KARANG JAKARTA TAHUN 2010
SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)
Disusun Oleh:
GYTHA INDRIAWATI AMIN
NIM : 106101003325PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2010
ii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Desember 2010
GYTHA INDRIAWATI AMIN, NIM: 106101003325
Analisis Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di Area Produksi PLTU
PT PJB UP Muara Karang JakartaTahun 2010
(xxi + 308 Halaman, 89 Tabel, 8 Gambar, Lampiran)
ABSTRAK
PT PJB UP Muara Karang merupakan sebuah anak perusahaan PLN, produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik ibukota Jakarta yang mengelola 5 unit PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) & 1 unit PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap). Di PLTU PT PJB UP Muara Karang telah terjadi 19 kasus kebakaran dari tahun 2006 hingga bulan maret tahun 2010. Hal telah tersebut telah mengakibatkan kerugian yang besar diantaranya: hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga menyebabkan pemadaman listrik di berbagai daerah. Kerusakan mesin yang harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran yang ada di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret hingga desember tahun 2010. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan dengan wawancara kepada informan dan melakukan observasi langsung menggunakan daftar checklist standar NFPA dan KEPMEN PU No.10/KPTS/2010.
Hasil penelitian menunjukan bahwa area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang memiliki bahaya kebakaran kelas A, B, C dan D dan rata-rata tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran sebesar 81.76 %. Office merupakan area dengan tingkat pemenuhan paling rendah adalah yaitu sebesar 73.58 %. Hal tersebut dikarenakan di area tersebut tidak terdapat sprinkler, hidran dan tangga darurat. Pintu darurat yang ada tidak difungsikan sebagaimana mestinya, dan lampu darurat yang ada berwarna putih.
Saran yang diberikan untuk area ini yaitu agar pihak perusahaan menyediakan sprinkler, hidran, tangga darurat, lampu darurat yang berwarna kuning, menggunakan pintu darurat pada saat kejadian darurat saja. Melakukan simulasi kebakaran pada waktu yang tidak terduga dan berbagai kondisi. Serta tetap melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap seluruh alat proteksi kebakaran dan sarana penyelamat jiwa sehingga selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan setiap saat.
iii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduated Thesis, December 2010
GYTHA INDRIAWATI AMIN, NIM: 106101003325
The Fulfillment Analysis of Fire Emergency Response System in Production Area PLTU PT PJB UP Muara Karang Jakarta in 2010
(xxi + 308 Pages, 89 Tables, 8 Pictures, Attachments)
ABSTRACT
PT PJB UP Muara Karang is a subsidiary of PLN, power producer that supplies electricity needs capital city of Jakarta, which manages 5 units of power plant (Steam Power) & 1 unit of Combined Cycle Power Plant (Gas Steam Power Plant).In the power plant PT PJB UP Muara Karang have occurred 19 cases of fires from 2006 until March 2010. It already has resulted in huge losses include: loss of production time from 2 days to 1 month, which automatically reduces the electrical load that should be generated, causing blackouts in several areas. Damaged engine must be repaired or replaced with a new engine, as well as achieve material losses of hundreds of millions to billions of rupiahs.
The general objective of this research is to know the level of compliance with fire emergency response system that is in production area power plant PT PJB UP Muara Karang in 2010. This research was conducted in March until the end of 2010. This is a qualitative research with interviews with the informants and direct observation using
a checklist NFPA standards and Kepmen PU No.10/KPTS/2010.
The result showed that the production area of power plant of PT PJB UP Muara Karang has the danger of fire class A, B, C and D and the level of compliance with fire emergency response system that is at 81.76 %. Office is the area with the lowest compliance rate that is at 73.58 %. That is because in this area got no sprinkler, hydrant and emergency stair. The emergency exits are not functioned properly and emergency lights which available got white color.
Suggestions that can be done to this area is that the companies should be providing sprinkler, hydrant, emergency stair, emergency light which get yellow color. Use the emergency door at the time of emergency only. Do the simulation of fire at unexpected time and in every condition. Continue to conduct inspection and maintenance of all fire protection equipment and life-saving tool so that is always in good condition also ready for use in any time.
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 20 Desember 2010
Penguji I
Dr. Arif Sumantri, SKM, MKes
Penguji II
Iting Shofwati, ST, MKKK
Penguji III
v
Judul Skripsi
ANALISIS PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
DI AREA PRODUKSI PLTU PT PJB UP MUARA KARANG JAKARTA
TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2010
Mengetahui
Dr. Arif Sumantri, SKM, Mkes Iting Shofwati, ST, MKKK
vi
Nama : Gytha Indriawati Amin
Tempat/Tgl Lahir : Sumedang, 06 Juni 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Desa Cikoneng No.8 Rt.03 Rw.05
Kec.Ganeas Kab.Sumedang Jawa Barat
45356
Email : Gytha.gytha@gmail.com
Telp : 021-95646124/085695501340
Riwayat pendidikan
TK Al-Hidayah Sumedang : 1993-1994
SDN Bojong Koneng Sumedang : 1994-2000
MTS Mahad Al-Zaytun : 2000-2003
MA Mahad Al-Zaytun : 2003-2006
S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
vii
Segala puji kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan yang tak
terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan
rahmat-Nya hingga skripsi yang berjudul ” Analisis Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Jakarta Tahun 2010” ini
dapat tersusun. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Baginda Besar Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan.
Skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang
memberikan bantuan,bimbingan, motivasi dan petunjuk. Sekiranya patutlah bagi penulis
untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Keluarga tercinta Bapak Abdul Hamid Amin dan Ibu Karyani, adik-adikku Maurice
dan Vincent atas doa dan dukungan moril dan materiil yang tak henti-hentinya kalian
berikan.
2. Bapak Yuli Prapanca Satar sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku sekretaris Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan pembimbing skripsi II atas bimbingan akademik dan pengarahan
membangun dalam proses skripsi..
4. Bapak DR. H. Arif Sumantri SKM. MKES selaku pembimbing I atas bimbingan
akademik dan pengarahan membangun dalam proses skripsi.
5. Bapak Ir. Miftahul Jannah, MM selaku Manajer PT PJB UP Muara Karang yang
viii
banyak membantu dalam urusan administrasi.
7. Bapak Bambang Wuryanto selaku Deputi Manajer K&LK3, bapak Tugiman selaku
supervisor K3, bapak Agus Susilo beserta staf yang selalu membimbing di lapangan
dan memberikan masukan-masukan bermanfaat selama penelitian berlangsung.
8. JNC (Hasplah, Defriyan, Andri, Ranti, Ekaw, Ranti, Eka M, Annisa, Suzan, Fifi,
Afifa, Nuri), terima kasih atas kebahagian dan tawa yang selalu kalian bagi.
9. Bapak Taryana dan Bapak Wiwin Suhaya beserta keluarga atas support yang telah
diberikan.
10.Andra Ramadhi Putra & Syed Raffay Ali, who taught me how to struggle. The
world's a better place because of man like you. Who take the time to do nice things.
The way you both always do.
11. Teman-teman seperjuangan Kesmas angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Jakarta, Desember 2010
ix
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
LEMBAR PERSETUJUAN v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xxiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian... 6
1.4 Tujuan Penelitian... 6
1.4.1 Tujuan Umum... 6
1.4.2 Tujuan Khusus... 6
1.5 Manfaat Penelitian... 7
1.5.1 Bagi Mahasiswa... 7
1.5.2 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan K3... 7
x BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Terjadinya Api ... 9
2.2 Pengertian Kebakaran... 11
2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran... 11
2.4 Klasifikasi Kebakaran... 14
2.5 Tingkat Bahaya Kebakaran... 15
2.6 Klasifikasi Bangunan... 18
2.7 Sistem Tanggap Darurat... 22
2.8 Manajemen Tanggap Darurat... 24
2.8.1 Organisasi tanggap Darurat... 24
2.8.2 Prosedur Tanggap Darurat... 25
2.8.3 Pelatihan Tanggap Darurat... 26
2.9 Sarana Proteksi Aktif... 27
2.9.1 APAR... 27
2.9.2 Alarm... 33
2.9.3 Sprinkler... 35
2.9.4 Detektor... 37
2.9.5 Hidran... 40
2.10 Sarana Penyelamat Jiwa... 42
2.10.1 Petunjuk Jalan Keluar... 43
2.10.2 Sarana Jalan Keluar... 44
xi
2.10.5 Penerangan Darurat... 48
2.10.6 Tempat Berhimpun... 48
2.11 Tingkat Pemenuhan... 49
2.11.1 Teknik Skoring... 49
BAB III KERANGKA BERFIKIRDAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Berfikir... 51
3.2 Definisi Istilah... 53
3.2.1 Manajemen Tanggap Darurat... 53
1. Organisasi Tanggap Darurat... 53
2. Prosedur Tanggap Darurat... 54
3. Pelatihan Tanggap Darurat Kebakaran... 55
3.2.2 Sarana Proteksi Aktif... 55
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)... 55
2. Alarm... 56
3. Sprinkler... 57
4. Detektor... 57
5. Hidran Halaman (Outdoor Hydrant)... 58
6. Hidran Ruangan (Indoor Hydrant)... 59
3.2.3 Sarana Penyelamatan Jiwa... 60
1. Petunjuk Jalan Keluar... 60
2. Sarana Jalan Keluar... 60
xii
5. Penerangan Darurat... 62
6. Tempat Berhimpun... 63
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 64
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 64
4.2.1 Lokasi Penelitian... 64
4.2.2 Waktu Penelitian... 64
4.3 Informan... 65
4.4 Metode Pengumpulan Data... 65
1. Data Primer... 65
2. Data Sekunder... 66
4.5 Analisa Data... 67
4.6 Validitas Data... 69
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum PT PJB UP Muara Karang... 70
5.1.1 Profil PT PJB UP Muara Karang... 70
5.1.2 Gambaran Departemen K & LK3... 73
5.1.3 Gambaran Produksi PLTU Unit 4-5 PT PJB UP Muara Karang... 75
5.2 Bahaya Kebakaran... 76
xiii
5.3.1.1 Organisasi Tanggap Darurat... 81
5.3.1.2 Prosedur Tanggap Darurat... 87
5.3.1.3 Pelatihan Tanggap Darurat Kebakaran... 89
5.3.1.4 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat
Kebakaran Di PLTU... 91
5.3.2 Desalination Plant... 92
5.3.2.1Sarana Proteksi Aktif... 92
5.3.2.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 103
5.3.2.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Desalination Plant PLTU...
112
5.3.3 Ground Floor... 113
5.3.3.1 Sarana Proteksi Aktif... 113
5.3.3.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 131
5.3.3.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Ground Floor PLTU... 139
5.3.4 Mezzanine Floor... 139
5.3.4.1 Sarana Proteksi Aktif... 139
5.3.4.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 153
5.3.4.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Mezzanine Floor PLTU...
161
5.3.5 Turbine Floor... 161
xiv
5.3.5.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Turbine Floor PLTU...
186
5.3.6 Office... 187
5.3.6.1 Sarana Proteksi Aktif... 187
5.3.6.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 197
5.3.6.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Office PLTU...
206
5.3.7 Gudang... ... 206
5.3.7.1 Sarana Proteksi Aktif... 206
5.3.7.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 219
5.3.7.3 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Gudang PLTU...
227
5.4 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Di
Area Produksi PLTU...
228
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian... 229
6.2 Bahaya Kebakaran... 229
6.2.1Identifikasi Bahaya Kebakaran di PLTU PT PJB UP Muara Karang 229
6.2.2 Klasifikasi Bahaya Kebakaran di PLTU PT PJB UP Muara Karang 230
6.3 Manajemen Tanggap Darurat... 231
6.3.1 Organisasi Tanggap Darurat... 232
xv
6.3.4 Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat... 238
6.4 Desalination Plant... 239
6.4.1 Sarana Proteksi Aktif... 239
6.4.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 245
6.4.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Desalination Plant... 250 6.5 Ground Floor... 250
6.5.1 Sarana Proteksi Aktif... 250
6.5.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 255
6.5.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Ground Floor... 259 6.6 Mezzanine Floor... 259
6.6.1 Sarana Proteksi Aktif... 259
6.6.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 264
6.6.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Mezzanine Floor... 269 6.7 Turbine Floor... 269
6.7.1 Sarana Proteksi Aktif... 269
6.7.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 274
xvi
6.8.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 284
6.8.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area
Office... 289
6.9 Gudang... 290
6.9.1 Sarana Proteksi Aktif... 290
6.9.2 Sarana Penyelamat Jiwa... 293
6.9.3Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area
Gudang... 299
6.10 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di PLTU PT
PJB UP Muara Karang... 299
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan... 301
7.2 Saran... 304
xvii
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Bahaya Kebakaran... 15
Tabel 2.2 Jarak Antar Bangunan... 21
Tabel 2.3 Jenis APAR Berdasarkan Klasifikasi Kebakaran... 28
Tabel 2.4 Luas Area Maksimal Yang Harus Dilindungi Per APAR... 32
Tabel 2.5 Ukuran Dan Penempatan APAR Untuk Bahaya Kelas A... 33
Tabel 2.6 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran... 50
Tabel 4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran... 69
Tabel 5.1 Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran di Area Produksi PLTU PT
PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
79
Tabel 5.2 Tingkat Pemenuhan Organisasi Tanggap Darurat per Elemen
Pertanyaan di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun
2010...
82
Tabel 5.3 Tingkat Pemenuhan Prosedur Tanggap Darurat per Elemen
Pertanyaan di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun
2010...
87
Tabel 5.4 Tingkat Pemenuhan Pelatihan Tanggap Darurat per Elemen
Pertanyaan di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang...
90
Tabel 5.5 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area
Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
91
xviii
Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
93
Tabel 5.8 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Desalination
Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
97
Tabel 5.9 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di area
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010... 98
Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area
Desalination PlantPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 101
Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 103
Tabel 5.12 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
area Desalination PlantPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 104
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 107
Tabel 5.15 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
area Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 109
Tabel 5.16 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di
Area Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun
2010...
xix
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
Tabel 5.18 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Ground
Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 113
Tabel 5.19 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di area Ground
Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
114
Tabel 5.20 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Ground Floor
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
118
Tabel 5.21 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Ground
FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
119
Tabel 5.22 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 123
Tabel 5.23 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Ground
FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
125
Tabel 5.24 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 127
Tabel 5.25 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
129
Tabel 5.26 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
131
Tabel 5.27 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Area Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 132
xx
Tabel 5.29 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 135
Tabel 5.30 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
Area Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 137
Tabel 5.31 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area
Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 139
Tabel 5.32 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 139
Tabel 5.33 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 141
Tabel 5.34 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Mezzanine
Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 145
Tabel 5.35 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 146
Tabel 5.36 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di area Mezzanine FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
149
Tabel 5.37 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 151
Tabel 5.38 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di
Mezzanine Floor Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 153
Tabel 5.39 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
xxi
Area Mezzanine FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010
Tabel 5.41 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
158
Tabel 5.42 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
Area Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 160
Tabel 5.43 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
161
Tabel 5.44 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area
Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
161
Tabel 5.45 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Turbine
Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 163
Tabel 5.46 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Turbine Floor
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
166
Tabel 5.47 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Turbine
Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
168
Tabel 5.48 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area
Turbine FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
170
Tabel 5.49 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Turbine
FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 172
Tabel 5.50 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area
Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 175
xxii
Tabel 5.52 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Area Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 178
Tabel 5.53 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
area Turbine FloorPLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 180
Tabel 5.54 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 181
Tabel 5.55 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
Area Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 183
Tabel 5.56 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di
Area Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 185
Tabel 5.57 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area
Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
186
Tabel 5.58 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Office
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
187
Tabel 5.59 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Office
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 188
Tabel 5.60 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Office
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 192
Tabel 5.61 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Office
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 194
Tabel 5.62 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area
xxiii
Area Office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
Tabel 5.64 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Area OfficePLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 200
Tabel 5.65 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 201
Tabel 5.66 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
area Office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 203
Tabel 5.67 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di
Area Office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 204
Tabel 5.68 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area
Office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 206
Tabel 5.69 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area
Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 206
Tabel 5.70 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di area Gudang
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
208
Tabel 5.71 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Area Gudang
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
211
Tabel 5.72 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di area Gudang
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
213
Tabel 5.73 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area
Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 215
xxiv
Tabel 5.75 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area
Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 219
Tabel 5.76 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
area Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 220
Tabel 5.77 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Area Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 222
Tabel 5.78 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 223
Tabel 5.79 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di
area Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 225
Tabel 5.80 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di
Area Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010... 226
Tabel 5.81 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area
Gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
227
Tabel 5.82 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area
Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010...
xxv
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Fire Triangle... 9
Gambar 2.2 Fire Tetrahidron... 10
Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 51
Gambar 5.1 Peta Lokasi PLTU Muara Karang... 71
Gambar 5.2 Struktur Organisasi PT PJB UP Muara Karang... 72
Gambar 5.3 Motto 5S... 74
Gambar 5.4 Alur Proses Produksi Listrik Turbin Uap ( PLTU ) Muara Karang.. 75
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO dalam Risk Reduction and Emergency Preparedness (2007),
yang dimaksud dengan kesiapsiagaan darurat adalah sebuah program kegiatan
jangka panjang yang tujuannya adalah untuk memperkuat keseluruhan kapasitas
dan kemampuan suatu negara atau komunitas untuk mengelola secara efisien
semua jenis keadaan darurat dan membawa transisi teratur dari bantuan melalui
pemulihan, dan kembali ke pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
membutuhkan rencana keadaan darurat dikembangkan, personil pada semua
tingkat dan di semua sektor dilatih, dan komunitas yang menghadapi risiko
dididik, dan bahwa tindakan tersebut akan dipantau dan dievaluasi teratur.
Definisi kebakaran menurut Surat Keputusan Menakertrans No.158 Tahun
1978 adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran adalah
kerugian materil dan moril, yaitu berupa harta benda atau korban jiwa dan raga.
Sedangkan menurut Perda DKI Jakarta (1992) kebakaran merupakan suatu nyala
api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan
pada umumnya sukar dikendalikan.
Kebakaran perusahaan adalah sesuatu yang sangat tidak diingini. Bagi tenaga
kerja, kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka
kehilangan pekerjaan, sekalipun mereka tidak menderita cedera. Dengan
kebakaran, juga hasil usaha dan upaya yang sekian lama atau dengan susah
payah dikerjakan dapat menjadi hilang sama sekali. Jerih payah berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dapat musnah hanya dalam waktu beberapa jam atau
kadang-kadang beberapa menit saja (Suma’mur, 1997).
Menurut ILO (1992), kebakaran di industri dapat terjadi karena berbagai
penyebab, diantaranya gangguan listrik 23%, merokok 18%, permukaan panas
7%, bahan yang terlalu panas 8%, nyala pembakar/brander 7%, percikan api
(pekerja las atau membubut) 5%, pengapian spontan 4%, pengelasan dan
pemotongan 4% dan lain-lain 14%.
Menurut WHO (2007), keadaan darurat utama, bencana dan krisis lainnya
tidak mengidahkan perbatasan negara dan tidak pernah terjadi pada saat yang
tepat. Besarnya penderitaan manusia yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
ini sangat besar, dan termasuk banyak aspek kehidupan masyarakat lainnya yang
terkait kesehatan, keamanan, perumahan, akses ke makanan, air dan komoditas
kehidupan lain, dll. Itulah mengapa sangat penting untuk memiliki sistem
tanggap darurat di tempat, sehingga dampak bencana terhadap orang dan aset
bisa diminimalisir, dan respon yang terkoordinasi dapat diluncurkan secara
efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa dan
mengurangi penderitaan.
PT PJB UP Muara Karang merupakan sebuah anak perusahaan PLN
(Persero) produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik Ibukota Jakarta. Saat
Uap) & 1 unit PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap) Muara Karang dengan
kapasitas total 1.210 MW.
Berdasarkan data sekunder, di PT PJB UP Muara karang telah terjadi kasus
kebakaran pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4 kasus,
tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun 2010
hingga bulan Maret telah terjadi 2 kasus. Kesemua kasus terjadi di PLTU UP
Muara Karang. Akibat dari kejadian-kejadian kebakaran tersebut negara
dirugikan dengan hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang
otomatis akan mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga
menyebabkan pemadaman listrik di berbagai daerah. Kerusakan mesin yang
harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi
yang mecapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Menurut Iskandar (2008), salah satu aspek penting dalam penanggulangan
kebakaran ditempat kerja adalah penyediaan alat proteksi kebakaran aktif.
Namun pada kenyataannya penyediaan alat proteksi aktif sebagaian tidak sesuai
dengan standar, akibatnya jika terjadi kejadian kebakaran dapat mengakibatkan
kerugian baik fisik dan finansial.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
Dalam ayat ini Allah SWT mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa
bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Dia akan senantiasa
menambah rahmat-Nya kepada mereka. Sebaliknya Allah juga mengingatkan
kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa
Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka. Mensyukuri
rahmat Allah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan
perbuatan, yaitu menggunakan dan menjaga rahmat tersebut dengan cara dan
untuk tujuan yang diridai-Nya.
Diantara nikmat Allah yang sering terlupakan selain harta benda adalah
nikmat kesehatan dan keselamatan. Pihak perusahaan memiliki kewajiban untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan dan properti perusahaannya
dengan berbagai cara yang baik. Kebakaran menurut SK Menakertrans No.158
Tahun 1978 adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran
adalah kerugian yang berupa harta benda atau korban jiwa dan raga.
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan, pihak perusahaan memiliki kewajiban
untuk mencegah terjadinya kebakaran tersebut. Untuk mencegah terjadinya
kebakaran dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan pihak perusahaan harus
memproteksi aset yang mereka miliki termasuk karyawan. Salah satu cara yang
dapat dilakukan yaitu mengaplikasikan sistem tanggap darurat kebakaran.
Dimana perusahaan melakukan usaha untuk menghadapi kejadian kebakaran
tersebut baik dari pencegahan maupun penanggulangannya. Maka penulis
mengambil judul analisis tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 23
Maret 2010 PT PJB Terdiri dari 5 Unit PLTU dan 2 unit PLTGU. Peneliti
memilih PLTU dikarenakan menurut data perusahaan, telah terjadi kasus
kebakaran sebanyak 19 kasus dari tahun 2006 hingga bulan Maret 2010 dengan
rincian sebagai berikut: tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4
kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun
2010 hingga bulan Maret telah terjadi 2 kasus.
Rata-rata kebakaran yang terjadi diakibatkan oleh usia mesin yang sudah tua
namun tetap digunakan secara terus menerus karena proses produksi yang harus
terus dilakukan. Dampak yang dihasilkan akibat kebakaran tersebut yaitu
hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan
mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga menyebabkan
pemadaman listrik di berbagai daerah. Kerusakan mesin yang harus diperbaiki
ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mecapai
ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Dilihat dari jumlah kejadian kebakaran yang terjadi serta dampak kerugian
yang diakibatkan maka peneliti melakukan penelitian mengenai analisis tingkat
pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran di area produksi PLTU PT PJB UP
Muara Karang tahun 2010. Penelitian ini menggunakan beberapa standar acuan
yang diantaranya: KEPMEN PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Tehnik
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
tentang Standard For Installation Of Sprinkler Checklist, NFPA 14 Standard
installation of Standpipe and Hose System and Hose System Checklist, NFPA 72
tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA 101 tentang Life Safety Code
Checklist.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah hasil identifikasi bahaya kebakaran yang ada di area produksi
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat pemenuhan manajemen tanggap darurat,
sarana proteksi aktif, sarana penyelamat jiwa yang ada di setiap area produksi
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010?
3. Bagaimanakah gambaran tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat
kebakaran yang ada di PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran yang ada
di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran hasil identifikasi bahaya kebakaran yang ada di area
2. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat kebakaran
di tiap area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010.
3. Diketahuinya gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat
kebakaran yang ada di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun
2010
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan memberikan pengalaman untuk
mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja mengenai sistem tanggap
darurat kebakaran yang meliputi manajemen tanggap darurat, sarana proteksi
aktif, dan sarana penyelamatan jiwa.
1.5.2 Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan K3
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan
bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terutama penelitian yang serupa.
1.5.3 Bagi Perusahaan
Diketahuinya gambaran sistem tanggap darurat kebakaran di PLTU PT PJB
UP Muara Karang dan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di PLTU
PT PJB UP Muara Karang. Penelitian dilakukan dari bulan maret hingga
desember tahun 2010 untuk mengetahui analisis tingkat pemenuhan sistem
tanggap darurat kebakaran di PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010.
Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka kebakaran yang ada di PLTU PT
PJB UP Muara karang dari 2006 hingga bulan Maret 2010. Penelitian ini bersifat
kualitatif karena akan menggambarkan tingkat pemenuhan sistem tanggap
darurat kebakaran yang ada di PLTU PT PJB UP Muara Karang dengan
wawancara dan melakukan observasi langsung menggunakan daftar checklist
beberapa standar acuan seperti KEPMEN PU No.10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Tehnik Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, NFPA 10 tentang Standard For Portable Fire
Checklist, NFPA 13 tentang Standard For Installation Of Sprinkler Checklist,
NFPA 14 tentang Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose
System Checklist, NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA
101 tentang Life Safety Code Checklist. Penelitian ini dilakukan karena tingginya
angka kebakaran yang ada di PLTU PT PJB UP Muara karang dari tahun 2006
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Terjadinya Api
Dalam pedoman penanggulangan bahaya kebakaran, api adalah gas pijar
yang mengeluarkan panas. bila panas yang dikeluarkan itu melebihi batas
maksimal, maka dapat menimbulkan kebakaran. Sedangkan menurut Towlson
(1993), tiga sumber harus ada dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan api.
Tiga bentuk struktur ini disebut dengan “fire triangle”. Bila salah satu dari
elemen-elemen tersebut dihilangkan maka api pun akan padam.
Gambar 2.1 Fire Triangle
Ketiga elemen tersebut yaitu:
1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar
15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di
dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan
bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat
2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat
mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain: panas matahari,
permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis,
energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang dikompresi.
3. Bahan bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung terjadinya
pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk
benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh
atau sebagian darinya, ke bentuk gas agar dapat mendukung terjadinya
pembakaran. (Sugihardjo, 2010)
Kemudian model “fire triangle” tersebut dikembangkan oleh W.H. Haessler
(1974) menjadi teori “fire tetrahedron” dengan menambahkan elemen reaksi
kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila kegita elemen api tersebut
ada pada kondisi dan jumlah atau proporsi yang cukup.
2.2 Pengertian Kebakaran
Dalam pedoman penanggulangan bahaya kebakaran, kebakaran adalah suatu
peristiwa yang disebabkan dari api yang tidak dapat dikendalikan atau dikuasai
baik besar maupun kecil, disengaja atau tidak dan menimbulkan kerugian harta
benda, cacat bahkan korban jiwa manusia. Menurut NFPA sendiri, kebakaran
merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur, yaitu bahan
yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara dan panas yang dapat
berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cedera bahkan kematian
manusia.
2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Suma’mur (1997) menyebutkan beberapa peristiwa yang mengakibatkan
terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
mulai terbakar dan menyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau
tidak tergantung dari sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah,
agak mudah dan sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, tak
cukup timbul panas untuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat seperti
mudah terbakar kertas atau kayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya
permukaan yang bersinggungan dengan oksigen dan cara menyalakan zat
Benda pijar mudah atau tidak mudah dibakar akan menyebabkan terbakarnya
benda lain jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan
menyebabkan terjadinya bahan mudah terbakar yang bersinggungan
dengannya.
b. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yan mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
tidak perlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan
gelombang-gelombang elektromagnetis yaitu sinar inframerah. Jika
gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi
yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya
terus naik maka pada akhirnya benda tersebut akan menyala.
c. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi
akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas
untuk menyala atau meledak.
d. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair
Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang
berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap
dalam udara dan dapat meledak.
e. Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakarnya
percikan api tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat. Oleh karena
itu, tidak cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di
alam benda padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik
dan juga karena kelistrikan statis sebagai gesekan dua benda yang bergerak.
f. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang
padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk
terjadinya proses oksidasi, tetapi tidak cukup untuk mengeluarkan panas
yang terjadi. Peristiwa-peristiwa ini dipercepat oleh tingkat kelembaban.
Dalam hal mineral zat tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai
katalisator bagi proses, sedangkan untuk bahan-bahan organis, peranan
bakteri dibutuhkan.
g. Reaksi kimiawi
Rekadi-reaksi kimiawi tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat
terjadinya kebakaran. Zat-zat yang bersifat mengoksidasi seperti hydrogen
peroksida, klorat, borat dan lain-lain yang membebaskan oksigen pada
pemanasan dengan aktif meningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan
terbakarnya bahan-bahan yang dapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas
yang datang dari luar, bahan yang mengoksidasi dapat mengakibaktan
terbakarnya zat-zat organik, terutama jika bahan organik terdapat dalam
bentuk pertikel atau jika kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi
h. Peristiwa-peristiwa lain.
Gesekan antara 2 benda menimbulkan panas, yang semakain banyak
menurunkan besaran koefisien gesekan. Manakala panas yang timbul lebih
besar dari kecepatan hilangnya panas ke lingkungan, kebakaran mungkin
terjadi seperti pada mesin yang kurang minyak atau gemuk.
2.4 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah pengelompokan jenis-jenis kebakaran
berdasarkan jenis-jenis bahan yang terbakar. Tujuannya adalah untuk
menentukan cara dan media yang tepat dalam memadamkan kebakaran tersebut.
Klasifikasi kebakaran menurut NFPA yaitu:
1. Kelas A, yaitu kebakaran pada bahan padat kecuali logam, misalnya
kebakaran kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dan lain-lain. Jika terjadi
kebakaran kelas A maka dapat digunakan metode pemadaman dengan cara
pendinginan dengan air. Pemadaman dengan air atau busa kelas A.
2. Kelas B, yaitu kebakaran pada zat cair atau gas yang mudah terbakar,
misalnya kebakaran bensin, aspal, minyak (oli), alkohol, gas LPG, LNG dan
lain-lain. Jika terjadi kebakaran kelas B maka metode pemadaman yang dapat
digunakan adalah:
Penutupan atau pelapisan atau penyelimutan
Pemindahan bahan bakar
3. Kelas C, yaitu kebakaran pada listrik yang bertegangan, kebakaran yang
diakibatkan dari kebocoran listrik, konsleting termasuk peralatan bertenaga
listrik. Jika terjadi kebakaran kelas C metode pemadaman yang dapat
digunakan adalah:
Pemadaman menggunakan bahan yang non konduksi listrik
Putuskan arus listrik dan padamkan seperti pemadaman kebakaran kelas
A atau kelas B.
4. Kelas D, yaitu kebakaran pada logam, misalnya seng, aluminium,
magnesium, kalium, dan lain-lain. Jika terjadi maka metode pemadamannya
adalah pelapisan atau penyelimutan dengan bahan pemadam khusus terutama
bubuk kering tertentu.
2.5 Tingkat Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran menurut KEPMEN PU NOMOR: 10/KPTS/2000, Bahaya
kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan
derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran
api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Untuk kelas- kelas bahaya kebakaran bisa
dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Bahaya Kebakaran
Bahaya Kebakaran
Kelas Karakteristik
Kebakaran
Kesulitan Pemadaman Kebakaran
RENDAH Api permukaan merambat
Bahaya Kebakaran
Kelas Karakteristik
Kebakaran
Kesulitan Pemadaman Kebakaran
TINGGI Menyebar cepat atau intensitas api sedang sampai tinggi
Pengendalian api dengan menggunakan pompa air kuat dan/atau pembuatan sekat bakar menggunakan peralatan mekanis
EKSTRIM Menyebar cepat atau intensitas api tinggi
Sangat sulit untuk dikendalikan. Pemadaman tidak langsung dengan menggunakan drip torches dari garis pengendalian dapat digunakan
Sedangkan menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta, tingkat bahaya kebakaran
di bangunan pabrik diklasifikasikan sebagai berikut:
No. Tingkat Bahaya Kebakaran Jenis Bangunan
1 Bahaya Ringan Pabrik ubin
3 Bahaya Tinggi Pabrik makanan ternak
Pabrik peleburan besi dan baja
Pabrik komponen kendaraan bermotor Pabrik keramik
No. Tingkat Bahaya Kebakaran Jenis Bangunan
4 Bahaya Ekstrim Pabrik korek api Pabrik thiner Pabrik spirtus
Pabrik mesin/bahan peledak Pabrik pemintalan dan perajutan Pabrik cat
Pabrik battery Pabrik bahan kimia
Berbagai bentuk bahaya yang mungkin terjadi pada peristiwa kebakaran
adalah: (Depnaker, 1987)
a. Bahaya panik
Panik seringkali terjadi ketika kebakaran berlangsung dan biasanya
menyebabkan luka-luka bahkan kematian seperti terijak atau melompat dari
jendela yang berada di ketinggian tertentu (Thygerson, 1997). Situasi akan
lebih sulit dikendalikan apabila melibatkan jumlah orang yang makin banyak,
karena ketakutan seseorang dapat mempengaruhi dan menambah panic orang
lain.
b. Bahaya asap
Penyebaran asap akan lebih cepat dibandingkan dengan menjalarnya api,
oleh karena itu masalah asap merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Pengaruh bahaya yang dapat ditimbulkan karena asap antara lain adalah
kekurangan oksigen, gas asap sekalipun belum cukup tebal dapat
mengganggu mata sehingga sulit untuk melihat dan bahaya radiasi panas.
c. Bahaya radiasi panas
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkan merambat dengan cara
radiasi sehingga benda-benda disekelilingnya menjadi panas. Akibatnya
benda-benda terebut akan menyala jika titik nyalanya terlampaui. Untuk
menghindari hal tersebut, upaya pendinginan harus dilakukan saat proses
pemadaman.
d. Bahaya gas beracun
Adanya gas-gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran
bahan-bahan kimia atau bahan-bahan bahan-bahan lainnya harus diwaspadai. Gas-gas dapat
menyebabkan iritasi, sesak nafas bahkan bersifat racun yang mematikan
sebagaimana yang dinyatakan oleh Colling (1990) bahwa gas beracun yang
biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu NHN, NO2, HCL, CO, SO2
dan lain-lain.
2.6 Klasifikasi Bangunan
Berdasarkan KEPMEN PU NOMOR: 10/KPTS/2000 adalah pembagian
bangunan atau bagian bangunan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan
bangunan sebagai berikut:
A. Kelas 1:Bangunan Hunian Biasa
Adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
a. satu rumah tunggal; atau
b. satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masing
bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasuk
rumah deret, rumah taman, unit town house, villa, atau
2. Kelas 1b:rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan
luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12
orang secara tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan
hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat garasi pribadi.
B. Kelas 2: Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
C. Kelas 3: Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang
yang tidak berhubungan, termasuk:
1. Rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
2. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
3. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
4. Panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
5. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan
yang menampung karyawan-karyawannya.
D. Kelas 4:Bangunan Hunian Campuran
Adalah tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8,
atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut.
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha
profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar bangunan
kelas 6, 7, 8, atau 9.
F. Kelas 6:Bangunan Perdagangan
Adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan untuk tempat
penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan kebutuhan langsung
kepada masyarakat, termasuk:
1. Ruang makan, kafe, restoran; atau
2. Ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
atau motel; atau
3. Tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum; atau
4. Pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
G. Kelas 7:Bangunan Penyimpanan/Gudang
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan penyimpanan, termasuk:
1. Tempat parkir umum; atau
2. Gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau
cuci gudang.
H. Kelas 8:Bangunan Laboratorium/Industri/Pabrik
Adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang dipergunakan
untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan,
pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam
rangka perdagangan atau penjualan.
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan
masyarakat umum, yaitu:
1. Kelas 9a: bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari
bangunan tersebut yang berupa laboratorium;
2. Kelas 9b: bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium
atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunan
peribadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap
bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain.
J. Kelas 10:Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:
1. Kelas 10a: bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi,
carport, atau sejenisnya;
2. Kelas 10b: struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding
penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau
sejenisnya.
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus disediakan
jalur akses dan ditentukan jarak antar bangunan seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jarak Antar Bangunan
No Tinggi Bangunan Gedung (m) Jarak Minimum Antar Bangunan Gedung (m)
1 s/d 8 3
2 > 8 s/d 14 > 3 s/d 6 3 > 14 s/d 40 > 6 s/d 8
4 > 40 > 8
2.7 Sistem Tanggap Darurat
Menurut KEPMEN PU No.10/KPTS/2000, Sistem Tanggap Darurat adalah
salah satu kombinasi dari metode yang digunakan pada bangunan untuk
memperingatkan orang terhadap keadaan darurat , penyediaan tempat
penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, pemadaman kebakaran,
pemadaman kebakaran. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.(UU
No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).
Sedangkan menurut WHO dalam Risk Reduction and Emergency
Preparedness (2007), yang dimaksud dengan kesiapsiagaan darurat adalah
sebuah program kegiatan jangka panjang yang tujuannya adalah untuk
memperkuat keseluruhan kapasitas dan kemampuan suatu negara atau komunitas
untuk mengelola secara efisien semua jenis keadaan darurat dan membawa
transisi teratur dari bantuan melalui pemulihan, dan kembali ke pembangunan
yang berkelanjutan. Hal ini membutuhkan rencana keadaan darurat
dikembangkan, personil pada semua tingkat dan di semua sektor dilatih, dan
komunitas yang menghadapi risiko dididik, dan bahwa tindakan tersebut akan
dipantau dan dievaluasi teratur.
Menurut Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum untuk mengetahui tingkat
yang dilakukan oleh tenaga ahli yang sesuai bidangnya dan hasilnya disahkan
oleh instansi yang berwenang.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Kelengkapan tapak
b. Sarana penyelamatan
c. Sistem proteksi aktif
d. Sistem proteksi pasif
Sedangkan dalam KEPMEN PU No.10 Tahun 2000 pengaman terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran
b. Sarana penyelamatan
c. Sistem proteksi aktif
d. Sistem proteksi pasif
Untuk melakukan audit sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
Indonesia telah membuat peraturan- peraturan yang terkait yang dijadikan
standar acuan. Namun kesemua standar-standar tersebut mengacu pada standar
internasional yang dikeluarkan oleh NFPA (National Fire Protection
Association) diantaranya: NFPA 10 tentang Standard For Portable Fire
Checklist, NFPA 13 tentang Standard For Installation Of Sprinkler Checklist,
NFPA 14 Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose System
Checklist, NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA 101
2.8 Manajemen Tanggap Darurat
Berdasarkan KEPMEN PU No.11/KPTS/2000, bangunan yang memiliki luas
bagunan minimal 5000 m2 atau dengan baban hunian 500 orang, atau dengan
luas area/site minimal 5000 m2 atau terdapat bahan berbahaya yang mudah
terbakar diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran
(MPK). Besar kecilnya organisasi MPK ditentukan oleh risiko bangunan
terhadap bahaya kebakaran.
Dalam The Facility Manager’s Emergency Preparedness Handbook (2003)
yang menyebutkan bahwa manajer harus bertanggung jawab untuk meyakinkan
bahwa organisasinya memiliki rencana kebakaran, tenaga kerja yang terlatih
untuk menanggapi keadaan darurat kebakaran dan tempat berlindung yang
memadai dari kebakaran untuk melindungi pekerja dan properti.
2.8.1 Organisasi Tanggap Darurat
Organisasi/tim keadaan darurat adalah sekelompok orang yang
ditunjuk/dipilih sebagai pelaksana keadaan darurat (KEPMEN PU
No.10/KPTS/2000). Sedangkan menurut ERMC (Emergency Response
Management Consulting), organisasi tanggap darurat adalah sebuah struktur
yang memberikan tugas khusus dan tanggung jawab untuk semua personel yang
terlibat dalam operasi darurat. Bentuk struktur organisasi tim penanggulangan
kebakaran (TPK) tergantung pada klasifikasi risiko terhadap bahaya
kebakarannya. Struktur organisasi TPK terdiri dari penanggung jawab TPK,
Di dalam NFPA 10, kriteria organisasi tanggap darurat kebakaran yang baik
yaitu: adanya tim penanggulangan kebakaran, organisasi tanggap darurat
kebakaran dan petugas yang bertanggung jawab dalam organisasi tersebut sudah
terlatih serta mempunyai peran masing-masing ketika terjadinya kejadian darurat
kebakaran.
2.8.2 Prosedur Tanggap Darurat
Adalahtata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat
dengan memanfaatkan sumber daya dan sarana yang tersedia unntuk
menanggulangi akibat dan situasi yang tidak normal dengan tujuan mencegah
atau mengurangi kerugian yang lebih besar.
Dalam NFPA 101 sendiri, prosedur tanggap darurat merupakan cakupan dari
rencana tanggap darurat yang harus ada. Di dalam prosedur tersebut haruslah
terdapat koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat. Di samping itu
terdapat juga pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang terjadwal secara rutin.
fasilitas manajer harus berkoordinasi dengan instansi yang mendukung dari
luar sebelum terjadi keadaan darurat. Koordinasi awal ini akan meminimalkan
kebingungan dan kekacauan selama situasi darurat dan mengembangkan
hubungan dengan badan-badan yang memberikan dukungan. (The Facility
2.8.3 Pelatihan Tanggap Darurat
Keberhasilan penanggulangan kebakaran/keadaan darurat tergantung pada
sistem pelatihan. (Sahab, 1997). Isi latihan tanggap darurat kebakaran
diantaranya adalah latihan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran, cara pakai
dan bagaimana caranya mengatasi api kebakaran. Latihan tanggap darurat
kebakaran juga berisikan tentang cara evakuasi sesuai dengan prosedur yang ada
di area tersebut, untuk memastikan bahwa semua elemen yang terlibat
benar-benar mampu bertindak dam keadaan darurat. Latihan kebakaran merupakan
suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu penanggulangan
kebakaran dalam suatu tim tanggap darurat harus melaksanakan atau mengikuti
latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang
bersifat praktik.
Tujuan dari latihan kebakaran adalah menciptakan kesiapsiagaan anggota tim
di dalam menghadapi kebakaran agar mampu bekerja untuk menaggulangi
kebakaran secara efektif dan efisien. Latihan yang bersifat praktik harus
diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan atau kecakapan anggota
dalam melaksanakan tugas yang diharapkan.
Latihan kebakaran harus dilakukan seolah-olah dalam keadaan sebenarnya
(simulasi) untuk mengetahui prosedur yang khusus dalam keadaan demikian.
Pada akhir latihan peralatan pemadam kebakaran harus disiapkan kembali
sehingga dapat digunakan dengan cepat dan tepat jika terjadi kebakaran yang
kebakaran yang harus dilakukan secara periodik minimal 1tahun sekali. (NFPA
101)
2.9 Sarana Proteksi Aktif
Menurut KEPMEN PU No.10/KPTS/2000, sarana proteksi kebakaran aktif
adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan
mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun
manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam
melaksanakan operasi pemadaman. Adapun yang termasuk kedalam sistem
proteksi kebakaran aktif, adalah: APAR, detektor kebakaran, alarm, sprinkler,
hidran.
Menurut Purnomo dalam Asesmen Risiko Kebakaran Pasar-Pasar Di
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2008), untuk dapat mencegah dan
menanggulangi kebakaran maka dibutuhkan sistem proteksi, baik aktif maupun
pasif.
2.9.1 APAR
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
tidak melebihi 10 kg adapun media pemadam yang digunakan adalah air, serbuk
kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara penggunaannya, tapi
hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kecil atau awal kebakaran sesuai
dengan klasifikasi kebakarannya (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat
disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman kebakaran. Untuk mengetahui
jenis-jenis APAR berdasarkan klasifikasi kebakaran dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Jenis APAR Berdasarkan Klasifikasi Kebakaran
KLASIFIKASI
2. Bubuk kering /Dry Powder
3. Karbondioksida 4. Halon
5. Busa
B Cairan, gas, dan bahan padat yang dapt larut dan menyala, seperti pelarut, minyak, cat, dan lain-lain
1. Air
2. Bubuk kering /Dry Powder
3. Karbondioksida 4. Halon
5. Busa
C Peralatan Listrik 1. Bubuk kering / Dry Powder
2. Karbondioksida 3. Halon
D Logam Pemilihan jenis APAR harus hati-hati karena harus diketahui secara spesifik jenis logam yang terbakar
Kesuksesan penggunaan APAR dalam memadamkan api (ILO, 1989)
tergantung dari 4 faktor, yaitu:
1. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
2. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
3. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR
4. Berfungsinya APAR secara baik berkaitan dengan pemeliharaannya.
Jenis APAR berdasarkan media yang digunakan terdiri atas:
1. APAR dengan media air: tabung APAR berisi air, dengan gas (CO2 atau N2)
bertekanan yang berfungsi untuk menekan air keluar
2. APAR dengan media busa: tabung APAR berisi busa dan air, dilengkapi gas
(CO2 atau N2) bertekanan yang berfungsi untuk menekan busa keluar
3. APAR dengan media serbuk kimia: APAR dengan media serbuk kimia ini
terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil yang berisi gas
bertekanan (CO2 atau N2) sebagai pedorong serbuk keluar
b. Tabung berisi serbuk kimia seperti di atas, namun tanpa tabung di
dalamnya, sebagai penggantinya gas bertekanan tersebut langsung
dimasukan ke dalam tabung bersama serbuknya. Pada bagian luar tabung
terdapat indikator tekanan gas untuk mengetahui apakah kondisi tekanan
di dalam tabung tersebut memenuhi syarat atau tidak.
4. APAR dengan media gas: pada pemadam dengan media gas, tabung gasnya