• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Dan Lingkungan Pengasuhan Pada Keluarga Dengan Anak Remaja Di Area Suburban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Dan Lingkungan Pengasuhan Pada Keluarga Dengan Anak Remaja Di Area Suburban"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN DAN

LINGKUNGAN PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN

ANAK REMAJA DI AREA SUBURBAN

FITRIANI VOLUNTIR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Anak Remaja di Area Suburban adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Fitriani Voluntir

(4)

ABSTRAK

FITRIANI VOLUNTIR. Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Anak Remaja di Area Suburban. Dibimbing oleh ALFIASARI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja di area

suburban. Kerangka contoh penelitian adalah keluarga lengkap dengan anak

pertama usia remaja (13-15 tahun) yang tinggal di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil secara acak di RW terpilih sebanyak 50 keluarga di lokasi terpilih untuk dilakukan wawancara dengan kuesioner. Pengasuhan penerimaan penolakan diukur dengan Parental Acceptance

Rejection Questionnaire (PARQ) dan lingkungan pengasuhan diukur dengan

Home Observation Measurement of the Environment (HOME) tipe Early

Adolescent. Hasil uji hubungan menunjukan adanya hubungan yang signifikan

antara usia remaja dengan pengasuhan agresif. Sementara itu, semakin lama pendidikan ibu maka semakin baik lingkungan pengasuhan di dalam keluarga. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengasuhan penerimaan penolakan dengan kualitas lingkungan pengasuhan.

Kata kunci: keluarga dengan anak remaja, pengasuhan penerimaan penolakan, PARQ, lingkungan pengasuhan, HOME-EA

ABSTRACT

FITRIANI VOLUNTIR. Parental Acceptance-Rejection and Parenting Environment on Family with Teenager at Suburban Area. Supervised by ALFIASARI.

The aims of this study was to analyze the relationship between parental acceptance rejection and parenting environment on family with teenager at suburban area. Sampling frames of this study were the families who had the first child as teenager (13-15 years) who lived at Situ Gede Village, West Bogor Sub District, Bogor City. This study involved 50 families was randomly taken from chosen cluster and interviewed by the questionnaire. Parental acceptance rejection was measured by Parental Acceptance Rejection Questionnaire (PARQ) and parenting environment was measured by Home Observation Measurement of the Environment (HOME) type Early Adolescent. The result showed that there was a significant relationship between age of teenager and parental’s aggressive. Meanwhile, longer mother’s education is significant correlated with better parenting environment in the family. The results also revealed that there was a significant correlation between parental acceptance rejection and parenting environment.

(5)

PENGASUHAN PENERIMAAN-PENOLAKAN DAN

LINGKUNGAN PENGASUHAN PADA KELUARGA DENGAN

ANAK REMAJA DI AREA SUBURBAN

FITRIANI VOLUNTIR

Skripsi

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Anak Remaja di Area Suburban”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan beberapa pihak sehingga penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Alfiasari, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, saran, dan bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ibu Neti Hernawati, S.P., M.Si dan Ibu Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran-saran yang sangat bermanfaat atas hasil penelitian saya.

3. Ibu Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian yang telah memberikan saran bermanfaat untuk penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS selaku dosen pembimbing akademik atas

dukungan dan nasihatnya bagi perkembangan akademik penulis semasa perkuliahan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

5. Pihak Kelurahan Situ Gede yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Kelurahan Situ Gede

6. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga ayah, mama, adik-adik, dan semua saudara atas kasih sayang dan doa yang tidak pernah putus.

7. Teman-teman seperjuangan IKK 47, dan teman penelitian, Yosita Fitria Marliani, serta kepada Kak Mustika Dewanggi dan Kak Fadhillah M. atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya.

Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dengan keikhlasan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

KERANGKA PEMIKIRAN 6

METODE PENELITIAN 8

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 8

Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh 8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 9 Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 11

HASIL 13

Karakteristik Keluarga 13

Karakteristik Remaja 15

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan 16

Lingkungan Pengasuhan 17

Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan 19 Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan

Lingkungan Pengasuhan 19

Hubungan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan

Lingkungan Pengasuhan 20

PEMBAHASAN 22

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pengolahan data pada variabel pengasuhan penerimaan-penolakan dan

lingkungan pengasuhan 10

2 Sebaran remaja berdasarkan usia orang tua 13

3 Nilai indeks minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi pengasuhan penerimaan-penolakan orang tua 16

4 Nilai indeks minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi lingkungan

pengasuhan orang tua 18

5 Sebaran remaja berdasarkan kategori lingkungan pengasuhan 19

6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan pengasuhan penerimaan-penolakan 19

7 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan lingkungan pengasuhan 20

8 Koefisien korelasi antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan lingkungan pengasuhan 21

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja di area suburban 7

2 Teknik pengambilan contoh 8

3 Sebaran remaja berdasarkan jenis pekerjaan orang tua 14

4 Sebaran remaja berdasarkan pendapatan keluarga 14

5 Sebaran remaja menurut jenis kelamin dan usia 15

6 Sebaran remaja menurut jumlah saudara kandung dan usia 15

7 Sebaran remaja berdasarkan kecenderungan pengasuhan

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang diperkirakan akan memiliki jumlah penduduk sebanyak 250 juta jiwa pada tahun 2013. Jumlah penduduk tersebut mengalami peningkatan, dimana jumlah penduduk pada tahun 2012 mencapai 230 juta jiwa.1 Fenomena pertambahan penduduk yang terjadi setiap tahunnya akan menjadi salah satu faktor munculnya daerah suburban. Daerah suburban merupakan daerah yang terletak diantara desa dan kota serta adanya proses pengkotaan, yang mana penduduk di daerah ini kurang mempunyai akses terhadap lahan sawah, sehingga penduduknya menjalankan ekonomi campuran (Amalia 2013). Berbagai macam jenis pekerjaan dan pendapatan yang didapat penduduk di daerah ini dapat menjadi faktor yang menentukan bagaimana pengasuhan diterapkan di dalam keluarga yang menurut Brooks (2001) dikenal sebagai faktor-faktor yang terkait dengan ecological context. Pengasuhan merupakan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang sangat besar, namun sangat sedikit proses pembelajaran mengenai tugas ini. Sebagian besar orang tua terutama yang tinggal di desa hanya memperoleh praktek pengasuhan dari orang tua mereka sendiri (Santrock 2007). Ada praktek pengasuhan yang baik dari pengalaman mereka namun tidak sedikit orang tua yang meneruskan praktek pengasuhan yang buruk pada anaknya. Selain itu, berdasarkan usia anak biasanya akan terjadi penurunan interaksi orang tua dan anak yang dimulai pada masa anak usia sekolah dan akan semakin menurun dengan bertambahnya usia anak. Kualitas interaksi orang tua dengan anak akan lebih meluas terjadi dalam keluarga dengan sedikit pendidikan pengasuhan (Hill & Stafford dalam Santrock 2007). Beberapa hal tersebut mengindikasikan bahwa pada ecological context yang berubah, kebutuhan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengasuhan anak, khususnya disesuaikan dengan perkembangan usia anak.

Bornstein (2002) mengemukakan bahwa praktek pengasuhan khususnya pada anak remaja merupakan upaya yang diarahkan pada tujuan tertentu oleh orang tua untuk mensosialisasikan kepada remaja tentang kebiasaan tertentu (baik atau buruk). Praktek pengasuhan sering dikaitkan dengan nilai-nilai budaya dan keyakinan. Hasil kajian menemukan bahwa hubungan orang tua dan remaja akan memiliki implikasi kepada penyesuaian diri dan pengembangan remaja (Collins et al. 2000 dalam Bornstein 2002). Peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja akan menimbulkan kekhawatiran kepada orang tua dan remaja. Hal ini sejalan dengan pernyataan Duvall (1971) yang menyatakan bahwa keluarga dengan anak remaja memasuki tahapan paling menegangkan dalam sepanjang siklus hidup perkembangan keluarga. Pada tahapan ini orang tua dan remaja memiliki pendapat yang berbeda dalam melihat berbagai hal. Pada awal masa remaja, terjadi peningkatan konflik dengan orang tua dibandingkan pada masa anak-anak (Collins & Steinberg 2006; Riesch et al. 2003 dalam Santrock 2007).

1

(12)

2

Konflik yang terjadi biasanya merupakan bagian dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja merupakan masa bebas untuk diri remaja mengekspresikan dan mengembangkan identitas diri sesuai dengan keinginan remaja. Oleh karenanya, pengawasan dari orang tua menjadi sangat penting, Selain itu, remaja juga masih perlu bimbingan dan arahan dari orang tua dalam menuju ke arah pembentukan identitas dirinya sebagai individu yang dewasa. Namun pada kenyataannya, belum semua keluarga dapat memenuhi secara maksimal tugas perkembangan keluarga saat anak memasuki usia remaja. Salah satu cara untuk memaksimalkan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja adalah dengan menerapkan gaya pengasuhan yang tepat untuk anak remajanya.

Gaya pengasuhan merupakan cara yang khas dalam menyatakan perasaan dan pemikiran dalam berinteraksi antara orang tua dengan anak. Gaya pengasuhan yang diterapkan setiap keluarga akan berbeda-beda, tergantung dari latar belakang keluarga orang tua dan juga kepribadian orang tua (Situmorang 2013). Rohner (1986) mengemukakan gaya pengasuhan yang dikenal dengan dimensi kehangatan (warmth dimension) yang terbagi menjadi dua, yaitu pengasuhan penerimaan (acceptance) dan pengasuhan penolakan (rejection). Lebih lanjut konsep ini dikenal dengan Theory of Parental Acceptance Rejection (PAR). Pengasuhan penerimaan menggambarkan perilaku orang tua yang menerima keberadaan anak dengan memberikan kasih sayang, kehangatan kepada anaknya melalui ekspresi verbal dan fisik. Sementara itu, pengasuhan penolakan menunjukan perilaku orang tua yang menggambarkan orang tua menolak keberdaan anak, tidak mendukung anak, dan tidak memberikan kasih sayang kepada anak. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan perilaku agresif dari orang tua kepada anak secara verbal dan fisik, perilaku pengabaian yang dilakukan orang tua kepada anak, serta perilaku penolakan terhadap kehadiran anak dalam kehidupan orang tua. Pengasuhan penolakan akan memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan anak. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil kajian yang menyatakan bahwa baik secara langsung dan tidak langsung, pengasuhan penolakan merupakan penyebab dari perilaku menyimpang anak yang ditunjukkan oleh perilaku seperti kenakalan remaja, vandalism, dan juga membawa pengaruh buruk pada kepribadian anak (Sunarti 2004).

(13)

3

(Malik 2010). Penelitian di Indonesia menunjukan bahwa keluarga dari perkotaan lebih menerapkan pola asuh penolakan (perilaku agresif dan perilaku tidak sayang) dibandingkan dengan keluarga dari perdesaan (Wahini 2001). Selanjutnya, hasil penelitian Permatasari (2011) menemukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin anak dan aktivitas sosial ibu dengan pengasuhan penerimaan-penolakan. Sementara itu, besar keluarga, pendapatan orang tua, pekerjaan dan pendidikan ibu serta usia anak tidak terdapat hubungan dengan pengasuhan penerimaan-penolakan. Hasil-hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Selain gaya pengasuhan, dimensi pengukuran pengasuhan yang lain yang bisa menggambarkan bagaimana kondisi pengasuhan di dalam keluarga adalah lingkungan pengasuhan di rumah. Pada awal tahap perkembangan anak, lingkungan terdekat bagi anak adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dimana interaksi anak berlangsung secara terus menerus. Selain itu, lingkungan keluarga merupakan salah satu lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial (Chandariyani 2010). Orang tua sebagai pengasuh utama bagi anak memiliki peranan yang penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak. Agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik dan dapat merangsang potensi yang ada pada dirinya (Dariyo 2007). Keluarga dengan status sosial ekonomi rendah diduga akan mengalami penghambatan dalam menyediakan fasilitas untuk menstimulasi anak sehingga perkembangan anak akan kurang optimal. Sebaliknya, keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi akan memperhatikan fasilitas dalam memberikan stimulasi untuk anak, sehingga perkembangan anak akan optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Hastuti (2011) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara kualitas pengasuhan dengan pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka akan semakin baik kualitas lingkungan pengasuhan karena terpenuhinya fasilitas dalam menstimulasi anak. Selain itu, pendidikan ibu juga mempengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan anak. Namun pengetahuan yang dimiliki oleh ibu seringkali kurang memadai. Dalam hal ini tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Khomsan 2002). Oleh karenanya, menjadi sangat penting bagi ibu dalam meningkatkan pengetahuan agar perkembangan anak menjadi optimal.

(14)

4

Kilpatrick dan Holland (2003) dalam Puspitawati (2012) menyatakan bahwa perspektif ekosistem (sistem ekologi) merupakan pendekatan teoretikal yang dominan dalam melihat perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat ketergantungan antara manusia dengan lingkungan. Selain itu, Bronfenbrenner (1999) dalam Puspitawati (2012) memiliki pendapat yang senada, yang menyatakan bahwa apa yang terjadi di dalam keluarga dipengaruhi oleh konteks masyarakat di mana keluarga berada. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa keluarga yang tinggal di wilayah perkotaan menerapkan gaya pengasuhan yang baik untuk anak remajanya (Guhardja, Priatini, Latifah 2008).

Penelitian terkait antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja masih belum dikaji bagaimana keterkaitan antarkedua variabel tersebut sebagai variabel-variabel penting dalam mengukur pengasuhan orang tua khususnya pada keluarga yang tinggal di daerah suburban. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dan Lingkungan Pengasuhan pada Keluarga dengan Anak Remaja di Area Suburban”. Penelitian ini merupakan hal yang perlu dilakukan mengingat usia remaja adalah masa yang paling menegangkan bagi keluarga dan keluarga yang tinggal di daerah suburban

memiliki berbagai macam jenis pekerjaan dan pendapatan.

Perumusan Masalah

Megawangi (2009) mengemukakan bahwa kesalahan praktek pengasuhan orang tua seperti kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang, seperti secara verbal maupun fisik; kurang meluangkan waktu yang cukup buat anaknya selama di rumah; dan bersikap kasar secara verbal maupun fisik akan membuat anak merasa tidak berguna, minder, dan mengadopsi sifat tersebut sehingga berpotensi menjadi anak yang kasar juga di masa dewasanya. Lingkungan keluarga dan rumah yang tidak dapat mendukung keberadaan anak akan berakibat pada buruknya perkembangan anak selanjutnya. Fenomena akhir-akhir ini yang ditunjukan dengan semakin banyaknya perilaku menyimpang (kenakalan remaja) yang dilakukan oleh remaja utamanya disebabkan remaja merasa kurang diperhatikan oleh orang tua dan orang tua kurang memahami dirinya sebagai remaja. Hasil observasi yang dilakukan oleh BPS, BKKBN, KKRI (2012) melaporkan bahwa anak usia remaja (terutama laki-laki) sering merokok (74,4%), minum-minuman beralkohol (30,2%), dan menggunakan narkoba (0,1%).

(15)

5

anaknya tidak terjerumus pada beragam bentuk kenakalan remaja. Penelitian Puspitawati (2009) mengenai kenakalan remaja menunjukkan bahwa remaja yang melakukan kenakalan berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah. Kurangnya komunikasi dan interaksi serta ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak, kurang maksimumnya fungsi keluarga serta tingginya tekanan ekonomi yang dialami keluarga. Selanjutnya, hasil lain menyatakan bahwa peran ibu dalam pengasuhan remaja menjadi sangat penting bagi remaja dibandingkan dengan peran pengasuhan ayah (Puspitawati 2009). Hal ini terbukti bahwa pengasuhan ibu mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mencegah anaknya dari tindakan kenakalan, baik tipe kenakalan umum maupun kenakalan kriminal.

Daerah suburban dicirikan dengan daerah yang terletak di antara desa dan kota serta beragamnya jenis pekerjaan karena kurang memiliki akses lahan persawahan, sehingga memiliki kecenderungan penduduk yang bersifat heterogen. Beragamnya jenis pekerjaan yang diakibatkan kurangnya akses terhadap persawahan menimbulkan perbedaan terhadap besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga yang tinggal di daerah suburban ini. Selain itu, daerah ini memiliki salah satu karakteristik, yaitu perkembangan informasi dan teknologi yang lebih pesat, sehingga memungkinkan keluarga yang tinggal di daerah ini dapat mengakses berbagai macam informasi. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa sebagian keluarga memiliki kualitas stimulasi yang rendah, hal tersebut disebabkan karena keluarga tersebut merupakan keluarga miskin (Herawati dan Briawan 2008). Sementara itu, daerah suburban merupakan daerah pemukiman yang mengalami peningkatan jumlah penduduknya sehingga akan terjadi kemungkinan pergeseran nilai dan budaya yang sebelumnya dianut oleh penduduk sebelumnya. Hasil penelitian lain menemukan bahwa sebagian besar orang tua di daerah suburban menerapkan gaya pengasuhan demokratis di dalam keluarga (Buanantri 2012). Mengingat rentannya daerah suburban terhadap nilai-nilai modernisasi yang memberikan efek samping terhadap perkembangan yang negatif pada remaja dan rumusan latar belakang yang telah disusun maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga di area suburban?

2. Bagaimana hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga di area suburban?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

(16)

6

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan remaja, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja di area suburban.

2. Menganalisis hubungan antara karateristik keluarga dan remaja dengan pengasuhan penerimaan-penolakan pada keluarga dengan anak remaja di area suburban.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan remaja dengan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja di area

suburban.

4. Menganalisis hubungan antara pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan anak remaja di area

suburban.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa ditentukan oleh kualitas anak sebagai generasi penerus bangsa. Dalam hal ini keluarga memiliki peranan yang sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama bagi tumbuh kembang anak. Orang tua sebagai pengasuh utama memiliki tiga fungsi utama, yaitu perawatan, perlindungan, dan pembimbingan (Brooks 2001). Santrock (2003) menambahkan bahwa pengasuhan orang tua akan berdampak pada perkembangan anak selama rentang kehidupannya. Karakteristik keluarga akan menentukan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Permatasari (2011) yang menyebutkan bahwa keluarga yang memiliki status ekonomi tinggi memiliki kecenderungan untuk menerapkan gaya pengasuhan penerimaan. Keluarga yang memiliki status ekonomi rendah diduga akan menerapkan gaya pengasuhan penolakan, sehingga akan berdampak kepada sulitnya orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan anak. Selain itu, gaya pengasuhan juga dipengaruhi oleh karakteristik anak. Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa jenis kelamin akan mempengaruhi cara pengasuhan orang tua kepada anaknya (Nurrohmaningtyas 2008). Hal ini terkait dengan adanya perbedaan cara pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anak laki-laki dan perempuan.

(17)

7

Satoto (1990) menyatakan terdapat dua faktor yang saling terkait terhadap tumbuh kembang anak, yaitu interaksi orang tua dengan anak dan stimulasi. Hasil kajian yang telah dilakukan menemukan bahwa kekerasan (pemukulan) yang dilakukan oleh ibu akan berkurang seiring dengan penerimaan dan kehangatan yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya. Selain itu, hasil lainnya menemukan bahwa kekerasan (pemukulan) yang dilakukan oleh ibu merupakan bagian dari disiplin yang ibu berikan kepada anaknya (Lee, Altschul, & Gershoff 2013).

Berdasarkan uraian hasil penelitian sebelumnya maka penelitian ini menghasilkan hipotesis: 1) karakteristik keluarga (usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga) dan remaja (usia remaja dan jenis kelamin) akan berhubungan dengan pengasuhan penerimaan-penolakan; 2) karakteristik keluarga (usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga) dan remaja (usia remaja dan jenis kelamin) akan berhubungan dengan lingkungan pengasuhan; 3) pengasuhan penerimaan-penolakan akan berhubungan dengan lingkungan pengasuhan. Gambar 1 Menyajikan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.

Keterangan: = Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

(18)

8

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-nilai pada Keluarga Perdesaan melalui Praktek Pengasuhan Positif” (Alfiasari, Hastuti, dan Djamaluddin 2013). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang dipilih secara

purposive sebagai representasi wilayah perdesaan dalam kategori area suburban.

Waktu penelitian yang mencakup pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan dari bulan Juni 2013.

Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai anak pertama usia remaja di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kerangka contoh penelitian ini adalah keluarga lengkap yang mempunyai anak pertama usia 13-15 tahun dan masih duduk di kelas 1-3 SMP dari kesepuluh RW yang ada di Kelurahan Situ Gede. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini ditentukan secara purposive karena merupakan bagian dari penelitian payung yang mengambil contoh sebanyak 50 keluarga. Pengambilan contoh dilakukan di enam dari sepuluh RW yang juga dipilih secara purposive

dengan pertimbangan wilayah yang memiliki keluarga dengan anak pertama usia 13-15 tahun terbanyak di Kelurahan Situ Gede. Pemilihan contoh pada enam RW terpilih diambil secara cluster random sampling dengan pertimbangan remaja dan orang tua bersedia diwawancarai sehingga didapatkan 50 keluarga contoh. Adapun kerangka teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

purposive

Cluster random sampling

Gambar 2 Kerangka teknik pengambilan contoh

(19)

9

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan lingkungan pengasuhan. Variabel dalam penelitian ini memiliki beberapa subvariabel. Karakteristik keluarga diukur dengan usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Karakteristik remaja diukur dengan usia, jenis kelamin, dan jumlah saudara kandung. Pengasuhan penerimaan-penolakan diukur dengan menggunakan Instrumen PAR yang terdiri dari pengasuhan penerimaan dan pengasuhan penolakan yang terdiri dari pengasuhan agresif, pengasuhan pengabaian, dan pengasuhan penolakan. Selanjutnya lingkungan pengasuhan diukur dengan Instrumen HOME (Home Observation Measurement of the

Environment) tipe Early Adolescent yang meliputi lingkungan fisik, penyediaan

material, teladan, stimulasi kecukupan diri, pengaturan aktivitas, keterlibatan keluarga, dan kehangatan dan penerimaan.

Instrumen Parental Acceptance Rejection Questionnaire (PARQ) yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Rohner (1986). Pengasuhan penerimaan-penolakan dalam penelitian ini diukur dengan melihat persepsi anak terhadap pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Jumlah pernyataan untuk instrumen pengasuhan penerimaan-penolakan sebanyak 60 butir pernyataan yang terdiri atas 20 pernyataan jenis pengasuhan penerimaan, 15 pernyataan jenis pengasuhan agresif, 15 pernyataan jenis pengasuhan pengabaian, dan 10 pernyataan jenis pengasuhan penolakan. Masing-masing pernyataan menggunakan skala 1 (hampir tidak pernah) hingga 4 (hampir selalu). Instrumen ini mempunyai

Cronbach’s alpha sebesar 0,810.

Instrumen HOME (Home Observation Measurement of the Environment) yang digunakan dalam penelitian ini adalah HOME EA untuk kelompok usia remaja awal yang terdiri dari tujuh subskala, yaitu lingkungan fisik, penyediaan material, teladan, stimulasi kecukupan diri, pengaturan aktivitas, keterlibatan keluarga, dan kehangatan dan penerimaan yang dikembangkan oleh Caldwell dan Bradley (2003). Jumlah pernyataan untuk instrumen HOME sebanyak 60 butir pernyataan dengan jawaban Ya (1) dan Tidak (0). Instrumen ini mempunyai

Cronbach’s alpha sebesar 0,815.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding,

scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Semua data diolah menggunakan

software Microsoft Excel dan SPSS for Windows.

Berikut ini adalah data yang dikumpulkan dan scoring data yang dipakai dalam penelitian:

(20)

10

Selanjutnya jumlah saudara kandung mengikuti sebaran data yang telah didapat.

2. Data karakteristik orang tua terdiri atas usia ayah dan ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Pendidikan orang tua diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang dicapai dengan pilihan sebagai berikut: 1) tidak tamat SD, 2) SD/sederajat, 3) SMP/sederajat, 4) SMA/sederajat, dan 5) perguruan tinggi. Sementara itu, pekerjaan orang tua berkategori mulai dari profesi petani, wirausaha/pedagang, buruh, penambang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, sampai tidak bekerja. Setelah itu, pendapatan per kapita per bulan dikelompokan menjadi dua berdasarkan garis kemiskinan Kota Bogor (BPS 2011), yaitu kurang dari Rp 235.682,00 dan lebih dari Rp 235.682,00. 3. Variabel pengasuhan penerimaan-penolakan meliputi dimensi variabel jenis

pengasuhan penerimaan, agresif, pengabaian, dan penolakan.

4. Variabel lingkungan pengasuhan diukur menggunakan instrumen HOME dengan usia remaja awal yang mencakup dimensi sebagai berikut: 1) lingkungan fisik; 2) penyediaan material; 3) teladan; 4) stimulasi kecukupan diri; 5)pengaturan aktivitas; 6) keterlibatan keluarga; dan 7) kehangatan dan penerimaan.

Setiap dimensi variabel pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan selanjutnya dinilai dengan menggunakan rumus skor indeks untuk memudahkan penetapan standar antarvariabel penelitian dengan rumus sebagai berikut:

Indeks = x 100

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian pada variabel pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Pengolahan data pada variabel pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan

Variabel Subvariabel Keterangan Pengolahan Data

Pengasuhan

Hasil scoring data dijumlahkan pada masing-masing

gaya pengasuhan sehingga diperoleh skor total (pengasuhan penerimaan, agresif, pengabaian, penolakan).

Dimensi gaya pengasuhan dengan jumlah skor dan presentase paling tinggi menunjukkan kecenderungan gaya pengasuhan yang digunakan oleh orang tua berdasarkan persepsi remaja.

Kategori setiap skor dikategorikan setelah data

ditabulasi dan dilakukan scoring berdasarkan pada cut

off point dari indeks yang diperoleh:

Rendah : < 60

Sedang : 60-80

Tinggi : > 80

(21)

11

Metode analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis data statistika yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis data yang digunakan pada setiap variabel yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian ditunjukkan sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi identifikasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, pengasuhan penerimaan-penolakan, dan lingkungan pengasuhan digunakan analisis statistika deskriptif seperti jumlah, persentase, nilai rataan, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.

2. Untuk menganalisis hubungan antarvariabel pada karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan pengasuhan penerimaan-penolakan digunakan uji korelasi.

3. Untuk menganalisis hubungan antarvariabel pada karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan lingkungan pengasuhan digunakan uji korelasi. 4. Untuk menganalisis hubungan antarvariabel pada pengasuhan

penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan digunakan uji korelasi.

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri dan keadaan keluarga yang meliputi usia ayah dan ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga.

Usia orang tua adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir orang tua.

Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh orang tua yang dikelompokan sebagai berikut: tidak tamat SD, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi.

Pekerjaan orang tua adalah klasifikasi pekerjaan orang tua yang dikelompokan menjadi PNS, pegawai swasta, wirausaha/pedagang, buruh, penambang, petani, tidak bekerja, dan lainnya.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang dikelompokan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang)

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan per bulan yang diperoleh dari anggota keluarga dari pekerjaan utama dalam bentuk rupiah.

Karakteristik remaja adalah ciri-ciri pada anak sulung yang memiliki keluarga inti yang lengkap yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, kelas dan jumlah saudara kandung.

Usia remaja adalah usia remaja yang berkisar antara 13 tahun sampai dengan 15 tahun.

Gaya pengasuhan adalah serangkaian perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak remaja yang dilakukan secara terus menerus yang kemudian menjadi perilaku yang dominan.

(22)

12

Pengasuhan Penolakan adalah perilaku orang tua yang menggambarkan orang tua menolak keberdaan anak, tidak mendukung anak, dan tidak memberikan kasih sayang kepada anak.

Pengasuhan agresif adalah perilaku orang tua yang menggambarkan sikap agresif dari orang tua baik secara verbal dan fisik yang dicirikan dengan perilaku dan penggunaan kata yang kasar kepada anak remajanya.

Pengasuhan pengabaian adalah perilaku orang tua yang menggambarkan sikap pengabaian orang tua kepada anak remajanya yang ditunjukan melalui perilaku orang tua yang mengacuhkan pertanyaan anak, melupakan hal penting tentang anak, dan tidak menyediakan waktu luang untuk bersama anak remajanya.

Pengasuhan penolakan adalah perilaku orang tua yang menggambarkan sikap penolakan terhadap kehadiran anak yang dicirikan dengan perilaku orang tua yang selalu berteriak kepada anak remajanya saat berbicara, tidak simpatik terhadap masalah yang dihadapi anak remajanya, serta kehadiran anak merupakan kesulitan bagi kehidupan orang tua.

Lingkungan pengasuhan adalah kemampuan orang tua dalam mengelola lingkungan rumah untuk memberikan stimulasi fisik dan psikososial yang optimal kepada remaja.

Lingkungan fisik adalah fasilitas terkait keamanan dan kenyamanan lingkungan rumah yang orang tua berikan kepada anak.

Penyediaan material adalah penyediaan barang-barang untuk akses terhadap sarana belajar, media informasi, dan sebagainya.

Teladan adalah perilaku yang diberikan orang tua sebagai contoh bagi remaja yang melibatkan pengajaran berupa praktek langsung.

Stimulasi kecukupan diri adalah upaya orang tua dalam mengembangkan diri remaja agar remaja dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan memperoleh keterampilan yang kompleks dan berguna.

Pengaturan aktivitas adalah perilaku yang diberikan orang tua dalam menerapkan disiplin, tanggung jawab kepada remaja melalui berbagai variasi aturan dan hukuman yang konsisten.

Keterlibatan keluarga adalah keterlibatan orang tua dalam berbagai kegiatan bersama remaja.

Kehangatan dan penerimaan adalah perlakukan orang tua dalam memberikan reaksi emosi yang tepat dan suasana yang nyaman untuk remaja.

Area Suburban adalah daerah yang terletak di antara desa dan kota dimana

(23)

13

HASIL

Karakteristik Keluarga

Usia Orang tua

Pengelompokan usia orang tua pada penelitian ini mengacu pada Papalia, Olds, & Feldman (2009) dan menunjukkan bahwa usia ayah memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan usia ibu (Tabel 2). Selain itu, proporsi terbesar usia ayah (54%) dan usia ibu (88%) berada dalam kategori dewasa awal yaitu berusia 21-40 tahun. Hasil lainnya menemukan bahwa sebanyak 12% ibu dan 16% ayah menikah dibawah usia 20 tahun. Hal ini merupakan gambaran bahwa fenomena pernikahan dini masih terjadi pada daerah suburban. Hal tersebut diduga dapat terjadi karena faktor ekonomi. Dalam penelitian ini, tidak ada keluarga dengan anak pertama usia remaja yang memiliki orang tua (ayah dan ibu) yang berada pada kategori dewasa lanjut.

Tabel 2 Sebaran remaja berdasarkan usia orang tua (tahun)

Minimum Maksimum Rataan ± SD

Ayah 27 53 40,5 ± 5,2

Ibu 30 50 36,3 ± 4,2

Pendidikan Orang tua

Dalam penelitian ini, pendidikan orang tua diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang dicapai. Berdasarkan program wajib belajar, sebagian besar ayah (82%) maupun ibu (56%) sudah menempuh program wajib belajar 9 tahun. Hasil lainnya menunjukkan bahwa hampir separuh ayah (48%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat. Berbeda halnya dengan pendidikan ayah, proporsi terbesar pendidikan ibu (46%) berpendidikan terakhir SMP/sederajat, sedangkan proporsi terkecil ibu (12%) berpendidikan terakhir SMA/sederajat. Selain itu, ditemukan juga hasil yang menyatakan bahwa sebanyak dua persen ayah tidak dapat menamatkan pendidikan sekolah dasar.

Pekerjaan Orang tua

(24)

14

44%

56%

Miskin

Tidak Miskin

Gambar 3 Sebaran remaja berdasarkan jenis pekerjaan orang tua

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga erat kaitannya dengan pekerjaan orang tua dan pendidikan orang tua. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh orang tua maka akan semakin baik pekerjaan yang didapat orang tua dan semakin besar pendapatan keluarga. Rata-rata pendapatan keluarga dengan anak pertama usia remaja adalah Rp 1.412.000,00 per bulan. Pendapatan terendah keluarga dengan anak pertama usia remaja adalah Rp 100.000,00, sedangkan pendapatan tertinggi keluarga dengan anak pertama usia remaja adalah Rp 5.000.000,00. Berdasarkan garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian keluarga contoh (56%) terkategori pada keluarga tidak miskin. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga contoh adalah sebesar Rp 297.773,00 per bulan. Angka tersebut lebih tinggi dari garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2011 yaitu sebesar Rp 235.682,00 per kapita per bulan (Gambar 4).

Gambar 4 Sebaran remaja berdasarkan pendapatan keluarga

Besar Keluarga

(25)

15

orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 5 orang. Berdasarkan besar keluarga, hampir separuh keluarga (46%) termasuk dalam keluarga kecil (≤4 orang), sedangkan sebagian kecil keluarga dengan anak pertama usia remaja (18%) masih tinggal bersama keluarga besar, dengan masing-masing jumlah anak yang dimiliki sebanyak tiga orang.

Karakteristik Remaja

Usia Remaja

Remaja yang menjadi partisipan dalam penelitian ini berusia 13 sampai 15 tahun dan merupakan anak pertama dari keluarga contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja berada pada usia 14 tahun. Hasil lainnya menunjukan bahwa proporsi terbesar remaja laki-laki berada pada usia 13 tahun (48%). Sementara itu, proporsi terbesar remaja perempuan berada pada usia 14 tahun. Proporsi terkecil baik remaja laki-laki (24%) maupun remaja perempuan (12%) berada pada usia 15 tahun (Gambar 5).

Gambar 5 Sebaran remaja menurut jenis kelamin dan usia

Jumlah Saudara Kandung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar baik remaja perempuan (64%) maupun remaja laki-laki (56%) yang juga merupakan anak sulung memiliki jumlah saudara kandung sebanyak satu orang.

Gambar 6 Sebaran remaja menurut jenis kelamin dan jumlah saudara kandung

48

Tidak Mempunyai ≤ 1 orang 2-3 orang

(26)

16

Hasil lainnya menemukan bahwa sembilan dari sepuluh anak yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan (90%) memiliki saudara kandung. Rata-rata jumlah saudara kandung yang dimiliki remaja adalah satu orang. Jumlah saudara kandung terbanyak yang dimiliki remaja adalah tiga orang.

Pengasuhan Penerimaan-Penolakan

Rohner (1986) mengemukakan gaya pengasuhan yang dikenal dengan dimensi kehangatan (warmth dimension) yang terbagi menjadi dua, yaitu pengasuhan penerimaan (acceptance) dan pengasuhan penolakan (rejection).

Lebih lanjut konsep ini dikenal dengan Theory of Parental Acceptance Rejection

(PAR). Pengasuhan penerimaan dan penolakan menggambarkan kehangatan dan penolakan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Pengasuhan penolakan digambarkan dalam tiga bentuk, yaitu: pengasuhan agresif (hostility & aggresion),

pengasuhan pengabaian (indifference & neglect), dan pengasuhan penolakan

(undifferentiated rejection). Analisis deskriptif terhadap skor capaian pengasuhan

penerimaan-penolakan dari keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai indeks minimum, maksimum, rataan, dan satandar deviasi pengasuhan penerimaan-penolakan orang tua

Dimensi PAR Minimum Maksimum Rataan ± SD

Pengasuhan penerimaan 28,33 95,00 54,86 ± 13,69

Pengasuhan agresif 0,00 37,78 19,33 ± 10,65

Pengasuhan pengabaian 4,44 37,78 17,46 ± 6,64

Pengasuhan penolakan 6,67 36,67 13,06 ± 5,34

Total PAR 55,00 76,11 68,98 ± 4,35

Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dimensi pengasuhan penerimaan memiliki rataan skor yang lebih tinggi dibandingkan dimensi pengasuhan penerimaan-penolakan lainnya. Meskipun begitu, hasil penelitian ini menemukan bahwa tujuh dari sepuluh ibu (72%) yang melakukan pengasuhan penerimaan berada pada kategori rendah. Dalam penelitian ini, hal ini dikarenakan ibu jarang berbincang dengan anak secara bergantian, tidak peduli tentang apa yang anak pikirkan, dan jarang memuji anak di depan orang lain. Selain itu, hal ini diduga dapat terjadi karena kecenderungan anak remaja yang menghabiskan waktu di luar rumah mengakibatkan kurang terjalinnya komunikasi antara ibu dengan anak remajanya. Namun, walaupun kurang terjalinnya komunikasi antara ibu dengan anak, ibu tetap menunjukkan sikap seperti selalu membuat anak merasa lebih baik saat anak sakit, tertarik dengan apa yang anak lakukan, dan berbicara kepada anak dengan penuh kehangatan dan kasih sayang.

(27)

17

98% 2%

Pengasuhan Penerimaan

Pengasuhan Penolakan

pernah meminta orang lain untuk menggantikan mengasuh anak, tidak membatasi diri untuk bertemu dengan anak, dan tidak melupakan hal penting yang seharusnya diingat oleh ibu.

Pada dimensi penolakan, seluruh ibu yang melakukan pengasuhan penolakan juga berada pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan ibu tidak pernah memperlihatkan bahwa anak tidak diinginkan di keluarga, tidak menganggap anak sebagai seseorang yang menyusahkan bagi ibu, dan tidak pernah mengatakan bahwa ibu malu memiliki anak. Sementara itu, jika dilihat dari total keseluruhan pengasuhan penerimaan-penolakan maka sebagian besar ibu (98%) sudah termasuk dalam kategori sedang yang berarti secara umum orang tua telah melakukan pengasuhan dengan cukup baik.

Secara keseluruhan sebagian besar remaja (98%) mempersepsikan pengasuhan yang dilakukan oleh ibu dominannya adalah berupa pengasuhan penerimaan. Sementara itu, sebanyak dua persen remaja mempersepsikan diasuh secara dominan oleh ibunya dengan pengasuhan pengabaian (Gambar 7). Pengasuhan pengabaian yang dirasakan oleh remaja dalam penelitian ini oleh ibu mereka dicirikan oleh kurangnya waktu kebersamaan dengan anak, ibu sering melupakan sesuatu tentang anaknya, dan kurangnya perhatian yang diberikan ibu kepada remajanya.

Gambar 7 Sebaran remaja berdasarkan kecenderungan pengasuhan penerimaan penolakan orang tua

Lingkungan Pengasuhan

Lingkungan pengasuhan dalam penelitian ini diukur dengan skala HOME

(Home Observation Measurement of the Environment) untuk kelompok usia

(28)

18

Tabel 4 Nilai indeks minimum, maksimum, rataan, dan standar deviasi lingkungan pengasuhan orang tua

Subskala HOME Minimum Maksimum Rataan ± SD

Lingkungan fisik 14,28 100,00 59,71 ± 23,75

Penyediaan material 0,00 90,00 47,40 ± 19,25

Teladan 30,00 90,00 65,80 ± 12,79

Stimulasi kecukupan diri 0,00 100,00 64,00 ± 21,65

Pengaturan aktivitas 0,00 100,00 72,20 ± 19,09

Keterlibatan keluarga 0,00 62,50 28,25 ± 14,24

Kehangatan dan penerimaan 11,11 100,00 57,11 ± 22,67

Total HOME 13,33 83,33 56,60 ± 11,79

Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa subskala pengaturan aktivitas memiliki rataan yang lebih tinggi dibandingkan subskala lingkungan pengasuhan lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa ibu dalam penelitian ini telah membuat peraturan terkait izin saat anak ingin keluar rumah, memberikan nasihat dan bimbingan kepada anak terkait berbagai hal, dan melakukan komunikasi dengan teman-teman anak remajanya. Selanjutnya, pada subskala teladan memiliki rataan yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan ibu memiliki aktivitas rutin, ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan anak, serta tidak melanggar aturan kesopanan. Berbagai perilaku yang ditunjukan ibu dalam keseharian akan dapat dijadikan teladan bagi anak remajanya. Stimulasi kecukupan diri memiliki rataan yang juga termasuk dalam kategori sedang, hal ini dikarenakan ibu sering melakukan diskusi mengenai berbagai hal dan mengajarkan keterampilan dan kebersihan kepada anak remajanya (Tabel 4).

Sementara itu, rata-rata terendah dari subskala lingkungan pengasuhan adalah keterlibatan keluarga. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu kebersamaan antara orang tua dengan anak remajanya, seperti jarang melakukan perjalanan ke pementasan musik, museum seni, dan menonton perlombaan atletik. Selanjutnya, pada subskala lingkungan fisik, penyediaan material serta kehangatan dan penerimaan memiliki rataan yang juga pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan ibu belum secara optimal menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak, memberikan sarana belajar, serta suasana yang nyaman di rumah kepada anak remajanya. Secara keseluruhan, jika dilihat dari total lingkungan pengasuhan maka rata-rata berada dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua dalam penelitian ini belum dapat memberikan lingkungan pengasuhan yang baik untuk anak remajanya (Tabel 4).

(29)

19

Tabel 5 Sebaran remaja berdasarkan kategori lingkungan pengasuhan

Subskala HOME

Hubungan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Remaja dengan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan

Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan terdapatnya hubungan negatif antara usia remaja dengan dimensi pengasuhan agresif (p<0.05). Artinya, semakin bertambah usia remaja maka akan semakin rendah pengasuhan agresif yang dilakukan orang tua kepada remaja. Hasil lainnya menunjukkan bahwa besar keluarga (p<0.01) berhubungan positif dengan dimensi pengasuhan penerimaan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dengan anak pertama usia remaja yang mempunyai jumlah saudara yang lebih banyak, seperti dalam kasus penelitian ini mempunyai anak berikutnya dengan maksimal jumlah anak dua orang, maka semakin tinggi pengasuhan penerimaan yang diterapkan orang tua kepada remaja.

Tabel 6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan pengasuhan penerimaan-penolakan

Variabel Pengasuhan Penerimaan-Penolakan Total

PAR Afeksi Agresi Pengabaian Penolakan

Usia remaja (tahun) -.010 -.283* -.035 -.153 .143

Keterangan: *=signifikansi pada p<0.05 **=signifikansi pada p<0.01

Hubungan Karakteristik Keluarga dan karakteristik Remaja dengan Lingkungan Pengasuhan

(30)

20

semakin besar pendapatan keluarga maka penyediaan material yang diberikan orang tua kepada anak remajanya akan semakin meningkat. Tabel 7 menunjukkan bahwa usia ayah (p<0.05) dan pendapatan keluarga (p<0.05) berhubungan positif signifikan dengan subskala pengaturan aktivitas. Artinya, semakin bertambah usia ayah dan semakin bertambah pendapatan keluarga maka semakin baik pula pengaturan aktivitas di dalam keluarga. Hasil lainnya menunjukan bahwa usia ibu (p<0.05) dan besar keluarga (0.01) berhubungan positif signifikan dengan subskala keterlibatan keluarga. Artinya, semakin bertambah usia ibu dan mempunyai jumlah saudara yang lebih banyak, dalam kasus penelitian ini mempunyai anak berikutnya dengan maksimal jumlah anak dua orang, maka keterlibatan orang tua dalam kegiatan remaja akan semakin tinggi. Total keseluruhan lingkungan pengasuhan berhubungan positif signifikan dengan usia ayah (p<0.05), lama pendidikan ibu (p<0.05), dan pendapatan keluarga (p<0.05). Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambah usia ayah, semakin lama pendidikan yang ditempuh oleh ibu, dan semakin besar pendapatan keluarga maka lingkungan pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak remajanya akan semakin meningkat.

Tabel 7 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja dengan lingkungan pengasuhan

LF = Aspek Lingkungan Fisik, PM = Penyediaan Material, T = Teladan, S = Stimulasi kecukupan diri, P = Pengaturan aktivitas, KK = Keterlibatan keluarga, KP = Kehangatan dan penerimaan

Keterangan : * = signifikan pada p<0.05 ** = signifikan pada p<0.01

Hubungan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan Lingkungan Pengasuhan

(31)

21

pengasuhan penerimaan yang diberikan orang tua kepada anak remajanya maka stimulasi psikososial dalam hal sarana belajar, upaya dalam mengembangan diri remaja, pengaturan aktivitas, keterlibatan orang tua, dan suasana yang nyaman yang diberikan orang tua juga akan semakin meningkat. Dimensi pengasuhan agresif berhubungan negatif signifikan dengan subskala teladan (p<0.01). Artinya, semakin tinggi pengasuhan agresif yang diberikan orang tua kepada anak remajanya maka teladan yang diberikan orang tua kepada anak remajanya juga akan semakin menurun. Dimensi pengasuhan pengabaian berhubungan negatif siginifikan dengan subskala penyediaan material (p<0.05), teladan (p<0.01), stimulasi kecukupan diri (p<0.05), pengaturan aktivitas (p<0.05). Artinya, semakin tinggi pengasuhan pengabaian yang diberikan orang tua kepada anak remajanya maka stimulasi psikososial berupa sarana belajar, teladan, upaya dalam mengembangan diri, dan pengaturan aktivitas yang diberikan orang tua kepada anak remajanya juga akan semakin menurun. Hasil lainnya menemukan bahwa dimensi pengasuhan pengabaian berhubungan negatif signifikan dengan total keseluruhan lingkungan pengasuhan (p<0.01). Artinya, semakin tinggi pengasuhan pengabaian yang diberikan orang tua kepada anak remajanya maka stimulasi psikososial yang diberikan orang tua kepada anak remajanya juga akan semakin menurun. Dimensi pengasuhan penolakan berhubungan negatif signifikan dengan subskala penyediaan material (p<0.05), teladan (p<0.05), dan pengaturan aktivitas (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengasuhan penolakan yang diberikan orang tua kepada anak remajanya maka stimulasi psikososial berupa sarana belajar, teladan dan pengaturan aktivitas di dalam keluarga juga akan semakin menurun. Temuan lainnya menunjukkan bahwa total keseluruhan pengasuhan penerimaan berhubungan positif signifikan dengan subskala penyediaan material (p<0.01), teladan (p<0.01), stimulasi kecukupan diri (p<0.05), pengaturan aktivitas (p<0.01), keterlibatan keluarga (p<0.05), serta total keseluruhan lingkungan pengasuhan (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin remaja diterima maka stimulasi psikososial dalam hal ini berupa sarana belajar, teladan, upaya dalam mengembangkan diri, pengaturan aktivitas, dan keterlibatan yang diberikan orang tua kepada remaja juga semakin meningkat. Sebaliknya, semakin remaja diabaikan maka stimulasi psikososial dalam hal ini berupa sarana belajar, teladan, upaya dalam mengembangkan diri, pengaturan aktivitas, dan keterlibatan yang diberikan orang tua kepada remaja juga semakin menurun.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan lingkungan pengasuhan

LF = Aspek Lingkungan Fisik, PM = Penyediaan Material, T = Teladan, S = Stimulasi kecukupan diri, P = Pengaturan aktivitas, KK = Keterlibatan keluarga, KP = Kehangatan dan penerimaan

(32)

22

PEMBAHASAN

Remaja merupakan individu yang mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan menghadapi berbagai macam perubahan dalam hidupnya. Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran kepada orang tua dan remaja tersebut. Menurut teori psikososial Erik Erickson, remaja berada pada tahap identity vs identity confusion, dimana pada masa ini remaja dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sangat banyak. Hal tersebut dapat membuat remaja bimbang dan apabila remaja tidak dapat melewati masa krisis ini dengan baik maka akan mengakibatkan remaja tersebut akan menarik diri, mengisolasi dirinya dari teman-teman dan keluarga. Akan tetapi, apabila remaja berhasil melewati masa krisisnya dengan baik maka remaja akan muncul sebagai diri yang baru dan

fresh serta dapat diterima di lingkungannya. Hal tersebut merupakan salah satu

gambaran mengenai tantangan bagi orang tua dalam menghadapi anak remajanya, seperti menyeimbangkan kontrol dari keluarga dengan tetap memberikan kebebasan kepada anak remaja khususnya yang tinggal di daerah suburban. Salah satu karakteristik daerah suburban, yaitu perkembangan informasi dan teknologi yang lebih pesat. Hal tersebut akan membuat remaja menjadi mudah terpengaruh dan cenderung menerima berbagai isi informasi dan teknologi yang ada. Oleh karenanya, menjadi sangat penting bagi orang tua untuk tetap dalam membimbing dan memberikan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi berbagai peran sebagai panduan yang cocok untuk hidupnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang nyata antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan subskala teladan. Orang tua terutama ibu tidak hanya memiliki peran mengasuh saja, tetapi memiliki peran lain yang sangat bermanfaat untuk anak remajanya, seperti teladan. Remaja akan memiliki kecenderungan yaitu menjadikan ibu sebagai teladan bagi dirinya. Hal ini dapat terjadi, karena ibu dalam kesehariannya lebih sering berada di rumah, sehingga apa yang dilakukan oleh ibu akan dilakukan juga oleh remaja. Oleh karenanya, menjadi penting bagi orangtua terutama ibu memperhatikan perilaku yang tepat agar remaja terhindar dari perilaku yang dapat merusak dirinya. Sementara itu, hasil lainnya memperlihatkan hubungan positif yang nyata antara pengasuhan penerimaan-penolakan dengan subskala penyediaan material dan keterlibatan keluarga. Hal tersebut menunjukan bahwa keluarga yang dapat menerima dan mendukung keberadaan remaja akan memberikan dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk remajanya, seperti penyediaan material yang dapat mendukung peningkatan prestasi remaja, berpartisipasi dalam kegiatan remaja serta mengadakan berbagai bentuk aturan-aturan agar menumbuhkan perilaku tanggung jawab untuk mematuhi aturan yang sudah dibuat dalam diri remaja. Selain itu, hasil uji hubungan memperlihatkan adanya hubungan negatif yang nyata antara dimensi pengasuhan pengabaian dengan lingkungan pengasuhan. Hal ini menunjukkan bahwa saat remaja diterima oleh lingkungan keluarga maka keluarga tersebut akan menyediakan stimulasi psikososial yang baik untuk remaja tersebut. Sebaliknya, saat remaja semakin diabaikan oleh lingkungan keluarga maka stimulasi psikososial yang diberikan keluarga kepada remajanya akan semakin menurun.

Sebagian besar keluarga dengan anak usia remaja yang tinggal di daerah

(33)

23

menerapkan gaya pengasuhan pengabaian. Rendahnya proporsi keluarga yang menerapkan gaya pengasuhan pengabaian diduga karena kelurga tersebut merupakan keluarga yang memiliki pendapatan yang kecil. Secara umum, keluarga dengan pendapatan kecil akan memiliki kecenderungan kurang dalam memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan perilaku anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasuma (2001) yang menyatakan bahwa keadaan ekonomi dapat mempengaruhi pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Karakteristik keluarga dan remaja seperti usia remaja menunjukkan hubungan negatif yang nyata dengan dimensi pengasuhan agresif. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Batubara (2010) yang menyatakan bahwa pada masa remaja awal akan terjadi berbagai bentuk perubahan seperti perubahan fisik dan perubahan psikososial, sehingga diharapkan pada masa ini remaja dapat memahami tentang proses perubahan tersebut. Pada saat remaja kurang dapat memahami hal tersebut akan mengakibatkan hubungan antara orang tua dengan remaja akan semakin sulit. Hasil lainnya memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif yang nyata antara besar keluarga dengan dimensi pengasuhan penerimaan. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2011), Mukhlisoh (2013), dan Asilah (2013) yang menyatakan bahwa besar keluarga tidak memiliki hubungan dengan dimensi pengasuhan penerimaan. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan pernyataan Hurlock (1990) yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah keluarga maka pengasuhan semakin buruk. Hal ini diduga dapat terjadi pada saat keluarga memiliki proporsi terbesar jumlah anak yaitu sekitar dua orang maka pengasuhan penerimaan yang berupa kehangatan masih terbilang cukup baik jika diterapkan oleh orang tua di dalam keluarga. Selanjutnya, hasil uji hubungan menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2011) dan Wulandari (2013) yang menyatakan bahwa jenis kelamin akan mempengaruhi cara pengasuhan yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Hal ini dapat terjadi karena orang tua dengan anak pertama adalah remaja yang berada pada kisaran usia 13 hingga 15 tahun, tidak terlalu membedakan jenis kelamin anak pada saat menerapkan gaya pengasuhan di dalam keluarga.

Secara keseluruhan, keluarga dengan anak usia remaja di daerah suburban

(34)

24

dimiliki oleh ibu. Oleh karenanya, menjadi sangat penting bagi ibu dalam meningkatkan pengetahuan agar perkembangan anak menjadi optimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Keluarga dengan anak usia remaja di daerah suburban ini memiliki kualitas pengasuhan yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti secara umum orang tua telah melakukan pengasuhan dengan cukup baik. Secara keseluruhan, orang tua menerapkan pengasuhan penerimaan kepada anak remajanya. Hanya sebagian kecil orang tua yang menerapkan pengasuhan pengabaian di dalam keluarganya. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut merupakan keluarga kecil yang memiliki pendapatan yang kecil, sehingga memicu keluarga tersebut melakukan pengasuhan pengabaian terhadap anak remajanya. Pengasuhan penolakan dimensi pengasuhan agresif merupakan pengasuhan yang lebih sering dilakukan oleh orang tua dibandingkan pengasuhan dimensi pengabaian dan penolakan. Terdapat hubungan yang nyata dan positif antara besar keluarga dengan dimensi pengasuhan penerimaan. Artinya, semakin banyak besar keluarga, dengan jumlah maksimal anak dua dalam penelitian ini maka semakin tinggi pengasuhan penerimaan yang diberikan orang tua. Terdapat pula hubungan yang nyata dan negatif antara usia remaja dengan dimensi pengasuhan agresif. Artinya, semakin bertambah usia remaja maka pengasuhan agresif yang diberikan orang tua semakin menurun. Indeks lingkungan pengasuhan memiliki nilai rata-rata dibawah 60. Hal ini berarti secara umum orang tua belum dapat memberikan lingkungan pengasuhan yang optimal kepada anak remajanya. Karakteristik keluarga seperti lamanya pendidikan ibu dan pendapatan keluarga memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan total keseluruhan lingkungan pengasuhan. Semakin lama pendidikan yang ditempuh oleh ibu dan semakin besar pendapatan keluarga maka stimulasi psikososial yang diberikan orang tua kepada remajanya akan semakin meningkat. Hasil uji hubungan menunjukan bahwa pengasuhan penerimaan-penolakan memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan pengasuhan.

Saran

(35)

25

khususnya untuk dapat mengimbangi berbagai perubahan ekologis di daerah suburban.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiasari. Latifah M, Wulandari A. 2013. Pengasuhan Otoriter Berpotensi Menurunkan Kecerdasan Sosial, Self-Esteem, dan Prestasi Akademik Remaja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol.4, No.1. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Amalia, R. 2013. Struktur dan Strategi NafkahPedagang Makanan di Sektor

Informal Daerah Suburban Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Asilah. 2013. Hubungan Tingkat Stress ibu dan Pengasuhan Penerimaan Penolakan Dengan Konsep Diri Remaja pada Keluarga Bercerai [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Batubara JRL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari

Pediatri, Vol. 12, No.1. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr

Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bornstein MH. 2002. Handbook of Parenting Second Edition, Volume 1: Children

and Parenting. London: Lawrence Erlbaum Associates.

____________. 2002. Handbook of Parenting Second Edition, Volume 2: Biology

and Ecology of Parenting. London: Lawrence Erlbaum Associates.

BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia: Kesehatan Reproduksi Remaja.

Jakarta: Direktorat Statistika Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS. Brooks JB. 2001. Parenting, Third Edition. California: Mayfied Publishing

Company.

Buanantri AC. 2012. Hubungan antara Karakteristik Kaluarga dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di RW 006 Jatimurni, Bekasi (ID).

Jurnal UPN Veteran Jakarta.

Cadwell BM, RH Bradley. 2003. Home Observation for Measurement of The

Environment. Arkansas (US): University of Arkansas.

Chandriyani, Hastuti D, Alfiasari. 2010. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Keluarga

dan Konsumen, Vol.3, No.1. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen, Institut Pertanian Bogor.

Dariyo A. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung (ID): PT Refika Aditama.

Duvall E.M. 1971. Family Development 4th edition.New York (US):J.B.Lippincott Company.

Guhardja S, Priatini W, Latifah M. 2008. Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran Teman Sebaya, terhadap Kecerdasan Emosional Remaja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol.1, No.1. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Gunarsa D.S., Gunarsa Y.S. 2008. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan

(36)

26

Hassan B, Arzeen S, Riaz MN. 2012. Perception of Parental Acceptance and Rejection in Emottionally Emphathic and Non-Empathic Adolescents.

Pakistan Journal of Social and Clinical Psychology.

Hastuti D, Dinda YIF, Guhardja S. 2011. Kualitas lingkungan pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak usia balita di daerah rawan pangan.

Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol.4, No.1. Bogor (ID):

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor. Hastuti R. 2011. Analisis Nilai Anak, Kualitas Lingkungan Pengasuhan, Dan

Perkembangan Anak Usia Sekolah Pada Keluarga Petani Karet Dan Petani Swait Di Kabupaten Bungo [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Herawati T, Briawan D. 2008. Peran Stimulasi Orang Tua terhadap

Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Jurnal Ilmu Keluarga dan

Konsumen, Vol.1, No.1. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen, Institut Pertanian Bogor.

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan anak. Edisi kelima. Jakarta (ID): PT Erlangga.

Hussain S & Munaf S. 2012. Perceived Father Acceptance-Rejection in Childhood and Psychological Adjusment in Adulthood. International Journal of Business and Social Science.

Kasuma, NOK. 2001. Pola Asuh dan Tumbuh Kembang Anak Balita pada Keluarga Etnik Timor dan Rote di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Khomsan A. 2002. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): PT Gramedia.

Lee SJ, Altschul I, Gershoff ET. 2013. Does Warmth Moderate Longitudinal Associations Between Maternal Spanking and child Aggression in Early Childhood. American Psychological Association. doi: 10.1037/a0031630. Malik F. 2010. Determinants of Child Abuse in Pakistani Families: Parental Acceptance-Rejection and Demographic Variables. International Journal of Business and Social Science.

Megawangi R.2007. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun

Bangsa.Bogor (ID): Indonesia Heritage Foundation.

Nurrohmaningtyas. 2008. Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Model Sekolah terhadap Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Permatasari CL, Hastuti D. 2013. Nilai Budaya, Pengasuhan Penerimaan-Penolakan, dan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug, Bogor Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Vol.6,

No.2. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Institut

Pertanian Bogor.

Puspitawati H. 2009. Kenakalan Pelajar Dipengaruhi Oleh Sistem Sekolah Dan

Keluarga. Bogor (ID): IPB Press.

____________. 2012. Gender dan Keluarga : Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Gambar

Gambar 1 Menyajikan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2 Kerangka teknik pengambilan contoh
Tabel 1  Pengolahan data pada variabel pengasuhan penerimaan-penolakan dan lingkungan pengasuhan
Tabel 2  Sebaran remaja berdasarkan usia orang tua (tahun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi. Tiada hari yang dilalui manusia tanpa berurusan dengan persoalan ekonomi. Dalam konteks ekonomi,tujuan

Pengembangan model buku ajar IPA berbasis inkuiri terbimbing ini hanya terbatas pada mata pelajaran IPA Kelas 3 semester genap yang terdiri atas materi pokok Gerak Benda,

Artikel ini membincangkan kemahiran membaca dalam bahasa Arab meliputi maksud membaca (al-Qira'ah wal-Mutala'ah), realiti pembelajaran kemahiran membaca, pembahagian bacaan kepada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Guided Discovery Learning, baik yang dipadu dengan CM ataupun tidak belum efektif memperbaiki pemahaman konsep siswa..

oleh setiap orang baik secara formal maupun informal yang pada hakikatnya adalah terjadinya suatu “Perubahan” dalam diri seseorang setelah melakukan

Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

merupakan sediaan salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap mata harus diberikan  perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan

Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization , mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai