TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG
PROSEDUR PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR
UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR TAHUN 2013
O L E H
NAMA : ELMA SARI NIM : 112600016
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhir yang berjudul “Prosedur
Pelaksanaan Penagihan Pajak Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Badaruddin selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Alwi
Hashim Batubara selaku ketua Program Diploma Tiga Administrasi Perpajakan,
Ibu Arlina Selaku Sekretaris dan kepada seluruh pengurus administrasi pada
Diploma Tiga administrasi Perpajakan.
Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Patar Noveri Hutabarat selaku
dosen pembimbing penulis, dan kepada bapak Daniel P Sinurat selaku supervisor
lapangan penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan arahaan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis Juga Mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada
kedua orang tua penulis, Ayahanda Aliamat Lubis, dan Ibunda Rosunnah, untuk
abang dan kakak, Maksal, Riswan, Dedi, dan Rahma yang telah banyak
memberikan dukungan baik materi dan motivasi, serta para sahabatku, Ita, Cla,
Nas, Maya, Berlin, Ade, yang telah banyak memberikan saran dan masukan
kepada penulis.
dan saran pada tugas Akhir ini, Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, 07 Maret 2013
Penulis,
Elma Sari
iii DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
1.2Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
1.3Uraian Teoritis ... 6
1.4Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
1.5Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
1.6Metode Pengumpulan Data ... 11
1.7Sistematika Penulisan Data ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 14
2.2Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 17
2.3Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18
2.4 Deskripsi dan Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 19
MANDIRI
3.1Pengertian Penagihan ... 20
3.2Dasar Hukum Penagihan ... 24
3.3Penagihan Pajak ... 25
3.4Daluwarsa Penagihan ... 25
3.5Bunga Penagihan ... 26
3.6Biaya Penagihan Pajak ... 27
3.7Tindakan Penagihan Pajak ... 27
3.8Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 28
3.9Pejabat Penagihan Pajak ... 30
3.10 Juru Sita Pajak ... 30
3.11 Tunggakan Pajak ... 32
3.12 Timbulnya Utang Pajak ... 32
3.13 Hapusnya Utang Pajak ... 33
3.14 Prosedur Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 34
BABIV ANALISA DAN EVALUASI49 4.1 Mekanisme Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 49
4.2 Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa ... 51
4.3 Pelaksanaan Penyitaan dan Pemblokiran ... 53
v
4.5 Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan penagihan pajak ... 54
4.6 Upaya yang dilakukan Juru Sita Pajak dalam mengatasi kendala ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN ... 59
5.2 SARAN ... 60
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1. Persentase Penerbitan Surat Teguran ... 51
Tabel 2. Persentase Penerbitan Surat Paksa ... 52
Tabel 3. Persentase Pencairan Tunggakan Pajak dari SPMP... 53
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan fasilitas pribadi maupun
fasilitas umum untuk dapat hidup lebih sejahtera. Fasilitas pribadi seperti
perumahan, kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan fasilitas umum seperti jalan raya,
jembatan, sarana tempat pribadatan, sarana pendidikan, keamanan, jaminan sosial
dan fasilitas-fasilitas lainnya. Untuk membangun atau mendirikan fasilitas umum
tersebut tentunya harus membutuhkan dana yang besar, dan sebagian besar dana
tersebut berasal dari pajak.
Kesadaran masyarakat membayar pajak masih belum mencapai tingkat
sebagaimana yang diharapkan. Banyak masyarakat yang masih mengabaikan dan
menganggap pajak itu tidak penting, memberatkan, pembayarannya sering
mengalami kesulitan, ketidak mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak
dan sulit menghitung dan melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat
dilakukan sehingga masyarakat sadar untuk membayar pajak. Ketika masyarakat
memiliki kesadaran maka membayar pajak akan dilakukan secara sukarela bukan
keterpaksaan.
Hampir setiap hari di media massa diberitakan adanya kasus pajak.
Mulai dari masyarakat yang menunggak pajak hingga adanya pegawai pajak yang
melakukan pelanggaran aturan pegawai pajak. Permasalahan tunggakan pajak
dapat dilihat dari beberapa kasus yang telah diberitakan, baik tunggakan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak individu ataupun badan, misalnya PT Asian Agri
yang masih memiliki denda utang pajak sebesar 1,8 Triliun yang akan lunas pada
Oktober 2014, Nilai pajak PT The Master Steel diduga mencapai Rp 120 miliar.
Nilai itu merupakan tunggakan pajak selama tiga tahun maka dengan adanya
kasus kasus tunggakan pajak tersebut aparat perpajakan akan melakukan tindakan
penagihan guna untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Apabila wajib pajak tidak membayar pajak pada tanggal jatuh tempo yang
telah ditetapkan, maka fiskus akan melakukan tindak penagihan yang dimulai dari
penagihan pajak pasif yang menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Jika dalam jangka waktu 30 hari
belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan
penagihan pajak secara aktif, yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
Dalam hal ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan
atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Hubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adalah agar kita
mengetahui Prosedur penagihan pajak serta untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, serta salah satu syarat yang
wajib dilakukan mahasiswa dalam rangka menyelesaikan pendidikannya pada
3
Berdasarkan hal tersebut maka penulis membuat tugas akhir ini dengan
judul : “Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013”.
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan yang
wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
pendidikannya pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas sumatera Utara.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan
dan manfaat, baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, pihak instansi
dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak begitu juga dengan perusahaan yang
dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri tersebut, sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Agar mengetahui bagaimana pelaksanaan penagihan oleh fiskus
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
2. Agar mengetahui bagaimana fiskus dalam mengatasi wajib pajak
yang tidak mematuhi kewajibannya dalam membayar tagihan pajak.
3. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dari jumlah
penerbitan surat teguran hingga pelaksanaan lelang di Kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur pada tahun 2013.
1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1.2.2.1Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan dan pengalaman untuk
belajar pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini kantor
pelayanan pajak.
2. Meningkatkan profesionalisme dalam memperluas wawasan
khususnya dibidang penagihan pajak sehingga mahasiswa akan
menjadi tenaga ahli yang siap pakai.
3. Dapat menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab,
dapat mempelajari prilaku yang baru serta kedisiplinan dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan mandiri.
4. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan sarana
peningkatan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan dunia
kerja.
1.2.2.2Bagi Intansi Perpajakan / Perusahaan
1. Bagi instansi dalam hal ini Kantor Pelayan Pajak dapat sebagai
sarana untuk memberikan bahan masukan dan membantu dalam
membuat keputusan serta pengambilan kebijakan pada peraturan
yang ada.
2. Agar dapat meningkatkan hubungan yang baik dengan pihak
universitas.
3. Sebagai sarana dalam pengadaan pegawai atau sumber-sumber
kemampuan dalam menciptakan ide baru untuk masa yang akan
5
4. Untuk dapat mempromosikan gambaran suatu instansi / perusahaan
serta mendorong loyalitasnya.
5. Sebagai sarana untuk dapat melakukan kerja sama dan diskusi
antara pihak instansi / perusahaan dengan mahasiswa yang
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
1.2.2.3Bagi Perguruan Tinggi / universitas
1. Meningkatkan hubungan kerjasama antara Perguruan Tinggi
dengan instansi / perusahaaan.
2. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa
selama dalam masa perkuliahan.
3. Mempertinggi dukungan alumni pada masa yang akan datang.
4. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dan instansi pemerintah.
5. Meningkatkan kurikulum untuk setiap disiplin ilmu sehingga
mampu mencapai standar mutu pendidikan yang bertaraf nasional.
6. Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara.
1.3 Uraian Teoritis 1.3.1 Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib, berupa
uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam bukunya De Economische
Betekenis der Blastingen, 1991. Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada
kalanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual;
maksudnya adalah untuk membiayai pemerintah.
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang - Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1.3.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi Finansial (Budgeter) yaitu memasukkan uang
sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara.
b. Fungsi Mengatur (regulerend) yaitu pajak yang digunakan sebagai alat
untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun
7
1.3.3 Jenis-jenis Pajak
Menurut golongannya:
1. Pajak langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidah dapt dialihkan kepada
pihak lain. Misalnya, pajak penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeserkan kepada pihak lain. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Atas Penjualan Barang Mewah.
Menurut Sifatnya:
1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang memperhatikan kondisi / keadaan
Wajib Pajak.
2. Pajak Objektif, yaitu pengenaan pajak yang hanya memperhatikan
kondisi objeknya saja.
Menurut Lembaga Pemungutnya:
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen
Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah daerah yang pelaksaannya dilakukan oleh dinas
pendapatan daerah.
1.3.4 Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah orag pribadai atau badan meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemunngut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.3.5 Subjek Pajak
Subjek Pajak Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah :
a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi
c. Badan
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
1.3.6 Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
utuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
1.3.7 Utang Pajak
Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan umum
9
1.3.8 Penanggung Pajak
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan perturan
perundang-undangan perpajakan.
1.3.9 Pengertian Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang-barang yang telah disita.
1.4 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini akan dilaksanakan
dibagian seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Penulis
akan melakukan pembahasan masalah secara lebih rinci mengenai:
1. Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan (PPh) dimana wajib pajak
masih banyak yang menunggak pembayaran utang pajaknya pada Kantor
Pelayanan Pajak Pajak Medan Timur.
2. Upaya fiskus dalam mengatasi wajib pajak yang tidak mematuhi
kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Didalam tahap persiapan ini, penulis akan melakukan beberapa persiapan
yang dimulai dari penentuan judul, penentuan tempat pelaksanaan praktik,
serta melakukan konsultasi atau diskusi dengan dosen dan pihak instansi
dalam hal ini pihak Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber-sumber pustaka atau daftar bacaan untuk mendukung penulisan laporan
seperti Undang-Undang, buku-buku, surat kabar, majalah, media teknologi
informasi seperti internet dan literatur lainnya yang dapat mendukung.
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan tinjauan langsung pada objek Praktik
Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
mengenai upaya fiskus untuk mengatasi wajib pajak yang tidak mematuhi
kewajibannya.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Data Primer, yakni data yangberasal dari wawancara secara observasi
2. Data Sekunder, yakni data yang berasal dari dokumen administrasi
peraturan-pertauran atau dasar hukum.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah memperoleh data yang diperlukan, penulis menganalisis data dan
11
usaha fiskus untuk mengatasi wajib pajak yang tidak patuh atas
kewajibannya.
1.6 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Dengan melakukan tanya jawab dengan petugas pajak yang mengetahui
dan memahami permasalahan dalam penulisan laporan ini.
2. Observasi
yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan dan melakukan pencatatan terhadap hal hal yang berkaitan
dengan objek penelitian.
3. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan berbagai Dokumen administrasi,
peraturan-peraturan atau dasar hukum yang berhubungan dengan objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
1.7 Sistematika Penulisan Data
Sistematika dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Uraian Teoritis, Ruang
Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Pengumpulan
Data, Sistematika Penulisan Data.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
MEDAN TIMUR
Dalam bab ini akan dibahas secara singkat sejarah berdirinya
instansi, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, dan
gambaran pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA PENAGIHAN
Menguraikan tentang pengertian dan ketentuan ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan,
khususnya pajak penghasilan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan menguraikan analisis dan evaluasi
terhadap upaya fiskus untuk mengatasi kepatuhan wajib pajak
akan kewajiban membayar pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai masalah yang diangkat
sebagai dasar pemilihan judul penulis dan saran untuk
menanggapi Wajib Pajak yang tidak patuh terhadap kewajibannya
serta terhadap pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
13 BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
2.1Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor
Inpeksi Pajak, pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak yaitu Kantor Inpeksi
Pajak Medan Selatan dan Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara. Berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989
telah diadakan perubahan menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inpeksi Pajak (KIP) diganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), serta dibentuk pula Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
758/KMK./01 1993 tanggal 3 Agustus 1993. Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur merupakan pemekaran dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Berubah menjadi
empat wilayah kerja yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara
3. Kantor Pelayanan Pajaka Pratama Medan Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah
mengalami modrenisasi sistem, struktur dan organisasi menjadi instansi yang
berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak
Modrenisasi juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak
Konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.
Pada Tahun 2002 tersebut dibentuk dua Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar atau Large Tax Office (LTO). Kantor Pelayanan Pajak ini menangani
300 Wajib Pajak Besar Indonesia dan hanya mengadministrasikan dua jenis pajak,
yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pada tahun 2003 dibentuk 10 Kantor Pelayanan Pajak khusus :
1. Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha Milik Negara (KPP BUMN)
2. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Modal Asing (KPP PMA)
3. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi.
4. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa
Kemudian tahun 2004 dibentuk pula Kantor Pelayanan Pajak Madya atau
Medium Tax Office (MTO). Sedangkan Kantor Pelayanan Pajak Modren yang
menangani Wajib Pajak terbanyak adalah Kantor Pelayan Pajak Pratama dan
15
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dibentuk pada tahun 2006 sampai dengan
2008. Perbedaan utama antara STO dengan LTO Maupun MTO antara lain adalah
dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada STO sehingga dapat dikatakan juga STO
sebagai ujung tombak bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk menambah
rasio perpajakan di Indonesia.
Saat ini Kantor Pelayanan Pajak Modren terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Besar
2. Kantor Pelayanan Pajak Madya
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Dengan dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama maka Kantor Pelayanan
Pajak di kota Madya Medan menjadi delapan Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Wilayah kerja Kantor pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah
Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung, dan Kecamatan Medan
Perjuangan. pada tahun 2013 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
pada KPP Pratama Medan Timur adalah 92.262 dan Wajib Pajak Badan adalah
8.885.
2.2Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur
tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat melaksanakan
dengan teratur, baik dan untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerapakan struktur
organisasi lini dan staf yang berada dibawah seorang kepala kantor. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama atau seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur
organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
c. Seksi Pelayanan
d. Seksi Penagihan
e. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV
17
2.3Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mempunyai tugas
melaksanakan penyuluhan, pengawasan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak
dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak tidak
langsung lainnya, selain PBB Pedesaan dan Perkotaan (P2) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan proposal
potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan
subjek, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya;
4. Penyuluhan Perpajakan;
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;
6. Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
11.Pembetulan ketetapan pajak;
12.Pelaksanaan administrasi kantor.
2.4Deskripsi dan Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor pelayanan Pajak Medan Timur terletak di Jalan Sukamulia Nomor
17A Medan. KPP Pratama Medan Timur dipegang oleh seorang Kepala Kantor
yang mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor,
mengkordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi
yang ada dan mengkordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana
kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan. Kepala Kantor
tersebut membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional, dan
berdasarkan data yang diperoleh pada awal Mei 2014 jumlah pegawai Kantor
Pajak Pratama Medan timur adalah 87 orang, gambaran tugas dari masing-masing
bagian kerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sub. Bagian Umum
Sub. Bagian Umum mempunyai tugas dalam Pemerosesan dan
penatausahaan dokumen dokumen, Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan
serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil,
Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala dan pembuatan
laporan tahunan, Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi bertugas dalam Penyususunan
rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan
ekonomi dan keuangan, Perekaman dokumen perpajakan, Melakukan
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
19
Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling, Pembuatan dan penyampaian
surat perhitungan dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak lainnya,
pembentukan dan pemanfaatan bank data dan lain- lain.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan Penatausahaan surat,
dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu,
Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya, Melakukan penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya, Melakukan
penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas
Wajib Pajak, Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas dalam Penatausahaan dan
pemerosesan dokumen masuk diseksi penagihan, Penatausahaan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) beserta bukti
pembayarannya, Melakukan Penagihan aktif, Penerbitan Surat Tagihan
Pajak Bunga Penagihan, Surat Teguran, Surat Paksa dan Surat Perintah
Melakukan Penyitaan (SPMP) Serta Surat Keputusan Pencabutan Sita,
Penyelesaian usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak,
Pembuatan usulan Pencegahan dan penyanderaan terhadap Wajib Pajak
tertentu.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas dalam Melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
Penerbitan dan penyelesaian Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas dalam Melakukan pengamatan
potensi perpajakan, Pendataan objek dan subjek pajak, penyelesaian
permohonan penundaan pengambilan SPOP dan mutasi sebagian atau
seluruhnya objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas untuk melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, membimbing
atau menghimbau Wajib Pajak dan konsultasi teknik perpajakan,
melakukan penyusunan profil Wajib Pajak, menganalisis kinerja Wajib
Pajak, memberikan konsultan kepada Wajib Pajak tentang Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan, Melakukan rekonsiliasi data
Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensitas, memberikan usulan
Pembetulan Ketetapan Pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, melakukan
evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan Perundang-Undangan yang berlaku.
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
yang tebagai dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
21
senior yang ditunjuk oleh Kepala Wilayah dan Kepala Kantor Perpajakan
Pratama yang bersangkutan.
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
3.1 Pengertian Penagihan
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang
Nomor 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan
agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus,memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita.
3.2Dasar Hukum Penagihan
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000.
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan Sekaligus.
4. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-13/PJ.75/1998 Tentang Jadwal
Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak.
23
Penagihan Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Penagihan Pasif
Penagihan pasif dilakukan melalui penerbitan Surat Teguran yang
diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran atas Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.
2. Penagihan Aktif
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,
dimana jika dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat
Teguran diterbitkan maka penagihan dilakukan dengan cara penerbitan
Surat Paksa.
3.4 Daluwarsa Penagihan
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan kembali.
Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila:
1. Diterbitkan Surat Paksa;
2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak langsung maupun tidak
langsung;
3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan karena Wajib Pajak setelah jangka waktu 5
(lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap;
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.
3.5 Bunga Penagihan
Berdasarkan Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP) Nomor 16 Tahun 2009, apabila Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali yang mnyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar,
atas jumlah pajak yang tidak dibayar atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan untuk seluruh
masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan
atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
3.6 Biaya Penagihan Pajak
25
1. Setiap pemberitahuan Surat Paksa sebesar Rp 50.000
2. Setiap Pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Rp
100.000
Tambahan biaya penagihan pajak yang harus dibayar penanggung pajak bila
barang yang telah disita dijual:
1. Secara lelang 1% dari pokok lelang
2. Tidak secara lelang 1% dari hasil penjualan
Biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak merupakan
Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
3.7 Tindakan Penagihan Pajak
Berdasarkan pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, tindakan penagihan pajak dapat berupa menegur, memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang disita.
Tindakan penagihan pajak dilakukan setelah 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo
pembayaran Surat Ketetapan Pajak / Surat Tagihan Pajak atau surat sejenis dan
belum dibayar lunas, dengan diterbitkan Surat Teguran, Surat Peringatan atau
surat lain sejenis.
3.8 Penagihan Seketika dan Sekaligus
Dasar Hukum:
1. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
2. PMK Nomor 85/PMK.03/2010 Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan
Sekaligus.
3. Ketentuan Menteri Keuangan Nomor.561/KMK.04/2000 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan
Surat Paksa.
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilakukan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran. Jurusita pajak melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus berdasarkan Surat Perintah.
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan apabila:
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya atau berniat untuk meninggalkan Indonesia.
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usahanya atau menggabungkan usahanya atau memekarkan
usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dikuasai atau
27
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara.
5. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tandatanda kepailitan.
Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut:
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Dasar Penagihan
3. Besarnya Utang Pajak
4. Perintah untuk membayar
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan oleh Pajabat apabila:
a. Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
b. Tanpa didahului surat teguran
c. Sebelum jangka waktu 21 hari sejak surat teguran
d. Sebelum penerbitan surat paksa
3.9 Pejabat Penagihan Pajak
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah pejabat yang diberi
wewenang dalam penagihan pajak. Kewenangan Pejabat adalah sebagai berikut:
1 Mengangkat dan memberhentikan juru sita pajak
2 Menerbitkan:
a. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis
b. Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
c. Surat paksa
d. Surat perintah melaksanakan penyitaan
e. Surat perintah penyaderaan
f. Surat pencabutan sita
g. Pengumuman lelang
h. Surat penentuan harga limit
i. Pembatalan lelang
j. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.
3.10 Juru Sita Pajak
Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi
Penagihan Seketika dan Sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan dan
Penyanderaan.Juru sita pajak mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan
penyitaan, yang diangkat dan disumpah sebagai juru sita pajak.
Tugas Juru Sita Pajak antara lain:
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.
2. Memberitahukan Surat Paksa.
3. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat
perintah melaksanakan penyitaan.
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan
kartu tanda pengenal juru sita pajak dan harus diperlihatkan kepada penanggung
29
Dalam melaksanakan tugasnya, Juru Sita Pajak memiliki wewenang
sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita pajak berwenang, memasuki
dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan
tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat
kedudukan, atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain
yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan
kepolisian, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional,
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau
pihak lain.
3. Juru Sita Pajak menjalankan tugas diwilayah kerja pejabat yang
mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan keputusan menteri atau
keputusan kepala daerah.
3.11 Tunggakan Pajak
Tunggakan Pajak terjadi jika Surat Tagihan Pajak,Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus
dibayar bertambah.
3.12 Timbulnya Utang Pajak
Saat timbulnya utang pajak sangat penting karena berkaitan dengan
pembayaran pajak, pemasukan Surat keberatan, penentuan daluwarsa,penerbitan
Surat Ketetapan Pajak dan penentuan besarnya denda.
Ada 2 (dua) ajaran yang menyebabkan timbulnya utang pajak:
1. Ajaran Materil
Utang Pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan yaitu rangkaian
dari perbuatan-perbuatan, keadaan-keadaan, dan peristiwa peristiwa yang
dapat menimbulkan utang pajak.
2. Ajaran Formal
Utang Pajak timbul karena adanya Surat Ketetapan Pajak yang
dikeluarkan oleh Fiskus.
3.13 Hapusnya Utang Pajak
Hal-hal yang menyebabkan hapusnya utang pajak
1. Pembayaran atau Pelunasan
Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena
pembayaran atau pelunasan pajak yang dilakukanke kas negara.
31
Kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak memiliki tagihan berupa
kelebihan pembayaran pajak, dan dapat dilakukan antara jenis pajak yang
berbeda akan tetapi dalam satu masa pajak yang sama.
3. Daluarwasa
Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak maupun fiskus
maka diberikan batas waktu tertentu untuk penagihan pajak yaitu, 5 (lima)
tahun setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.
4. Pembebasan
Pembebasan pajak dilakukan berkaitan dengan kebijakan pemerintah.
Misalnya dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka pemerintah
memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau
pembebasan pajak diwilayah wilayah tertentu.
5. Penghapusan
Penghapusan dilakukan karena kondisi wajib pajak yang bersangkutan ,
misalnya Wajib Pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak pihak yang
berwenang.
3.14 Prosedur Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
3.14.1 Surat Teguran
Surat Teguran diterbitkan bila Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1883 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan sekaligus dan Pelaksanaan Surat
Paksa.
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa
Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Penagihan, Surat Teguran adalah
surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan
Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya, yang diterbitkan tujuh hari
setelah tanggal jatuh tempo pembayaran pajak.
3.14.2 Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
33
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat
Paksa.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Surat Paksa diterbitkan apabila:
1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya
diterbitkan Surat Teguran atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus.
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak.
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi :
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Dasar penagihan
3. Besarnya Utang Pajak
4. Perintah untuk membayar.
Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan didalam Berita Acara Penyampaian Surat
Paksa (BAPSP) yang sekurang- kurangnya memuat:
a. Hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa
b. Nama Juru Sita Pajak
c. Nama yang menerima
d. Tempat pemberitahuan Surat Paksa
Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Juru Sita Pajak kepada:
1. Penanggung Pajak
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat
usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak apabila yang
bersangkutan tidak dapat dijumpai.
3. Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
belum dibagi.
4. Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
telah dibagi.
Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :
1. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal.
2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan.
3.14.3 Penyitaan
Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Apabila utang pajak tidak dilunasi
oleh penanggung pajak dalam waktu 2 x 24 jam .
35
1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa
2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 459/PJ./2002 Tentang
Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam
Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Surat.
3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 85/KMK.03/2002 Tentang Tata
Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam
Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 459/PJ./2002 Tentang
Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang Dalam
Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak,
dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita mempunyai kekuatan mengikat
meskipun Penanggung Pajak menolak untuk menandatanganinya.
Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) sekurang-kurangnya memuat:
1. Hari, Tanggal, Nomor
2. Nama Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak, saksi-saksi
3. Nama dan jenis barang yang disita
4. Tempat penyitaan
Barang yang dapat disita berupa :
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu, obligasi, saham.
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dam kapal dengan isi
kotor tertentu.
Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi
biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau
putusan Badan Peradilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri
Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah.
3.14.4 Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli.
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa
2. PP Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang
Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa.
37
1. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling
singkat 14 hari setelah pengumuman lelang melalui media massa.
2. Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah
penyitaan.
3. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk
barang tidak bergerak dilakukan 2 kali.
4. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp
20.000.000 tidak harus diumumkan melalui media massa.
5. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan
permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.
6. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk
menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang dan
menandatangani asli risalah lelang.
7. Pejabat dan Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan
yang dilelang, larangan ini berlaku juga terhadap istri, keluarga sedarah
dan semenda dalam keturunan garis lurus serta anak angkat.
8. Pajabat dan Juru Sita Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4 dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
Perundang-Undangan.
9. Perubahan besarnya nilai barang yang tidak harus diumumkan melalui
media massa.
Pengecualian penjualan lelang dilakukan terhadap objek sita berupa
deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu dan barang sitaan mudah rusak atau cepat busuk.
Bila penjualan barang secara lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu
persen) dari pokok lelang. Sisa barang dan kelebihan uang hasil lelang
dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung Pajak paling lambat 3 (tiga) hari
setelah pelaksanaan lelang.
3.14.5 Pemblokiran
Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta Wajib Pajak/Penanggung
Pajak yang tersimpan di Bank dengan tujuan agar harta kekayaan dimaksud
tidak terdapat perubahan apapun selain penambahan jumlah atau nilai.
Dasar hukum:
1. KMK Nomor 563/KMK.04/2000 Tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta
kekayaan Penanggung Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 109/PJ./2007 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-627/PJ/2001
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemblokiran Dan Penyitaan Harta Kekayaan
Penanggung Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka Penagihan
Pajak Dengan Surat Paksa.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 Tentang Persyaratan Dan
Tata Cara Pemberian Perintah Atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank.
Pimpinan bank wajib memblokir setelah menerima permohonan pemblokiran
dari Pejabat Pajak dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan
39
acara pemblokiran dari bank, memerintahkan Penangung Pajak untuk
memberikan kuasa kepada bank agar memberitahukan jumlah saldo kekayaanya
yang tersimpan di bank tersebut kepada Juru Sita Pajak. Bila Penanggung Pajak
menolak memberitahukan saldo kekayaanya maka pejabat akan meminta
Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank
memberitahukan saldo kekayaan bank.
Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak diketahui, Juru Sita Pajak
melakukan penyitaan dengan membuat Berita Acara Pelaksanaaan Sita (BAPS),
menandatangani bersama sanksi-sanksi dan pimpinan bank. Bilamana penangung
pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan dalam jangka waktu 14 hari
sejak penyitaan, Pejabat segera meminta kepada pimpinan bank untuk memindah
bukukan harta kekayaan Penangung Pajak ke kas negara sejumlah yang tercantum
dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, tembusannya disampaikan kepada
Penanggung Pajak.
3.14.6 Pencegahan dan Penyanderaan 1. Pencegahan
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dasar hukum:
1. PP Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang
Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa Pencegahan dan Penyanderaan
2. Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S - 158/PJ.75/2006 Tentang Permintaan
Usulan Pencegahan WP/PP Bepergian Ke Luar Negeri
3. Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor S-240/PJ.04/2009 Tentang
Penyanderaan Atas Penanggung Pajak Dalam Rangka Penagihan Pajak
4. Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Nomor S-43/PJ.045/2007 Tentang
Tata Cara Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, Dan Pencabutan Bepergian
ke Luar Negeri.
Pencegahan dilakukan apabila:
1. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang
mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000
dan diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
2. Pencegahan dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan
oleh menteri atas permintaan pejabat atau atasan pejabat yang bersangkutan.
3. Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya:
a. Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan
b. Alasan untuk melakukan pencegahan
c. Jangka waktu pencegahan, paling lama 6 bulan dan dapat
diperpanjang paling lama 6 bulan.
4. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penangung Pajak yang
dikenakan pencegahan, menteri kehakiman, pejabat yang memohon
pencegahan, atasan pejabat yang bersangkutan dan kepala daerah setempat.
5. Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung
41
6. Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang
pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
2. Peyanderaan
Dasar Hukum:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tempat Dan Tata
Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, Dan
Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa.
2. Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia Dan Menteri
Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
294/KMK.03/2003, M-02.Um.09.01 Tahun 2003 Tentang Tata Cara
Penitipan Penanggung Pajak Yang Disandera Di Rumah Tahanan Negara
Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep - 218/PJ/2003 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaan Dan Pemberian Rehabilitasi Nama
Baik Penanggung Pajak Yang Disandera.
Penyanderaan dilakukan apabila:
1. Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka
waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada
Penanggung Pajak.
2. Penyaderaan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang
mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000
dan diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
3. Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan surat perintah
penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis
dari menteri atau gubernur kepala daerah tingkat I.
Permohonan izin penyaderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat
kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada gubernur
untuk penagihan pajak daerah.
Permohonan izin memuat sekurang-kurangnya:
1. Identitas penanggung pajak yang akan disandera
2. Jumlah utang pajak yang belum dilunasi
3. Tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan
4. Uraian tentang adanya petunjuk bahwa penananggung pajak diragukan
iktikad baik dalam pelunasan utang pajak.
Masa penyanderaan paling lama 6 bulan sejak Wajib Pajak dimasukkan pada
tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 bulan.
Penanggung Pajak yang disandera ditempatkan di tempat tertentu dengan
syarat-syarat berikut:
1.Tertutup dan terasing dari masyarakat
2.Mempunyai fasilitas terbatas
3.Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang memadai
Sebelum tempat penyanderaan dibentuk, penanggung pajak disandera
43
tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah atau
sedang mengikuti sidang resmi atau sedang mengikuti pemilihan umum. Juru Sita
Pajak harus menyampaikan surat perintah penyanderaan langsung kepada
Penanggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala tempat
penyanderaan. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat
ditemukan, Juru Sita Pajak melalui pejabat atau atasan pejabat dapat meminta
bantuan kepolisian atau kejaksaaan untuk menghadirkan Penanggung Pajak yang
tidak dapat ditemukan tersebut. Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat
perintah penyanderaan diterima oleh penanggung pajak yang bersangkutan.
Penyanderaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak disaksikan oleh 2 orang saksi
penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat
dipercaya.
Berita Acara Penyanderaan paling sedikit memuat:
1. Nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan
2. Izin tertulis menteri keuangan atau gubernur
3. Identitas penanggung pajak yang disandera
4. Tempat penyanderaan
5. Lamanya penyanderaan
6. Identitas sanksi penyanderaan .
Penanggung Pajak yang disandera dilepas apabila :
1. Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas.
2. Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah
penyanderaan itu telah terpenuhi.
3. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap atau Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri atau
45 BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
4.1 Mekanisme Pelaksanaan Penagihan Pajak
Penagihan Pajak merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan keluar negeri,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang
disita (Lelang).
Dasar tindakan penagihan pajak adalah apabila pajak yang terutang
sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan
Peninjauan kembali yang menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah,
tidak atau kurang dibayar, setelah lewat jatuh tempo pembayaran pajak yang
bersangkutan.
Adapun Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Medan
Timur, yaitu:
Jatuh Tempo
7 Hari 21 Hari
ST SP
STP ST SP SKPKB
SKPKBT
SK Pbtln 2 x 24 SK Kbrtn Jam Put Ban
Put PK
Perm W & T Lelang
Pnnt Harga Limit
14 Hari 14 Hari
PELAKS LELANG PENG LELANG SPMP
Keterangan:
1. Diawali dengan penerbitan Surat Teguran setelah tujuh hari jatuh tempo
pembayaran.
2. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Penangung Pajak setelah lewat 21
hari sejak terbitnya Surat Teguran, diterbitkan Surat Paksa.
3. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penangung Pajak
setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, maka
47
4. Apabila Utang Pajak dan biaya Penagihan tidak dilunasi oleh Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari sejak tanggal penyitaan,
dilaksanakan pengumuman lelang.
5. Bila Utang Pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh wajib pajak atau
penanggung pajak setelah lewat 14 hari terhitung sejak tanggal
pengumuman lelang, maka dilaksanakan pelelangan (penjualan barang
sitaan Penanggung Pajak) melalui kantor lelang.
[image:54.595.129.500.364.488.2]4.2 Penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa
Tabel 1. Persentase Penerbitan Surat Teguran
Tahun
Surat Teguran yang Diterbitkan
Persentase Pembayaran Hutang dengan Surat Teguran
Lembar Rupiah % Lembar Rupiah
2012 2.320 7.287.365.658 45 1.044 2.427.615.046
2013 823 10.359.943.680 47 386 722.959.960
Sumber: Seksi Penagihan pada KPP Pratama Medan Timur
Keterangan:
1. Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerbitan Surat
Teguran tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012, akan tetapi
jumlah rupiah Surat Teguran tahun 2013 meningkat dibandingkan dengan
tahun 2012, hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 terdapat utang
pajak baru yang jumlah Surat Tagihan Pajaknya cukup besar.
2. Persentase pembayaran hutang dengan Surat Teguran pada tahun 2013
lebih tinggi dari tahun 2012 akan tetapi jumlah rupiah tahun 2012 lebih
tinggi dari tahun 2013, hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 jumlah
Surat Tagihan Pajak yang dapat dicairkan merupakan Surat Tagihan Pajak
[image:55.595.124.501.206.334.2]yang nilainya rendah.
Tabel 2. Persentase Penerbitan Surat Paksa
Tahun
Surat Paksa yang Diterbitkan
Persentase Pembayaran Hutang dengan Surat Paksa
Lembar Rupiah % Lembar Rupiah
2012 1.250 3.194.730.190 59 737 1.944.865.866
2013 2.539 5.550.929.373 64 1.624 3.217.576.959
Sumber data: Seksi Penagihan pada KPP Medan Timur
Keterangan:
1. Dari data pada tabel diatas dapat dilihat persentase penerbitan Surat Paksa
pada tahun 2013 lebih tinggi dari tahun 2012, dan nilai rupiah tahun 2013
lebih tinggi dari tahun 2012.
2. Persentase pembayaran hutang dengan Surat Paksa pada tahun 2013 lebih
tinggi daripada tahun 2012, begitu juga dengan nilai rupiahnya.
Dari penjelasan kedua tabel diatas yang mempengaruhi peningkatan dan
penurunan penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa adalah dimana Juru Sita
Pajak yang sekarang ditugaskan pada Kantor Pajak Pratama Medan Timur baru
menjabat pada tahun 2011, kemudian pada tahun 2012 Juru Sita Pajak melakukan
perbaikan administrasi penagihan pajak terhadap utang pajak yang belum
diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk utang pajak sebelumnya, dan
49
diterbitkan karena tiap tahun Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak yang
diterbitkan bertambah.
[image:56.595.107.548.224.351.2]4.3 Pelaksanaan Penyitaan dan Pemblokiran
Tabel 3. Persentase Pencairan Tunggakan Pajak dari SPMP
Tahun
Jumlah Wajib
Pajak Pelaksanaan Penyitaan Pelaksanaan Pemblokiran Jumlah Tunggakan Jumlah Pencairan Orang Pribadi Badan
2012 - 5 3 2 1.758.306.884 1.569.098.795
2013 - 11 6 5 3.348.310.649 2.037.435.939
Sumber data: Seksi Penagihan pada KPP Pratama Medan Timur
Berdasarkan dari tabel data diatas, perbandingan Pelaksanaan Penyitaan
antara tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan yaitu, dari 5 kali
pelaksanaan penyitaan termasuk pemblokiran menjadi 11 kali pelaksanaan, aset
yang disita dan diblokir termasuk mobil dan rekening Wajib Pajak. Jumlah
tunggakan pajak terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013, begitu juga
dengan jumlah pencairannya.
4.4 Perbandingan Tunggakan Pajak Tahun 2012 dengan Tahun 2013
Tabel 4. Perbandingan Tunggakan Pajak tahun 2012 - 2013
Tahun Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
2012 70.807.471.631 9.505.917.927 17.825.227.604 62.488.161.954
2013 62.488.161.954 72.522.636.462 10.248.634.639 124.762.163.777
Sumber data: Seksi Penagihan pada KPP Pratama Medan Timur
[image:56.595.113.516.637.738.2]Dari data pada tabel diatas dapat dilihat perbandingan saldo pada tahun 2012
dengan tahun 2013 sebagai berikut:
5. Saldo awal tahun 2012 lebih besar dari saldo awal pada tahun 2013, saldo
akhir tahun 2012 lebih kecil daripada saldo akhir tahun 2013.
6. Penambahan saldo tahun 2012 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2013,
sementara pengurangan saldo tahun 2012 lebih besar dibandingkan dengan
tahun 2013. Karena pada tahun 2013 Surat Teguran yang dapat dicairkan
merupakan Surat Tagihan Pajak yang mempunyai nilai rupiah yang rendah.
Dari data yang diperoleh pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur, dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 Pelaksanaan Lelang yang
dilakukan belum ada.
4.7Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan penagihan pajak
Adapun kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam melaksanakan
penagihan tunggakan pajak yaitu:
1. Dalam Hal Penyampaian Surat Paksa
1 Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak ditemukan atau diketahui
keberadaannya, pada tahun 2012 ada 500 kasus dan tahun 2013 ada
1.500 kasus.
2 Wajib Pajak / Penanggung Pajak telah meninggal dunia, pada tahun
2012 sampai 2013 ada 20 kasus.
3 Perusahaan sudah bubar atau pailit, pada tahun 2012 sampai 2013 ada
51
4 Wajib pajak / Penanggung Pajak menolak menerima surat paksa, yang
alasannya karena wajib pajak / penanggung pajak tidak merasa
memiliki utang pajak, pada tahun 2012 sampai tahun 2013 ada 20
kasus.
5 Wajib Pajak / Penanggung Pajak merasa Surat Ketetapan Pajak (SKP)
tidak seharusnya diterbitkan.
6 Kurangnya sumber daya manusia pada seksi penagihan terutama Juru
Sita Pajak, sehingga tindakan penagihan dapat terhambat.
2. Dalam hal Penyitaan
1. Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang Wajib Pajak
Adakalanya ketika hendak dilakukan penyitaan, beberapa wajib pajak
tidak mau disita, alasannya karena wajib pajak tidak meras bahwa
mereka tidak mempunyai utang pajak dan tidak seharusnya
dilaksanakan penyitaan.
2. Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah
Pada saat dilakukan penyitaan, terkadang ada Wajib Pajak yang tidak
memperbolehkan Juru Sita pajak memasuki rumah, memasuki
ruangan atau tempat yang dianggap perlu untuk dilakukan penyitaan,
sehingga tindakan penyitaan pun terhambat.
3. Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita
Acara Pelaksanaan Sita.
Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dibuat dan ditandatangani oleh
Juru Sita Pajak, 2 orang saksi, dan Wajib Pajak / Penaggung Pajak,
sering terjadi Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), sehingga
penyitaan barang wajib pajak guna melunasi utang pajaknya menjadi
tertunda.
4. Pembuktian barang barang milik wajib pajak
Adakalanya barang barang yang dibuktikan oleh wajib Pajak adalah
barang-barang yang bukan miliknya.
5. Adanya pendapat wajib Pajak bahwa mereka akan sia-sia membayar
pajak karena menurut mereka pajak yang akan dilunsi nantinya tidak
akan masuk ke kas negara melainkan ke kantong para pejabat pajak.
4.8Upaya yang dilakukan Juru Sita Pajak dalam mengatasi kendala
Upaya yang dilakukan Juru Sita Pajak dalam mengatasi kendala yang
dihadapi dalam melaksanakan penagihan tunggakan pajak yaitu:
1 Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan, maka Juru
Sita Pajak mencari ke tempat alamat dimana Wajib Pajak/Penanggung
Pajak terdaftar, dengan meminta bantuan dan bekerja sama dengan
Pemerintah setempat (Kepling/Kelurahan).
2 Apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia, Juru Sita Pajak meminta Surat
Keterangan Meninggal Dunia dari lurah setempat, kemudian menemui ahli
waris atau pelaksana wasiat yang mengurus harta peninggalan Wajib
Pajak, apabila harta warisan belum dibagi dan ahli waris, apabila harta
harta peninggalan Wajib Pajak telah dibagi untuk memberitahukan Surat
Paksa bahwa Wajib Pajak tersebut memiliki utang pajak yang belum
53
3 Apabila perusahaan telah bubar, maka Juru Sita Pajak memberitahukan
Surat Paksa kepada orang atau badan yang diberikan kuasa untuk
melakukan pemberesan atau likuidasi.
4 Apabila perusahaan pailit, ma