• Tidak ada hasil yang ditemukan

Long Way Towards Recognition

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Long Way Towards Recognition"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LONG WAY TOWARDS RECOGNITION

(MIXED-USE STASIUN DAN SHOPPING CENTER)

SKRIPSI

OLEH

NENI CHRISTY SIANTURI

110406111

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LONG WAY TOWARDS RECOGNITION

(MIXED-USE STASIUN DAN SHOPPING CENTER)

SKRIPSI

OLEH

NENI CHRISTY SIANTURI

110406111

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LONG WAY TOWARDS RECOGNITION

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

NENI CHRISTY SIANTURI

110406111

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PERNYATAAN

LONG WAY TOWARDS RECOGNITION

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Juli 2015

(5)

Judul Skripsi

:

Long Way Towards Recognition

Nama Mahasiswa

: Neni Christy Sianturi

Nomor Induk Mahasiswa

: 110406111

Departemen

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc,

Ph.D

NIP : 196201091987012001

Koordinator Skripsi

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T

Ir. N. Vinky Rahman, M.T

NIP : 195802241986 01 002

NIP : 195802241986 01 002

(6)

Telah diuji pada

Tanggal 14 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Tavip Kurniadi Mustafa, IAI

(7)

KATA PENGANTAR

Perancang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya perancang dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Perancang ingin menyampaikan penghargaan dan terima-kasih kepada:

1. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc,

Ph.D

selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi dan telah membimbing dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6. 2. Bapak Ir. Tavip Kurniadi Mustafa, IAIselaku Dosen Penguji yang telah memberikan

kritik dan saran dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6, Bapak Ir.Bauni Hamid,M.Des.,Ph.D selaku Dosen Penguji pada preview I dan preview II, serta Ibu Hilma Tamiami Fachrudin, S.T.,M.Sc Phd selaku dosen penguji sidang preview III.

3. Kedua orangtua yang saya cintai, Bapak T. Sianturi dan Ibu A. Tampubolon yang menjadi alasan dibalik semangat saya. Yang selalu mendukung apapun pilihan saya. Terimakasih untuk cintanya yang luar biasa dan tak terbatas, terimakasih untuk dukungan dan kasih sayang yang tiada hentinya.

4. Ketiga saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan studi dan skripsi saya, Sandi Daniel, Irma Sintya, Fery Gomgom. Terimakasih untuk keceriaan yang diberikan, terimakasih untuk selalu menjadi yang dirindukan saat jauh. Terimakasih kepada abangda Richo Ronald, sudah menjadi abang dan partner yang baik, terimakasih untuk suka dan duka yang dibagikan.

5. Teman-teman mahasiswa kelompok skripsi yaitu Amelia, Gina, Lina dan Hafizul. Terimakasih untuk pengalaman bersama selama 1 semester, terimakasih untuk pelajaran berkelompok bersama.

6. Teman-teman yang saya sayangi, Lio Someng, Octa Birong, Gina Kribo, dan Mirza, terimakasih karena bisa ada saat dibutuhkan, terimakasih untuk segala lelucon dan kegilaanya. Terimakasih untuk selalu menjadi teman pulang dan pergi ke kampus tercinta, terimakasih untuk pengalaman makan bersama yang selalu dinantikan. 7. Teman-teman semenjak ospek yang turut menyertai kehidupan perkuliahan, Risma,

(8)

Terimakasih telah menghadirkan beragam sifat dan menyatukannya dalam kita. Maaf karena sudah jarang bersama.

8. Teman-teman 2011 lain yang luar biasa! Joshua, Robert Gunario, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku bangga jadi stambuk 2011!

9. Penulis TV Seri Favorit saya “Game of Thrones” George R.R Martin, terimakasih untuk cerita yang luar biasa, tidak tertebak, dan sangat membuat penggemar selalu menantikan kelanjutannya, juga untuk band favorit sepanjang masa, Coldplay. Perancang menyadari bahwa penyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, perancang berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Perancang,

(9)

DAFTAR ISI

Hlm.

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Abstrak ... xiv

Abstract ... xv

Prolog ... xvi

Bab I:

THE ALFA

... 1

Bab II:

WHAT’S IN THE BOX

... 14

Bab III:

SAME CASE, SAME STYLE

... 22

Bab IV :

REQUISITE

... 31

Bab V:

THE THOUGHT

... 37

Bab VI:

CONTRIVANCE

... 45

Bab VII:

THE OMEGA

... 61

Daftar Pustaka ... 64

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

Gambar 1.1 Lokasi Kawasan Labuhan Deli ... 3

Gambar 1.2 Masjid Al Oesmani ... 6

Gambar 1.3 Sungai Deli ... 7

Gambar 1.4 Vihara Tri Dharma ... 7

Gambar 1.5 Deretan Ruko Cina Pasar Lama... 8

Gambar 2.1 Area Stasiun Labuhan ... 15

Gambar 2.2 Pembangunan Stasiun Labuhan ... 16

Gambar 2.3 Batas Site ... 17

Gambar 2.4 Kondisi Akses Utama Menuju Stasiun ... 18

Gambar 2.5 Kondisi Stasiun dari Jalan Yos Sudarso ... 18

Gambar 2.6 Detail Kondisi Fisik Eksisting Stasiun Labuhan ... 19

Gambar 2.7 Bangunan Eksisting Stasiun Memilik Denah dan Fasad yang

Simetris ... 20

Gambar 2.8 Kondisi Jalan Yos Sudarso ... 20

Gambar 2.9 Kondisi Stasiun Labuhan ... 21

Gambar 3.1 Massa Stasiun Diapit Shopping Center dan Kantor Berlin Central

Station ... 23

Gambar 3.2 Lorong Stasiun dengan Bentang Lebar 40 meter ... 23

Gambar 3.3 Struktur Baja pada Atap Berlin Central Station ... 24

Gambar 3.4 Materialkan Kaca untuk Memaksimalkan Masuknya Cahaya ... 24

Gambar 3.5 Entrance Utama Metrocentre Mall ... 25

Gambar 3.6 Suasana interior Mall ... 25

Gambar 3.7 Jembatan Penghubung Stasiun dengan Mall ... 26

Gambar 3.8 Platform Stasiun ... 26

Gambar 3.9 Kolom Baja Stasiun ... 27

Gambar 3.10 Bentuk Massa Quai Branly ... 30

Gambar 5.1 Akses Menuju Site ... 39

Gambar 5.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi Area ... 40

(11)

Gambar 5.4 Konsep Pedestrian Stasiun dan Shopping Center ... 42

Gambar 5.5 Konsep Struktur Bangunan ... 43

Gambar 5.6 Blok Massa Bangunan ... 44

Gambar 5.7 Konsep Atap Setengah Dome Pada Stasiun ... 44

Gambar 6.1 Rencana Masterplan ... 46

Gambar 6.2 Rencana Lantai Basement ... 47

Gambar 6.3 Rencana Denah Lantai 1 ... 48

Gambar 6.4 Rencana Denah Lantai 2 ... 49

Gambar 6.5 Rencana Denah Lantai 3 ... 50

Gambar 6.6 Zoning Lantai Bangunan ... 51

Gambar 6.7 Tampak Depan Bangunan ... 51

Gambar 6.8 Tampak Samping Kanan ... 52

Gambar 6.9 Tampak Samping Kiri Bangunan ... 52

Gambar 6.10 Tampak Belakang Bangunan ... 53

Gambar 6.11 Perspektif Bangunan ... 53

Gambar 6.12 Potongan Tapak ... 54

Gambar 6.13 Perspektif Birdview ... 54

Gambar 6.14 Potongan B-B ... 55

Gambar 6.15 Potongan A-A ... 55

Gambar 6.16 Potongan Prinsip ... 56

Gambar 6.17 Sistem Distribusi Elektrikal Bangunan... 57

Gambar 6.19 Sistem Distribusi Air dan Limbah ... 58

Gambar 6.21 Interior Cafe ... 59

(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

Tabel 4.1 Data Jumlah Fungsi Komersil Kecamatan Medan Labuhan ... 32

Tabel 4.2 Jumlah Penumpang dan Barang yang Diangkut Melalui Stasiun

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran

Hlm.

Lampiran 1

Tabel Analisa Kegiatan Mixed-use Stasiun dan Shopping Center Labuhan Deli 66

Lampiran 2

Tabel Program Kebutuhan Luas Ruang Mixed-use Stasiun Shopping Center

Labuhan Deli ... 69

Lampiran 3

(14)

ABSTRAK

Pengembangan suatu kawasan dengan sistem revitalisasi merupakan cara yang tepat untuk membangkitkan kembali kondisi dan kehidupan ekonomi kawasan yang sudah menurun, terutama untuk kawasan bersejarah yang telah ditinggalkan. Kawasan Labuhan Deli sangat berpotensi untuk dilakukan revitalisasi kawasan. Sebelum dipindahkan ke Medan Kesawan, Labuhan Deli merupakan pusat kota Medan dimana perkembangan ekonomi melaju pesat lewat bisnis tembakau. Revitalisasi kawasan Labuhan Deli dapat dilakukan lewat pengembangan bangunan lama bersejarah yang banyak terdapat di kawasan Labuhan Deli. Perpaduan tiga kebudayaan terlihat mencolok pada bangunan di kawasan tersebut. Tidak hanya sejarah kawasan, namun bangunan-bangunan di kawasan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan kembali, seperti Masjid Al-Oesmani yang merupakan masjid tertua di kota Medan, Klenteng Tri Dharma yang merupakan klenteng pertama di kota Medan, Sungai Deli yang dulunya merupakan pusat pelabuhan kota Medan, Ruko-ruko cina di Jalan Pasar Lama, serta Stasiun Labuhan yang juga merupakan stasiun pertama di kota Medan. Potensi bangunan bersejarah tersebut akan menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan tersebut, terutama untuk pengunjung yang ingin menikmati wisata sejarah kota Medan. Pengembangan kawasan didukung dengan sistem penataan lahan yang tepat. Sistem Transit Orientated Development (TOD) sangat cocok diterapkan untuk pengembangan kawasan yang berkaitan dengan rancangan yang sustainable dan sangat bermanfaat terutama untuk mengatasi masalah transportasi kemacetan. Selain meningkatkan nilai tata guna lahan kawasan, sistem TOD juga sangat relevan dengan adanya pengembangan Stasiun Labuhan dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan mengalihkannya menjadi sistem transportasi angkutan massal yaitu kereta api. Pengembangan kawasan Labuhan Deli melalui sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kehidupan perekonomian Labuhan Deli, menjaga warisan bersejarah yang ada didalamnya, dan membuat kawasan Labuhan Deli dikenal kembali (Long Way Towards Recognition).

(15)

ABSTRACT

The development of an area with revitalization system is the right way to revive economic life conditions and areas has decreased, especially for the historical district that has been abandoned. Labuhan Deli region has the potential to do revitalization of the area. Before being transferred to Kesawan Medan, Labuhan Deli is downtown Medan where economic development moving rapidly through the tobacco business. Labuhan Deli revitalization of the area can be done through the development of historic old buildings are numerous in the region Labuhan Deli. A blend of three cultures appeared prominently on the building in the region. Not only the history of the area, but the buildings in the region has the potential to be developed again, like Masjid Al-Oesmani which is the oldest mosque in the city of Medan, Tri Dharma temple which is the first temple in the city of Medan, Deli River which was once the center of the port city field, office, shop china in Jalan Pasar Lama, as well as Labuhan station which is also the first station in the city of Medan. The potential of the historic buildings will attract tourists to visit the region, especially for visitors who want to enjoy the historical attractions of Medan. Regional development is supported by the appropriate land settlement systems. System Transit Orientated Development (TOD) is very suitable to be applied for the development of the region related to sustainable design and very useful especially to resolve transportation problems of congestion. In addition to increasing the value of the land use area, TOD system is also highly relevant to the development of Labuhan Station by minimizing the use of private vehicles and divert it into the system of mass transportation is the train. Labuhan Deli development of the area through this system is expected to improve the economic life Labuhan Deli, keeping the historic legacy that is therein, and made the region of Labuhan Deli can be recognition again (Long Way Towards Recognition).

(16)

PROLOG

Kawasan Labuhan Deli merupakan kawasan bersejarah yang dulunya menjadi pusat kota Medan sebelum pada akhirnya dipindahkan ke daerah Medan Kesawan. Kawasan Labuhan Deli memilik beragam bangunan bersejarah yang menjadi persatuan antar tiga jenis budaya yang dapat dilihat dari gaya arsitektur bangunannya yang antara lain adalah gaya arsitektur Melayu pada Masjid Al-Oesmani dan lahan bekas Kerajaan Melayu Deli yang sekarang telah menjadi bangunan Yayasan Pendidikan YASPI, gaya arsitektur Cinan yang terdapat pada bangunan klenteng Tri Dharma dan deretan ruko cina di Jalan Pasar Lama yang mayoritas masih mempertahankan bentuk bangunannya, sedangkan gaya arsitektur Kolonial (Belanda) dapat ditemukan pada bangunan Stasiun Labuhan yang merupakan stasiun tertua di kota Medan.

Untuk mengembangkan kawasan Labuhan Deli menjadi kawasan wisata, ada beberapa potensi serta masalah yang harus diatasi untuk menjadikan kawasan Labuhan Deli berkembang dengan baik dan mampu mengikuti sistem yang sustainable. Diantara masalah tersebut, isu transportasi merupakan masalah yang kerap terjadi. Selama ini pemecahan permasalahan transprtasi terutama kemacetan seringkali hanya diatasi melalui pendekatan praktis seperti peningkatan kuantitas jaringan jalan baik melalui pelebaran maupun penambahan panjang jalan. Pada akhirnya permasalahan kemacetan menjadi pemasalahan yang berkepanjangan. Masalah transportasi dapat diperbaiki melalui bagian makro transportasi yang terbentuk dari sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakannya.

(17)

ketergantungan masyarakat pada jalan raya dan kendaraan pribadi. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, pengembangan kota diarahkan pada titik-titik transit. Konsep ini meninjau titik-titik transit tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, namun titik-titik transit tersebut dapat sekaligus berfungsi sebagai sebuah tempat berlangsungnya aktivitas perkotaan (pusat permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan sebagainya).

Adanya konsep TOD memungkinkan untuk memindahkan sistem transportasi kendaraan pribadi menjadi sistem angkutan massal kereta api dan bus. Akan tetapi, sangat disayangkan Stasiun Labuhan yang cukup berjaya pada masanya sekarang tidak lagi berfungsi secara optimal. Fungsi fasilitas penumpang stasiun telah lama dihilangkan akibat tidak sanggup bersaing dengan kendaran angkutan umum yang makin marak tersebar dan menjadi salah satu faktor terbesar yang mempengeruhi kemacetan di kota Medan. Pengembangan stasiun tersebut sangat memberikan manfaat yang baik. Selain mengurangi isu kemacetan, meningkatkan nilai tanah dan membantu mobilitas pengunujung serta penduduk, adanya pengembangan stasiun memungkinkan perawatan bangunan Stasiun Labuhan sebagai bangunan bersejarah akan lebih diperhatikan.

(18)

ABSTRAK

Pengembangan suatu kawasan dengan sistem revitalisasi merupakan cara yang tepat untuk membangkitkan kembali kondisi dan kehidupan ekonomi kawasan yang sudah menurun, terutama untuk kawasan bersejarah yang telah ditinggalkan. Kawasan Labuhan Deli sangat berpotensi untuk dilakukan revitalisasi kawasan. Sebelum dipindahkan ke Medan Kesawan, Labuhan Deli merupakan pusat kota Medan dimana perkembangan ekonomi melaju pesat lewat bisnis tembakau. Revitalisasi kawasan Labuhan Deli dapat dilakukan lewat pengembangan bangunan lama bersejarah yang banyak terdapat di kawasan Labuhan Deli. Perpaduan tiga kebudayaan terlihat mencolok pada bangunan di kawasan tersebut. Tidak hanya sejarah kawasan, namun bangunan-bangunan di kawasan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan kembali, seperti Masjid Al-Oesmani yang merupakan masjid tertua di kota Medan, Klenteng Tri Dharma yang merupakan klenteng pertama di kota Medan, Sungai Deli yang dulunya merupakan pusat pelabuhan kota Medan, Ruko-ruko cina di Jalan Pasar Lama, serta Stasiun Labuhan yang juga merupakan stasiun pertama di kota Medan. Potensi bangunan bersejarah tersebut akan menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan tersebut, terutama untuk pengunjung yang ingin menikmati wisata sejarah kota Medan. Pengembangan kawasan didukung dengan sistem penataan lahan yang tepat. Sistem Transit Orientated Development (TOD) sangat cocok diterapkan untuk pengembangan kawasan yang berkaitan dengan rancangan yang sustainable dan sangat bermanfaat terutama untuk mengatasi masalah transportasi kemacetan. Selain meningkatkan nilai tata guna lahan kawasan, sistem TOD juga sangat relevan dengan adanya pengembangan Stasiun Labuhan dengan cara meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan mengalihkannya menjadi sistem transportasi angkutan massal yaitu kereta api. Pengembangan kawasan Labuhan Deli melalui sistem ini diharapkan mampu meningkatkan kehidupan perekonomian Labuhan Deli, menjaga warisan bersejarah yang ada didalamnya, dan membuat kawasan Labuhan Deli dikenal kembali (Long Way Towards Recognition).

(19)

ABSTRACT

The development of an area with revitalization system is the right way to revive economic life conditions and areas has decreased, especially for the historical district that has been abandoned. Labuhan Deli region has the potential to do revitalization of the area. Before being transferred to Kesawan Medan, Labuhan Deli is downtown Medan where economic development moving rapidly through the tobacco business. Labuhan Deli revitalization of the area can be done through the development of historic old buildings are numerous in the region Labuhan Deli. A blend of three cultures appeared prominently on the building in the region. Not only the history of the area, but the buildings in the region has the potential to be developed again, like Masjid Al-Oesmani which is the oldest mosque in the city of Medan, Tri Dharma temple which is the first temple in the city of Medan, Deli River which was once the center of the port city field, office, shop china in Jalan Pasar Lama, as well as Labuhan station which is also the first station in the city of Medan. The potential of the historic buildings will attract tourists to visit the region, especially for visitors who want to enjoy the historical attractions of Medan. Regional development is supported by the appropriate land settlement systems. System Transit Orientated Development (TOD) is very suitable to be applied for the development of the region related to sustainable design and very useful especially to resolve transportation problems of congestion. In addition to increasing the value of the land use area, TOD system is also highly relevant to the development of Labuhan Station by minimizing the use of private vehicles and divert it into the system of mass transportation is the train. Labuhan Deli development of the area through this system is expected to improve the economic life Labuhan Deli, keeping the historic legacy that is therein, and made the region of Labuhan Deli can be recognition again (Long Way Towards Recognition).

(20)

BAB I

THE ALFA

Isu keberlanjutan (sustainable dan symbiosis) akhir-akhir ini banyak diperhatikan, terutama dalam lingkup ilmu arsitektur. Arsitektur keberlanjutan dapat diartikan sebagai arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat itu sendiri (Suistainable Architecture, James Steele, 1997).

Simbiosis sendiri sangat erat kaitannya dengan sustainability. Konsep simbiosis metabolisme itu sendiri dapat diterapkan melalui dua hal yaitu hubungan antar waktu dengan hubungan antar ruang. Dalam hubungan antar waktu, diibaratkan waktu dibagi menjadi 3 lapisan yaitu masa lampau, masa sekarang, dan masa depan (Christy, 2015)

(21)

Dalam konteks kota Medan, penerapan sustainability dan simbiosis masih sangat sedikit ditemukan. Padahal, kota Medan cukup berpotensi terutama pada isu bangunan lama yang banyak diabaikan serta membutuhkan revitalisasi. Penataan dan revitalisasi kawasan melalui penerapan sustainability dengan simbiosis merupakan salah satu cara yang tepat sebagai solusi untuk menghidupkan kembali kawasan yang sudah mati dengan cara meningkatkan vitalitas dan menggali potensi dari kawasan tersebut. Penataan ini dilakukan melalui pengembangan kawasan yang layak untuk direvitalisasi baik dari segi fisik yaitu bangunan atau ruang kawasan, kualitas lingkungan, maupun sarana prasarana yang mendukung aktivitas sosial ekonomi warga.

Pengembangan obyek wisata berlandaskan pendekatan asas keberlanjutan (sustainibility), keserasian, keterjangkauan (affordability) dan kerakyatan merupakan landasan pokok dalam pengembangan poduk wisata. Menurut pendapat Veresci (2001) dalam Oka H Yoeti, bahwa perencanaan strategis pariwisata berkelanjutan bahwa mempertimbangkan aspek antara lain carrying capacity yaitu daya dukung lingkungan, dan parnertship yaitu membangun kemitraan dengan masyarakat, swasta dan pemangku kepentingan (pemerintah daerah) di dalam pengelolaan obyek wisata (Baharuddin Koddeng, Syavir Latief & Syamsul Fajar: 2012).

Revitalisasi sendiri, menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Dengan kata lain, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan degradasi.

(22)

upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi.Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru.

Gambar 1.1 Lokasi Kawasan Labuhan Deli Sumber: Peraturan Daerah Kota Medan no.13 Tahun 2011

(23)

Deli dulunya merupakan pusat perdagangan dan pemerintahan kota Medan sebelum pada akhirnya dipindahkan ke Medan Kesawan karena dianggap tidak cocok dibangun jadi sebuah kota besar akibat faktor sempit dan sering banjir. Kawasan Labuhan Deli terletak di Medan Bagian Utara, tepatnya di Jalan Yos Sudarso yang menuju ke Belawan dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli (gambar 1.1). Kawasan yang dulunya merupakan pusat kota Medan ini memiliki potensi pada bangunan bangunan bersejarah yang banyak ditemukan pada lokasi ini.

Salah satu arsitek ternama Indonesia, Ridwan Kamil, dalam tulisan blognya yang berjudul “Strategi Revitalisasi kota-kota Asia” tahun 2008 menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu kawasan memerlukan revitalisasi. Yang pertama adalah matinya aktivitas ekonomi. Salah satu permasalahan umum dalam kawasan yang perlu direvitalisasi adalah adanya kondisi kawasan yang aktivitas ekonominya tidak mampu berkembang atau cenderung memburuk. Hal ini pada umumnya terjadi karena hilangnya daya kompetitif ekonomi yang tersaingi oleh kawasan lain yang lebih baik dan kompetitif. Masalah ini diperburuk dengan tidak hidupnya aktivitas atau interaksi sosial dikarenakan konsep fungsi campuran (mixed-use) yang menjadi syarat dinamisnya suatu kawasan tidak berlaku di kawasan-kawasan yang bermasalah tersebut.

(24)

Buruknya citra kawasan juga turut mengambil peran dalam revitalisasi kawasan. Suatu kawasan urban seringkali ditinggalkan dan tidak diminati oleh para pelaku ekonomi dikarenakan citranya buruk sebagai sebuah kawasan. Citra buruk yang lazimnya terjadi dikarenakan oleh aktivitas sosial yang ekstrim seperti tingginya kriminalitas, dominannya sektor informal atau kuatnya ketidakteraturan sistem kota.

Bagaimanapun pengembangan revitalisasi kawasan membutuhkan sense of place yang menentukan bagaimana kegiatan yang berlangsung serta fungsi didalam kawasan tersebut. Sense of place memiliki tingkat yang berbeda (Stedman, 2002) dan menurut Hummon (1992) hal ini meliputi keberakaran, keterasingan, dan relativitas. Silang (2001) memilih untuk mendefinisikan sense of place sebagai kombinasi hubungan tempat dengan kegiatan sosial yang berkerumun sebagai biografi, spiritual, ideologis, narasi, dan saling bergantung. Sense of place menjadi lebih kuat dan efektif apabila ditambahkan dengan pertimbangan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, dan kecenderungan budaya.

Pengembangan kawasan wisata dapat dilakukan melalui penguatan identitas (local identity). Penguatan identitas daerah yang dapat memunculkan warna pariwisata yang khas serta memiliki keunikan dan keunggulan daya saing. Pengembangan kawasan ini juga diharapkan untuk menerapkan konsep berbasis masyarakat (community base development) yang mengandung arti pengembangan produk wisata tidak hanya

menguntungkan beberapa golongan tertentu tetapi harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama masyarakat sekitar objek dan potensi wisata bersangkutan (Baharuddin Koddeng, Syavir Latief & Syamsul Fajar: 2012).

(25)

mengakibatkan terjadinya efek high-cost economy. Contohnya adalah kawasan Xin Tian Di di Shanghai sebelum sukses direvitalisasi. Kawasan yang pernah dihuni oleh ribuan penduduk miskin kota ini sebelumnya sangat terlantar dengan akses yang buruk terhadap jaringan air bersih dan telekomunikasi. Hal ini menurunkan minat para pelaku ekonomi untuk beraktivitas di kawasan tersebut (Ridwan Kamil, 2008)

Gambar 1.2 Masjid Al Oesmani

(26)

Gambar 1.3 Sungai Deli

Gambar 1.4 Vihara Tri Dharma

(27)

Gambar 1.5 Deretan Ruko Cina Pasar Lama

Pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata memiliki keuntungan bagi kawasan tersebut. Hal ini karena secara tidak langsung meningkatkan pendapatan ekonomi pada wilayah itu (VanBlarcom & Kayahan, 2011). Dengan masuknya jumlah wisatawan asing bersama-sama dengan jumlah penduduk setempat, mobilitas dalam kota-kota telah menjadi isu yang menantang untuk ditangani oleh pemerintah daerah. Namun, akibatnya kemacetan tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, langkah-langkah perlu diambil. Langkah-langkah ini antara lain termasuk menciptakan zona non-bermotor sekitar daerah warisan dunia, menggunakan trem dan bus umum untuk mengangkut orang-orang dari tempat di luar kota dengan pusat kota, reklamasi jalan untuk menciptakan lebih banyak trotoar pejalan kaki untuk mendorong orang untuk menggunakan

kendaraan umum.

(28)

pusat aktivitas dan stasiun Labuhan. Adapun strategi yang ditetapkan kelompk perancang dalam pengembangan kawasan adalah kawasan Transit Oriented Development (TOD).

Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Tahun 2006-2016, Pemerintah Kota Medan akan melakukan titik fokus pengembangan kota di kawasan utara Medan, yang meliputi Kawasan Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Timur dan sekitarnya. Berkaitan dengan rencana ini, maka daerah tujuan pariwisata di kawasan tersebut juga mulai harus dibenahi dalam rangka mendukung pengembangan kawasan. Selain itu, RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030 juga menyatakan kawasan pusat kota lama Kecamatan Medan Labuhan sebagai Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya.

Pengembangan kawasan ini juga didukung oleh adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Medan untuk tahun 2011-2031 dalam pasalnya yang ke 33 meyebutkan adanya penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki meliputi TOD yang salah satunya terletak di Kecamatan Labuhan dan berpusat di stasiun kereta api Labuhan, mencakup juga kawasan kota Cina Labuhan dan Mesjid Labuhan (sumber: Peraturan Daerah Kota Medan no.13 Tahun 2011)

Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway, kereta api serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir.

Transit Oriented Development ( TOD ) memberikan arahan sebuah kawasan yang

(29)

stasiun. Komuitas ini meliputi perumahan, pertokoan, pasar, fasilitas olahraga, kantor, ruang terbuka dan fasilitas publik. (Nugroho, Sapto, 2000)

Pengembangan wilayah berbasis TOD belum banyak dilakukan di perkotaan Indonesia. Namun, pengembangan TOD yang masih terbatas sudah banyak dilakukan, meskipun tidak berdampak luas. Pengembangan kawasan TOD sangat bergantung pada 4 faktor yaitu: mixed-use, high density, akses kendaraan tidak bermotor, dan dekat dengan stasiun MRT/BRT

Kawasan TOD diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik untuk menggunakan transportasi massal karena kebutuhannya dapat terpenuhi dalam satu kawasan. Hal tersebut akan berpengaruh pada penurunan penggunaan kendaraan pribadi serta akan menurunkan tingkat kemacetan yang tejadi. Perencanaan ini mengedepankan penyediaan tata guna lahan campuran yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal (stasiun) dan penyediaan kawasan ramah pejalan kaki (pedestrian). Perencanaan ini dapat menjadi solusi untuk tata guna lahan yang terpadu dan transportasi yang berkelanjutan di kawasan ini.

Konsep TOD dengan angkutan sangat berkaitan satu sama lain, maka dari itu TOD harus ditempatkan pada jaringan utama angkutan massal, pada koridor jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi dan pada pada jaringan bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan massal. Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah untuk menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi.

(30)

kawasan wisata Labuhan Deli. Perletakan inti kawasan harus tetap memperhatikan keseimbangan akan kenyamanan dari pejalan kaki dan kendaraan.

Kawasan TOD juga harus dapat memfasilitasi fungsi hunian di sekitarnya. Bangunan yang cocok untuk satu kawasan TOD yang berada di kawasan perkotaan adalah bangunan apartemen/rusun mengingat tingginya intensitas di satu kawasan perkotaan. Pola pembangunan dari TOD adalah dengan penempatannya yang mudah diakses oleh berbagai fasilitas dan ruang publik. Fungsi ruang publik disini adalah agar dapat memenuhi tuntutan agar ruang publik sebagai tempat bagi masyarakat melakukan interaksi sosial . Selain itu ruang terbuka yang berupa taman dan plasa adalah sebagai pengikat antar massa bangunan.

Lokasi tempat perhentian transit diletakan di bagian pusat dari area TOD yang berdekatan dengan inti komersial kawasan. Fungsi komersial tersebut harus dapat dilihat dan diakses dengan mudah dari tempat perhentian transit.

Fungsi-fungsi baru yang akan dimasukkan ke dalam kawasan perencanaan adalah fungsi mixed use berupa fungsi komersial (mall, toserba, retail, dll), fungsi hunian, perkantoran, fasilitas publik dan sosial (stasiun kereta api beserta fasilitasnya, kantor keamanan, mesjid, dan gedung parkir), dll. Tujuan dari penggabungan berbagai fungsi yang ada ke dalam kawasan adalah untuk menciptakan suatu kawasan yang hidup selama 24 jam. Pengawasan dilakukan secara menerus dan bersama oleh aparat keamanan serta para penghuni kawasan, sehingga kemudian keamanan lingkungan kawasan Labuhan Deli dapat tetap terjaga dengan baik.

(31)

menghubungkan fungsi-fungsi yang berada di kawasan sehingga pencapaian dari satu fungsi ke fungsi lain dapat diakses dengan mudah oleh pengguna jalan. Jalur-jalur pejalan kaki dibuat dengan nyaman dan memiliki akses langsung ke area-area komersial dan transit. Jalur pejalan kaki juga harus teritegrasi dengan fungsi ruang terbuka dan plasa-plasa.

Dalam rangka memfasilitasi pedestrian dan mempromosikan apresiasi warisan dibangun, fasilitas dan fasilitas seperti bangku dan jalur sepeda dan parkir bay harus disediakan untuk memungkinkan wisatawan untuk mengambil istirahat sejenak sambil berjalan dalam situs dan untuk memarkir sepeda mereka ketika mereka ingin memasukkan bangunan bersejarah (Adkins, dkk., 2012). Selanjutnya, pohon harus ditanam di sepanjang jalan pejalan kaki. Karena jalan yang ada dapat digunakan sebagai jalan pejalan kaki, biaya yang dikeluarkan dalam memberikan fasilitas ini dapat dikurangi. Becak harus tersedia pada waktu yang lebih lama dan pada harga yang wajar. Wisatawan yang menggunakan becak untuk berkeliling di sekitar kota harus diizinkan untuk berhenti pada titik apa pun yang mereka inginkan. Ini akan memberi mereka kesempatan untuk menjelajahi kota untuk pertama kali.

(32)
(33)

BAB II

WHAT’S IN THE BOX

Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peranan instansi yang terkait dan masyarakat setempat sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh data-data yang diperlukan dalam perancangan. Salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan adalah pengumpulan data primer dengan metode observasi yaitu dengan survey langsung ke lapangan, agar dapat diketahui kondisi riil di lokasi site rancangan secara garis besar, sedangkan untuk informasi detail dapat didapat melalui instansi terkait atau lewat metode wawancara dengan narasumber yang dapat dipercaya untuk memperoleh data yang diperlukan. Namun disamping itu, pengumpulan data sekunder juga mengambil peranan penting terutama untuk mengumpulkan data literatur serta data tertulis lainnya yang dapat diperleh melalui survey dan wawancara.

Untuk itu perancang melakukan kegiatan survey di site kawasan yang terletak di kecamatan Labuhan Deli Medan. Kegiatan survey dilakukan mulai pagi hari agar data yang didapat lebih akurat dan memaksimalkan waktu. Pengumpulan data melalui survey sangat membantu dalam kegiatan merancang terutama dalam mengetahui bagaimana kondisi kawasan tersebut dan bangunan yang terdapat didalamnya. Perancang juga dapat mengetahui kondisi sosial eknomi masyarakat serta sejarah kawasan lewat wawancara dengan penduduk dan petugas setempat.

(34)
[image:34.595.182.490.134.531.2]

perancang dalam pengembangan stasiun adalah seluas 1.5 Ha. Cakupan area stasiun yang akan dirancang pada kawasan Labuhan Deli dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Area Stasiun Labuhan

Sumber: Urban Design Guide Line Kelompok 2

(35)

ke Medan Kesawan. Kemudian Pabrik Tembakau Deli Maatchhappij pindah tepat di persimpangan antara sungai Babura dan Sungai Deli atau sekarang tepat di belakang gedung Capital Building di Jalan Tembakau Deli. Posisi gedungnya menghadap sungai karena sungai jadi salah satu jalur transportasi mengangkut hasil kebun ke Labuhan Deli untuk kemudian dikirim ke luar negeri.

[image:35.595.189.439.337.525.2]

Pimpinan usaha Tembakau Deli kemudian mengusulkan membangun rel kereta api kepada pemerintah Belanda. Tujuannya supaya tranportasi cepat dan tidak terganggu lumpur ketika musim hujan. Pihaknya mendapat ijin dari pemerintah Belanda serta juga meminta ijin kepada sultan Maimoon Al Rasyid dan memberi imbalan kepada sultan berupa tembakau. Kemudian pada tahun 1886, Stasiun Labuhan dibangun (gambar 2.2)

Gambar 2.2 Pembangunan Stasiun Labuhan Sumber: wikipedia

(36)

sebelum ditarik ke Stasiun Medan.Hingga Saat ini Stasiun Labuhan hanya digunakan untuk mengangkut barang.

[image:36.595.161.468.261.514.2]

Lahan stasiun saat ini dikeliling permukiman penduduk. Bagian timur stasiun (belakang) berbatasan dengan lahan permukiman penduduk (gambar 2.3a), bagian barat (depan) berbatasan dengan permukiman penduduk (gambar 2.3b), bagian selatan stasiun (samping kanan) berbatasan dengan lahan kosong (gambar 2.3c), begitu juga dengan bagian sebelah utara stasiun (gambar 2.3d)

Gambar 2.3 Batas Site

(37)
[image:37.595.212.410.83.231.2]

Gambar 2.4 Kondisi Akses Utama Menuju Stasiun

Gambar 2.5 Kondisi Stasiun dari Jalan Yos Sudarso

Bangunan eksisting stasiun sendiri tampak tersembunyi apabila dilihat dari Jalan Yos Sudarso karena ditutupi rumah rumah peduduk (gambar 2.5). Letak stasiun yang terlalu dekat dengan permukiman penduduk cukup berbahaya. Kondisi eksisting site yang tidak terawat juga memperburuk keadaan. Kegiatan yang berlangsung sangat minim dan tidak menungkinkan untuk mengundang aktivitas lain karena lokasinya yang tersembunyi dari jalan utama.

[image:37.595.217.411.287.431.2]
(38)
[image:38.595.253.374.82.245.2]

Gambar 2.6 Detail Kondisi Fisik Eksisting Stasiun Labuhan

Stasiun Labuhan di bangun pada masa Belanda ada di Indonesia. Terdapat beberapa ciri arsitektur kolonial yang kentara pada bangunan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari kondisi fisik bangunan stasiun, misalkan pada bentuk jendela dan pintunya atau pemilihan materialnya. Setelah pemerintahan Inggris yang singkat tahnun 1811-1815, Belanda mengambil alih pemerintahan. Oleh sebab itu, Belanda harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan cara membentuk gaya arsitekturnya sendiri yang dipelopori oleh Gubernur Jendral HW yang dikenal dengan Empire Style atau The Dutch Colonial Villa yaitu gaya arsitektur neo klasik yang diterjemahkan secara bebas. Neo Klasik memiliki karakter arsitektur seperti:

1. Denah simetris dengan satu lantai

2. Pilar Menjulang ke atas dan terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan belakang.

3. Menggunakan atap perisai

(39)
[image:39.595.131.493.87.229.2]

Gambar 2.7 Bangunan Eksisting Stasiun Memilik Denah dan Fasad yang Simetris

Gambar 2.8 Kondisi Jalan Yos Sudarso

Masalah lain yang didapati perancang pada site stasiun adalah penataan landscape serta fasilitas yang kurang memadai. Seperti contohnya, Jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan masuk menuju stasiun merupakan jalan yang padat kendaraan dan selalu dilewati truk dan bus besar. Namun jalan ini tidak ramah pejalan kaki (gambar 2.8).

[image:39.595.234.391.277.398.2]
(40)
[image:40.595.122.506.84.241.2]

(a) (b) Gambar 2.9 Kondisi Stasiun Labuhan

(41)

BAB III

SAME CASE, SAME STYLE

Berdasarkan kegiatan pengumpulan data yang telah dilakukan, perancang menemukan beberapa masalah dan potensi dalam rencana mengembangkan stasiun pada site eksisting Stasiun Labuhan. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pencarian terhadap studi kasus sejenis. Kasus sejenis yang dimaksud adalah kasus fungsi mixed-use yang berpedoman pada TOD, dimana didalam satu bangunan terdapat dua atau lebih fungsi yang akan dirancang berupa stasiun dan pusat kegiatan perbelanjaan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Studi kasus sejenis sangat membantu perancang dalam menentukan standart rancangan serta menggambarkan bagaimana nantinya rancangan tersebut.

Salah satu rancangan dengan fungsi sejenis yang ditemukan perancang adalah Berlin Central Station di Jerman. Berlin Central Station adalah bangunan mixed-use yang didalmnya terdapat fungsi stasiun, shopping center dan kantor. Berlin Central Station dulunya dikenal sebagai Lehrter Stadtbahnhof yang fungsinya hanya sebagai stasiun yang kemudian direnovasi dengan waktu konstruksi 11 tahun dan pada akhirnya dibuka kembali pada tanggal 28 Mei 2006 sebagai yang terbesar dan paling modern dan terhubung pada semua stasiun di Eropa.

(42)
[image:42.595.145.476.345.456.2]

kemudian dimenangkan oleh perusahaan arsitektur Hamburg, Marg dan Mitra pada tahun 1993.

Gambar 3.1 Massa Stasiun Diapit Shopping Center dan Kantor Berlin Central Station Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Berlin_Hauptbahnhof

Gambar 3.2 Lorong Stasiun dengan Bentang Lebar 40 meter Sumber: http://archcase.com

(43)
[image:43.595.207.412.132.275.2]

untuk stasiun di masa depan, karena konstruksinya yang sustainable dengan gaya arsitektur hi-tech.

Gambar 3.3 Struktur Baja pada Atap Berlin Central Station Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Berlin_Hauptbahnhof

Gambar 3.4 Materialkan Kaca untuk Memaksimalkan Masuknya Cahaya Sumber: http://archcase.com

[image:43.595.208.410.353.507.2]
(44)
[image:44.595.213.406.214.361.2]

Oktober 1986. MetroCentre Mall terbagi menjadi bagian yaitu red mall, yellow mall, blue mall, dan green mall. Entrance utama mall terletak pada bagian red mall (gambar 3.5). Mall ini terdiri dari 2 lantai (gambar 3.6) dan memiliki lebih dari 340 toko retail dengan luas gedung menempati 190.000 m2 ruang lantai retail, menjadikan Mall ini sebagai pusat belanja dan rekreasi terbesar di Inggris.

Gambar 3.5 Entrance Utama Metrocentre Mall Sumber: thejournal.co.uk

Gambar 3.6 Suasana interior Mall Sumber: thejournal.co.uk

[image:44.595.212.407.396.553.2]
(45)

Gambar 3.7 Jembatan Penghubung Stasiun dengan Mall http://en.wikipedia.org/

Gambar 3.8 Platform Stasiun http://en.wikipedia.org/

(46)
[image:46.595.242.379.84.292.2]

Gambar 3.9 Kolom Baja Stasiun http://en.wikipedia.org/

Sisi positif yang dapat diambil perancang melalui studi kasus sejenis pada Berlin Central Station adalah sistem strukturnya yang sustainable dan masih mampu dikembangkan di masa depan. Material serta tatanan ruang Berlin Central Station juga dianggap untuk menerapkan konsep mixed-use building. Sedangkan MetroCentre Mall menggunakan sistem struktur yang tepat dengan memilih baja sebagai kolom dan balok. Ukuran stasiun juga cukup sesuai mengingat stasiun ini hanya sebagai stasiun transit, bukan stasiun utama.

Dengan pengembangan stasiun dan pusat berbelanjaan, diperlukan pedoman gaya arsitektur yang fungsional untuk mendapatkan rancangan stasiun yang baik. Gaya atau tema dalam arsitektur maupun interior merujuk pada bagaimana metode sebuah bangunan itu dibangun, karakteristik sebuah bangunan yang membuat bangunan tersebut patut diperhatikan, termasuk didalamnya elemen seperti bentuk, material, karakter suatu daerah, dan metode konstruksi.

(47)

interior, tema atau gaya kontemporer didefinisikan sebagai gaya bangunan kekininan, atau hari ini. Tema kontemporer selalu berubah, hidup dan bernapas. Produk desain arsitektur kontemporer sangat mewakili kekinian dalam gaya, langgam maupun tren-tren globalisasi, seperti arsitektur ramah lingkungan. Arsitektur kontemporer ditandai dengan perubahan desain yang selalu berusaha menyesuaikan dengan waktu dan fungsinya. Perubahan desain itu diringi oleh perubahan bentuk, tampilan, jenis material, proses pengolahan, dan teknologi yang di pakai.

Para seniman atau arsitek yang menggeluti konsep kontemporer ini menuangkan ide dan konsep modern dalam karya-karya mereka serta menggabungkan antara idealisme dan trend yang diyakininya. Arsitektur kontemporer bisa juga dikatakan dengan istilah arsitektur non-vernakular dimana konsep kontemporer ini sangat memaksimalkan penggunaan produk atau material yang baru non-lokal secara aspiratif, dan inovatif.

Konsep kontemporer mengajak kita untuk memikirkan suatu desain yang baru dan yang belum pernah ada sebelumnya sehingga dengan konsep ini kita dapat menciptakan suatu yang unik dan beda dari apa yang telah ada di lingkungan sekitar bangunan tersebut berdiri. Konsep kontemporer juga dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, seperti dengan iklim lingkungan, dengan tradisi yang berkembang, dan dalam aspek-aspek lainnya. Biasanya desain arsitektur kontemporer lebih kompleks, inovatif, variatif dan fleksibel. Dengan demikian keharmonisan yang diciptakan arsitektur kontemporer mampu menjadikannya focalpoint di sekitar lingkungan tempat bangunan tersebut didirikan. Perancangan yang baik akan dapat member keuntungan dalam jangka panjang bagi pengguna dan lingkungan sekitarnya.

(48)

dunia. Gaya kontemporer untuk sebuah seni bangunan berkembang pesat pada tahun 1940-1980an.

Arsitektur kontemporer sangat dipengaruhi oleh arsitektur modern. Dalam desainnya banyak diterapkan penggunaan bahan-bahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer dan kayu. Ciri-ciri yang mendasar pada gaya kontemporer terliahat pada konsep ruang yang terkesan terbuka atau istilahnya open plan, harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar, memiliki fasad yang terbuka. Arsitektur ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih. Penggunaan jendela besar, bentuk yang unik dan aneh. Banyak menggunakan material alam. Detail detail bergaris lurus. Kenyamanan dan awat tahan lama merupakan nilai penting dalam bangunan kontemporer.

Di Indonesia sendiri, karya karya arsitektur kontemporer banyak dipengaruhi oleh arsitektur kontemporer asing. Karya – karya arsitektur kontemporer Indonesia memiliki kesamaan dengan karya Mies van de Rohe, Marcel Breuer, Le Corbusier dan Charles Eames.Pengaruh itu terjadi karena sebagian besar karya mereka masuk dalam konteks negara tropis dan sangat cocok untuk iklim Indonesia.

(49)

Bangunan museum berientasi pada Sungai Seine dan membentuk lengkungan (gambar 3.10a). Bangunan disatukan dengang bangunan lama Quai Banly dan dikembangkan menjadi museum dan galeri seni. Quai Branly menonjolkan sisi arsitektur kontemporer lewat desainnya yang dinamis, pemilihan warna warna dan tekstur bangunan, serta fasad yang didominasi kaca. Kecocokan bangunan dengan tema didukung pula oleh tatanan landscape yang baik dan mendukung pejalan kaki (gambar 3.10b)

[image:49.595.124.500.277.445.2]

(a) (b)

Gambar 3.10 Bentuk Massa Quai Branly

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Muse_du_quai_Branly

(50)

BAB IV

REQUISITE

Proses merancang memiliki beberapa tahap yang harus dilakukan. Terlepas dari perbedaan berapa jumlah langkah yang dikemukakan para ahli, semua bersepakat bahwa proses merancang bertujuan merumuskan problem arsitektural yang akan diselesaikan melalui hasil rancangan. Dengan kata lain, proses merancang terbagi dua: menyusun program (programming) dan merancang (design). Kesemuannya itu tidak dapat terlepas pada kegiatan manusia yang beraktivitas didalamnya nanti. Untuk mecapai desain perancangan yang baik, perancang perlu mengadakan analisis terhadap kegiatan apa saja yang berlangsung serta proyeksi masa depan tentang beberapa kriteria desain yang harus diselesaikan agar supaya cocok dan dan memenuhi standart rancangan yang telah ditetapkan.

Pemrograman merupakan proses kreatif secara terstruktur terhadap harapan, keinginan, dan hasrat dari wujud bangunan nantinya. Pemrograman juga merupakan perencanaan prosedur dan organisasi dari semua bagian sumber daya sudah tentu untuk membuat desain dalam suatu kontek dan persyaratan yang spesifik. Pemrograman adalah pengumpulan, pengorganisasian, analisa, peng-interpretasi-an, dan pemaparan dari informasi yang relevan untuk proyek yang didesain. Pemrograman membantu perancang dalam menentukan standart-standart ruang yang harus terdapat pada bangnan rancangannnya. Proses Desain sering dianggap sebaga pengulangan secara terus menerus, siklus menuju suatu detail yang diinginkan. Pemrograman memberi seorang perancang aturan-aturan untuk mengontrol informasi dalam setiap tahap detail.

(51)
[image:51.595.109.429.379.512.2]

kebutuhan masyarakat dimana tidak ditemukannya pusat perbelanjaan di daerah tersebut sesuai dengan tabel 4.1, sehingga masyarakat setempat harus pergi ke pusat kota hanya untuk merasakan sensasi berbelanja di shopping center. Dapat disimpulkan, kegiatan didalam bangunan rancangan nantinya tidak hanya berangkat dan pulang dengan kereta api, tetapi juga berbelanja, makan, dan sebagainya. Namun tantangan sebenarnya dalam merancang bangunan mxed-use adalah bagaimana menyatukan dua fungsi yang berbeda namun tetap mempertimbangkan privasi dan kenyamanan pengguna serta mampu mengkoordinasikan bangunan tersebut. Tabel aktivitas pengunujung dan pengelola bangunan mixed use stasiun dan shopping center Labuhan Deli dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 4.1 Data Jumlah Fungsi Komersil Kecamatan Medan Labuhan

Jenis Jumlah

Pasar 5

Pertokoan 29

Swalayan / Minimarket 5

Mall / Plaza 0

Sumber: Survey

(52)

Penumpang yang diangkut menuju stasiun Labuhan berpusat dari Stasiun KA Medan. Adapun jumlah penumpang dan barang yang diangkut dari Stasiun KA Medan per tahun dapat dilihat dari tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penumpang dan Barang yang Diangkut Melalui Stasiun

KA Medan/ Tahun

Tahun Penumpang (jiwa) Barang (ton)

2001 968.483 238,245

2002 832.705 570,647

2003 919.096 702,606

2004 796.901 230,485

2005 796.258 208,718

2006 1.901.331 752,755

2007 1.766.578 915,759

2008 872.788 854,735

2009 919.010 992,999

Sumber : PT. Kereta Api(https://www.kereta-api.co.id/)

Dari jumlah penumpang pada tahun 2009 didapat bahwa rata-rata penumpang setiap bulannya adalah 919.010 jiwa : 12 bulan = 76584,167 atau 76584 jiwa/bulan. Dan didapat pula bahwa penumpang yang diangkut setiap harinya adalah 76584 jiwa :30 hari = 2552,80 atau 2553 jiwa/hari.

[image:52.595.150.473.212.479.2]
(53)

Rel yang terdapat di Stasiun Medan membujur dari utara ke selatan. Rel yang mengarah ke selatan merupakan rel dengan arah perjalanan ke Tebing Tinggi, Kisaran, Tanjung Balai, Siantar dan Rantau Prapat, sedangkan rel yang mengarah ke utara merupakan arah perjalanan ke Belawan, Binjai dan Besitang,dan perencanaan Stasiun Labuhan

Maka asumsi perhitungan apabila dirata-ratakan, jumlah penumpang Stasiun Labuhan adalah 2936 jiwa/hari : 9 stasiun = 326.2 jiwa/hari atau 326 jiwa/hari. Dari jumlah pengunjung tersebut, perancang mampu memperhitungkan jumlah lahan parkir yang dibutuhkan untuk stasiun Labuhan.

Asumsi pengunjung yang datang ke Stasiun Labuhan adalah dengan menggunakan angkutan umum (becak, sudako, maupun bus) sebesar 30% dari jumlah harian yaitu sebanyak 98 orang setiap harinya. Pengunjung yang menuju stasiun dengan berjalan kaki (penduduk yang dekat atau wisatawan yang hendak pulang/pergi) adalah sebesar 20% atau sebanyak 68 orang. Sedangkan pengunjung yang datang ke stasiun dengan menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) sebesar 50% yaitu sebanyak 163 orang. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi kawasan Labuhan Deli yang menengah kebawah, perancang mengasumsikan pengguna kendaraan mobil lebih sedikit jumlahnya dibandingkan pengguna sepeda motor, maka dari itu perancang membagi pengguna yaitu sebesar 30% dari jumlah pengguna kendaraan pribadi atau sebanyak 48 orang. Sedangkan pengguna sepeda motor sebesar 70% atau sebanyak 114 orang.

(54)

itu kebutuhan parkir mobil untuk pengunjung membutuhkan 16 buah parkir mobil dan 57 parkir motor.

Selain pengunjung stasiun, perancang juga tidak lupa untuk memperhitungkan kebutuhan parkir untuk kendaraan pegawai yang bekerja di stasiun. Pegawai yang bekerja di stasiun adalah sebanyak 18 orang. Dengan asumsi penambahan Janitor dan Office Boy sebanyak 10 orang, maka total pegawai yang bekerja adalah sebanyak 28 orang. Dari jumlah total tersebut, perancang mengansumsikan pegawai yang menggunakan kendaraan pribadi sebesar 60% atau sebanyak 17 orang, menggunakan angkutan umum 20% atau sebanyak 6 orang, dan berjalan kaki sebesar 20% atau sebanyak 6 orang. Pegawai yang menggunakan kendaraan pribadi diasumsikan 60% menggunakan sepeda motor atau sebanyak 11 orang, sedangkan yang menggunakan mobil sebanyak 6 orang.

Dari keseluruhan perhitungan jumlah parkir yang dibutuhkan untuk stasiun, maka dapat disimpulkan kebutuhan parkir untuk kendaraan mobil adalah sebanyak 22 mobil, sedangkan kebutuhan parkir untuk sepeda motor adalah 68 sepeda motor.

Untuk kebutuhan parkir pengunjung shopping center, perancang menggunakan standart perhitungan parkir pusat pertokoan dari Jimmy S. Juwana (2004) yang menyebutkan standart kebutuhan parkir pengendara mobil untuk pusat pertokoan adalah setiap 60 m2 luas bruto. Dari perhitungan tersebut perancang mendapatkan perhitungan jumlah parkir mobil untuk shopping center sebanyak 115 mobil. Sedangkan untuk sepeda motor, perancang mengasumsikan untuk meyediakan 100 buah parkir sepeda motor.

(55)

Berdasarkan peraturan kota Medan, kecamatan Labuhan Deli hanya diperbolehkan untuk memilik bangunan maksimal sebanyak 4 lantai. Namun, melihat kondisi eksisting lahan yang dikeliling permukiman penduduk yang rata rata hanya sebanyak 2 lantai, perancang mencoba menyelaraskan ketinggian bangunan dengan bangunan sekitar, sehingga perancang mangambil keputusan untuk merancang shopping center sebanyak 3 lantai saja. Sesuai dengan study kasus sejenis yang sudah dibahas sebelumnya, didalam shopping center terdapat retail retail serta market lain untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Untuk kebutuhan retail, perancang mengasumsikan kebutuhan retail sebanyak 50 buah retail. Shopping Center juga menyediakan restaurant, mini market, serta department store dengan skala menengah untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

Beberapa fasilitas publik lainnya juga disediakan perancang, seperti toilet umum sebanyak 1 unit setiap lantai (toilet pria dan wanita) dengan kapasitas 3 bilik untuk setiap toilet. Fasilitas nursing area juga disediakan perancang mengingat kebutuhan ibu yang berbelanja dengan membawa anak mereka. Fasilitas ini mampu menampung sebanyak 10 orang. Kids Perancang juga tidak lupa menyertakan ruang ibadah mushola untuk memfasilitasi pengunjung dan pegawai yang ingin beribadah. Fasilitas musholla dapat menampung sebanyak 20 orang, dan ditempatkan di level paling atas dan tidak terlihat publik untuk menjaga privasi saat beribadah.

(56)

BAB V

THE THOUGHT

Keberadaan sebuah konsep desain dalam perancangan sangatlah penting. Dengan adanya konsep maka seluruh permasalahan yang akan dipecahkan dalam perancangan diformulasikan ke dalam satu perumusan yang bersifat abstrak, sebagai landasan atau panduan untuk diterjemahkan ke dalam rancangan, yaitu penerapan dari abstrak konsep ke dalam perwujudan nyata yang dapat terukur dan tergambar secara visual. Dengan demikian maka diharapkan konsep desain akan dapat mengikat hasil perancangan menjadi sebuah desain yang terintegrasi secara utuh.

Sebagai pemecahan masalah teknis maka desain dapat dikaitkan dengan faktor fungsional. Disini desain merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan fungsi-fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Desain dipelajari dan dikembangkan secara ilmiah dengan pendekatan-pendekatan solusi untuk memberikan pemecahan masalah (problem solving) secara objektif dan hasil temuannya dapat direalisasikan. Hasil dari pemahaman desain sebagai pemecahan masalah teknis adalah desain-desain modern yang mengutamakan fungsi teknis. Karena itu, gaya arsitektur dengan sifat fungsional sangat diterapkan untuk perancangan bangunan mixed-use stasiun dan shopping center.

(57)

juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu. Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama , tapi dengan disain yang baru.

Untuk desain interiornya, misalnya lantai, ditampilkan dengan kesan ringan melaui penggunaan keramik putih, lantai batu atau kayu atau penggunaan karpet berwarna lembut dan simple. Pengolahan dinding dengan warna-warna netral (krem, putih bersih dan abu-abu) atau diolah unfinished dengan media semen plester atau bata ekspos. Untuk penutup jendela banyak ditemui penutup dari jenis blinds atau tirai yang simple. Furniture pun tampil dengan bentuk fungsional dan praktis dengan banyak mengeksplorasi dari kayu, kaca, kulit, krom, stainless steel dan besi. Ada beberapa prinsip dasar arsitektur kontemporer, antara lain adalah massa bangunan yang kokoh, onsep ruang yang terkesan terbuka, adanya harmonisasi/ kesatuan ruang dengan ruang luar, konsep fasad yang dominan transparan, fungsional, eksplorasi elemen landscape yang terstruktur

Dengan demikian tidak berarti bahwa konsep kontemporer merupakan suatu konsep yang "bebas", namun pada konsep ini juga mempunyai suatu ciri-ciri khas yang dapat mengenalinya tidak hanya dari bentuk fasad bangunan saja, konsep kontemporer juga memiliki aturan yang mengharuskan terjadinya permainan keharmonisan antara warna, material dan bentuk haruslah mempunyai kesatuan yang dapat menyatu dengan harmonis antara satu dengan yang lainnya.

(58)

karena itu, perancang berniat untuk menjadikan stasiun dapat terlihat langsung dan menjadi inti fasad dari bangunan tersebut.

[image:58.595.174.446.365.571.2]

Bangunan eksisting Stasiun Labuhan merupakan bangunan lama bersejarah yang dilindungi pemerintah. Untuk itu, bangunan tidak dapat dihancurkan atau diubah. Perancang berniat untuk melakukan pemugaran pada bangunan melalui pengecatan ulang bagian eksterior dan interior bangunan serta mengganti material yang tidak layak digunakan, misalkan pada bagian atap yang rusak, serta pintu yang sudah lapuk dengan bahan yang baru tapi tidak mengubah bentuknya sama sekali. Bangunan permukiman yang terletak didepan stasiun akan direlokasi mengingat ketidak amanan permukiman yang berjarak terlalu dekat dengan stasiun.

Gambar 5.1 Akses Menuju Site

(59)
[image:59.595.163.458.276.476.2]

sehingga bus pariwisata serta truk barang yang datang lewat jalan tol dapat menuju parkir tanpa mengakibatkan kemacetan pada jalur mobil. Selanjutnya, untuk menmudahkan pejalan kaki (sesuai dengan pedoman TOD), jalur pedestrian langsung dapat diakses melalui Jalan Yos Sudarso, tepat didepan stasiun. Sedangkan untuk jalur mobil, mobil masuk dari jalur menuju Belawan (sebelah kiri) dan langsung dapat mengakses basement bangunan. Untuk pengunjung yang hanya mengantarkan atau menjemput, akses yang ditempuh adalah melewati drop off, lalu menuju parkir sementara (gambar 5.2)

Gambar 5.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi Area

(60)
[image:60.595.203.452.82.277.2]

Gambar 5.3 Konsep Bentuk Blok Stasiun dan Shopping Center

Bagian tengah dan belakang akan difungsikan menjadi stasiun sedangkan bagian samping kanan dan kiri akan difungsikan sebagai shopping center Area parkir sementara akan ditempatkan di sebelah selatan stasiun. Sesuai dengan konsep TOD, area parkir diletakkan disamping/ dibelakang bangunan. Area servis dan utilitas diletakan disebelah kanan belakang, dekat dengan parkir sehingga pegawai/ janitor tidak perlu melewati entrance utama. Lift barang diletakkan berdekatan dengan area servis dan utilitas sehingga memudahkan pegawai/pemilik toko mengangkat barang keatas.

(61)
[image:61.595.172.447.148.311.2]

berhadapan langsung dengan stasiun. Jalur pedestrian dibuat dengan konsep plaza dengan perkerasan yang lebar dan ramah untuk kaum disability.

Gambar 5.4 Konsep Pedestrian Stasiun dan Shopping Center

Konsep pedestrian berpedoman pada sistem TOD yang diterapkan pada bangunan. Parit disekitar kawasan dirancang tertutup dengan menggunakan sistem gorong-gorong sehingga mampu mempermudah maintenance saat terjadi kerusakan (gambar5.4). Trotoar untuk pedestrian dirancang selebar 2.5 meter, cukup untuk memenuhi kebutuhan pedistrian dan disable. Perancang juga menyediakan jalur sepeda selebar 1.5 meter yang langsung berbatasan dengan vegetasi untuk melindungi dari kendaraan bermotor serta menyejukkan jalan.

(62)
[image:62.595.223.397.83.220.2]

Gambar 5.5 Konsep Struktur Bangunan

Untuk sistem struktur sendiri, perancang menggunakan struktur grid dengan ukuran bentag 8m x 10m yang dianggap perancang efisien untuk ukuran retail serta ukuran standart parkir mobil untuk basement. (gambar 5.5). Perancang menggunakan sistem dilatasi untuk menyatukan bangunan lama dengan bangunan baru. Pada bagian platform dan ruang tunggu stasiun, perancang menggunakan struktur bentang lebar dengan menggunakan kolom dan balok baja serta struktur atap dome dengan material baja.

Struktur bentang lebar dianggap lebih efisien oleh perancang untuk menghindari adanya benturan kolom serta membuat bangunan stasiun menjadi lebih leluasa. Bangunan baru shopping center memiliki 3 buah lantai dengan massa bangunan berbentuk huruf “U” mengapit bangunan lama sedang bangunan stasiun baru dengan struktur bentang lebar terletak paling belakang (gambar 5.6). Area platform stasiun memiliki mezanin di lantai dua yang langsung terhubung dengan shopping center.

(63)
[image:63.595.162.461.177.416.2]

miring untuk mengalirkan air hujan ke pipa saluran air. Bagian atap yang melengkung dinaikkan levelnya sehingga menjadi jalur keluar masuknya udara kedalam stasiun (gambar 5.7).

Gambar 5.6 Blok Massa Bangunan

[image:63.595.183.439.518.614.2]
(64)

BAB VI

CONTRIVANCE

Perancang melakukan tahap desain dengan berpedoman pada tema, konsep yang telah direncanakan, pemrograman dan kebutuhan ruang, serta analisa masalah dan potensi yang ada. Setelah menggabungkan semua konsep yang direncanakan, perancang kemudian mulai merancang tatanan ruang didalam stasiun dan shopping center.

Tantangan pada tahap ini adalah menyesuaikan desain dan membuat desain yang nyaman, aman, dan sustainable namun tetap mengikuti standar yang ada. Kesalahan pada rancangan kerap terjadi, sehingga rancangan berkali kali diganti untuk menyesuaikan rancangan menjadi lebih baik lagi.

Tahap pertama yang dilakukan perancang adalah dengan memulai desain ground plan. Desain ground plan sangat berkaitan dengan penataan ruang serta sirkulasi yang sebelumnya sudah dianalisa oleh perancang. Untuk mempermudah perancang memulai desain ground plan, perancang merancang beberapa skenario (tergantung banyak jenis pengguna) pada bangunan stasiun dan shopping center ini.

(65)
[image:65.595.114.519.150.443.2]

baik yang mengantar ataupun menjemput, perancang meyediakan parkir sementara disisi selatan bangunan.

Gambar 6.1 Rencana Masterplan

(66)
[image:66.595.114.519.85.313.2]

Gambar 6.2 Rencana Lantai Basement

Kemudian pengunjung yang selesai parkir naik ke lantai dasar. Area stasiun baru dipisahkan oleh rel kereta api. Perancang menghubungkan kedua bagian tersebut melalui lorong bawah tanah yang didesain menjadi ram, untuk memudahkan pengunjung yang membawa barang serta memudahkan difable untuk meyebrangi stasiun. Pada lantai basement hanya terdapat satu kamar mandi yang terdiri dari beberapa unit. Untuk pengunjung kereta api, perancang meyediakan parkir sementara disamping bangunan agar memudahkan pengunjung kereta api sehingga tidak perlu turun ke basement.

(67)
[image:67.595.114.518.252.499.2]

akan disambut dnegan atrium yang berisi stand-stand yang menampung usaha kecil serta sitting area yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang hanya sekedar duduk-duduk saja. Atrium dikelilingi retail retail besar dan kecil. Ada terdapat 16 retail pada lantai satu bagian shoping center yang difungsikan sebagai toko, butik dan café serta 9 retail pada bagian stasiun yang difungsikan sebagai pusat oleh oleh dari kawasan wisata Labuhan Deli.

Gambar 6.3 Rencana Denah Lantai 1

(68)
[image:68.595.114.519.352.597.2]

Setelah memasuki lantai satu, pengunjung shopping center naik ke lantai dua dengan menggunakan fasilitas eskalator. Perancang menggunakan void hingga lantai 3 sehingga pengunjung tetap bisa menyaksikan apa yang terjadi pada lantai 1. Perancang menyediakan metro market, tempat pengunjung berbelanja kebutuhan sehari hari. Didalam lantai dua juga terdapat toko buku serta retail retail dengan jumlah sabanyak 18 buah untuk fungsi butik, toko, dan restaurant. Perancang meletakkan nursing room untuk memenuhi kebutuhan ibu-ibu yang membawa anak, diujung bangunan sehingga menjaga privasi pengunjung tersebut. ATM center dan money changer untuk transaksi juga diletakkan dilantai 2 untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang ingin mengambil, transfer, ataupun menukar uang (gambar 6.4)

Gambar 6.4 Rencana Denah Lantai 2

(69)
[image:69.595.114.518.252.498.2]

buah pantry yang disediakan untuk pegawai yang bekerja untuk stasiun seperti ruang kondektur, ruang kontrol, ruang rapat dan lain-lain. Pegawai kantor stasiun memiliki akses dari pintu utama stasiun dan menggunakan tangga untuk menuju ruang kantor. Level lantai dua bangunan baru dibuat lebih tinggi dari atap bangunan lama Stasiun Labuhan untuk menciptakan ruangan yang lebih leluasa serta membantu dalam dilatasi penggabungan struktur bangunan lama dengan bangunan baru.

Gambar 6.5 Rencana Denah Lantai 3

(70)

Gambar 6.6 Zoning Lantai Bangunan

Sesuai dengan ciri arsitektur kontemporer, pengembangan stasiun menggunakan mayoritas kaca. Perancang menggunakan material kaca pada fasad bangunan, hanya saja kendalanya adalah penggunaan material kaca dapat mempengaruhi naiknya suhu, ditambah lagi fasad bangunan menghadap ke arah barat.

Gambar 6.7 Tampak Depan Bangunan

(71)

Gambar 6.8 Tampak Samping Kanan

Bagian samping bangunan juga banyak menggunakan kaca, namun sudah ditambahkan dinding granit terutama untuk tempat yang tidak memerlukan kaca seperi di belakang retail atau kamar mandi untuk menjaga privasi penggunanya (gambar 6.8 dan gambar 6.9). Penggunaan material kaca pada bagian ini lebih mengutamakan masuk atau tidak cahaya terutama pada bagian stasiun yang merupakan ruang publik. Dengan adanya konsep ini, pengelola dapat menghemat biaya listrik besar-besaran.

Gambar 6.9 Tampak Samping Kiri Bangunan

Gambar

Gambar 2.1 Area Stasiun Labuhan Sumber: Urban Design Guide Line Kelompok 2
Gambar 2.2 Pembangunan Stasiun Labuhan
Gambar 2.3 Batas Site
Gambar 2.5 Kondisi Stasiun dari Jalan Yos Sudarso
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk melakukan simulasi evakuasi mandiri secara serentak pada tanggal 26 April 2018 maka ditahapan persiapan dapat

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan pertolongan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Faktor

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Konsep-Konsep dan Strategi Sistem Informasi Kesehatan, meliputi : Sistem Informasi Tidak Identik dengan Sistem Komputerisasi, Sistem Informasi

Homeostasis pada manusia mengacu pada kemampuan tubuh untuk mengatur lingkungan fisiologis dalam untuk memastikan stabilitas dalam menanggapi fluktuasi lingkungan

- Memprioritaskan penggunaan tenaga kerja setempat, dengan proporsi yang seimbang antara tenaga kerja penduduk asli dengan warga transmigrasi, penggunaan jasa dan

Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran, reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru, dan informasi

Teori basis dapat digunakan pada vektor eigen tergeneralisir untuk menghasilkan balikan matriks transisi Q sehingga transformasi ini menyebabkan matriks A