• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

DEVI ARIYANTI MANURUNG 110308008

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM

IRIGASI SERBANGAN KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

OLEH:

DEVI ARIYANTI MANURUNG 110308008/KETEKNIKAN PERTANIAN

ProposalSebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) (Sulastri Panggabean, STP, M.Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

i

Dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Irigasi Serbangan memiliki luas 2.333 Ha termasuk irigasi Teknis. Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan, dengan metode observasi lapangan/survei. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah rusak sedang masing-masing dengan nilai 2, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan adalah sangat baik dengan nilai 4, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, sumber daya manusia adalah kurang memadai dengan nilai 2, dan kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan dikategorikan baik dengan nilai 2,98.

Kata kunci : Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi, Serbangan, Rawang Panca Arga.

ABSTRACT

DEVI ARIYANTI MANURUNG: The operation work evaluation and maintenance of Serbangan irrigation system in Rawang Panca Arga District Asahan regency, suvervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.

Serbangan irrigation area is a technical irrigation area which has an area of 2.333 Ha. Evaluation of the performance of irrigation system is one way to describe the performance level of an irrigation system. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Serbangan irrigation system with observation or survey method. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of functional performance and irrigation network infrastructure was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy was very appropriate water supply with the value of 4, the management of government institution was very good with the value of 4, the availability of funding was adequate,and human resources were not adequate each with the value of 2, the farmer institution performance was very good each with the value of 4. In general, the performance of operation and maintenance of the Serbangan irrigation system categorized good with a value of 2,98.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sei Kepayang, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 20 April 1994 dari Ayah Abdul Mutahir Manurung dan Ibu Rahimah Harahap. Penulis merupakan anak ke pertama dari 2 bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari MAN Kisaran dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kampus, diantaranya anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai BPH bidang pendidikan dan pelatihan kader masa jabatan 2013/2014, Bendahara Acara Seminr Nasional dan Kongres IX Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) 2015. Penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Hidrologi Teknik. Selain itu, penulis juga pernah memperoleh beasiswa PPA pada tahun 2011.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi di Daerah Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang

banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Oktober 2015

(6)

iv

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi ... 4

Jaringan Irigasi ... 4

Kinerja Sistem Irigasi ... 6

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi ... 7

Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 10

Kinerja Pelayanan Air ... 14

Kinerja Kelembagaan Pemerintah ... 16

Kinerja Kelembagaan Petani ... 21

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

Bahan Penelitian ... 24

Metode Penelitian ... 24

Prosedur Penelitian ... 24

Parameter Penelitian ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Serbangan ... 28

Kondisi Fisik Infrastruktur Daerah Irigasi Serbangan ... 29

Kondisi Fungsional Infrastruktur Daerah Irigasi Serbangan ... 30

Tingkat Kecukupan Air ... 30

Tingkat Ketepatan Pemberian Air pada Jaringan Irigasi Serbangan... 31

Manajemen Kelembagaan Jaringan Irigasi Serbangan ... 32

Ketersediaan Dana ... 33

Sumber Daya Manusia pada Jaringan Irigasi Serbangan ... 34

Kinerja Kelembagaaan Petani pada Jaringan Irigasi Serbangan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 39

(7)

v

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ... 8

2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ... 9

3. Kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi ... 10

4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi ... 11

5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi ... 11

6. Bobot indikator kriteria kondisi fisik jaringan irigasi ... 12

7. Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan sistem irigasi ... 13

8. Kinerja operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan ... 28

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart pelaksaan penelitian ………42

2. Komponen-komponen kinerja sistem irigasi ... 43

3. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi kewenangan Provsu ... 44

4. Analisa data kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan ... 45

5. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan... 47

6. Personalia Sumber Daya Manusia Jaringan Irigasi Serbangan ... 48

7. Hasil wawancara terhadap petugas operasi bendung Irigasi Serbangan ... 50

8. Foto Saluran Primer Jaringan Irigasi Serbangan ... 52

9. Foto Pintu Bendung Jaringan Irigasi Serbangan ... 52

10. Foto Pintu Lantai Bendung dan Sayap Bendungan Irigasi Serbangan ... 53

11. Foto Bangunan Bagi Jaringan Irigasi Serbangan ... 53

12. Foto Saluran Sekunder Jaringan Irigasi Serbangan ... 54

13. Foto Pintu Bangunan Bagi Jaringan Irigasi Serbangan ... 54

(9)

vii

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BSP : Bakrie Sumatera Plantations

DI : Daerah Irigasi

GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air HIPPA : Himpunan Petani Pemakai Air

IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air O & P : Operasi dan Pemeliharaan

P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air POB : Petugas Operasi Bendung

PPA : Petugas Pintu Air PS : Pekarja Saluran

PSDA : Pengelolaan Sumber Daya Air RPA : Rencana Pembagian Air RTTD : Rencana Tata Tanam Detail RTTG : Rencana Tata Tanam Global SDM : Sumber Daya Manusia UPT : Unit Pelaksana Tugas

(10)

i

Dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Irigasi Serbangan memiliki luas 2.333 Ha termasuk irigasi Teknis. Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan, dengan metode observasi lapangan/survei. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, ketersediaan dana, sumber daya manusia dan kinerja kelembagaan petani. Hasil penelitian menunjukkan kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi adalah rusak sedang masing-masing dengan nilai 2, tingkat kecukupan air adalah cukup dengan nilai 3, tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan adalah sangat baik dengan nilai 4, ketersediaan dana adalah memadai dengan nilai 3, sumber daya manusia adalah kurang memadai dengan nilai 2, dan kinerja kelembagaan petani adalah sangat baik dengan nilai 4. Secara umum kinerja Operasi dan Pemeliharaan sistem irigasi Serbangan dikategorikan baik dengan nilai 2,98.

Kata kunci : Evaluasi kinerja, Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi, Serbangan, Rawang Panca Arga.

ABSTRACT

DEVI ARIYANTI MANURUNG: The operation work evaluation and maintenance of Serbangan irrigation system in Rawang Panca Arga District Asahan regency, suvervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.

Serbangan irrigation area is a technical irrigation area which has an area of 2.333 Ha. Evaluation of the performance of irrigation system is one way to describe the performance level of an irrigation system. This study was aimed to evaluate the performance of operation and maintenance of Serbangan irrigation system with observation or survey method. Some of the indicators used to determine the performance of the irrigation system were: functional performance and network infrastructure of irrigation, water sufficiency level, the level of accuracy of the provision of water, management of government institution, the availability of fund, human resources and farmer institutional performance. The results showed that the level of functional performance and irrigation network infrastructure was bad with the value of 2, the adequacy of water was sufficient with the value of 3, the level of accuracy was very appropriate water supply with the value of 4, the management of government institution was very good with the value of 4, the availability of funding was adequate,and human resources were not adequate each with the value of 2, the farmer institution performance was very good each with the value of 4. In general, the performance of operation and maintenance of the Serbangan irrigation system categorized good with a value of 2,98.

(11)

1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidup pada sektor pertanian, Indonesia memprioritaskan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan. Pembangunan sektor ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi. Dukungan infrastruktur pertanian seperti bendungan, irigasi, saluran pertanian primer sampai tersier bagi peningkatan produktivitas pertanian nasional masih sangat minim. Kerusakan saluran irigasi di berbagai wilayah kurang mendapat perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Permasalahan yang cukup mengkhawatirkan di daerah irigasi pada saat ini menurut Kementrian Pertanian adalah kerusakan jaringan irigasi yang mencapai 52% atau mencakup 3,3 juta hektar infrastruktur irigasi. Untuk dapat mewujudkan swasembada beras dan ketahanan pangan, pemerintah telah memprogramkan perbaikan jaringan irigasi yang rusak, distribusi pupuk dan benih, menambah tenaga penyuluh dan menyerahkan alat pertanian bagi daerah penghasil beras (Harian Kompas, Tanggal 27 Desember 2014, hal. 11, kolom 1-4).

(12)

Sumatera Utara pada tahun 2014 mengalami kenaiakan sebesar 13.744 ton menjadi 3.740.993 ton dibandingkan pada tahun 2013.

Daerah penghasil beras di Sumatera Utara antara lain adalah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Langkat, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan menghasilkan produksi padi sawah sebesar 102.451 ton pada tahun 2013 dengan rata-rata produktivitas 5,61 ton per hektar. Kecamatan dengan produksi padi terbesar adalah Rawang Panca Arga, Sei Kepayang dan Meranti yang merupakan lumbung padi di Asahan. Produksi padi yang telah dicapai sejauh ini didapat dari upaya

pemerintah dengan cara peluasan lahan sawah beririgasi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2013).

Kecamatan Rawang Panca Arga mendapatkan air irigasi dari sistem irigasi Serbangan yang mencakup 2.333 Ha. Sistem irigasi ini sumber airnya berasal dari sungai Bunut dan air dari BSP (Bakrie Sumatera Plantations), merupakan irigasi teknis yang pada dasarnya daerah irigasi ini jarang melakukan evaluasi dan pemeliharaan sistem irigasinya.

(13)

Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan upaya untuk menilai tingkat kinerja dari suatu sistem irigasi, hasil analisis ini dapat dipergunakan sebagai

feedback dalam pengambilan keputusan dalam upaya peningkatan kinerja sistem

irigasi. Operasi dan pemeliharaan irigasi merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan irigasi (Setyawan, dkk., 2013).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi di daerah irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di Pogram Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi.

(14)

4 Sistem Irigasi

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 2006 tentang irigasi menyatakan bahwa: pasal 1 (3) Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. (4) sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia.

Penilaian kinerja sistem irigasi dilaksanakan oleh pengelola Daerah Irigasi (DI) sesuai dengan kewenangan masing-masing setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini penting dilakukan untuk memantau tugas dan kinerja seluruh aspek sistem irigasi. Nilai yang dihasilkan dari evaluasi ini akan menentukan kinerja suatu daerah irigasi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan usulan kegiatan pada tahun berikutnya (Liestiasari, 2014).

Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagi, pemberi, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Saluran irigasi merupakan infrastruktur yang mendistribusikan air yang berasal dari bendungan kelahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat (Ayuningtias, 2014).

(15)

umum dari sungai atau waduk. Jaringan pembawa berfungsi mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier. Petak-petak tersier berfungsi membagi air irigasi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier. Sistem pembuangan berfungsi membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran alamiah lainnya (Helyantina, 2012).

Dari segi kontruksi jaringan irigasinya, diklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :

1. Irigasi sederhana

Adalah sistem irigasi yang sistem kontruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya menjadi rendah.

2. Irigasi semi teknis

Adalah suatu sistem irigasi dengan kontruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.

3. Irigasi teknis

Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

(16)

Salah satu bangunan di jaringan irigasi yaitu bangunan distribusi, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan sadap akhir dan bangunan box tersier. Bangunan distribusi berfungsi untuk mendistribusikan air dari saluran yang satu ke saluran yang lainnya. Bangunan bagi berfungsi untuk membagi air dari saluran primer atau saluran sekunder kedua buah saluran atau lebih yang masing-masing debitnya lebih kecil. Bangunan sadap akhir adalah bangunan pembagi air pada bagian akhir dari saluran sekunder dimana debitnya disadap habis oleh saluran-saluran tersier. Bangunan box tersier adalah sebuah bangunan berupa kolom atau kotak (Mawardi, 2007).

Kinerja Jaringan Irigasi

Kinerja jaringan irigasi merupakan resultanse dari kinerja manajemen operasi dan pemeliharaan irigasi serta kondisi fisik jaringan irigasi secara simultan. Antara keduanya terdapat hubungan timbal balik dimana kondisi fisik jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan pengoperasiannya tidak optimal, di sisi lain jika operasi dan pemeliharaannya tidak memenuhi ketentuan teknis maka kondisi fisik jaringan irigasi juga tidak akan berfungsi secara optimal (Ritonga, 2013).

Kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan luas areal sawah yang beririgasi baik akan berkurang. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water

stress yang dialami tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif

(17)

dalam hal pengaturan dan pendistribusian atau operasi dan pemeliharaan (Salam, 2014).

Setiap komponen indikator kinerja irigasi memiliki rentang nilai 1 hingga 4. Komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dalam Setyawan, dkk., (2013), dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen indikator yang telah diketahui nilai atau skornya dikalikan dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai total komponen-komponen indikator dengan rentang niai 1 hingga 4. Setelah itu ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan Tabel 3. Secara sederhana perhitungan jumlah nilai total komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑ I = I1 × B1 + I2 × B2… … + In × Bn………….………...(1)

dimana:

∑ I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi I = Nilai komponen indikator

B = Bobot indikator (%)

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi

(18)

irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. Komponen kriteria dan kategori penilaian kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Komponen penilaian Kriteria penilaian Kategori penilaian Kinerja fungsi infrastruktur

jaringan irigasi

Kondisi fisik insfrastruktur Baik, rusak sedang, rusak berat

Kondisi fungsional insfrastruktur

Baik, terganggu ringan, terganggu berat

Kinerja pelayanan air Tingkat kecukupan air Berlebih, cukup, kurang Tingkat ketepatan

Manajemen kelembagaan Baik, cukup, kurang Ketersediaan dana Berlebih, cukup, kurang

SDM Berlebih, cukup, kurang

Kinerja kelembagaan petani Struktur kelembagaan

(AD/ART, anggota,

program kinerja), prasarana (fasilitas dan dana) dan keaktifan anggota

Baik, cukup, kurang

Sumber : Setyawan, dkk., 2013.

Tolak ukur yang diterapkan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O&P) irigasi mencakup aspek-aspek berikut:

1. Tolak ukur keluaran O&P jaringan irigasi sebagai penyedia, penyalur, dan distribusi air.

2. Tolak ukur menurut sudut pandang petani. Ini dapat dinilai melalui: tingkat kecukupan air, ketepatan waktu (Sumaryanto, dkk., 2006).

Jenis-jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri atas:

1. Pengamanan yaitu upaya untuk menanggulangi kerusakan.

(19)

3. Pemeliharaan berkala yaitu kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala.

4. Penanggulangan/perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan kerusakan berat.

(Mansoer, 2010).

Untuk menilai kinerja operasi dan penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Komponen

Terlambat Tepat Sangat tepat

(20)

Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, dengan menggunakan Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Sumber : Setyawan, dkk., 2013.

Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi

Kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi meliputi kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur dinyatakan bahwa kegiatan penyusunan program penanganan diawali dengan kegiatan inventarisasi jaringan irigasi. Ini dilakukan untuk mendapatkan data jumlah, lokasi, luas dan areal pelayanan pada setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap tahun. Dalam menentukan kriteria penanganan rehabilitasi ataupun peningkatan jaringan irigasi dilihat dari kondisi kerusakan fisik jaringan irigasi. Untuk menilai kondisi kerusakan fisik, dilakukan dengan menentukan indeks kondisi jaringan irigasi.

a. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut jumlah, dimensi, jenis dan keadaan fisik suatu jaringan irigasi. Menurut Mansoer (2010), kondisi fisik

No Jumlah skor Kriteria

1 3 – 4 Sangat baik

2 2 - 2,9 Baik

3 1 – 1,9 Sedang

(21)

insfrastruktur jaringan irigasi dapat diklasifikasikan seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi

No Tingkat kerusakan jaringan Klasifikasi Keterangan

1 < 10% Baik Pemeliharaan rutin

2 10-20% Rusak ringan Pemeliharaan berkala

3 21-40% Rusak sedang Perbaikan

4 >40% Rusak berat Rehabilitasi

Sumber: Mansoer, 2010.

Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

No Kondisi fisik infrastruktur Kriteria

1 Tingkat kerusakan <10% Baik

2 Tingkat kerusakan 10% - 20% Rusak ringan

3 Tingkat kerusakan 21% - 40% Rusak sedang

4 Tingkat kerusakan >40% Rusak berat

Sumber: Mansoer, 2010.

Penilaian kondisi fisik insfrastruktur dalam Mansoer (2013), dapat diketahui dengan cara berikut:

- Indikator bangunan utama (Bu): Bangunan utama berfungsi baik (Buf)/jumlah total bangunan utama (But) kemudian dikali bobotnya.

Atau: Bu = Buf

Butx bobot………...………...(2) Bangunan utama terdiri dari: bendungan,pintu air pengambilan dan pintu air penguras.

- Indikator saluran irigasi (Is): panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.

Atau : Is = Sf

(22)

Saluran yang dimaksud ialah saluran primer, sekunder dan tersier.

- Indikator bangunan (Ib): jumlah bangunan yang berfungsi baik (Bf)/jumlah bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.

Atau : Ib = Bf

Bt x bobot………...……….(4)

Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang kegiatan irigasi disuatu daerah irigasi, seperti bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon, gorong-gorong, jembatan dan lain sebagainya.

Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus:

Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ……… (5)

Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot indikator kriteria kondisi fisik jaringan irigasi

No Indikator Bobot (%)

1 Bangunan utama 38,65

2 Saluran pembawa 31,65

3 Bangunan pada saluran 29,65

Sumber: Mansoer (2013).

b. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

(23)

- Indikator saluran irigasi (Is): panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang saluran total (St) kemudian dikali 100%.

Atau: Is = Sf

Stx 100%…………..………….………..………..….(5)

- Indikator bangunan irigasi (Ib): jumlah bangunan irigasi yang berfungsi baik (Bf)/jumlah bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan 100%.

Atau: Ib = Bf

Btx 100%………..….(6)

Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus:

Kondisi fungsional infrastruktur = Is+Ib

2 ……….………(7)

Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan sistem irigasi

No Kondisi fungsional infrastruktur Kriteria

1 Tingkat kerusakan fungsional <10% Baik

2 Tingkat kerusakan fungsional 10% - 20% Rusak ringan 3 Tingkat kerusakan fungsional jaringan 21% - 40% Rusak sedang 4 Tingkat kerusakan fungsional jaringan >40% Rusak berat

Sumber: Mansoer, 2010.

(24)

menjadi kewenangan dan tangung jawab pemerintah daerah hanya dikhususkan untuk kegiatan fisik (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 2006).

Kinerja Pelayanan Air

Kinerja pelayanan air meliputi: tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan memperoleh air. Rencana penyediaan air tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat kabupaten atau tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam dan rencana kebutuhan air tahunan serta kondisi hidroklimatologi (Sebayang, 2014).

a. Tingkat kecukupan air

Pemanfaatan air oleh petani dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air di sawah, pertanian ladang kering, peternakan dan perikanan. Umumnya air diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi yang dibangun pemerintah ataupun masyarakat petani sendiri. Untuk lahan pertanian, jumlah air yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman pada lahan pertanian (Sumadiyono, 2012).

(25)

Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi (Prihatman, 2000).

Tingkat kecukupan air dapat diketahui dengan cara berikut ini: jika dalam satu tahun pada suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi 3 kali dan air yang dialirkan memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan sangat cukup, jika areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikategorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu kali dalam setahun meskipun air yang dialirkan sangat memadai, tingkat kecukupan airnya dapat dikatagorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya dapat satu kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikategorikan sangat kurang (Sebayang, 2014).

b. Tingkat ketepatan pemberian air

(26)

tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikategorikan tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat ketepatan pemberian airnya dikategorikan terlambat dan jika jadwal pemberian airnya terlambat hingga lebih dari 3 hari, maka tingkat ketepatan pemberian dikategorikan sangat terlambat (Sebayang, 2014).

Kinerja Kelembagaan Pemerintah

Kelembagaan berdampak terhadap kinerja produksi, penggunaan input, kesempatan kerja, perolehan hasil dan kelestarian lingkungan. Seberapa jauh kelembagaan diterima masyarakat tergantung kepada struktur wewenang, kepentingan individu, keadaan masyarakat, adat dan kebudayaan. Ini mengisyaratkan bahwa kelembagaan mampu menjadikan anggotanya memiliki totalitas kinerja yang tinggi (Pakpahan, 1991).

Indikator kelembagaan pemerintah meliputi: manajemen kelembagaan, ketersediaan dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).

a. Manajemen kelembagaan

Manajemen kelembagaan terdiri atas:

1. Kepala ranting/pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/cabang dinas/ korwil.

(27)

- rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/juru pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung (POB) serta P3A/GP3A/IP3A.

- menghadiri rapat di kecamatan dan Dinas PSDA kabupaten.

- membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan operasi. - membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan

P3A/GP3A/IP3A.

- membuat laporan kegiatan operasi ke1sxdinas. 2. Petugas mantri/juru pengairan

- membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan operasi.

- melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur.

- memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit yang ditetapkan.

- memberi saran kepada petani tentang awal tanam dan jenis tanaman. - pengaturan giliran.

- mengisi papan operasi/eksploitasi. - membuat laporan operasi.

- pengumpulan data debit.

(28)

- mengumpulkan data usulan rencana tata tanam. - melaporkan kejadian banjir kepada ranting/pengamat.

- melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada pengamat. 3. Staf ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil

- membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi.

4. Petugas Operasi Bendung (POB)

- melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir yang datang.

- melaksanakan pengurasan kantong lumpur.

- membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal yang direncanakan.

- mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk pada blangko operasi.

- mencatat elevasi muka air banjir. 5. Petugas Pintu Air (PPA)

- membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai dengan perintah juru/ mantri pengairan.

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007).

(29)

dikategorikan buruk dan jika lebih dari dua kategori petugas tidak tersedia dalam suatu sistem irigasi, maka dapat dikategorikan manajemen kelembagaannya sangat buruk (Sebayang, 2014).

b. Ketersediaan dana

Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder didasarkan atas angka kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap daerah irigasi (Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006).

Penyediaan dana dari pemerintah untuk mendukung operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sangat terbatas, dan juga tingkat kesadaran para petani dalam pengamanan bangunan dan saluran irigasi belum optimal, serta pengumpulan dana yang bersumber dari anggota P3A setiap tahunnya masih jauh dari kebutuhan, akibatnya banyak kerusakan serta kurang berfungsinya bangunan maupun fasilitas jaringan irigasi, sehingga penggunaan air menjadi boros dan tidak efisien (Supadi, 2009).

Kemudian dalam UU RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 41 merevisi kewenangan dalam pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan kabupaten/kota dengan batas strata luasan irigasi sebagai berikut :

(30)

mencukupi, namun ketersediaan dana untuk menunjang kegiatan O&P yang dialokasikan oleh kabupaten belum memadai termasuk dana iuran yang bersumber dari P3A untuk penanganan jaringan tersier dan kuarter belum mencukupi, sedangkan tingkat konflik pengaturan air irigasi dapat diatasi. 2. Daerah Irigasi (DI) dengan luasan 1.000 s.d. 3.000 Ha (DI sedang) atau DI kecil

yang bersifat lintas kabupaten/kota menjadi menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah provinsi. Dana dan tenaga O&P belum memadai, dan konflik pengaturan air irigasi lebih kompleks, sehingga penggunaan air irigasi kurang efektif dan efisien.

3. Daerah Irigasi (DI) dengan luas lebih dari 3.000 Ha (DI besar) atau DI sedang yang bersifat lintas provinsi, strategis nasional dan lintas negara menjadi menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat. Ketersediaan dana dan tenaga O&P yang disediakan oleh pemerintah pusat kurang memadai, kemudian koordinasi di lapangan mengalami banyak kesulitan sehingga penanganan O&P kurang tepat sasaran.

Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga P3A (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014).

Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari : a. Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN atau APBD.

b. Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani pemakai air. c. Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.

(31)

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan terdiri dari:

- Kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil terdiri dari 1 orang + 5 staff per 5.000 - 7.500 Ha.

- Mantri/juru pengairan terdiri dari 1 orang per 750 – 1.500 Ha

- Petugas Operasi Bendung (POB) terdiri dari 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar

- Petugas Pintu Air (P2A) terdiri dari 1 orang per 3 sampai 5 bangunan sadap dan bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 sampai 3 km atau daerah layanan 150-500 Ha.

- Pekerja Saluran (PS) terdiri dari 1 orang per 2-3 km panjang saluran ( Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 ).

Sumber daya manusia dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila jumlah petugas pada masing-masing kategori telah terpenuhi, maka SDM sangat memadai. Jika kategori petugas telah terpenuhi namun personil petugasnya belum memenuhi hal di atas, maka SDM masih dapat dikategorikan memadai, jika satu hingga dua kategori petugas tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan kurang memadai dan jika lebih dari dua kategori petugas yang tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan sangat buruk (Sebayang, 2014).

Kinerja Kelembagaan Petani

(32)

Pemakai Air (HIPPA). Peran pemerintah dalam pembentukan kelembagaan petani adalah sebagai fasilitator melalui penyuluhan tentang pentingnya keberadaan lembaga pengelola jaringan irigasi (Prasetijo, 2012).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 menyatakan bahwa: Pasal 1 (21) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani secara demokratis, termasuk kelembagaan lokal pengelola irigasi. Pasal 10 (1) Petani pemakai air wajib membentuk perkumpulan petani pemakai air secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa.

Di dalam sebuah wadah organisasinya kelembagaan petani wajib menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang disusun berdasarkan kemampuan petani dan ditandatangani oleh ketua dan sekretaris. Selanjutnya diketahui oleh kepala desa dan camat serta disahkan oleh bupati/walikota. Untuk mendapatkan status badan hukum, anggara dasar tersebut selanjutnya didaftarkan pada pengadilan negeri setempat di wilayah hukum kelembagaan petani bertempat (Prasetijo, 2012).

(33)
(34)

24 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret hingga Bulan Mei di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: deskripsi jaringan irigasi dan peta jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan/survei dengan mengamati parameter yang diteliti.Pengumpulan data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem Irigasi Serbangan Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

Prosedur Penelitian

1. Pendeskripsian daerah irigasi yang meliputi : a. Letak dan luas daerah irigasi.

b. Kondisi bangunan irigasi

2. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan:

2.1. Penyuluh pertanian, yang meliputi:

(35)

b. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi: struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota.

2.2. Petugas Pintu Air (P2A) yang meliputi: jadwal inspeksi jaringan irigasi.

3. Dikumpulkan data sekunder dari dinas atau pemerintah setempat dalam hal ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), yang meliputi: a. Kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur. b. Tingkat kecukupan dan tingkat ketepatan pemberian air.

c. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi: manajemen kelembagaan dan SDM.

4. Dilakukan analisa data dengan menggunakan Persamaan 1 5. Ditentukan kriteria kinerja O&P sistem irigasi

Parameter Penelitian

1. Kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang meliputi :

a. Kondisi fisik infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan Tabel 5 b. Kondisi fungsional infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan

Tabel 7.

2. Kinerja pelayanan air yang meliputi: tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan pemberian air

3. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi :

a. Manajemen kelembagaan yang dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan kriteria tertentu

(36)
(37)

27

Jaringan Irigasi Serbangan merupakan salah satu jaringan irigasi yang

terletak di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dengan koordinat 3o 3’ 1,86” LU – 99o 38’ 8,94” BT. Jaringan irigasi ini merupakan irigasi teknis

yang memiliki luas 2.333 Ha. Sostrodarsono dan Takeda (1985), menyatakan bahwa irigasi teknis merupakan suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi. Sumber air jaringan irigasi ini berasal dari Sungai Bunut dan air dari BSP (Bakrie Sumatera Plantations). Hal ini sesuai dengan pernyataan Helyanti (2012), yang menyatakan bahwa jaringan irigasi umumnya memiliki empat unsur fungsional pokok yaitu: bangunan-bangunan utama (headwork) dimana air diambil dari sumbernya yang umum dari sungai atau waduk. Jaringan pembawa berfungsi mengalirkan air irigasi ke petak-petak tersier. Petak-petak tersier berfungsi membagi air irigasi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier. Sistem pembuangan berfungsi membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.

(38)

pemberian air dilakukan secara bergilir atau disebut sistem rotasi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan Unit Pelaksana Lapangan (UPL) IV Serbangan.

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan

Hasil penelitian evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kinerja operasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan

Komponen penilain

Kriteria penilaian Bobot (%)

(39)

ketepatan pemberian air dikategorikan cukup dan sangat tepat. Oleh karena itu, Jaringan Irigasi Serbangan masih dapat dikategorikan baik. Pada jaringan irigasi air merupakan komponen yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setyawan, dkk., (2013), yang menyatakan bahwa rentang jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan secara umum dari beberapa komponen yang dinilai berada pada kisaran 2 – 2,9 dikategorikan baik.

Berdasarkan Tabel 8 tersebut dapat dianalisis secara lebih rinci setiap komponen penilaian Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Serbangan:

Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan

Dari perhitungan data yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan yang terdapat pada Lampiran 3, diperoleh nilai kondisi fisik infrastruktur dalam kondisi baik sebesar 71,575% dan dalam kondisi rusak sebesar 28,425%. Berdasarkan Tabel 5, untuk tingkat kerusakan 21%-40% dimasukkan ke dalam kriteria rusak sedang. Sehingga berdasarkan Tabel 8, untuk kriteria buruk diberi nilai 2.

(40)

pembersihan dan perawatan jaringan irigasi sebaiknya mempunyai jadwal yang tetap yang telah disepakati bersama.

Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan

Kondisi fisik infrastruktur yang rusak sedang mengakibatkan kondisi fungsional yang rusak sedang pula, karena kondisi fungsional jaringan irigasi erat kaitannya dengan kondisi fisik infrastruktur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mansoer (2013), yang menyatakan bahwa kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik, hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya juga demikian.

Dari perhitungan data yang dilakukan untuk penilaian kondisi fungsional Jaringan Irigasi Serbangan yang terdapat pada Lampiran 4, diperoleh nilai kondisi fisik infrastruktur dalam kondisi baik sebesar 60,093% dan dalam kondisi rusak sebesar 39,907%. Berdasarkan Tabel 7, untuk tingkat kerusakan 21%-40% dimasukkan ke dalam kriteria rusak sedang. Sehingga berdasarkan Tabel 8, untuk kriteria buruk diberi nilai 2.

Tingkat Kecukupan Air

(41)

yakni Pondok Bungur, Rawang Pasar IV, Rawang Pasar V, Rawang Pasar VI, Rawang Baru, Rawang Lama dan Bangun Sari.

Pada Jaringan Irigasi Serbangan penanaman padi dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Dalam pernyataan Sebayang (2014), untuk penanaman padi sebanyak dua kali dalam setahun menunjukkan ketersediaan air yang dikategorikan cukup. Sesuai dengan Tabel 8, menunjukkan kategori cukup bernilai 3. Hal ini disebabkan oleh pasokan air di Jaringan Irigasi Serbangan belum cukup untuk mengairi lahan sawah apabila penanaman padi dilakukan tiga kali dalam setahun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu penelaahan ulang mengenai sumber air dan kecukupan air di Jaringan Irigasi Serbangan, sehingga memungkin untuk dilakukannya penanaman padi sebanyak 3 kali dalam setahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prihatman (2000), bahwa pada areal beririgasi lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman.

Tingkat Ketepatan Pemberian Air pada Jaringan Irigasi Serbangan

(42)

Manajemen Kelembagaan Jaringan Irigasi Serbangan

Setiap elemen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Serbangan telah tersedia. Dari hasil penelitian dan data dari dinas PSDA, dapat diketahui manajemen kelembagaan yang meliputi elemen-elemen yang terkait operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada Jaringan Irigasi Serbangan adalah sebagai berikut :

a. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini, terdapat Kepala Ranting. Adapun tugas dari kepala ranting ialah rapat di kantor Kepala Ranting/ Pengamat/UPTD untuk mengetahui permasalahan O&P dan menghadiri rapat di kecamatan atau dinas PSDA kabupaten.

b. Petugas Mantri/Juru Pengairan

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini, terdapat petugas mantri/juru pengairan. Adapun tugas dari petugas mantri/juru pengairan ini ialah membantu kepala ranting/pengamat/UPTD dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan O&P dan melaksanakan instruksi dari kepala ranting.

c. Staf Ranting

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini terdapat staf ranting. Adapun tugas dari staf ranting ini ialah membantu kepala ranting/pengamat/UPTD dalam melaksanakan tugas.

(43)

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini terdapat petugas operasi bendung. Adapun tugas dari petugas operasi bendung ini ialah membuka dan menutup pintu pengambilan utama sesuai jadwal yang direncanakan.

e. Petugas Pintu Air (P2A)

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini terdapat petugas pintu air. Adapun tugas dari petugas pintu air ini ialah membuka dan menutup pintu air pada saluran sekunder maupun tersier sesuai kebutuhan dan memeriksa kondisi pintu air apakah masih dapat berfungsi baik atau tidak.

Karena seluruh elemen kelembagaan yang terkait operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada Jaringan Irigasi Serbangan telah tersedia, sehingga berdasarkan Tabel 8, manajemen kelembangan yang terdapat di Jaringan Irigasi Serbangan dikategorikan sangat baik dan diberikan nilai 4.

Ketersediaan Dana

(44)

khusus. Sementara itu hasil dari wawancara yang dilakukan kepada Petugas Operasi Bendung dapat diketahui bahwa untuk melakukan kegiatan pembersihan dan perawatan jaringan irigasi dilakukan secara bergotong royong sehingga tidak adanya pengeluaran.

Ketersediaan dana pada Jaringan Irigasi Serbangan berasal dari APBN dan APBD dan iuran dari tiap-tiap P3A. Namun biaya yang bersumber badan usaha lainnya belum tersedia, sedangkan dalam Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 dinyatakan bahwa sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari APBN, kontribusi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan dari badan usaha atau sumber lainnya. Berdasarkan Tabel 8, diperlihatkan bahwa ketersediaaan dana yang terdapat di Jaringan Irigasi Serbangan memiliki kategori memadai dan diberikan nilai 3.

Pada Jaringan Irigasi Serbangan, ketersediaan dana ini dapat ditingkatkan dengan adanya kontribusi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya seperti usaha simpan pinjam, koperasi dan UKM (Unit Kecil Menengah).

Sumber Daya Manusia (SDM) pada Jaringan Irigasi Serbangan

(45)

a. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD

Pada Jaringan Irigasi Serbangan, memiliki 1 orang kepala ranting dan 3 orang staf, dimana 1 orang kepala ranting berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang staf berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Petugas Mantri/Juru Pengairan

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini terdapat 1 orang petugas mantri/juru pengairan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)

c. Petugas Operasi Bendung (POB)

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini, terdapat 1 orang petugas operasi bendung, dimana petugas operasi bendung tersebut bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

d. Petugas Pintu Air (P2A)

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini, terdapat 5 orang petugas pintu air yang masing-masing ditempatkan pada bangunan sadap I-VI. Dimana 3 dari 5 petugas ini berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

e. Pekerja Saluran (PS)

Pada Jaringan Irigasi Serbangan ini, pekerja saluran belum terbentuk.

(46)

yang terdapat di Jaringan Irigasi Serbangan dikategorikan kurang memadai sehingga diberikan nilai 2.

Untuk meningkatkan penilaian Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum dikategorikan sangat memadai, maka diperlukan penambahan 2 orang staf untuk membantu kepala ranting dan pembentukan Pekerja Saluran (PS) sebanyak 8 orang terdiri dari 1 orang per 2-3 km panjang saluran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa untuk petugas pelaksana operasi dan pemeliharaan yaitu kepala ranting 1 orang di tambah 5 staf dan Pekerja Saluran (PS) terdiri dari 1 orang per 2-3 km panjang saluran.

Kinerja Kelembagaaan Petani pada Jaringan Irigasi Serbangan

(47)

Tabel 8 memperlihatkan bahwa kelembagaan petani yang terdapat di Jaringan Irigasi Serbangan dikategorikan baik dan diberikan nilai 4. Hal ini dapat dilihat dari struktur kelembagaan, prasaran dan keaktifan anggota memadai, misalnya saja AD/ART tersedia, program kerja berjalan dengan baik, prasarana seperti peralatan bertani, gudang dan lainnya lengkap serta turut turut aktif dalam kegiatan yang menyangkut irigasi.

Berikut keberadaan P3A pada Jaringan Irigasi Serbangan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Keberadaan P3A Jaringan Irigasi Serbangan

N o

Kelompok P3A Luas (Ha)

Desa Kecamatan Ket

1 Pondok Bungur 120 Pondok Bungur Rawang Panca Arga Aktif

2 Dahlia Sinar Jati 134 Rawang Pasar IV Rawang Panca Arga Aktif

Sumber : Keputusan Bupati Asahan, 2015.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Jaringan Irigasi Serbangan dikategorikan baik, dengan jumlah skor dari masing-masing indikator berada pada rentang jumlah skor 2 – 2,9, tepatnya 2,98.

2. Kondisik fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan ialah rusak sedang dengan nilai komponennya 2 dimana persentase kondisi fisik jaringan dalam keadaan baik 79.96%. dan 20.04% dalam keadaan rusak. Sedangkan untuk kondisi fungsional infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan juga dikategorikan rusak sedang dengan nilai komponennya 2, dimana persentase kondisi fungsional jaringan dalam keadaan baik 60,093% atau 39,907% dalam keadaan rusak.

3. Tingkat kecukupan air pada Jaringan Irigasi Serbangan ialah dikategorikan cukup dengan nilai komponen 3, serta untuk ketepatan memperoleh air pada Jaringan Irigasi Serbangan dikategorikan sangat tepat dengan nilai komponen 4.

4. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi: manajemen kelembagaan pada Jaringan Irigasi Serbangan ialah dikategorikan sangat baik dengan nilai komponen 4, ketersediaan dana dikategorikan memadai dengan nilai komponen 3 dan Sumber Daya Manusia (SDM) dikategorikan kurang memadai dengan nilai komponen 2.

(49)

Saran

1. Perlu pemeliharaan dan perbaikan bangunan utama dan saluran irigasi pada Jaringan Irigasi Serbangan secara berkala untuk menjaga kondisi jaringan irigasi tetap berfungsi dengan baik.

2. Perlu peningkatan pola penanaman padi untuk meningkatkan kriteria tingkat kecukupan air menjadi sangat cukup.

3. Perlu penambahan ketersediaan dana untuk meningkatkan kriteria menjadi sangat memadai.

(50)

40

Ayuningtias, D. K., 2014. Aplikasi Pemantauan Kondisi Bangunan Daerah Irigasi Berbasis Geographic Information System (GIS) (Studi Kasus Jaringan Rentang). Universitas Widyatama, Bandung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2013. Produksi Padi di kabupaten Asahan.

Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014. Pedoman Teknis Pemberdayaan Kelembagaan. Kementerian Pertanian.

Helyantina, I. M., 2012. Kajian Efektivitas Implementasi Peraturan Daerah No.02/PD/DPRD/1972 Tentang Irigasi di Daerah Provinsi Bali (Studi Kasus Di Kabupaten Gianyar). Universitas Udayana, Denpasar.

Liestiasari, D., 2014. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi Sub Daerah Irigasi Colo Barat dengan Menggunakan Fuzzy Set Theory.Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Mansoer, S., 2010. Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Jafung SDA.

Mansoer, S., 2013. Penilaian Kinerja Sistem Jaringan Irigasi. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Palangkaraya.

Mawardi, E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.

Pakpahan, A., 1991. Kerangka Analitik untuk Penelitian Rekayasa Sosial: Perspektif Ekonomi Institusi. Prosiding Evolusi Kelembagaan Perdesaan, PSE, Bogor.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2014. Sumatera Utara Diprogramkan Jadi Lumbung Beras Nasional.Diakses dari http://sumutpro 02 Februari 2015.[20:46 WIB].

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 Tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun 2007

Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

(51)

Prihatman. K., 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS, Jakarta.

Puslittan, 2010. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. Diakses dari http://puslittan.bogor.net.Pada tanggal 02 Februari 2015.[12:01 WIB].

Ritonga, D. S., 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Sungai Ular. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Salam, Y., 2014. Analisis Indeks Kinerja Sistem Irigasi di Daerah Irigasi Papah, Kulon Progo. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sayekti, R. W., 2012. Penentuan Kinerja Irigasi pada Bangunan Utama (Secara Seri) di Daerah Irigasi Jilu, Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya, Malang.

Sebayang, M. S., 2014. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Setyawan, C., S. Susanto dan Sukino, 2013. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi. Jurnal Teknotan Vol. 7, No. 2, Yogyakarta.

Sostrodarsono, S. dan Takeda., 1985. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sumadiyono, A., 2012. Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sumaryanto, M. Siregar, D. Hidayat, dan M. Suryadi, 2006. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pertanian Departemen Pertanian.

(52)

Lampiran 1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Pendeskripsian Jaringan Irigasi

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Analisa Data

− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi

− Kinerja pelayanan air

− Kinerja kelembagaan pemerintah

− kinerja kelembagaan petani

Selesai

− Letak dan luas daerah irigasi

(53)

Lampiran 2. Komponen-Komponen Kinerja Sistem Irigasi

Terlambat Tepat Sangat tepat

Input Kondisi dan fungsi

Dampak Jeluk muka air tanah

2 >5 M >3.5-5 M 2-3.5 M <2m

Keberlanjutan Faktor internal 3 Sangat buruk

Buruk Baik Sangat

baik Faktor eksternal 3 Sangat

buruk

Buruk Baik Sangat

baik

(54)

Lampiran 3. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi kewenangan Provinsi Sumatera Utara

Nama Daerah Irigasi : Jaringan Irigasi Serbangan

Luas : 2.333 Ha

Kecamatan : Rawang Panca Arga Kabupaten : Asahan

Tingkat Jaringan : Teknis

No Jenis Infrastruktur Jumlah B RR RB

3 Bangunan Irigasi Lainnya (Buah) 346

- Bangunan Pengatur (Bangunan Bagi/ Bangunan Sadap/ Bangunan Bagi Sadap)

61 48,8 12,2

- Pintu Bangunan Irigasi (Pintu Besar > 60 cm/ Pintu Kecil < 60 cm)

65 52,8 12,2

- Bangunan Pelengkap 120 96 24

- Bangunan Pendukung 100 80 20

Sumber : Dinas PSDA, 2015. Keterangan : B : Baik;

(55)

Lampiran 4. Analisa data kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan Dik : a. Bangunan Utama :

Total bangunan utama (But) = 11 Buah

Bangunan utama yang rusak = 20 % x 2 = 0.4 Bangunan utama berfungsi baik (Buf) = 10 Buah

b. Saluran Irigasi :

Total panjang saluran (St) = 22.587 meter Panjang saluran berfungsi Baik (Sf) = 9077 meter c. Bangunan pada Saluran : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %) Total bangunan (Bt) = 346 Buah

Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 20 % x 346 = 276,8 Dit : Kondisi Fisik Infrastruktur ?

Jawab :

a.Bangunan Utama (Bu) = Buf

But x bobot = 10

11 x 38.65% = 35,136 %

b. Saluran Irigasi (Is) = Sf

St x bobot = 9077m

22.587m x 31.65% = 12,719 %

c. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu

Bt x bobot = 276,8

(56)

Jadi Kondisi Fisik Infrastruktur jaringan irigasi Serbangan ialah : = Bu + Is + Ib

= 35,136 % + 12,719 % + 23.72 % = 71,575% baik

(57)

Lampiran 5. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur Jaringan Irigasi Serbangan

Dik : a. Saluran Irigasi :

Total panjang saluran (St) = 22.587 meter Panjang saluran berfungsi Baik (Sf) = 9077 meter b. Bangunan pada Saluran : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %) Total bangunan (Bt) = 346 Buah

Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 20 % x 346 = 276,8 Dit : Kondisi Fungsional Infrastruktur ?

Jawab :

a. Saluran Irigasi (Is) = Sf

St x 100 % = 9077m

22587m x 100 %

= 40,186 %

b. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu

Bt x 100 % = 276,8

346 x 100 % = 80 %

Jadi Kondisi Fungsional Infrastruktur jaringan irigasi Serbangan ialah : = Is+Ib

2

= 40,186%+80% 2

= 60,093 % baik

(58)

Lampiran 6. Personalia Sumber Daya Manusia Jaringan Irigasi Serbangan

Nama Daerah Irigasi : Jaringan Irigasi Serbangan

Luas : 2.333 Ha

Kecamatan : Rawang Panca Arga Kabupaten : Asahan

Tingkat Jaringan : Teknis

No SDM Kebutuhan

Yang Ada

Kekurangan PNS Non

PNS

Jumlah

1. Ranting/Pengamat/UPTD 2 1 - 1 1

2. Staf Ranting 5 3 - 3 2

3. Mantri/Juru Pengairan 1 1 - 1 -

4. Petugas Operasi Bendung 1 - 1 1 -

5. Petugas Pintu Air 6 3 2 5 1

6. Pekarya 8 - - - 8

(59)

Lampiran 8. Hasil wawancara terhadap Petugas Pintu Air (P2A) Jaringan Irigasi Serbangan

Mahasiswa : Apa saja tugas anda sebagai petugas P2A?

P2A : Menjaga bendungan, membuka dan menutup pintu bendungan sesuai dengan jadwal serta membersihkan bendungan dari

kotoran.

Mahasiswa : Apakah debit air yang dialirkan dari bendungan dapat mencukupi kebutuhan air pada petak-petak sawah?

P2A : Debit air yang dialirkan dari bendungan ke petak-petak sawah pada saat ini masih kurang, untuk mengatasi pemasalahan ini diterapkan sisitem rotasi pengairan atau pemberian air secara bergilir ke petak-petak sawah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karena debit air yang masaih kurang, penanaman di daerah ini masih 2 kali dalam setahun.

Mahasiswa : Bagaimana cara untuk menjaga dan mempertahankan kondisi bendungan dan jaringan irigasi lainnya agar tetap dalam kondisi yang baik?

(60)

Mahasiswa : Kapan saja kegiatan pembersihan dan perawatan tersebut dilakukan?

P2A : Kegiatan pembersihan dan perawatan dilakukan jika dirasa perlu saja. Tidak ada jadwal khusus untuk melakukan kegiatan tersebut, seperti pada saat terjadi bencana banjir maka dilakukan pembersihan dan perawatan pada bendungan.

Mahasiswa : Bagaimana metode yang dilakukan dalam melakukan kegiatan pembersihan dan pemeriksaan bangunan irigasi tersebut?

P2A : Khusus untuk bendungan kegiatan pembersihan dan pemeriksaan bangunan irigasi dilakukan oleh petugas P2A. Sedangkan untuk kegiatan pembersihan dan pemeriksaan bangunan irigasi lainnya dilakukan oleh petani secara gotong royong.

Kisaran, 19 Mei 2015

P2A Jaringan Irigasi Serbangan

(61)

Lampiran 8. Foto Saluran Primer Jaringan Irigasi Serbangan

(62)

Lampiran 10. Foto Pintu Lantai Bendung dan Sayap Bendungan Jaringan Irigasi Serbangan

(63)

Lampiran 12. Foto Saluran Sekunder Jaringan Irigasi Serbangan

(64)

Gambar

Tabel 1. Tabel 1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Komponen penilaian Kriteria penilaian Kategori penilaian
Tabel 2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Komponen Kriteria Bobot Nilai
Tabel 3. Kriteria operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Jumlah skor 3 – 4
Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi No Kondisi fisik infrastruktur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa sasaran 2 kali tanam hanya bisa diperoleh pada tahun 2009 karena belum terjadi penambahan luas lahan beririgasi di Daerah Irigasi Sungai Bunut

Nilai curah hujan efektif dan evapotranpirasi dipakai untuk perhitungan kebutuhan air irigasi dan perencanaan pola tanam. Analisa kebutuhan air irigasi dilakukan dengan membuat

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat

− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi − Kinerja pelayanan air − Kinerja kelembagaan pemerintah − kinerja kelembagaan petani Selesai?. − Letak

Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi didasarkan pada beberapa parameter, diantaranya : kinerja fungsioanl infrastruktur jaringan irigasi

Hal ini menunjukan bahwa sasaran 2 kali tanam hanya bisa diperoleh pada tahun 2009 karena belum terjadi penambahan luas lahan beririgasi di Daerah Irigasi

Dari analisis data yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi