• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Tari Maena Dan Tari Moyo Sebagai Atraksi Budaya Di Kota Gunungsitoli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Tari Maena Dan Tari Moyo Sebagai Atraksi Budaya Di Kota Gunungsitoli"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO

SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA

DI KOTA GUNUNGSITOLI

KERTAS KARYA

OLEH

JAN PINTERSON ZEBUA

NIM : 082204086

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: maena fangowai zowatö

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO

SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI

OLEH

JAN PINTERSON ZEBUA

082204060

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI TARI MAENA DAN TARI

MOYO SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA

DI KOTA GUNUNGSITOLI

OLEH

: JAN PINTERSON ZEBUA

NIM

: 082204086

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-Nya

yang begitu melimpah dalam kehidupan penulis hingga saat ini. Tiga tahun lamanya

menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi dan berkat-Nya begitu

melimpah. Akhirnya kini penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang

merupakan salah satu syarat bagi penulis meraih gelar Ahli Madya Pariwisata

Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Adapun judul dari kertas karya ini adalah:

“POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI”.

Penulis menyusun kertas karya ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan kawasan wisata pulau sabang sebagai salah satu objek wisata di

Nanggroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat lokal.

Informasi yang penulis paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya agar

pembaca mendapatkan informasi yang jelas dan semoga kertas karya ini bermanfaat

memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca.

Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Pariwisata Fakultas

(5)

3. Solahuddin Nasution, SE., MSP, selaku Dosen Koordinator Praktek Bidang

Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya USU

Medan.

4. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya

ini.

5. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan

arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

6. Seluruh staff / Dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya USU

Medan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Kasianus Zebua dan

Ibunda Yusmina Zendratő atas segala motivasi, kasih sayang, dan perhatian bagi

penulis selama ini. Buat penulis, kebahagiaan terindah adalah melihat senyum

dan bangga dari orang tuaku tercinta.

8. Buat kakak, dan adik-adik penulis, berilah yang terbaik buat orang tua kita.

Senyum dan keberhasilan kita merupakan kebahagian mereka.

9. Buat Pak Binari dan Ibu Erika yang telah menjadi orang tua selama penulis

menempuh pendidikan. Tiada kata-kata yang dapat diucapkan untuk

mengungkapkan rasa terima kasih penulis selama ini.

10. Teman-teman yang begitu dekat dengan penulis selama ini. Begitu indah

(6)

11. Teman-teman UW’08, begitu banyak kenangan dan kisah yang kita lewati.

Terima kasih buat semuanya, tour yang kita lalui akan menjadi kenagan terindah

buat penulis, sungguh kenangan tak terlupakan. Semoga kita semua menjadi

orang-orang yang sukses di kemudian hari, amin.

Kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak

kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

untuk menyempurnakan kertas karya ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima

kasih.

Medan, Juni 2011

Penulis,

Jan Pinterson Zebua

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata ... 8

2.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... 10

2.3 Wisatawan ... 11

2.4 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 13

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 15

2.6 Motivasi Perjalanan Wisata ... 18

2.7 Produk Industri Pariwisata ... 20

(8)

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA GUNUNGSITOLI

3.1 Kota Gunungsitoli Secara Umum ... 25

3.2 Letak Geografis ... 31

3.3 Sistem Adat dan Kebudayaan ... 33

3.4 Sarana dan Prasarana ... 36

3.5 Kependudukan ... 40

3.6 Perkembangan Wisatawan ... 44

BAB IV : POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI 4.1 Sejarah Tari Maena dan Tari Moyo ... 47

4.2 Nilai dan Makna Tari Maena dan Tari Moyo ... 55

4.3 Potensi Tari Maena dan Tari Moyo ... 58

4.4 Pengembangan Tari Maena dan Tari Moyo ... 61

4.5 Upaya-Upaya Pemerintah dan Masyarakat Dalam Pengembangan Tari Maena dan Tari Moyo ... 63

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

(9)

ABSTRAK

Industri pariwisata merupakan industri terbesar di seluruh dunia. Budaya tidak dapat

dipisahkan dari kepariwisataan. Kota Gunungsitoli memiliki tari maena dan tari

moyo yang berpotensi membangkitkan dunia kepariwisataan. Tari maena

menampilkan sukacita dan kebersamaan, tari moyo memberikan makna kebudayaan.

Kedua warisan budaya leluhur ini mampu menjadi sajian bagi setiap orang yang

berkunjung ke Nias. Menarik, khas dan mempesona dapat menjadikan tari maena

dan tari moyo menjadi tarian daerah terbaik. Kota Gunungsitoli yang merupakan

gerbangnya Pulau Nias kaya akan sumber daya untuk dikembangkan.

(10)

ABSTRAK

Industri pariwisata merupakan industri terbesar di seluruh dunia. Budaya tidak dapat

dipisahkan dari kepariwisataan. Kota Gunungsitoli memiliki tari maena dan tari

moyo yang berpotensi membangkitkan dunia kepariwisataan. Tari maena

menampilkan sukacita dan kebersamaan, tari moyo memberikan makna kebudayaan.

Kedua warisan budaya leluhur ini mampu menjadi sajian bagi setiap orang yang

berkunjung ke Nias. Menarik, khas dan mempesona dapat menjadikan tari maena

dan tari moyo menjadi tarian daerah terbaik. Kota Gunungsitoli yang merupakan

gerbangnya Pulau Nias kaya akan sumber daya untuk dikembangkan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dulu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang.

Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin

berkembang. Demikian juga kehidupan manusia yang merupakan suatu proses sosial

dan budaya selalu berubah seiring berjalannya waktu. Berbagai perubahan tersebut

telah menyebabkan adanya unsur, nilai sosial budaya yang berubah bahkan

ditinggalkan manusia. Tentu saja hal ini merupakan efek negatif dari rangkaian

perubahan yang terjadi. Jikalau nilai sosial budaya tersebut dibiarkan saja tanpa

usaha melestarikannya, maka hilanglah suatu nilai dalam sejarah kehidupan manusia

di masa lampau.

Sesuatu telah terjadi, dan hal itu merugikan. Apakah kita pun diam sambil

menatapnya pergi? Seharusnya tidak karena hal ini merupakan tanggung jawab kita

bersama menjaga kelestarian warisan-warisan budaya leluhur sehingga tidak hilang

dan menjadi kenangan belaka.

Pulau Nias yang merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan potensi

besar dalam kepariwisataan tentunya menyimpan banyak daya tarik wisata yang

dapat dinikmati. Daya tarik yang dimaksud seperti kehidupan masyarakat yang unik,

(12)

kebersamaan dan rasa gotong royong di masa lampau, berbagai jenis tarian daerah,

dan sebagainya.

Sebutan Pulau Nias dalam bahasa Niasnya sering disebut Tanö Niha yang

artinya “tanah manusia” sedangkan orang Nias sering disebut Ono Niha yang artinya

“anak manusia.” Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar masyarakat Nias

masih menggunakan bahasa daerah Nias untuk berkomunikasi satu sama lain. Tetapi

saat ini, ada banyak kalangan masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa

Indonesia dalam proses berkomunikasi. Kaum muda berada di urutan teratas untuk

kebiasaan ini. Menurut pendapat sebagian pihak, berkomunikasi dalam bahasa

daerah Nias menimbulkan rasa malu dan dianggap telah ketinggalan zaman.

Harus diakui bahwa banyak kebudayaan asli milik Nias telah banyak berubah

karena dipengaruhi berbagai penyebab. Modernisasi zaman dengan pengaruh budaya

barat merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi. Selain itu, tingkat

pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap manfaat budaya turut serta menjadi

penyebabnya. Tarian daerah suku Nias adalah salah satu hasil budaya yang

seyogianya pada masa lampau dapat diperankan oleh setiap orang terutama kaum

muda, akan tetapi di masa sekarang ini telah jauh berbeda dan menunjukkan tingkat

kemunduran. Tari Maena dan Tari Moyo adalah salah satu di antaranya. Tari Maena

adalah tarian kolosal yang penuh sukacita. Tari Maena seringkali menjadi

pertunjukkan hiburan ketika Suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan adat.

(13)

simbol untuk memuji mempelai laki-laki dan keluarganya. Tarian ini sangat simpel

dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan.

Tari Maena tak kalah menarik dengan tarian-tarian lain yang ada di Nusantara.

Gerakannya yang sederhana membuat hampir semua orang bisa melakukannya.

Kendala dan kesulitan yang dihadapi mungkin terletak pada rangkaian pantun-pantun

Maena yang harus disesuaikan. Rangkaian pantun-pantun Maena biasanya dikenal

dalam bahasa Nias sebagai “fanutunö Maena.” Lain halnya dengan Tari Moyo yang

diperankan oleh kaum perempuan. Nama tari “Moyo” yang dapat diartikan dalam

Bahasa Indonesia yakni “Elang” merupakan suatu tarian yang khas dengan

gerakan-gerakan lincah dan lemah gemulai. Tetapi di balik gerakan-gerakan tersebut tersirat makna

kegagahan seperti burung elang itu sendiri. Hal ini menyimbolkan bahwa orang Nias

gagah berani terutama dalam menghadapi musuh. Makna lain adalah kewibawaan

dan sikap optimis yang dapat kita amati ketika burung elang menerkam mangsa.

Tidak ada sikap keraguan dalam benaknya, dan hal ini dimaknai juga bahwa orang

Nias memiliki sikap optimis dan sekali maju tetap maju. Tari Moyo ini awalnya

begitu populer di mata masyarakat karena kaum perempuan Nias yang beranjak

dewasa sangat senang mempelajarinya. Tetapi keadaan berbanding terbalik justru

terjadi saat ini. Tingkat minat masyarakat melakonkan Tari Moyo yang sangat

rendah, perhatian pemerintah daerah yang sangat kurang adalah faktor-faktor

penyebabnya. Padahal sebenarnya, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan secara

(14)

Pengaruh kedua tarian ini dalam pengembangan pariwisata di Gunungsitoli

sangat besar sebagai atraksi budaya. Hal ini dikarenakan daerah-daerah yang menjadi

objek wisata di Gunungsitoli masih berada di belakang objek wisata seperti Pantai

Sorake, Pantai Lagundri, Bawamataluo, dan beberapa objek lain di Nias. Sektor

atraksi budaya haruslah menjadi keunggulan dalam kepariwisataan Gunungsitoli

karena merupakan gerbang masuk Pulau Nias. Wisatawan yang datang akan dapat

disuguhkan atraksi budaya masyarakat sehingga akan sangat berkesan bagi mereka.

Selain alasan tersebut, kedua tarian ini tidaklah kalah dengan tarian-tarian yang

terkenal di Indonesia. Dengan pengembangan yang baik, tarian ini diharapkan dapat

berbicara banyak dalam kepariwisataan Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan simpati dan perhatian atas

keadaan budaya dalam kepariwisataan Gunungsitoli. Oleh karena itu, penulis

mengemasnya dalam kertas karya sederhana ini. Kertas karya ini merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D III Pariwisata dan meraih gelar

Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Potensi Tari

Maena dan Tari Moyo Sebagai Atraksi Budaya di Gunungsitoli.”

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan kertas karya ini penulis

(15)

dan masyarakat lokal melestarikan Tari Maena dan Tari Moyo serta

mengembangkannya dalam mendukung kepariwisataan di Kota Gunungsitoli?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis uraikan di atas, maka tujuan

pembatasan masalah adalah untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah daerah dan

masyarakat lokal melestarikan dan mengembangkan Tari Maena dan Tari Moyo di

Kota Gunungsitoli.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memudahkan pembuatan kertas karya ini, penulis menggunakan

beberapa metode penelitian, antara lain:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Adalah penelitian untuk mendapatkan sumber informasi menyangkut Tari

Maena dan Tari Moyo melalui data-data dari buku atau tulisan lainnya yang

mendukung pembahasan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan sumber informasi

berhubung kait dengan objek kajian Tari Maena dan Tari Moyo. Informasi

(16)

tokoh-tokoh adat serta orang-orang tertentu yang mengerti dengan baik

seluk-beluk tarian.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Yaitu latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai pengertian

pariwisata, bentuk dan jenis pariwisata, defenisi wisatawan, objek

dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata, motivasi

perjalanan wisata, produk industri pariwisata, dan hubungan

kebudayaan dengan pariwisata.

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA GUNUNGSITOLI

Dalam bab ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai kondisi

umum Kota Gunungsitoli, letak geografis, admistrasi dan

pemerintahan, sistem adat dan kebudayaan, sarana dan prasarana,

(17)

BAB IV : POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO SEBAGAI

ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI

Dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang Tari Maena dan Tari

Moyo, nilai dan makna Tari Maena dan Tari Moyo, potensi Tari

Maena dan Tari Moyo sebagai atraksi budaya, proses pengembangan

Tari Maena dan Tari Moyo, peranan pemerintah dan masyarakat, dan

dan permasalahan yang dihadapi.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, penulis menguraikan kesimpulan dan saran dari

penulisan kertas karya.

DAFTAR PUSTAKA

Damardjati, RS. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta:

Pradnya Paramita

Yoeti, Oka A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Hammerlse, Johannes Maria, 2001. Asal Usul Masyarakat Nias.

Suatu interpretasi. Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias

Koentjaraningrat, Prof.Dr. 2007. Manusia dan Kebudayaan di

Indonesia. Jakarta: Djambatan

(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA

Pariwisata merupakan bentuk perjalanan sementara waktu meninggalkan

tempat semula ke tempat yang lain, tidak untuk mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi untuk menikmati kegiatan dan rekreasi. Richard Sihite

menyatakan:

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.”

Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang

bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat

yang dikunjungi, tetapi untuk melakukan perjalanan, dapat dilakukan perorangan

maupun kelompok, (dalam Yoeti; 1983 hal.112) menyatakan:

(19)

Pariwisata merupakan suatu kebutuhan yang menumbuhkan cinta akan

keindahan alam, hasil dari perkembangan zaman dan kecanggihan transportasi dan

komunikasi, E. Guyer Freuler (Soekadijo, 1997) menyatakan pengertian pariwisata

dengan memberi batasan sebagai berikut:

“Pariwisata dalam pengertian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.”

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990, pariwisata adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya

tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pariwisata adalah kegiatan ekonomi dengan pergerakan masuk keluar suatu

kota, daerah atau negara. Ahli ekonomi Austria, Herman V. Schulard (Soekadijo;

1997) memberikan batasan pariwisata yakni “...Kepariwisataan adalah sejumlah

kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara

langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya

orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.”

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk

memperoleh penghasilan dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi untuk

memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker

(20)

“ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman orang-orang asing dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang bersifat sementara”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan oleh perorangan maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat

asal ke tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah (menjalankan usaha)

ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan,

rekreasi dan atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya unsur

paksaan.

2.2 BENTUK DAN JENIS PARIWISATA

Secara umum bentuk pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan objek yang dapat disaksikan pengunjung menurut situasi tertentu dan waktu

yang tepat, serta kemauan untuk mengunjungi objek tersebut. Bentuk dan jenis

pariwisata membantu dalam menetapkan langkah-langkah tepat mengembangkan

objek dan daya tarik wisata. Langkah-langkah tersebut seperti kapan dan darimana

wisatawan yang menjadi sasaran. Adapun bentuk dan jenis pariwisata (dalam

Yoeti;1983 hal.111) dikelompokkan sebagai berikut:

1. Menurut Letak Geografi

a. Pariwisata Lokal (Local Toruism) b. Pariwisata Regional (Regional Tourism) c. Nasional Tourism (Domestic Tourism) d. Regional International Tourism

(21)

2. Menurut Tujuannya :

a. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism) b. Pariwisata Budaya (Culture Tourism) c. Pariwisata Olahraga (Sport Tourism) d. Pariwisata Sosial (Social Tourism)

e. Pariwisata Kesehatan (Recuperational Tourism) f. Pariwisata Politik (Political Tourism)

g. Pariwisata Keagamaan (Religion Tourism)

3. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran :

a. Pariwisata Aktif (kegiatan pariwisata yang mendatangkan devisa dengan masuknya wisatawan asing ke dalam suatu negara tertentu).

b. Pariwisata Pasif (kegiatan pariwisata yang mengurangi cadangan devisa negara ditandai dengan keluarnya penduduk ke suatu negara lain ke negara lain untuk melakukan kegiatan kunjungan).

4. Menurut alasannya :

a. Seasional Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu).

b. Occational Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan menurut kejadian atau event-event tertentu).

2.3 WISATAWAN

Menurut The Comitee of Statisticsl Expert of the Language of Nation pada

tahn 1937 menyatakan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi

suatu negara selain negara dimana dia biasa tinggal, dan dengan periode

setidak-tidaknya 24 jam. Adapun yang biasa disebut wisatawan adalah:

1. Orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk bersenang-senang, alas an

keluarga, untuk tujuan kesehatan, dan sebagainya.

2. Orang-orang yang berpergian dengan tujuan untuk melakukan pertemuan atau

(22)

3. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran laut sekalipun mereka tidak tinggal

24 jam.

Berikut ini yang tidak dapat disebut sebagai wisatawan adalah:

1. Orang-orang yang datang baik atas dasar kontrak maupun tidak, mencari

pekerjaan dan atau bekerja pada suatu aktifitas usaha di negara tujuan.

2. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara

tersebut.

3. Pelajar dan orang-orang muda yang menginap di suatu pemondokan/ asrama.

Uraian di atas dapat didefenisikan dalam dua aspek antara lain:

1. Pelancong (Exercursionist), adalah orang yang tinggal kurang dari 24 jam di

negara yang dikunjungi.

2. Wisatawan (Tourist), adalah pengunjung yang tinggal lebih dari 24 jam di

negara yang dikunjungi/ daerah tujuan wisata dan tujuan perjalanannya

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. menggunakan waktu luang untuk berekreasi, hiburan, kesehatan, studi,

olahraga, keagamaan.

2. bertujuan untuk dagang, keluarga, misi dan pertemuan (Michael Peters,

hal.14-15).

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 yang berasal dari instruksi

presiden, disebutkan bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari

(23)

dari kunjungan tersebut. Sedangkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 disebutkan

bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Menurut Burkart dan Medlik (dalam Toety Heraty;1998 hal.4-5), wisatawan

memiliki empat ciri utama, yakni:

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai tempat tujuan.

2. Tempat tujuan wisata berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.

3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.

Sebuah konsep yang lain dikemukakan oleh Cohen (dalam Toety

Heraty;1998 hal.5) tentang wisatawan adalah “...seorang pelancong yang melakukan

perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk sementara waktu saja, dengan harapan

mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam

perjalanan yang relatif lama dan tidak terulang”.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisatawan

adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara atau daerah tujuan wisata bukan

untuk bekerja dan dalam kurun waktu lebih dari 24 jam.

2.4 PENGERTIAN OBJEK WISATA DAN DAYA TARIK WISATA

Objek wisata atau dengan istilah “Tourist Attraction” yaitu segala sesuatu

(24)

(Arwina;www.google.com). Mengacu pada istilah bahasa inggrisnya “tourist

attraction” yang lebih mengarah ke makna “atraksi wisata”, maka muncul beberapa

defenisi yang berbeda. Beberapa defenisi yang lazim dikenal di Indonesia dan resmi

datang dari pemerintah, (dalam Yoeti;1983 hal.160) menyatakan:

1. Menurut UU No. 9/1990

“...Objek wisata adalah semua hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam.”

2. SK. Menteri Pertanian & MENPARPOSTEL No. 204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM47/PW.004/MPPT/89

“...Objek wisata adalah satu tempat (alam) yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembang sehingga mempunyai daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan.”

3. Peraturan Pemerintah No.24/1979

“...Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, cara hidup, seni budaya, sejarah bangsa, dan juga suatu alam yang menarik untuk dikunjungi.”

4. Undang-Undang No.9 Tahun 1990

“atraksi wisata adalah semua segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh wisatawan yang kesemuanya merupakan hasil kerja manusia.”

Kepuasan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata tergabung atas dua faktor,

(dalam Yoeti;1996 hal.162) menyatakan:

1. Tourism Resources

Merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata dan menarik untuk disaksikan, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Natural Amenities, adalah benda-benda yang tersedia di alam seperti

iklim, fauna dan flora, sumber air panas (hot spring), dan lain-lain.

b. Hasil ciptaan manusia (man-made suppty), adalah benda-beda buatan yang bersejarah, mengandung nilai kebudayaan dan keagamaan seperti monumen, museum, rumah-rumah ibadah, dan sebagainya.

c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)

2. Tourism Services

(25)

Selain itu, ada tiga syarat suatu daerah menjadi suatu daerah tujuan wisata yang

potensial yakni:

1. Something to see, adalah daerah yang menjadi tujuan wisata mempunyai daya

tarik khusus di samping atraksi wisata yang dapat menjadi “entertainments”

bagi pengunjung.

2. Something to do, adalah bahwa selain banyak yang dapat disaksikan, haruslah

ada fasilitas rekreasi (amusements) yang membuat wisatawan betah tinggal di

sana.

3. Something to buy, di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja

seperti souvenirs dan hasil kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh yang dapat

dibawa pulang ke tempat asal. Fasilitas lain yang sebaiknya tersedia adalah

money changer, bank, kantor pos, telepon, dan sebagainya.

2.5 SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA 2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana Pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup

(26)

Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

2.5.1.1 Sarana Akomodasi

Sarana akomodasi merupakan wahana yang menggunakan sebagian dan atau

seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan jasa

lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Menurut Surat Keputusan

Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86 tanggal 17 Juni

1986, yang dimaksud dengan pengertian akomodasi adalah wahana yang

menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan

dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel, losmen, bungalow, dan sebagainya.

2.5.1.2 Sarana Transportasi

Sarana transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali, mengingat

hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai

komponen wisata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan

sarana transportasi ini, antara lain model transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi.

Berikut ini bagian sarana transportasi (angkutan wisata) yang terlibat dalam

perhitungan paket tur (dalam Yoeti;1983 hal.172):

a. Charter pesawat udara atau pesawat udara dengan jadwal tetap (reguler);

b. Feri penyeberangan, hovercraft (kapal cepat), hydrofaol atau catamaran; c. Kapal pesiar (cruise line ship);

d. Kereta api ekspress, subway; e. Coach dan mobil sewaan;

f. Transportasi lokal: delman, becak, kereta kuda yang melayani khusus pariwisata saja.

2.5.1.3 Sarana Makanan dan Minuman (Restoran)

Dilihat dari lokasi, ada restoran yang berada di dalam hotel dan menjadi

(27)

independen. Begitu juga dengan rumah makan, depot atau warung-warung yang

berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan

pengunjung dari objek wisata tersebut.

2.5.1.4 Art Shop (Toko Sovenir)

Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau

kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang

yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat

cinderamata tersebut berada. Toko-toko penjual cinderamata khas dari objek wisata

tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang

cinderamata khas objek tersebut (dalam Yoeti;1996 hal.185). Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi,

harga, kualitas dan keunikannya. Barang-barang tersebut akan menjadi kenangan

tersendiri bagi wisatawan.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana

kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan

untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut

antara lain, (Yoeti;1996 hal.181-183) menyatakan:

1. perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal. 2. instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. sitem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos. 4. pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

(28)

6. pelayanan wisatawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.

7. pom bensin dan lain-lain.

Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut

harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat

membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata tersebut

maka akan mendatangkan pengunjung yang kelak sangat berguna juga untuk

peningkatan sektor ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut

maupun pemerintah daerah.

2.6 MOTIVASI PERJALANAN WISATA

Salah satu sifat alami dan menjadi cirri manusia adalah melakukan

pergerakan. Manusia tidak dapat berdiam diri hanya di suatu tempat saja, tetapi

selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru yang belum dilihatnya sebelumnya.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya keadaan social ekonomi,

mendorong manusia untuk selalu bergerak. Pergerakan ini timbul dari berbagai

macam dorongan kebutuhan dan kepentingan yang sering dikenal dengan istilah

motivasi. Motivasi-motivasi tersebut (dalam Yoeti;1982 hal.80) adalah sebagai

berikut:

1. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan 2. Dorongan keamanan

3. Dorongan kesehatandan pemukiman 4. Dorongan kepentingan politik

(29)

6. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan, hubungan keluarga, olahraga dan rekreasi.

Menurut M. Intosh (Nyoman;1999 hal.155), motivasi kunjungan wisata dapat

dikelompokkan:

a. Physical motivations

Hal ini banyak hubungannya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.

b. Cultural motivations

Motivasi kunjungan wisata karena keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan negara lainnya.

c. Interpersonal motivations

Motivasi kunjungan wisata yang didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarganya, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.

d. Status and presige motivations

Motivasi kunjungan wisata seeseorang untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya; statusnya dalam masyarakat tertentu demi prestise pribadinya. Jadi sifat perjalanan ini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak sekali motivasi-motivasi atau

alasan-alasan seseorang melakukan kunjungan wisata. Orang melakukan kunjungan wisata

karena ada hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, untuk mengetahui

adat istiadat yang berbeda dengan negara asalnya, keinginan untuk mengunjungi

sanak-keluarganya, serta motivasi untuk memperlihatkan kedudukannya atau status

(30)

2.7 PRODUK INDUSTRI PARIWISATA 2.7.1 Pengertian Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah keseluruhan hasil produksi, keuntungan barang dan

jasa serta pembawaan khusus pada wisatawan. Demikianlah pernyataan Hunzieker

(dalam Yoeti;1996 hal.150): “…tourism enterprise are all business entities, which

combining various means of production, provide goods, and service of a specilly

tourist nature.”

Batasan lain diberikan oleh L.J. Lickorish dan A.C. Kershaw (dalam

Yoeti;1996 hal.149) dari British Travel Association (BTA) tentang industri

pariwisata:

“…industri pariwisata adalah keseluruhan para penjual produk wisata yang secara bersama-sama memberikan kepuasan kepada wisatawan.” Industri tersebut dikelompokkan:

• Industri pokok, melayani dalam hal tranportasi, penginapan, makanan dan persiapan perjalanan (travel agent, tour operator, etc.)

Industri tambahan, industri pariwisata yang menyediakan souvenirs serta kebutuhan lainnya, hiburan, pelayanan bank, dan lainnya.

Defenisi yang lain disampaikan oleh R.S. Darmaji (dalam Yoeti;1996

hal.153) menyatakan:

(31)

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah

keseluruhan kegiatan hasil produksi yang menghasilkan produk barang dan jasa dan

bermanfaat dalam pengembangan bidang pariwisata.

2.7.2 Produk Industri Pariwisata

Pariwisata yang merupakan sebuah industri menghasilkan jasa-jasa (services)

sebagai produk yang dibutuhkan para wisatawan. Menurut Medlik & Medliton dalam

tulisan mereka “The Formulation in Tourism” (dalam Yoeti;1983 hal.151-152)

menyatakan: “…yang dimaksudkan dengan hasil (product) industri pariwisata adalah

semua jasa atau service yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat

meninggalkan tempat kediamannya sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal.”

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok poduk industri pariwisata yaitu:

1. Tourist Object atau produk pariwisata yang terdapat pada objek-objek wisata

yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung.

2. Fasilitas yang dperlukan di daerah tujuan wisata tersebut seperti akomodasi,

bar, restoran, hiburan, rekreasi, souvenir, bank, money changer, perangko, dan

lainnya.

3. Transportasi yang menghubungkan tempat asal wisatawan dengan daerah

(32)

Secara terperinci dapat kita gambarkan jasa-jasa yang merupakan produk

industri pariwisata yang dibutuhkan oleh seorang wisatawan ketika ia meninggalkan

kediamannya hingga ia kembali pulang. Secara berurutan adalah sebagai berikut:

Saat berangkat:

1) Jasa travel agent untuk mengurus dokumen perjalanan seperti passport,

exit-permit, visa, tiket transportasi.

2) Jasa Taxi untuk transfer dari rumah ke bandara waktu berangkat (departure).

3) Jasa maskapai penerbangan yang membawa ke tempat tujuan yang

dikehendaki.

4) Jasa Taxi/ Coach-Bus dari bandara ke tempat penginapan saat tiba di daerah

tujuan.

5) Jasa akomodasi di tempat yang dituju selama kunjungan.

6) Jasa tour operator untuk kegiatan sightseeing tour ke objek-objek wisata.

7) Jasa yang diberikan di objek pariwisata berupa atraksi wisata, hiburan, dan

lainnya.

8) Jasa souvenirs shop dan handicraft center, dan lain-lain.

Saat kembali:

1) Jasa taxi untuk transfer dari hotel ke bandara.

2) Jasa maskapai penerbangan dari tempat yang telah dikunjungi kembali ke

daerah asal.

(33)

4) Mailing Services bagi wisatawan yang membeli souvenirs kemudian

menggunakan jasa pengiriman untuk meringankan bawaan.

2.8 HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2.8.1 Pengertian Kebudayaan

Pengertian kebudayaan menurut oleh E.B. Tailor adalah keseluruhan yang

kompleks dan di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian

moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan lain dan kebiasaan yang didapat manusia

sebagai anggota masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan kelakuan dan

hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya

dengan belajar dan kesemuanya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.

2.8.2 Hubungan Kebudayaan dan Pariwisata

Secara ekonomi, hubungan kebudayaan dengan pariwisata dinyatakan dalam

bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk membentuk atraksi-atraksi baik

living attraction (seni tari, itual adat, dll.) maupun non-living attraction (arsitektur

bangunan, peninggalan sejarah, dll.). Atraksi budaya dapat disuguhkan dalam suatu

pameran, festival, event yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi seniman,

penyelenggara, serta masyarakat yang bekerja dalam industri pendukung pariwisata

(34)

Implikasi sosial yang ditimbulkan oleh hubungan kebudayaan dan pariwisata

adalah keuntungan positif dari hasl pendekatan masyarakat dunia dengan berbagai

peradaban yang pada akhirnya menimbulkan kerja sama. Hubungan kebudayaan dan

pariwisata juga menghasilkan nilai dan pemeliharaan, termasuk pengawasan serta

bimbingan akan kekayaan kebudayaan. Restorasi dan proyek konservasi terhadap

benda-benda, monumen sejarah, dan segala warisan peninggalan bersejarah harus

dirancang dan dijaga. Pembentukan desain produk pariwisata hendaknya tidak hanya

(35)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA GUNUNGSITOLI

3.1 Kota Gunungsitoli Secara Umum

Kota Gunungsitoli tidak dapat terlepas dari satu gugusan induk yang

menaungi yakni Pulau Nias. Pulau Nias terletak di antara 00 12’– 10 32’ Lintang

Utara dan 97 - 980 Bujur Timur. Adapun batasan-batasan Pulau Nias adalah sebagai

berikut:

• Sebelah utara : berbatasan dengan Pulau-Pulau Banyak, Provinsi Daerah

Istimewa Aceh.

• Sebelah selatan : berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, Daerah Tingkat I

Provinsi Sumatera Barat.

• Sebelah timur : berbatasan dengan Kepulauan Mursala, Kabupaten Daerah

Tingkat II Tapanuli Tengah.

• Sebelah barat : berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Beberapa tahun terakhir terlaksana pemekaran daerah di Pulau Nias. Dari yang

awalnya hanya satu kabupaten yakni Kabupaten Nias dengan Gunungsitoli sebagai

ibukota kabupaten. Kemudian berkembang menjadi dua kabupaten yakni Kabupaten

Nias, dan Kabupaten Nias Selatan. kini telah menjadi empat kabupaten dan satu

kotamadya. Hal ini merupakan keinginan seluruh masyarakat Nias dengan penerapan

(36)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 47 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota

Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan

bahwa Kabupaten Nias yang mempunyai luas wilayah ± 3.799,80 km2 dengan

jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 444.524 jiwa terdiri atas 34 (tiga puluh

empat) kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk

mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan luas

wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut, pelaksanaan pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian

perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui

pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan

guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan memperhatikan

aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Nias Nomor 3/KPTS/DPRD/2007 tanggal 10 Mei 2007 tentang

Persetujuan Pembentukan Kota Gunungsitoli, Surat Bupati Nias Nomor

135/1842/Pem tanggal 29 Maret 2007, Perihal Usul Pembentukan Kabupaten Nias

Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli, Surat Bupati Nias Nomor

135/3736/Pem tanggal 25 Juni 2007, Perihal Persetujuan Pembentukan Kabupaten

Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli, Keputusan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 11/K/2007 tanggal 17

September 2007 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias, Surat Gubernur

(37)

Daerah Kabupaten Nias, Surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 135/6752 tanggal

10 Oktober 2007 perihal Usul Pemekaran Kabupaten Nias, Keputusan Bupati Nias

Nomor 135/655/2007 dan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Nias Nomor 135/4385/DPRD tanggal 11 Nopember 2007 tentang

Bantuan Dana Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Nias

Kepada Calon Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli

di Wilayah Kabupaten Nias, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Nias Nomor 08/KPTS/DPRD/2007 tanggal 11 November 2007 tentang

Dukungan Dana dalam APBD Kabupaten Nias (Induk) kepada Calon Kota

Gunungsitoli, Keputusan Bupati Nias Nomor 135/376/K/2007 tanggal 11 November

2007 Dukungan Dana dalam APBD Kabupaten Nias (Induk) kepada Calon Kota

Gunungsitoli.

Berdasarkan hal tersebut Pemerintah telah melakukan kajian yang secara

mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan

berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kota Gunungsitoli. Pembentukan Kota

Gunungsitoli yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias terdiri atas 6 (enam)

kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa,

Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan,

Kecamatan Gunungsitoli Barat, dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Dengan

terbentuknya Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom, pemerintah Provinsi

(38)

Kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan perangkat daerah yang efektif

dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membantu dan

memfasilitasi pelaksanaan pemindahan personil, pengalihan aset dan dokumen untuk

kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan

pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kota

Gunungsitoli. Dalam melaksanakan otonomi daerah, Kota Gunungsitoli perlu

melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, persiapan sarana dan

prasarana pemerintahan, pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia, serta

pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kota Gunungsitoli sebagai gerbang masuk Pulau Nias merupakan daerah

yang lebih dikenal oleh masyarakat di luar Pulau Nias. Hal ini dikarenakan

Gunungsitoli merupakan kota tertua dan terbesar yang ada di Kepulauan Nias.

Terlebih lagi, Kota Gunungsitoli selangkah lebih maju dibanding daerah lain di Nias

dalam berbagai aspek kehidupan dan kemajemukan masyarakat. Untuk mencapai

Kota Gunungsitoli dapat ditempuh dengan dua cara, yakni menggunakan sarana

transportasi udara dan laut. Untuk transportasi udara, dari Bandara Polonia, Medan

ke Bandara Binaka, Nias ditempuh selama ± 45 menit. Seterusnya akan menempuh

transportasi darat dari bandara selama ± 1 jam. Untuk transportasi laut, dari

Pelabuhan Sibolga ke Pelabuhan Gunungsitoli yang berjarak 133 km dapat ditempuh

selama ± 9 jam. Saat ini, telah ada kapal feri cepat yang mampu menempuh jarak

(39)

Berdasarkan catatan sejarah, Gunungsitoli atau sering disebut Luaha (dalam

bahasa Indonesia “muara”) sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke-18. Posisi

kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Pada

saat itu ada tiga marga dominan yang menghuni kota Luaha, yaitu Harefa, Zebua,

dan Telaumbanua atau lebih dikenal dengan sitőlu tua. Sitőlu tua dalam Bahasa

Indonesia berarti “tiga kakek”. Belum diketahui secara pasti asal muasal penamaan

Gunungsitoli. Tapi referensi yang ditemukan dari sebuah buku yang ditulis seorang

pastor yang mendirikan Museum Pusaka Nias disebutkan nama Gunungsitoli

diberikan oleh para pedagang yang berasal dari Indocina daratan Asia. Kelak, para

pedagang inilah yang disebut-sebut nenek moyang orang Nias. Merujuk secara

harfiah, jelas kata Gunungsitoli berasal dari kata Gunung dan kata Sitoli. Gunung

berarti tanah yang tinggi (berbukit) dan Sitoli berasal dari nama orang yang berdiam

di bukit dekat rumah sakit (daerah Onozitoli sekarang).

Kota Gunungsitoli telah memiliki walikota yang tetap sekarang ini dari hasil

pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan pada Februari 2011. Hasil

pilkada tersebut menetapkan Drs. Martinus Lase, M.SP sebagai walikota dan Drs.

Lakhomizaro Zendrato sebagai wakil walikota.

Kota ini telah melakukan gebrakan memutar roda pembangunan dan

pemerintahan yang diikuti dengan ditetapkannya sebuah visi yakni, ‘’Gunungsitoli

Kota SAMAERI’’. Dalam bahasa Nias, ini bermakna sebagai seorang ibu yang

(40)

apalagi sampai kelaparan. Bahkan secara terus menerus selalu siap mengawal

perjalanan kehidupan anaknya menuju masa depan yang gilang-gemilang. Berangkat

dari pemahaman itulah, maka kata ‘’samaeri’’ diberi nafas guna membumikan dalam

melakukan misi pemerintahan dan pembangunan Kota Gunungsitoli dengan uraian

SA = Satukan langkah dan tekad, MA = Mandiri, E = Ekonomi kerakyatan, RI =

Beriman. Dengan demikian visi SAMAERI akan dilaksanakan melalui perumusan

misi yaitu “SAtukan langkah dan tekad mewujudkan kota MAndiri yang berbudaya,

sejahtera dan berwawasan lingkungan, dengan penguatan program Ekonomi,

pendidikan, kesehatan, pariwisata dengan dukungan masyarakat beRIman, yang takut

akan Tuhan sehingga memperoleh curahan berkat berkelimpahan yang dapat

dinikmati secara bersama-sama”.

Perilaku sosial masyarakat Kota Gunungsitoli cukup kompleks yang

disebabkan berbaurnya adat dan norma yang berlaku. Pada masyarakat Kota

Gunungsitoli prinsip kegotongroyongan masih diutamakan. Sistem kekerabatan dan

kerja sama cukup menonjol walaupun terpolarisaasi dalam paham keagamaan yang

saling berbeda. Mayoritas masyarakatnya menganut agama Kristen Protestan, disusul

Islam dan kemudian Kristen Katolik. Dialek berbahasa pun beragam di Gunungsitoli

karena ada berbagai etnis yang mendiami yakni suku Nias, Batak, Padang, Jawa, dan

(41)

3.2 Letak Geografis

Tabel 3.1

Letak dan Batas Wilayah Kota Gunungsitoli

1. Luas wilayah ± 280,78 km2

2. Letak di atas permukaan laut 0 – 600 m

3. Batas-batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sitolu Ori, Kabupaten Nias Utara

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gido dan Kecamatan Hili Serangkai, Kabupaten Nias

Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias serta Kecamatan Alasa

Talumuzői dan Kecamatan Namőhalu Esiwa

Kabupaten Nias Utara

Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

Akibat letak Kota Gunungsitoli dekat dengan garis khatulistiwa, maka curah

hujan setiap tahun cukup tinggi. Pada tahun 2009 jumlah curah hujan mencapai

2.662,5 mm setahun atau rata-rata 221,9 mm per bulan dengan banyaknya hari hujan

mencapai 240 setahun atau rata 20 hari per bulan dan penyinaran matahari

rata-rata 53 % per bulan. Curah hujan yang paling besar terjadi pada bulan September

yaitu 334,2 mm dengan banyaknya hari hujan mencapai 27 hari. Hujan dan

penyinaran matahari sebesar 40 %, musim kemarau dan hujan silih berganti dalam

(42)

dengan penyinaran matahari sebesar 56 %. Curah hujan yang tinggi sepanjang tahun

mengakibatkan kondisi alam Kota Gunungsitoli sangat lembab dan basah dengan

rata-rata kelembaban antara 89-92 % serta sering mengalami banjir bandang.

Di samping itu, struktur batuan dan susunan tanah di Kota Gunungsitoli pada

umumnya bersifat labil, mengakibatkan sering terjadinya patahan pada jalan-jalan

aspal dan longsor. Demikian juga sering ditemuinya daerah aliran sungai yang

berpindah-pindah.

Keadaan iklim Kota Gunungsitoli dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu

udara dalam satu tahun rata-rata 26,20 C per bulan dengan rata-rata minimum 18,10 C

dan rata-rata maksimum 31,30 C. Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun sebesar

6 knot/jam dan bisa mencapai rata-rata kecepatan maksimum sebesar 16 knot/jam

dengan arah angin terbanyak berasal dari arah utara. Kondisi seperti ini di samping

curah hujan yang tinggi mengakibatkan sering terjadinya badai besar. Musim badai

laut setiap tahunnya biasanya terjadi antara bulan September sampai dengan

November, tetapi kadang-kadang terjadi juga pada bulan Agustus dan cuaca bisa

berubah secara mendadak.

Keadaan cuaca dan jumlah curah hujan ini sangat mempengaruhi

kepariwisataan Kota Gunungsitoli menyangkut jumlah wisatawan yang berkunjung.

Wisatawan mengalami kenaikan jumlah yang signifikan pada saat curah hujan

rendah yakni bulan Februari. Demikian juga sebaliknya, pada saat jumlah curah

(43)

tentang cuaca dan jumlah curah hujan sangat penting dalam pengembangan

kepariwisataan seperti dalam hal pembuatan paket wisata dan berbagai kegiatan

lainnya.

3.3 Sistem Adat dan Kebudayaan

Kebudayaan Nias seperti kita kenal sekarang, ternyata belum begitu tua

sekitar 500 tahun. Dinilai baru, bukan berarti baru diciptakan tetapi baru diterima di

Nias sebagai masukan dan kemudian menjadi faktor penting dalam kemajuan. Besar

kemungkinan budaya tersebut berasal dari Cina oleh sekelompok orang keturunan

Cina di wilayah Kecamatan Lahusa dan Kecamatan Gomo, Nias Selatan. Kelompok

pendatang ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang sehingga

membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat Nias. Beberapa bidang tersebut

adalah arsitektur, pertukangan, pertanian, peternakan dan tenunan. Juga kemajuan

dalam hal kultur megalitik, patung, silsilah, dan kasta.

Di daerah Nias ada berbagai macam kebudayaan yang unik seperti

kebudayaan megalith yang masih kental dan terjaga. Dalam mendirikan batu

megalith diadakan sebuah pesta besar yang sering disebut “owasa” yaitu dengan

menyembelih sampai seratus ekor babi. Pelaksanaan owasa ini dilakukan untuk

membuktikan status seseorang di dalam masyarakat. Beberapa hukum tradisional

(44)

1. Hukuman : menyangkut tentang sanksi yang dijatuhkan kepada pembunuh,

pezinah, pencuri, dan sebagainya. Seorang yang melakukan

perzinahan akan dihukum mati, tetapi dapat ditebus dengan

denda seratus ekor babi atau seratus unit emas batangan.

2. Jujuran : adalah harga yang harus dibayarkan pihak laki-laki ketika

hendak menikahi seorang wanita. Biaya tersebut digunakan

untuk membiayai keselurahan acara. Dalam bahasa Nias sering

disebut “bőwő”.

3. Afore : sistem pengukuran babi.

4. Kutak : sistem pengukuran beras

5. Nilai emas

Berikut ini beberapa jenis upacara adat yang sering diadakan masyarakat:

1. Famataro Mbanua, adalah kegiatan saat pengesahan suatu nama daerah di

wilayah Nias.

2. Fangotome’ő, adalah kegiatan perjamuan kepada orang yang telah lanjut usia

yang didasari oleh banyak faktor.

3. Fatabo, diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai “bertepuk tangan”.

4. Famadaya hasi zimate, upacara ketika mengangkat peti jenazah orang Nias yang

meninggal.

5. Fananő bunga, diartikan dalam Bahasa Indonesia “tanam bunga”. Kegiatan ini

(45)

6. Fadabu

Adapun alat masik tradisional yang terdapat di Kota Gunungsitoli adalah:

1. Doli-Doli, adalah sejenis gamelan.

2. Garamba, berupa gendang besar yang berperan penting dalam setiap pesta adat.

3. Faritia, berupa gong dalam ukuran kecil.

4. Fondrahi, berupa gendang yang berukuran kecil dengan salah satu ujungnya

terbuka.

5. Gőndra, berupa gong dalam ukuran besar.

Untuk mendukung pelestarian kebudayaan d Kota Gunungsitoli, telah ada

beberapa organisasi kesenian yang diharapkan berperan aktif mengembangkan

budaya bersama pemerintah dan masyarakat. Berikut ini data disajikan dalam bentuk

tabel.

Tabel 3.2

(46)

Gunungsitoli

Alo’oa 15 5 1 0 0 0

Gunungsitoli

Utara 12 4 2 0 0 0

Jumlah/Total 66 45 14 0 0 0

Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

3.4 Sarana dan Prasarana 3.4.1 Pendidikan

Pendidikan di Kota Gunungsitoli sedang memasuki tahap peningkatan

terutama dalam segi kualitas sehingga mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain

di luar Pulau Nias. Saat ini telah banyak sekolah di Nias yang menjadi salah satu

sekolah standar nasional seperti SMP N 1 Gunungsitoli dan SMA N 1 Gunungsitoli.

Bahkan dalam beberapa tahun belakangan, telah dibangun sebuah sekolah SMA

Swasta Sukma yang memiliki kualitas sehingga mampu meluluskan sebagian besar

siswanya ke berbagai universitas negeri di Indonesia. Tingkat persaingan yang sangat

tinggi sekarang ini menuntut setiap orang memiliki pendidikan yang tinggi supaya

mampu bersaing dan meraih sukses. Dunia kerja membutuhkan kualitas dalam

pendidikan di samping kualitas kepribadian dan berbagai pengetahuan lainnya.

Kota Gunungsitoli pun senantiasa mengembangkan pendidikan dengan

bertambahnya jumlah sekolah dan tenaga pendidik. Kemajuan terbesar terlihat

(47)

diperuntukkan untuk memberntuk siswa-siswi yang siap kerja. Berikut ini data

tentang pendidikan di Kota Gunungsitoli:

Tabel 3.3

Jumlah Sekolah di Kota Gunungsitoli Tahun Pelajaran 2009/2010

Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

Ket : * belum termasuk ruang belajar SMP

Melalui data statistik di atas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan

khususnya wisata budaya, seluruh siswa diharapkan mendapat pengetahuan tentang

kebudayaan daerah asalnya. Hal ini karena para siswa merupakan generasi penerus

yang akan melanjutkan pelestarian budaya sehingga dapat dimaksimalkan bagi

pengembangan pariwisata. Beberapa sekolah terutama SMA di Kota Gunungsitoli

telah memiliki wahana pelestarian tarian daerah dengan adanya sanggar tari. Ini

merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang rutin diadakan. Setiap siswa-siswi yang

(48)

berbagai kegiatan untuk mempertunjukkan tarian tersebut. Saat ini, pengarahan

kepada para siswa akan pentingnya budaya termasuk tarian daerah masih sangat

kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Dunia pendidikan berperan penting

membentuk orang-orang yang peduli melestarikan budaya.

3.4.2 Penginapan, Tour and Travel

Kota Gunungsitoli memiliki beberapa sarana akomodasi. Maksudnya

akomodasi adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal

lainnya yang digunakan untuk menginap seperti wisma, losmen, motel, cottage,

bungalow dan sejenisnya. Tempat-tempat penginapan tersebut adalah Ganada Hotel,

Gomo Hotel, Hawaii Hotel, Hidayat Hotel, Laraga Losmen, Olayama Hotel, Otawa

Losmen, Serasi Hotel, Tenang Losmen, Soliga Hotel, dan sebagainya. Tempat

penginapan di Kota Gunungsitoli masih memiliki standar kelas melati. Berikut data

yang tentang jumlah hotel yang ada di Kota Gunungsitoli (saat itu masih bergabung

(49)

Tabel 3.4

Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya, Kamar, Lama Menginap Hotel

Di Kota Gunungsitoli

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Hotel 16 17 16 13 14

Jumlah Kamar 195 194 244 222 226

Jumlah Tempat Tidur 445 455 459 410 419

Rata-rata Lama Inap 1,00 1,12 1,12 1,20 1,69

Tingkat Huni Hotel 27,55 27,07 16,17 18,31 20,19 Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam

satu daerah adalah adanya sarana akomodasi. Wisatawan pada umumnya lebih

menyukai hotel berbintang dibandingkan dengan hotel yang tidak berbintang karena

hotel berbintang memiliki fasilitas yang memadai. Tempat-tempat penginapan di

Kota Gunungsitoli sebagian besar merupakan hotel lama dan belum mengalami

perkembangan berarti hingga sekarang ini.

Dari data statistik di atas, tidak ditemukan hotel berbintang di Kota

Gunungsitoli, padahal hotel berbintang merupakan akomodasi yang lebih digemari

oleh wisatawan asing untuk memudahkan segala aktifitasnya. Tentunya akomodasi

(50)

Tabel 3.5

Daftar Tour & Travel di Kota Gunungsitoli

NO. NAMA TOUR & TRAVEL ALAMAT

1. Bernando Travel Jl. Diponegoro 196, Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

2. Kantor Perwakilan Merpati JL. Yos Sudarso No. 139 Kel. Saombo, Kec. Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

3. Tiara Tours and Travel Jl. Diponegoro No. 196 Kel. Ilir, Kec. Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

4. Mutiara Nias Tour and Travel Jl. Diponegoro, Kel. Ilir, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

5. PT.Dachi Expo Ceria Tour and Travel

Jl. Diponegoro No 158, Kel. Ilir, Kec. Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

6. Hermen Tour and Travel Jl. Diponegoro No.109 (depan Libi Hotel), Kel. Ilir Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

7. Surya Ya’ahowu Tour and Travel Jl. Gomo, Kel. Pasar, Kec. Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli

Sumber: Nias dalam Angka 2008

Source : Nias in Figures 2008

Perusahaan yang bergerak dalam jasa perjalanan sangat penting dalam

industri pariwisata. Perusahaan tersebut akan membantu memudahkan para

wisatawan untuk berkunjung ke Kota Gunungsitoli dan menyaksikan atraksi budaya

tari maena dan tari moyo. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa tersebut juga

akan menjadi lumbung informasi bagi para wisatawan. Pelayanan yang baik dan

terpadu sangat diharapkan untuk tour and travel yang ada di Kota Gunungsitoli

(51)

3.5 Kependudukan

Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme

perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran

pembangunan (obyek), tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan

(subyek). Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas rendah, disadari hanya

menjadi beban pembangunan, apalagi jika distribusinya tidak merata dan komposisi

secara sosial dan budayanya beraneka ragam. Oleh sebab itu, untuk menunjang

keberhasilan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

perkembangan penduduk diarahkan pada pengendalian kualitas, pengembangan

kualitas, serta pengerahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dari karakteristik yang

menguntungkan pembangunan suatu daerah khususnya di Kota Gunungsitoli.

Tabel 3.6

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

(52)

Gunungsitoli

Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli pada dasarnya mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Kota

Gunungsitoli dipengaruhi meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat

khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan lainnya. Arus urbanisasi ke Kota

Gunungsitoli juga ikut mempengaruhi karena Kota Gunungsitoli menawarkan

banyak lapangan pekerjaan, apalagi dalam tahap pembangunan pasca-gempa tektonik

2005.

Kependudukan masyarakat sangat erat hubungannya dengan lapangan kerja

yang menjadi sumber mata pencaharian. Berikut ini diuraikan secara singkat data

tentang pekerjaan-pekerjaan masyarakat Kota Gunungsitoli.

Tabel 3.7

(53)

bekerja

(54)

Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010

Dari data statistik tersebut di atas, disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat Kota Gunungsitoli merupakan petani, bekerja di perkebunan, dan buruh.

Maka dari data tersebut pula, kesejahteraan penduduk masih belum memenuhi

standar dilihat dari pekerjaan yang ditekuni. Data yang dihimpun penulis masih

sebagian dari banyaknya pekerjaan masyarakat.

Memaksimalkan Kota Gunungsitoli sebagai kota budaya tentunya akan lebih

menguntungkan masyarakat karena kesejahteraan pasti terjamin apabila dikelola

dengan baik. Lahan-lahan yang ada selama ini pun tidak perlu harus dikurangi atau

dirusak karena pelestarian budaya membuat semua berjalan seimbang. Pemanfaatan

atraksi budaya dapat berjalan seiring dengan kegiatan keseharian penduduk.

3.6 Perkembangan Wisatawan

Kota Gunungsitoli merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera

Utara. Wisatawan akan rutin berkunjung ke Kota Gunungsitoli dengan berbagai

macam tujuan. Selama ini sebagian besar menuju Pantai Lagundri dan Sorake.

Wisatawan asing yang sering berkunjung berasal dari Jepang, Amerika, Australia,

Jerman, dan berbagai Negara lainnya. Berikut ini data statistik perkembangan

wisatawan dalam beberapa tahun terakhir.

Tabel 4.1

(55)

Tahun/ Year Wisatawan/ Tourist Jumlah/ Total Asing/ Foreign Domestik/ Domestic

2004 323 3.132 3.455

Sumber : BPS- Gunungsitoli dalam Angka 2010

Source : Gunungsitoli in Figures 2010

Tabel 4.2

Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung Januari – Desember 2009

Bulan/ Month Wisatawan/ Tourist Jumlah/ Total Asing/ Foreign Domestik/ Domestic

Januari/ January 10 1.200 1.210

September/ September 13 1.560 1.573

Oktober/ October 8 2.560 2.568

(56)

Desember/ December 2 4.501 4.503

Jumlah/ Total 151 22.598 22.749

Sumber : BPS- Gunungsitoli dalam Angka 2010

Source : Gunungsitoli in Figures 2010

Dari data tersebut di atas, tingkat kunjungan wisatawan semakin meningkat

walaupun pada tahun 2005 yang merupakan tahun bencana di Gunungsitoli

mengalami kemerosotan wisatawan. Data statistik tahun 2009 juga menjelaskan

bahwa wisatawan asing lebih banyak berkunjung pada bulan Mei sebanyak 25 orang

dan wisatawan domestik pada bulan Desember sebanyak 4.501 orang. Tingkat

jumlah wisatawan di Kota Gunungsitoli masih sedikit bila dibandingkan dengan

daerah objek wisata lain. Oleh karena itu pelu langkah-langkah menarik minat

wisatawan yang salah satunya dengan atraksi tarian daerah. Semakin tinggi jumlah

wisatawan maka semakin berhasil kepariwisataan suatu daerah dengan penghasilan

yang semakin banyak. Demikian juga sebaliknya jika terjadi penurunan jumlah

(57)

BAB IV

POTENSI TARI MAENA DAN TARI MOYO

SEBAGAI ATRAKSI BUDAYA DI KOTA GUNUNGSITOLI

4.1 Sejarah Tari Maena dan Tari Moyo 4.1.1 Sejarah Tari Maena

Tari maena adalah atraksi budaya yang menjadi milik seluruh masyarakat

Nias. Tari maena sebenarnya hanyalah sebuah pengembangan dari suatu kegiatan

masyarakat masa lampau. Mulanya, ketika orang Nias berhasil dalam suatu kegiatan

seperti panen, menangkap buruan, menang berperang, dan lainnya maka diadakanlah

owasa (pesta). Owasa tersebut diikuti oleh setiap orang di daerah tersebut dan daerah

sekitar. Dalam owasa, maka akan ada banyak orang terutama kaum laki-laki akan

fabőli hae. Fabőli hae dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia “menyorakkan,

melompat kegirangan”. Masyarakat Nias awalnya melakukan fabőli hae di lapangan

yang luas sambil membagikan secara adil hasil yang diperoleh. Dari kegiatan inilah

muncul gerakan berkeliling empat segi yang kemudian dilakukan secara teratur.

Gerakannya berupa hentakan kaki ke tanah dan ayunan tangan yang seimbang

dengan hentakan. Mereka pun menamakannya “maena” yang berarti “perayaan,

pesta”. Makna “maena” sebenarnya agak sulit diterjemahkan karena merupakan

sebutan khusus yang diberikan masyarakat pada awalnya. Tetapi maknanya hampir

(58)

Selanjutnya oleh masyarakat Nias, fanari maena dijadikan sebagai suatu

kebiasaan yang dilakukan setiap kali ada perayaan dan mulai ditampilkan saat pesta

pernikahan. Untuk lebih memeriahkan, maka kaum perempuan pada masa dulu

menciptakan syair atau pantun maena (dői zinunő). Syair dan pantun maena

sangatlah dinamis karena disesuaikan dengan perayaan yang sedang berlangsung.

Orang yang membacakan syair dinamakan sanutunő maena. Seorang sanutunő

maena harus fasih berbahasa Nias. Biasanya, yang menjadi sanutunő maena yakni

tetua adat atau sesepuh suku Nias. Isi syair disesuaikan dengan waktu pertunjukan

tari maena dipertunjukkan. Ketika tari maena diselenggarakan pada pesta

pernikahan, pantun biasanya berisi kegembiraan dan doa untuk kedua mempelai.

Namun ketika tari maena dijadikan tari penyambutan tamu kehormatan, syair maena

menggambarkan rasa hormat tuan rumah kepada tamu. Syair maena biasanya

disampaikan pada awal pertunjukan. Setelah sanutunő maena menyampaikan

beberapa bait syair/pantun, pertunjukan tari maena dilanjutkan dengan nyanyian

berbahasa Nias. Dengan lantang, para penari maena menyanyikan beberapa syair

lagu yang isinya disesuaikan dengan tema acara. Mulai dari awal penyampaian, lirik

lagu dalam pertunjukan tari maena tetaplah sama dan disampaikan secara berulang.

Syair lagu itulah yang mengiringi gerakan para penari maena hingga pertunjukan tari

maena usai

Setelah berbagai perubahan-perubahan kebudayaan, gerakan maena yang

Gambar

Tabel 3.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Gunungsitoli
Tabel 3.2 Banyaknya Organisasi Kesenian dan Seniman
Tabel 3.3 Jumlah Sekolah di Kota Gunungsitoli
Tabel 3.4 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya,
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,

Dari beberapa defenisi yang dikemukan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk

Oka A.Yoeti (1997:194) Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha

Pariwisata adalah “suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang diselenggarakan dalam jangka waktu yang pendek dari suatu tempat ke tempat

Bergeraknya orang-orang ini dapat dilukis- kan sebagai berikut: banyak orang yang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka untuk pergi buat sementara waktu ke

Dan dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak

Dan dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak

Menurut Kurt Morgrnrith, pariwisata dalam arti sempit, adalah lalu- lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannyauntuk sementara waktu, untuk berpesiar ditempat