• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Testis Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Testis Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SPERMATOGENESIS DAN SUPEROKSIDA

DISMUTASE PADA TESTIS TIKUS MODEL DIABETES

YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (

Swietenia

mahagoni

Jacq.)

RIFA RINALDI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Testis Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Rifa Rinaldi

(4)

ABSTRAK

RIFA RINALDI. Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Testis Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.). Dibimbing oleh TUTIK WRESDIYATI.

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis jumlah sel-sel spermatogenik, jumlah sel Leydig, dan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus model DM yang diberi ekstrak etanol biji mahoni. Penelitian ini menggunakan hewan coba sebanyak 25 ekor tikus Sprague Dawley dan dibagi menjadi 5 kelompok; kelompok non DM (K-), kelompok DM (K+), kelompok DM diberi ekstrak etanol biji mahoni (EM), kelompok DM diberi acarbose 2 mg/kg berat badan (KO), kelompok non DM diberi ekstrak etanol biji mahoni (KE). Dosis ekstrak sebesar 500 mg/kg BB. Perlakuan diberikan selama 28 hari. Jaringan testis dilakukan pemrosesan jaringan dan dilakukan pewarnaan hematoksilin-eosin dan teknik imunohistokimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dapat meningkatkan jumlah sel-sel spermatogenik, jumlah sel Leydig, dan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus DM.

Kata kunci: antioksidan, superoksida dismutase; sel Leydig, spermatogenesis,

Swietenia mahagoni.

ABSTRACT

RIFA RINALDI. The Profile of Spermatogenesis and Superoxide Dismutase In The Testis of Experimental Diabetic Rats Under Ethanolic Swietenia mahagoni

Jacq. Seed Extract Treatment. Supervised by TUTIK WRESDIYATI.

Diabetes mellitus (DM), a metabolic disease, is characterized by hyperglycemia. The aim of this study was to analyze the number of spermatogenic cells, the number of Leydig cells, and antioxidant Cu,Zn-SOD content in the testical tissues of experimental diabetic rats treated with ethanolic Swietenia mahagony seed extract. This study used 25 rats Sprague Dawley and the rats were divided into 5 groups; non DM group (K-), DM group (K+), DM group that was treated with ethanolic Swietenia mahagony seed extract (EM), DM group that was treated with acarbose 2 mg/kg body weight (KO), and non DM group that was treated with ethanolic Swietenia mahagony seed extract (KE). The dose of the extract was 500 mg/kg body weight. The treatments were done for 28 days. The testical tissues were subjected to tissue processing and stained using hematoxylin eosine and immunohistochemical technique. The results showed that ethanolic Swietenia mahagony Jacq. seed extract increased the number of spermatogenic cells, the number of Leydig cells, and antioxidant Cu,Zn-SOD content in the testical tissues of experimental DM rats.

(5)

GAMBARAN SPERMATOGENESIS DAN SUPEROKSIDA

DISMUTASE PADA TESTIS TIKUS MODEL DIABETES

YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (

Swietenia

mahagoni

Jacq.)

RIFA RINALDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul : Gambaran Spermatogenesis Dan Superoksida Dismutase Pada Testis Tikus Model Diabetes Yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)

Nama : Rifa Rinaldi NIM : B04110019

Disetujui oleh

Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Spermatogenesis Dan Superoksida Dismutase Pada Testis Tikus Model Diabetes Yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet selaku pembimbing skripsi yang begitu sabar memberikan pengarahan dan bimbingan bagi penulis. Terima kasih kepada Dirjen DIKTI, Kemenristek dan Pendidikan Tinggi yang telah mendanai sebagian penelitian ini melalui Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Penelitian Dasar untuk Bagian Tahun 2014 atas nama Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta (Bapa, Mama, Teh Fika, dan seluruh keluarga besar). Kak Eka, Alam, Andi, Rahajeng, Tyas, dan Miftahul Ilmi, sebagai teman satu penelitian, seluruh staf pengajar dan pegawai Bagian Histologi FKH IPB, dan teman-teman yang lain atas kerjasama dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari ada kekurangan dalam karya ilmiah ini. Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Semoga karya ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Diabetes Melitus 2

Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) 2

Antioksidan 3

Testis Tikus 4

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Alat dan Bahan Penelitian 5

Metodologi Penelitian 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Gambaran Histologis dan Jumlah Sel Spermatogenik 8

Jumlah Sel Leydig 9

Gambaran Histologis dan Profil Kandungan Cu,Zn-SOD 10

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian kelompok perlakuan uji in vivo 5 2 Jumlah sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus

pada berbagai perlakuan 8

3 Jumlah sel Leydig pada masing-masing daerah interstitial tubuli

seminiferi 9

4 Profil kandungan Cu,Zn-SOD pada sel-sel spermatogenik per tubuli

seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai perlakuan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Biji mahoni dengan kulit (A), biji mahoni tanpa kulit (B). 3 2 Gambaran histologis tubulus seminiferus dengan pewarnaan HE 4 3 Gambaran histologis tubuli seminiferi 8 4 Gambaran histologis terhadap kandungan Cu,Zn-SOD sel-sel

spermatogenik 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil statistik jumlah sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan

testis tikus pada berbagai perlakuan 15 2 Hasil statistik jumlah sel Leydig pada masing-masing daerah

interstitial tubuli seminiferi 17 3 Hasil statistik profil kandungan Cu,Zn-SOD pada sel-sel

spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin atau resistensi insulin, ataupun keduanya. Hiperglikemia merupakan kondisi glukosa darah yang tinggi. Kondisi ini disebabkan sedikitnya jumlah insulin dalam sirkulasi darah. Sedikitnya jumlah insulin menyebabkan glukosa yang ditranspor dari sirkulasi darah menuju sel jumlahnya juga sedikit, sehingga sel akan mencari sumber energi lain melalui mekanisme pemecahan lemak, protein, dan gula otot. Proses pemecahan tersebut dapat menghasilkan produk sampingan seperti radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah normal memiliki fungsi bagi tubuh seperti dalam ekspresi gen, pertumbuhan sel, pertahanan terhadap infeksi, dan transduksi signal (Kunwar dan Priyadarsini 2011). Pada kondisi DM akan terjadi peningkatan radikal bebas melalui mekanisme peningkatan pembentukan advanced glycation end products (AGEs), peningkatan jalur poliol-sorbitol, peningkatan aktivasi protein kinase C (PKC), peningkatan jalur hexosamine (Giacco dan Brownlee 2010). Peningkatan jumlah radikal bebas melalui mekanisme tersebut pada kondisi DM dapat menyebabkan kondisi stres oksidatif, yaitu kondisi dimana jumlah radikal bebas lebih tinggi dibandingkan jumlah antioksidan.

Telah dilaporkan bahwa terjadi penurunan kandungan antioksidan Copper, Zinc-Superoxide Dismutase (Cu,Zn-SOD) pada jaringan hati Macaca fascicularis

DM (Wresdiyati et al. 2003), pada hati dan ginjal tikus DM (Wresdiyati et al.

2010), serta pada jaringan pankreas tikus DM (Wresdiyati et al. 2014), sebagai akibat kondisi stres oksidatif. Namun status antioksidan SOD pada jaringan testis tikus DM belum pernah dilaporkan.

Biji mahoni secara empiris digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi, diabetes, reumatik, demam, masuk angin, dan perangsang selera makan. Ghosh et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak metanol biji mahoni memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Hasan et al. (2011) melaporkan bahwa ekstrak etanol biji mahoni bersifat hipoglikemik. Ekstrak metanol biji mahoni memiliki potensi sebagai antidiabetes (Debasis et al. 2011). Suryani et al.

(2013) juga melaporkan bahwa ekstrak metanol biji mahoni dapat meningkatkan kadar insulin, penurunan ekspresi TNF-α, dan perbaikan jaringan pankreas (derajat insulitis) tikus DM. Ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni

Jacq.) telah dilaporkan mengandung senyawa fitokimia antioksidan flavonoid, dapat menghambat enzim alfa-glukosidase secara in vitro dan menurunkan kadar glukosa darah tikus hiperglikemia yang diinduksi sukrosa (Wresdiyati et al.

(12)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis jumlah sel-sel spermatogenik, jumlah sel Leydig, dan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus model DM yang diberi ekstrak etanol biji mahoni.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi masyarakat dan instansi terkait tentang khasiat biji mahoni sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk perkembangan ilmu kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kurangnya sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya, serta terjadi perubahan progresif terhadap struktur sel beta pankreas. Hiperglikemia merupakan kondisi glukosa darah tinggi. Kondisi ini disebabkan rendahnya kadar insulin dalam sirkulasi darah. Rendahnya kadar insulin menyebabkan jumlah glukosa yang ditranspor dari sirkulasi darah menuju sel sedikit (ADA 2015). Pada kondisi DM terjadi peningkatan jumlah radikal bebas yang dapat memicu terjadinya apoptosis sel sperma dengan merusak membran mitokondria (Darmawan 2007).

Diabetes melitus terbagi atas DM tipe 1 atau insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 atau noninsulin-dependent diabetes mellitus

(NIDDM), serta gestational diabetes mellitus (GDM). DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta yang menyebabkan defisiensi insulin absolut. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat kegagalan transduksi signal atau reseptor insulin yang gagal memberikan signal untuk transporter glukosa. Kegagalan transduksi tersebut dapat mengakibatkan resistensi insulin. Gestational diabetes mellitus terjadi akibat terhalangnya produksi dan atau kerja insulin yang dapat didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan (ADA 2015).

Diabetes melitus memiliki efek komplikasi yang timbul oleh kelainan vaskular mikroangiopati (retinopati, nefropati, dan neuropati) dan kelainan vaskular makroangiopati (penyakit jantung iskemik, stroke, dan penyakit pada pembuluh darah perifer), serta berkurangnya kualitas hidup (WHO 2006).

Mahoni (Swietenia mahagoniJacq.)

(13)

tanaman mahoni di Indonesia tumbuh secara liar di hutan-hutan. Namun sejak 20 tahun terakhir ini sudah dibudidayakan.

Mahoni merupakan pohon tahunan dengan tinggi 5-25 m, batang bulat bercabang, daun majemuk, menyirip genap bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-15 cm, dan pertulangan menyirip. Buah bulat telur berlekuk lima berwarna coklat. Biji pipih, warna hitam atau coklat. Akar tunggang warna coklat (DepKes RI 2000).

A B

Gambar 1 Biji mahoni dengan kulit (A), biji mahoni tanpa kulit (B).

Biji mahoni secara empiris digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi, diabetes, reumatik, demam, masuk angin, dan perangsang selera makan. Suryani et al. (2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol biji mahoni dapat meningkatkan kadar insulin, penurunan ekspresi TNF-α dan perbaikan jaringan pankreas tikus DM. Ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) telah dilaporkan mengandung senyawa fitokimia antioksidan flavonoid (Wresdiyati et al. 2015). Ekstrak etanol biji mahoni juga dilaporkan dapat menghambat enzim alfa-glukosidase secara in vitro dan menurunkan kadar glukosa darah tikus hiperglikemia yang diinduksi sukrosa (Wresdiyati et al. 2015).

Antioksidan

Di dalam sistem biokimia tubuh terjadi keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan sehingga tubuh terhindar dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah atau menunda oksidasi. Antioksidan dapat diperoleh secara endogen maupun eksogen. Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang terdapat dalam tubuh seperti katalase (CAT), glutation peroksidase (GPx), dan superoksida dismutase (SOD). Antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang berasal dari luar tubuh seperti vitamin C, vitamin E, polifenol (flavonoid), dan lain-lain.

Hewan memiliki bentuk SOD yaitu bentuk Cu,Zn-SOD yang berada di dalam sitoplasma dan bentuk Mn-SOD yang berada di dalam matriks mitokondria (Halliwell 2006). Hewan juga memiliki bentuk EC-SOD yang banyak ditemukan pada cairan ekstraselular misalnya paru-paru. Sedangkan bentuk Fe-SOD ditemukan pada tumbuhan. Garrat et al. (2014) melaporkan pada tikus yang kekurangan SOD dapat terjadi kerusakan saraf, gangguan reproduksi, serta gangguan fungsi vaskular.

(14)

Testis Tikus

Testis terdiri dari sepasang gonad berbentuk oval yang dibungkus oleh skrotum. Skrotum dilapisi oleh lapis superficial kulit, lapis fibrosa dan jaringan otot yaitu tunika dartos, dan tunika vaginalis yang menutupi dinding skrotum. Testis merupakan organ genital primer hewan jantan yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Testis sebagai kelenjar endokrin berfungsi memproduksi hormon testosteron, sedangkan fungsinya sebagai kelenjar eksokrin adalah sebagai penghasil spermatozoa. Fungsi endokrin dilakukan oleh sel Leydig atau sel interstitial sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh kelenjar tubulus seminiferus yang merupakan komponen penyusun testis yang terbesar. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubulus seminiferus melalui proses spermatogenesis pada saat hewan mencapai usia pubertas mulai dari spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Unitly et al. (2014) melaporkan bahwa spermatogenesis dipengaruhi faktor endogen (hormonal, psikologi, dan genetika) dan eksogen (bahan kimia dan obat-obatan).

Gambar 2 Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus dengan Pewarnaan HE (Bacha dan Bacha 2000)

Perubahan proses spermatogenesis secara mikroskopik dapat dilihat dari jumlah sel-sel penyusun tubulus seminiferus. Perubahan ini akan mempengaruhi tebal epitel dan diameter tubulus seminiferus.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2014 hingga Maret 2015 di Laboratorium Histologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

(15)

Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus jantan galur Sprague Dawley, biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), aloksan, akuades, jarum sonde, ketamin, silasin, botol sampel, larutan fisiologis NaCl 0.9%, larutan Bouin, alkohol (70%, 80%, 90%, 95%, dan alkohol absolut), larutan xylol, parafin, tissue embedding console, mikrotom, gelas ukur, seperangkat alat pewarnaan, timbangan digital, mikropipet, larutan phosphate buffer saline (PBS), larutan H2O2, normal serum

10%, Starr Trek Universal HRP Detection Kit Control Number: 901-STUHRP700-052009 (background sniper, Trekkie Universal Link, Trekk Avidin-HRP, diaminobenzidine (DAB)), antibodi Cu,Zn-SOD (Sigma S2147), object glass, cover glass, mikroskop, kamera digital, program software McMaster Biophotonics Image J, dan program softwareSPSS release 22.

Metodologi Penelitian

Pembuatan ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)

Penelitian ini menggunakan biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) yang diambil dari daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Biji mahoni dikupas, dibersihkan, dan dikeringkan, lalu dihaluskan menggunakan blender agar menghasilkan bentuk serbuk. Kemudian dalam botol yang berisi pelarut etanol 96% dimasukkan serbuk biji mahoni, selanjutnya dimaserasi agar memperoleh maserat. Agar diperoleh ekstrak etanol yang kental, maserat diuapkan pada suhu ±40oC menggunakan vakum evaporator.

Uji in vivo pada tikus model diabetes

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sejumlah 25 ekor tikus galur Sprague Dawley dibagi secara random menjadi 5 kelompok perlakuan (Tabel 1).

Tabel 1 Pembagian kelompok perlakuan uji in vivo

Kelompok Perlakuan Uji In Vivo

Kontrol Negatif (K-) Non DM + Akuades

Kontrol Positif (K+) DM + Akuades

Perlakuan (EM) DM + Ekstrak etanol biji mahoni 500 mg/kg BB

Kontrol Obat (KO) DM + Acarbose 2 mg/kg BB

Kontrol Ekstrak (KE) Non DM + Ekstrak etanol biji mahoni 500 mg/kg BB

DM = diabetes melitus; EM = ekstrak mahoni

Perlakuan hewan

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rattus norvegicus galur

(16)

dianggap DM jika kadar glukosa darah melebihi 200 mg/dL pada saat pengukuran kadar glukosa darah. Selanjutnya setiap kelompok (Tabel 1) diberi perlakuan selama 28 hari.

Sampling dan pemrosesan jaringan testis

Pengambilan sampel (sampling) dilakukan pada hari ke-29 dengan mengorbankan tikus perlakuan. Tikus dibius menggunakan kombinasi ketamin 70 mg/kg BB dan silasin 20 mg/kg BB secara intraperitoneal, selanjutnya organ testis diambil dan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis 0,9%. Setelah organ dicuci kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif Bouin selama 24 jam. Selanjutnya jaringan didehidrasi dengan alkohol bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolut I, II, dan III) kemudian dilanjutkan dengan tahap penjernihan (clearing) jaringan dalam larutan xylol (xylol I, II, dan III). Kemudian dilakukan infiltrasi

dalam parafin cair (parafin cair I, II, dan III) yang dilakukan dalam oven, lalu dilakukan penanaman (embedding) jaringan testis dalam cetakan parafin. Blok jaringan dipotong (sectioning) dengan ketebalan 3 µm menggunakan mikrotom. Hasil potongan jaringan testis kemudian ditempel pada object glass. Untuk preparat yang akan dilakukan pewarnaan imunohistokimia, object glass dilem menggunakan 0,2% neofren dalam toluen. Tahap selanjutnya adalah pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan pewarnaan imunohistokimia.

Pewarnaan hematoksilin eosin (Kiernan 1990)

Morfologi jaringan testis diamati dengan teknik pewarnaan hematoksilin- eosin (HE). Potongan jaringan testis pada object glass dideparafinisasi dengan larutan xylol III, II, dan I, kemudian direhidrasi menggunakan alkohol absolut III, II, dan I, serta alkohol 95%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 3 menit. Selanjutnya direndam dalam air kran selama 10 menit dan akuades selama 5 menit. Kemudian preparat diwarnai menggunakan hematoksilin selama 4 menit, lalu dimasukkan kembali dalam air kran selama 10 menit dan akuades selama 5 menit. Setelah itu, diwarnai menggunakan eosin selama 2 menit, lalu dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, dan 95% selama 3 detik, kemudian alkohol absolut I, II, dan III selama 1 menit. Selanjutnya dijernihkan dengan xylol I, II, dan III selama 1 menit, kemudian di-mounting menggunakan

cover glass yang direkatkan dengan entellan®.

Pewarnaan imunohistokimia Cu,Zn-SOD

Profil antioksidan Cu,Zn-SOD jaringan testis dideteksi secara imunohistokimia dengan menggunakan metode yang dilakukan oleh Wresdiyati et al. (2006). Setiap tahap dilakukan pencucian dengan larutan PBS selama 5 menit sebanyak 3 kali. Preparat jaringan testis pada object glass dideparafinasi dan direhidrasi, lalu diinaktivasi peroksidase endogen dengan menggunakan 0,2 mL H2O2 dalam 20 mL metanol selama 15 menit. Selanjutnya diinkubasi dalam

normal serum 10% selama 45 menit, kemudian diinkubasi kembali dalam

background sniper selama 15 menit. Kemudian preparat jaringan testis diinkubasi dalam antibodi Cu,Zn-SOD (Sigma S2147) selama 48 jam pada suhu 4°C. Setelah

(17)

itu, preparat jaringan testis diinkubasi dalam Trekkie Universal Link selama 20 menit, lalu diinkubasi dalam Trekk Avidin-HRP selama 10 menit. Hasil reaksi antara antigen dan antibodi divisualisasikan dengan diaminobenzidine (DAB) selama 2 menit dan di-counterstain dengan hematoksilin selama 1 menit. Kemudian preparat jaringan testis didehidrasi dalam alkohol bertingkat dan dijernihkan dengan xylol. Selanjutnya, preparat jaringan testis yang telah diwarnai di-mounting menggunakan cover glass yang direkatkan dengan entellan®.

Analisis Data

Kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis ditandai dengan adanya warna coklat pada inti dan sitoplasma sel. Pengamatan dilakukan berdasarkan intensitas warna coklat yang terbentuk pada inti dan sitoplasma sel, semakin tua warna coklat yang ditunjukkan maka semakin banyak kandungan Cu,Zn-SOD di dalam jaringannya. Sel yang tidak mengandung Cu,Zn-SOD akan bereaksi negatif dengan munculnya warna biru (hematoksilin) pada inti sel dari counterstain.

Pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif jaringan testis tikus per tubuli seminiferi pada tahap delapan gelombang tubuli seminiferi (stage VIII wave of the seminiferous tubule) (Wing dan Christensen 1982). Pengamatan kualitatif dilakukan dengan mengamati morfologi sel-sel spermatogenik dan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus. Sedangkan pengamatan secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung jumlah sel-sel spermatogenik, sel Leydig, dan sel-sel spermatogenik yang bereaksi pada berbagai tingkatan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis yang diamati. Untuk melihat perbedaan reaksi pada pewarnaan imunohistokimia Cu,Zn-SOD tersebut, penghitungan dibagi menjadi tiga tingkatan intensitas warna untuk reaksi positif dan satu warna untuk reaksi negatif. Reaksi positif pada berbagai tingkat kandungan terhadap Cu,Zn-SOD pada jaringan testis ditunjukkan oleh warna coklat tua yang menutupi keseluruhan inti sel atau positif kuat (+++), coklat sedang yang menutupi sebagian inti sel atau positif sedang (++), dan coklat muda yang menutupi sebagian kecil inti sel atau positif lemah (+). Sedangkan reaksi negatif (-) ditunjukkan dengan warna biru pada inti sel akibat pemberian

counterstain (hematoksilin) yang berarti sel tidak mengandung Cu,Zn-SOD. Penghitungan sel-sel dilakukan pada pembesaran 100x, yang dilakukan pada lima lapang pandang berbeda secara acak pada setiap preparat jaringan (Wresdiyati et al. 2006) menggunakan program software McMaster Biophotonics Image J

(http://rsb.info.nih.gov/ij/download. html).

Data jumlah sel-sel spermatogenik, sel Leydig, dan sel-sel spermatogenik yang mengandung antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis yang didapat dianalisis dengan uji analysis of varian (ANOVA) menggunakan program

software SPSS release 22. Apabila hasil uji menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Duncan, sedangkan data kualitatif disajikan secara deskriptif berupa gambar.

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Histologis dan Jumlah Sel Spermatogenik

Gambaran histologis sel-sel spermatogenik diamati secara mikroskopis per tubuli seminiferi pada masing-masing kelompok.

Gambar 3 Gambaran histologis tubuli seminiferi. K- = kontrol negatif (non DM); K+ = kontrol positif (DM); EM = DM + ekstrak etanol biji mahoni; KO = DM + acarbose; dan KE = non DM + ekstrak etanol biji mahoni. Skala 50 µm

Hasil penghitungan jumlah sel-sel spermatogenik pada tubuli seminiferi testis tikus masing-masing perlakuan tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai perlakuan

K- = kontrol negatif (non DM); K+ = kontrol positif (DM); EM = DM + ekstrak etanol biji mahoni; KO = DM + acarbose; dan KE = non DM + ekstrak etanol biji mahoni. Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

(19)

K+ secara nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan kelompok K-, EM, dan KE (Tabel 2). Hal ini menunjukkan adanya gangguan proses spermatogenesis pada tikus kelompok K+ sebagai akibat kondisi DM.

Kelompok EM dan KE memiliki jumlah sel spermatogenik secara nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan kelompok K+ namun tidak berbeda nyata dibandingkan kelompok K- (Tabel 2). Hal ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol biji mahoni dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan proses spermatogenesis pada tikus DM. Ekstrak etanol biji mahoni yang diberikan pada tikus DM dapat memperbaiki proses spermatogenesis dilihat dari adanya peningkatan jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatid awal, dan spermatid akhir pada kelompok EM (Tabel 2).

Jumlah sel spermatogenik pada kelompok KO tidak berbeda nyata dibandingkan kelompok K+ maupun kelompok K- (Tabel 2). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian acarbose pada tikus DM terhadap jumlah sel spermatogenik.

Jumlah Sel Leydig

Hasil penghitungan jumlah sel Leydig pada masing-masing daerah interstisial tubuli seminiferi tikus perlakuan tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah sel Leydig pada masing-masing daerah interstitial tubuli berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Kelompok K+ dan KO memiliki jumlah sel Leydig yang secara nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan kelompok K- dan EM. Hal ini menunjukkan adanya penurunan secara nyata jumlah sel Leydig yang mengakibatkan turunnya hormon testosteron pada kelompok K+ dan KO sebagai akibat kondisi DM. Penurunan sel Leydig juga mempengaruhi penurunan jumlah sel-sel spermatogenik pada tikus kelompok K+ dan KO (Tabel 2).

(20)

dipertahankan. Penurunan stres oksidatif juga berakibat pada jumlah sel-sel spermatogenik dapat dipertahankan pada kelompok EM (Tabel 2).

Gambaran Histologis dan Profil Kandungan Cu,Zn-SOD Sel Spermatogenik

Hasil pewarnaan imunohistokimia terhadap kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada tikus perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Gambaran histologis terhadap kandungan Cu,Zn-SOD sel-sel spermatogenik. K- = kontrol negatif (non DM); K+ = kontrol positif (DM); EM = DM + ekstrak etanol biji mahoni; KO = DM +

acarbose; dan KE = non DM + ekstrak etanol biji mahoni. Skala 50 µm

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus kelompok K+ lebih rendah dibandingkan kelompok K- dilihat dari rendahnya intensitas warna coklat. Hal ini didukung oleh jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatid awal, dan spermatid akhir kelompok K+ yang memberikan reaksi positif kuat secara nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan kelompok K- (Tabel 4). Hal ini menunjukkan adanya penurunan kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus kelompok K+ akibat kondisi DM. Diabetes melitus menyebabkan kondisi stres oksidatif, seperti yang telah dilaporkan Wresdiyati et al. (2003, 2010, 2014) bahwa kondisi DM menurunkan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan hati, ginjal, dan pankreas. Penurunan kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus DM juga dapat menurunkan jumlah sel-sel spermatogenik (Tabel 2) dan jumlah sel Leydig (Tabel 3) pada kelompok K+.

(21)

mahoni. Wresdiyati et al. (2015) melaporkan bahwa ekstrak etanol biji mahoni mengandung senyawa fitokimia antioksidan flavonoid. Nijveldt et al. (2001) juga melaporkan bahwa flavonoid berperan sebagai penangkap radikal bebas. Pada penelitian ini, pemberian ekstrak etanol biji mahoni dapat menurunkan jumlah radikal bebas pada jaringan testis tikus DM. Hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan jumlah sel-sel spermatogenik (Tabel 2) dan sel Leydig (Tabel 3) pada testis tikus kelompok EM.

Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus kelompok KO lebih rendah dibandingkan kelompok K-, EM, dan KE namun tidak berbeda dengan kelompok K+. Hal ini didukung oleh jumlah sel spermatosit primer, spermatid awal, dan spermatid akhir kelompok KO yang memberikan reaksi positif kuat secara nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan kelompok K-, EM, dan KE namun tidak berbeda nyata dengan kelompok K+ (Tabel 4). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian acarbose pada tikus DM terhadap kandungan Cu,Zn-SOD. Hal ini disebabkan acarbose bekerja dengan menghambat enzim α-glukosidase (Dorland dan Newman 2011) di usus saja, tanpa mengandung komponen antioksidan.

Kelompok KE memiliki kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis yang tidak berbeda nyata dibandingkan kelompok K-. Hal ini didukung oleh jumlah sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatid awal, dan spermatid akhir kelompok KE yang memberikan reaksi positif kuat tidak berbeda secara nyata dibandingkan kelompok K- (Tabel 4). Hal ini menunjukkan pemberian ekstrak etanol biji mahoni pada tikus non DM dapat mempertahankan kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus.

(22)

Tabel 4 Profil kandungan Cu,Zn-SOD pada sel-sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai perlakuan

Sel-sel Spermatogenik

Tingkat Kandungan Cu,Zn-SOD

Kelompok

K- K+ EM KO KE

Spermatogonia

+++ 34,87 ± 7,01c 20,2 ± 13,01a 29,73 ± 12,42bc 22,93 ± 8,67ab 30,2 ± 10,72bc ++/+ 28,07 ± 3,47ab 25,07 ± 10,75a 31,53 ± 6,77b 26,47 ± 2,36ab 30,4 ± 6,97ab

- 1,07 ± 3,10a 10,33 ± 14,81b 1,33 ± 3,70a 0,0 ± 0,0a 2,47 ± 5,14a Spermatosit

Primer

+++ 33 ± 7,72b 17,33 ± 10,36a 33,53 ± 8,00b 21,2 ± 7,18a 30,33 ± 11,27b ++/+ 25,07 ± 6,78a 32,23 ± 8,02b 26,53 ± 5,23a 29,4 ± 7,58ab 30,6 ± 8,55ab

- 0,07 ± 0,26a 0,0 ± 0,0a 0,0 ± 0,0a 0,0 ± 0,0a 0,0 ± 0,0a Spermatid Awal

+++ 29,47 ± 12,28b 9,4 ± 7,92a 27,87 ± 6,55b 13,53 ± 4,75a 25,8 ± 10,76b ++/+ 120 ± 17,65a 130,8 ± 23,91a 138 ± 37,59a 141,27 ± 41,07a 143,8 ± 29,53a

- 0,13 ± 0,52a 0,13 ± 0,52a 0,0 ± 0,0a 0,47 ± 1,81a 0,0 ± 0,0a

Spermatid Akhir

+++ 25,53 ± 10,1b 15 ± 7,79a 25,73 ± 4,76b 15,87 ± 4,27a 21 ± 4,70b ++/+ 0,0 ± 0,0a 0,67 ± 2,58a 0,0 ± 0,0a 0,0 ± 0,0a 0,0 ± 0,0a

- 94,47 ± 11,57b 79,73 ± 10,44a 90,93 ± 18,84ab 80,2 ± 21,24a 78,8 ± 25,10a

K- = kontrol negatif (non DM); K+ = kontrol positif (DM); EM = DM + ekstrak etanol biji mahoni; KO = DM + acarbose; dan KE = non DM + ekstrak etanol biji

(23)

SIMPULAN DAN SARAN

Pemberian ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dapat meningkatkan jumlah sel-sel spermatogenik, sel Leydig, serta kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada jaringan testis tikus model DM.

Formulasi ekstrak etanol biji mahoni perlu diteliti lebih lanjut sebagai bahan obat untuk penderita diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

[ADA] American Diabetes Association. 2015. Standards of medical care in diabetes. The Journal of Clinical and Applied Research and Education.38(1): 58-59.

Bacha WJ, Bacha LM. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. Ed ke-2. Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins. 96.

Ballester J, Munoj MC, Dominiguez J, Rigau T, Guinovart JJ, Rodriguez-Gil JE. 2004. Insulin-dependent diabetes affects testicular function by FSH- and LH- linked mechanisms. Journal of Andrology. 25(5): 706-719.

Darmawan H. 2007. Production of ROS and its effects on mitochondrial and nuclear DNA, human spermatozoa, and sperm function. Medical Journal of Indonesia. 17(2): 127-133.

Debasis De, Chatterje K, Ali KM, Bera TK, Ghosh D. 2011. Antidibetic potentially of the aqueous methanolic extract of seed of Swietenia mahagoni

(L.) Jacq. in Streptozotocin-induced diabetic male albino rats: a correlative and evidence-based approach with antioxidative and antihyperlipidemic activities.

Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 1-11.

DepKes RI. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hlm.227.

Dorland, Newman WA. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed ke-28. Mahode AA, penerjemah; Hartanto YB, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Dorland’s Pocket Medical Dictionary, 28th Ed.

Garrat M, Pichaud N, Glaros EN, Kee AJ, Brooks RC. 2014. Superoxide dismutase deficiency impairs olfactory sexual signaling and alters bioenergetic function in mice. PNAS Early Edition. www.pnas.org/cgi/doi/10.1073 /pnas.1322282111.

Ghosh S, Besra SE, Roy K, Gupta JK, Vedasiromoni JR. 2009. Pharmacological effects of methanolic extract of Swietenia mahagoni Jacq (meliaceae) seeds.

International Journal Green Pharmacology. 3:206-210.

Giacco F, Brownlee M. 2010. Oxidative stress and diabetic complications.

Circulation Research. 107: 1058-1070.

Halliwell B. 2006. Reacktive spesies and antioxidant: Redox biology is a fundamental theme of aerobic life. Plant Physiology. 141: 312-322.

Hasan M, Khan MI, Umar BU. 2011 Effect of Ethanolic Extract of Swietenia mahagoni seeds on experimentally induced diabetes mellitus in rats. Faridpur Medical College Journal. 6(2): 70-73.

(24)

Kiernan JA. 1990. Histological and Histochemical Method: Theory and Practice. 2nd Edition. London (GB): Pergamon Press.

Kunwar A, Priyadarsini KI. 2011. Review: Free radicals, oxidative stress and importance of antioxidants in human health. Journal of Medical & Allied Sciences. 1(2): 53-60.

Nijveldt RJ, Nood E, Hoorn DEC, Boelens PG, Norren K, Leeuwen PAM. 2001. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential applications. The American Journal of Clinical Nutrition. 418-425.

Suryani N, Endang T, Aulanni'am. 2013. Pengaruh ekstrak metanol biji mahoni terhadap peningkatan kadar insulin, penurunan ekspresi TNF-α dan perbaikan jaringan pankreas tikus diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 27(3): 137-145.

Unitly AJA, Kusumorini N, Agungpriyono S, Satyaningtijas AS, Boediono A. 2014. Perubahan kualitas spermatozoa dan jumlah sel-sel spermatogenik tikus yang terpapar asap rokok. Jurnal Kedokteran Hewan. 8(2): 116-119.

[WHO] World Health Organization. 2006. Definiton and Diagnosis of Diabetes Melitus and Intermediate Hyperglicaemia.

Wing TY, Christensen K. 1982. Morphometric studies on rat seminiferous tubules. The American Journal of Anatomy. 165: 13-25.

Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY. 2006. Profil imunohistokimia superoksida dismutase (SOD) pada jaringan hati tikus dengan kondisi hiperkolesterolemia. Hayati. 13(3):85-87.

Wresdiyati T, Karmila A, Astawan M, Karmila R. 2014. Teripang pasir meningkatkan kandungan antioksidan superoksida dismutase pada pankreas tikus diabetes. Jurnal Veteriner (in press).

Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K. 2003. Immunohistochemical study of superoxide dismutase (SOD) in the liver of diabetic experiment Macaca fascicularis. Hayati. 10(2):61-65.

Wresdiyati T, Sinulingga TS, Zulfanedi Y. 2010. Effect of Mamordica chantia L. powder on antioxidant superoxide dismutase in liver and kidney of diabetic rats. Hayati. 17(2): 53-57.

Wresdiyati T, Winarto A, Sa’diah S, Febriyany V. 2015. Alpha-glucosidase inhibition and hypoglycemic activities of Swietenia mahagoni seed extract.

(25)

Lampiran 1 Hasil statistik jumlah sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai perlakuan

Spermatogonia

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatosit Primer

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan

Spermatogonia Between Groups 2372.933 4 593.233 7.324 .000

(26)

Spermatid Awal

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatid Akhir

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Jumlah Sel Spermatogenik

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(27)

Lampiran 2 Hasil statistik jumlah sel Leydig pada masing-masing daerah interstitial tubuli seminiferi

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2325.253 4 581.313 7.550 .000

Within Groups 5389.467 70 76.992

Total 7714.720 74

Jumlah_Sel_Leydig Duncana

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

B 15 66.4000

D 15 68.6000 68.6000

E 15 73.3333 73.3333

A 15 78.0000 78.0000

C 15 81.2667

Sig. .495 .144 .150 .311

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(28)

Lampiran 3 Hasil statistik profil kandungan Cu,Zn-SOD pada sel-sel spermatogenik per tubuli seminiferi jaringan testis tikus pada berbagai perlakuan

Within Groups 7878.400 70 112.549

Total 9988.187 74

Within Groups 67975.733 70 971.082

Total 73497.147 74

Within Groups 23510.400 70 335.863

Total 26718.747 74

(29)

Spermatogonia (+++)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatogonia (++/+)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatogonia (-)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(30)

Spermatosit Primer (+++)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatosit Primer (++/+)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatosit Primer (-)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(31)

Spermatid Awal (+++)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatid Awal (++/+)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(32)

Spermatid Akhir (+++)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Spermatid Akhir (++/+)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Keterangan: A = Kontrol Negatif (K-), B = Kontrol positif (K+), C = Perlakuan (EM), D = Kontrol Obat (KO), E = Kontrol Ekstrak (KE)

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Maret 1993 dari Bapak Suryadi dan Ibu Eka Susilawati. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor, Jawa Barat dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dengan jurusan Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Kebun Binatang Bali (Bali Zoo). Penulis pernah menjadi ketua Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik FKH IPB (2013/2014). Bulan Agustus 2014 penulis melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat di kota Dumai, Riau.

Penulis melakukan penelitian sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sebagai Sarjana Kedokteran Hewan. Judul penelitian adalah Gambaran Spermatogenesis dan Superoksida Dismutase pada Tikus Model Diabetes yang Diberi Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.). Penelitian ini didanai oleh Dirjen DIKTI, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Penelitian Dasar untuk Bagian Tahun 2014 atas nama Prof Drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet.

Gambar

Gambar 1 Biji mahoni dengan kulit (A), biji mahoni tanpa kulit (B).
Gambar 2  Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus dengan Pewarnaan HE (Bacha dan Bacha 2000)
Gambar 3  Gambaran histologis tubuli seminiferi. K- = kontrol negatif (non DM);
Gambar 4  Gambaran histologis terhadap kandungan Cu,Zn-SOD sel-sel
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Pertama Siswa Pada Pembelajaran Pembenihan Ikan Lele Universitas Pendidikan Indonesia I Repository.upi.edu.

bahwa dalam rangka peningkatan pengembangan kota Martapura, diperlukan suatu penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan peranan

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial di PDAM Delta Tirta

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Diduga kinerja keuangan pada PT.(Persero) Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo Solo cukup baik dilihat dari rasio keuangan yang

PREDIKSI BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MODEL REGRESI SPASIAL LAG.. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Di terbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang mengamanatkan partisipasi dari masyarakat mulai dari

[r]

karyawan yang mendasarkan pada komitmen berkelanjutan, selain itu karyawan yang mendasarkan pada komitmen normatif memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan