• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Infrastruktur Jalan (Kasus Ketua Karang Taruna Dan Masyarakat Rw 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Infrastruktur Jalan (Kasus Ketua Karang Taruna Dan Masyarakat Rw 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus : Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa

Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)

MUHAMMAD GHIFARI

KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Kasus Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)” merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia untuk bertanggung jawab atas pernyataan ini.

Bogor, Agustus 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD GHIFARI. Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pembangunan Infrastruktur Jalan (Kasus Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut). Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA.

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang memimpin atau menggerakan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Adanya lembaga Karang Taruna yang dipimpin oleh Ketua Karang Taruna akan menjadikan kontrol secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pembangunan infrastruktur jalan adalah salah satu program yang mampu mendukung suatu kegiatan sosial dan ekonomi suatu desa. Hasil penelitian ini menunjukkan jika gaya kepemimpinan demokratis dominan yang dimiliki oleh Ketua Karang Taruna dapat meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Kata Kunci : kepemimpinan, karang taruna, partisipasi, pembangunan infrastrukitur jalan

ABSTRACT

MUHAMMAD GHIFARI. Relationship between Leadership Style of Karang Taruna’s Leader within The Level of Community Participation in Road Infrastructure Development Program (Case : Karang Taruna’s Leader and Community (RW 05) of Implementation in Road Infrastructure Development Program at Cibiuk Kaler Village, District of Cibiuk, Subdistrict of Garut). Supervised by IVANOVICH AGUSTA.

Leadership is the ability of someone to lead or affecting people that leads to achieve goals and objectives that have been established. The facilities or the accomodate such as Karang Taruna, led by the Karang Taruna’s Leader, will make control effectively in development activities. Karang Taruna is one of the organization of community that exist in the implementation of the social welfare. The rural development in the construction of road infrastructure is a program that are capable of supporting an activity economic and social of rural area. The results of this research indicate if the democratic leadership style of Karang

Taruna’s Leader may increase the level of community participation in road

infrastructure development program.

(6)
(7)

(Kasus : Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa

Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)

Muhammad Ghifari

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

KARANG TARUNA DENGAN TINGKAT

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga menghasilkan Skripsi dengan judul “Hubungan Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat (Ketua Karang Taruna dan Masyarakat RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut)” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat meperoleh gelar pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Mahdar dan Ibu Yeti Nurhayati orang tua tercinta, kakak dan adik tersayang serta semua keluarga yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman terdekat Tri Wicaksono dan Nabilah Ananda R. sebagai teman satu bimbingan, kepada teman-teman UKM MAX!! dan teman-teman satu kelompok KKN-P Desa Cibiuk Kaler. Ucapan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini serta semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga laporan Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Konsep Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan 5

Konsep Partisipasi 8

Definisi Karang Taruna dan Ketua Karang Taruna 9

Konsep Pembangunan Desa dan Infrastruktur 9

Kerangka Pemikiran 11

Hipotesis 12

PENDEKATAN LAPANG 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Teknik Penentuan Responden dan Informan 13

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 14

Definisi Operasional 15

Gaya Kepemimpinan 15

Tingkat Partisipasi Masyarakat 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20

Kondisi Geografis 21

PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KETUA

KARANG TARUNA 27

Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter 28 Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis 31 Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan “Laissez Faire” 33 TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN 36

(16)

Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Menikmati hasil 43 Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Evaluasi 43 HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA

DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA SETIAP

TAHAPAN TINGKAT PARTISIPASI 45

Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Perencanaan 45 Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Pelaksanan 46 Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Menikmati hasil 46 Korelasi Gaya Kepemimpinan Terhadap Tahap Evaluasi 47 HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA

DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT 49

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 52

(17)

DAFTAR TABEL

1. Jadwal Penelitian tahun 2016 13

2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 15

3. Definisi Operasional Gaya Kepemimpinan 17

4. Definisi Operasional Tingkat Partisipasi Masyarakat 18 5. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015 21 6. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015 22 7. Jumlah Kepala Keluarga Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015 22 8. Jumlah anggota keluarga dan kepala keluarga RW 05 Desa Cibiuk Kaler 22 9. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler menurut ketenagakerjaan Tahun 2015 23 10. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015 23 11. Jumlah Sarana Pendidikan Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015 23 12. Jumlah dan persentase responden menurut kategori umur di RW 05 Desa

Cibiuk Kaler 25

13. Jumlah dan persentase kategori menurut jenis kelamin responden di RW 05

Desa Cibiuk Kaler 25

14.Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di RW 05 Desa

Cibiuk Kaler 26

15. Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan di RW 05 Desa

Cibiuk Kaler 26

16. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez faire Ketua Karang Taruna 27 17. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter Ketua

Karang Taruna 28

18. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan demokratis

Ketua Karang Taruna 31

19. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan laissez faire

Ketua Karang Taruna 33

20. Jumlah dan persentase responden menurut tahapan tingkat partisipasi

masyarakat 37

21. Jumlah dan persentase responden menurut tahap perencanaan 38 22. Jumlah dan persentase responden menurut keterlibatan dalam rapat

perencanaan 38

23. Jumlah dan persentase responden menurut penyampaian pendapat masyarakat 39 24. Jumlah dan persentase responden menurut pendapat diterima serta

dipertimbangkan dengan baik 39

25. Jumlah dan persentase responden menurut keputusan akhir dalam rapat 40 26. Jumlah dan persentase responden menurut tahap pelaksanaan 40 27. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih ide (pikiran) 41 28. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih tenaga 41 29. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih materi 42 30. Jumlah dan persentase responden menurut sumbangsih materi yang diberikan

(18)

33. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap

perencanaan 45

34. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap

pelaksanaan 46

35. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap

menikmati hasil 47

36. Koefisien korelasi gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna terhadap tahap

evaluasi 47

37. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara gaya kepemimpinan demokratis

dengan tingkat partisipasi masyarakat 49

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 12

2. Lokasi Penelitian 55

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Wilayah 55

2. Kerangka Sampling 57

3. Tulisan Tematik 61

(19)
(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adisasmita (2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan memimpin dan mengorganisasikan atau menggerakan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara bagaimana pemimpin berhubungan dengan para anggota organisasi atau kelompok dalam hal menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Setiap pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan. Namun ia juga harus dapat menerapkan berbagai gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan (Olivianti dan Kolopaking, 2014). Adanya sarana atau lembaga yang mewadahi seperti Karang Taruna yang dimpimpin oleh Ketua Karang Taruna akan menjadikan kontrol secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Sehingga Ketua Karang Taruna sebagai pemimpin perlu menyesuaikan dirinya bagaimana mengambil keputusan serta menyelesaikan masalahnya demi tujuan bersama.

Kepengurusan organisasi Karang Taruna serta Ketua Karang Taruna adalah orang yang dipiilih secara musyawarah dan mufakat oleh Warga Karang Taruna setempat dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab IV Pasal 10. Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 bahwa Karang Taruna merupakan salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang diakui keberadaannya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d, Bab VII tentang Peran Masyarakat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Pengertian yang secara umum dapat ditangkap dari istilah partisipasi adalah, keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan (Mardikanto et, al 2014). Pembangunan dewasa ini sering dikaitkan dengan partisipasi masyarakat, karena pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila sejalan dengan partisipasi dari masyarakat yang juga ikut terlibat dalam keberhasilan pembangunan. Partisipasi adalah pemberdayaan masyarakat, peran serta dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berkorban serta berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan (Adisasmita, 2006). Kemudian Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar.

(22)

nyata meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa Titehena, Flores Timur. Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya tidak akan dapat berjalan secara maksimal, bilamana Kepala Desa sebagai orang terdepan dengan memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator pembangunan bersifat pasif terhadap kondisi masyarakatnya dan pemerintahannya (Libut, 2015). Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia No: 114/Tahun 2014 Pasal 6 ayat (3) huruf a, tentang Pedoman Pembangunan Desa menjelaskan tentang pelaksanaan pembangunan desa dalam bidang pelaksanaan pembangunan desa mengenai pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan desa menyebutkan tentang jalan pemukiman. Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh pemerintah desa terkait apabila dalam pelaksanaannya belum maksimal, maka organisasi sosial seperti Karang Taruna yang dipimpin oleh Ketua Karang Taruna akan memberikan dukungan postif serta mampu membantu peran pemerintah desa dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Pembangunan desa identik dengan pembangunan fisik, Mubiyanto (1991) dalam Libut (2015) mengemukakan pembangunan fisik adalah pembangunan yang nampak secara nyata berwujud, salah satu indikatornya adalah terkait dengan prasarana perhubungan yaitu tentang jalan. Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000) dalam (Kodatie, 2005). Infrastruktur jalan adalah prasarana fisik, berfungsi untuk menghubungkan berbagai pusat kegiatan, di samping mendorong pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat (Saleh, 2014). Penelitian ini membahas tentang pembangunan desa secara fisik terkait dengan infrastruktur jalan.

Pemaparan di atas menjelaskan apabila partisipasi dalam suatu masyarakat diwadahi oleh suatu lembaga yaitu Karang Taruna serta yang memimpin adalah seorang Ketua Karang Taruna, program pembangunan infrastruktur jalan di desa tentunya akan lebih efektif. Maka dari itu terdapat pertanyaan “bagaimana hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan?”

Masalah Penelitian

Kepemimpinan Ketua Karang Taruna memiliki peranan penting dalam kegiatan pembangunan desa. Gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna tentu sangat terlihat dalam menjalankan tugasnya. Gaya kepemimpinan tersebut yaitu otokriter, demokratis dan laissez faire. Gaya kepemimpinan tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda dalam hal mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan oleh sebab itu terdapat pertanyaan bagaimana gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan infrastruktur jalan?

(23)

Karang Taruna tersebut memiliki derajat yang berbeda-beda dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan (perencanaan, pelaksanaan, pemanfatan, dan evaluasi). Oleh karena itu terdapat pertanyaan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan?

Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan berkaitan erat dengan proses terlibat aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan desa. Tingkat partisipasi masyarakat apabila difasilitasi oleh seorang pemimpin yaitu Ketua Karang Taruna dengan gaya kepemimpinannya yang dominan tentunya akan terlihat keterlibatan masyarakat, maka timbul pertanyaan bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dominan Ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

3. Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna yang dominan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Kegunaan yang lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan gaya kepemimpinan ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu kepada masyarakat mengenai pengetahuan tentang kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

3. Bagi Pemerintah

(24)
(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan

Adisasmita (2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan memimpin dan mengorganisasikan atau menggerakan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Soekanto (2007) kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang sebagai pemimpin untuk mempengaruhi orang lain yang dipimpinnya seperti pengikut, anggota atau bawahan – bawahannya.

Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit (1960) yang dikutip oleh Rakhmat (2012) menyebutkan terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu :

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh pengambilan keputusan dan kebijakan dilakukan oleh pemimpin seluruhnya. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana permusuhan, agresi dan memunculkan suasana submisif. Gaya kepemimpinan yang otoriter juga menimbulkan ketergantungan yang besar dari anggota atau bawahan.

Ciri – ciri pokok kepemimpinan otoriter adalah sebagai berikut (Soekanto, 2007) :

A.Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak B.Pengikut sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses perumusan

tujuan kelompok dan aktivitas ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok tersebut.

C.Pemimpin terpisah dari kelompok dan seolah-olah tidak terlibat dalam interkasi antara anggota kelompok tersebut

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini dicirikan oleh pemimpin yang membantu, mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam mendiskusikan dan memutuskan kebijakan.

Ciri – ciri pokok kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut (Soekanto, 2007) :

1. Pemimpin mengajak masyarakat atau anggota kelompok dalam merumuskan tujuan dan langkah- langkah untuk mencapainya

2. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk.

3. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kelompok

c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

(26)

Ciri – ciri pokok kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut (Soekanto, 2007) :

1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif

2. Penetuan tujuan kelompok dan langkah-langkah untuk mencapainya dilakukan oleh anggota kelompok sepenuhnya. Pemimpin hanya menyediakan sarana dan prasaranan yang dibutuhkan kelompok 3. Pemimpin berada di antara kelompok namun tidak terlibat dalam

kegiatan

Menurut Siagian (2007) banyak gaya kepemimpinan yang dewasa ini digunakan untuk mendefinisikan tipe-tipe pemimpin. Salah satu tipologi yang umum dikenal ialah dengan mengatakan bahwa para pejabat pimpinan pada dasarnya dapat dikategorikan pada lima tipe, yaitu :

1. Tipe otokratik 2. Tipe paternalistik 3. Tipe kharismatik 4. Tipe laissez faire, dan 5. Tipe demokratik

1. Gaya otokratik :Dalam hal mengambil keputusan seorang pemimpin yang otoktratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada para bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana karena mereka tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan itu.

2. Gaya paternalistik : Dalam hal pengambilan keputusan, kecenderungannya ialah menggunakan cara mengambil keputusannya sendiri dan kemudian berusaha “menjual” keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan “menjual” keputusan itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankannya meskipun mereka tidak dilibatkan dalam proses pengambilannya. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya paternalistik dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan pada umumnya bertindak dengan dasar pemikiran bahwa apabila kebutuhan fisik para bawahan teresebut sudah terpenuhi, para bawahan itu akan mencurahkan perhatian kepada pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Gaya Kharismatik : Penjelasan yang paling lumrah diberikan oleh para ahli ialah dengan mengatakan bahwa seorang pemimpin yang kharismatik memiliki daya pikat yang tinggi sehingga kepemimpinannya diterima dan diakui oleh para pengikutnya –yang biasanya jumlah besar- tanpa selalu mampu menjelaskan mengapa mereka menerima dan mengakuinya kepemimpinan orang yang bersangkutan.

(27)

keputusan yang sifatnya rutin dalam usaha memecahkan berbagai masalah teknis yang repetitif, tetapi juga menyangkut hal-hal yang fundamental. 5. Gaya Demokratik : Dalam hal pengambilan keputusan tercermin pada

tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahannya berpartisipasi. Dalam hal pemeliharaan hubungan dengan para bawahan, gaya pemimpin yang demokratik biasanya memberikan penekanan kuat pada adanya hubungan yang serasi, dalm arti terpeliharanya keseimbangan antara hubungan yang formal dan informal meskipun tidak mudah mewujudkan keseimbangan tersebut dalam praktik. Seorang pemimpin yang demokratik juga cenderung memperlakukan para bawahannya sebagai orang-orang yang sudah dewasa dan matang.

Ibrahim (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan seorang pemimpin akan berjalan efektif jika disesuaikan dengan keadaan dalam berkomunikasi dengan bawahan. Kepemimpinan tersebut dikenal sebagai kepemimpinan situsional dimana kepemimpinan yang menekankan pada perilaku pemimpin dan bawahannya. Terdapat beberapa gaya kepemimpinan situsional seperti:

1. Gaya kepemimpinan dengan gaya instruksi (memberitahukan)

Pemimpin memberikan instruksi tentang peranan dan tujuan bagi bawahannya. Pemimpin mengawasi tugas yang dilakukan bawahan secara ketat. Proses komunikasi antara pimpinan dengan bawahan banyak didominasi oleh komunikasi satu arah. Gaya instruksi dilakukan pada bawahan yang rendah kematangannya atau pengalamannya.

2.Gaya kepemimpinan dengan gaya konsultasi (menjajakan)

Pemimpin menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil tetapi pemimpin juga mau menerima pendapat bawahannya. Pengarahan serta pengawasan tetap dilakukan secara ketat. Gaya ini dilakukan karena bawahan mempunyai tingkat kematangannya mulai dari rendah hingga sedang.

3. Gaya kepemimpinan dengan gaya partisipasi (mengikutsertakan)

Pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan bawahannya dan mendukung usaha-usaha bawahan dalam menyelesaikan suatu tugas. Peran pemimpin menjadi aktif ketika mendengarkan keluhan para bawahannya. Gaya kepemimpinan ini dilakukan karena bawahan memiliki kemampuan tetapi tidak ingin melakukan tugas karena kurang keyakinan.

4.Gaya kepemimpinan dengan gaya delegasi

Pemimpin memberikan kesempatan yang luas kepada bawahannya untuk memutuskan masalah dan menjalankan tugas. Pemimpin mendelegasikan keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas pada bawahan yang tingkat kematangannya.

(28)

bahwa peran pemimpin lokal formal ataupun informal memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan masyarakat dalam pembangunan pedesaan. Hal ini karena pemimpin lokal adalah individu-individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh peran yang mereka tunjukan dimasyarakat. Kemampuan pemimpin dalam mengajak, membimbing, dan memotivasi warga dalam berbagai aktivitas bersama di pedesaan adalah kemampuan utama yang harus dimiliki. Dalam rangka menggerakan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan desa, peranan pemimpin di desa sangat menentukan. Dalam hal ini kemampuan seorang kepala atau pemimpin dalam usahanya menggerakkan partisipasi masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan desa (Tegi dan Lapian, 2014). Pembangunan desa yang dimaksud salah satunya program pembangunan infrastruktur jalan karena program tersebut merupakan salah satu bentuk pembangunan pedesaan.

Konsep Partisipasi

Partisipasi adalah pemberdayaan masyarakat, peran serta dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan. (Adisasmita, 2006). Oleh pakar lain partisipasi didefinisikan sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar (Nasdian, 2014). Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap perencanaan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

(29)

(Clever, 2000) dalam (Alfitri, 2011). Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah mulai dikenal oleh pemerintah sejak awal tahun 1980-an memulai istilah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan serta menjaga lingkungan dimana mereka berada. Untuk mensukseskan gerakan pemberdayaan masyarakat tersebut kemudian pemerintah membentuk beberapa lembaga seperti LKMD, PKK, Karang Taruna sebagai wadah dalam mendorong komunitas lokal untuk berpartisipasi dan menjunjung solidaritas bersama (Libut, 2015). Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan menunjukkan seberapa besar kontribusi masyarakat dalam terlibat aktifnya pada program tersebut.

Definisi Karang Taruna dan Ketua Karang Taruna

Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab I, Ayat 1 Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial.

Peranan pemuda atau generasi muda sebagai pilar, penggerak, dan pengawal jalannya reformasi dan pembangunan sangat diharapkan. Generasi muda adalah remaja yang nantinya akan menjadi tunas harapan dan modal pembangunan bangsa yang akan datang (Damayanty, 2012).

Kepengurusan organisasi serta Ketua Karang Taruna adalah orang yang dipiilih secara musyawarah dan mufakat oleh Warga Karang Taruna setempat dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab IV Pasal 10. Kemudian Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 77/HUK/2010 Bab I Pasal 1 menyebutkan Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun yang berada di desa/kelurahan. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketua Karang Taruna dalam kepengurusan Karang Taruna juga dipilih secara musyawarah oleh Warga Karang Taruna sertempat dan dikukuhkan oleh Kepala Desa/ Lurah.

Konsep Pembangunan Desa dan Infrastruktur

(30)

mengandung arti menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial ekonomi, seperti kurangnya pengetahuan, ketrampilan, kesempatan kerja, dan sebagainya, yang mengakibatkan penduduk wilayah pedesaan misikin.

Menurut Charles O. Jones (1996) yang dikutip oleh Kembara (2010) menjelaskan tentang pengertian program. Program adalah cara-cara yang disahkan untuk mencapai suatu tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu :

1. Program cenderung membutuhkan anggota, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Pembangunan desa identik dengan pembangunan fisik, Mubiyanto (1991) dikutip oleh Libut (2015) mengemukakan pembangunan fisik adalah pembangunan yang nampak secara nyata berwujud, serta dapat di lihat, adapun indikator-indikator yang dapat memperjelas tentang pembangunan fisik adalah : 1. Prasarana Perhubungan

Jalan, baik jalan gang maupun jalan menuju ibu kota kecamatan dan lintas perbatasan Negara serta jembatan-jembatan, dan juga yang berhubungan dengan prasarana komunikasi, antara lain signal televise, signal telpon Ht

2. Prasarana Produksi

Hal-hal yang menyangkut kegiatan ekonomi masyarakat, yang berupa prasarana. Yang di kategorikan prasarana produksi misalnya pabrik, irigasi, tempat perdagangan pasar, sawah/ladang/kebun dan sebagainya.

3. Prasarana Sosial Budaya

Setiap bangunan yang dalam pemakaiannya bersifat umum atau bersama. Termasuk prasarana sosial misalnya gedung sekolah, balai pertemuan, rumah ibadah, klinik kesehatan dan sebagainya.

Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia No: 114/Tahun 2014 Pasal 6 ayat (3) huruf a, tentang Pedoman Pembangunan Desa menjelaskan tentang pelaksanaan pembangunan desa dalam bidang pelaksanaan pembangunan desa mengenai pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan desa antara lain :

1. Tambatan perahu ; 2. Jalan pemukiman ;

3. Jalan Desa antar pemukiman ke wilayah pertanian ; 4. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro ;

5. Lingkungan pemukiman masyarakat Desa ; dan 6. Infrastruktur Desa lainnya sesuai kondisi Desa.

(31)

2005). Infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000) dalam (Kodatie, 2005). Infrastruktur jalan adalah prasarana fisik, berfungsi untuk menghubungkan berbagai pusat kegiatan, di samping mendorong pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat (Saleh, 2014).

Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain dalam bertindak serta mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan bersama. Untuk mendefinisikan tipe-tipe pemimpin dewasa ini menggunakan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan seorang Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Program pembangunan infrastruktur jalan adalah kegiatan pembangunan desa secara fisik yang dilaksanakan oleh masyarakat RW 05.

Tiga gaya kepemimpinan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter ini ditandai oleh pengambilan keputusan dan kebijakan dilakukan oleh pemimpin seluruhnya. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana permusuhan, agresi dan memunculkan suasana submisif. Gaya kepemimpinan demokratis dicirikan oleh pemimpin yang membantu, mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam mendiskusikan dan memutuskan kebijakan. Gaya kepemimpinan laissez faire

ditandai oleh pemimpin yang memberikan kebebasan penuh kepada anggota atau bawahan untuk mengambil keputusan. Dalam gaya kepemimpinan ini hanya ada sedikit partisipasi dari pemimpin. Berdasarkan tipe-tipe gaya kepemimpinan tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta berupaya mengetahui gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

(32)

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Tahapan yang terakhir dalam pelaksanaan kegiatan menikmati hasil program yakni tahapan evaluasi program, tahapan ini akan dilihat partisipasi masyarakat ketika menilai, memberikan kritik serta saran sebagai hasil evaluasi masyarakat terhadap pelaksanaan program. Berikut gambaran kerangka pemikiran yang dapat dilihat dibawah ini :

Keterangan: : Hubungan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna :

1. Otoriter 2. Demokratis 3. Laissez-faire

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pembangunan Infrastruktur

Jalan :

(33)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh data kualitatif untuk memperkaya data serta informasi yang diperoleh. Pendekatan kuantitatif didapatkan dengan menggunakan metode survei yang mana kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden dengan tujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan. Data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara ini diberikan kepada informan untuk memperoleh informasi terkait kepemimpinan Ketua Karang Taruna serta partisipasi masyarakat terkait dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai hubungan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan infrastruktur jalan di RW 05 Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena RW 05 Desa Cibiuk Kaler merupakan salah satu desa yang memiliki program desa terkait dengan pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 1. Jadwal Penelitian tahun 2016

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Data dalam penelitian ini bersumber dari responden dan informan. Responden adalah seseorang atau individu yang dapat memberikan informasi mengenai dirinya sendiri terkait dengan program serta berasumsi mengenal

(34)

keluarga (KK) di RW 05 Desa Cibiuk Kaler sedangkan populasi sampelnya adalah kepala keluarga di RW 05 Desa Cibiuk Kaler (4 RT 158 KK). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di RW 05 Desa Cibiuk Kaler. Kepala keluarga dipilih untuk menjadi responden karena pada umumnya hanya kepala keluarga yang mengikuti rapat kegiatan program pembangunan infrastruktur jalan. Adapun saat pengambilan data kepala keluarga sudah meninggal atau sedang tidak berada di rumah, maka istrinya yang akan menggantikan dengan asumsi seorang istri menegtahui kegiatan suami.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Teknik ini digunakan karena sifat populasi yang homogen. Berdasarkan data penduduk tahun 2015 yang dimiliki oleh ketua RW, jumlah kepala keluarga yang ada di RW 05 Desa Cibiuk Kaler adalah sebanyak 158 KK. Kemudian dipilih sebanyak 35 responden. Jumlah tersebut sudah melewati batas minimal responden dalam penelitian starta satu dan mampu merepresentasikan populasi yang homogen. Penelitian ini juga sudah melakukan uji coba kuesioner dengan hasil alphacronbach sebesar 0.664

Informan dalam penelitian ini adalah seseorang yang dapat menjelaskan serta memberikan keterangan terkait dengan gambaran mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkunganya yang mampu mendukung kelancaran suatu informasi yang diberikan. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua RT, Ketua RW dan tokoh masyarakat yang sering berinteraksi dengan Ketua Karang Taruna dan mengetahui dengan baik program pembangunan infrastruktur jalan.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam melakukan pengamatan langsung, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan kuesioner kepada responden dan informan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan panduan pertanyaan merupakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari studi dokumenter dengan cara mencatat dan mendokumentasikan berbagai data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang berupa penelitian terdahulu, dokumen dari berbagai instansi terkait, buku, jurnal ilmiah dan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan penelitian.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi

Microsoft Excel 2013 dan SPSS Version 20.0. Pembangunan data awal responden untuk melakukan simple random sampling menggunakan aplikasi

(35)

mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing.

Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki 2 konsep utama yaitu gaya kepemimpinan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Berdasarkan Kedua konsep tersebut, maka di dirumuskan definisi operasional yang bertujuan sebagai batasan dan indikator dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional tersebut yaitu :

Tabel 2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara seorang pemimpin dalam menggunakan kedudukannya untuk mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan dibedakan menjadi kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis dan kepemimpinan laissez faire.

Dalam mengukur gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna, digunakan beberapa tanda yang memiliki indikator. Indikator-indikator tersebut merupakan variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:

 Sangat setuju (skor 5)

 Setuju (skor 4)

 Ragu-ragu (skor 3)

Teknik Pengumpulan Data Data Yang Dikumpulkan

Kuesioner 1. Karakteristik responden

2. Gaya Kepemimpinan Ketua Karang Taruna

3. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Wawancara mendalam 4. Kepemimpinan Ketua Karang

Taruna

5. Partisipasi masyarakat dalam program

(36)

 Tidak setuju (skor 2)  Sangat tidak setuju (skor 1)

Berdasarkan total skor yang digunakan, variabel gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez faire yang diterapkan Ketua Karang Taruna dapat dikategorikan menjadi :

 Tinggi : Skor 55 - 75  Sedang : Skor 35 - 54  Rendah : Skor 15 - 34

Adapun skor yang di jelaskan pada setiap indikator pada setiap gaya kepemimpinan otoriter, demokratik dan laissez faire yang diterapkan Ketua Karang Taruna dapat dikategorikan menjadi :

 Tinggi : Skor 19 - 25  Sedang : Skor 12 - 18  Rendah : Skor 5 - 11

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat merupakan sejauh mana masyarakat ikut terlibat dalam setiap tahapan program. Tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari tahapan program yang diikuti masyarakat yakni dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi program. Dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat yang digunakan berikut kategori skor yang digunakan :

1. Pada tahap perencanaan :  Tinggi : Skor 13 - 15  Sedang : Skor 9 - 12  Rendah : Skor 5 - 8

2. Pada tahap pelaksanaan :  Tinggi : Skor 10 - 12  Sedang : Skor 7 - 9  Rendah : Skor 4 - 6

3. Pada tahap menikmati hasil :  Tinggi : Skor 13 - 15  Sedang : Skor 9 - 12  Rendah : Skor 5 - 8

4. Pada tahap evaluasi :  Tinggi : Skor 15 - 18  Sedang : Skor 11 - 14  Rendah : Skor 6 - 10

Gaya Kepemimpinan

(37)

Tabel 3. Definisi Operasional Gaya Kepemimpinan

Indikator Definisi Definisi Operasional Skala

(38)

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah proses keterlibatan aktif masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Cohen dan Uphoff (1979) dalam membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. Definisi Operasional Tingkat Partisipasi Masyarakat

Indikator Definisi Definisi Operasional Skala

(39)

proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Tahap evaluasi

Partisipasi masyarakat pada tahap ini

merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya

Diberikan

pertanyaan terkait dengan evaluasi program pembangunan infrastruktur jalan

Untuk setiap kategori atau poin

1. Rendah : Skor 1, Tidak terlibat 2. Sedang : Skor 2, cukup terlibat 3.Tinggi :

Skor 3, Selalu terlibat

(40)
(41)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Desa Cibiuk kaler adalah desa yang terletak di Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut. Desa ini memiliki luas wilayah 399,92 Ha, yang terdiri dari 3 (tiga) Dusun dengan jumlah 34 RT dan 12 RW. Desa Cibiuk Kaler memiliki batasan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Majasari, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cibatu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cibiuk Kidul dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Lingkung Pasir.

Bentang wilayah Desa Cibiuk Kaler dalam dataran rendah seluas 26 ha/m2. Adapun dalam dataran tinggi seluas 68 Ha/m2. Desa Cibiuk Kaler terletak pada jarak 1 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Cibiuk. Perjalanan yang ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh menit. Sedangkan jarak dari Desa Cibiuk Kaler ke pusat pemerintahan kabupaten sebesar 32 km, kemudian jarak dengan pusat pemerintahan provinsi sebesar 65 km.

Luas wilayah lahan menurut penggunaannya di Desa Cibiuk Kaler memiliki manfaatnya dalam pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, tanam, perkantoran serta prasarana umum lainnya.

Tabel 5. Jenis pemanfaatan lahan di Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Sumber : Data Monografi Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Kondisi Sosial

Desa Cibiuk Kaler memiliki jumlah penduduk dalam kurun waktu tiga tahun memiliki dinamika dalam pertumbuhannya. Jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 7121 jiwa yang terbagi menjadi 3541 laki-laki dan 3580 perempuan, tahun 2014 berjumlah 7751 jiwa yang terbagi menjadi 3942 laki-laki dan 3809 perempuan dan tahun 2015 berjumlah 7287 jiwa yang terbagi menjadi 3636 laki-laki dan 3651 perempuan.

Wilayah Luas Lahan (Ha)

Pemukiman 22

Persawahan 36

Perkebunan 172

Kuburan 126

Pekarangan 5.00

Tanam 26

Perkantoran 4.00

Prasarana Umum Lainnnya 8.92

(42)

Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015

No Tahun Jenis kelamin Jumlah

L P

1 2013 3541 3580 7121

2 2014 3942 3809 7751

3 2015 3636 3651 7287

Sumber : Data Monografi Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Jumlah kepala keluarga desa Cibiuk Kaler pada tahun 2013 berjumlah 1714 KK, tahun 2014 berjumlah 1758 KK, sedangkan pada tahun 2015 berjumlah 1894 KK, jumlah kepala keluarga kurun waktu tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Jumlah Kepala Keluarga Desa Cibiuk Kaler Tahun 2013 sampai 2015

No Tahun Jumlah Kepala Keluarga

1 2013 1719

2 2014 1758

3 2015 1894

Sumber : Data Monografi Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Adapun jumlah kepala keluarga RW 05 yang terdiri dari empat rumah tangga (RT) yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yang sebanyak 158 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 715 (jiwa).

Tabel 8. Jumlah anggota keluarga dan kepala keluarga RW 05 Desa Cibiuk Kaler

Sumber : Data Monografi RW 05 diperoleh dari Ketua RW 05 Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Berdasarkan data ketenagakerjaan, Desa Cibiuk Kaler memiliki masalah kurangnya lapangan pekerjaan. Karena masih kurangnya lapangan pekerjaan yang ada di desa, mengakibatkan angka pengangguran cukup tinggi. Penduduk Desa Cibiuk Kaler pada umumnya bekerja ke daerah lain yaitu perkotaan. Kalaupun ada yang bekerja di daerah yaitu seperti guru, pegawai dinas (PNS), serta pekerjaan yang berada disektor non formal seperti kuli, buruh, tani dan lain-lain. Jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

No. RT Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Kepala Keluarga

1 01 180 47

2 02 217 46

3 03 75 15

4 04 243 50

(43)

Tabel 9. Jumlah penduduk Desa Cibiuk Kaler menurut ketenagakerjaan Tahun 2015

No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Jumlah pencari kerja 32 31 63

2 Yang bekerja 1210 1209 2419

3 Belum bekerja 310 319 629

Total 1552 1559 3111

Sumber : Data Monografi Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Kondisi pendidikan di Desa Cibiuk Kaler dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang terdapat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Tingkat pendidikan penduduk Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

No Tingkat pendidikan penduduk Jumlah

1 DO/tidak tamat SD 0

2 Tamat SD/Sederajat 418

3 Tamat SLTP/sederajat 441

4 Tamat SLTA/Sederajat 232

5 D1 42

6 D2 27

7 D3 42

8 S1 25

9 S2 2

10 S3 -

Sumber : Data Monografi Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

Kondisi pendidikan masyarakat Desa Cibiuk Kaler di dominasi oleh masyarakat desa yang tamat Sekolah Dasar yaitu sebesar 418 orang dan tamat Sekolah Menengah Pertama sebesar 441 orang, kemudian disusul oleh masyarakat yang tamat Sekolah Menengah Atas sebesar 232 orang. Sarana pendidikan menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk mendukung suatu desa agar masyarakat desa tersebut tercukupi kualitas pendidikannya. Sarana pendidikan yang berada di Desa Cibiuk Kaler dapat dilihat di tabel bawah ini

Tabel 11. Jumlah Sarana Pendidikan Desa Cibiuk Kaler Tahun 2015

No Uraian Jumlah

1 Pondok Pesantren 8

2 Madrasah Diniyah 29

3 PAUD/TK 7

4 SD/Sederajat 6

5 SMP/Sederajat 4

6 SMA/sederajat 6

7 Perguruan tinggi -

(44)
(45)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur

Kategori umur dalam peneltian ini menggunakan aplikasi dari SPSS 20.0 dengan hasil perhitungan pengolahan data dengan penentuan nilai mean, standard deviation, minimum dan maximum. Berdasarkan tingkatan umur responden, responden memiliki kisaran umur dari 29 tahun hingga 76 tahun. Jumlah tertinggi adalah responden yang memiliki kisaran umur antara 41 tahun sampai ddengan 52 tahun yaitu sebesar 45.1% atau sekitar 16 responden. Sedangkan yang kedua tertinggi adalah kisaran responden yang berusia 29 sampai dengan 40 tahun dan responden yang berumur 53 sampai dengan 64 tahun memiliki persentase sebesar 20.2% atau sekitar 7 responden. Terakhir yang memiliki persentase terendah adalah responden yang memilki usia 65 tahun sampai dengan 76 tahun sebesar 14.5% atau sekitar 5 orang responden. Kategori umur pada program pembangunan infrastruktur jalan tidak dibatasi, menurut beberapa informan siapa saja boleh berpartisipasi dalam program pembangunan infrastruktur jalan.

Tabel 12. Jumlah dan persentase responden menurut kategori umur di RW 05 Desa Cibiuk Kaler

Jenis Kelamin

Data dalam penelitian ini menggunakan perwakilan kepala keluarga. Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki karena mayoritas kepala keluarga adalah laki-laki. Dapat dilihat pada tabel 13, laki-laki memiliki persentase sebesar 88.6% sebanyak 31 orang sedangkan perempuan memiliki persentase sebesar 11.4% sebanyak 4 orang. Perempuan yang dijadikan responden adalah perempuan yang memiliki status janda atau sudah tidak memiliki suami.

Tabel 13. Jumlah dan persentase kategori menurut jenis kelamin responden di RW 05 Desa Cibiuk Kaler

Umur Jumlah (n) %

29 - 40 7 20.2

41 - 52 16 45.1

53 - 64 7 20.2

65 - 76 5 14.5

Total 35 100

Jenis Kelamin Jumlah (n) %

Laki-laki 31 88.6

Perempuan 4 11.4

(46)

Tingkat Pendidikan

Merujuk pada tabel 14 dapat dilihat sebaran tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden. Persentase tersebar secara merata, artinya masing-masing responden memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Mayoritas tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 42.9% sebanyak 15 orang, hal ini mennunjukkan bahwa mayoritas pendidikan yang berada di RW 05 Desa Cibiuk Kaler masih rendah. Kemudian disusul dengan responden yang tidak tamat Sekolah Dasar sebesar 22.9% atau sekitar 8 orang. Namun, beberapa responden memilki tingkat pendidikan sampai dengan perguruan tinggi yaitu sebesar 8.6 persen atau sekitar 3 orang.

Tabel 14. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di RW 05 Desa Cibiuk Kaler

Jenis Pekerjaan

Dapat dilihat pada tabel 15 bahwa sebagian besar pekerjaan yang dimiliki oleh responden adalah sebagai wiraswasta, memiliki persentase sebesar 40.0%. Hal ini dikarenakan beberapa responden memiliki usaha dirumah serta bekerja diluar desa sebagai pedagang, berdasarkan hasil informasi yang diperoleh dari lapang biasanya responden yang menjadi wiraswasta bekerja diluar daerah yaitu di daerah perkotaan atau diluar wilayah Kabupaten Garut. Kemudian yang memiliki persentase tertinggi kedua adalah petani sebesar 25.7%. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh dari lapang, petani yang bekerja adalah usia yang bukan usia produktif. Usia-usia produktif lebih memilih bekerja diluar kota dibandingkan menjadi petani atau bekerja di daerah desa.

Tabel 15. Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan di RW 05 Desa Cibiuk Kaler

Tingkat Pendidikan Jumlah (n) %

Tidak tamat SD 8 22.9

Tamat SD 15 42.9

Tamat SMP/Sederajat 3 8.6

Tamat SMA/Sederajat 6 17.1

Perguruan Tinggi 3 8.6

Total 35 100

Jenis Pekerjaan Jumlah (n) %

Tidak Bekerja 5 14.3

Guru 2 5.7

Karyawan Swasta 1 2.9

Pegawai Negeri Sipil 1 2.9

Petani 9 25.7

Wiraswasta 14 40.0

Buruh Bangunan 3 8.6

(47)

PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KARANG TARUNA

Tiga tipe gaya kepemimpinan dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter ini ditandai oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin seluruhnya. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kepemimpinan otoriter menimbulkan suasana permusuhan, agresi dan memunculkan suasana submisif. Gaya kepemimpinan demokratis dicirikan oleh pemimpin yang membantu, mengarahkan dan membimbing masyarakat dalam mendiskusikan dan memutuskan kebijakan. Gaya kepemimpinan laissez faire

ditandai oleh pemimpin yang memberikan kebebasan penuh kepada anggota atau bawahan untuk mengambil keputusan. Dalam gaya kepemimpinan ini hanya ada sedikit partisipasi dari pemimpin.

Pemimpin pasti memiliki gaya kepemipinannya masing-masing. Dalam hal ini pemimpinnya ialah Ketua Karang Taruna. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin bisa lebih dari satu gaya kepemimpinan. Tetapi pasti ada salah satu gaya kepeimpinan yang dominan yang diterapkan dalam kepemimpinanannya di suatu masyarakat. Berikut adalah tabel peniliaian masyarakat terhadap Ketua Karang Taruna di RW 05 Desa Cibiuk Kaler.

Tabel 16. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez faire Ketua Karang Taruna

Dapat dilihat pada kategori rendah persentase tertinggi yaitu pada gaya kepemimpinan laissez faire sebesar 77.1%. Pada kategori sedang, gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis memiliki persentase yang tertinggi dan sama sebesar 25.7%. Sedangkan pada kategori tinggi gaya kepemimpinan demokratis memiliki persentase tertinggi sebesar 74.3%

Tingginya persentase pada kategori tinggi menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dalam kepemimpinannya cenderung terlihat demokratis (74.3%) atau bersikap setuju dengan gaya kepemimpinan demokratis Ketua Karang Taruna. Hal ini dibuktikan menurut informasi yang didapatkan dari masyarakat bahwa masyarakat menilai Ketua Karang Taruna sering berinteraksi dengan masyarakat, memberikan arahan kepada masyarakat dan melibatkan masyarakat. Artinya masyarakat menilai gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna dominan pada gaya kepemimpinan demokratis. Kemudian tingginya persentase pada kategori rendah yang menandakan gaya kepemimpinan laissez faire sebesar 77.1% menunjukkan bahwa penilaian

(48)

diterapkan oleh Ketua Karang Taruna. Adapun sikap ragu-ragu yang dimiliki oleh responden menunjukkan bahwa beberapa responden kurang mengenal sosok Ketua Karang Taruna serta adapun yang mengenal namun lebih bersikap ragu-ragu terhadap jawaban. Namun, di dalam kategori rendah gaya kepemimpinan otoriter (74.3%) dan gaya kepemimpinan laissez faire (77.1%) memiliki persentase paling tinggi yang menandakan bahwa masyarakat tidak setuju dengan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna yang otoriter dan

laisses faire.

Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter Dalam mengukur gaya kepemimpinan otoriter Ketua Karang Taruna terdapat tiga variabel yaitu yaitu : (1) Pemimpin dalam hal ini Ketua Karang Taruna menentukan setiap kegiatan secara sepihak, (2) ruang partisipasi yang diberikan Ketua Karang Taruna kepada masyarakat rendah dan (3) interakasi Ketua Karang Taruna dan masyarakat rendah. Ketiga variabel tersebut diukur dengan menggunakan beberapa pertanyaan dalam kuesioner. Kemudian, berdasarkan skor yang diperoleh, ketiga variabel tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 17. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan otoriter Ketua Karang Taruna

PSS : Pemimpin menentukan kegiatan dalam program secara sepihak. RPR : Ruang partisipasi masyarakat yang rendah

IPR : Interaksi pemimpin dan masyarakat yang rendah

Dari ketiga variabel yang telah diperoleh sebagian besar penilaian masyarakat terlihat pada kategori rendah yang tertinggi yakni 68.6% dan 74.3% ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak setuju dengan gaya kepemimpinan otoriter Ketua Karang Taruna. Adapun masyarakat yang menjawab ragu-ragu karena masyarakat yang kurang begitu kenal dan kurang mengetahui lebih tentang Ketua Karang Taruna (31.4% dan 25.7%).

Kategori

Gaya Kepemimpinan Otoriter

PSS (n) %

RPR

(n) % IPR (n) %

Tinggi 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 11 31.4 11 31.4 9 25.7

Rendah 24 68.6 24 68.6 26 74.3

(49)

Pemimpin menentukan kegiatan dalam program secara sepihak

Variabel ini menunjukkan bahwa Ketua Karang Taruna memberikan perintah secara satu arah, mengganggap idenya benar, ide-ide awal program muncul dari Ketua Karang Taruna terkait dengan program. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapang 68.6% responden di kategori rendah yang artinya responden memilih untuk tidak setuju dengan pernyataan di kuesioner. Sedangkan 31.4% dalam kategori sedang yang artinya responden memilih sikap ragu-ragu atau tidak mengetahui sikap Ketua Karang Taruna dalam pengambilan keputusan.

“....sebenernya menurut saya Ketua Karang Taruna yang sekarang teh bagus kalau ada kegiatan apalagi program jalan ini cepat tanggap dalam keputusannya juga selalu menanyakan dahulu kepada masyarakat RW 05... (ES, 56 Tahun, Masyarakat)”

Beradasarkan pernyataan tersebut, penilaian salah satu responden menunjukkan sikap tidak setuju terkait dengan Ketua Karang Taruna menentukan segala kegiatan secara sepihak.

“... saya kenal, tapi saya kurang tahu kalau itu, saya jarang berbaur dengan masyarakat sini teh, saya sibuk dengan pekerjaan saya sebagai PNS... (AS, 50 tahun, Masyarakat)”

Artinya ada beberapa masyarakat yang memilih sikap ragu-ragu karena kurang begitu mengetahui bagaimana sosok Ketua Karang Taruna. Hal ini dikarenakan kesibukan masing-masing masyarakat yang tinggal di RW 05. Penilaian seperti ini juga terlihat bahwa beberapa masyarakat lebih memilih kesibukan dari mata pencahariannya atau pekerjaannya dibanding mengenal atau bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya.

Ruang Partisipasi Masyarakat Rendah

Variabel ini melihat rendahnya ruang partisipasi masyarakat dengan Ketua Karang Taruna serta menggambarkan Ketua Karang Taruna tidak menanyakan pendapat kepada masyarakat, tidak memberi kepercayaan kepada masyarakat, tidak mengundang masyarakat dalam perumusan program, pendapat masyarakat tidak dipertimbangkan dan tidak memasukkan saran masyarakat dalam kebijakan program.

Persentase pada kategori rendah yang tertinggi sebesar 68.6% responden menandakan bahwa masyarakat menunjukkan sikap tidak setuju dengan pernyataan ruang partisipasi masyarakat yang rendah. Sedangkan 31.4% pada kategori sedang yang artinya responden memilih sikap ragu-ragu karena kurang mengetahui sosok Ketua Karang Taruna.

“...saat rapat yang jadi pemimpin rapat Kang Usep1. Ya saya selalu diundang sama Dia dalam rapat dan kalau ada yang nanya ya silakan, tapi saya juga suka nanya sih.. (YS, 46 tahun, Masyarakat)”

(50)

Pernyataan tersebut mendukung bahwa salah satu responden menunjukkan sikap tidak setuju. Bahwa Ketua Karang Taruna selalu menanyakan pendapat dan mempersilakan masyarakat untuk berpendapat serta mengundang masyarakat dalam kegiatan yaitu rapat.

“..Upami eta Ibu mah teu terang, panginten Ibu ayeuna atos sepuh teu ngalartos jadina, hapunten pisan... (Kalau Ibu memang tidak tahu apapun, karena Ibu sudah cukup tua, jadi tidak mengerti apa-apa, mohon maaf) (IA, 76 Tahun, Masyarakat)”

Berdasarkan pernyataan tersebut ada beberapa reponden yang menjawab ragu-ragu dikarenakan sudah lanjut usia dan juga sulit untuk berbicara yang lancar. Responden tersebut juga cenderung benar-benar tidak mengetahui apapun terkait dengan gaya kepemimpinan Ketua Karang Taruna.

Interaksi Pemimpin dan Masyarakat Rendah

Variabel ini melihat interaksi pemimpin dan masyarakat yang rendah. Pemimpin dalam hal ini adalah Ketua Karang Taruna, variabel ini menggambarkan Ketua Karang Taruna yang sulit ditemui, tidak pernah mengikuti jalannya program, tidak pernah berinteraksi langung dengan masyarakat, tidak pernah melakukan pengontrolan ke lapang dan tidak pernah memberikan apresiasi kepada masyarakat.

Pada kategori rendah penilaian masyarakat sebesar 74.3% adalah persentase tertinggi yang artinya responden tidak menyetujui bahwa Ketua Karang Taruna memiliki interaksi yang rendah dengan masyarakat. Sedangkan 25.7% pada kategori sedang sama seperti indikator sebelumnya menunjukkan bahwa responden bersikap ragu-ragu dan tidak mengetahui bagaimana interaksi Ketua Karang Taruna dengan masyarakat RW 05.

“..Iyalah Dia mah (Kang Usep) sering hadir dalam program dan kalau ada kegiatan apa-apa juga Dia mah ada terus.. (P, 45 tahun,

Masyarakat)”

(51)

Penilaian Masyarakat terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis Dalam mengukur gaya kepemimpinan demokratis Ketua Karang Taruna terdapat tiga variabel yaitu yaitu : (1) pemimpin melibatkan masyarakat, (2) pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk dan (3) interaksi yang tinggi dengan masyarakat. Ketiga variabel tersebut diukur dengan menggunakan beberapa pertanyaan dalam kuesioner. Kemudian, berdasarkan skor yang diperoleh, ketiga variabel tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 18. Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan demokratis Ketua Karang Taruna

PMM : Pemimpin melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan PA : Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk

IT : Interaksi yang tinggi dengan masyarakat

Dari ketiga variabel di atas pada kategori rendah tidak terdapat sama sekali persentase, yang berarti responden tidak menyetujui bahwa Ketua Karang Taruna tidak memiliki gaya kepemimpinan demokratis. Pada kategori sedang variabel yang tertinggi adalah pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk sebesar 34.3% artinya masyarakat memilih sikap ragu-ragu atau tidak mengetahui tentang hal tersebut. Sedangkan pada kategori tinggi yang tertinggi pada variabel interaksi yang tinggi dengan masyarakat sebesar 80.0%.

Pemimpin Melibatkan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan

Variabel ini menjelaskan Ketua Karang Taruna melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, menanyakan pendapat kepada masyarakat, memberikan kepercayaan kepada masyarakat, mengizinkan masyarakat untuk memberikan sanggahan serta mempertimbangkan saran masyarakat dalam membuat sebuah keputusan.

Sebesar 68.6% pada kategori tinggi dan pada kategori sedang sebesar 31.4%. Hal ini menggambarkan bahwa responden pada kategori tinggi menyatakan sikap setuju dengan Ketua Karang Taruna yang dalam kepemimpinannya melibatkan masyarakat. Pada kategori sedang terlihat sikap ragu-ragu dalam menjawab pernyataan terkait dengan Ketua Karang Taruna melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusannya.

...Ya semisal kalau ada rapat, Kang Usep (Ketua Karang Taruna) sedang memimpin dan jika ada masyarakat yang bertanya itu

Kategori Gaya Kepemimpinan Demokratis

PMM (n) % PA (n) % IT (n) %

Tinggi 24 68.6 23 65.7 28 80.0

Sedang 11 31.4 12 34.3 7 20.0

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Gambar

Gambar  1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jadwal Penelitian tahun 2016
Tabel 2. Jenis Data  dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3. Definisi Operasional Gaya Kepemimpinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis plot permukaan menunjukkan alat repeh dengan gerakan yang berbeza seperti gerakan menegak, melintang dan putaran. Perbezaan gerakan ini akan

Dengan memanfaatkan teknologi internet of things (IoT) menggunakan aplikasi pada smartphone yaitu Blynk dan menggunakan modul kamera ESP32 maka pergerakan robot

Hasil dari kegiatan ini meliputi: percontohan kebun kelor dan pembibitan kelor di lingkungan kampus SJAYC, dan masyarakat RW 06 Kelurahan Cimahi yang teredukasi

Berdasarkan bagan tersebut dapat dicermati dengan jelas pentingnya penelusuran alumni terkait dengan apa yang dilakukan di masyarakat menuju penguatan pembangunan Indonesia saat

Skripsi ini akan membahas mengenai eksepsi terhadap gugatan yang bersifat prematur, alasan hukum pengajuan eksepsi tersebut dan proses pengajuan eksepsi terhadap gugatan yang

Analisis data penelitian ini bersifat komparatif-deskriptif, yaitu membandingkan 3 (tiga) objek yang diduga memiliki persamaan dan perbedaan (Ratna, 2010: 333), yakni menguraikan

Simatupang Kav. Karang Tengah No. R.A Kartini No. Kuningan Timur blok M2/5, Jakarta Selatan 021-5210 284 - Y 188 DKI Jakarta Jakarta Selatan Klinik Brawijaya Women and Children

 Formulir Program Kerja dan Anggaran Biaya (PK2-RKA-01) yang diterbitkan oleh PK II, adalah formulir rencana program kerja untuk semester mendatang dan anggaran yang dibutuhkan yang