• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kerentanan Ikan Pelagis Kecil Yang Didaratkan Di Ppn Palabuhanratu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kerentanan Ikan Pelagis Kecil Yang Didaratkan Di Ppn Palabuhanratu, Jawa Barat"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KERENTANAN IKAN PELAGIS KECIL YANG

DIDARATKAN DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

EVA YANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Kerentanan Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks, dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Eva Yanti

(4)

ABSTRAK

EVA YANTI. Tingkat Kerentanan Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh YONVITNER dan RAHMAT KURNIA.

Ikan tembang, layang, dan kembung lelaki merupakan ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis di Teluk Palabuhanratu. Upaya penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring rampus dapat menyebabkan penurunan populasi bahkan kerentanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kerentanan stok dan potensi keberlanjutannya. Analisis produktivitas, dan suseptabilitas merupakan salah satu cara untuk melihat keberlanjutan ikan yang dilihat dari aspek produktivitas dan suseptabilitas. Ikan layang memiliki nilai produktivitas, dan suseptabilitas paling tinggi dibandingkan ikan tembang, dan kembung lelaki. Indeks kerentanan yang didapat dari ikan tembang, layang, dan kembung lelaki secara berturut adalah 1,41; 1,27, dan 1,47. Nilai ini menunjukkan bahwa ikan memiliki kerentanan rendah dan potensi keberlanjutan.

Kata kunci: kerentanan, produktivitas, suseptabilitas

ABSTRACT

EVA YANTI. The Vulnerability of Pelagic Fish Small Landed on PPN Palabuhanratu, West Java. Supervised by YONVITNER and RAHMAT KURNIA.

Fringescale sardinella, shortfin scad, and indian mackerelis pelagic fish are have an economically value in Gulf of Palabuhanratu. The using of jaring rampus can be cause population depletion and vulnerability. The purpose of study was to assess the stock vulnerability, and potential of sustainability. Productivity and susceptability analysist needed to getting information of continuity of fish resources by productivity, and susceptability aspect. Scad mackerel had the highest value productivity, and susceptability than fringescale sardinella, and indian mackerel. The vulnerability index that have for fringescale sardinella, shortfin scad and indian mackerel are 1,41; 1,27, and 1,47. This value indicate that statues of fish as low vulnerable and potential to sustainability.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

TINGKAT KERENTANAN IKAN PELAGIS KECIL YANG

DIDARATKAN DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

EVA YANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Kerentanan Ikan Pelagis Kecil yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

2. Beastudi Etos dan Beasiswa Bidik Misi IPB yang telah memberikan bantuan dana selama perkuliahan

3. Dr Yonvitner, SPi MSi selaku komisi pembimbing skripsi pertama dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi selaku komisi pembimbing kedua yang senantiasa memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini

4. Zulhamsyah Imran, SPi MSi selaku komisi penguji, dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam ujian skripsi ini

5. Ir Agus Samosir, M Phil selaku dosen pembimbing akademik

6. Bapak Asep, Bapak Usu, serta Bapak Aris di Badan Pusat Statistik PPN Palabuhanratu yang telah membantu selama pengumpulan data 7. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

8. Ayah, ibu, adik-adik (Jamal dan Jefri) tersayang, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya

9. Keluarga besar MSP 48, tim penelitian palabuhanratu (Niko, Meti, Rizka, dan Poppy), keluarga besar Etos Bogor, dan teman-teman yang senantiasa mendukung yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Parameter Kajian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pengumpulan data produktivitas ikan pelagis kecil 4 2 Pengumpulan data suseptabilitas ikan pelagis kecil 5

3 Pendugaan parameter pertumbuhan 11

4 Pendugaan mortalitas dan laju eksploitasi 11

5 Produktivitas sumber daya ikan 12

6 Suseptabilitas sumber daya ikan 13

7 Pemberian skor parameter produktivitas 14

8 Pemberian skor parameter suseptabilitas 14

9 Kerentanan sumber daya tiga jenis ikanpelagis kecil 15 10 Indeks kerentanan intrinsik berdasarkan Cheung (2007) 15

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir perumusan masalah 2

2 Peta lokasi pengambilan contoh ikan pelagis kecil 3

3 Ikan tembang, layang, dan kembung lelaki 9

4 Sebaran frekuensi panjang ikan tembang 9

5 Sebaran frekuensi panjang ikan layang 10

6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki 10

7 Grafik produktivitas dan suseptabilitas 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian 21

2 Penetapan skor atribut produktivitas 21

3 Penetapan skor atribut suseptabilitas 21

4 Hasil parameter produktivitas ikan pelagis kecil 22

5 Hasil penilaian parameter produktivitas 23

6 Sebaran frekuensi panjang 24

7 Parameter pertumbuhan 24

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan pelagis kecil merupakan anggota dari filum Chordata yang tersebar di perairan Indonesia. Termasuk diantaranya adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan layang (Decapterus macrosoma), dan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta). Ikan-ikan pelagis kecil ini termasuk kelompok target utama penangkapan.

Alat tangkap ikan pelagis kecil salah satunya adalah jaring rampus. Jaring rampus adalah jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan dengan cara menghadang arah gerak ikan. Jaring rampus memiliki panjang kurang lebih 104 meter, dan lebar jaring adalah dua meter. Jaring rampus memiliki bentuk empat persegi panjang yang memiliki ukuran mata jaring sama pada seluruh badan jaring. Pada bagian atas jaring dipasangkan pelampung, sedangkan dibawah dipasangkan pemberat. Perimbangan dua gaya yang berlawanan antara pelampung dan pemberat serta berat jaring itu sendiri, maka jaring akan terentang dalam air (Ayodhyoa 1981 in Suryawan 2004). Jaring rampus yang digunakan cukup efisien, penggunaannya mudah, dan biaya pembuatannya relatif terjangkau karena dapat dibuat oleh nelayan sendiri (Suryawan, 2004).

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2006-2010), jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2006 produksi ikan tembang 1.779 kg, sementara pada tahun 2010 produksi ikan hanya mencapai 363 kg (Badan Pusat Statistik PPN Palabuhanratu, 2013). Meningkatnya permintaan ikan pelagis kecil dipasar domestik, mendorong pelaku usaha penangkapan ikan atau nelayan Sukabumi melakukan peningkatan penangkapan terhadap ikan pelagis kecil.

Tingginya penangkapan dapat menyebabkan penurunan produksi stok ikan. Produktivitas stok ikan yang menurun akibat adanya penangkapan dapat menyebabkan adanya kerentanan stok. Menurut Karsperson et al. (2001) in

Triramdani (2014), menyebutkan bahwa kerentanan adalah tingkatan pada suatu sistem yang dipengaruhi oleh keterbukaan sistem atau gangguan dan kemampuan untuk mengatasi atau memulihkan diri terhadap gangguan.

Kegiatan penangkapan yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan pada aspek reproduksi, suseptabilitas dan produktivitas. Potensi gangguan pada produktivitas meliputi pertumbuhan, ukuran pertamakali matang gonad, fekunditas, rekrutmen dan mortalitas. Potensi gangguan pada aspek suseptabilitas adalah harga ikan, konsentrasi geografis, dan laju eksploitasi. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai tingkat kerentanan sumber daya ikan pelagis kecil berbasis data produktivitas, dan suseptabilitas untuk mengevaluasi keberlanjutan sumber daya ikan pelagis kecil yang berasal dari Teluk Palabuhanratu. Selain itu, penelitian didasarkan pada belum banyaknya kajian mengenai tingkat kerentanan ikan pelagis kecil di Teluk Pelabuhanratu.

(12)

2

Perumusan Masalah

Sumber daya ikan mampu membarui dirinya melalui proses pertumbuhan dan rekrutmen melalui reproduksi. Pemanfaatan sumber daya ikan yang bersifat

open access dapat menyebabkan upaya penangkapan yang berlebih sehingga menimbulkan resiko kerentanan pada ikan. Kerentanan didefinisikan sebagai tingkat resiko yang akan mempengaruhi spesies ikan terhadap produktivitas dan suseptabilitas.

Permasalahan yang menyangkut produktivitas dapat berupa panjang maksimum ikan yang menurun, maupun pertumbuhan ikan yang lambat. Permasalahan suseptabilitas dapat berupa mortalitas penangkapan yang tinggi, biomassa hasil tangkapan ikan yang rendah, maupun alat tangkap yang dapat merusak morfologi ikan dan ekosistem perairan. Kondisi demikian dikhawatirkan dapat menimbulkan potential risk yang semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya ikan agar tetap lestari dan berkelanjutan. Menurut Patrick et al. (2009), Productivity and Susceptibility Analysis (PSA) merupakan salah satu metode yang tepat untuk mengukur tingkat kerentanan sumber daya ikan akibat penangkapan yang dilihat dari parameter produktivitas dan suseptabilitas.

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan sumber daya ikan pelagis kecil yang meliputi ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan layang (Decapterus macrosoma), dan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) berbasis data produktivitas dan suseptabilitas, untuk mengevaluasi potensi keberlanjutan spesies ikan tersebut.

Panjang maksimum menurun

Pertumbuhan lambat

Mortalitas

penangkapan tinggi

Biomassa hasil tangkapan rendah

Alat tangkap merusak morfologi ikan dan ekosistem

Produktivitas

Suseptabilitas

Potensial Risk

(13)

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, dan referensi umum mengenai tingkat kerentanan sumber daya ikan pelagis kecil untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pengambilan contoh dilaksanakan sebanyak empat kali pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015. Ikan contoh yang diperoleh merupakan ikan hasil tangkapan nelayan didaratkan di PPN Palabuhanratu. Ikan tersebut kemudian dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Peta lokasi pengambilan ikan contoh pelagis kecil

Parameter Kajian

Kajian kerentanan berasal dari pengumpulan data panjang total ikan (mm), bobot ikan (gram), bobot gonad (gram), diamater telur, dan harga ikan (Rp). Data yang akan dikumpulkan untuk mengkaji kerentanan mencakup data produktivitas dan suseptabilitas (Tabel 1 dan 2) berdasarkan Patrick et al. (2009). Pengumpulan data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan kegiatan wawancara. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana (Walpole 1995). Ikan contoh diperoleh dari PPN Palabuhanratu yang merupakan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Data yang dikumpulkan meliputi panjang total ikan yang diukur dengan menggunakan penggaris (mm), dan bobot basah ditimbang menggunakan timbangan digital (gram). Data sekunder berupa data produksi ikan per tahunnya diperoleh dari Badan Pusat Statistik PPN Palabuhanratu, serta data pendukung

(14)

4

dari fishbase berupa identifikasi ikan contoh. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap nelayan yang menangkap ikan tembang, layang dan kembung lelaki dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur atau kuisioner.

Tabel 1 Pengumpulan data produktivitas ikan pelagis kecil

Sumber basis

data Parameter Analisis Pengumpulan data

Produksi r (laju pertumbuhan

intrinstik) Growth Analysis Data sekunder

Panjang Umur maksimum Length frequency

analysis Data primer

Panjang maksimum Length frequency

analysis Data primer

Ukuran pertamakali

matang gonad Persamaan Udupa Data primer

M (mortalitas alami) Persamaan empiric

Pauly Data primer F (mortalitas

penangkapan)

Persamaan empiric

Pauly Data primer

Bobot K (koefisien

pertumbuhan) Bertalanffy Data primer

TKG Fekunditas Gravimetrik dan

volumetric Data primer

Pola rekruitmen

Normsep and Gausian distribution

Data primer

Tabel 2 Pengumpulan data suseptabilitas ikan pelagis kecil

Sumber basis data Parameter Analisis Pengumpulan data

Distribusi

Manajemen strategi Area Overlap

Konsentrasi geografis Vertical overlap

Distribusi Kuisioner

Panjang ikan F / M Persamaan Pauly

dan Evanof Kuisioner

Bobot jumlah SSB (spawning stock

biomass) Ricker Data primer

Migrasi Migrasi musiman Pola Distribusi Kuisioner

Schooling Pengelompokan dan

respon kebiasaan Pola Distribusi Kuisioner

Morfology Pengaruh alat tangkap

terhadap morfologi Morfologis Kuisioner

Morfology Survival after capture Morfologis Kuisioner

Harga ikan Nilai ekonomi Nilai produksi Kuisioner

Habitat Dampak alat tangkap terhadap lingkungan

Distribusi dan

(15)

5 Analisis Data

Sebaran frekuensi panjang

Analisis sebaran frekuensi panjang ikan dilakukan menggunakan data panjang total ikan yang ditangkap (Effendi 2002). Menurut Effendi (2002), analisis data fekuensi panjang ikan meliputi, penentuan jumlah selang kelas, lebar selang kelas, menentukan kelas frekuensi, dan memasukan frekuensi masing-masing kelas. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas panjang yang sama, kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Grafik tersebut menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada, dan perubahan posisi ukuran panjang kelompok umur yang sama (Sparre dan Venema 1999).

Pendugaan L∞, K, dan

Koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat diduga dengan menggunakan program FISAT (FAO-ICLARM Stock Assesment Tools) II. Metode yang digunakan pada FISAT II adalah ELEFAN I (Electronic Length-Frequency Analysis), (Amin et al. 2014). Pendugaan terhadap nilai (umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol) diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in

Sparre dan Venema (1999) :

log (- ) = 3,3922 –0.2752 (log L∞) – 1,038 (log K)

L∞ adalah panjang asimptotik ikan, K adalah koefisien laju pertumbuhan, t adalah umur ikan, dan adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan nol. Menurut Pauly (1984), dengan nilai K dan yang diperoleh dapat diketahui umur maksimum suatu ikan. Pendugaan umur maksimum ikan (tmax) dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:

tmax = +

Mortalitas dan laju eksploitasi

Konsep parameter pertumbuhan penting untuk diketahui guna pengelolaan sumberdaya perikanan selanjutnya. Parameter mortalitas ini meliputi mortalitas alami, dan mortalitas penangkapan (Sparre dan Venema 1999). Berikut ini adalah langkah – langkah untuk menduga laju mortalitas total (Z) :

Langkah 1 : Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan invers persamaan Von Bertalanffy.

 tumbuh dari panjang L1 ke L2.



Langkah 3 : Menghitung waktu panjang rata – rata.

(16)

6

Langkah 4 : Menurunkan kurva hasil tangkapan yang dilinearkan yang dikonversi ke panjang.

Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan b = - Z. Untuk laju mortalitas alami (M) dapat diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999), sebagai berikut :

)

L∞= panjang asimptotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy (mm)

K = koefisien pertumbuhan

= umur ikan pada saat panjang 0 T = suhu rata-rata permukaan air (ºC)

Setelah laju mortalitas total (Z) dan laju mortalitas alami (M) diketahui, maka laju mortalitas penangkapan dapat ditentukan dengan rumus (Pauly 1988), :

F = Z – M

Selanjutnya Pauly (1988,) menyatakan laju eksploitasi dapat ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) :

F = laju mortalitas penangkapan (per tahun) Z = laju mortalitas total (per tahun)

M= laju mortalitas alami (per tahun) E = tingkat eksploitasi

Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland (1971), adalah :

Foptimum = M sehingga Eoptimum = 0,5

Fekunditas

Fekunditas ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi 2002), sebagai berikut :

(17)

7 Keterangan :

F = fekunditas (butir) G = berat gonad (gram) V = volume pengenceran (ml) X = jumlah telur tiap ml (butir) Q = berat telur contoh (gram) Nilai ekonomi

Nilai ekonomi didapat dari hasil wawancara, dan data sekunder. Nilai ekonomi yang di maksud adalah tingkat ekonomi ikan yang dikaji dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.

Nilai kerentanan

Batas untuk menentukan seberapa rentan yang terjadi akibat aktivitas penangkapan adalah 1,8. Menurut Patrick et al. (2009), penentuan skor kerentanan dengan menggunakan nilai produktivitas dan suseptabilitas adalah :

v =√

Keterangan : v = kerentanan

p = skor produktivitas s = skor suseptabilitas Tahapan PSA

Analisis produktivitas dan suseptabilitas pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan software PSA 1,4 yang dikembangkan oleh national oceanic and atmospheric administration (NOAA) Nasional Marine Fisheries Service, berdasarkan Patrick et al. (2009) (Lampiran 2). Langkah awal dalam analisis adalah dengan memasukkan data base kedalam format Excel untuk masing-masing parameter produktivitas dan suseptabilitas. Parameter yang dikaji dalam analisis PSA diantaranya parameter produktivitas, dan suseptabilitas. Parameter produktivitas yang dikaji adalah pertumbuhan intrinsik, umur maksimum, koefisien pertumbuhan, ukuran maksimum, fekunditas, pola rekruitmen, kematian alami, kematian akibat penangkapan, , dan ukuran pertama kali matang gonad.

Selain parameter produktivitas, kerentanan juga dilihat dari parameter suseptabilitas. Stok ikan yang tinggi, dan suseptabilitas yang rendah memiliki kemampuan bertahan diri yang baik dan sebaliknya. Suseptabilitas (kerentanan) merupakan sebuah hasil dari empat aspek independen yakni: ketersediaan,

encounterability (kemampuan menghadapi), selektivitas, dan kematian pasca penangkapan (Patrick et al. 2009). Parameter suseptabilitas yang dikaji antara lain manajemen strategi, konsentrasi geografis, area overlap, vertical overlap,

spawning stock biomass (SSB), F/M, migrasi musiman, pengelompokkan, pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan dan lingkungan, survival after capture, dan nilai ekonomi.

(18)

8

NOAA (Lampiran 2 dan 3). Pemberian bobot nilai berkisar antara 0 hingga 4 (0 = tidak penting, 1 = kurang penting, 2 = penting, 3 = lebih penting, 4 = sangat penting). Sumber data yang digunakan dalam analisis menunjukkan kualitas data. Kualitas data berkisar antara 1 hingga 5 (1 = data primer, 2 = data terbatas, 3 = data dari jurnal, 4 = data dari fishbase, 5 = tidak ada data). Data dibuat ke dalam suatu skor dan dimasukkan pada software PSA dalam format stock list (Patrick et al. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Deskripsi ikan

Terdapat tiga jenis ikan pelagis kecil yang menjadi ikan contoh dalam pengambilan contoh, diantaranya ikan tembang, layang, dan kembung lelaki. Keiga ikan contoh termasuk ikan bernilai ekonomis penting, dan ditangkap dengan alat tangkap jaring rampus pada pagi hingga siang hari. Ketiga jenis ikan contoh tersebut berada dalam famili dan jenis yang berbeda. Masing-masing ikan contoh memiliki ciri fisiologis yang berbeda.

Ikan tembang (Sardinella fimbriata), termasuk kedalam famili Clupeidae. Ikan tembang bersifat omnivora cenderung herbivora dengan makanan utamanya adalah fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae (Izzani 2012). Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang pipih dan memanjang. Saanin (1979) in Aswar (2011) menyatakan bahwa ikan tembang mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, badan tertutup sisik sampai di kepala, kecuali bagian moncong sebelah depan. Mulut agak lebar dengan gigi yang lemah, tanda khususnya adalah sepasang gurat sisi (linea lateralis) membentuk garis yang tak terputus – putus memanjang mulai dari ujung ekor sampai di ujung tutup insang. Kebanyakan ikan tembang berwarna agak cerah yaitu warna tubuhnya yang bertingkat, di bagian dorsal berwarna biru kemudian bagian sisik keperak–perakan, dan putih bagian perut (Aswar 2011). Ikan tembang di PPN Palabuhanratu dijual dengan harga mencapai Rp 10.000 perkilogram.

Ikan layang termasuk kedalam famili Carangidae. Ikan layang termasuk ikan omnivora cenderung karnivora dengan makanan utamanya adalah jenis copepoda dan udang-udang kecil. Ikan ini memiliki tubuh memanjang, sepintas seperti tongkol. Ikan layang termasuk ikan yang memiliki nilai ekonomis penting, di PPN Palabuhanratu harga jual ikan ini mencapai Rp 35.000 perkilogram.

(19)

9

(a) (b) (c)

Gambar 3 (a) Ikan Tembang (Sardinella fimbriata), (b) Layang (Decapterus macrosoma), (c) Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Sebaran frekuensi panjang Tembang (Sardinella fimbriata)

Jumlah ikan tembang yang terkumpul selama empat kali pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2014 hingga Maret 2015 ialah sebanyak 405 ekor. Panjang total ikan berkisar antara 115-170 mm. Sebaran ukuran panjang ikan tiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 4.

Keterangan :

Lm = ukuran pertamakali matang gonad

Gambar 4 Sebaran frekuensi ikan tembang

Kisaran ikan tembang paling banyak tertangkap ialah pada ukuran nilai tengah 147,5 mm, sedangkan kisaran paling sedikit tertangkap pada ukuran nilai tengah 117,5 mm. Ukuran 50% matang gonad berada pada selang kelas 173,4 mm. Panjang rata-rata ikan tembang yang tertangkap adalah 145 mm.

Layang (Decapterus macrosoma)

Jumlah ikan layang yang terkumpul selama empat kali pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2014 hingga Maret 2015 ialah sebanyak 480 ekor. Panjang total ikan berkisar antara 210-310 mm. Sebaran ukuran panjang ikan tiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 5.

0 50 100 150 200 250

117.5123.5129.5135.5141.5147.5153.5159.5165.5171.5

F

re

k

uens

i

(ind

/ek

o

r)

Nilai tengah (mm)

(20)

10

Keterangan :

Lm = ukuran pertamakali matang gonad

Gambar 5 Sebaran frekuensi ikan layang

Kisaran ikan layang paling banyak tertangkap ialah pada ukuran nilai tengah 303 mm, sedangkan kisaran paling sedikit tertangkap pada ukuran nilai tengah 226 mm. Ukuran 50% matang gonad berada pada selang kelas 317,6 mm. Panjang rata-rata ikan layang yang tertagkap adalah 287 mm.

Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Jumlah ikan kembung lelaki yang terkumpul selama empat kali pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2014 hingga Maret 2015 ialah sebanyak 485 ekor. Panjang total ikan berkisar antara 112-199 mm. Sebaran ukuran panjang ikan tiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 6.

Keterangan :

Lm = ukuran pertamakali matang gonad

Gambar 6 Sebaran frekuensi ikan kembung lelaki

Kisaran ikan kembung lelaki yang tertangkap paling banyak ialah pada nilai tengah 188 mm, sedangkan kisaran ikan tertangkap paling sedikit ialah pada

0 50 100 150 200 250

215 226 237 248 259 270 281 292 303 314

F

re

k

uens

i

(ind

/ek

o

r)

Nilai tengah (mm)

0 50 100 150 200 250

116 125 134 143 152 161 170 179 188 197

F

re

k

uens

i

(ind

/ek

o

r)

Nilai tengah (mm)

Lm = 317,6

(21)

11 ukuran nilai tengah 116 mm. Ukuran 50% matang gonad berada pada selang kelas 200,8 mm. Panjang rata-rata ikan kembung lelaki yang tertangkap adalah 181 mm.

Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan dengan menggunakan model Von Bartalanffy (L, K, dan ) diduga dengan menggunakan program FISAT (FAO-ICLRAM Stock Assesment)-ELEFAN 1 dengan selang kelas, nilai tengah dan frekuensi dimasukkan terlebih dahulu. Hasil analisis parameter pertumbuhan ikan tembang, layang, dan kembung lelaki adalah koefisien pertumbuhan (K) dan panjang asimptotik (L∞) serta umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol ( ) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pendugaan parameter pertumbuhan

Nama ikan L∞ (mm) K (bulan) (bulan)

Tembang 180,88 1,30 -0,57

Layang 320,25 1,20 -0,06

Kembung lelaki 200,05 1,30 -1,03

Nilai panjang asimptotik (L∞) paling besar terdapat pada ikan layang. Nilai konstanta pertumbuhan ikan layang lebih kecil dari ikan tembang dan kembung lelaki. Nilai umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol ( ) ikan layang paling kecil dibandingkan kedua ikan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Syakila (2009), di Teluk Palabuhanratu ikan tembang tersebut memiliki nilai panjang asimptotik sebesar 170 mm, dan nilai K sebesar 1,48. Penelitian terhadap ikan layang juga dilakukan oleh Prihartini (2006) dengan nilai panjang asimptotik sebesar 230 mm. Menurut penelitian Amin et al. (2014), menunjukkan nilai panjang asimptotik ikan kembung lelaki sebesar 278,3 mm dan nilai K adalah 1,5 per tahun.

Mortalitas dan laju eksploitasi

Laju mortalitas alami (M) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pauly. Laju mortalitas total (Z) dapat diketahui dengan regresi berdasarkan data panjang yang dilinierkan. Laju mortalitas penangkapan (F) dapat diketahui dari selisih antara laju mortalitas total dan laju mortalitas alami. Hasil analisis laju mortalitas dan laju eksploitasi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Pendugaan mortalitas dan laju eksploitasi

Nama ikan Tembang Layang Kembung lelaki

M 1,0 0,8 1,0

F 3,0 1,7 5,8

Z 4,0 2,5 6,8

E 0,7 0,6 0,8

(22)

12

terdapat pada ikan kembung lelaki sebesar 0,8 per tahun, dan nilai terendah pada ikan layang sebesar 0,6 per tahun.

Parameter produktivitas dan suseptabilitas

Ikan tembang, layang, dan kembung lelaki merupakan hasil tangkapan dari sekitar perairan Teluk Palabuhanratu yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Perbedaan spesies dari ketiga ikan tersebut berpengaruh terhadap biologi dan dinamika stok. Pengetahuan terhadap aspek biologi stok ikan tersebut penting terhadap pengelolaan perikanan berkelanjutan untuk menjaga kelestariannya.

Produktivitas merupakan salah satu parameter PSA yang digunakan untuk melihat kapasitas kemampuan pulih dari sumber daya ikan tersebut. Terdapat sepuluh aspek biologi dan kondisi lingkungan sumber daya pada parameter produktivitas yang dikaji. Suseptabilitas merupakan kecenderungan sumber daya untuk tertangkap. Kedua parameter ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, sehingga dapat menggambarkan tingkat kerentanan suatu sumber daya yang dilihat dari aspek biologi dan penangkapannya. Berikut merupakan hasil analisis data produktivitas dari ikan tembang, layang, dan kembung lelaki dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produktivitas sumber daya ikan

Atribut Satuan Nama ikan

Tembang Layang Kembung

Pertumbuhan intrinsik (r) per tahun 1,00 1,00 1,70

Umur maksimum Tahun 1,73 2,43 1,28

Ukuran maksimum Mm 170 310 199

Fekunditas Butir

9.014-13.434

93.014-130.447

31.487-60.541

Lmature Mm 173,37 317,57 200,72

Koefisien pertumbuhan

(K) Tahun 1,30 1,20 1,30

Mortalitas alami (M) 1,06 0,85 1,03

Mortalitas penangkapan

(F) 3,01 1,74 5,85

-0,58 -0,06 -1,03

Pola rekrutmen % 18,83 19,15 16,71

Tabel 5 menunjukkan bahwa pertumbuhan intrinsik ikan kembung lelaki lebih besar dibandingkan dengan ikan lainnya. Ikan layang hidup dalam jangka waktu yang lebih panjang dari ikan kembung lelaki dan tembang, selama 1,95 tahun. Ukuran maksimum ikan layang lebih besar dibandingkan ikan lainnya sebesar 310 mm, sehingga ikan layang memiliki waktu untuk mencapai panjang maksimum yang lebih lama dari ikan tembang dan kembung lelaki.

(23)

13 Parameter suseptabilitas berupa manajemen strategi, konsentrasi geografis,

area overlap, vertical overlap, spawning stock biomass (SSB), F/M, migrasi musiman, pengelompokkan, pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan,

survival after capture, dan nilai ekonomi. Hasil analisis parameter suseptabilitas dari ikan tembang, layang, dan kembung lelaki yang telah di analisis disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Suseptabilitas sumber daya ikan

Nama ikan Atribut

Suseptabilitas Tembang Layang Kembung

Strategi

Vertikal overlap 80% berada pada kedalaman yg sama

mempengaruhi hasil Tangkapan

Nilai ekonomi Harga jual ikan Rp 5.000/Kg

Harga jual ikan Rp 35.000/Kg

Harga jual ikan Rp 25.000/Kg

(24)

14

Hasil dari parameter produktivitas dan suseptabilitas yang didapatkan diberi skoring untuk bobot nilai, skor atribut, dan kualitas data. Pemberian skor pada parameter produktivitas berdasarkan pada NOAA yang dimodifikasi oleh penelitian yang dilakukan oleh Yonvitner (2014), sedangkan pemberian skor pada parameter suseptabilitas memakai acuan Patrick et al. (2009). Pemberian skor produktivitas dan suseptabilitas disajikan pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7 Pemberian skor parameter produktivitas

Atribut Produktivitas Tembang Layang Kembung Lelaki

Pertumbuhan intrinsik (r) 1 1 1

Umur maksimum 3 3 3

Ukuran maksimum 2 3 3

Fekunditas 1 3 2

Lmature 3 3 3

Koefisien pertumbuhan (K) 3 3 3

Mortalitas alami (M) 2 2 2

Mortalitas penangkapan (F) 2 2 1

1 3 1

Pola rekrutmen 2 2 1

Tabel 8 Pemberian skor parameter suseptabilitas

Atribut Suseptabilitas Tembang Layang Kembung Lelaki

Manajemen strategi 3 3 3

Area overlap 3 3 3

Konsentrasi geografis 1 1 1

Vertikal overlap 3 3 3

F/M 3 3 3

SSB (Spawning Stock Biomass) 1 2 1

Migrasi musiman 1 1 1

Pengelompokan dan respon kebiasaan 3 3 3

Pengaruh alat tangkap terhadap morfologi ikan 2 2 2

Survival after capture 1 1 1

Nilai ekonomi 2 3 3

Dampak alat tangkap terhadap lingkungan 1 1 1

(25)

15

Gambar 7 Grafik produktivitas dan suseptabilitas. Warna pada lingkaran menunjukkan kualitas data dan angka didalam lingkaran menunjukkan jenis ikan.

Gambar 7 menunjukkan bahwa ikan layang memiliki nilai produktivitas dan suseptabilitas yang paling tinggi dibandingkan ikan lainnya. Ikan tembang dan ikan kembung lelaki memiliki nilai produktivitas yang sama.

Analisis Kerentanan

PSA merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis tingkat resiko kerentanan stok ikan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. PSA dapat digunakan pada multispesies dengan menggunakan parameter biologi dan ekologi (Patrick et al. 2009). Indeks kerentanan ikan tembang, layang, dan kembung lelaki ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Kerentanan sumber daya tiga jenis ikan pelagis kecil

No Nama Ikan Nilai

Produktivitas

Nilai Suseptabilitas

Indeks Kerentanan

1 Tembang 2,00 2,00 1,41

2 Layang 2,50 2,17 1,27

3 Kembung Lelaki 2,00 2,08 1,47

Indeks kerentanan ikan kembung lelaki memiliki nilai indeks kerentanan paling tinggi dibandingkan ikan tembang dan ikan layang, sebesar 1,47. Nilai kerentanan terendah adalah ikan layang sebesar 1,27. Ikan tembang dan ikan kembung lelaki memiliki nilai produktivitas yang sama namun nilai suseptabilitas dan indeks kerentanannya berbeda. Ikan layang memiliki nilai suseptabilitas paling tinggi sebesar 2,17, sedangkan nilai suseptabilitas terendah pada ikan tembang sebesar 2.

Tabel 10 Indeks kerentanan intrinsik berdasarkan Cheung (2007)

Nama Ikan Spesies Indeks Kerentanan (Chueng)

Tembang Sardinella fimbriata 45

Layang Decapterus macrosoma 26

(26)

16

Nilai indeks kerentanan intrinsik ketiga spesies berdasarkan Cheung (2007), adalah 6,35 dan termasuk kedalam kategori kerentanan rendah. Ikan layang memiliki nilai kerentanan paling rendah.

Pembahasan

Panjang minimum ikan tembang yang tertangkap adalah 115 mm, dan panjang maksimum adalah 170 mm. Sebaran ukuran panjang ikan tembang selama pengamatan pada setiap bulannya disajikan pada Gambar 4. Hasil penelitian Sari (2013), memperlihatkan sebaran frekuensi panjang total ikan tembang berkisar antara 103 hingga 165 mm. Nilai 50% tingkat kematangan gonad ikan tembang berada pada selang kelas 173,3666 mm. Ikan layang memiliki panjang maksimum sebesar 310 mm, dan panjang minimum sebesar 210 mm. Nilai 50% tingkat kematangan gonad ikan layang berada pada selang kelas 317,5652 mm. Ikan kembung lelaki memiliki panjang maksimum sebesar 199 mm, dan panjang minimum sebesar 112 mm. Nilai 50% tingkat kematangan gonad ikan layang berada pada selang kelas 200,7176 mm. Nilai 50% matang gonad menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap secara umum pada ukuran yang belum matang gonad.

Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang dan bobot dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal biasanya sulit dikontrol karena merupakan bawaan dari genetik suatu spesies, seperti keturunan, sex, umur, dan penyakit. Faktor eksternal yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan ialah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).

Ikan layang memiliki nilai koefisien pertumbuhan lebih rendah dibandingkan ikan tembang dan kembung lelaki. Semakin lambat laju pertumbuhannya maka akan semakin lambat mencapai panjang asimptotik, sehingga umur hidupnya lebih lama. Produktivitas rendah ditunjukkan dengan rendahnya nilai koefisien pertumbuhan.

Umur maksimum berkorelasi negatif terhadap mortalitas alami (Hoening 1983 in Patrick et al. 2009). Ikan yang memiliki umur maksimum lebih pendek maka kematian alami ikan tersebut akan tinggi, karena ikan tersebut cepat mencapai panjang asimptotik. Ikan layang memiliki nilai panjang asimptotik lebih tinggi dibandingkan ikan tembang dan kembung lelaki. Hal ini diduga karena perbedaan spesies ikan masing-masing.

Kerentanan suatu spesies dalam sebuah komunitas dapat diketahui, salah satunya dengan menggunakan pendekatan productivity and suceptability analysis

(27)

17 Mortalitas (kematian) individu ikan dalam suatu populasi ikan dapat terjadi akibat faktor alamiah (M) seperti kondisi lingkungan perairan, dan juga dapat terjadi akibat faktor penangkapan (F). Mortalitas penangkapan ketiga ikan lebih tinggi dibandingkan dengan mortalitas alami ikan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kematian alami ikan tersebut lebih besar disebabkan oleh kegiatan penangkapan, sehingga dapat diduga ketiga ikan tersebut mengalami overfishing. Nilai laju eksploitasi paling tinggi terdapat pada ikan kembung lelaki, sehingga dapat diduga ikan tersebut mengalami kondisi penangkapan berlebih. Menurut Sparre dan Venema (1999), tingginya laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami juga dapat menunjukkan dugaan terjadinya kondisi growth overfishing. Kondisi ini menggambarkan sedikitnya jumlah ikan tua karena ikan muda tidak sempat tumbuh akibat tertangkap, sehingga tekanan penangkapan terhadap stok tersebut seharusnya dikurangi.

Pendugaan ukuran pertamakali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti pendugaan saat ikan akan memijah, baru memijah, atau sesudah memijah. Tingkat kematangan gonad ikan dicapai pada ukuran dan umur tertentu. Ikan layang memiliki ukuran maksimum yang lebih besar dan jangka waktu hidup yang lebih lama dibandingkan dengan ikan tembang dan ikan kembung lelaki. Hal ini menunjukkan umur pertamakali matang gonad ikan layang lebih besar dibandingkan kedua ikan tersebut. Ikan yang mempunyai ukuran maksimal lebih besar dan jangka waktu hidup panjang akan mencapai kedewasaannya pada usia tua atau ukuran yang lebih besar (Lagler et al. 1977 in Usman et al. 1996).

Menurut Effendi (2002), fekunditas merupakan semua telur-telur yang dikeluarkan pada waktu pemijahan. Musick (1999) in Patrick et a.l (2009), menyatakan bahwa nilai fekunditas yang rendah menyiratkan produktivitas yang rendah, namun fekunditas yang tinggi tidak selalu menyiratkan produktivitas yang tinggi. Ikan tembang, layang, dan kembung lelaki memiliki kisaran nilai fekunditas yang tinggi dan menunjukkan nilai produktivitas yang tinggi. Rekrutmen juga mempengaruhi kelimpahan stok di alam. Menurut Amarullah (2008), keberhasilan rekrutmen stok ikan di alam ditentukan oleh keberhasilan hidup dan tumbuh pada stadia larva maupun juvenil. Nilai rekrutmen pada ikan tembang, layang, dan kembung lelaki menunjukkan produktivitas yang sedang, dengan kisaran 10% sampai 70%.

Menurut Syahailatua (1993), usaha penangkapan berpengaruh terhadap kelimpahan ikan karena kegiatan ini mempunyai dampak terhadap pertumbuhan, umur pertamakali matang gonad, fekunditas, rekrutmen, dan mortalitas. Suseptabilitas ikan layang yang tinggi karena kematian penangkapan ikan yang tinggi dan tidak adanya batasan kebijakan penangkapan. Kematian penangkapan yang tinggi terjadi akibat area overlap dan vertical overlap yang tinggi. Ikan layang dan kembung lelaki memiliki harga jual yang lebih tinggi dari ikan tembang, sehingga eksploitasi ikan kembung lelaki tinggi.

(28)

18

kerentanan yang tinggi. Hal ini menunjukkan ketiga ikan tersebut memiliki daya tahan yang cukup baik dalam mempertahankan populasinya akibat adanya penangkapan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kerentanan adalah proses pertumbuhan. Menurut Widodo dan Suadi (2006), sumber daya hayati laut mampu membarui dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan massa (bobot) individu selain pertambahan terhadap populasi. Ikan tembang, layang, dan kembung lelaki merupakan ikan yang berbeda spesies, sehingga pertumbuhan ikan tersebut juga akan berbeda. Ikan layang memiliki umur yang lebih lama dari ikan tembang dan ikan kembung lelaki, sehingga pertumbuhan ikan layang lebih lambat dari kedua ikan tersebut.

Potensi sumber daya perikanan dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sebagai salah satu sumber penghasilan terutama bagi masyarakat pesisir. Sumber daya perikanan dikelola dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan para nelayan. Pengelolaan yang baik dan disiplin dari para pengawas dan pemanfaat sumber daya tersebut sangat dibutuhkan. Salah satu masalah dalam pengelolaan ialah kurangnya sumber data untuk mengetahui pengelolaan yang tepat.

Analisis produktivitas dan suseptabilitas mengkaji resiko kerentanan stok ikan akibat aktivitas penangkapan. Hasil analisis kerentanan menunjukkan ikan tembang, layang, dan kembung lelaki memiliki resiko kerentanan yang rendah. Namun ikan layang memiliki peluang keberlanjutan yang rendah karena nilai suseptabilitas yang paling tinggi. Pengelolaan stok ikan tetap perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutannya.

Hasil analisis dari ketiga ikan tersebut belum terindikasi rentan, sehingga dapat mengantisipasi lebih pada sumber daya yang belum termasuk dalam kategori overfishing. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk menjamin keberlanjutan sumber daya ikan tembang, layang dan kembung lelaki, adalah dengan cara pembatasan upaya penangkapan, dan pengaturan musim penangkapan. Pengaturan musim penangkapan juga dilakukan dengan penutupan penangkapan didaerah-daerah tertentu seperti daerah pemijahan dan daerah anakan agar proses rekrutmen dapat berhasil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai indeks kerentanan yang didapatkan dari ikan tembang, layang, dan kembung lelaki menunjukkan bahwa ketiga ikan tersebut termasuk ke dalam kategori kerentanan rendah. Ikan kembung lelaki memiliki peluang keberlajutan yang rendah dibandingkan dengan kedua ikan lainnya karena memiliki nilai kerentanan paling tinggi.

Saran

(29)

19

DAFTAR PUSTAKA

Amarullah MH. 2008. Hidro-biologi larva ikan dalam proses rekrutmen. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 3(2): 75-80.

Amin et al. 2014. Population Parameters of Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) in The Marudu Bay, Sabah, Malaysia. Iranian Journal of Fisheries Sciences. Vol (2) : 262-275

Apel A. 2012. Productivity and Susceptibility Analysis (PSA) : How-To Guide. Washington (USA): Environmental Defense Fund. Fringescale sardinella [internet]. [diacu 15 Mei 2015].

Aswar. 2011. Struktur Populasi dan Tekanan Eksploitasi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Laut Flores Kabupaten Bulukumba. [skripsi]. Makassar (ID). Universitas Hasanuddin.

Carpenter, KE, Niem VH. 2001a. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific Vol 5 Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). FAO, Rome.

Cheung WL. 2007. Vulnerability Of Marine Fishes To Fishing: From Global Overview To The Northern South China Sea. [tesis]. Columbia (ID). The University of British Columbia

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gulland JA. 1971. The fish resources of the oceans. FAO Fishing News. Surrey. Izzani N. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier

and Valenciennes 1847) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Patrick WS, P Spencer, O Ormseth, J Cope, J Field, D Kobayashi, T Gedamke, E Cortes, K Bigelow, W Overholtz, J Link da P Lawson. 2009. Use of Productivity and susceptibility indices to determine stock vulnerability, with example applications to six U.S. fisheries. NOAA Tech. Memo. NMFSF/SPO-101.90p.

Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters : a manual for use with programmable calculator. Manila (PH) : ICLARM.

Pauly D, Christensen V, Dalsgaard J, Froese R, Torres Jr F. 1998. Fishing Down Marine Food Webs. Science. New York (USA): AAAS.

Prihartini A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus Spp)

Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPPN Pekalongan. [skripsi]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro.

PPN Palabuhanratu. 2013. Data Statistik PPN Palabuhanratu 2013. Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Sari AP. 2013. Aspek Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Teluk Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan buku-1 manual

(30)

Bangsa-20

Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. Jakarta. 438 hlm.

Syahailatua A. 1993. Identifikasi stok ikan, prinsip dan kegunaannya. Jurnal Oseana. 18 (2) :55-63.

Syakila S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata)) Di Perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Suryawan AG. 2014. Karakteristik Perubahan Mutu Ikan Selama Penanganan Oleh Nelayan Tradisional dengan jaring Rampus (Studi Kausu di Kaliadem, Muara Angke, DKI Jakarta). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Triramdani N. 2014. Kerentanan Stok Ikan Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Usman, Pongsapan DS, Rachmansyah. 1996. Beberapa aspek biologi reproduksi dan kebiasaan makan ikan kuwe (carangidae) di Selat Makasar dan Teluk Ambon. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 2 (3): 12-17.

Walpole. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID). PT Gramedia Pustaka Umum. 515 hal.

Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

www.fishbase.org. Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847) Fringescale sardinella. [internet]. [diunduh 2015 Agt 6]. Tersedia pada: http://fishbase.org/PopDyn/KeyfactsSummary_1.php?ID=1507&GenusNa me=Sardinella&SpeciesName=fimbriata&vStockCode=1700&fc=43

www.fishbase.org. Decapterus macrosoma (Bleeker, 1851) Shortfin scad. [internet]. [diunduh 2015 Agt 6]. Tersedia pada: http://fishbase.org/PopDyn/KeyfactsSummary_1.php?ID=1938&GenusNa me=Decapterus&SpeciesName=macrosoma&vStockCode=2134&fc=314 www.fishbase.org. Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) Indian mackerel.

(31)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

Lampiran 2 Penetapan skor atribut produktivitas (Modifikasi Yonvitner, 2014 dari NOAA in patrick et al. 2009)

Atribut Produktivitas Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Pertumbuhan intrinsik (r) 2,69 2,69<x<7,81 7,81

Umur maksimum 0,75 0,75<x<1,17 1,17 Ukuran maksimum 168,88 168,88<x<181,78 181,78 Fekunditas 26341,76 26341,76<x<102322,74 102322,74 Lmature 146,78 146,78<x<156,28 156,28 Koefisien pertumbuhan (K) 0,6 0,6<x<0,89 0,89 Mortalitas alami (M) 1,26 0,85<x<1,26 0,85 Mortalitas penangkapan (F) 3,5 1,56<x<3,5 1,56 -0,34 (-0.34<x<-0.28) -0.28 Pola rekrutment 16,51 16,51<x<22,91 22,91

Lampiran 3 Penetapan skor suseptabilitas (Patrick et al. 2009)

Atribut

Suseptabilitas Rendah (1) sedang (2) Tinggi (3)

Management strategy

Stok memiliki batasan penangkapan dan langkah proaktif, target stok dimonitori dengan baik

Stok memiliki batasan penangkapan dan

langkah reaktif

Stok tidak ada batasan penangkapan dan

monitori tidak dilakukan dengan baik

(32)

22

wilayah penangkapan sampai 50% di wilayah penangkapan

wilayah penangkapan

Konsentrasi geografis

Distribusi stok > 50% dari total kisaran

Distribusi stok 25% sampai 50% dari total

kisaran

Distribusi stok < 25% dari total kisaran

B berada di antara 25% sampai 40%dari hasil tangkapan di area

penangkapan

Stok bernilai sedang di pasaran

Stok bernilai tinggi di pasaran minat untuk

Lampiran 4 Hasil parameter produktivitas ikan pelagis kecil

Atribut Satuan Nama ikan

Tembang Layang Kembung Pertumbuhan intrinsik (r) per tahun 1,00 1,00 1,70

Umur maksimum tahun 1,73 2,43 1,28

Ukuran maksimum mm 170 310 199

Fekunditas butir 9014-13434 93014-130447 31487-60541

(33)

23

Lampiran 5 Hasil penilaian parameter produktivitas 1. Ikan tembang

Atribut Satuan Hasil

Bobot

Pertumbuhan intrinsik (r) per

tahun 1,00 2 1 1

Atribut Satuan Hasil

Bobot

Atribut Satuan Hasil

Bobot

Pertumbuhan intrinsik (r) per

(34)

24

Lampiran 6 Sebaran frekuensi panjang

1. Ikan Tembang 2. Ikan Layang

2. Ikan Kembung lelaki

SK BKA Xi Fi

Lampiran 7 Parameter pertumbuhan

1. Ikan Kembung lelaki Ikan Tembang Ikan Layang

Parameter

(35)

25

157 162 160 37 1,0000 0,1807 1,0631 5,3217 163 168 166 19 1,2006 0,2523 1,3165 4,3215 169 174 172 41 1,5151 0,4202 1,6968 4,5806

2. Ikan Layang

SKb Ska Xi C (L1,L2)

t (L1) ∆t (x) (y)

210 220 215 17 0,8201 0,0792 0,8588 5,3685 221 231 226 12 0,9077 0,0885 0,9508 4,9097 232 242 237 27 1,0056 0,1002 1,0542 5,5962 243 253 248 21 1,1165 0,1155 1,1723 5,2028 254 264 259 17 1,2446 0,1364 1,3099 4,8257 265 275 270 15 1,3959 0,1664 1,4749 4,5015 276 286 281 36 1,5809 0,2135 1,6808 5,1278 287 297 292 42 1,8190 0,2981 1,9548 4,9479 298 308 303 235 2,1538 0,4973 2,3659 6,1581 309 319 314 58 2,7221 1,8310 3,2119 3,4556

3.Ikan Kembung lelaki

SKb Ska Xi C

(L1,L2)

t (L1) ∆t (x) (y)

(36)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eva Yanti, lahir di Pariaman pada 16 Mei 1992, Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari rahim ibu bernama Jasmani dan ayah bernama Damiri. Penulis mulai mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No.10 Padang Toboh lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008 lulus dari MTsN Pauh Kambar, dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Nan Sabaris lulus pada tahun 2011.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN undangan pada tahun 2011 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan diluar akademik, penulis aktif dalam organisasi LDK Alhurriyyah IPB pada tahun 2011-2012, FKMC FPIK IPB pada tahun 2012-2014. Selain itu, aktif di beberapa kepanitiaan MPKMB 2012 dan Open House IPB 2012, SALAM ISC IPB 2013. Kegiatan akademik diluar perkuliahan penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam 2013-2014 dan 2014-2015.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah
Gambar 2 Peta lokasi pengambilan ikan contoh pelagis kecil
Gambar 3 (a) Ikan Tembang (Sardinella fimbriata), (b) Layang (Decapterus
Gambar 6 Sebaran frekuensi ikan kembung lelaki
+5

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi Inter personal dan penjaminan mutu 208 3.. Kegawatdaruratan Umum, Gigi dan

Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman primadona bagi masyarakat sekitar desa karena kebanyakan dari mereka mendapatkan sumber pemasukan dari hasil pengolahan

Pada akhirnya, implikasi positif dari pengembangan usaha kecil menengah harus dapat dibuktikan secara empiris, maka dari itu tim pengabdian dari UPI Kampus

perilaku membolos pada kelas eksperimen ( Behavioral Contract ) dan kelas control ( self control )dari 8 peserta didik dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.. Pelaksanaan

Penelitian ini membahas tentang “Strategi Pemasaran Usaha Kecil Menengah (UKM) Golla Kambu/Baye”, yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana strategi yang

Panel 3 : Pembelajaran dari Upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Alam yang Telah Dilakukan. 10.15 -

Yaitu program komputer yang siap digunakan atau disebut juga program siap pakai. Program paket digunakan untuk aplikasi bisnis secara umum, aplikasi khusus

identitas diri sebagai bangsa Indonesia dan menjadi bangsa yang baik. Guru hendaknya mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik pada saat bertutur kepada siswa maupun dengan