KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
ISHLAH HAYATI BR SEMBIRING 061000297
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
ANALISIS PERTUMBUHAN ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN ANTROPOMETRI
DI DESA LAU BEKERI KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Selasa, Tanggal 10 Agustus 2010
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Dr.Ir. Zulhida Lubis, M.Kes) (Dra. Jumirah, Apt, M.Kes) NIP. 196205291989032001 NIP.195803151988115001
Penguji II Penguji III
(Dr. Ir. Evawany Y, Aritonang, M.Si) (Ernawati Nasution, SKM,M.Kes) NIP.1320049788 NIP.197002121995012001
Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual seperti cara berpikir, emosional (pergaulan) maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri. Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 561 sampel. Data primer diperoleh dengan cara pengukuran BB dan TB anak dari kelas 1 – 6, serta didukung dengan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 74,4% pada anak laki-laki dan 74,9% anak perempuan, sedangkan menurut TB/U sebagian besar berada pada kategori normal sebanyak 64,7%. Menurut pertumbuhan IMT lebih banyak anak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 85,4%.
Diharapkan untuk sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri untuk lebih memantau pertumbuhan anak didiknya untuk menuju pertumbuhan yang lebih baik lagi, sedangkan untuk orang tua terutama ibu untuk lebih memberkan makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.
.
ABSTRACT
Children of primary school age includes those who are growing either intellectually, emotionally or physically in which the rate of growth is not same for each aspect that various rates of growth occurs with the three aspects.
The present study intends to know the growth of the children of primary school at Lau Bekeri Village of Kutalimbaru Subregency of Deli Serdang Regency in 2010. The type of the study is a descriptive survey to analyze the growth of any child of primary school using antropometrics. The population of the study included all the children of state and private primary school of 561 samples. The primary data were collected by adirect measurement of primary school children ranging 1 to 6 grades and supported bya the secondary data.
The result of the study showed that according to BW/A, the normal Body Weight was of 74,4%, the less Body Weight was of 21,6% and the significantly less Body Weight was of 4%. Whereas according to the BH/A, the normal Body Heigth was of 64,7%, the shorter BH was of 23,7% and the significantly shorter BH was of 8,9%, the significantly lean was of 2,1%, the fat category was of 3% and the significantly fat was of 0,55%.
It is expexted that the primary schools of Lau bekeri Village to more monitor the growtgh of their children to reach better growth, whereas the p[arents particulary the mother to more provide them with the more adequate nutritional foods.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ishlah Hayati Br Sembiring
Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 26 Oktober 1980
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Pales 3 No 40 Medan Tuntungan
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1987 : SD Impres 065012 Medan Tuntungan
2. Tahun1994 : SLTP Negeri 1 Kayu Laut Penyabungan
3. Tahun 1997 : SMU Negeri 1 Pancur Batu
4. Tahun 2004 : Akademi Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar dengan Antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”, guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr.Ir.
Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes
selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran
dalam petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dna dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Ketua Departemen Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Gizi.
4. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan ibunda
5. Seluruh sahabat, teman dan pihak yang telah banyak membantu penulis baik
besar maupun kecil semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang lebih
baik..
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang
telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.
Medan, Juli 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ……… iii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar (SD) ... 7
2.1.1. Karakteristik Anak Usia SD ... 8
2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah Dasar ... 11
2.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar ... 11
2.3. Antropometri ... 18
2.3.1. Pengertian Antropometri ... 18
2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Antropometri ... 18
2.4. Indeks Antropometri ... 20
2.4.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 21
2.4.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 22
2.4.3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 23
2.5. Cara Pengukuran Tinggi Badan ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 28
3.2.2. Waktu Penelitian ... 28
3.3.1. Populasi ... 29
3.3.2. Sampel ... 29
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4.1. Data Primer ... 29
3.4.2. Data Sekunder ... 29
3.5. Definisi Operasional ... 30
3.6. Aspek Pengukuran ... 30
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 31
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 31
3.7.2. Analisa Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 33
4.2. Gambaran Umum Responden ... 33
4.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri ... 35
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U ... 43
5.2. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U ... 44
5.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/TB ... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran ... 47
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 35
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 36
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 37
Tabel 4.4. Distribusi Rata-rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak Perempuan Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.5. Distribusi Rata-rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak
Laki-laki Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan
IMT di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.7. Distribusi Rata-rata IMT dengan Median Standar WHO 2007
Anak Perempuan Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.8. Distribusi Rata-rata IMT dengan Median Standar WHO 2007
Anak Laki-laki Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Data Nama-nama Siswa SD Negeri dan Swasta di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 50
Lampiran 2 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara ... 70
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Hubungan antara Status Gizi dengan Pertumbuhan ... 13
Gambar 2 : Kerangka Konsep Penelitian ... 28
Gambar 3 : Grafik Rata-rata TB/U Anak perempuan dibandingkan dengan
Nilai Median ... 38
Gambar 4 : Grafik Rata-rata TB/U Anak Laki-laki dibandingkan dengan Nilai
Median ... 39
Gambar 5 : Grafik Rata-rata IMT/U Anak Perempuan dibandingkan dengan Nilai
Median ... 41
Gambar 6 : Grafik Rata-rata IMT/UAnak Laki-laki dibandingkan dengan Nilai
ABSTRAK
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual seperti cara berpikir, emosional (pergaulan) maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri. Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 561 sampel. Data primer diperoleh dengan cara pengukuran BB dan TB anak dari kelas 1 – 6, serta didukung dengan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BB/U sebagian besar pada kategori normal yaitu sebanyak 74,4% pada anak laki-laki dan 74,9% anak perempuan, sedangkan menurut TB/U sebagian besar berada pada kategori normal sebanyak 64,7%. Menurut pertumbuhan IMT lebih banyak anak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 85,4%.
Diharapkan untuk sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri untuk lebih memantau pertumbuhan anak didiknya untuk menuju pertumbuhan yang lebih baik lagi, sedangkan untuk orang tua terutama ibu untuk lebih memberkan makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.
.
ABSTRACT
Children of primary school age includes those who are growing either intellectually, emotionally or physically in which the rate of growth is not same for each aspect that various rates of growth occurs with the three aspects.
The present study intends to know the growth of the children of primary school at Lau Bekeri Village of Kutalimbaru Subregency of Deli Serdang Regency in 2010. The type of the study is a descriptive survey to analyze the growth of any child of primary school using antropometrics. The population of the study included all the children of state and private primary school of 561 samples. The primary data were collected by adirect measurement of primary school children ranging 1 to 6 grades and supported bya the secondary data.
The result of the study showed that according to BW/A, the normal Body Weight was of 74,4%, the less Body Weight was of 21,6% and the significantly less Body Weight was of 4%. Whereas according to the BH/A, the normal Body Heigth was of 64,7%, the shorter BH was of 23,7% and the significantly shorter BH was of 8,9%, the significantly lean was of 2,1%, the fat category was of 3% and the significantly fat was of 0,55%.
It is expexted that the primary schools of Lau bekeri Village to more monitor the growtgh of their children to reach better growth, whereas the p[arents particulary the mother to more provide them with the more adequate nutritional foods.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai dengan
pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di
masa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Narendra, dkk,
2002).
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan.
Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya
penting yang dapat dilakukan untuk mempertinggi kualitas sumber daya anak sekolah
dasar adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
sehari-hari, karena anak pada usia sekolah sedang dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat yang ditandai oleh pertambahan tinggi badan dan berat
badan (Depkes RI, 1994).
Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik-herediter-konstitusi dengan faktor lingkungan, baik lingkungan prenatal
maupun lingkungan postnatal. Faktor lingkungan ini yang memberikan segala macam
kebutuhan yang merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh anak untuk
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung
dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun.
Karakter utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan-perbedaan dalam
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan
perkembangan fisik anak. Menurut Hutagalung (2008), pada usia enam sampai
pubertas (18 tahun), anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang
luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan
dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya
terjadi di sekolah.
Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya dilaksanakan pemantauan Tinggi
Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TBABS) di seluruh Indonesia, memberikan
gambaran rata-rata tinggi-badan dan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia
sekolah. Secara nasional, rata-rata tinggi badan adalah 114,9 cm (91,0% terhadap
standar WHO-NCHS) untuk anak laki-laki, sementara untuk anak perempuan 114,0
cm (90,6% terhadap standar WHO-NCHS). Sedangkan prevalensi gangguan
pertumbuhan adalah 32% untuk wilayah pedesaan dan 18% untuk wilayah perkotaan.
Informasi ini dapat dijadikan sebagai data dasar evaluasi kecenderungan pertumbuhan
berikutnya (Depkes, 1999).
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama dalam bentuk
program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan
peningkatan gizi. Kemiskinan dan kurang gizi yang saling berkaitan, akan
disertai perbaikan gizi masyarakat akan memberikan dampak positif terhadap tumbuh
kembang anak dan juga pada peningkatan produktivitas, yang akhirnya akan
meningkatkan pendapatan perkapita (Baliwati dkk, 2002).
Menurut Sihadi (2004), makanan jajanan memegang peranan penting dalam
memberikan kontribusi tambahan untuk memenuhi kecukupan gizi, khususnya energi
dan protein. Untuk memperoleh tambahan energi yang sudah mulai menurun sejak
beberapa jam masuk sekolah, maka semua anak memperolehnya dari makanan
jajanan. Jika makanan jajanan yang dijual dilingkungan sekolah cukup baik mutu gizi
dan kebersihannya, anak-anak akan mendapat manfaat tambahan zat gizi. Bagi anak
sekolah, makanan jajanan juga sebagai pengenalan akan beraneka jenis makanan
jajanan yang dapat menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil.
Di Indonesia interpretasi status gizi dengan metode antropometri
menggunakan standart WHO (2007). Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh
siapa saja lewat pemberian latihan sederhana. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya
potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi beberapa faktor yang saling
berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Proses yang unik dan hasil faktor yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri
pada setiap anak (Soetjiningsih, 1995).
Berdasarkan data Susenas BPS (1999) secara nasional lebih dari 30% rumah
tangga rawan pangan di daerah perkotaan 27% dan pedesaan sekitar 33%. Jumlah
persentasi rawan pangan pada tingkat rumah tangga di pedesaan lebih tinggi
energi dan protein (Handewi, dkk, 2004). Dari keadaan rawan pangan maka timbul
masalah gizi, salah satunya status gizi pada anak sekolah dasar. Data di Sumatera
Utara masalah gizi anak sekolah dasar ditinjau dari TB/U yaitu sebanyak 39,3%
(BPS, 1999).
Desa Lau Bekeri merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kutalimbaru. Desa Lau Bekeri secara geografis merupakan desa yang penduduknya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan berdagang.
Berdasarkan dari hasil interview terhadap beberapa siswa sekolah dasar di Desa Lau
Bekeri rata-rata orang tua bekerja setiap hari dari pagi sampai sore hari, karena
kesibukan yang dialami oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka
timbul kebiasaan yaitu orang tua di desa tersebut kurang memperhatikan asupan gizi
anaknya, misalnya anak-anaknya tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, mereka hanya
diberi uang saku untuk membeli makanan di sekolah, sehingga anak membiasakan
mengkonsumsi makanan yang dijual di warung, sementara keseimbangan gizi dan
kebersihannya kurang diperhatikan. Sedangkan untuk kondisi tubuh anak-anak di
desa tersebut lebih banyak yang memiliki tubuh kurus itu disebabkan karena sepulang
sekolah anak-anak menghabiskan waktu hanya bermain. Pentingnya gizi bagi siswa,
baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan merupakan tugas bagi orang tua.
Pertumbuhan dan perkembangan bagi anak sekolah dasar merupakan hal yang sangat
penting untuk menuju perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui pertumbuhan anak
kelas satu sampai dengan kelas enam yang diukur dengan antropometri di Desa Lau
Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana pertumbuhan anak sekolah dasar menurut antropometri yang
ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun
2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan anak
sekolah dasar dengan antropometri di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang tahun 2010
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan berat
badan menurut umur (BB/U).
2. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan tinggi
3. Untuk mengetahui pertumbuhan anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 berdasarkan indeks
massa tubuh (IMT).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bagi setiap sekolah dan Dinas Pendidikan mengenai
pertumbuhan anak di masing-masing sekolah dasar yang ada di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagi orang tua dapat dijadikan pengetahuan atau pengalaman sehingga dapat
lebih memahami dan mengerti pentingnya gizi pada anak usia sekolah untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anak Sekolah Dasar (SD)
Menurut Hutagalung, M (2009), anak sekolah dasar merupakan individu yang
sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap
anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah
yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun
non sosial meningkat. Anak kelas tiga, memiliki kemampuan tenggang rasa dan kerja
sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku
mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) yang dikutip Hutagalung, M (2009), anak
usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik, di mana kecepatan
pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi
berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang
menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun
mereka dalam usia yang sama.
Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan
pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan
antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun
negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget
(1992), yang dikutip Hutagalung M (2009), mengidentifikasikan tahapan
perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : tahap sensorik motor usia 0-2
tahun, tahap operasional usia 2-6 tahun, tahap operasional kongkrit usia 7-11 atau 12
tahun, tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya
terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan
yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa
masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1)
adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik,
ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan
sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak
memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah,
(6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain
bersama-sama (Hutagalung, M, 2009).
2.1.1. Karakteristik Anak Usia SD
Karakteristik anak usia sekolah dasar (SD) adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun
anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang
menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan
perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup
dan lain-lain.
b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban,
kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan
yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan
hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak
yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau
kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering
kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi,
panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan
utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang
dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional
a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama,
antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang
tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang
dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang
b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan
jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun
guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat
dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan
kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak
dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga
adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak
larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak
membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan
emosional anak.
d. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu
dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional
anak.
e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua
dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter
anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang
tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat
menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat
f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang
tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali
timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak
biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan
sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar
kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan
lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak
melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat (Sofa, 2008).
2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak),
sel-sel organ tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Jadi pertumbuhan lebih
ditekankan pada pertumbuhan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau
lebih matang bentuknya serta pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala (Nursalam, 2005)
Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena
sel-sel dan jaringan diantara sel-sel bertambah banyak. Selama pembiakan sel-sel berkembang
menjadi sebuah alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini
masih sederhana dan fungsinya belum sempurna. Lambat laun organ tersebut dengan
fungsinya akan tumbuh dan berkembang menjadi organ yang matang seperti yang
diperlukan orang dewasa. Dengan demikian pertumbuhan, perkembangan dan
2.2. Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi. Dari penilaian status gizi tersebut dapat memantau kecepatan pertumbuhan anak, pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan dari waktu ke
waktu, sehingga diperoleh pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu melalui
penilaian status gizi tersebut.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat
gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau
membahayakan. Gangguan gizi terjadi baik pada status gizi kurang, maupun status
Hubungan antara status gizi dan pertumbuhan dapat dijabarkan dalam skema
seperti pada gambar 1.
Gambar 1 : Hubungan antara status gizi dengan pertumbuhan
Status pertumbuhan yang terjadi merupakan pertumbuhan dari waktu ke
waktu, untuk memantau pertumbuhan tersebut dilakukan dengan melihat status gizi
yang diperoleh melalui keseimbangan asupan antara pemasukan dan pengeluaran zat
gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi setiap hari. Status gizi merupakan
gambaran tingkat pencapaian pertumbuhan pada saat tertentu.
Untuk menilai kecepatan pertumbuhan atau pencapaian pertumbuhan seorang
anak didasarkan pada ukuran fisik tubuh (Antropometri), sehingga ukuran-ukuran
atau indeks antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi anak. Untuk
menentukan status gizi dalam suatu survei gizi tidak sesederhana menentukan status Status Gizi
(Status Keseimbangan Asupan dan Kebutuhan Zat Gizi)
Status Pertumbuhan
Pertumbuhan dari waktu ke
waktu
Pencapaian pertumbuhan
gizi perorangan. Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan
statistik dengan menghitung nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka
rata-rata atau median dan standar deviasi (SD) dari suatu angka acuan standar WHO.
Dengan rumusan tertentu dapat dihitung nilai Z skor dari nilai BB/U. Z skor yang
bernilai plus-minus 1 sampai 3 SD menentukan jenis status gizi (Supariasa, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
a. Faktor Genetik
b. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)
a. Faktor Heredekonstitusionil (Genetik)
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen
ini dikenal sebagai hereditas. Faktor hereditas atau genetik merupakan modal dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
Faktor yang juga termasuk heredekonstitusionil yaitu sebagai berikut
(Masudah, 2008) :
1. Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran
besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan
ukuran-ukuran normal tersendiri.
2. Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
b. Faktor Lingkungan (pranatal dan pascanatal) 1. Faktor Pranatal
a). Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain)
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi barat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir
mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
b). Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkan. Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot,
mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin
terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang
juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat
gangguan pertumbuhan.
c). Toksin/ zat kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).
Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan
seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
d). Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan
kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia
pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia.
e). Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).
Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat
mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan
ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak.
Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah
mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
f). Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya:
toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles)
dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada
waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu
tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues
kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis
pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan
renitinitis.
g). Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus).
Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan
ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan
mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul
anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap
h). Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat
mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
i). Stres
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang
janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain (Soetjiningsih,
1995).
2. Faktor Pascanatal.
a). Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan
pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
b). Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis
seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c). Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan
anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua
dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan
dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
d). Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan
tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan
paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar
terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
e). Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi,
2.3. Antropometri
Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi.
2.3.1. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometeri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya
terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot
dan jumlah air dalan tubuh (Supariasa. 2002).
2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Antropometri
Sebelum menguraikan tentang keunggulan antropometri sebaiknya mengenal
apa yang mendasari penggunaan antropometri. Beberapa syarat yang mendasari
penggunaan antropometri yaitu :
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa dan alat pengukur yang bisa dibuat sendiri di rumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga profesional, juga oleh tenaga lain
setelah dilatih untuk itu
4. Biaya relatif murah, karena alat ini mudah didapat dan tidak memerlukan
5. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas dan buku rujukan
yang sudah pasti
6. Diakui kebenarannya secara ilmiah
Keunggulan antropometri menurut Supariasa (2002), yaitu sebagai berikut :
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama dapat dipesan dan dibuat didaerah
setempat.
4. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk
karena sudah diambang batas yang jelas
7. Metode antropometeri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
8. Metode antropometeri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok rawan
terhadap gizi.
Ukuran (parameter) yang biasa digunakan dalam antropometri gizi adalah :
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), Lingkar Kepala (LK), Lingkar
Disamping keunggulan tersebut diatas terdapat juga beberapa kelemahan yaitu
sebagai berikut :
1. Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink
dan Fe
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi
4. Kesalahan ini terjadi karena :
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan
a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran
2.4. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinsi
dari beberapa parameter disebut indeks antropometri. Disamping mudah
penggunaannya, biaya operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan cara lain
antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk
Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentile baku Harvard) dan untuk lingkar
lengan atas (LLA) digunakan baku Wolanski. Tiga dari indeks antropometri tersebut
diatas yang paling sering digunakan karena pengukurannya lebih baik yaitu
(Hastoety, 2002) :
2.4.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya (Soetjiningsih, 2001).
Berat badan yaitu satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur.
1. Kelebihan Indeks BB/U
Indeks berat badan nyai beberapa kelebihan antara lain :
a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c. Berat badan dapat berfluktuasi
d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
2. Kelemahan Indeks BB/U
Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa
kekurangan antara lain :
a. Dapat mengakibatkan interpretasi status Gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asites
b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditafsir secara tepat
c. Memerlukan data umur yang akurat
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan
e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial
budaya setempat.
Berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) terhadap baku rujukan
WHO-NCHS (2007), maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :
1. BB Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2
2. BB Kurang : Z skor≥ - 3 s/d < - 2
3. BB Sangat kurang : Z skor < - 3
2.4.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertumbuhan umur. Berikut kelemahan dan keuntungan dari indeks menurut TB/U
yaitu :
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
2. Kelemahan Indeks TB/U
a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya
c. Ketepatan umur sulit didapat
Berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (TB/U) terhadap baku
rujukan WHO-NCHS (2007), maka indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :
1. TB Normal :Z-skor ≥ - 2 s/d ≤ 3
2. TB Pendek : Z- skor ≥ - 3 s/d - 2
3. TB Sangat pendek : Z skor < - 3
4. TB Lebih dari normal : Z skor > 3
2.4.3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan
perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang
sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik
dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran
antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian
status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk, 2001).
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan
kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua
dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Kom,posisi tubuh
mencakup komponen lamak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass)
(Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak
sekolah.
Rumus IMT
Berat badan (kg) IMT =
Tinggi bBadan (m) x Tinggi Badan (m)
Berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) terhadap baku
rujukan WHO-NCHS (2007), indikator pertumbuhan menurut Z-skor yaitu :
1. Sangat gemuk : Z skor > 3
2. Gemuk : Z skor > 2 s/d ≤ 3
3. Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2
4. Kurus : Z skor ≥ - 3 s/d < 2
5. Sangat kurus : Z skor < - 3
Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepatakatan para
Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga cara yaitu : persen terhadap
a. Persen terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi, dalam antropometri gizi
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100%
(untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk
mendapatkan ambang batas.
b. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median
adalah persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah
populasi berada diatsny dan setengahnya berada dibawahnya. National Center of
Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik
dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. Contoh 100 anak
yang diukur tingginya, kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Seorang anak (Ali) berada pada urutan ke 15 berarti persentil 15, hal ini berarti 14
anak berada dibawahnya dan 85 anak berada diatasnya (Supariasa, 2002).
c. Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO (2007), menyarankan untuk
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
2.5. Cara Pengukuran Tinggi Badan Anak SD
Pengukuran tinggi badan secara periodik bermanfaat untuk mengevaluasi
kecenderungan pertumbuhan fisik anak usia sekolah. Disamping itu, informasi ini
intervensi upaya peningkatan status gizi pada umumnya serta sebagai indikator
pembangunan. (Depkes RI, 1999).
a. Posisi Anak, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Sewaktu diukur anak tidak boleh memakai alas kaki (sandal, sepatu) dan
penutup kepala (topi atau kerudung)
2. Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran berada ditengah
bagian kepala
3. Posisi anak tegak bebas, tidak sikap tegak seperti tentara
4. Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke badan
5. Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat
6. Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding
7. Anak menghadap dengan pandangan lurus ke depan
b. Cara Penggunaan Alat Bantu
Untuk menentukan angka tinggi badan anak pada pita meteran, digunakan alat bantu
berupa segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku diletakkan di atas kepala :
a) Satu sisi menempel di bagian tengah kepala anak dan satu sisi lainnya
menempel ke pita meteran di dinding
b) Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku-siku yang menempel di kepala
anak digerakkan.
Sedangkan untuk cara membaca angka tinggi badan dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara yaitu sebagai berikut :
1. Pembacaan dilakukan setelah anak selesai diukur pada skala yang ditunjuk oleh
2. Lihat skala panjang di bawah sudut siku.
a) Baca angka dibawah sisi segitiga siku-siku tersebut, yang menunjukkan angka
dalam cm.
b) Jumlah skala kecil diatas skala panjang menunjukkan milimeter (persepuluh
cm)
c) Sudut segitiga siku-siku tepat di skala panjang, contoh baca : 109, 3 cm.
BAB III
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu
untuk menganalisa pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri di Desa
Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri dan Swasta yang ada
di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri
dari SD Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS
Methidist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri. Adapun alasan
pengambilan lokasi karena masih banyak anak-anak sekolah dasar yang memiliki
tubuh kurus, pendek, pucat dan sering mengalami sakit kepala dan belum pernah
dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan anak sekolah dasar dengan antropometri
di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian diperkirakan dari bulan Januari sampai dengan
Agustus 2010.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ádalah seluruh anak sekolah dasar yang ada di
Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari
SD Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS
Methodist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri, dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 561 anak.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling), yaitu
sejumlah 561 anak.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara pengukuran langsung pada anak sekolah
dasar dari kelas 1 – 6 yang ada di SDN 1010848, SDN 105315, SDS Methodist I dan
SDS Arafah, yaitu data tentang nama anak, umur, jenis kelamin, berat badan, dan
tinggi badan. Berat badan diukur dengan timbangan injak dan tinggi badan anak
diukur dengan microtoise.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder berupa gambaran umum daerah penelitian yang berupa data
demografi dan data anak SD.
1. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh anak.
2. Anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri adalah anak SD Negeri dan Swasta yang
ada di Desa lau Bekeri dari kelas 1-6 yang berumur 6-12 tahun.
3. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak
dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.
4. BB/U adalah merefleksikan berat badan relatif dengan umur anak, diukur
dengan timbangan, ketelitian 0,01 kg
5. TB/U adalah menggambarkan pertumbuhan anak menurut tinggi badan
berdasarkan umurnya, diukur dengan pengukur tinggi badan, microtis.
6. IMT adalah menggambarkan pertumbuhan anak menurut indeks massa tubuh.
3.6. Aspek Pengukuran
Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak dibandingkan dengan
umur kemudian di sesuaikan dengan indeks antropometri standar WHO (2007)
dengan menggunakan grafik pertumbuhan dengan kategori :
A. Kategori BB/U
1. BB Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2
2. BB Kurang : Z skor≥ - 3 s/d < - 2
3. BB Sangat kurang : Z skor < - 3
B. Kategori TB/U
1. TB Normal :Z-skor ≥ - 2 s/d ≤ 3
2. TB Pendek : Z- skor ≥ - 3 s/d - 2
4. TB Lebih dari normal : Z skor > 3
C. Kategori IMT
1. Sangat gemuk : Z skor > 3
2. Gemuk : Z skor > 2 s/d ≤ 3
3. Normal : Z skor ≥ - 2 s/d ≤ 2
4. Kurus : Z skor ≥ - 3 s/d < 2
5. Sangat kurus : Z skor < - 3
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing (pemeriksaan data).
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas
pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan
maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.
2. Coding (pemberian kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian
diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan
perangkat software kompur
3. Tabulating
Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah
3.7.2. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan kemudian hasil Z skor setiap indeks (BB/U, TB/U
dan IMT) digambarkan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan dengan grafik
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Daerah Penelitian
Desa Lau Bekeri merupakan salah satu Desa dari 14 Desa yang ada di
Kecamatan Kutalimbaru, yang merupakan dataran rendah dan sebagian tanahnya
berbukit, dengan luas wilayah 730 km². Sedangkan jumlah penduduk di desa Lau
Bekeri berjumlah 3.520 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1747 orang dan
perempuan sebanyak 1773 orang dengan jumlah kepala rumah tangga ada 874 KK.
Desa Lau Bekeri juga merupakan desa yang penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai petani, wiraswasta, PNS dan berdagang, mereka bekerja dari
pagi hari sampai sore hari. Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru ada 30 SD yang
terdiri dari 27 SD Negeri dan 3 SD Swasta, dari jumlah tersebut sekolah dasar yang
ada di Desa Lau Bekeri yaitu 2 SD Negeri dan 2 SD Swasta yang terdiri dari SD
Negeri 101848 Desa Lau Bekeri, SD Negeri 105315 Desa Lau Bekeri, SDS
Methodist I Desa Lau Bekeri dan SDS Arafah Desa Lau Bekeri.
4.2. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anak sekolah dasar baik negeri
maupun swasta yang berada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Adapun untuk melihat karakteristik siswa yang meliputi jenis kelamin dan
[image:48.612.113.530.191.412.2]umur dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 278 49,6
2 Perempuan 283 50,4
Jumlah 561 100,0
Umur
1 6 43 7,7
2 7 124 22,1
3 8 37 6,6
4 9 67 11,9
5 10 127 22,6
6 11 65 11,6
7 12 88 15,7
8 13 10 1,8
Jumlah 561 100,0
Pada tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin anak sekolah dasar di
Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang lebih banyak
memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 283 siswa (50,4%). Sedangkan
umur anak sekolah dasar baik di negeri maupun swasta di Desa Lau Bekeri
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang lebih banyak memiliki umur 10
tahun yaitu sebanyak 127 siswa (22,6%), sedangkan jumlah yang terkecil pada umur
4.3. Pertumbuhan Anak Sekolah Dasar di Desa Lau Bekeri
Pertumbuhan anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta dari kelas 1
sampai kelas 6 yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli
Serdang meliputi : BB/U, TB/U dan IMT, dapat dilihat pada tabel berikut.
a. Pertumbuhan Anak Berdasarkan BB/U
Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang berdasarkan BB/U dilihat pada tabel 4.2.
[image:49.612.113.538.360.462.2]berikut.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan BB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No Jenis Kelamin
Pertumbuhan BB/U Total
Normal Kurang Sangat
Kurang
n % n % n % n %
1 Perempuan 146 74,9 42 21,5 7 3,6 195 100,0
2 Laki-laki 151 74,0 44 21,6 9 4,4 204 100,0
Jumlah 297 74,4 86 21,6 16 4,0 399 100,0
Pertumbuhan anak sekolah dasar baik negeri maupun swasta berdasarkan
BB/U terbanyak pada kategori normal sebanyak 74% pada jenis kelamin laki-laki dan
74,9% pada jenis kelamin perempuan, sedangkan uang memiliki berat badan sangat
kurang ada 7 anak (3,6%) pada jenis kelamin perempuan dan 9 anak (4,4%) pada
jenis kelamin laki-laki. Menurut standar WHO (2007), hasil perhitungan Z-score
BB/U hanya dapat dilakukan dari mulai umur 6 – 10 tahun, sementara untuk umur
11-13 tahun tidak dapat dilakukan perhitungan Z-scorenya, sehingga yang dapat di
b. Pertumbuhan Anak Berdasarkan TB/U
Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di Desa Lau Bekeri dilihat dari
[image:50.612.116.535.221.324.2]TB/U dari kelas I - VI dapat dilihat pada tebel 4.3. berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan TB/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No Jenis Kelamin
Pertumbuhan TB/U Total
Normal Pendek Sangat
Pendek
n % n % n % n %
1 Perempuan 175 61,9 70 24,7 38 13,4 283 100,0
2 Laki-laki 188 67,6 63 22,7 27 9,7 278 100,0
Jumlah 363 64,7 133 23,7 65 11,6 561 100,0
Pada tabel 4.3. diatas dapat dilihat dari TB/U diperoleh pada kategori normal
terdapat pada jenis kelamin laki-laki 67,6% dan jenis kelamin perempuan 61,9% dari
363 siswa. Menurut standar WHO (2007), perhitungan Z-score TB/U dari umur 6 –
13 tahun dapat diukur Z-scorenya, jadi dari jumlah siswa 561 orang dapat diukur
semua.
c. Pertumbuhan Anak SD Berdasarkan TB Rata-rata
Tabel 4.4. Distribusi Rata-Rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak Perempuan menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
Anak perempuan
6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn
rata2 Tb (cm) 109 111 115 121,6 128 134,2 139 140,33
Median (cm) 115,1 120,8 126,6 132,5 138,6 145 151,2 156,4
Pada tabel 4.4. rata-rata TB anak perempuan semua kelompok umur berada
grafik pertumbuhan anak perempuan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang dengan semakin bertambahnya umur anak pertumbuhannya
semakin meningkat mengikuti pola pertumbuhan linear tetapi pertumbuhannya
[image:51.612.116.529.211.468.2]dibawah garis pertumbuhan standar.
Gambar 2. Grafik Rata-rata TB/U Anak Perempuan dibandingkan dengan nilai Median
Dari grafik rata-rata TB/U diatas menunjukkan bahwa semakin bertambahnya
usia maka semakin bertambah tinggi badannya, meskipun masih dibawah garis
Tabel 4.5. Distribusi Rata-Rata TB dengan Median TB Standar WHO 2007 Anak Laki-laki Menurut Kelompok Umur Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
Anak
Laki-Laki 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn rata2 Tb 112,96 112,6949 116,4286 119,5135 127,8361 134,4333 140,3 142,5 median 116 121,7 127,3 132,6 137,8 143,1 149,1 163,5
Pada tabel 4.5. diatas menunjukkan bahwa rata-rata TB/U anak laki-laki di SD
Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli
Serdang dari usia 6 – 9 tahun mengalami kenaikan tinggi badan tidak begitu tajam,
sedangkan dari umur 10-11 tahun lebih banyak menunjukkan peningkatan tinggi
[image:52.612.96.535.154.205.2]badan dan dari umur 12-13 tahun tinggi badan kenaikkannya hanya sedikit.
Gambar 3. Grafik Rata-rata TB/U Anak Laki-laki dibandingkan dengan nilai Median
Dari grafik di atas dilihat bahwa TB/U dari umur 6-7 tahun garis
[image:52.612.115.529.364.557.2]seiring dengan pertumbuhan anak, kemudian pada usia 7-13 tahun mengalami
pertumbuhan sedikit demi sedikit.
d. Pertumbuhan Anak Berdasarkan IMT
Adapun pertumbuhan anak sekolah dasar di desa Lau Bekeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang jika dilihat dari IMT/U dari kelas I - VI dapat
[image:53.612.111.536.307.401.2]dilihat pada tebel 4.4. berikut.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar Berdasarkan IMT/U di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
No
Jenis Kelamin
Pertumbuhan IMT/U
Total Normal Kurang Sangat
Kurang
Gemuk Sangat Gemuk
n % n % n % n % n % n %
1 Perempuan 245 87,0 24 8,4 5 1,7 8 2,8 1 0,3 283 100,0
2 Laki-laki 234 84,2 26 9,4 7 2,5 9 3,2 2 0,7 278 100,0
Jumlah 479 85,4 50 8,9 12 2,1 17 3,0 3 0,5 561 100,0
Pada tabel 4.6. jika dilihat dari kategori IMT/U diperoleh pada kategori
Normal terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 87% dan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 84,2% dan yang paling sedikit pada kategori sangat gemuk sebanyak
0,7% terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 0,3% memiliki jenis kelamin
Tabel 4.7. Distribusi Rata-Rata IMT/U dengan Median Standar WHO 2007 Anak Perempuan Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
Anak
perempuan 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn 11 thn 12 thn 13 thn rata2 IMT 15,830 15,980 15,025 14,957 15,850 16,357 17,179 16,283
median 15,3 15,4 15,7 16,1 16,6 17,2 18,0 18,8
Pada tabel 4.7. diatas menunjukkan bahwa rata-rata IMT anak perempuan di
SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang dari usia 6-7 tahun peningkatan IMT tidak terlihat, bahkan pada umur
8-9 terjadi adanya penurunan yang cepat, kemudian di umur 10-12 tahun IMT terjadi
peningkatan yang tajam dan di umur 13 tahun IMT justru mengalami penurunan.
[image:54.612.108.535.166.219.2]
Gambar 4. Grafik Rata-rata IMT/U Anak Perempuan dibandingkan dengan nilai Median
Pada grafik IMT/U untuk pertumbuhan anak perempuan, di atas terlihat
[image:54.612.112.528.364.592.2]pertumbuhan median, kemudian pada usia 7-8 tahun sedikit mengalami penurunan
tetapi kemudian lambat laun terjadi peningkatan pertumbuhan sampai usia 12 tahun,
[image:55.612.96.538.212.281.2]dan terjadi penurunan kembali pada usia 13 tahun.
Tabel 4.8. Distribusi Rata-Rata IMT/U dengan Median Standar WHO 2007 Anak Laki-laki Siswa SD di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010
Anak
Laki-laki 6 thn 7 thn 8 thn 9 thn 10 thn
11
thn 12 thn 13 thn
rata2 IMT 15,392 15,80508 15,45 14,51667 16,07377 20,68 18,565 19,5
median 14,1 14,2 14,4 14,6 16,4 16,9 17,5 18,2
Berdasarkan tabel 4.8. diatas menunjukkan bahwa rata-rata IMT anak laki-laki
di SD Negeri maupun Swasta di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang dari usia 6-7 tahun pada tabel IMT mengalami peningkatan tetapi di
umur 8 tahun menurun kembali bahkan di umur 9 tahun penurunan relatif cepat. Pada
usia 10-11 IMT anak laki-laki terjadi peningkatan secara cepat dan tajam, tetapi pada