• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) TERHADAP PENYAKIT

GUGUR DAUN (

Corynespora cassiicola

(Berk. & Curt.) Wei. )

DI KEBUN ENTRES

SKRIPSI

OLEH

CICI INDRIANI DALIMUNTE 040302015

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI KETAHANAN BEBERAPA KLON TANAMAN KARET

(Hevea brasiliensis

Muell. Arg.) TERHADAP PENYAKIT

GUGUR DAUN (

Corynespora cassiicola

(Berk. & Curt.) Wei. )

DI KEBUN ENTRES

SKRIPSI

OLEH

CICI INDRIANI DALIMUNTE 040302015

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Lahmuddin Lubis, MP ) ( Ir. Kasmal Arifin, MSi )

Ketua Anggota

( Ir. Aidi Daslin Sagala, MS ) Pembimbing Lapangan

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

(4)

ABSTRAK

Cici Indriani Dalimunte Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg. ) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora cassiicola ( Berk. & Curt. ) Wei. ) di Kebun Entres dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin, MP selaku ketua dan Bapak Ir. Kasmal Arifin, MSi selaku anggota, Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS selaku pembimbing lapangan dan Ibu Zaida fairuzah, SP selaku pembimbing lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih dari bulan Juli sampai September 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui klon klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun C. cassiicola

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei. ) di Kebun Entres yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan ujian akhir sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Ir. Kasmal Arifin, Msi selaku Komisi Pembimbing serta Ir. Aidi Daslin Sagala, MS dan Zaida Fairuzah, SP selaku Pembimbing di Lapangan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Balai Sungei Putih yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT... i

ABSTRAK... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Hipotesis Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Penyebab Penyakit ... 6

Gejala Serangan ... 8

Perkembangan Penyakit... 10

Resistensi Klon Karet ... 11

Pengendalian Penyakit ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 15

Bahan dan Alat... 15

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian Penyiapan Bahan Tanaman... 18

Isolasi PatogenCorynespora cassiicola... 18

Penyiapan Spora jamur ... 18

Pelaksanaan Inokulasi... 19

Parameter Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit ... 20

(7)

Periode Latent ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Intensitas Serangan (%) C.cassiicola... 23

Jumlah Bercak C.cassiicola... 25

Periode latent ... 28

Pembahasan... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Resistensi Klon Karet Anjuran Periode 2002 2004

terhadap penyakit gugur daun C.cassiicola... 12

2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) Corynespora cassiicolapada perlakuan klon tanaman karet (K) pada waktu pengamatan ... 23

3. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) Corynespora cassiicolapada perlakuan Isolat (I) pada waktu Pengamatan... 24

4. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) Corynespora cassiicolapada perlakuan interaksi klon karet dengan Isolat (KxI) pada waktu Pengamatan ... 25

5. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak Corynespora cassiicolapada perlakuan klon tanaman karet (K) pada waktu pengamatan ... 26

6. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak Corynespora cassiicolapada perlakuan Isolat (I) pada waktu Pengamatan... 27

7. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak Corynespora cassiicolapada perlakuan interaksi klon karet dengan Isolat (KxI) pada waktu Pengamatan ... 28

8. Data Pengamatan Periode Latent (Kontrol / I0) ... 30

9. Data Pengamatan Periode Latent (Sumut / I1) ... 30

10. Data Pengamatan Periode Latent (Riau / I2)... 31

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Konidia Jamur C.cassiicola... 7

2. Miselium C.cassiicola... 7

3. Konidia Jamur C.cassiicola... 7

4. Bercak daun C.cassiicola... 7

5. Isolat C.cassiicoladi Medium agar (PDA)... ... 19

6. Isolat C.cassiicoladi medium daun karet ... 19

7. Histogram Intensitas Serangan (%) C.cassiicola Pada perlakuan Klon (K) ... 33

8. Histogram Intensitas Serangan (%) C.cassiicola Pada perlakuan isolat (I) ... 35

9. Histogram Intensitas Serangan (%) C.cassiicola Pada perlakuan interaksi (KxI) ... 37

10. Histogram Jumlah Bercak C.cassiicola Pada perlakuan Klon (K) ... 39

11. Histogram Jumlah Bercak C.cassiicola Pada perlakuan isolat (I) ... 40

12. Histogram Jumlah Bercak C.cassiicola Pada perlakuan interaksi (KxI) ... 42

13. Foto Daun karet dari beberapa klon karet... 60

14. Foto Tanaman yang disungkup dengan plastic transparan ... 61

15. Foto lahan penelitian... 61

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Bagan Percobaan... 49

2. Data Pengamatan Intensitas Serangan C.cassiicola 12 hsi (%)... 50

3. Data Pengamatan Jumlah Bercak C.cassiicola12 hsi (%) ... 56

4. Foto daun dari beberapa klon karet... 60

5. Foto Lahan Penelitian di Kebun Entres ... 61

6. Foto Gejala Serangan C.cassiicola... 62

7. Perhitungan Kerapatan konidia jamur C.cassiiscola... 63

(11)

ABSTRACT

(12)

ABSTRAK

Cici Indriani Dalimunte Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg. ) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora cassiicola ( Berk. & Curt. ) Wei. ) di Kebun Entres dengan komisi pembimbing Bapak Ir. Lahmuddin, MP selaku ketua dan Bapak Ir. Kasmal Arifin, MSi selaku anggota, Bapak Ir. Aidi Daslin Sagala, MS selaku pembimbing lapangan dan Ibu Zaida fairuzah, SP selaku pembimbing lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih dari bulan Juli sampai September 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui klon klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun C. cassiicola

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) yang berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906 (Semangun, 1999). H. brasiliensis merupakan sumber produksi karet alam dunia. Karakteristik karet alam sebagai bahan baku berbagai alat belum dapat digantikan sepenuhnya oleh karet sintetis, apalagi bila berkaitan dengan alat alat kesehatan. Indonesia merupakan negara produsen karet alam dunia terbesar kedua setelah Thailand (Sinaga, 2004).

Karet dihasilkan oleh negara negara di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan serta Asia. Saat ini 80 % karet dunia dihasilkan oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Sedangkan Srilanka, India, Liberia, dan Nigeria bersama sama menghasilkan 12 %. Sekitar 85 % luas perkebunan karet tersebut dikelola rakyat, selebihnya diusahakan perusahaan perkebunan negara (PTPN), dan perusahaan swasta. Ekspor karet Indonesia pada tahun 2001 menghasilkan devisa sekitar 786 juta US dolar, yang menduduki peringkat kedua terbesar setelah sawit (Sinaga, 2004).

(14)

yang telah dilaporkan menimbulkan kerusakan berat pada berbagai sentra pertanaman karet di seluruh dunia. Dari Indonesia tercatat dua jenis penyakit yang paling merugikan, yaitu jamur akar putih yang disebabkan oleh

Rigidoporus microporus dan gugur daun karet yang disebabkan oleh

Corynespora cassiicola(Riyaldi, 2004).

Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur C. cassiicola dikategorikan sebagai salah satu penyakit karet yang penting karena mengakibatkan kerugian ekonomi cukup berarti (Situmorang dkk, 1996). Jamur tersebut menyebabkan kerusakan berat pada beberapa klon yang rentan. Di Indonesia penyakit gugur daunCorynesporapertama kali ditemukan pada tahun 1980 di kebun percobaan Sembawa, Propinsi Sumatera Selatan (Sinulinggadkk, 1996).

(15)

Penyakit gugur daun menyebabkan pengguguran daun yang terus menerus terutama jika patogen menyerang pada periode pembentukan daun muda setelah gugur daun alami. Pembentukan daun baru yang berulang ulang menyebabkan mati ujung, terutama pada tanaman muda. Pada tanaman dewasa / telah disadap, pembentukan daun muda yang jelek yang disebabkan oleh penyakit gugur daun seringkali menyebabkan stres fisiologi, menyebabkan kehilangan hasil lateks sampai 45 % (Achuodkk, 2001).

Epidemi penyakit gugur daun Corynespora telah terjadi di negara produsen karet di Asia meskipun sebagian diantaranya terjadi pada klon yang ditanam dalam skala kecil. Timbulnya epidemi ini belum banyak diketahui faktor penyebab utamanya, apakah faktor kerentanan klon karet atau pembentukan ras yang lebih virulen atau pengaruh faktor lingkungan (Situmorangdkk, 1996).

C.cassiicola menyerang tanaman karet di pembibitan, kebun entres dan tanaman muda serta tanaman menghasilkan di lapangan. C. cassiicola lebih menyukai daun yang masih muda sampai umur 4 minggu, meskipun daun tua dapat diinfeksinya (Situmorangdkk, 1996).

Kebun entres disebut juga dengan kebun kayu okulasi. Kebun entres merupakan klon penghasil mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi. Di kebun entres ditanam klon

klon komersil maupun klon harapan (Siagian, 2007).

(16)

genetik yang berbeda satu sama lain terhadap gangguan penyakit. Bagaimanapun tingkat resistensi klon terhadap penyakit dapat dipengaruhi kondisi agroklimat ( curah hujan dan kelembaban) daerah penanaman (Daslin, 2007).

Penggunaan klon tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang terbukti efektif dan efisien pada tanaman karet (H. brasiliensis). Klon Klon yang tahan yang sekarang dibudidayakan pada suatu saat nanti ketahanannya dapat terpatahkan oleh munculnya ras ras fisiologi baru C. cassiicola. Terjadinya proses adaptasi ras patogen tersebut terhadap ketahanan klon karet telah dilaporkan peneliti terdahulu (Hadi, 2003). Agar ketahanan tanaman karet terhadap penyakit gugur daun Corynespora dapat berlangsung lebih lama, maka perlu diciptakan klon klon unggul baru yang mempunyai ketahanan poligenik (Hadi, 2005).

Klon Klon seperti AVROS 2037, BPM 24, BPM 107, PB 217, PB 260, PR 255, RRIC 100, RRIC 102, RRIM 712, TM 2 dan TM 9 merupakan klon anjuran dalam skala besar (luas) selama tahun 1996 hingga 1998, dikategorikan sebagai klon yang resisten (Mathew, 2006). Klon klon yang diketahui sangat rentan sampai moderat adalah RRIC 103, KRS 21, RRIM 725, PPN 2058, PPN 2444, PPN 2447, RRIM 600, IRR 104, TM 5, PR 303 dan GT 1 (Soekirman, 2003).

(17)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan beberapa klon tanaman karet (H. brasiliensis) terhadap penyakit gugur daun C.cassiicoladi Kebun Entres.

Hipotesis Penelitian

1. Klon tanaman karet yang berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap penyakit gugur daun yang disebabkan oleh jamur C.cassiicola. 2. Isolat C. cassiicola dari daerah yang berbeda memiliki tingkat virulensi

yang berbeda.

3. Adanya interaksi beberapa klon karet dengan beberapa isolat C.cassiicolaterhadap tingkat ketahanan klon karet.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab Penyakit

Klasifikasi jamur C. cassiicola menurut Alexopoulus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut :

Divisio : Eumycophyta Sub Divisio : Eumycotina Kelas : Deutromycetes Ordo : Coryneales Famili : Hipomycetaceae Genus : Corynespora

Spesies :Corynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei.

Konidiofor berwarna cokelat, keluar dari permukaan bawah daun, dengan ujung membengkak. Konidium berwarna cokelat, seperti gada atau silindris, ujungnya agak runcing, bersepta 2 14, dengan ukuran 40 120 µm x 8 18 µm. Dalam biakan murni bermacam macam isolat C. cassiicola dari tanaman karet mempunyai miselium yang beragam morfologinya (Semangun, 1999).

Konidium C. cassiicola berkecambah paling baik pada suhu 30 oC.

(19)

udara rendah. Mungkin karena relatif besar dan berat, konidium tidak dipencarkan jauh (Mushrif, 2006).

Penyakit terutama disebarkan dengan spora (konidium), yang dapat terangkut oleh angin, karyawan kebun, dan sebagainya. Penyakit juga dapat terangkut oleh bahan bahan tanaman yang sakit. Infeksi dapat terjadi pada semua tingkatan umur daun, dari muda sampai tua (Semangun, 1999).

Gambar 1. Konidia Jamur C.cassiicola Gambar 2. Miselium C.cassiicola

Sumber : Mushrif (2006).

Gambar 3. Konidia JamurCorynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei. Sumber : Foto Langsung

(20)

inokulum disemprotkan pada permukaan daun bagian atas atau bawah daun (KothandaramandanRajalakshmy, 1996).

Konidium berkecambah dan membentuk apresorium. Jamur juga dapat menembus langsung ke dalam jaringan. Dalam jaringan daun miselium berkembang di dalam dan di antara sel sel. Patogen menghasilkan enzim dan toksin (Semangun, 1999). Toksin yang dihasilkan jamur C. cassiicola disebut dengan cassiicolin, yang diproduksi bersamaan pada saat menginfeksi tanaman dan jamur ini berkembang (inokulasi jamur) (Bretondkk, 2000).

Gejala Serangan

Daun muda (flush) yang helaian daunnya baru membuka, berwarna merah tembaga atau hijau muda, apabila terserang Corynespora akan berubah menjadi kuning, menggulung dan layu. Daun daun akan terlepas dari tangkainya dan akibatnya tangkai itu sendiri gugur. Pada daun muda, serangan

Corynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di seluruh permukaan daun. Sedangkan pada daun tua, serangan

Corynespora ditandai dengan adanya bercak-bercak tak beraturan berwarna coklat tua atau hitam, tampak menyirip seperti tulang ikan. Bagian sekitar bercak akan berubah menjadi jingga sampai ungu dan akhirnya daun gugur (Soekirman, 2004).

(21)

sehingga terlambat memasuki masa sadap (Semangun, 1999). Bibit, tanaman entres, tanaman yang belum menghasilkan pertumbuhannya akan terhambat bila terserang C. cassiicola. Pada tanaman yang menghasilkan, serangan C. cassiicola dapat menurunkan produksi seperti halnya gugur daun lainnya, yaitu ± 30 % (Soekirman, 2004).

Gambar 4. Bercak daunCorynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei. Sumber : Foto Langsung

Serangan berat C. cassiicola mengakibatkan peranggasan sepanjang tahun sehingga pertumbuhannya terhambat, penyadapan tidak dapat dilakukan dan lambat laun akan mengalami kematian (Situmorangdkk, 1996).

(22)

berkembang, demikian juga warna daun di sekitar bercak tersebut tidak berubah dan daun tidak gugur (Soekirman, 2003).

Perkembangan Penyakit

Iklim

Kondisi iklim yang sesuai pada saat terjadinya infeksi sangat menentukan terjadinya epidemi. Kondisi lingkungan dengan kelembaban 96 % 100 % atau adanya titik air, suhu 28 30 oC dan cahaya terang biasa ataupun gelap adalah kondisi yang sangat sesuai dengan perkecambahan konidia C.

cassiicola. Pengguguran daun yang berat atau epidemi C.cassiicolaakan terjadi bila kondisi iklim/cuaca sangat mendukung yaitu cuaca yang lembab atau mendung dengan curah hujan yang relatif tidak terlalu tinggi dan merata sepanjang hari (Situmorangdkk, 1996).

Kondisi cuaca yang agak lembab (curah hujan merata dengan rata rata per hari 12,4 mm, hari hujan 27 hari/bulan dan kelembaban udara nisbi rata rata per hari 89 % dan suhu udara rata rata per hari 27 oC bersamaan pada

waktu tanaman membentuk daun muda merupakan kondisi kritis terjadinya epidemi penyakit gugur daun Corynespora. Demikian juga, terjadinya epidemi penyakit juga dipicu oleh kondisi hujan panas yaitu hujan bersamaan dengan terik matahari (suhu > 30 oC dan kelembapan udara nisbi > 96 %) pada waktu

tanaman membentuk daun muda (Situmorang,dkk, 2004).

Ketinggian Tempat

(23)

yang terletak di tempat yang lebih tinggi. Keadaan suhu yang lebih rendah pada tempat yang lebih tinggi tersebut merupakan faktor penghambat bagi perkembangan jamur. Hal ini terlihat bercak bercak hitam pada daun yang terserang terhambat perkembangannya dan bentuknya kurang lebih bundar dengan sirip sirip hitam yang tidak begitu jelas pada tepi bercak (Situmorangdkk, 1996).

Faktor Kesuburan Tanah

Kebun kebun yang terdapat pada lahan yang kurang subur atau tanpa diberi pupuk sehingga kondisi tanaman menjadi lemah, atau kebun yang dipupuk dengan nitrogen dalam dosis yang terlalu tinggi akan mengakibatkan serangan C.cassiicolayang lebih berat (Situmorangdkk, 1996).

Resistensi Klon Karet

Penggunaan klon yang tahan merupakan salah satu anjuran utama dalam usaha menangulangi penyakit gugur daun Corynespora. Penggunaan klon yang tahan dianggap lebih efisien, efektif dan menguntungkan karena tidak diperlukan lagi usaha penanggulangan lainnya. Untuk mengatasi penyakit gugur daun Corynespora dianjurkan menanam klon klon yang tahan pada daerah perluasan atau peremajaan yang sebelumnya diketahui sangat rawan terhadap penyakit tersebut (Situmorang, 1985).

(24)

klon karet terakhir memperlihatkan gelaja bercak hitam yang tertekan (Situmorangdkk, 2001).

Klon karet BPM 1, PB 260, PR 261, RRIC 100, dan RRIM 712 bersifat tahan, AVROS 2037, BPM 24, PR 300, PR 303, RRIC 110, dan RRIM 600 bersifat moderat sedangkan PPN 2058, PPN 2444, PPN 2447, RRIC 103 dan RRIM 725 rentan terhadap penyakit gugur daunCorynespora(Hadi, 2003).

Tabel 1. Resistensi Klon Karet Anjuran Periode 2002 2004 terhadap penyakit gugur daun C.cassiicola.

No Klon Resistensi klon terhadap penyakit gugur daun C.cassiicola 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penghasil Lateks BPM 24 BPM 107 BPM 109 IRR 104 PB 217 PB 260 PR 255 PR 261 moderat resisten resisten moderat resisten resisten resisten resisten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Penghasil Lateks-kayu BPM 1 AVROS 2037 PB 330 RRIC 100 IRR 5 IRR 21 IRR 32 IRR 39 IRR 42 IRR 118 resisten resisten resisten resisten resisten resisten resisten resisten resisten resisten Sumber : Puslit Karet, 2001

(25)

Pengendalian Penyakit

Metode yang paling efektif dan efisien untuk pengendalian penyakit gugur daun di perkebunan karet pada umumnya adalah manajemen penggunaan klon karet. Metode pengendalian lainnya dianggap kurang efektif dan efisien karena memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar (Situmorang dkk, 2001). Manajemen penggunaan klon karet antara lain penggunaan klon anjuran yang resisten, membatasi penanaman klon yang telah ditanam dalam skala luas, penanaman banyak klon secara berimbang, penanaman klon campuran dan penggunaan klon pada lokasi tertentu (Situmorangdkk, 2004).

Memelihara tanaman seoptimal mungkin agar tanaman tetap tumbuh normal. Pelakuan kultur teknis yang meliputi perbaikan saluran drainase, pemupukan, intensitas, dan sistem penyadapan, akan sangat mempengaruhi terhadap serangan C. cassiicola. Tanaman yang kurang perawatan akan mudah terserang C.cassiicola(Soekirman, 2004).

Dalam hal tertentu okulasi tajuk dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian akibat penyakit gugur daun. Sebagai tajuk dapat digunakan klon yang tahan dan mempunyai kompatibilitas yang baik dengan batang bawahnya (Semangun, 1999).

(26)

dan kekeringan tetapi juga dapat mengurangi gangguan penyakit gugur daun

Corynespora(Hidayatidkk, 2004).

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan Kebun Percobaan Pusat Penelitian Sungei Putih Kec. Galang, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian 80 m dpl dan berlangsung mulai bulan Juli sampai dengan September 2008

Bahan dan Alat

Adapun bahan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain klon karet yang ada di kebun entres yang terdiri dari klon BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PB 330, RRIC 100, IRR 104, dan IRR 118 sebagai objek penelitian, isolat C. cassiicola yang berasal dari Sumatera Utara, Riau dan Aceh, agar agar, bahan bahan kimia seperti alkohol 96%, chlorox 0,2%, formalin 0,3%, aquadest steril, dan PDA (Potato Dektrose Agar), dan bahan bahan yang mendukung lainnya.

(28)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 (dua) faktor perlakuan dan 3 ulangan.

Faktor klon tanaman karet disimbolkan dengan K yang terdiri dari 10 level, yaitu :

K1 = Klon BPM 1

K2 = Klon BPM 24

K3 = Klon BPM 107

K4 = Klon BPM 109

K5 = Klon PB 217

K6 = Klon PB 260

K7 = Klon PB 330

K8 = Klon RRIC 100

K9 = Klon IRR 104

K10 = Klon IRR 118

Faktor isolat C.cassiicoladengan simbol I terdiri dari 3 level, yaitu : I1 = Isolat dari daerah Sumatera Utara (Sei Putih)

I2 = Isolat dari daerah Riau (Kebun Sei Putih)

I3 = Isolat dari daerah Aceh (Mopoli Raya)

(29)

Jumlah perlakuan kombinasi 4 x 10 = 40, yaitu :

K

1

I

0

K

1

I

1

K

1

I

2

K

1

I

3

K

2

I

0

K

2

I

1

K

2

I

2

K

2

I

3

K

3

I

0

K

3

I

1

K

3

I

2

K

3

I

3

K

4

I

0

K

4

I

1

K

4

I

2

K

4

I

3

K

5

I

0

K

5

I

1

K

5

I

2

K

5

I

3

K

6

I

0

K

6

I

1

K

6

I

2

K

6

I

3

K

7

I

0

K

7

I

1

K

7

I

2

K

7

I

3s

K

8

I

0

K

8

I

1

K

8

I

2

K

8

I

3

K

9

I

0

K

9

I

1

K

9

I

2

K

9

I

3

K

10

I

0

K

10

I

1

K

10

I

2

K

10

I

3

(t-1) (r-1) 15 (40-1) (r-1) 15 39r 54

r 1.38

Jumlah r (ulangan yang dipakai ) = 3 (tiga) Model linier yang digunakan adalah : Yijk = µ + i + j + ( + )ij + ijk di mana :

Yijk : Respon yang ditimbulkan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan kombinasi ke-ij dengan ulangan ke-k

(30)

j : Efek taraf ke-j faktor kedua (I)

( + )ij : Efek interaksi yang ditimbulkan oleh perlakuan kombinasi ke-ij

ijk : Efek galat yang bekerja pada unit percobaan yang mendapat perlakuan kombinasi ke-ij dengan ulangan ke-k.

Bila dalam pengujian sidik ragam diperoleh perlakuan berbeda nyata atau sangat nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) (Bangun, 1990).

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan Bahan Tanaman

Sebelum pelaksanaan inokulasi jamur, tanaman yang ada di kebun entres dipangkas ± 1 bulan untuk memperoleh pertumbuhan yang seragam. Jika pada saat aplikasi tanaman tidak seluruhnya tumbuh secara seragam maka aplikasi dapat dilakukan pada tanaman yang memenuhi syarat untuk diaplikasi.

Isolasi Patogen C.cassiicola

Isolat jamur C. cassiicola asal dari klon GT1 diambil dari daun karet yang terserang jamur C.cassiicoladari Sumatera Utara, Riau dan Aceh.

Penyiapan Spora jamur

Diambil daun karet yang rentan terhadap C. cassiicola (atau daun yang sama dengan asal isolat) yang hijau payung kedua atau tua. Masukkan kedalam petridish diameter 12 cm berisi kertas saring 1 lapis, beri air steril sampai lembab/basah. Kemudian di autoclave pada suhu 121oC. Inokulasikan 8 potong

(31)
[image:31.595.115.502.191.607.2]

dan letakkan isolat di bawah sinar Ultra Violet (UV) selama 3 4 hari. Buka sedikit tutup petridish supaya tidak lembab. Setelah terbentuk konidia, keringkan dulu 1 hari kemudian dikuas. Taruh di aquades dan dihitung jumlah konidianya kemudian larutan tersebut dapat digunakan untuk penyemprotan.

Gambar 5. Isolat C.cassiicoladi Medium agar (PDA) Sumber : Foto Langsung

Gambar 6. Isolat C.cassiicoladi medium daun karet Sumber : Foto Langsung

Pelaksanaan Inokulasi

Disiapkan konidia C.cassiicola(4 x 104spora/ml) sebanyak 80 ml untuk

(32)

menambahkan air untuk mendapatkan kerapatan konidia yang diinginkan yaitu 4 x 104 konidia/ml. Masukkan larutan konidia tersebut dalam botol semprot

(Hand sprayer). Semprotkan ke permukaan bawah daun karet muda yang masih berwarna kecoklat-coklatan. Semprot dengan jarak 25 cm ke tengah tengah daun sebanyak dua kali semprot. Perlakuannya 1 klon terdiri dari 3 pohon, yaitu 1 pohon per ulangan. Dari 1 pohon diambil 3 tangkai daun (terdiri dari 3 daun/tangkai) yang masih berwarna kecoklatan. Setelah disemprot, bungkus dengan plastik transparan. Inkubasikan selama 2 hari. Beri label tiap plastik sesuai dengan perlakuan. Setelah dua hari plastik pembungkus dibuka dengan tetap melabeli setiap tangkai perlakuan. Setelah 10 hari pelepasan plastik, ambil daun yang telah diperlakukan tersebut dan simpan dalam wadah plastik sesuai dengan perlakuan kemudian diamati.

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan Penyakit

Pengamatan intensitas serangan dilakukan 12 hari setelah inokulasi. Daun yang diamati adalah 3 helai anak daun tengah dari 3 tangkai daun. Besarnya intensitas serangan penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(nix vj)

I = x 100 % N x Z

Keterangan

I : Intensitas serangan

(33)

vj : Skala dari tiap kategori serangan

N : Jumlah seluruh daun yang diamati Z : Skala serangan tertinggi

Daun yang terserang dibagi dalam 4 kategori (skala serangan) yaitu : Skala 0 : Tidak ada infeksi

Skala 1 : Terdapat beberapa bercak kecoklatan pada daun Skala 2 : 1 50 % daun menguning

Skala 3 : 51 100 % daun menguning atau gugur

Tingkat kepekaan / ketahanan tanaman ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Kategori sangat tahan (HR) : 0 %

Kategori tahan (MR) : > 0 33 % Kategori peka (MS) : 34 67 % Kategori sangat peka (HS) : 68 100 % (Unterstenhover, 1963).

Jumlah Bercak

Pengamatan Jumlah bercak dilakukan dengan menggunakan alat yang terbuat dari plastik transparan. Daun yang diamati adalah 3 helai daun tengah dari 3 tangkai daun. Satu daun dihitung 3 kali pada seluruh permukaan daun.

5 cm

(34)

Periode Latent

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Intensitas Serangan (%)Corynespora cassiicola

1. Pengaruh Faktor Klon (K) terhadap Intensitas Serangan (%) C.cassiicola

[image:35.595.114.367.461.619.2]

Data pengamatan intensitas serangan C. cassiicola dapat dilihat pada lampiran 2. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian tiga isolat yang berbeda pada beberapa klon karet menunjukkan hasil yang sangat nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%)Corynespora cassiicola

pada perlakuan klon tanaman karet (K) pada waktu pengamatan. Perlakuan Intensitas Serangan 12 hsi (%)

BPM 1 16.67A

BPM 24 25.93A

BPM 107 12.96B

BMP 109 13.89A

PB 217 12.96B

PB 260 12.96B

PB 330 13.89A

RRIC 100 4.63C

IRR 104 25.92A

IRR 118 25.93A

(36)

2. Pengaruh Faktor Isolat (I) terhadap Intensitas Serangan C.cassiicola

[image:36.595.115.371.335.407.2]

Data pengamatan intensitas serangan dapat dilihat pada lampiran 2. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan isolat dari aceh dan isolat dari Sumut tidak berbeda nyata tapi sangat berbeda nyata dengan kontrol dan isolat dari Riau. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata dan tidak nyata maka dilakukan uji jarak duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%)Corynespora cassiicola

pada perlakuan Isolat (I) pada waktu Pengamatan. Perlakuan Intensitas Serangan 12 hsi (%)

Kontrol 4.44C

Isolat Sumut 19.26A

Isolat Riau 16.29B

Isolat Aceh 26.30A

Keterangan : Notasi yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan

3. Pengaruh Faktor Perlakuan interaksi Klon Karet dengan Isolat (KxI) terhadap Intensitas Serangan (%) C.cassiicola

(37)
[image:37.595.114.432.133.722.2]

Tabel 4. Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%)Corynespora cassiicola

pada perlakuan interaksi klon karet dengan Isolat (KxI) pada waktu Pengamatan.

Perlakuan Intensitas Serangan 12 hsi (%)

BPM 1 x Kontrol 3.70C

BPM 1 x Isolat Sumut 18.52B

BPM 1 x Isolat Riau 22.22B

BPM 1 x Isolat Aceh 22.22B

BPM 24 x Kontrol 7.41B

BPM 24 x Isolat Sumut 29.63A

BPM 24 x Isolat Riau 14.81B

BPM 24 x Isolat Aceh 51.85A

BPM 107 x Kontrol 7.41B

BPM 107 x Isolat Sumut 22.22B

BPM 107 x Isolat Riau 11.11B

BPM 107 x Isolat Aceh 11.11B

BMP 109 x Kontrol 0.00C

BMP 109 x Isolat Sumut 22.22B

BMP 109 x Isolat Riau 22.22B

BMP 109 x Isolat Aceh 11.11B

PB 217 x Kontrol 3.70C

PB 217 x Isolat Sumut 22.22B

PB 217 x Isolat Riau 14.81B

PB 217 x Isolat Aceh 11.11B

PB 260 x Kontrol 3.70C

PB 260 x Isolat Sumut 11.11B

PB 260 x Isolat Riau 7.41B

PB 260 x Isolat Aceh 29.63A

PB 330 x Kontrol 11.11B

PB 330 x Isolat Sumut 18.52B

PB 330 x Isolat Riau 18.52B

PB 330 x Isolat Aceh 7.41B

RRIC 100 x Kontrol 0.00C

RRIC 100 x Isolat Sumut 0.00C

RRIC 100 x Isolat Riau 0.00C

RRIC 100 x Isolat Aceh 18.52B

IRR 104 x Kontrol 0.00C

IRR 104 x Isolat Sumut 33.33A

IRR 104 x Isolat Riau 25.92A

IRR 104 x Isolat Aceh 44.44A

IRR 118 x Kontrol 7.41B

IRR 118 x Isolat Sumut 14.81B

IRR 118 x Isolat Riau 25.92A

IRR 118 x Isolat Aceh 55.56A

(38)

Jumlah BercakCorynespora cassiicola

1. Pengaruh Faktor Klon (K) terhadap jumlah bercak C.cassiicola

[image:38.595.113.356.345.506.2]

Data pengamatan intensitas serangan C. cassiicola dapat dilihat pada lampiran 3. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dengan pemberian tiga isolat yang berbeda pada beberapa klon karet menunjukkan hasil yang sangat nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Uji Beda Rataan Jumlah BercakCorynespora cassiicola

pada perlakuan klon tanaman karet (K) pada waktu pengamatan. Perlakuan Jumlah Bercak 12 hsi

BPM 1 0.28B

BPM 24 0.93A

BPM 107 0.11B

BMP 109 0.10B

PB 217 0.05C

PB 260 0.02C

PB 330 0.09B

RRIC 100 0.06C

IRR 104 0.41B

IRR 118 0.96A

Keterangan : Notasi yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan

2. Pengaruh Faktor Isolat (I) terhadap Jumlah Bercak C.cassiicola

(39)
[image:39.595.115.360.128.200.2]

Tabel 6. Uji Beda Rataan Jumlah BercakCorynespora cassiicola pada perlakuan Isolat (I) pada waktu Pengamatan.

Perlakuan Jumlah Bercak 12 hsi

Kontrol 0.02D

Isolat Sumut 0.36B

Isolat Riau 0.07C

Isolat Aceh 0.74A

Keterangan : Notasi yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.01 menurut Uji Jarak Duncan

3. Pengaruh Faktor Perlakuan interaksi Klon Karet dengan Isolat (KxI) terhadap Jumlah Bercak C.cassiicola

(40)
[image:40.595.114.421.132.723.2]

Tabel 7. Uji Beda Rataan Jumlah Bercak Corynespora cassiicola pada Perlakuan interaksi klon karet dengan Isolat (KxI) pada waktu Pengamatan.

Perlakuan Jumlah Bercak 12 hsi

BPM 1 x Kontrol 0.08D

BPM 1 x Isolat Sumut 0.32D

BPM 1 x Isolat Riau 0.21D

BPM 1 x Isolat Aceh 0.49C

BPM 24 x Kontrol 0.02D

BPM 24 x Isolat Sumut 1.79B

BPM 24 x Isolat Riau 0.01D

BPM 24 x Isolat Aceh 1.91B

BPM 107 x Kontrol 0.01D

BPM 107 x Isolat Sumut 0.27D

BPM 107 x Isolat Riau 0.12D

BPM 107 x Isolat Aceh 0.01D

BMP 109 x Kontrol 0.00D

BMP 109 x Isolat Sumut 0.28D

BMP 109 x Isolat Riau 0.09D

BMP 109 x Isolat Aceh 0.01D

PB 217 x Kontrol 0.01D

PB 217 x Isolat Sumut 0.09D

PB 217 x Isolat Riau 0.06D

PB 217 x Isolat Aceh 0.04D

PB 260 x Kontrol 0.00D

PB 260 x Isolat Sumut 0.04D

PB 260 x Isolat Riau 0.00D

PB 260 x Isolat Aceh 0.02D

PB 330 x Kontrol 0.05D

PB 330 x Isolat Sumut 0.12D

PB 330 x Isolat Riau 0.16D

PB 330 x Isolat Aceh 0.04D

RRIC 100 x Kontrol 0.05D

RRIC 100 x Isolat Sumut 0.00D

RRIC 100 x Isolat Riau 0.00D

RRIC 100 x Isolat Aceh 0.19D

IRR 104 x Kontrol 0.00D

IRR 104 x Isolat Sumut 0.49C

IRR 104 x Isolat Riau 0.09D

IRR 104 x Isolat Aceh 1.05C

IRR 118 x Kontrol 0.01D

IRR 118 x Isolat Sumut 0.17D

IRR 118 x Isolat Riau 0.00D

IRR 118 x Isolat Aceh 3.67A

(41)

Periode Latent

(42)

Pembahasan

Intensitas Serangan (%)Corynespora cassiicola

1. Pengaruh Faktor Klon (K) terhadap Intensitas Serangan (%) C.cassiicola

Dari data pengamatan 12 hsi (hari setelah inokulasi) pada tabel 2 diperoleh bahwa BPM 1 berbeda sangat nyata dengan BPM 107, PB 217, PB 260 dan RRIC 100 namun tidak berbeda nyata dengan BPM 24, BPM 109, PB 330, IRR104 dan IRR 118. Intensitas serangan yang terendah terdapat pada perlakuan RRIC 100 sebesar 4.63 % dan yang tertinggi terdapat pada perlakuan BPM 24 dan IRR 118 sebesar 25.93 %. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa semua klon karet mempunyai peluang terserang atau terinfeksi C. cassiicola, tetapi tingkat keparahan penyakit yang timbul pada klon berbeda antara klon yang satu dengan yang lain. Ini dikarenakan C. cassiicola dapat membentuk berbagai ras dengan patogenitas yang berbeda beda. Hal ini sesuai dengan literatur Situmorang, dkk, (1996) yang menyatakan bahwa C. cassiicola telah membentuk berbagai ras dengan patogenitas yang cukup bervariasi.

Berdasarkan klasifikasi penilaian intensitas serangan penyakit dapat dilihat bahwa perlakuan klon terhadap intensitas serangan penyakit memiliki variasi ketahanan yang berkisar antara 4.63 % - 25.93 %. Di mana berdasarkan kriteria tingkat kepekaan / ketahanan tanaman, kategori nilai di atas termasuk ke dalam kategori tahan (MR).

(43)
[image:43.842.69.785.113.392.2]

Gambar 7. Histogram Intensitas Serangan (%) C.cassiicolapada perlakuan klon (K) 16 .6 7 25 .9 3 12 .9 6 13 .8 9 12 .9 6 12 .9 6 13 .8 9 4. 63 25 .9 2 25 .9 3 0 5 10 15 20 25 30

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10

(44)

2. Pengaruh Faktor Isolat (I) terhadap Intensitas Serangan C.cassiicola

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa isolat dari Aceh memiliki tingkat virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat Sumut, Riau. Sedangkan Isolat dari Sumut memiliki tingkat virulensi tertinggi kedua setelah isolat dari aceh.

Dari data pengamatan 12 hsi (hari setelah inokulasi) pada tabel 3 diperoleh bahwa Isolat Sumut berbeda sangat nyata dengan Riau dan Kontrol I0,

namun tidak berbeda nyata dengan isolat dari Aceh.

Dari hasil pengamatan diperoleh masing masing intensitas serangan C. cassiicola 12 hsi pada tiap perlakuan isolat adalah Sumut sebesar 19.26 %, Riau sebesar 16.29 %, Aceh sebesar 26.30 %, dan untuk kontrol (Aquadest) intensitas serangannya sebesar 4.44 %. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa isolat C. cassiicola dari daerah yang berbeda memiliki tingkat virulensi yang berbeda beda. Hal ini bisa dipengaruhi oleh pembentukan ras yang lebih virulen, faktor kerentanan, dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Situmorangdkk, (1996) yang menyatakan bahwa Timbulnya epidemi ini belum banyak diketahui faktor penyebab utamanya, apakah faktor kerentanan klon karet atau pembentukan ras yang lebih virulen atau pengaruh faktor lingkungan.

(45)

19 .26 16 .29 26 .3 4.4 4 0 5 10 15 20 25 30

I0 I1 I2 I3

Isolat In ten sit as S er an ga n (% ) 12 hsi

[image:45.595.116.504.138.375.2]

Histogram intensitas penyakit (%) pada perlakuan isolat dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Histogram Intensitas Serangan (%) C.cassiicola

pada perlakuan isolat (I)

3. Pengaruh Faktor Perlakuan interaksi Klon Karet dengan Isolat (KxI) terhadap Intensitas Serangan (%) C.cassiicola

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa intensitas serangan (%) penyakit pada faktor perlakuan interaksi klon karet dengan isolat memiliki variasi ketahanan yang berkisar antara 0.00 % - 55.56 %. Di mana berdasarkan kriteria tingkat kepekaan / ketahanan tanaman, kategori nilai antara 0 33 % termasuk ke dalam kategori tahan (MR), sedangkan nilai antara 34 67 % termasuk ke dalam kategori peka (MS).

(46)

BPM 1 berbeda sangat nyata dengan klon RRIC 100, IRR 104, dan IRR 118, namun berbeda tidak nyata dengan klon lainnya dari isolat yang sama. Untuk isolat dari Aceh pada klon BPM 107 berbeda sangat nyata dengan BPM 24, PB 260, IRR 104, IRR 118, namun tidak berbeda nyata dengan klon lainnya dari isolat yang sama yaitu isolat dari aceh.

Intensitas serangan (%) yang tertinggi pada tabel 4 terdapat pada klon IRR 118 pada isolat aceh sebesar 55.56 % dan yang terendah terdapat pada RRIC 100 pada isolat Sumut dan Riau sebesar 0.00 %. Berdasarkan resistensi Klon Karet Anjuran Periode 2002 2004 terhadap penyakit gugur daun C.cassiicola, klon IRR 118 termasuk salah satu klon yang resisten, namun hal ini tidak dapat menjadi patokan bahwa klon ini akan resisten terus karena adanya ras ras fisiologi baru dari jamur itu sendiri yang dapat mematahkan ketahanan suatu klon. Hal ini sesuai dengan literatur Hadi (2003) yang menyatakan bahwa Klon klon yang tahan yang sekarang dibudidayakan pada suatu saat nanti ketahanannya dapat terpatahkan oleh munculnya ras ras fisiologi baru C. cassiicola. Terjadinya proses adaptasi ras patogen tersebut terhadap ketahanan klon karet telah dilaporkan peneliti terdahulu.

(47)

3.7

0

18.

52 22.22 22.22

7.4 1 29. 63 14. 81 51. 85 7.4 1 22. 22 11. 11 11. 11 0.0 0 22.

22 22.22

11. 11 3.7 0 22. 22 14. 81 11. 11 0.0 0 11. 11 7.4 1 29. 63 11. 11 18. 52 18. 52 7.4 1 0.0

0 0.00 0.00

18. 52 0.0 0 33. 33 25. 92 44. 44 7.4 1 14. 81 25. 92 55. 56 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

K1I0 K1I1 K1I2 K1I3 K2I0 K2I1 K2I2 K2I3 K3I0 K3I1 K3I2 K3I3 K4I0 K4I1 K4I2 K4I3 K5I0 K5I1 K5I2 K5I3 K6I0 K6I1 K6I2 K6I3 K7I0 K7I1 K7I2 K7I3 K8I0 K8I1 K8I2 K8I3 K9I0 K9I1 K9I2 K9I3 K10I0K10I1K10I2K10I3

[image:47.842.102.774.121.359.2]

Perlakuan Interaksi Int ens itas Se ran gan (% ) 12 hsi

(48)

Jumlah BercakCorynespora cassiicola

1. Pengaruh Faktor Klon (K) terhadap jumlah bercak C.cassiicola

Berdasarkan tabel 5 rataan jumlah bercak per satuan luas daun antar masing masing klon yang tertinggi terdapat pada klon IRR 118 sebesar 0.96 per satuan luas daun dan yang terendah pada klon PB 260 sebesar 0.02 per satuan luas daun. Berdasarkan hasil di atas terjadinya perbedaan rataan jumlah daun disebabkan karena pada daun muda bercak tidak menunjukkan bercak yang nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan sSoekirman (2004) yang menyatakan bahwa Pada daun muda, seranganCorynespora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di seluruh permukaan daun. Sedangkan pada daun tua, serangan Corynespora ditandai dengan adanya bercak-bercak tak beraturan berwarna coklat tua atau hitam, tampak menyirip seperti tulang ikan.

Dari tabel 5 juga dapat dilihat bahwa BPM 24 dan IRR 118 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan klon yang lainnya. Sedangkan pada klon PB 217, PB 260 dan RRIC 100 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 330, IRR 104, dan IRR 118.

(49)

0.

28

0.

93

0.

11

0.

10

0.

05

0.

02 0.09 0.06

0.

41

0.

96

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10

Klon (K)

Ra

ta

an

J

um

la

h

Be

rc

ak

[image:49.842.86.761.102.415.2]

12 hsi

(50)

0.3 6 0.0 7 0.7 4 0.0 2 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

I0 I1 I2 I3

Isolat Ra ta an Ju m lah B er ca k 12 hsi 2. Pengaruh Faktor Isolat (I) terhadap Jumlah Bercak C.cassiicola

Dari tabel 6 dapat diperoleh hasil bahwa masing - masing isolat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Perlakuan isolat dari Sumut berbeda sangat nyata dengan kontrol, isolat dari Riau, dan isolat dari Aceh. Rataan jumlah bercak yang tertinggi terdapat pada perlakuan isolat dari Aceh sebesar 0.74 per satuan luas daun dan yang terendah terdapat perlakuan kontrol sebesar 0.02 per satuan luas daun. Dari hasil masih menunjukkan bahwa isolat dari aceh menunjukkan memiliki daya virulensi lebih tinggi dari isolat yang lainnya.

[image:50.595.135.476.411.596.2]

Histogram jumlah bercak pada perlakuan isolat dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Histogram Jumlah Bercak C.cassiicola

(51)

3. Pengaruh Faktor Perlakuan interaksi Klon Karet dengan Isolat (KxI) terhadap Jumlah Bercak C.cassiicola

Dari tabel 7 dapat dilihat untuk perlakuan isolat dari Sumut pada klon BPM 24 berbeda sangat nyata antar semua perlakuan klon dari isolat yang sama. Untuk isolat dari Riau menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan klon lainnya dari isolat yang sama. Untuk isolat dari Aceh pada klon IRR 118 berbeda sangat nyata dengan klon lainnya dari isolat yang sama.

Rataan jumlah bercak yang tertinggi pada tabel 7 terdapat pada klon IRR 118 dengan isolat dari aceh sebesar 3.67 per satuan luas daun dan yang terendah terdapat pada RRIC 100 dengan isolat dari Sumut dan RRIC 100 dengan isolat dari Riau sebesar 0 per satuan luas daun.

(52)

0.0

8 0.32 0.21 0.4

9 0.0 2 1.7 9 0.0 1 1.9 1 0.0

1 0.27 0.12

0.0

1

0.0

0 0.28 0.09

0.0

1

0.0

1 0.09 0.06 0.04

0.0

0 0.04

0.0

0 0.02 0.05 0.12 0.16

0.0

4 0.05

0.0

0

0.0

0 0.19

0.0 0 0.4 9 0.0 9 1.0 5 0.0

1 0.17

0.0 0 3.6 7 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

K1I0 K1I1 K1I2 K1I3 K2I0 K2I1 K2I2 K2I3 K3I0 K3I1 K3I2 K3I3 K4I0 K4I1 K4I2 K4I3 K5I0 K5I1 K5I2 K5I3 K6I0 K6I1 K6I2 K6I3 K7I0 K7I1 K7I2 K7I3 K8I0 K8I1 K8I2 K8I3 K9I0 K9I1 K9I2 K9I3 K10I0K10I1K10I2K10I3

[image:52.842.69.773.89.362.2]

Perlakuan Interaksi Ra taa n J um lah Be rca k 12 hsi

(53)

Periode Latent

Berdasarkan tabel 8 11 dapat dilihat bahwa munculnya gelaja pada masing masing klon rata rata pada hari keenam. Klon yang menunjukkan gejala lebih awal adalah BPM 24 yaitu muncul pada hari kelima. Sedangkan yang paling lama muncul yaitu muncul pada hari kedelapan adalah klon PB 260, PB 217. RRIC 100 menunjukkan bercak yang tertahan yakni berupa titik kecil berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kothandaramandan Rajalakshmy (1996) yang menyatakan bahwa Bercak akan muncul pada daun tersebut dalam waktu 3 4 hari. Pada daun daun yang agak tua, waktu inkubasi dapat mencapai 9 hari. Infeksi dapat terjadi bila inokulum disemprotkan pada permukaan daun bagian atas atau bawah daun

Cepat lambatnya konidia jamur menginfeksi tanaman tergantung dengan kondisi cuaca pada saat aplikasi. Kondisi cuaca yang agak lembab (curah hujan merata dengan rata rata per hari 12,4 mm, hari hujan 27 hari/bulan dan kelembaban udara nisbi rata rata per hari 89 % dan suhu udara rata rata per hari 27 oC bersamaan pada waktu tanaman membentuk daun muda merupakan

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Klon RRIC 100 merupakan klon yang sangat tahan (HR) terhadap

Corynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei di kebun entres.

2. Isolat dari Aceh memiliki daya virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya.

3. Pada perlakuan kombinasi klon dengan isolat, intensitas penyakit yang tertinggi terdapat pada klon IRR 118 dengan isolat dari aceh yaitu sebesar 55.56 % dan kedua tertinggi pada klon BPM 24 dengan isolat dari aceh sebesar 51.58 % dan yang terendah 0 % terdapat pada klon RRIC 100 dengan isolat dari Sumut dan klon RRIC 100 dengan isolat dari Riau.

4. IsolatCorynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei dari daerah yang berbeda memiliki tingkat virulensi yang berbeda.

5. Adanya interaksi beberapa klon karet dengan beberapa isolat

Corynespora cassiicola(Berk. & Curt.) Wei terhadap tingkat ketahanan klon karet.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Achuo, A., M. M. Ebai dan S. M. Gobina. 2001. In vitro evaluation of Hevea

genotypes for resistance to Corynespora cassiicola. Journal of Rubber Research, 4(4), 255 269.

Alexopoulus, C. J danC. W. Mims. 1979. Introductory mycology. 3rdedition.

John Willey and Sons, New York, 349 356.

Anonimus, 2008. Haemocytometer. Http:www.wikimedia.co.id/gambar /haemocytometer. Diakses tanggal 25 Oktober 2008.

Bangun, MK. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan, 24 28.

Breton, F., C. Sanier dan J. d Auzac. 2000. Role of cassiicolin, a host selective toxin in pathogenicity of C. cassiicola, causal agent of leaf disease of Hevea. Journal of Natural Rubber Research, 3(2), 115 128. Daslin, A. 2007. Resistensi Klon Anjuran dan Harapan Terhadap Penyakit

Utama Karet. Kumpulan Materi : Managemen Pengendalian Penyakit Gugur Daun, Cabang, Akar dan Pemupukan Tanaman Karet, Sungei Putih, 13 15 Maret 2007, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 2 6. Hadi, H. 2003. Analisis Genetik Sifat Ketahanan Tanaman Karet terhadap

Penyakit Gugur DaunCorynespora. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 1 23.

Hadi, H. 2005. Sifat Ketahanan Beberapa Klon Karet terhadap Penyakit Gugur DaunCorynespora. J. Nat. Rubb. Res, 23(1), 36 46.

Hidayati, U., Situmorang, A dan Thomas. 2004. Peranan Pemupukan dalam Pengendalian Penyakit Karet. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6 7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sembawa, 177 188.

Mathew, J. 2006.Clonal Resistence of Hevea brasiliensistoCorynespora leaf fall disease.Corynesporaleaf disease ofHevea brasiliensis Stretegis for Management. Rubber Research Institute of India, Kottayam, Kerala, India, 83 96.

Mushrif, S. K. 2006. Morphology, Physiology and Survival of

(56)

of Hevea brasiliensis stretegis for management. Rubber Research Institute of India, Kottayam, Kerala, India, 26 32.

Kothandaraman, R dan V. K. Rajalakshmy, 1996. Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora di India, Timbulnya Penyakit dan Pengelolaannya. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada Tanaman Karet. Medan, 16 17 Desember 1996, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 37 43.

Riyaldi. 2004. Alih Teknologi dan Kebijakan Pengendalian Penyakit di Perkebunan Karet di Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6 7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sembawa, 1 10.

Semangun, H. 1999. Penyakit Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 90 98.

Siagian, N. 2007. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 6 17.

Sinaga, M. S. 2004. Strategi Pengelolaan Penyakit Penting Tanaman Karet di Indonesia pada Masa Mendatang. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6 7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sembawa, 11 20.

Sinulingga, W., Suwarto dan H. Soepena. 1996. Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora di Indonesia. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada Tanaman Karet. Medan, 16 17 Desember 1996, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 29 36.

Situmorang, A. 1985. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Gugur Daun Corynespora Pada Tanaman Karet. Kumpulan makalah, artikel dan catatan Penyakit Gugur Daun Pada Karet Corynespora cassiicola. Balai Penelitian Perkebunan, Bogor, 1 12.

Situmorang, A., A. BudimandanS. Pawirosoemardjo. 1996.Epidemi Penyakit Gugur DaunCorynesporadan Pencegahannya pada Tanaman Karet. Lokakarya Penyakit Gugur Daun Corynespora pada Tanaman Karet. Medan, 16 17 Desember 1996, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 111 132.

Situmorang, A., M. S. Sinaga, H. Suryaningthyas dan M. Lasminingsih. 2001.

(57)

Serangan. Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet. Palembang, 5 6 November 2001, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 215 226.

Situmorang, A., M. S. Sinaga, R. Suseno, S. H. Hidayat, Siswanto, dan

A. Darussamin. 2004. Status dan Manajemen Pengendalian Penyakit Gugur Daun Corynesporadi Perkebunan Karet. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6 7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sembawa, 97 117.

Soekirman, P. 2003. Pengendalian Penyakit Karet. Kumpulan materi Workshop Penanggulangan KAS dan Penyakit Penting Pada Tanaman Karet. Sungei Putih, 28 30 Agustus 2003, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih,12 25.

Soekirman, P. 2004. Manajemen Pengendalian Penyakit Penting Dalam Upaya Mengamankan Target Produksi Karet Nasional Tahun 2020. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia tahun 2020. Palembang, 6 7 Oktober 2004, Pusat Penelitian Karet, Sembawa, 21 45.

Soepena, H., SuwartodanW. Sinulingga. 1996.Pengendalian Penyakit Gugur Daun Corynespora secara Kimiawi. Lokakarya Penyakit Gugur Daun

Corynespora pada Tanaman Karet. Medan, 16 17 Desember 1996, Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih, 215 223.

Umayah, A. 1999. Aksi Filtrat Corynespora cassiicola pada Daun Karet. Pros. Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto, 16 18 September 1999. 260 262.

(58)
[image:58.595.165.455.129.317.2]

Lampiran 5. Foto Lahan Penelitian di Kebun Entres

Gambar 14. Foto Tanaman yang disungkup dengan plastic transparan Sumber : Foto Langsung

[image:58.595.169.457.363.557.2]
(59)
[image:59.595.107.512.127.638.2]

Lampiran 6. Foto Gejala SeranganCorynespora cassiicola

(60)

Lampiran 7. Perhitungan kerapatan konidia jamurCorynespora cassiicola

Jumlah konidia C. cassiicola dapat dihitung dengan menggunakan alat hitung haemocytometer.

Kotak A, B, C, D adalah contoh kotak yang akan dihitung jumlah konidianya. Adapun cara kerjanya sebagai berikut :

1. Bersihkan permukaan kamar hitung dengan air mengalir dan kemudian dikeringkan dengan tissue atau kain yang lembut.

2. Tempatkan gelas penutup di atas slide, kemudian dijepit dengan penjepit yang ada di sebelah kanan kiri.

(61)

4. Ambil sedikit suspensi sel dengan dropping pipet dan teteskan sebanyak 2 tetes di tepi gelas penutup. Suspensi akan masuk ke kamar hitung dan mengisi seluruh ruangan yang ada pada bilik tersebut. Suspensi yang berlebih akan terbuang ke dalam parit pembuangan.

5. Biarkan selama 1 2 menit, agar sel yang ada dalam bilik stabil.

6. Tempatkan haemocytometer pada meja mikroskop dan hitung jumlah sel yang ada dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah sel/ml = (A+B+C+D) x 2500 Hasil perhitungan konidia jamur C.cassiicola

1. Isolat Sumut

A : 4 konidia B : 7 konidia

Total : 17 konidia C : 5 konidia

D : 1 konidia

Jumlah konidia = (A+B+C+D) x 2500 = 17 x 2500

= 4,25.104konidia/ml

Maka untuk membuat kerapatan 4.104konidia/ml maka digunakan rumus pengenceran sebagai berikut :

V1N1 = V2N2

200 x 4,25.104= V

2x 4.104

V2 = 212,5 ml

(62)

2. Isolat Riau

A : 6 konidia B : 4 konidia

Total : 18 konidia C : 5 konidia

D : 3 konidia

Jumlah konidia = (A+B+C+D) x 2500 = 18 x 2500

= 4,50.104konidia/ml

Maka untuk membuat kerapatan 4.104konidia/ml maka digunakan rumus

pengenceran sebagai berikut : V1N1 = V2N2

250 x 4,50.104= V

2x 4.104

V2 = 281,25 ml

Maka penambahan aquadest sebagai pengencer untuk menghasilkan kerapatan konidia 4.104adalah 281,25 ml 250 ml =31,25 ml.

3. Isolat Aceh

A : 5 konidia B : 5 konidia

Total : 22 konidia C : 9 konidia

D : 3 konidia

Jumlah konidia = (A+B+C+D) x 2500 = 22 x 2500

(63)

Maka untuk membuat kerapatan 4.104konidia/ml maka digunakan rumus

pengenceran sebagai berikut : V1N1 = V2N2

300 x 5,5.104 = V

2x 4.104

V2 = 412,5 ml

Maka penambahan aquadest sebagai pengencer untuk menghasilkan kerapatan konidia 4.104adalah 412,5 ml 300 ml = 112,5 ml.

(64)

Lampiran 8. Data Curah Hujan Bulan Juli s/d September 2008

Bulan Juli 2008

Tanggal Curah Hujan(mm) (km/jam)Angin rata - rataSuhu (0C )

Kelembaban rata - rata

( % )

01-07-2008 - - 28 77

02-07-2008 - - 28 77

03-07-2008 - - 27,5 80

04-07-2008 100 340 27,5 80

05-07-2008 - - -

-06-07-2008 - - -

-07-07-2008 - - 27,5 80

08-07-2008 - - 27,5 80

09-07-2008 - - 28 77

10-07-2008 - - 28 77

11-07-2008 - - 28 77

12-07-2008 - - -

-13-07-2008 - - -

-14-07-2008 - - 28 77

15-07-2008 - - 28 77

16-07-2008 - - 28 77

17-07-2008 8 - 27,5 80

18-07-2008 - - 27,5 80

19-07-2008 - - - 81

20-07-2008 - - - 80

21-07-2008 43 - 27,5 80

22-07-2008 35 - 27,5 80

23-07-2008 30 - 27,5 80

24-07-2008 - - 27,5 77

25-07-2008 - - 28 77

26-07-2008 - - -

-27-07-2008 - - -

-28-07-2008 - - 28 77

29-07-2008 - - 28 77

30-07-2008 - - -

(65)

Bulan Agustus 2008

Tanggal Curah Hujan(mm) (km/jam)Angin rata rataSuhu (0C )

Kelembaban rata - rata

( % )

01-08-2008 - - -

-02-08-2008 - - -

-03-08-2008 - - -

-04-08-2008 - - -

-05-08-2008 15 - 27,5 80

06-08-2008 10 - 27,5 80

07-08-2008 - - -

-08-08-2008 - - -

-09-08-2008 - - -

-10-08-2008 - - -

-11-08-2008 - - -

-12-08-2008 - - -

-13-08-2008 10 - 27,5 80

14-08-2008 - - -

-15-08-2008 - - -

-16-08-2008 - - -

-17-08-2008 - - -

-18-08-2008 - - -

-19-08-2008 - - -

-20-08-2008 - - -

-21-08-2008 - - -

-22-08-2008 49 - 27,5 80

23-08-2008 - - -

-24-08-2008 - - -

-25-08-2008 51 - 27,5 80

26-08-2008 78 - 27,5 81

27-08-2008 - - -

-28-08-2008 - - -

-29-08-2008 - - -

-30-08-2008 - - -

(66)

-Bulan September 2008

Tanggal Curah Hujan(mm) (km/jam)Angin rata rataSuhu (0C )

Kelembaban rata - rata

( % )

01-09-2008 11 320 27,5 80

02-09-2008 - - 27,5 80

03-09-2008 19 300 27,5 80

04-09-2008 100 340 27,5 83

05-09-2008 80 320 27,5 81

06-09-2008 - -

-07-09-2008 - - -

-08-09-2008 - - 27,5 80

09-09-2008 - - 27,5 80

10-09-2008 50 - 27,5 80

11-09-2008 9 - 27,5 80

12-09-2008 5 - 27,5 79

13-09-2008 - -

-14-09-2008 - - -

-15-09-2008 - - -

-16-09-2008 - - -

-17-09-2008 - - -

-18-09-2008 - - -

-19-09-2008 - - -

-20-09-2008 - - -

-21-09-2008 - - -

-22-09-2008 37 - 27,5 81

23-09-2008 25 - 27,5 80

24-09-2008 - - 27,5 80

25-09-2008 - - 27,5 80

26-09-2008 - - 27,5 80

27-09-2008 - - -

-28-09-2008 - - -

-29-09-2008 - - -

-30-09-2008 - - -

Gambar

Gambar 1. Konidia Jamur C. cassiicola Gambar 2. Miselium C. cassiicola
Gambar 4. Bercak daun Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.Sumber : Foto Langsung
Tabel 1. Resistensi Klon Karet Anjuran Periode 2002 � 2004 terhadap
Gambar 5. Isolat C. cassiicola di Medium agar (PDA)
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA (INTERVIEW) ANALISIS FAKTOR- FAKTOR KEBERHASILAN DALAM MENJALANKAN USAHA KELUARGA (STUDI KASUS PADA RUMAH MAKAN SOP SUMSUM LANGSA JALAN KL. YOS SUDARSO

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian pencemaran udara di

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis membahas tentang Tipe Data Terstruktur pada Pascal yaitu Tipe Data Array, Tipe Data Record dan File. Modul ini dibuat dengan berbasiskan web dan

Untuk menganalisis pengukuran kinerja dari elemen efektivitas, Tabel 3 menunjukkan hasil analisis yang disajikan dari data Indikator Kinerja yang berkaitan dengan

Mayor Sujadi Timur no.46 Telp.0355-321513 Tulungagung Jawa Timur 66221 Website: fuad.iain-tulungagung.ac.id e-mail: fuad@iain-tulungagung.ac.id.

The cash low statement is one of the primary statements in inancial reporting (along with the statement of comprehensive income, the balance sheet and the statement of changes in

Hasil uji hipotesis memberikan nilai thitung = dan ttabel = , dengan dk dan taraf signifikan menunjukkan bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry

Ridha (2011) dengan judul Pegaruh Pembiayaan Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing terhadap Performing financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah