• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN

ORGANIK PADA YAYASAN BINA SARANA BAKTI

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

GITTA SESTIKA FERTIANA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Gitta Sestika Fertiana

(4)

ABSTRAK

GITTA SESTIKA FERTIANA. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO.

Permintaan sayuran organik yang tinggi serta adanya program pemerintah mengenai Go Organic menjadikan sayuran organik berpeluang untuk dikembangkan oleh produsen sayuran di Indonesia dan Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) adalah salah satunya. YBSB belum mampu memenuhi permintaan wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli sehingga berkeinginan meningkatkan skala usaha dalam rangka meningkatkan produksi. Selama ini YBSB belum dapat menilai tingkat pendapatan yang diperolehnya dari mengusahakan kelima komoditi tersebut, padahal hal tersebut diperlukan untuk menganalisis apakah skala usaha jenis-jenis sayuran tersebut layak ditingkatkan atau tidak. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rencana peningkatan skala usaha terhadap kelima komoditi tersebut layak untuk dijalankan bila dilihat dari analisis pendapatan usahatani dan analisis R-C rasio. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komoditi wortel, bayam hijau, dan selada cos layak untuk ditingkatkan skala usahanya karena cukup menguntungkan, sementara caisin dan brokoli perlu dipertimbangkan kembali untuk ditingkatkan skala usahanya karena kurang menguntungkan.

Kata Kunci: Pendapatan usahatani, sayuran organik

ABSTRACT

The high demand of organic vegetables and government’s program concerned in ‘Go Organic’ is an opportunity for the producers to develop organic vegetables in Indonesia, whereas Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) is one of them. Until present, YBSB is not able to fulfill the consumer’s demand of certain organic vegetables, such as carrot, green spinach, caisin, cos lettuce, and broccoli; therefore YBSB plan to increase its bussiness scale to increase the production. YBSB has not been able to calculate the income levels of those vegetables, which is needed to analyze whether the bussiness is feasible to increase or not. Hence the purpose of this research is to analyze the feasibility of YBSB’s plan to increase its bussiness scale through farm income and R-C ratio analysis. The results of this research concluded that the plan to increase the bussiness scale of carrot, green spinach, and cos lettuce is feasible to run because they are profitable, meanwhile YBSB has to consider the plan to increase the bussiness scale of caisin and broccoli because they are less profitable.

(5)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN

ORGANIK PADA YAYASAN BINA SARANA BAKTI

KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

GITTA SESTIKA FERTIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

Nama : Gitta Sestika Fertiana

NIM : H34090063

Disetujui oleh

Dr Ir Suharno, MAdev Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen pembimbing, Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama, dan Ir Narni Farmayanti, MS selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Terima kasih juga disampaikan kepada Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku wali akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. YP. Sudaryanto selaku Direktur Eksekutif Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB), Bapak Thomas Wendorise Rakam selaku Manajer Pendidikan dan Latihan YBSB, Bapak R.M Yoga Purwanto selaku Manajer Pertanian Organis dan Pasar YBSB, Bapak Andreas selaku Kepala Bidang Pasar YBSB, Bapak Mumuh selaku Koordinator Wilayah 2 YBSB, dan Ibu Felicitas, AK selaku Penanggung Jawab Asrama YBSB serta seluruh pihak dari YBSB yang telah membantu selama pengumpulan data dan penelitian.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua tercinta Sigit Sukopriyono dan Eka Trimahdalina, adik tercinta Egy Ramadhan Z serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis selama ini. Terima kasih juga kepada seluruh sahabat (Natasha Christdavina, Chairun Nisa, Intan Mega P, Fadhila A, Faathira Ajeng P, Intan Wiyanti, Khonsa Tsabita, Susanti, Tursina Andita P, Kukuh Prakoso, Muhammad Yunus, Haris Fathori A, Riadi Antasa) dan teman-teman, khususnya keluarga besar Agribisnis 46 dan HIPMA atas segala doa, bantuan, dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Definisi Pertanian Organik 6

Gambaran Umum Sayuran 7

Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik 15

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Pemikiran Teoritis 15

Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Pengolahan dan Analisis Data 23

GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA SARANA BAKTI 26

Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Yayasan Bina Sarana Bakti 26 Manajemen dan Struktur Organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti 27

Deskripsi Sumberdaya Yayasan Bina Sarana Bakti 29

Permodalan dan Fasilitas Produksi Yayasan Bina Sarana Bakti 32 Pola Tanam Usahatani Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bakti 33 Sistem Pemasaran Sayuran Organik Yayasan Bina Sarana Bakti 36

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN ORGANIK 37

Keragaan Usahatani Sayuran Organik 37

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik 70

SIMPULAN DAN SARAN 81

Simpulan 81

Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 82

(10)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku periode tahun

2007-2010 2

2 Permintaan dan Produksi Beberapa Sayuran Organik di Yayasan Bina

Sarana Bakti Tahun 2012 4

3 Kandungan wortel per 100 gram berdasarkan DKBM 9

4 Kandungan bayam per 100 gram berdasarkan DKBM 11

5 Kandungan caisin per 100 gram berdasarkan DKBM 12

6 Kandungan selada per 100 gram berdasarkan DKBM 13

7 Kandungan brokoli per 100 gram 14

8 Komponen analisis pendapatan usahatani 25

9 Jumlah Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti Berdasarkan Jenis

Kelamin Tahun 2012 30

10 Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti

Tahun 2012 30

11 Jumlah Tenaga Kerja di Yayasan Bina Sarana Bakti Berdasarkan

Golongan Umur Tahun 2012 31

12 Penerimaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli

per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012 71

13 Komponen biaya usahatani wortel per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana

Bakti tahun 2012 72

14 Komponen biaya usahatani bayam hijau per 1000 m2 di Yayasan Bina

Sarana Bakti tahun 2012 74

15 Komponen biaya usahatani caisin per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana

Bakti tahun 2012 75

16 Komponen biaya usahatani selada cos per 1000 m2 di Yayasan Bina

Sarana Bakti tahun 2012 76

17 Komponen biaya usahatani brokoli per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana

Bakti tahun 2012 77

18 Penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C pada wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli per 1000 m2 di Yayasan Bina Sarana Bakti

tahun 2012 79

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi produsen sayuran organik di Indonesia tahun 2010 3

2 Kerangka pemikiran operasional 21

3 Bagan struktur organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti 28

4 Gambar ukuran bedengan sayuran organik di Yayasan Bina Sarana 34 5 Pola tanam sayuran organik di Yayasan Bina Sarana Bakti 36

6 Benih wortel varietas lokal YBSB 38

7 (a) Rincian gambar bambu (b) foto pemakaian naungan di YBSB 41

8 Benih caisin varietas lokal YBSB 43

(11)

10 (a) Benih brokoli varietas Royal Green tampak depan (b) Benih brokoli

varietas Royal Green tampak belakang 48

11 Gambar beberapa pola jarak tanam wortel 52

12 Proses penaburan benih wortel sepanjang alur 52

13 Wortel grade B 54

14 Proses pencucian wortel menggunakan air jernih yang mengalir 55

15 Wortel grade A yang sudah dikemas 56

16 Gambar beberapa pola jarak tanam bayam hijau 57

17 Bayam hijau grade A yang sudah dikemas 59

18 (a) Alat cetak soil block (b) proses pencetakan media tanam menggunakan

alat cetak soil block 61

19 Gambar beberapa pola tanam caisin 62

20 Gambar beberapa pola tanam selada cos 65

21 Selada cos grade A yang sudah dikemas 67

22 Gambar beberapa pola tanam brokoli 68

23 Brokoli grade A yang sudah dikemas 70

DAFTAR LAMPIRAN

1 Permintaan dan Produksi 25 sayuran organik di Yayasan Bina Sarana

Bakti tahun 2012 84

2 Analisis pendapatan usahatani dan R/C wortel per 1000 m2

diYayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012 86

3 Analisis pendapatan usahatani dan R/C bayam hijau per 1000 m2

di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012 87

4 Analisis pendapatan usahatani dan R/C caisin per 1000 m2

di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012 88

5 Analisis pendapatan usahatani dan R/C selada cos per 1000 m2

di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012 89

6 Analisis pendapatan usahatani dan R/C brokoli per 1000 m2

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru dalam pola hidup masyarakat. Perkembangan zaman menuntut pola hidup masyarakat untuk semakin peduli terhadap keamanan dan kesehatan pangan. Masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian, sehingga masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan1. Gaya hidup masyarakat yang mengutamakan kesehatan dan keamanan pangan salah satunya dibuktikan dengan memilih bahan pangan yang memiliki residu kimia kecil bahkan produk yang alami. Pertanian organik adalah salah satu jawaban tepat dalam pangan yang sehat dan aman karena secara prinsip pertanian pertanian organik merupakan pertanian yang sistem budidayanya tidak menggunakan input berbahan kimia sintetik seperti pupuk, pestisida, serta zat penumbuh lainnya (Pracaya 2012). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Mayrowani 2012).

Studi yang dilakukan Willer (2010) yang diacu dalam Mayrowani (2012) menyatakan peningkatan yang cukup pesat juga dapat dilihat pada luasan lahan pertanian organik di dunia selama kurun waktu 10 tahun (1999-2009). Pada tahun 1999, luas lahan pertanian organik hanya 11 juta ha dan meningkat kurang lebih tiga kali lipat selama kurun waktu 10 tahun yakni menjadi 37.2 juta ha. Disamping itu, berdasarkan data International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM) (2009) yang diacu dalam Mayrowani (2012), diperkirakan perdagangan produk organik dunia telah mencapai USD $46.1 milyar pada tahun 2007 dan diramalkan akan semakin pesat di masa depan dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 20% per tahun (Deptan 2007).

Peningkatan permintaan akan produk pangan organik dunia tersebut ditangkap sebagai sebuah peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan pertanian organik. Hal tersebut menjadi dasar diberlakukannya Program Pertanian Organik dengan visi Go Organic 2010 oleh Departemen Pertanian (Deptan 2007). Berdasarkan Road Map Pengembangan Pertanian Organik yang disusun oleh Departemen Pertanian (2007), tujuan dari program Go Organic 2010 adalah selain untuk menghasilkan pangan aman dan berkualitas baik, meningkatkan pendapatan petani karena adanya pemanfaatan sumberdaya lokal dan nilai tambah produk, serta menjaga produktivitas sumberdaya pertanian yang berkelanjutan dan terhindar dari pencemaran terhadap lingkungan hidup, program Go Organic 2010 juga diberlakukan dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan dan pertanian organik di pasar komoditas pertanian organik dunia karena permintaan dunia yang cenderung meningkat terhadap produk pertanian organik.

Tren positif kegiatan pertanian organik di tingkat nasional dapat dilihat dari peningkatan luas areal pertanian organik di Indonesia. Pada tahun 2011, Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang merupakan anggota dari IFOAM menyatakan

1

(14)

bahwa luas area pertanian organik Indonesia tahun 2010 adalah 238 872.24 ha. Luasan tersebut mengalami peningkatan sebesar 10% dari tahun 2009, dimana pada tahun 2009 luas area pertanian organik Indonesia sebesar 214 985 ha. Selain itu di Indonesia permintaan akan produk pertanian organik tumbuh sangat pesat. Pada tahun 2006, pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan ini setara dengan US$5-6 juta atau sekitar Rp45-46 miliar.

Produk pertanian organik yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah sayuran, buah-buahan, beras, dan telur. Hasil survei yang dilakukan AOI pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pasar hasil pertanian organik didominasi oleh sayuran dan berdasarkan hasil survei yang dilakukan AOI tahun 2010 sayuran merupakan produk utama yang paling banyak dikembangkan dan menjadi primadona untuk produk organik yang biasa dikonsumsi. Di sisi lain sayuran merupakan kelompok komoditas hortikultura yang menyumbangkan presentase PDB kedua terbesar setelah kelompok komoditi buah-buahan. Berikut adalah data nilai PDB hortikultura tahun 2007-2010 pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDBa hortikultura berdasarkan harga berlaku periode tahun 2007-

Tabel 1 menunjukkan bahwa sayuran menghasilkan PDB terbesar kedua setelah buah-buahan, selain itu terjadi peningkatan tiap tahunnya dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa sayuran merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan 2010 yang diacu dalam Wiyanti (2013), jumlah konsumsi sayuran pada tahun 2005 sebesar 139.13 gram/kap/hari, tahun 2006 139.96 gram/kap/hari, tahun 2007 sebesar 158.26 gram/kap/hari, tahun 2008 sebesar 154.3 gram/kap/hari, dan tahun 2009 sebesar 136.29 gram/kap/hari. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya peningkatan jumlah konsumsi sayuran (gram/kapita/hari), meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan dari tahun 2008 namun secara garis besar memiliki kecenderungan meningkat dengan laju pertumbuhan konsumsi sebesar 0.59 persen dari 2005 sampai dengan 2009.

(15)

pemerintah mengenai Go Organic 2010 tersebut menjadikan komoditi sayuran organik berpeluang untuk dikembangkan oleh produsen sayuran di Indonesia.

Perumusan Masalah

Peluang akan pertumbuhan pertanian organik, pertumbuhan konsumsi sayuran, serta program pemerintah mengenai Go Organic 2010 dimanfaatkan oleh produsen sayuran untuk berbisnis sayuran organik, sehingga saat ini semakin banyak produsen sayuran organik bermunculan.

Gambar 1 Lokasi produsen sayuran organik di Indonesia tahun 2010a a

Sumber: Aliansi Organis Indonesia (2010)

Berdasarkan Gambar 1, produsen sayuran organik di Indonesia tersebar di beberapa provinsi diantaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan lainnya. Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak mengusahakan sayuran organik dibandingkan dengan provinsi lainnya. Berdasarkan data Statistik Pertanian Organik Indonesia 2010 (AOI 2010), produsen sayuran organik di Jawa Barat berjumlah 43 produsen. Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang paling banyak mengusahan sayuran organik, yaitu berjumlah 27 produsen (AOI 2010).

Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) merupakan salah satu produsen sayuran organik yang ada di Kabupaten Bogor dan juga sebagai salah satu pionir pengembangan pertanian organik di Indonesia. YBSB mengusahakan kurang lebih sebanyak 60 komoditi sayuran organik pada tahun 2012, namun komoditi yang diutamakan dan memiliki permintaan yang cukup tinggi berjumlah 25 komoditi (Lampiran 1). Dari 25 komoditi sayuran yang diutamakan tersebut, terdapat 5 komoditi sayuran yang memiliki permintaan paling tinggi dan diunggulkan oleh YBSB. Kelima komoditi tersebut yaitu wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli. Permintaan yang tinggi tersebut dapat dilihat dari tingginya selisih antara pemintaan dengan produksi yang ditawarkan. Permintaan dan produksi kelima komoditi sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

68% 13%

5% 5%

9%

Jawa Barat

Jawa Timur

Jawa Tengah

Sumatera Barat

(16)

Tabel 2 Permintaan dan produksi wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012a

Permintaan

Komoditib

Wortel Bayam

Hijau Caisin Selada Cos Brokoli

Januari 2 024.0 510.0 520.0 398.0 558.0

Sumber : Diolah dari data Yayasan Bina Sarana Bakti (2012); bKomoditi (Kg)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa permintaan wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli sangat tinggi sementara produksinya sangat rendah. YBSB belum mampu memenuhi permintaan kelima sayuran organik tersebut setiap bulannya. Kenyataan tersebut membuat YBSB berkeinginan untuk meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi permintaan yaitu dengan cara meningkatkan skala usaha atau menambah luasan lahan budidaya. Rencana penambahan luasan lahan budidaya tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa YBSB memiliki lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan skala usahanya.

(17)

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah penelitian yang terkait dengan analisis pendapatan usahatani sayuran organik di Yayasan Bina Sarana Bakti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keragaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti?

2. Berapa besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti?

3. Apakah rencana peningkatan skala usaha pada wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli layak untuk dijalankan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui keragaan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti

2. Mengetahui besarnya tingkat pendapatan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti

3. Mengetahui rencana peningkatan skala usaha pada wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli layak atau tidak layak untuk dijalankan

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Bagi Yayasan Bina Sarana Bakti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat tentang kegiatan usahatani yang telah dilakukan sehingga menghasilkan pertimbangan keputusan yang bijaksana dan tepat dalam rangka meningkatkan produksi dan keuntungan. Bagi pembaca diharapkan dapat menambah wawasan tentang sayuran organik serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Manfaat bagi peneliti yaitu mengetahui perkembangan pertanian organik, serta sebagai implementasi ilmu usahatani yang telah didapatkan dibangku kuliah untuk menganalisis permasalahan yang ada.

Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:

1. Komoditi yang dikaji adalah lima jenis sayuran organik yang ditanam oleh Yayasan Bina Sarana Bakti dan memiliki permintaan tertinggi dibandingkan jenis sayuran organik lainnya.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pertanian Organik

Pertanian organik memiliki definisi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Definisi menurut regulasi pertanian organik adalah proses budidaya yang tata caranya sesuai dengan prosedur standar produksi organik yang telah disahkan oleh pihak-pihak yang mendapat otoritas sertifikasi resmi baik di tingkat nasional ataupun internasional tentang pertanian organik yang tertuang dalam

Codex Alimentarius Guidlines for The Production, Processing, Labelling and Marketing of Organically Produced Foods (Saragih 2008). Di Indonesia yang disebut dengan pertanian organik ditetapkan dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) melalui BSN SNI 6729:2010.

BSN SNI 6729-2010 merupakan hasil revisi yang menggantikan SNI sebelumnya yaitu BSN SNI 01-6729-2002. Menurut BSN (2010) pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan atau lokasi setempat. Hal tersebut dapat dicapai dengan menggunakan (bila memungkinkan) cara-cara kultural, metode biologis dan mekanis yang merupakan kebalikan dari penggunaan bahan-bahan sintetik untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.

(19)

melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Para pelaku pertanian organik harus melakukan efisiensi dan produktifitas tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraan. Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya dan menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program, dan standar-standar IFOAM. Prinsip-prinsip tersebut harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip etis yang mengilhami tindakan2.

Definisi pertanian organik berdasarkan filosofis bahwa pertanian organik merupakan jalan harmonisasi. Pertanian organik didefinisikan dari arti kata “organ” (Inggris), “organo” atau “ergon” (Yunani) yang berarti instrument atau alat untuk menyelesaikan sesuatu atau “kerja yang menghasilkan kenyataan”. Dalam pengertian ini, organ-organlah yang memungkinkan organisme bisa hidup dan organisme yang hidup itulah yang mampu memelihara organ-organnya. Hubungan antara organ dan organisme inilah yang disebut dengan organis. Organis diartikan sebagai kerjasama yang saling mendukung, melengkapi, dan saling menguntungkan sehingga setiap tindakan organis bersifat membangun bukan merusak3. Dalam bahasa Indonesia organ adalah bagian tubuh yang bekerja saling berhubungan dalam satu tubuh dan bekerja menghasilkan kerja yang harmoni. Oleh sebab itu filosofi organik adalah alat untuk mengharmonisasikan kerja semua komponen ekologis. Pertanian organik juga dapat didefinisikan sebagai alat perjuangan mengembalikan keseimbangan hayati dengan melawan sistem pertanian intensif penggunaan kimia sintetik yang merusak keseimbangan lingkungan (Saragih 2008).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang tetap menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus lainnya serta menyediakan produk-produk pertanian yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen dengan mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis.

Gambaran Umum Sayuran

(20)

karena itu sebelum dikonsumsi terlebih dahulu harus dicuci agar terbebas dari kontaminasi tanah (Supriati dan Herliana 2011).

Berdasarkan tempat tumbuhnya, tanaman sayuran dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tanaman sayuran dataran tinggi dan tanaman sayuran dataran rendah (Setiawan 1995). Tanaman sayuran dataran tinggi lebih banyak jumlahnya dibandingkan tanaman sayuran dataran rendah sebab sebagian besar tanaman sayuran memerlukan daerah yang bersuhu dingin. Tanaman sayuran dataran tinggi memerlukan suhu lingkungan pertumbuhan yang rendah (dingin) (Setiawan 1995).

Wortel (Daucus carrota L.)

Wortel merupakan tanaman sayuran yang termasuk ke dalam jenis tanaman semak, dan dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman ini berupa rumput yang menyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi didalam tanah. Wortel memiliki batang yang pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Bagian umbi yang berwarna kemerah-merahan inilah yang dikonsumsi (Setiawan 1995). Tanaman wortel memiliki daun majemuk bergaris-garis (lanset) dengan empat sampai tujuh tangkai daun yang berukuran panjang. Tanaman wortel memiliki tangkai daun yang agak tebal dan kaku namun permukaan daunnya halus. Bagian batang wortel sangat kecil sehingga kadang hampir tidak terlihat. Batang wortel biasanya memiliki diameter 1 cm sampai 1,5 cm, memiliki tekstur yang keras dan bulat serta tidak berkayu. Batang wortel juga tidak bercabang tetapi ditumbuhi tangkai daun sehingga seolah-olah terlihat mempunyai cabang. Klasifikasi ilmiah wortel adalah sebagai berikut4 :

Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji) Sub Divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah)

Kelas : Dicotyledon

Ordo : Umbelliferales

Family : Umbelliferae

Genus : Daucus

Species : Daucus carota L

Berdasarkan bentuk umbinya, tanaman wortel terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe imperator, tipe chantenay, dan tipe nantes (Supriati dan Herliana 2011). Wortel tipe imperator memiliki umbi yang berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing seperti kerucut. Wortel dengan tipe ini biasanya pada bagian umbi tumbuh akar serabut. Wortel tipe chantenay memiliki bentuk yang bulat panjang dan memiliki ujung yang tumpul. Pada wortel tipe ini biasanya tidak tumbuh akar serabut pada umbinya. Wortel tipe nantes merupakan peralihan dari kedua tipe tersebut (Supriati dan Herliana 2011).

Wortel merupakan tanaman subtropis yang memerlukan suhu dingin (22-24o C), lembab, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia, kondisi seperti ini biasanya terdapat didaerah berketinggian antara 1.200-1.500 m dpl. Wortel dianjurkan untuk ditanam pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus dengan pH antara 5,5-6,5 (Supriati dan Herliana 2011).

4

(21)

Wortel sudah lama dikenal sebagai sayuran yang banyak mengandung vitamin A. Hal tersebut dikarenakan kandungan karoten (provitamin A) wortel sebagai bahan pembentuk vitamin A sangat tinggi (Setiawan 1995). Berdasarkan DKBM5 kandungan wortel dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan wortel per 100 gram berdasarkan DKBMa

Kandungan Jumlah Satuan

Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi antikanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa, dan maltosa), mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium, mangan, sulfur, tembaga, kromium, glutation), vitamin (A, B1, B6, C, E, dan K), pektin, biotin, asam folat, carotenoids (beta karoten, alpha karoten, lutein, likopen), phytofluene, umbeliferone, caffeic acid, chlorogenic acid, crallic acid, luteolin-7-glucoside,

pyrrolidine, serta asparagine (Dalimartha dan Adrian 2011).

Sebuah wortel ukuran sedang mengandung sekitar 15 000 IU beta karoten. Beta karoten merupakan antioksidan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung, mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker, mencegah teroksidasinya asam lemak tidak jenuh ganda, menjaga kesehatan kulit, menghambat proses penuaan, serta memperbaiki ketajaman penglihatan yang kurang pada malam hari (buta senja) (Dalimartha dan Adrian 2011).

Bayam (Amaranthus hybridus)

Bayam merupakan tanaman annual (semusim) yang berasal dari daerah Amerika Tropis. Tanaman ini memiliki batang utama yang tegak dengan beberapa cabang lateral membentuk semak. Tinggi tanaman bayam dapat mencapai 150 cm. Bayam memiliki batang yang berair dan kurang berkayu serta berwarna hijau dan ada pula yang berwarna kemerahan. Daun tanaman bayam bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau keputihan. Bunga bayam berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan. Biji bayam berukuran kecil dan berwarna hitam. Bayam yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi sebagai

5

(22)

sayuran dikenal dengan bayam cabut dan bayam petik. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter), sementara daun bayam cabut berukuran lebih kecil dan ditanam untuk waktu singkat yaitu paling lama 25 hari. Bayam petik biasanya berasal dari jenis A. hybridus (bayam kakap) dan bayam cabut terutama diambil dari A. tricolor. Bayam A. tricolor memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih-putihan, dan memiliki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Jenis-jenis lainnya yang juga dimanfaatkan adalah A. spinosus (bayam duri) dan A. blitum (bayam kotok) (Supriati dan Herliana 2011). Klasifikasi ilmiah bayam adalah sebagai berikut6:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida(berkeping dua/dikotil)

Ordo : Caryophyllales

Family : Amaranthaceae(suku bayam-bayaman)

Genus : Amaranthus

Species : Amaranthus hybridus L.

Meskipun tanaman bayam lebih banyak ditanam didataran tinggi, tetapi bayam mempunyai kemampuan hidup hampir di setiap tempat baik di dataran rendah maupun tinggi. Bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur. Derajat keasaman (pH) yang diinginkan tanaman ini berkisar antara 6-7. Pada tanah yang memiliki pH diatas atau dibawah kisaran tersebut, bayam akan tumbuh kurang baik, tidak subur atau mudah terserang penyakit. Tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan 1.500 mm per tahun. Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam menjadi kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari penuh. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16-20 derajat Celcius. Kelembapan udara yang cocok antara 40-60 persen. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah yang kandungan haranya terpenuhi (Setiawan 1995).

Bayam sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman sayuran yang mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut (Setiawan 1995). Bayam mengandung protein (asam amino lisin dan methionine), lemak, karbohidrat, serat, mineral (kalsium, kalium, magnesium, mangan, fosfor, besi, dan zink), vitamin (A, B1, B2, dan C), karoten, niasin, folat, amarantin, rutin, purin, tanin, dan asam oksalat. Pigmen pada bayam hijau kaya akan klorofil yang termasuk dalam golongan flavonoid. Klorofil berkhasiat antioksidan yang berfungsi menetralkan gangguan radikal bebas sehingga mencegah DNA sel bermutasi menjadi ganas. Klorofil juga berkhasiat mempercepat penyembuhan luka. Secara umum, bayam dapat meningkatkan kerja ginjal dan fungsi hati serta baik untuk pencernaan. Kandungan protein bayam yang tinggi dan adanya kandungan gizi penting lainnya akan memperkuat sistem imun dan merupakan sumber energi (Dalimartha dan Adrian 2011). Berdasarkan DKBM5 kandungan bayam dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 4.

6

(23)

Tabel 4 Kandungan bayam per 100 gram berdasarkan DKBMa

Caisin termasuk ke dalam famili Cruciferae yang merupakan tanaman semusim berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Batang caisin pendek, lebih langsing daripada tanaman petsai. Caisin memiliki akar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Bunga caisin mirip dengan petsai, tetapi rangkaian tandannya lebih pendek. Kuntum bunga caisin berukuran kecil dengan warna kuning pucat spesifik. Biji caisin berukuran kecil dan berwarna hitam kecoklatan. Biji terdapat dalam kedua sisi dinding sekat polong yang gemuk (Supriati dan Herliana 2011). Klasifikasi ilmiah caisin adalah sebagai berikut7:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoedales (Brassicales) Famili : Cruciferae (Brassicaceae) Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea

Caisin sebenarnya bukan tanaman khas dataran tinggi, hal tersebut karena caisin dapat ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 5-1.200 m dpl. Ketinggian tempat yang memberikan pertumbuhan optimal pada tanaman caisin adalah 100-500 m dpl. Namun demikian, umumnya caisin diusahakan di dataran rendah yaitu di pekarangan, di ladang, atau di sawah. Caisin termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan memiliki drainase yang baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang dibutuhkan sekitar 6-7 (Supriati dan Herliana 2011).

7

(24)

Sayuran ini merupakan salah satu sayuran yang sangat digemari oleh banyak orang karena mudah diperoleh dan mudah dijadikan bahan untuk membuat masakan. Berdasarkan DKBM5 kandungan caisin dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan caisin per 100 gram berdasarkan DKBMa

Kandungan Jumlah Satuan

BDD 100.00 %

Energi 20.00 Kal

Protein 1.70 G

Lemak 0.40 G

Karbohidrat 3.40 G

Kalsium 123.00 Mg

Fosfor 40.00 Mg

Besi 1.90 Mg

Vit A 0.00 IU

Vit B1 0.04 Mg

Vit C 3.00 Mg

a

Sumber: diolah dari DKBM5

Caisin sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisin juga dapat digunakan sebagai penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan7.

Selada (Lactuca sativa)

Selada merupakan salah satu tanaman yang biasa ditanam didaerah dingin maupun tropis. Selada daun memiliki daun yang berwarna hijau segar, tetapi ada juga yang berwarna merah. Tepi daun selada bergerigi atau berombak. Daun selada lebih enak jika dikonsumsi dalam keadaan mentah. Varietas selada daun yang baik diantaranya yaitu New York, Imperial, Great Lakes, dan Pennlake (Supriati dan Herliana 2011). Klasifikasi ilmiah selada adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae (Compositae)

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa

(25)

Tanaman selada terbagi menjadi tiga jenis yaitu selada mentega, selada tutup, dan selada potong. Selada mentega atau selada telur (kropsla) memiliki bentuk krop yang bulat, tetapi keropos (lepas). Seleda mentega memiliki rasa yang enak dan lunak sehingga paling banyak digemari untuk dikonsumsi. Keunggulan selada mentega dibandingkan selada jenis lainnya adalah selada mentega tidak mudah rusak sehingga dapat dikirim ke tempat yang jauh. Selada tutup (rangu) memiliki bentuk krop yang bulat, agak padat, dan memiliki rasa yang renyah. Sementara selada potong memiliki krop yang lonjong atau bulat panjang. Memiliki rasa yang enak namun agak liat (Supriati dan Herliana 2011). Berdasarkan DKBM5 kandungan selada dengan bobot 100 gram dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kandungan selada per 100 gram berdasarkan DKBMa

Kandungan Jumlah Satuan kaya akan garam mineral dengan unsur-unsur alkali yang sangat mendominasi. Selada berdaun kaya akan lutein dan beta karoten serta juga memasok vitamin C dan K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. Vitamin K berfungsi membantu pembekuan darah. Meskipun semua varietas selada memiliki kalori rendah, namun memiliki kandungan gizi yang berbeda. Selada Romain (Cos) yang memiliki nutrisi paling padat dan merupakan sumber vitamin A, B1, B2, dan C, asam folat, mangan dan kromium. Sedangkan selada merah memiliki warna merah yang didapatkan dari pigmen yang disebut antosianin. Pigmen ini berfungsi sebagai antioksidan yang menghilangkan radikal bebas yang merusak sel8.

Brokoli (Brassica oleraceae L. Kelompok Italica)

Brokoli merupakan tanaman yang hidup pada cuaca dingin. Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti cabang pohon dengan tangkainya yang berdaging tebal. Sebagian besar kepala bunga dikelilingi dedaunan. Brokoli mirip dengan kembang kol, namun brokoli

8

(26)

berwarna hijau sedangkan kembang kol berwarna putih (Setiawan, 1995). Klasifikasi ilmiah brokoli adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea Var Italica

Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini adalah daerah yang terletak pada ketinggian 1.000-2.000 m dpl. Sedangkan tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah liat berpasir serta banyak mengandung bahan organik. Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 1.000-1.500 cm per tahun. Curah hujan ini harus merata sepanjang tahun. Pada umumnya, brokoli menyukai iklim yang dingin atau sejuk, namun ada beberapa varietas yang tahan pada iklim panas meskipun kuntum bunganya akan membuka lebih awal dibandingkan varietas yang ditanam didaerah beriklim sejuk (Setiawan, 1995).

Brokoli merupakan salah satu sayuran yang paling bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung gizi yang lengkap. Sayuran ini menawarkan berbagai manfaat bagi kesehatan seperti meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan mencegah kanker. Kandungan gizi yang yang terdapat pada 100 gram brokoli dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan brokoli per 100 gram

Kandungan Jumlah Satuan

Energi 34.00 Kkal

Protein 2.82 G

Lemak 0.37 G

Karbohidrat 6.64 G

Kalium 316.00 Mg

Kolesterol 0.00 Mg

Serat 2.60 G

Gula 1.70 G

Sodium 33.00 Mg

Dengan kandungan gizi brokoli tersebut, brokoli mempunyai khasiat anti kanker, antioksidan, antistres, dan meningkatkan ketersediaan energi. Kandungan sulforaphane pada brokoli juga efektif membantu tubuh melenyapkan

(27)

Kajian Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik

Tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mendapatkan keuntungan dari penjualan hasil produksi, hal tersebut juga dilakukan dalam kegiatan bisnis pada subsektor agribisnis atau usahatani. Salah satu yang menjadi ukuran keberhasilan suatu usahatani adalah pendapatan usahatani yang pada umumnya digunakan untuk mempresentasikan kesejahteraan petani dari usaha yang dijalankan.

Penelitaan Wahyuni (2007) menghitung analisis usahatani beberapa sayuran organik yaitu wortel, bayam hijau, brokoli, dan caisin di Mega Surya Organic Kecamatan Mega Mendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani keempat sayuran organik tersebut menguntungkan berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio atas biaya total. R-C rasio atas biaya tunai wortel sebesar 3.98, bayam hijau sebesar 3.32, brokoli sebesar 3.52, dan caisin sebesar 3.28. Sedangkan R-C rasio atas biaya total wortel sebesar 1.69, caisin sebesar 2.39, brokoli sebesar 1.09, dan bayam hijau sebesar 1.49.

Penelitian Yanti (2007) dilakukan dengan menganalis usahatani sayuran bayam dan selada keriting di Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio atas biaya total, kedua komoditi tersebut cukup menguntungkan untuk diusahakan. R-C rasio atas biaya tunai bayam sebesar 1.01 dan selada keriting sebesar 1.05, sedangkan R-C rasio atas biaya total sebesar bayam sebesar 1.01, dan selada keriting sebesar 1.04.

Pertiwi (2008) menghitung analisis usahatani sayuran organik terhadap komoditi brokoli di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima komoditi tersebut menguntungkan berdasarkan hasil analisis R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio atas biaya total. R-C rasio atas biaya tunai maupun R-C rasio atas biaya total brokoli sebesar 4.95 dan 1.30.

Sejumlah penelitian tentang analisis pendapatan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memiliki kesamaan yaitu menganalisis sayuran organik pada perusahaan, namun memiliki perbedaan dalam memilih lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, Wahyuni (2007), dan Yanti (2007) sama-sama dilakukan di Kabupaten Bogor namun pada kecamatan yang berbeda, sedangkan penelitian yang dilakukan Pertiwi (2008) dilakukan di Kabupaten Cianjur.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengertian Usahatani

(28)

manfaat yang sebaik-baiknya. Menurut Hernanto (1996) ilmu ini mempelajari hal ikhwal intern usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan, dan penjualan, perihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi dalam keseluruhan organisasi. Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Suratiyah (2006) selain untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, ilmu usahatani juga mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien. Dapat disimpulkan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengkoordinir dan mengkombinasikan semua sumber daya yang memiliki dengan efisien serta pengambilan keputusan yang tepat agar memperoleh hasil dan keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu.

Soeharjo (1978) dalam Hernanto (1996) mengklasifikasikan usahatani tanaman pangan berdasarkan lima hal dibawah ini yaitu :

1. Pola Usahatani

Klasifikasi menurut pola usahatani pada dasarnya menggolongkan usahatani berdasarkan macam lahannya. Pola pokok usahatani tani terdiri dari dua, yaitu pola usahatani lahan basah atau sawah dan pola usahatani lahan kering. 2. Tipe Usahatani

Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan kepada macam dan atau cara penyusunan tanaman yang diusahakan. Beberapa tipe usahatani yang telah dikenal antaranya usahatani padi, usahatani palawija, usahatani khusus, usahatani tidak khusus, usahatani campuran, dan usahatani tanaman ganda (multiple cropping).

3. Struktur Usahatani

Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan yang dapat dilakukan secara khusus, tidak khusus, dan campuran. Struktur khusus yaitu ketika pengelola usahatani selalu mengusahakan satu macam komoditi sebagai pilihan usaha. Struktur usahatani tidak khusus dimaksudkan jika yang diusahakan tidak tetap, sedangkan struktur usahatani campuran dimaksudkan kepada pilihan yang lebih dari satu jenis komoditi.

4. Corak Usahatani

Corak usahatani dibagi menjadi dua, yaitu komersial dan subsisten. Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sehingga lebih tanggap dan dinamis menerima setiap masukan yang rasional dan dapat digunakan. Sedangkan subsisten hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehingga cenderung sulit mengikuti masukan dan inovasi baru.

(29)

sehingga peranan tenaga kerja keluarga sangatlah menentukan. Faktor modal dan peralatan membuat faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Faktor manajemen mengatur penggunaan faktor-faktor produksi tersebut agar dapat bersinergi dengan baik sehingga mencapai tujuan usahatani. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja, dan petani merupakan pihak yang berperan sebagai manajer. Untuk meraih keberhasilan usahatani sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahatani, permasalahan, serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman petani yang memadai sangat diperlukan dan sangat menentukan keberhasilan usahataninya.

Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya serta mendapatkan keuntungan (Suratiyah 2009) oleh karena itu perlu diketahui komponen penerimaan, biaya, serta pendapatan usahatani yang dijalankan. Menurut Soekartawi (1995) analisis terhadap komponen penerimaan, biaya, dan pendapatan disebut analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Rumus umum cashflow analysis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pendapatan = Penerimaan - Biaya

Struktur Penerimaan Usahatani

Hernanto (1996) menyatakan penerimaan usahatani merupakan penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi. Sedangkan Soekartawi (1995) mendefinisikan penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

TRi = Yi . Pyi Keterangan : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Namun bila macam tanaman yang diusahakan lebih dari satu komoditi dalam satu lahan, maka perhitungan penerimaan usahatani menjadi berbeda. Perhitungan penerimaan usahatani menjadi sebagai berikut:

(30)

Oleh karena itu menurut Soekartawi (1995) dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis keseluruhan usahatani. Dalam menghitung penerimaan usahatani, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Penghitungan produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian dapat dipanen secara serentak, terdapat beberapa komoditi yang dapat dipanen beberapa kali.

2. Penghitungan penerimaan, karena produksi mungkin dijual beberapa kali dan mungkin dijual dengan harga yang berbeda-beda sehingga diperlukan data mengenai frekuensi penjualan dan harga jual pada masing-masing penjualan tersebut.

3. Teknik wawancara harus baik, hal tersebut diperlukan untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Pada umumnya data yang digunakan adalah data tahun terakhir dengan maksud memudahkan perhitungan yang akan dilakukan.

Struktur Biaya Usahatani

Biaya usahatani umumnya diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dikeluarkan banyak atau sedikit, sehingga besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi 1995). Cara menghitung biaya tetap adalah sebagai berikut:

Keterangan: FC = biaya tetap

Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap Pxi = harga input

n = macam input

Rumus tersebut juga dapat digunakan untuk melakukan perhitungan biaya variabel. Karena total biaya (TC) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC) maka perhitungan biaya usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

(31)

Struktur Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani didefinisikan Soekartawi (1995) sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani didapatkan setelah mengetahui hasil analisis terhadap komponen penerimaan dan biaya yang kemudian dikurangkan, sehingga pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC Keterangan: Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan TC = total biaya

Analisis R/C

Salah satu ukuran efisiensi pendapatan usahatani adalah nilai rasio imbangan penerimaan dan biaya (Rasio R-C). Menurut Soekartawi (2002), R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R-C menunjukkan berapa satuan mata uang penerimaan yang dihasilkan setiap satu satuan mata uang yang digunakan untuk biaya produksi dalam usahatani. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio R-C berarti semakin besar penerimaan yang dihasilkan setiap satu satuan pengeluaran sehingga semakin efisien. Rasio R-C yang dihitung dalam analisis usahatani terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya riil yang dikeluarkan petani, sedangkan R/C atas biaya total adalah perbandingan antara penerimaan total dengan semua pengeluaran termasuk tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan, dsb (Soekartawi 2002). Analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani dirumuskan sebagai berikut (Dillon et al, 1986) :

R/C atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C atas biaya total = TR / TC

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu unit rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Apabila nilai R/C > 1 maka usahatani menghasilkan keuntungan, nilai R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas, dan nilai R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan (Soekartawi 2002).

Kerangka Pemikiran Operasional

(32)

konsumen yang menjadi semakin peduli terhadap keamanan dan kesehatan pangan serta lingkungan, membuat permintaan konsumen akan produk pangan organik semakin meningkat. Salah satu produk pangan organik yang banyak diinginkan konsumen adalah sayuran organik, sehingga peningkatan permintaan konsumen akan produk pangan organik juga membuat permintaan sayuran organik menjadi tinggi.

Adanya peluang akan pertumbuhan pertanian organik, pertumbuhan konsumsi sayuran, serta program pemerintah mengenai Go Organic 2010 tersebut menjadikan komoditi sayuran organik berpeluang untuk dikembangkan oleh produsen sayuran di Indonesia. Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) merupakan salah satu produsen sayuran organik yang berada di Kabupaten Bogor dan merupakan pionir pengembangan pertanian organik di Indonesia. Sayuran organik yang menjadi unggulan di YBSB adalah wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli. Kelima komoditi tersebut menjadi unggulan karena memiliki permintaan tertinggi di YBSB. Selama ini YBSB belum mampu memenuhi permintaan akan kelima komoditi sayuran tersebut. Hal ini membuat YBSB berkeinginan untuk meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi permintaan dengan meningkatkan skala usaha atau menambah luasan lahan budidayanya. Rencana penambahan luasan lahan budidaya dilakukan dengan pertimbangan bahwa YBSB memiliki lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk ditanami kelima komoditi tersebut untuk dapat meningkatkan produksinya.

(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bina Sarana Bakti yang berlokasi di Kampung Sampay, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis Biaya Usahatani

Rekomendasi

1. Permintaan konsumen terhadap wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli sangat tinggi dan YBSB belum mampu memenuhi permintaan.

2. YBSB memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi dengan menambah luas lahan budidaya

1. Seberapa besar tingkat pendapatan wortel, bayam hijau, caysin, selada cos, dan brokoli

2. Apakah rencana peningkatan skala usaha wortel, bayam hijau, caysin, selada cos, dan brokoli layak untuk dijalankan

Analisis Penerimaan Usahatani

(34)

bahwa Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) adalah salah satu perusahaan agribisnis yang menghasilkan komoditi pertanian dengan sistem pertanian organik di Kabupaten Bogor dan juga sebagai perintis pertanian organik di Indonesia. Penelitian ini dimulai pada Maret 2013 sampai dengan bulan April 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan YBSB untuk mengetahui profil dan perkembangan usaha YBSB, struktur organisasi dan manajemen perusahaan, sumberdaya perusahaan, dan kegiatan operasional yang meliputi proses produksi, pola tanam yang diterapkan, proses pasca panen serta kegiatan pemasaran sayuran.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari YBSB meliputi luas lahan yang diusahakanpada tahun 2012, jumlah produksi yang diperoleh pada tahun 2012, jumlah produksi yang dijual pada tahun 2012, harga jual sayuran yang berlaku pada tahun 2012, permintaan sayuran pada tahun 2012, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat diketahui keuntungan usahatani dari masing-masing komoditi yang diteliti. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari artikel yang berasal dari media elektronik (internet), Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Badan Standardisasi Nasional (BSN), Komite Akreditasi Nasional (KAN), Badan Ketahanan Pangan (BKP), Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, dan literatur yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu :

1. Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi dan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen/karyawan YBSB tentang gambaran umum dan pola tanam yang digunakan YBSB.

2. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya sayuran organik yaitu di YBSB. Hal-hal yang diamati adalah proses pembenihan, pembibitan, pengomposan, proses budidaya, hingga kegiatan pasca panen yang dilaksanakan pada saat itu yaitu pada bulan Maret-April 2013.

(35)

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dan informasi yang diperoleh di lapangan selanjutnya dikumpulkan dan diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dan alat hitung kalkulator. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menginterpretasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh. Analisis kualitatif digunakan pada saat mengidentifikasi gambaran umum YBSB dan keragaan usahatani berupa input-input yang digunakan, proses budidaya, output yang dihasilkan serta perlakuan pasca panen. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis usahatani mulai dari penghitungan biaya usahatani, penghitungan penerimaan usahatani, analisis pendapatan usahatani, dan analisis R/C.

Sebelum melakukan analisis terhadap biaya dan penerimaan usahatani, terlebih dahulu data mengenai luas lahan, produksi, dan input-input variabel diolah. Pengolahan data dilakukan pada setiap periode penanaman pada tahun 2012, sehingga pada setiap periode penanaman dapat diketahui luas lahan, produksi dan produktivitas, serta input-input variabel yang digunakan oleh masing-masing komoditi. Setelah diketahui jumlah penggunaan masing-masing input selanjutnya dilakukan analisis biaya, penerimaan, serta R/C usahatani masing-masing komoditi yang diteliti.

Analisis Biaya Usahatani

Analisis biaya usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani wortel, bayam hijau, caysin, selada cos, dan brokoli. Analisis biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu analisis biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya-biaya usahatani sayuran organik di YBSB di identifikasi mulai dari biaya yang dikeluarkan saat budidaya, pasca panen, hingga produk diterima oleh konsumen. Biaya tunai pada usahatani sayuran organik di YBSB antara lain benih dan bibit, pupuk kandang, upah tenaga kerja, plastik kemasan,biaya manajemen, biaya keamanan, pemeliharaan kebun, listrik, dan biaya transportasi. Sedangkan biaya yang diperhitungkan yaitu biaya penyusutan peralatan.

Menurut Suratiyah (2002), perhitungan penyusutan alat-alat pertanian pada dasarnya bertolak pada harga pembelian sampai dengan alat tersebut dapat memberikan manfaat. Nilai penyusutan pada penelitian ini dihitung berdasarkan metode garis lurus sebagai berikut :

Biaya penyusutan = Harga pembelian (Rp) – Nilai sisa (Rp)

(36)

Pengeluaran total (biaya total) merupakan jumlah dari biaya tunai dan biaya variabel biaya diperhitungkan) sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut (Soekartawi 2002) :

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC = Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun) TFC = Biaya tetap usahatani (Rp/tahun) TVC = Biaya variabel usahatani (Rp/tahun)

Analisis Penerimaan Usahatani

Analisis penerimaan usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dalam usahatani sayuran organik. Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, atau dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Y x Py Keterangan:

TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)

Y = Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg/tahun) Py = Harga jual produk y per unit (Rp/Kg)

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli yang dilakukan oleh YBSB. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara semua penerimaan (revenue) dan biaya total, baik biaya total yang bersifat tunai maupun tidak tunai, sehingga dapat diformulasikan secara matematis sebagai berikut :

= TR – TC Keterangan :

Π = Pendapatan atau keuntungan usahatani (Rp/tahun) TR = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun)

TC = Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun)

Analisis R/C

(37)

satu tahun, sedangkan R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan total pengeluaran usahatani. Rumus yang digunakan dalam analisis R/C adalah sebagai berikut :

R/C atas biaya tunai = R/C atas biaya total =

Dalam mengukur tingkat keuntungan usahatani maka terdapat kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C tersebut, yaitu :

 Apabila nilai R/C > 1, maka usahatani menghasilkan keuntungan

 Apabila nilai R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas

 Apabila nilai R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan

Oleh karena itu, nilai R/C > 1 berarti usahatani menguntungkan, karena setiap biaya sebesar Rp 1.00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran organik akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (lebih besar dari Rp 1.00). Sebaliknya, jika nilai R/C < 1 berarti usahatani tidak efisien, karena setiap biaya sebesar Rp 1.00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran organik akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan (lebih kecil dari Rp 1.00). Nilai R/C = 1 menunjukkan usahatani berada dalam titik impas, karena jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran organik akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan.

Tabel 8 Komponen analisis pendapatan usahatani

No. Komponen Perhitungan

A. Penerimaan usahatani Harga x Hasil panen

B. Total penerimaan A

C. Biaya tunai a. Biaya sarana produksi

b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)

c. Biaya Manajemen d. Biaya Keamanan

e. Biaya Pemeliharaan Kebun f. Biaya Listrik

g. Biaya Transportasi h. Plastik Kemasan

D. Biaya yang diperhitungkan a. Penyusutan peralatan

E. Total biaya C+D

F. Pendapatan atas biaya tunai A-C

G. Pendapatan atas biaya total A-E

H. R/C atas biaya tunai A/C

(38)

Berdasarkan Tabel 8, pendapatan usahatani dan nilai R/C diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan (revenue) usahatani dan pengeluaran (cost) usahatani. Perhitungan pendapatan dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara total penerimaan usahatani sayuran organik dan pengeluaran tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Total penerimaan diperoleh dari penerimaan tunai produksi, sedangkan total pengeluaran diperoleh dari penjumlahan antara pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai (yang diperhitungkan).

GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA SARANA BAKTI

Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Yayasan Bina Sarana Bakti

Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) merupakan suatu lembaga berbentuk yayasan yang didirikan oleh Pater Agatho Elsener, OFMCap pada tanggal 7 Mei 1984. Pada mulanya, yayasan ini diharapkan menjadi pusat informasi pembangunan karena pada saat itu Pater Agatho berpendapat bahwa pembangunan yang berjalan di Indonesia arahnya terbalik. Namun karena tema pembangunan dianggap luas dan kurang jelas, maka dipilih pembangunan pertanian khususnya pertanian organis (Natural Farming). Pater Agatho sangat terinspirasi oleh sebuah buku yang dibacanya berjudul “The One Straw Revolution” karya Masanobu Fukuoka. Pikiran utama buku tersebut menjelaskan bahwa “alam sudah bekerja sebagaimana mestinya dan manusia hanya mendukungnya” dan pemikiran tersebut yang mendasari dibuatnya pertanian organis sebagai sarana pembangunan YBSB.

Mulai tahun 1987 seluruh lahan YBSB dimanfaatkan untuk pertanian organik, yang artinya pertanian mengikuti hukum alam, dimana segala bentuk asupan kimia sintetis (pestisida dan pupuk) dihentikan total. Dan sejak saat itu YBSB dikenal sebagai salah satu pionir pengembangan pertanian organis di Indonesia. Dalam kurun waktu 16 tahun YBSB telah mengalami banyak perkembangan, salah satunya yaitu pada bulan September tahun 2000 YBSB memperoleh sertifikasi dari salah satu lembaga sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi dari IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) yaitu NASAA (National Association of Sustainable Agriculture Australia) sebagai salah satu produsen bahan pangan organik dan produknya telah memperoleh label non pesticides and chemical free. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi YBSB karena dengan sertifikasi tersebut, YBSB dapat lebih memperluas usaha dan pasar sayuran organik di Indonesia. Selain telah memperoleh sertifikasi, perkembangan lain yang dialami oleh YBSB yaitu jumlah komoditi sayuran yang diusahakan semakin beragam dan lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi semakin luas.

(39)

23-25oC dan tekanan udara antara 881.1-913.8 mb. Iklim di wilayah YBSB yaitu tropis cenderung basah dengan curah hujan rata-rata 250-400 ml/bulan dan kelembaban antara 83-90%. Alasan pemilihan lokasi ini karena faktor alam yang sangat mendukung untuk kegiatan budidaya organik yakni struktur tanahnya yang gembur dan berdekatan dengan sumber mata air pegunungan, sehingga memudahkan untuk melakukan penyiraman terhadap tanaman. Luas kebun YBSB yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik adalah 4 hektar yang terdiri dari 9 plot lahan penanaman sayuran, 1 plot lahan percobaan tanaman (digunakan untuk penelitian dan pengembangan), 1 plot untuk pembenihan, 1 plot persemaian benih, 1 bangunan untuk proses pematangan pupuk kandang, serta beberapa bangunan seperti kantor bagian pemasaran dan toko sayuran organis milik YBSB. Selain lahan dan bangunan yang disebutkan diatas, didalam kebun produksi YBSB juga terdapat lahan tidur yang belum dimanfaatkan.

Suatu organisasi ataupun perusahaan tentu memiliki visi dan misi yang hendak dicapai di masa mendatang dan mencerminkan cita-cita yang akan dicapai. Visi yang dimiliki YBSB adalah hidup harmonis dengan sesama, alam dan Tuhan. Hal tersebut didasari karena pembangunan yang dilakukan oleh manusia sering sekali merusak keseimbangan di alam, seharusnya semua unsur di alam harus saling mendukung, diadakan untuk kepentingan bersama, bahkan memberikan diri untuk kelangsungan hidup yang lain.

Untuk dapat mewujudkan visi yang telah dirancang, YBSB juga memiliki misi organisasinya yaitu memberikan informasi akan pentingnya penerapan sikap organis, penerapan sistem pertanian organik serta mendidik petani baik perorangan maupun lembaga yang membutuhkan keterampilan dan teknik usaha pertanian organik. Misi YBSB tersebut dituangkan dalam nama lembaga yaitu memBINA (menyiapkan, mengembangkan) sebagai SARANA (metode, alat) agar setiap manusia dapat semakin berBAKTI dan melayani sesama, alam, dan Tuhan. Dengan demikian YBSB didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan dunia menjadi tempat yang aman damai dan harmonis bagi seluruh makhluk hidup dan semua ciptaan Tuhan, baik saat ini maupun di masa yang akan datang, bebas dari ketakutan dan ancaman kehancuran. Manusia dan alam seluruhnya hidup dalam kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan sejati.

Manajemen dan Struktur Organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti

Gambar

Tabel 2  Permintaan dan produksi wortel, bayam hijau, caisin, selada cos, dan brokoli di Yayasan Bina Sarana Bakti tahun 2012a
Tabel 3 Kandungan wortel per 100 gram berdasarkan DKBMa
Tabel 4  Kandungan bayam per 100 gram berdasarkan DKBMa
Tabel 5 Kandungan caisin per 100 gram berdasarkan DKBMa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha dagang buah pisang pada pedagang pengepul besar di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk diusahakan dengan R/C ratio atas biaya tunai

Peralihan perranian konvensional menjadi pertanian )ang berbasii perkmian organik di tingtcat petani pada tahun-tahun tcrakhii adalah a k i i dari kelangkaan

Penerimaan tidak tunai pada kondisi 1 terdiri atas nilai sayuran afkir yang digunakan untuk konsumsi santri, pakan ternak dan ikan, sayuran yang dikonsumsi untuk menjamu

Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani varietas padi Bondoyudo menguntungkan

Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total lebih besar dari satu yang berarti

Aplikasi pupuk organik cair urin kelinci pada 1 minggu setelah tanam nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman caisim diantaranya jumlah, daun, panjang daun,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko

Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis R/C ratio (Return Ana Cost ratio) yaitu analisis perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran usahatani,