untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan, demikian pula halnya dalam unit penangkapan tuna. Menurut Fyson 1985, salah satu faktor yang menentukan desain sebuah kapal ikan adalah jenis alat tangkap dan metode pengoperasian alat tangkap tersebut. Informasi jenis alat dan metode pengoperasian diperlukan untuk kepentingan salah satunya adalah penentuan bentuk kasko kapal. Bentuk kasko sangat menentukan daya muat dan kelaiklautan kapal saat beroperasi di laut.
Pengoperasian unit penangkapan tuna umumnya dilakukan di perairan samudera dengan karakteristik perairan yang sangat bervariasi. Pada kondisi ini kelaiklautan kapal sangat diperlukan. Kelaiklautan sebuah kapal penangkap ikan salah satunya ditentukan oleh kualitas stabilitas kapal itu sendiri, dan salah satu faktor yang menentukan tingkat stabilitas tersebut adalah bentuk kasko kapal. Stabilitas kapal yang baik sangat dibutuhkan pada pengoperasian alat tangkap yang sifatnya statis (kelompok static gear, Fyson 1985), seperti pengoperasian rawai/longline. Hal ini dikarenakan pada saat pengoperasian alat tangkap kapal lebih banyak dalam posisi diam sehingga pengaruh gelombang akan sangat dirasakan oleh kapal tersebut. Apabila kapal yang termasuk dalam kelompok kapal static gear, tidak memiliki stabilitas yang baik, maka probabilitas kapal tersebut untuk terbalik akan sangat besar.
III - 556
tersebut dibangun. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, bahwa bentuk kasko kapal erat kaitannya dengan stabilitas kapal, maka kajian ini dilakukan dengan tujuan: 1) mengidentifikasikan bentuk kapal tuna longline di Indonesia, dan 2) menentukan bentuk kasko kapal tuna longline yang memiliki stabilitas lebih baik.
METODOLOGI Waktu dan Lokasi
Kajian ini bersifat studi literatur. Dimana data-data kapal yang dibutuhkan diperoleh dari beberapa hasil kajian terhadap kapal-kapal tuna longline yang beroperasi di perairan Indonesia. Kajian ini dilakukan di Laboratorium Desain dan Dinamika Kapal, Departemen PSP FPIK IPB pada bulan Mei – Juli 2014
Tahapan Penelitian
Penelitian diawali dengan mengidentifikasi data dimensi utama kapal dan gambar lines plan
kapal. Identifikasi bentuk kasko kapal tuna longline dilakukan dengan mengamati bentuk penampang melintang di tengah kapal (midship) yang tercantum dalam gambar body plan, dimana gambar body plan merupakan bagian dari gambar lines plan kapal. Dengan menggunakan body plan kapal, selanjutnya diolah dengan menggunakan program GZ (PGZ) untuk mendapatkan nilai parameter stabilitas kapal. Nilai parameter stabilitas kapal yang dimaksud terdiri dari: floading angle, nilai max, sudut oleng kapal pada max, dan energi pengembali kapal. Gambar 1 mengilustrasikan stabilitas kapal pada sudut kemiringan yang besar.
Gambar 1 Stabilitas pada sudut kemiringan yang besar (Hind 1982)
Selanjutnya berdasarkan nilai kurva stabilitas statis dilakukan perhitungan luas area di bawah kurva stabilitas statis untuk masing-masing kondisi muatan dengan menggunakan formula
trapeziodal dalam Fyson (1985) sebagai berikut : Sudut dalam radian didapat dengan rumus : Sudut (rad) = sudut (derajat) x / 1800
III - 557
Nilai parameter stabilitas yang telah diperoleh untuk selanjutnya dianalisis dengan cara
comparative-numeric. Sehingga nantinya akan diketahui bentuk kasko kapal mana yang memiliki nilai parameter stabilitas terbaik. Selain itu, penilaian kualitas stabilitas kapal juga dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai parameter stabilitas berdasarkan kriteria stabilitas IMO (International Maritime Organization) (Gambar 2).
Gambar 2 Ilustrasi kurva kriteria stabilitas kapal (Hind 1982)
A
Luas area di bawah kurva stabilitas statis sampai sudut oleng 300 tidak boleh kurang dari 0,055 m-rad.
Luas area di bawah kurva stabilitas statis sampai sudut oleng 400 tidak boleh kurang dari 0,09 m-rad.
Luas area di bawah kurva stabilitas statis antara sudut oleng 300 - 400 tidak boleh kurang dari 0,03 m-rad.
Nilai maksimum righting lever (GZ) sebaiknya dicapai pada sudut tidak kurang dari 300 serta bernilai minimum 0,20 meter.
Sudut maksimum stabilitas sebaiknya lebih dari 250. Nilai initial GM tidak boleh kurang dari 0,35 meter
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa hasil kajian yang telah dilakukan terhadap kapal tuna longline yang beroperasi di perairan Indonesia menunjukkan bahwa bentuk kasko kapal yang dimiliki adalah U-bottom,
akatsuki, hardchin bottom dan round flat bottom. Hardchin bottom adalah kasko kapal yang umumnya dimiliki oleh kapal-kapal yang terbuat dari material fibreglass.
Pencirian kasko kapal tuna longline yang umumnya berbentuk U-bottom, akatsuki, hardchin bottom dan round flat bottom dilihat dari bentuk penampang melintang di bagian tengah kapal (midship). Lebih jelasnya, bentuk penampang melintang kapal disampaikan pada gambar
III - 558
Beberapa kapal tuna longline yang dikaji, umumnya dioperasikan di perairan ZEEI di
Gambar 3 Body plan kapal tuna longline
Menurut Fyson (1985), untuk mendukung keberhasilan operasional kapal ikan maka bentuk kasko harus disesuaikan dengan metode pengoperasian alat tangkap. Adapun hasil kajian Rouf dan Novita (2006), diketahui bahwa tidak terdapat kecenderungan khusus terhadap bentuk kasko kapal berdasarkan metode pengoperasian kapal. Sebagai contoh, bentuk
U-bottom dan round flat bottom ada yang digunakan sebagai bentuk kasko kapal static gear dan
encircling gear. Lebih lanjut Rouf dan novita (2006) menyatakan bahwa bentuk U-bottom,
akatsuki, hardchin bottom, round flat bottom merupakan bentuk kasko kapal yang umum dimiliki oleh kapal ikan di Indonesia.
Tabel 1 berisikan dimensi utama kapal tuna longline yang dijadikan objek kajian. Data tersebut menunjukkan bahwa, kesemua kapal tuna longline yang dikaji dioperasikan di perairan Samudera Hindia. Bahkan kapal tuna longline yang berbentuk round flat bottom dengan ukuran GT terkecil, terkadang beroperasi hingga ke perairan Maldive. Berdasarkan nilai dimensi utama, keempat kapal tuna longline memiliki dimensi utama yang tidak terlalu berbeda nyata. Akan tetapi ukuran GT yang dimiliki cukup berbeda nyata. Kondisi ini dimungkinkan karena bentuk kegemukan kasko kapal yang dimiliki serta volume ruang di atas dek yang berbeda-beda.
(a) Bentuk kasko Akatsuki (b) Bentuk kasko hardchin bottom
III - 559
Tabel 1 Dimensi utama kapal tuna longline
Bentuk kasko Dimensi utama (m) GT DPI Lpp B d
U-Bottom 18,45 5,10 1,70 60 Samudera Hindia
Akatsuki 18,00 5,20 1,60 40 Samudera Hindia
Hardchin bottom 15,60 4,20 1,30 30 Samudera Hindia
Round flat bottom 16,08 4,10 1,40 30 Samudera Hindia
Gambar 4 menyampaikan kurva stabilitas statis dari keempat bentuk kasko kapal tuna longline
yang dikaji. Pada Gambar 4 terlihat adanya garis putus-putus tegak lurus yang memotong kurva stabilitas. Garis tersebut melambangkan posisi floading angle (FA) pada tiap bentuk kasko kapal yang dikaji. Floading angle (FA) atau disebut juga sudut kebasahan dek, merupakan sudut yang terbentuk pada saat kapal oleng hingga sheer kapal terendah tepat berada di permukaan air. Terlihat bahwa FA kapal tuna U-bottom dan akatsuki memiliki FA yang relatif sama. Hal ini dikarenakan freeboard yang dimiliki oleh kedua kapalpun relatif sama. FA terkecil dimiliki oleh kapal tuna longline berbentuk round flat bottom. Kondisi ini menjadikan kapal tuna longline tersebut tidak memungkinkan untuk berada dalam kondisi oleng yang berlebihan, karena peluang untuk masuknya air ke dek kapal lebih besar jika dibandingkan dengan ketiga kapal tuna longline lainnya.
Berdasarkan bentuk penampang melintang keempat kasko kapal, terlihat bahwa bentuk
U-bottom, akatsuki dan hardchin bottom memiliki bentuk penampang yang luas. Kondisi ini akan mengakibatkan ketiga bentuk kasko tersebut memiliki tahanan kasko yang besar. Lain halnya dengan kasko kapal round flat bottom yang memilii luas penampang yang relatif kecil, sehingga diduga memiliki tahanan kasko yang kecil. Selain itu terlihat bahwa bentuk kasko
U-bottom, akatsuki dan hardchin bottom memiliki bentuk yang kaku cenderung tidak hidrodinamis jika dilihat secara melintang. Tidak demikian halnya dengan bentuk kasko round flat bottom yang memiliki bentuk cenderung hidrodinamis.
Gambar 4 Kurva stabilitas statis kapal tuna longline
Menurut Hind (1982), nilai max, sudut oleng kapal pada max ( max) dan energi pengembali kapal semakin besar, maka kualitas stabilitas kapal akan semakin baik. max adalah lengan pengembali (righting arm) yang dimiliki oleh kapal untuk kembali ke posisi tegak
0
III - 560
semula setelah terjadi oleng. Sudut oleng kapal pada max adalah merupakan sudut kemiringan kapal yang menghasilkan lengan pengembali yang terbesar. Adapun energi pengembali adalah besarnya energi yang dimiliki oleh kapal untuk mengembalikan posisi kapal dari posisi olengnya ke posisi tegaknya. Oleh karena itu, Novita (2011) melakukan penilaian terhadap kualitas stabilitas kapal mengacu pada nilai max, sudut oleng kapal pada max, dan energi pengembali kapal. Selain itu, Novita (2011) juga menggunakan besarnya
floading angle (FA) sebagai parameter penentu kondisi stabilitas kapal. Penggunaan floading angle dalam penilaian kualitas stabilitas kapal diperlukan untuk memperhitungkan besarnya energi pengembali mulai dari posisi tegak hingga floading angle. Khusus pada kapal-kapal yang tidak kedap air, dalam artian apabila kapal oleng hingga melebihi floading angle
kemudian air yang naik ke dek kapal dan langsung masuk ke bawah dek kapal, maka kualitas stabilitas kapal hanya terbatas pada posisi floading angle.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa kapal tuna longline yang memiliki bentuk U-Bottom memiliki kurva stabilitas di posisi teratas, kemudian dilanjutkan oleh kapal tuna longline berbentuk
akatsuki, hardchin bottom dan round flat bottom. Mengacu pada bentuk kurva stabilitas statis tersebut, terlihat bahwa kapal tuna longline berbentuk U-bottom memiliki kualitas stabilitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan ke-3 bentuk kapal tuna longline lainnya. Akan tetapi antara kapal tuna longline berbentuk U-bottom dan akatsuki, berdasarkan bentuk kurva stabilitas statisnya, memiliki bentuk yang relatif sama. Tabel 2 berisikan secara rinci nilai parameter stabilitas yang telah diestimasi. Pada Tabel 2, juga terlihat bahwa nilai-nilai parameter stabilitas antara bentuk U-bottom dan akatsuki memiliki nilai yang relatif sama. Lain halnya dengan kurva stabilitas pada kasko kapal tuna longline berbentuk hardchin bottom, walaupun memiliki bentuk kurva yang relatif sama dengan bentuk kasko U-bottom dan
akatsuki, akan tetapi besaran nilai parameter stabilitasnya cenderung lebih kecil (Tabel 2), kecuali pada besarnya energi pembalik. Energi pembalik pada bentuk kasko kapal hardchin bottom memiliki energi pembalik yang lebih besar jika dibandingkan dengan bentuk U-bottom
dan akatsuki.
Pada kurva stabilitas kapal tuna longline dengan kasko berbentuk round flat bottom, memiliki bentuk kurva yang berbeda jika dibandingkan dengan bentuk kurva stabilitas kasko kapal lainnya. Selain berbeda, nilai parameter stabilitasnyapun jauh lebih kecil. Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan bahwa bentuk kasko round flat bottom memiliki energi pembalik yang lebih kecil dibadingkan bentuk lainnya, sehingga bila terjadi oleng maka periode oleng yang terjadi lebih cepat dibandingkan bentuk lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa bentuk kasko roundflat bottom memiliki kemampuan stabilitas kapal yang kurang baik. Menurut Novita dan Iskandar (2008), bentuk U-bottom merupakan bentuk kasko kapal yang memiliki kemampuan redam terhadap oleng paling besar dibandingkan dengan bentuk akatsuki dan round flat bottom.
Bentuk kasko yang hidrodinamis sangat menguntungkan bagi kapal-kapal yang membutuhkan kemampuan laju yang tinggi serta olah gerak yang lincah. Akan tetapi bagi kapal-kapal yang lebih membutuhkan kemampuan stabilitas kapal dalam pengoperasiannya, maka bentuk kasko yang hidrodinamis kurang menguntungkan. Demikian pula halnya bagi kapal tuna
III - 561
Tabel 2 Nilai parameter stabilitas kapal tuna longline
Bentuk kasko
EP 30 = energi pengembali hingga sudut oleng 30 EP FA= energi pengembali hingga FA
EP 30 -FA= energi pengembali antara sudut oleng 30 hingga FA
Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai max terbesar dimiliki oleh kapal tuna longline yang memiliki bentuk U-bottom. Adapun nilai max terkecil dimiliki oleh kapal tuna longline berbentuk round
flat bottom. Berdasarkan nilai yang diperoleh, diketahui bahwa perbedaan nilai max antara bentuk kasko U-bottom mencapai dua kali lipat terhadap bentuk round flat bottom. Adapun nilai max pada bentuk U-bottom dan akatsuki, tidak memiliki perbedaan nilai yang cukup siknifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kasko kapal berbentuk U-bottom dan
akatsuki memiliki kemampuan yang relatif sama untuk kembali tegak ke posisi semula. Lain halnya dengan bentuk kasko hardchin bottom dan round flat bottom, memiliki nilai parameter stabilitas yang lebih kecil. Kecuali nilai parameter stabilitas kapal hardchin bottom yaitu energi pembalik, memiliki nilai yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena dinding kapal di bagian atas membesar dan berbentuk tegak, sehingga menjadi lebih sulit terbalik saat kapal oleng mulai di sudut 30 hingga ke FA. Bentuk kapal yang demikianlah yang diduga menimbulkan energi pembalik yang besar.
Apabila nilai parameter stabilitas keempat bentuk kasko kapal tuna longline tersebut dibandingkan dengan kriteria IMO, nampak bahwa bentuk kasko U-bottom, akatsuki dan
hardchin bottom telah sesuai dengan kriteria stabilitas IMO. Lain halnya dengan kapal tuna
longline berbentuk round flat bottom, nilai parameter stabilitasnya di bawah kriteria IMO. Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal tuna longline berbentuk U-bottom, akatsuki dan
hardchin bottom memiliki kualitas stabilitas yang telah layak.
Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan periode rolling keempat kapal tuna longline. Periode
rolling adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh kapal mulai dari kemiringan di satu sisi kapal ke sisi lainnya dan kembali ke sisi kemiringan awal (Bhattacharyya 1978). Nilai periode
rolling kapal semakin besar menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan kapal untuk melakukan satu gerakan rolling semakin lama, demikian pula sebaliknya. Mengacu pada nilai periode rolling yang dimiliki oleh keempat bentuk kasko kapal, maka bentuk round flat bottom
memiliki periode rolling kapal lebih kecil jika dibandingkan dengan ketiga kasko kapal lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kasko round flat bottom membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk melakukan gerakan rolling. Kondisi ini mengakibatkan kasko round flat bottom
III - 562
Tabel 3 Nilai GM dan periode rolling kapal
Bentuk kasko GM (m) T (detik)
U-Bottom 0,77 13,72
Akatsuki 0,96 13,58
Hardchin bottom 0,80 11,92
Round flat bottom 0,84 9,82
Pada Tabel 3 terlihat bahwa periode rolling kapal erat kaitannya dengan besarnya nilai . Semakin besar nilai , maka akan semakin besar periode rolling yang dihasilkan. Sehingga cenderung kapal melakukan gerakan oleng secara “mengalun” dan tidak “menyentak” atau
stiffness.
Berdasarkan kajian di atas menunjukkan bahwa kapal tuna longline dengan bentuk kasko
U-bottom, akatsuki dan hardchin bottom memungkinkan untuk digunakan sebagai kasko kapal tuna longline. Hal ini dilihat dari kualitas stabilitas yang dimilikinya. Adapun bentuk kasko
round flat bottom sebaiknya tidak digunakan sebagai kasko kapal tuna longline mengingat kualitas stabilitas yang dimilikinya sangat rendah.
Bentuk kasko U-bottom, akatsuki dan hardchin bottom ditinjau dari bentuknya merupakan bentuk kasko dengan tingkat stabilitas yang tinggi. Sehingga ketiga bentuk kasko kapal tersebut lebih sesuai sebagai bentuk kasko kapal yang megoperasikan alat tangkap dengan cara encircling, terlebih bentuk kasko U-bottom. Akan tetapi, bentuk kasko ini memiliki kemampuan olah gerak yang rendah serta tahanan kasko yang besar. Sehingga bentuk kasko ini diduga tidak sesuai jika dioperasikan sebagai kapal yang membutuhkan kecepatan serta olah gerak yang tinggi seperti kapal-kapal yang mengoperasikan alat tangkap dengan cara
encircling seperti kapal purse seine, payang dan sebagainya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Kapal tuna longline yang beroperasi di perairan Indonesia memiliki bentuk U-bottom, akatsuki, hardchin bottom dan round flat bottom.
2) Kapal tuna longline dengan bentuk kasko U-bottom memiliki kualitas stabilitas yang lebih baik, diikuti dengan bentuk akatsuki dan hardchin bottom.
3) Kapal tuna longline berbentuk round flat bottom memiliki tingkat stabilitas yang rendah.
Saran
Sebaiknya bentuk kasko round flat bottom tidak digunakan sebagai bentuk kapal tuna longline
III - 563
UCAPAN TERIMAKASIH
Penghargaan dan ucapan terimakasih disampaikan kepada Dwi Putra Yuwandana, SPi. yang telah ikut berkontribusi dalam pengolahan data dalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bhattacharyya, R. 1978. Dynamics of Marine Vehicles. John Wiley & Sons, Inc. New York. Pages: 135-146.
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England: Fishing News Book. Pages: 21 – 53.
Hind, J.A. 1982. Stability and Trim of Fishing Vessels. Second edition. Fishing News Books Ltd. Farnham, England. Page: 131.
IMO, 1995. Code on Intact Stability for All Types of Ships Covered by IMO Instruments. Resolution A.749 (18). International Maritime Organization. 14-28.
Lafi, L. dan Y. Novita. 2006. Perbandingan Muatan Palka Ikan Kapal Tuna Longline Jenis Taiwan dan Bagan Ukuran 50-100 GT yang Berbasis di PPS Jakarta. Buletin PSP, Vol. XIV. No. 1, Tahun 2006. Hal: 1-18.
Novita Y, Iskandar BH. 2008. Hubungan antara bentuk kasko model kapal ikan dengan tahanan gerak. Buletin PSP. XVII(3): 315-324.
Novita, Y. 2011. Pengaruh Free Surface terhadap Stabilitas Statis Kapal Pengangkut Ikan Hidup. Buletin PSP XIX(2): 34-43.
Penyusun
PROSI DI NG
SI M POSI UM NASI ONAL
PENGELOLAAN PERI KANAN TUNA BERKELANJUTAN Januari 2015
I SBN: 978-979-1461-47-4 @WWF-Indonesia
Layout dan Desain : M. Rustam Hatala dan M. Yusuf
Penerbit : WWF-I ndonesia
Kredit : WWF-I ndonesia
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan serta selesainya penyusunan Prosiding Simposium ini. Prosiding ini terdiri dari kumpulan tulisan mengenai hasil penelitian dan makalah tentang perikanan tuna, baik tuna besar maupun tuna kecil. Prosiding ini berisi 141 tulisan terseleksi dari kurang lebih 180 tulisan yang didaftarkan.
Kegiatan Simposium Nasional dan penyusunan Prosiding ini dilaksanakan atas kerja sama WWF-Indonesia dengan Direktorat Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan Perikanan, yang didukung oleh USAID (United States Agency for International Development) dan MPAG (Marine Protected Area Governance). Simposium ini diikuti oleh pemakalah dari berbagai pihak yaitu Dosen dan Mahasiswa Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Instansi Kelautan Perikanan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyampaian makalah diawali oleh 7 orang ahli sebagai keynote speaker, yaitu:
1. Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Direktur Sumber Daya Ikan – DJPT, KKP 2012-2014) 2. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc (Ketua Ketua Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan). 3. Drs. Agus A. Budhiman, M.Aq (Ketua Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline
Indonesia dan Mantan Direktur Sumber Daya Ikan KKP).
4. Prof. Dr. Indra Jaya (Dekan dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor).
5. Dr. Purwanto (Peneliti Indonesia Marine and Climate Support dan Mantan Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, KKP)
6. Dr. Luky Adrianto (Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor).
7. Dr. Lida Pet-Soede (Deputy Director and Advisor for WWF-Indonesia / WWF Global Marine Program)
Apresiasi khusus kami sampaikan kepada 6 orang moderator yang memfasilitasi pemaparan makalah dan diskusi dalam simposium selama 2 hari yaitu Abdul Ghofar, Agus A. Budhiman, Indra Jaya, Purwanto, Luky Adrianto, dan Wawan Ridwan. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan mendukung kegiatan ini, serta atas partisipasi semua pemakalah dan peserta. Kemudian tidak lupa permohonan maaf yang tulus atas segala kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan Simposium dan Penyusunan Prosiding. Mari kita ambil manfaat dari kegiatan ini demi terwujudnya pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Januari 2015
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Kata Sambutan Direktur Sumber Daya Ikan – Kementerian Kelautan
Dan Perikanan ... xiii
Kata Sambutan Direktur Coral Triangle – WWF-Indonesia ... xiv
Pendahuluan ... 1
Keynote Speaker
Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia (Toni Ruchimat) ... 4
Revitalisasi Usaha Perikanan P/L (Huhate) dalam Penangkapan Ikan Cakalang di
Flores Timur (Agus A. Budhiman) ... 5
Memperkuat Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tuna di Indonesia ke Depan (Abdul
Ghofar) ... 16
Pengembangan Metode Pengalokasian JTB Kelompok Tuna per Provinsi dalam
Suatu WPP (Indra Jaya) ... 22
Pemodelan Skenario Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Indonesia
(Luky Adrianto, Suryo Kusumo dan Abdullah Habibi) ... 31
Model Pengelolaan Output Penangkapan untuk Penyesuaian terhadap Kuota
Nasional Tuna Sirip Biru Selatan (Purwanto, Lilis Sadiyah dan Fayakun Satria) ... 32
The Paradigm of The Broken Triangle - Addressing The Juvenile Tuna Issue (Lida
Pet-Soede dan Jose Ingles) ... 44
Status Stok Perikanan Tuna
Sintesis dan Summary Bagian 1
Keberlanjutan Stok Tuna-Cakalang-Tongkol (Abdul Ghofar) ... I - 46
Status Perikanan Tuna Di Samudera Hindia, Selatan Prigi – Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur(Irawan Muripto dan Ahmad Ripai) ... I - 53
Hasil Tangkapan dan Daerah Penangkapan Jaring Insang di Laut Cina Selatan
(Arief Wujdi dan Suwarso) ... I - 61
Hasil Tangkapan, Komposisi dan Musim Ikan Tongkol di Perairan Prigi (Arief Wujdi
iii
Studi Aspek Reproduksi Ikan Madidihang (Yellowfin Tuna), Thunnus albacares
(Bonnaterre, 1788) sebagai Dasar Pengelolaan Perikanan Tuna Yang
Berkelanjutan (Budi Wahono dan L.J.L. Lumingas) ... I - 76
Pendugaan Stok Ikan Pelagis Besar Di Perairan Enggano Bengkulu Dengan
Teknologi Akustik (Deddy Bakhtiar) ... I - 82
Laju Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Alat Tangkap
Pole and Line di Laut Seram, Maluku (Haruna dan Early Septiningsih) ... I - 91
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tongkol (Auxis thazard) di Perairan Maluku Tenggara, Provinsi Maluku (Eka Anto Supeni, Erwin Tanjaya dan
Johny Dobo) ... I - 97
Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan Pelagis di Perairan Laut Sulawesi (Endah
Febrianty dan Wahyuni Nasution) ... I - 105
Studi tentang Hubungan antara Jumlah Umpan Hidup dengan Komposisi Hasil Tangkapan pada Perikanan Pole and Line di Perairan Laut Seram, Kabupaten
Maluku Tengah (Erwin Tanjaya) ... I - 113
Analisis Pola Musim Penangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang
Didaratkan di PPN Tamperan Pacitan, Jawa Timur (Helman Nur Yusuf) ... I - 120
Strategi Operasi Penangkapan Perikanan Tuna Skala Usaha Kecil di Perairan
Samudera Hindia (Hufiadi dan Mahiswara) ... I - 128
Aspek Biologi, Alat, Daerah dan Struktur Tangkapan Ikan Madidihang (Thunnus
albacares) di Perairan Sangihe (Karsono Wagiyo) ... I - 139
Analisis Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) pada Daerah Penangkapan dengan Menggunakan Rumpon dan Tanpa Rumpon di
Perairan Barat Laut Banda (Husair, Muslim Tadjuddah, Abdullah, La Anadi,
Ahmad Mustafa,Hasnia Arami) ... I - 148
Kajian Awal Reproduksi Tuna Sirip Kuning dan Cakalang yang Tertangkap di Perairan Nusa Tenggara Timur (Ovie Ningsih, Wilson L. Tisera, Welma Pesulima,
Johanis W. Kiuk, dan Fanny I. Ginzel) ... I - 162
Studi Potensi dan Tingkat Pemnfaatan Tuna di Perairan Manokwari (Paulus Boli,
Fanny Simatauw, Emmanuel Manangkalangi, dan Nurhani Widiastuti) ... I - 168
Perikanan Cakalang dan Tuna di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
(Pelita Octorina dan Neneng Nurbaeti) ... I - 177
Trend Ukuran First Maturity Length Tuna Yellowfin di Samudera Pasifik dan Hindia
(Muhammad Yusuf) ... I - 185
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Rina D’Rita
iv
Estimasi dan Validasi Potensi Ikan Tuna pada Wilayah Pengelolaan Perikanan- Republik Indonesia (WPP-RI) 715 Menggunakan Data INDESO Project (Rizky
Hanintyo) ... I - 195
Kajian Biologi Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut
Flores, Sulawesi Selatan (Warda Susaniati, Achmar Mallawa dan Faisal Amir) ... I - 207
Struktur Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap di WPP
713 dan 573 ... I - 220
Penggunaan Kalender Migrasi Tuna dalam Rangka Mengoptimalkan Pengelolaan Informasi Stok Guna Menuju Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan (Yusri
Maesaroh) ... I - 226
Harvest Control Rules
Sintesis dan Summary Bagian 2
Pengendalian Penangkapan Tuna (Purwanto) ... II - 235
Vulnerability Asssessment of Tunas Fisheries in Northern (Bitung) and Southern (Pelabuhanratu and Malang) Indonesia: Based on MSC Approach (Yonvitner,
Maskur Tamanyira dan Abdullah Habibi) ... II - 241
Analisis Tangkapan Sampingan Hiu pada Alat Tangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Dwi Ariyogagautama, Imam Musthofa Z. dan Teguh
Prawira) ... II - 254
Harvest Control Rule dalam Mendukung Pengelolaan Perikanan Umpan yang Berkelanjutan di Flores Timur (Saraswati Adityarini, Abdullah Habibi, Imam
Syuhada, dan Adrian Damora) ... II - 262
Daya Dukung Tingkat Pemanfaatan Stok Ikan Teri Merah (Encrasicholina
heteroloba) dalam Mendukung Perikanan Tuna Cakalang (O.T.S. Ongkers) ... II - 271
Distribusi Laju Pancing dan Ukuran Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) yang Tertangkap Rawai Tuna di Samudera Hindia Bagian Timur (Arief Wujdi, Ririk
Kartika Sulistyaningsih dan Fathur Rochman) ... II - 290
Identifikasi Status Konservasi Hiu Tangkapan Samping di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pulau Bangka dan Belitung (Ardiansyah Kurniawan, Muhammad Fajar,
Ilhafuroihan Apriliazmi dan Aditya Nugraha) ... II - 297
Ukuran Layak Tangkap dan Dinamika Temporal Ikan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Delly Dominggas
Paulina Matrutty) ... II - 309
Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) Perikanan Tuna di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (Juhrin, Irwan Maulana dan Nurliah Buhari) ... II - 317
Ikhtisar Hasil Tangkapan Sampingan dan Terbuang dari Armada Perikanan Rawai
v
Struktur Ukuran Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Ambon dan
Implikasinya Bagi Pengelolaan (Augy Syahailatua dan La Pay) ... II - 325
Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Penangkap Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Indramayu, Jawa Barat
(Lantun Paradhita Dewanti, Dulmiad Iriana, Junianto, dan Alexander M. Khan) ... II - 330
Hubungan Panjang Bobot dan Struktur Ukuran Ikan Madidihang (Thunnus
albacares) di Perairan Laut Banda (Umi Chodrijah) ... II - 341
Analisis Kenaikan Rata-Rata Incidental Catch pada Rawai Tuna di PPS Bungus
(Hanityo Adi Nugroho) ... II - 349
Kondisi Stok Ikan Tongkol Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek dan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP 573) Sub Area
Jawa Timur (Tri JokoLelono) ... II - 353
Kematangan Gonad dan Ukuran Layak Tangkap Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur (Prawira A.R.P. Tampubolon, Irwan
Jatmiko, Hety Hartaty,dan Andi Bahtiar) ... II - 362
Estimasi Potensi Produksi Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Kepala Burung Pulau Papua (Studi Kasus pada Daerah Fishing Ground Nelayan Kabupaten dan Kota Sorong serta Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat (Alianto,
Hendri dan S. Manaf) ... II - 370
Potensi Reproduksi Tuna Madidihang Thunnus albacares di Selat Makassar (Wayan
Kantun, Syamsu Alam Ali, Achmar Mallawa dan Ambo Tuwo) ... II - 376
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Menggunakan Pancing Rumpon di Samudera
Hindia Selatan Pelabuhanratu ... II - 390
Dinamika Pemanfaatan Madidihang (Thunnus albacares, Bonnaterre, 1788) Hasil Pendaratan PPN Prigi, Jawa Timur (Hilmy Yashar Febriansyah, Yonvitner,
Achmad Fachrudin) ... II - 399
Laju Degradasi Sumber Daya Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Pantura Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Lugas Lukmanul Hakim dan Rega
Permana) ... II - 407
Implementasi I-FISH pada Perikanan Pancing Tuna Berbasis Labuhan Lombok,
Nusa Tenggara Barat (M. Badrudin dan M. Lutfi) ... II - 417
Struktur Populasi Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Kepulauan Indo-Malaya: Analisis Control Region, DNA Mitokondria (Ni Putu Dian Pertiwi, Andrianus Sembiring, Angka Mahardini, Ni Kadek Dita Cahyani, Aji Wahyu Anggoro, Budi
Nugraha, Ririk Kartika Sulistyaningsih, Irwan Jatmiko, dan IGNK Mahardika) ... II - 438
Analisis Kebiasaan Ikan Hiu yang Tertangkap sebagai Bycatch pada Penangkapan Ikan Tongkol Menggunakan Alat Tangkap Gill Net di Kabupaten Indramayu, Jawa
vi
Sebaran Ukuran, Pola Pertumbuhan dan Produksi Tangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares Bonnterre, 1788) di Perairan Barat Sumatera,
Indonesia (Vany Helsa Anwar, Indra Junaidi Zakaria dan Toufan Phardana) ... II - 459
Proporsi Hasil Tangkapan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) pada Perikanan Pukat Cincin di Samudera Hindia: Studi Kasus Kapal INKA MINA 27 di Pacitan
(Wahyuni Nasution, Mahiswara dan Helman Nur Yusuf) ... II - 465
Model Dinamis Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Perikanan Cakalang di Laut Banda dan Sekitarnya, Provinsi Maluku (Welem Waileruny, Eko Sri Wiyono,
Sugeng Hari Wisudo, Tri Wiji Nuraini, dan Ari Purbayanto) ... II - 474
Distribusi Ukuran Tangkap untuk Penentuan Selektivitas Alat Tangkap Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573 (Yoke Hany
Restiangsih, Tegoeh Noegroho, Umi Chodrijah, dan Endah Febrianty) ... II - 484
Peran Longline dalam Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar:
Mungkinkah Memicu Gejala Overfishing di Laut Palabuhanratu? (Warsono El Kiyat) II - 495
Perkembangan Teknologi dan Armada Tangkap Perikanan Tuna Yang Berkelanjutan
Sintesis dan Summary Bagian 3
Teknologi dan Observasi Penangkapan Tuna-Tongkol-Cakalang
(Indra Jaya) ... III - 506
Sebaran Tuna dan Suhu Perairan pada Musim Timur dan Barat Berdasarkan Data Hasil Tangkapan dan ARGO FLOAT di Samudera Hindia (Roy Kurniawan, Agus
Hartoko dan Suradi Wijaya) ... III - 511
Pola Produksi Ikan Pelagis Besar (Tongkol, Cakalang, Tuna) Menggunakan Pancing Ulur di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Alfa F.P. Nelwan, Mukti Zainuddin dan
Muh. Kurnia) ... III - 520
Keterkaitan Antara Dinamika Perikanan Cakalang dan Dinamika Oseanografi di Perairan Barat dan Selatan Provinsi Maluku Utara (Amirul Karman, Sulaeman
Martasuganda, M. Fedi A. Sondita, dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 532
Disain Kapal Ikan Tuna Long Line Berdasarkan Hook Rate (Sunardi dan Achmad
Baidowi) ... III - 550
Stabilitas Beberapa Kapal Tuna Longline di Indonesia (Yopi Novita dan Budhi
Hascaryo Iskandar) ... III - 555
Studi Tingkah Laku Ikan Madidihang (Thunnus albacares) terhadap Aktifitas Makan
(Wahyudi Prawiro, Priyanto Rahardjo, Abdul Rahman, dan Syarif Syamsudin) ... III - 564
Penentuan Karakteristik Hotspot Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone (Ady Jufri, Mukti Zainuddin, Muhammad Anshar Amran,
vii
Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Aspek Biologi Cakalang (Katsuwonus pelamis) Hasil Tangkapan Huhate di Bitung (Agus Setiyawan, A. Anung Widodo dan Candra
Nainggolan) ... III - 581
Perekayasaan Rumpon Pertengahan untuk Penangkapan Ikan Pelagis Besar di
Perairan Selatan Jawa (Agus Suryadi dan Tri Wahyu Wibowo) ... III - 589
Influence of Temperature on Tuna Catched in East Flores, East Nusa Tenggara Province, Indonesia (Alfed Kase, Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma
Pesulima, Ovie Ningsih, dan Maria R. Naguit) ... III - 598
Kajian Daerah Penangkapan Potensial Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tongkol (Euthynnus affinis) Menggunakan Analisis Spasial di Perairan
Pelabuhanratu (Amanatul Fadhilah, Agus Hartoko dan Max R. Muskananfola) ... III - 606
Pemetaan Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a untuk Menentukan Fishing Ground Potensial (Tuna) Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh pada Musim
Timur di Selat Bali (Ari Soebekti, Agus Adinugroho S. dan Alfi Satriadi) ... III - 618
Efektifitas Penggunaan AFD (Attractors Fish Depth) sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Tuna yang Ramah Lingkungan di Wilayah Perairan Selatan Jawa, Sendang Biru
Malang (Donny Dwi Ari Prayoga dan Sembadhani Bayu) ... III - 628
Pemetaan Kelayakan Zona Potensi Penangkapan Ikan Cakalang Bagi Unit Penangkapan Pole and Line di Perairan Teluk Bone (Fitri Indahyani, Mukti
Zainuddin dan Aisjah Farhum) ... III - 637
Analisis Hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit MODIS dan SUB- SURFACE TEMPERATURE Data ARGO FLOAT Terhadap Hasil Tangkapan Tuna di Samudera Hindia (Geetruidha Adelheid Latumeten, Agus Hartoko dan Frida
Purwanti) ... III - 644
Studi Parameter Lingkungan Perairan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) di Gondol, Bali (Makhzanil Asywaq, Priyanto Rahardjo, Basuki Rachmad, dan Dadan
Zulkifli) ... III - 655
Cedera dan Praktek Keselamatan Kerja pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara (N. Alimina, B. Wiryawan, D.R. Monintja, T.W. Nurani,
dan A.A. Taurusman) ... III - 663
Hubungan Ukuran Ikan Terhadap Jangkauan Penglihatan Pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Hasil Tangkapan Alat Tangkap Pancing (Handline) di Pulau
Bawean, Kabupaten Gresik (R. Adi Kurniawan dan Fuad) ... III - 673
Kajian Produktivitas Alat Tangkap Tuna Longline di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus, Sumatera Barat (Lantun Paradhita Dewanti, Alexander M.A. Khan,
Dulmiad Iriana, Sriati, dan Rita Rostika) ... III - 682
Palca Wave Energy As Electric Convertion (PW GASCIN) Inovasi Energi Alternatif
viii
Konstruksi dan Produktivitas Rumpon Portable Tuna di Perairan Palabuhanratu,
Jawa Barat (Roza Yusfiandayani, Indra Jaya dan Mulyono S. Baskoro) ... III - 698
Teknik Penangkapan Tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Pancing Ulur dengan Kapal Latih KM. COELACANTH di Perairan Maluku (Samuel Hamel, Saeful A. Tauladani,
Karyanto, Frangky Darondo, M, Zainul Arifin, dan Peggy Pontoh) ... III - 712
Deskripsi Daerah Penangkapan Pancing Ulur dan Hubungannya dengan Faktor Oseanografi yang Berpangkalan di Kabupaten Majene (Sudarman, Mukti Zainuddin
dan Alfa F.P. Nelwan) ... III - 718
Penggunaan Jaket Tuna pada Penangkapan Tuna dengan Pancing Ulur di Perairan
Palabuhanratu (Ambar Prihartini dan Suwardiyono) ... III - 728
Pemetaan Sebaran Klorofil-A Citra Satelit Aqua Modis untuk Pendugaan Daerah Penangkapan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Hasil Tangkapan
Purse Seine di Sumatera Barat (T. Ersti Yulika Sari, Usman dan
Farian Sukandi) ... III - 736
Strategi Pemanfaatan Rumpon pada Perikanan Tuna Skala Kecil di Sulawesi Utara (Widhya Nugroho Satrioajie, Evert de Froe, Paul van Zwieten, Sam Wouthuyzen,
dan Adriaan Rijnsdorp) ... III - 744
Pasar Perikanan Tuna yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
Sintesis dan Summary Bagian 4-5
Ekonomi dan Bisnis Tuna-Tongkol-Cakalang (Agus A. Budhiman) ... IV - 754
Komoditi Perikanan Tuna, Tongkol dan Cakalang dalam Menunjang Industri di
Provinsi Sumatera Barat (Eni Kamal) ... IV - 760
Penyiapan Sistem Ekolabel Tuna Skema LEI Ekolabel Tuna, Trend Pasar dan Daya
Saing (Fadil Nandila dan Diah Suradiredja) ... IV - 770
Pendekatan Bioekonomi Multispesies untuk Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Indonesia: Evaluasi Perikanan Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi,
Jawa Barat (Nimmi Zulbainarni dan Ade Imam Purnama) ... IV - 774
Analisis Efisiensi Usaha Penangkapan Tuna Berkelanjutan (Studi di Sendang Biru,
Kabupaten Malang, Jawa Timur) (Anthon Efani) ... IV - 790
Kajian Bioekonomi Ikan Cakalang (Thunnus sp.) di Provinsi Maluku Utara
(Mutmainnah) ... IV - 779
Perilaku Ekonomi Nelayan Ikan Tuna dalam Kerangka Industrialisasi Perikanan
(Arif Rachman) ... IV - 810
Rancangan Sistem Dokumen Berbasis Komputerisasi untuk Penerapan Program
Traceability di Industri Pengolahan Tuna Loin Beku (Bambang Riyanto, Wini
ix
Keuntungan, Kelestarian dan Harmoni Tuna (Studi Kasus di Sendang Biru, Malang)
(M. Zainal Fanani dan Muhammad Zainal Arifin) ... IV - 832
Struktur dan Stabilitas Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Tradisional Penangkap
Tuna di Indonesia (Studi Kasus Nelayan di Kabupaten Malang dan Kota Bitung) ... IV - 844
Penerapan Palka Ikan Berinsulasi pada Perahu Motor Nelayan Penangkapan Ikan
Tuna di Maluku (Muhammad Najib) ... IV - 853
Pengawasan Lalu Lintas Tuna Tongkol Cakalang (TTC) melalui Pendekatan
Sertifikasi di Kota Palu (Muhammad Zamrud) ... IV - 862
Upaya Budidaya Bandeng Umpan di Kabupaten Pesisir Selatan - Sumatera Barat
(Nofrin Yani dan Meriussoni Zai) ... IV - 868
Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar yang Baik di Kapal Nelayan Handline
PPI Donggala (Normawati K. Mboto, Tri Wiji Nurani, Sugeng H. Wisudo, dan
Mustaruddin) ... IV - 876
Penerapan Traceability Pemasaran Tuna dan Mendukung Sistem Logistik Ikan
Nasional (SLIN) (Novia Nurul Afiyah, Trio Budi Setyawan dan Miftachul Huda) ... IV - 885
Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Tuna : Studi Kasus Nelayan Tuna di Dusun Wuring,
Flores, Nusa Tenggara Timur (Nurlaili) ... IV - 890
Pemasaran Ikan Cakalang di Dermaga Beba Desa Tamasaju, Kacamatan Galut,
Kabupaten Takalar (Nurliati Maria) ... IV - 900
Subsidi “Rumpon Tuna” Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Nelayan Tuna Skala Kecil (Sebuah Usulan Kebijakan) (Rizki Aprilian Wijaya dan Andrian
Ramadhan) ... IV - 912
Histamin dan Identifikasi Bakteri Pembentuk Histamin Pada Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) (Stevy Imelda Murniati Wodi, Wini Trilaksani dan
Mala Nurilmala) ... IV - 169
Pengoptimalan Pengolahan Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus) sebagai Bahan
Makanan Pendamping (Bubur) ... IV - 177
Pengolahan Limbah Kulit Tuna Industri Fillet menjadi Produk Fashion sebagai
Upaya Peningkatan Daya Saing Perikanan Nasional (Putu Ary Dharmayanti) ... IV - 992
Persyaratan dan Resolusi Perikanan Tuna Internasional
Kepentingan Indonesia Bergabung dalam Regional Fisheries Management
Organization (Ainnur Rochmatin Fitriana) ... V - 944
Politik Hukum Pengelolaan Perikanan Tuna Di Laut Lepas Oleh RFMO (Akhmad
x
Kajian Implementasi Traceability Berbasis Standar ISO 28000 pada Rantai Pasok Tuna Beku di Jakarta (Wini Trilaksani, Bambang Riyanto dan
Bayu Ardy Kresna) ... V - 962
Perdagangan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Sadarma Suhaim Saragih) ... V - 976
Konsekuensi Hukum Penerapan Aturan RFMO pada Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Tuna di Indonesia (Bayu Vita Indah Yanti dan Catur
Wulandari) ... V - 987
Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna Indonesia yang Berkelanjutan
dalam Menghadapi Tantangan Pasar Global (Indra Lesmana) ... V - 994
Kebiijakan Dan Pengelolaan Tuna Yang Berkelanjutan
Sintesis dan Summary Bagian 6
Kebijakan dan Pengelolaan Perikanan Tuna-Tongkol-Cakalang
(Luky Adrianto) ... VI - 1004
Evaluasi Pengelolaan Rumpon Tuna (Thunnus albacares) dan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) yang Ramah Lingkungan (Priyanto Rahardjo dan Aris Widagdo) ... VI - 1012
Status Pengelolaan Perikanan Tuna dengan Pendekatan Ekosistem di Nusa Tenggara Barat (Nurliah Buhari, Sitti Hilyana, Ayu Adhita Damayanti, Rovina Andriani, dan
Muhammad Masyarul Rusdani) ... VI - 1017
Penilaian Indikator EAFM untuk Perikanan Tuna Indonesia (Aris Widagdo, Priyanto
Rahardjo, Toni Ruchimat, Purwito, Luky Adrianto, dan Abdullah Habibi) ... VI - 1025
Pengontrolan Perikanan Tuna di Wilayah Indonesia dengan Metode Linear Program
(Destyariani Liana Putri dan Widi A. Pratikto) ... VI - 1032
Kebijakan Penataan Rumpon dan Armada Pukat Cincin di Indonesia (Arifsyah M.
Nasution) ... VI - 1040
Peringatan Dini Terhadap Status Ikan Tuna Berdasarkan Data Lalu Lintas Pengiriman Tuna Melalui Pintu Bandara dan Pelabuhan di Kendari,
Sulawesi Tenggara (Abdul Rachman) ... VI - 1047
Revitalisasi Perikanan Tangkap Di Sumatera Barat dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tuna Berkelanjutan di Samudera Hindia
(Alfian Zein) ... VI - 1056
Manajemen Adaptif (Adaptive Management): Strategi Pengelolaan Tuna yang
Berkelanjutan (Anwar Syarif) ... VI - 1063
Potensi dan Pemanfaatan Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard) di Perairan Selat Malaka,
xi
Potensi Lahan Untuk Usaha Perikanan Budi Daya Ikan Tuna di Perairan Pulau Nain Kabupaten Minahasa Utara (Edwin L.A. Ngangi, Isrojati J. Paransa dan Indri S.
Manembu) ... VI - 1079
Distribusi dan Jarak Pemasangan Rumpon Laut Dalam dalam Upaya Pengelolaan Perikanan Tuna yang Berkelanjutan (Studi Kasus di Kendari, Maumere, Ambon dan Pelabuhan Ratu) (Ignatius Tri Hargiyatno, Regi Fiji Anggawangsa, Andrias S.
Samusamu, dan Agustinus A. Widodo) ... VI - 1085
Permasalahan Pengelolahan Perikanan Tuna Berkelanjutan di Perairan Pesisir
Utara Provinsi Papua (John D. Kalor) ... VI - 1091
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudra Hindia Bagian Timur (Jonson Lumban
Gaol I Wayan Nurjaya dan Khairul Amri) ... VI - 1099
Analisis Kebijakan Terhadap Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Tuna di Provinsi
Sumatera Barat (Lengga Pradipta) ... VI - 1108
Reorientasi Pengelolaan Perikanan Tuna dalam Pembangunan Nasional
(Muh. Ishaq Hasan) ... VI - 1118
Komposisi Hasil Tangkapan dan Laju Pancing Rawai Tuna yang Berbasis di
Pelabuhan Benoa (Mulyono S. Baskoro, Budi Nugraha dan Budy Wiryawan) ... VI - 1126
Pengelolaan Perikanan Madidihang Studi Kasus Pancing Ulur di Laut Maluku yang
Berbasis di Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Novie Wijaya) ... VI - 1143
Sero Alat Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang Ramah Lingkungan dan
Berkelanjutan serta Kearifan Lokal Suku Bajo (Parman) ... VI - 1149
Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis (Layang, Tongkol dan
Cakalang) pada WPP 716 Nelayan Lokal Soma Pajeko Teluk Labuan Uki, Kabupaten
Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara (Ridwan Lasabuda) ... VI - 1155
Kinerja Alat Tangkap Berdasarkan Kriteria Ramah Lingkungan pada Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil di Perairan Selatan Jawa (Tegoeh Noegroho, Mahiswara dan
Hufiadi) ... VI - 1164
Pemanfaatan Tuna Neritik Dengan Alat Tangkap Payang di Perairan Palabuhanratu
Samudera Hindia (Thomas Hidayat dan Tegoeh Noegroho) ... VI - 1176
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tuna (Mata Besar/Thunus obesus
dan Sirip Kuning/Thunus albacares) yang Berkelanjutan di Kota Padang (Tomi
Ramadona) ... VI - 1183
Optimalisasi Pengelolaan Perikanan Tuna (Thunnus spp.) Berkelanjutan Berbasis Penerapan LAC (Limit of Acceptable Change) di Perairan Selatan Sendang Biru,
xii
Hasil Tangkapan Ikan Tuna pada Perikanan Pancing Tonda dengan Menggunakan Alat Bantu Rumpon di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa (Tri Wiji Nurani, Sugeng Hari Wisudo, Prihatin Ika Wahyuningrum, Risti Endriani Arhatin, dan
Didin Komarudin) ... VI - 1200
Profil Perikanan Tuna di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Wilson L. Tisera, Johanis W. Kiuk, Welma Pesulima, Ovie Ningsih,
Maria R. Naguit) ... VI - 1209
Clusterisasi Migrasi Ikan Tuna, Tongkol dan Cakalang di Teluk Bone dan Peran
Daerah dalam Pengelolaan Berkelanjutan (Yusli Sandi) ... VI - 1218
Kajian Musim Penangkapan Ikan Tuna di Perairan Laut Bengkulu
(Dede Hartono) ... VI – 1232
Status Keberlanjutan Perikanan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) Di
Teluk Tomini Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo (Zulkifli Arsalam MoO) ... VI – 1238
Penutup
xiii
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR SUMBER DAYA IKAN – KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas terbitnya ProsidingSimposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan. Prosiding ini merupakan kumpulan tulisan yang terpilih dalam Simposium Nasional, yang telah terlaksana pada tanggal 10-11 Desember 2014. Simposium Nasional tersebut dilaksanakan atas kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan (SDI) – Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan WWF-Indonesia. Atas nama jajaran Direktorat SDI-KKP, saya mengucapkan terima kasih kepada WWF-Indonesia atas kerja sama ini.
Kegiatan simposium dan prosiding perikanan tuna ini merupakan salah satu kebutuhan untuk referensi kita dalam melakukan pengelolaan perikanan tuna secara berkelanjutan. Indonesia merupakan salah satu negara penting secara global dalam perikanan tuna. Pada tahun 2010-2013, rata-rata produksi tahunan Indonesia mencakup tuna dan neritik tuna mencapai 1,1 juta ton/tahun. Pasar ekspor yang potensial untuk Indonesia meliputi Jepang, Amerika, dan beberapa negara di Uni Eropa. Hal tersebut menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara utama produsen tuna di dunia.
Jenis-jenis tuna merupakan spesies yang beruaya jauh, yang pengelolaanya merupakan pengelolaan bersama, lintas daerah, provinsi dan bahkan lintas negara. Indonesia dianugerahi perairan yang menjadi habitat penting dan kritis bagi tuna. Untuk itulah Indonesia harus bisa mengemban tanggungjawab tersebut untuk mengelola tuna dengan baik. Terdapat banyak permasalahan yang dihadapi perikanan tuna di Indonesia, seperti aspek pengelolaan, sumber daya, teknologi, hingga aspek data dan informasi. Hal tersebut hendaknya dapat dikelola dengan baik untuk mendukung keberlanjutan stok sumberdaya tuna guna mendukung kelangsungan usaha, serta bisnis tuna Indonesia. Perkembangan dan kecenderungan permintaan pasar akan produk tuna yang ramah lingkungan pun menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.
Prosiding Simposium Nasional Perikanan Tuna ini, diharapkan dapat menghadirkan informasi-informasi ilmiah terkini untuk menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan perikanan tuna di Indonesia. Penelitian yang telah dilaksanakan dan dipublikasikan telah menunjukkan komitmen dan keinginan berbuat sesuatu yang lebih baik untuk pengelolaan perikanan tuna di Indonesia secara bijak, demi keberlanjutan stok sumber daya perikanan tuna di perairan laut Indonesia, untuk kesejahteraan nelayan, dan seluruh masyarakat, serta bangsa Indonesia secara keseluruhan. Saya sebagai Direktur SDI, memberikan apresiasi atas terbitnya prosiding ini yang memuat tulisan mengenai pengelolaan perikanan tuna di Indonesia dari berbagai kalangan peneliti dan praktisi perikanan tuna. Semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari prosiding ini.
Terima kasih kepada WWF-Indonesia yang telah memfasilitasi pelaksanaan Simposium dan penerbitan Prosiding ini, serta semua pihak yang telah terlibat, serta telah mendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia selama ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan selalu berkomitmen dan bertanggung jawab, serta menjadi yang terdepan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Januari 2015
xiv
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR CORAL TRIANGLE – WWF-INDONESIA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan bimbingan yang telah diberikan kepada kita semua khususnya yang secara langsung terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan “Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan” dari mulai persiapan, pelaksanaan, hingga tersusunnya prosiding ini. Pada kesempatan ini sekali lagi saya informasikan bahwa kegiatan simposium yang diselenggarakan pada tanggal 10-11 Desember 2014 di Hotel Mercure, Bali ini telah terselenggara dengan baik melalui kerja sama antara Direktorat Sumber Daya Ikan – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan WWF-Indonesia. Penyelenggaraan simposium ini bertujuan untuk mendapatkan kajian terbaru terkait perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia, serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan kebijakan dan pengelolaan perikanan tuna, cakalang dan tongkol di Indonesia.
Melihat banyaknya para pihak yang tertarik dan terlibat aktif dalam simposium ini, terutama dari para peneliti muda, maka WWF berkeinginan agar simposium tentang tuna ini dapat dilakukan secara reguler minimum 2 tahun sekali agar aspek-aspek yang yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan dalam upaya perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia seperti aspek ekologi, teknologi penangkapan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan dapat terus diperbaharui (di-update). WWF-Indonesia sangat bangga telah dapat menyelenggarakan simposium ini dalam skala nasional yang bisa menghadirkan lebih dari 200 orang peneliti dengan 141 makalah telah dipresentasikan. Makalah-makalah tersebut disentesis dengan cermat oleh para ahli dibidangnya, yaitu: 1) Dr. Abdul Ghofar, 2) Drs. Agus A. Budhiman,M.Aq 3) Prof. Dr. Indra Jaya, 4) Dr. Purwanto, dan 5) Dr. Luky Adrianto, kemudian dirangkum dalam bentuk Prosiding ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya atas nama WWF-Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tinggi kepada Direktur Sumber Daya Ikan Bapak Dr. Ir. Toni Ruchimat, dan Bapak Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Ikan ZEE Bapak Saut Tampubolon, S.Sos, MM, beserta staf yang telah mendukung sepenuhnya atas penyelenggaraan simposium ini. Ucapan yang sama saya sampaikan pula kepada para Narasumber yang sekaligus juga menjadi Moderator dan Reviewer hasil-hasil simposium hingga menjadi sebuah prosiding yang lengkap. Ucapapan terima kasih juga disampaikan kepada semua Pemakalah dan peserta seluruhnya atas partisipasi aktif dalam simposium ini disertai iringan doa semoga sumbangsih ilmu pengetahuan yang telah dikonstribusikan dalam simposium ini menjadi bukti dharma bakti bagi perbaikan pengelolaan perikanan tuna Indonesia dan juga sebagai wujud amal Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini pula saya memberikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada seluruh panitia dan staf WWF yang telah bekerja keras dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan simposium ini hingga tersusunnya prosiding ini.
Akhirnya saya ingin menyampaikan semoga Prosiding ini bermanfaat dan menambah pustaka kita semua. Amiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Januari 2015
xv
PENDAHULUAN
Spesies tuna yang banyak tertangkap di perairan laut Indonesia setidaknya ada 8 yang memiliki nilai ekonomis penting. Ke-8 jenis ini terdiri dari jenis tuna besar yaitu sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares), mata besar (Thunnus obesus), sirip biru selatan (Thunnus maccoyii), dan albakor (Thunnus alalunga). Dan tuna kecil, yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol komo (Euthynnus affinis), tongkol krai (Auxis thazard), dan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol). Sumber daya perikanan tuna merupakan salah satu komoditi andalan perikanan di Indonesia dan telah menjadi primadona perdagangan di pasar internasional.
Pada tahun 2012, lebih dari satu juta ton ikan tuna ditangkap di Indonesia, dan sebagian besar diekspor ke berbagai tujuan negara utama pembeli tuna, seperti Jepang, Amerika, China, dan beberapa negara di Uni Eropa. Nilai ekspornya pun menghampiri 4 triliun rupiah (Statistik Perikanan Tangkap, 2013; Statistik Ekspor Perikanan, 2012). Hal tersebut menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara utama produsen tuna di dunia. Dan secara global, Indonesia merupakan negara produsen perikanan terbesar kedua setelah China, dengan produksi perikanan sebesar hampir 5,5 juta Ton pada tahun 2011, atau 6,8% dari produksi perikanan dunia (FOA Capture Fisheries Statistic, 2012). Namun, pada satu dekade terakhir terjadi penurunan trendline, baik di Indonesia maupun secara global. Peningkatan produksi tangkapan juga tidak setinggi dekade sebelumnya. Tahun 2015 ini, FAO merilis bahwa 29% stok perikanan telah mengalami over fishing atau tangkap lebih, termasuk stok ikan tuna.
Sejak penangkapan tuna dimulai di Indonesia pada tahun 1960-an, sampai penangkapan secara besar-besaran di Indonesia sekitar tahun 1980-an, ada kecenderungan peningkatan produksi hasil tangkapan tuna. Kemudian pada satu dekade terakhir, terjadi penurunan
trendline, dimana peningkatan produksi tangkapan tidak setinggi dekade sebelumnya. CPUE (Catch per Unit Effort) ikan tuna juga mengalami fluktuasi yang menyebabkan beberapa armada perusahaan perikanan tuna tidak mengoperasikan sebagian kapalnya kerena tidak ekonomis lagi. Pergeseran lokasi penangkapan juga menjadi indikasi stok sumber daya perikanan tuna tidak stabil lagi pada beberapa lokasi di Indonesia. Hasil survey WWF-Indonesia dalam rentang tahun 2009-2014 menunjukkan bahwa umumnya perusahaan perikanan tuna di pelabuhan besar di Indonesia seperti Muara Baru Jakarta, Pelabuhan Ratu Jawa Barat, Samudera Indonesia Kendari, Sendang Biru Jawa Timur, Bitung Manado, Ambon, telah mengurangi armada penangkapan ikannya karena biaya operasional semakin tinggi sementara hasil tangkapan tuna semakin turun.
Ada banyak permasalahan yang dihadapi perikanan tuna di Indonesia, misalnya saja dari aspek pengelolaan (mis. penerapan kebijakan dan penegakan aturan serta kelembagaan pengelolaan), aspek sumber daya (mis. overfishing dan overcapacity, penangkapan juvenile
xvi
Seiring dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran sebagian besar pihak dalam pengelolaan perikanan tuna, khususnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan Perikanan, kalangan akademisi, swasta, dan LSM juga semakin menunjukkan perannya dalam pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia. Beberapa stakeholder berperan cukup signifikan baik dalam konsep pengelolaan perikanan tuna, maupun secara praktis para tingkat pengusaha dan nelayan. Dalam hal pengelolaan perikanan tuna di Indonesia, pemerintah dan semua stakeholder, salah satunya adalah dengan menyediakan data terbaik untuk kebutuhan pengelolaan dan pengambilan keputusan atau penetapan kebijakan. Pelaksanaan Simposium Nasional Pengelolan Perikanan Tuna Berkelanjutan ini merupakan wujud nyata dalam mengumpulkan data ilmiah mengenai perikanan tuna di Indonesia. Simposium ini pertama kali dilaksanakan di Indonesia yang melibatkan peneliti dan praktisi perikanan tuna dari seluruh Indonesia, yaitu dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan LSM. Hal ini merupakan komitmen bersama dalam rangka mewujudkan pengelolaan perikanan tuna berkelanjutan di Indonesia.