• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SUPLEMENTASI EKSTRAK GAMBIR (

Uncaria gambir Roxb)

DALAM AIR

MINUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP KUALITAS DAN

KANDUNGAN MDA TELUR AYAM PETELUR ISA-BROWN

NI MADE JENITIA ARINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria Gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NI MADE JENITIA ARINI. Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa-Brown. Dibimbing oleh SUMIATI dan RITA MUTIA.

Ekstrak gambir mengandung senyawa polifenol berfungsi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi ekstrak gambir terhadap kualitas dan kandungan MDA (malondialdehida) telur ayam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Peubah yang diamati adalah kualitas telur (bobot telur, persentase putih telur, persentase kuning telur, warna kuning telur, persentase kerabang telur, warna kerabang, rataan tebal kerabang telur, indeks telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit) dan kandungan MDA kuning telur. Materi penelitian menggunakan 90 ekor ayam petelur Isa Brown umur 38 minggu yang dipelihara sampai umur 43 minggu. Perlakuan yang diberikan adalah R0 = air minum kontol, R1 = air minum mengandung ekstrak gambir 20 mg kg-1 BB, R2 = air minum mengandung ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir menurunkan kandungan MDA kuning telur. Suplementasi ekstrak gambir nyata (P<0.05) meningkatkan warna kerabang telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit. Kesimpulan penelitian ini bahwa ekstrak gambir dapat meningkatkan kualitas telur dan berpotensi sebagai antioksidan pada ayam petelur.

Kata kunci : kualitas telur, kuning telur, MDA, Uncaria gambir Roxb

ABSTRACT

NI MADE JENITIA ARINI. Gambier Extract (Uncaria gambier Roxb) Supplementation in the Dringking Water as Antioxidant on Quality and MDA of Egg Laying hens Isa-Brown. Supervised by SUMIATI and RITA MUTIA.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

SUPLEMENTASI EKSTRAK GAMBIR (

Uncaria gambir Roxb)

DALAM AIR

MINUM SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP KUALITAS DAN

KANDUNGAN MDA TELUR AYAM PETELUR ISA-BROWN

NI MADE JENITIA ARINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah antioksidan, dengan judul Suplementasi Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam Air Minum Sebagai Antioksidan terhadap Kualitas dan Kandungan MDA Telur Ayam Petelur Isa Brown.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suplementasi ekstrak gambir serta kombinasinya dalam air minum ayam petelur Isa Brown terhadap kualitas dan kandungan MDA telur ayam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu jalannya penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan membuka wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 5

Peubah yang Diamati 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Suhu Kandang Penelitian 8

Pengaruh Perlakuan terhadap MDA Kuning Telur 12

Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Telur 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

RIWAYAT HIDUP 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Susunan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian 3

2 Komposisi kimia gambir 4

3 Komposisi kimia gambir hasil analisis 4

4 Rataan uji kualitas telur ayam umur 43 minggu 12

5 Rataan uji MDA telur 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam panjang telur 16

2 Hasil analisis ragam lebar telur 16

3 Hasil analisis ragam indeks telur 16

4 Hasil analisis ragam bobot telur 16

5 Hasil analisis ragam bobot putih telur 16

6 Hasil analisis ragam bobot kuning telur 16

7 Hasil analisis ragam bobot kerabang telur 17

8 Hasil analisis ragam tinggi albumen 17

9 Hasil uji lanjut duncan tinggi albumen 17

10 Hasil analisis ragam skor warna kuning telur 17 11 Hasil analisis ragam skor warna kerabang telur 17 12 Hasil uji lanjut duncan skor warna kerabang telur 18

13 Hasil analisis ragam haugh unit 18

14 Hasil uji lanjut duncan Haugh Unit 18

(11)

1

PENDAHULUAN

Telur merupakan salah satu produk unggas yang mempunyai nilai gizi tinggi (Yuwanta 2010). Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan meningkatnya permintaan telur. Menurut BPS (2013) produksi telur ayam ras tahun 2012 sebanyak 197.083 ton, tahun 2013 sebanyak 194.620 ton, dan tahun 2014 sebanyak 197.391 ton. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ayam petelur yang semakin meningkat sehingga menjadi peluang yang besar untuk perkembangan ayam petelur.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban lingkungan yang lebih tinggi atau berada di atas zona nyaman bagi ayam petelur dengan rataan suhu berkisar antara 22 °C - 33 °C, dengan kelembaban antara 55 %- 95 % (BMKG 2013). Kondisi ini kurang ideal untuk pengembangan ternak unggas. Bell dan Weaver (2002) menyatakan suhu nyaman untuk ayam agar dapat berproduksi secara optimal berada pada kisaran 18 °C sampai 23 °C. Suhu lingkungan di atas 30 °C dapat menyebabkan stres pada ayam petelur dewasa. Cekaman panas tersebut menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Mujahid et al. (2007) menyatakan bahwa stres oksidatif yaitu kondisi aktivitas radikal bebas yang melebihi antioksidan. Stres oksidatif tubuh dapat ditentukan dengan mengukur salah satu parameternya, yaitu kadar malondialdehida (MDA) dalam kuning telur ayam. Malondialdehida (MDA) adalah salah satu indikator dari peroksidasi lipida dalam tubuh yang sering digunakan dan berhubungan dengan stres oksidatif (Sahin et al. 2007). Semakin tinggi kadar MDA plasma maka semakin tinggi stres oksidatif yang terjadi dalam sel-sel tubuh (Valko 2006).

Beberapa metode dapat diterapkan untuk mengurangi pengaruh negatif dari stres oksidatif, salah satunya adalah dengan pemberian sumber antioksidan alami seperti ekstrak gambir dalam air minum. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi 2007). Gambir (Uncaria gambir) merupakan sari yang kental yang diperoleh dari pengolahan daun dan tangkai tanaman gambir yang diendapkan, warnanya kuning kecoklatan, rasanya kelat dan berbau khas (Nazir 2000). Ekstrak gambir merupakan salah satu alternatif yang sangat baik sebagai bahan antibiotik dan antioksidan alami. Komposisi kimia ekstrak gambir adalah katekin 7-33%, asam kateku tannat 20- 55%, pirokatekol 20-30%, gambir fluorensi 1-3%, kateku merah 3-5%, kuersetin 2-4%, fixed oil 1-2%, lilin, dan sedikit alkaloid (Nazir 2000). Katekin merupakan senyawa polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri (Arakawa et al. 2004). Tanin ini memiliki khasiat sebagai antibakteri (Lemmens dan Wulijarni 1999). Menurut Hasti et al. (2012) pemberian ekstrak gambir dengan dosis 30, 100 dan 300 mgkg-1 bobot badan (BB) pada mencit efektif sebagai pelindung hati (hepatoprotektor). Pemanfaatan gambir pada ternak unggas termasuk ayam petelur belum banyak dilakukan. Sumber antioksidan alami ini diharapkan mampu mengurangi stres oksidatif pada ayam petelur sehingga dapat mengkasilkan kualitas telur yang baik.

(12)

2

MDA dan kualitas telur pada ayam petelur ISA-BROWN umur 38 minggu yang dipelihara sampai umur 43 minggu.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu pada bulan September sampai dengan Oktober 2014 di Laboratorium Lapang Blok C, analisis kualitas telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,dan analisis MDA telur dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang baterai sebanyak 45 petak masing-masing petak berisi 2 ekor ayam yang terbuat dari kawat yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 92 cm, lebar 47 cm dan tinggi 44 cm. Peralatan yang digunakan adalah lampu sebagai alat penerangan, timbangan, plastik ransum, termometer ruang, nampan telur dan ember plastik.

Peralatan yang digunakan untuk mengukur kualitas fisik telur adalah alat pengukur tebal kerabang, Yolk Colour Fan, meja kaca, timbangan digital AND HL-100 kapasitas 100 gram x 0,01 gram, tripod, dan kantong plastik.

Bahan yang digunakan dalam analisis MDA telur adalah kuning telur, Phosphate Buffered Saline (PBS) KCl , dan larutan campuran (terdiri dari TCA, TBA, dan HCl). Alat yang digunakan dalam analisis MDA telur adalah spoit 3 cc dengan syringe, timbangan digital, tabung reaksi, sentrifuge, vortex, oven, dan spektrofotometer.

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam petelur strain ISA-brown yang berumur 38 minggu sebanyak 90 ekor yang dipelihara sampai umur 43 minggu. Praperlakuan dilakukan selama 1 minggu untuk adaptasi kondisi ayam. Rataan bobot badan awal ayam petelur yang digunakan adalah 1.62 ± 0.05 kg.

Ransum

Ransum yang digunakan adalah ransum basal dalam bentuk mash yang terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, minyak sawit, tepung MBM, DCP, NaCl, CaCO3, premix, dan DL-Methionin. Komposisi ransum yang

(13)

3 menurut Leeson dan Summers (2005), disajikan pada Tabel Susunan dan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian.

Tabel 1 Susunan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian

Bahan Pakan Jumlah (%)

Keterangan : A) Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

dan Teknologi Pakan (2014) ; B) Hasil Perhitungan

Air Minum

(14)

4

Komposisi kimia gambir menurut Nazir (2000) disajikan pada Tabel 2 dan komposisi kimia gambir berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Komposisi kimia gambir (Nazir 2000)

No Nama Komponen (%)

Tabel 3 Komposisi kimia gambir hasil analisis pada penelitian ini

Nama Komponen (%) Metode Pengujian

Katekin 42.82 Spektrophotometri Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2014)

Ekstrak Gambir

(15)

5 jam untuk selanjutnya dilakukan penirisan endapan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan alat cetak. Endapan gambir dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian diletakan di atas alas pencetakan dengan posisi telungkup. Gambir yang sudah dicetak disusun di atas rak pengering yang terbuat dari anyaman bamboo, selanjutnya dijemur atau diletakkan di atas tungku pemasakan (Nazir 2000).

Prosedur

Persiapan Kandang dan Peralatan

Persiapan kandang dimulai dengan memasang kandang berupa kandang baterai yang terbuat dari kawat sebanyak 45 buah. Sebelum kandang dan peralatan lainnya seperti tempat pakan dan air minum digunakan maka dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengapuran dan desinfeksi kandang. Ayam sebanyak 90 ekor dibagi dalam 3 perlakuan dengan 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 6 ekor. Ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal sebelum masuk pada perlakuan kemudian dilakukan pengacakan. Pada umur 39-43 minggu dilakukan pengamatan terhadap perlakuan ransum yang diberikan.

Pemeliharaan

Setiap kandang berisi 2 ekor ayam. Pemeliharaan dilaksanakan selama 6 minggu dengan masa adaptasi pakan selama 1 minggu (umur 38 minggu), masa perlakuan selama 5 minggu (umur 39-43 minggu) dan pengambilan sampel telur untuk diuji kualitas telur selama 2 minggu (umur 42-43 minggu) dan analisis MDA kuning telur (umur 43 minggu). Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi hari (06.00) dan sore hari (16.00). Pemberian air minum dan pengukuran suhu di dalam kandang dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (06.30), siang hari (12.00) dan sore hari (16.30). Telur yang diproduksi setiap harinya ditimbang menggunakan timbangan digital pada sore hari. Penghitungan sisa air minum dilakukan pada pagi (06.30) dan siang hari (12.30), serta penimbangan dan penghitungan pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu.

Peubah yang Diamati

Kualitas Telur

a. Bobot telur (g)

Diperoleh dengan cara menimbang setiap telur yang dihasilkan satu per satu.

b. Bobot putih telur (g) dan persentase bobot kuning telur (%)

Diperoleh dengan menimbang putih telur yang dipisahkan dari kuning telur. Bobot putih telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telur.

Persentase bobot putih telur = Bobot putih telur x 100% Bobot telur

(16)

6

Diperoleh dengan menimbang kuning telur yang telah dibuang khalazanya. Bobot kuning telur tersebut kemudian dihitung persentase bobotnya dari bobot telur.

Persentase bobot kuning telur = Bobot kuning telur x 100% Bobot telur d. Warna kuning telur

Diukur dengan menggunakan Yolk Colour Fan. Pemberian skor warna pada kuning telur sesuai dengan angka yang tertera pada Yolk Colour Fan. e. Bobot kerabang telur (g) dan persentase bobot kerabang telur (%)

Diperoleh dengan menimbang kerabang telur yang telah dibersihkan bagian dalamnya. Bobot kerabang tersebut kemudian dihitung persentasenta dari bobot telur.

Persentase bobot kerabang telur = Bobot kerabang telur x 100% Bobot telur

f. Warna kerabang telur

Diukur dengan menggunakan Brown Colour Indicator. Pemberian skor warna pada kerabang telur sesuai dengan angka yang tertera pada Brown Colour Indicator.

g. Tebal kerabang telur (mm)

Tebal kerabang telur diukur dengan menggunakan alat mikrometer sekrup pada bagian tengah (equator), ujung tumpul, dan ujung lancip telur kemudian dirata-ratakan.

h. Indeks telur

Indeks telur didapat dengan cara menghitung perbandingan antara diameter lebar telur dengan diameter panjang telur.

i. Tinggi putih telur

Tinggi putih telur diukur dengan alat micrometer crup. j. Haugh Unit

Haugh Unit didapat dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta 2010).

Haugh Unit (HU)= Log 100 (H+7.57 – 1.7 W 0.37).

Analisis MDA Kuning Telur

(17)

7 air mengalir kemudian disentrifuse kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Setelah didapatkan supernatan dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm untuk mengukur absorbansinya.

MDA (µmol/g protein) = A (µmol/g x 50 µL X 7.5 ml) 1.25g (bb)

Keterangan :

A = Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva standar 50 µL = Standar deviasi 5 µM

7.5 ml = Pengenceran

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 6 ekor ayam. Model matematik yang digunakan adalah :

Yij = µ + τi + ε ij Keterangan :

Yij = Respon percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j μ = Nilai rataan umum dari pengamatan

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh error (galat) perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : R0 = Air minum kontrol

R1 = Air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB R2 = Air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu Kandang Penelitian

(18)

8

kandang berada di atas kisaran suhu nyaman untuk ayam. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya stres oksidatif yang tinggi pada ayam petelur yang berpengaruh terhadap produksi telur sehingga untuk mengatasinya diperlukan penambahan ekstrak gambir dalam air minum.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Telur

Hasil pengamatan uji kualitas telur ayam umur 43 minggu pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5.Hasil analisis ragam terhadap kualitas telur ayam umur 42 minggu menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 20 mg kg-1 BB (R1) dan 40 mg kg-1 BB (R2) dalam air minum tidak mempengaruhi berat telur, persentase putih telur, persentase kuning telur, warna kuning telur, persentase kerabang telur, rataan tebal kerabang dan indeks telur. Suplementasi ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB (R2) nyata (P<0.05) meningkatkan warna kerabang telur, tinggi putih telur dan Haugh Unit.

Tabel 4 Hasil uji kualitas telur ayam umur 43 minggu

Peubah Perlakuan Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05),

R0 (Air minum kontrol), R1 (Air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB dalam air), R2 (Air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB dalam air)

Berat Telur

(19)

9

bobot telur. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa kenaikan terjadi secara perlahan setelah 30 minggu dan akan mencapai berat maksimal setelah umur 50 minggu. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2008) bahwa klasifikasi telur konsumsi berdasarkan bobotnya dibedakan menjadi tiga kategori yaitu kecil (kurang dari 50 gram), sedang (50-60 g), dan besar (lebih dari 60 g). Berdasarkan pernyataan tersebut telur dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sedang. ISA (2011) menyatakan bahwa rata-rata bobot telur Isa Brown umur 41-43 minggu adalah 63.3-63.5 g butir. Hal ini menunjukkan bahwa rataan bobot telur yang dihasilkan lebih rendah dari standar. Rataan bobot telur yang rendah diduga karena temperatur lingkungan yang lebih tinggi dari zona nyaman ternak.

Persentase Putih Telur

Rataan berat putih telur ayam pada penelitian ini berkisar antara 33.57 g sampai 35.02 g, dengan persentase berkisar antara 61.19 % sampai 62.04 %. Nilai rataan bobot dan persentase berat putih telur pada penelitian ini masih berada dalam kisaran normal standar putih telur, yaitu berkisar 60% - 63% (Yamamoto et al. 1996; Robert 2004). Suplementasi ekstrak gambir berpotensi sebagai antioksidan yang mempunyai pengaruh dalam mengurangi stres oksidatif yang disebabkan cekaman panas saat pemeliharaan sehingga, kebutuhan nutrien ternak terutama protein dapat tercukupi dari ransum yang diberikan yang akan mempengaruhi bobot dan persentase putih telur. Bell dan Weaver (2002) mengemukakan bahwa besar telur dalam batas tertentu akan meningkat apabila ketersediaan protein terpenuhi, karena diperlukan untuk membentuk albumen.

Persentase Kuning Telur

Rataan berat kuning telur ayam pada penelitian ini berkisar antara 13.69 g sampai 15.00 g, dengan persentase berkisar antara 25.19 % sampai 26.27 %. Persentase berat kuning telur ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan standar. Menurut Bell dan Weaver (2002), bahwa bobot kuning telur berkisar antara 30% - 32% dari total bobot telur. Rendahnya presentase berat kuning telur yang dihasilkan pada panelitian ini disebabkan karena selama penelitian suhu lingkungan kandang pada siang hari yang relatif tinggi yaitu 31.1°C – 31.6°C. Suhu lingkungan yang relatif tinggi dapat mempengaruhi fisiologis ayam secara langsung. Ternak akan lebih banyak mengkonsumsi air minum untuk mempertahankan suhu tubuhnya dibandingkan konsumsi ransum sehingga, kebutuhan nutrient tidak dapat terpenuhi dari ransum yang diberikan. Hal ini menyebabkan penuruan bobot dan persentase kuning telur. Amrullah (2004) melaporkan bahwa besar kecilnya kuning telur berkorelasi positif dengan besar kecilnya ukuran telur. Ukuran kuning telur akan meningkat ketika umur ayam bertambah yang diikuti oleh penurunan persentase kerabang dan albumen (Silversides dan Scott 2001).

Warna Kuning Telur

(20)

10

pada senyawa fenol yang merupakan salah satu sifat tannin (Yeni 2007), misalnya dalam ekstrak gambir. Lenny (2006) melaporkan bahwa senyawa fenol merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Pemberian pigmen warna kuning telur yang ada dalam ransum secara fisiologis akan diserap oleh organ pencernaan usus halus dan diedarkan ke organ target yang membutuhkan (Sahara 2011). Pigmen akan ditransfer ke kuning telur dan terjadi peningkatan warna kuning telur (Salma et al. 2007). Warna kuning telur dalam penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan karoten dalam ransum tetapi dipengaruhi juga oleh zat warna pada senyawa fenol yang terdapat dalam air minum mengandung ekstrak gambir.

Persentase Kerabang Telur

Nilai rataan berat kerabang telur pada ayam umur 43 minggu penelitian ini berada di atas kisaran normal. Rataan ini lebih besar dari hasil penelitian Mube et al. (2003) yang melaporkan bahwa persentase bobot kerabang telur untuk strain ISA-brown adalah 9.40-10.30%. Hal ini terjadi karena ayam betina yang dipelihara masih dalam usia produktif sehingga lebih efisien dalam membentuk dan mendeposit kalsium dan mineral lain yang diperlukan pada pembentukan kerabang (Romanoff dan Romanoff (1963). Kerabang telur mengandung sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya seperti magnesium, fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mangan, dan tembaga (Gary et al. 2009).

Warna Kerabang Telur

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 40 mg kg-1 BB (R2) dalam ransum nyata meningkatkan (P<0.05) warna kerabang telur ayam umur 43 minggu (Tabel 5). Peningkatan warna kerabang dikarenakan kandungan tanin yang terdapat dalam gambir memiliki warna merah kecoklat-coklatan yang merupakan salah satu sifat dari tannin (Yeni 2007). Kandungan tannin yang berasal dari ekstrak gambir meningkatkan proses pigmentasi warna kerabang telur. Proses pigmentasi kerabang telur disebabkan oleh pigmen protoporphyrin. Protoporphyrin merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel-sel epitel yang ada di dinding uterus yang akan terdeposit di dalam permukaan kerabang telur (Liu et al. 2010). Anderson (2011) menyatakan bahwa beberapa senyawa protoporphyrin kemudian terserap ke dalam jaringan palisade kerabang telur. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tannin ekstrak gambir meningkatkatkan pigmen protoporphyrin karena sifat yang dimiliki tannin sehingga berpengaruh terhadap warna kerabang telur.

Rata-rata Tebal Kerabang

(21)

11 oksidatif. Penurunan penguapan melalui panting menyebabkan penurunan

produksi CO2 yang akan mempengaruhi peningkatan penyerapan kalsium

karbonat (CaCO3) dalam ransum secara aktif. Menurut Gary et al. (2009), bahwa

komposisi kerabang telur sekitar 95% adalah kalsium dalam bentuk kalsium karbonat. Kerabang telur memiliki sifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat kuat pada bagian luar dari lapisan membrane kulit luar (Winarno dan Koswara 2002). Kualitas kerabang telur tergantung dari kemampuan ternak ayam dalam mengabsorbsi kalsium yang ada dalam pakan. Kualitas kerabang telur ditentukan oleh tebal dan struktur kerabang telur.

Indeks Telur

Rataan indeks telur perlakuan berkisar antara 0.74 – 0.78. Nilai rataan indeks telur berada dalam kategori normal jika dibandingkan dengan nilai standar indeks telur. Menurut Nasution (2009), bahwa indeks telur yang baik berkisar 0.70-0.79. Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar telur terhadap panjang telur (Suprijatna et al. 2005). Nilai indeks telur yang mendekati 1 artinya telur tersebut memiliki bentuk yang bulat sehingga kualitas telur rendah. Sodak (2011) melaporkan bahwa bentuk telur yang semakin bulat tersebut umumnya memiliki nilai indeks telur yang lebih tinggi. Hafez (2000) menyatakan bahwa kekurangan nutrien seperti Ca dan P dapat menimbulkan terjadinya bentuk kerabang telur yang tidak proporsional baik dari panjang maupun lebarnya. Bentuk kerabang telur yang tidak proposional akan sangat berpengaruh terhadap indeks telur yang dihasilkan.

Tinggi Putih Telur dan Haugh Unit (HU)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB (R2) dalam air mium nyata meningkatkan (p<0.05) tinggi putih telur dan Haugh Unit ayam umur 43 minggu. Tinggi putih telur merupakan indikator dalam pengukuran kualitas telur lainnya yaitu Haugh Unit. Level kadar katekin yang tinggi yang digunakan dalam penelitian dapat mempertahankan kekentalan putih telur. Suplementasi ekstrak gambir dalam air minum dapat mengurangi kehilangan gas CO2 dari telur sehingga dapat mempertahankan kemampuan ovomucin

dalam menjaga kekentalan putih telur. Ovomucin merupakan glikoprotein berbentuk serabut dan dapat mengikat air membentuk struktur gel.

(22)

12

Pengaruh Perlakuan terhadap MDA Kuning Telur

Tabel 5 Kadar MDA kuning telur ayam umur 43 minggu

Perlakuan

R0 R1 R2

Kadar MDA (µg g-1 sampel) 5.67 ± 2.16 5.46 ± 1.01 5.56 ± 1.70

Penurunan MDA kuning telur (%) 0 3.70 1.94

Keterangan : Hasil pengukuran MDA kuning telur (umur ayam 43 minggu); R0 (Ransum kontrol), R1 (R0 + air minum mengandung ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB), R2 (R0 + air minum mengandung ekstrak gambir 40 mgkg-1 BB)

Malondialdehida (MDA) adalah salah satu indikator dari peroksidasi lipida dalam tubuh yang sering digunakan dan berhubungan dengan stres oksidatif (Sahin et al. 2007). Menurut Helliwell dan Gutteridge (1999) MDA merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas. Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel.

Suplementasi ekstrak gambir 20 mgkg-1 BB (R2) menurunkan kadar MDA sebesar 3.70 %, walaupun secara statistik tidak nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Rayani (2015), bahwa pemberian ekstrak gambir dalam air minum untuk ayam petelur umur 40-43 minggu dapat menurunkan kadar MDA dalam darah mencapai 27.38%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak gambir berpotensi sebagai antioksidan untuk mengurangi pengaruh stres oksidatif pada ayam walaupun persentate penurunnya pada MDA kuning telur lebih rendah dibandingkan MDA dalam darah.

Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA. Adanya katekin mengindikasikan bahwa ekstrak gambir mempunyai aktivitas antioksidan pada ayam petelur. Gambir sebagai antioksidan yang bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk produk yang lebih stabil. Peran antioksidan adalah untuk mengubah bentuk radikal bebas ke dalam ikatan-ikatan yang aman sehingga menghentikan proses peroksidasi lipid. Efek antioksidan senyawa fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang berperan dalam menetralisasi radikal bebas (Panovska et al. 2005). Besarnya kandungan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak gambir maka akan semakin besar potensinya dalam menurunkan MDA karena peran antioksidan yaitu menghambat terjadinya peroksidasi lipid.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(23)

13

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan level ekstrak gambir yang sesuai untuk melihat penggunaan ekstrak gambir yang optimal dan kadar antioksidan dalam ekstrak gambir yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi.

Anderson KE, Al-Batshan HA, Scheideler SE, Black BL, Garlich JD. 1994. Duodenal calcium uptake, femur ash, and eggshell quality decline with age and increase following molt. Poult Sci. 73:1590–1596.

Arakawa H, Masako M, Robuyusi S, Miyazaki. 2004. Role of Hydroge Peroxide in Bactericidal Action of Catechin. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 27: 227- 288.

Bell D, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke-5. New York (US): Springer Science and Business Media.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Prakiraan Cuaca Indonesia 2013. Jakarta (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Gary D, Butcher DVM, Miles R. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Florida (US): Gainesville.

Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Lea & Febiger. Philadelphia (P): 385-393. 394-398.

Hasti S, Husni M, Amri B. 2012. Uji aktivitas hepatoproteksi dan toksisitas akut dari ekstrak gambir terstandarisasi. Penelitian Farmasi Indonesia. 1:34-38. Halliwell B, Gutteridge JMG. 1999. Free Radical in Biology and Medicine. Ed

ke-3. Oxford (GB): Oxford Univ Pr. 105 -220.

ISA. 2011. Isa Brown Commercial Layer Production Chart. A Hendrix Genetics Company.

Kusumasari DP, Mangisah I, Estiningdriati I. 2013. Pengaruh penambahan vitamin a dan e dalam ransum terhadap bobot telur dan mortalitas embrio ayam kedu hitam.J Anim Agri. 2(1): 191 – 200

Lemmens RHMJ, Wulijarni Soetjipto N. 1999. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Bogor (ID): Balai Pustaka.

Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Ed. Ontarion, Canada (CA): University Books, Guelph.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Nottingham (US): Nottingham Univ Pr.

(24)

14

Liu HN, Liu Y, Hu LL, Suo YL, Zhang L, Jin F, Feng XA, Teng N, Li Y. 2014. Effects of dietary supplementation of quercetin on performance, egg quality, cecal microflora populations, and antioxidant status in laying hens. Poult Sci 93 : 347–353

Mube I, Rapp C, Bain MM, Nyss V. 2003. Supplementation of corn-soybean meal diet with manganese, copper and zinc from organic or inorganic sourcesimproves eggshell quality in age laying hens. Poult Sci. 82:1903 1913.

Muharlien. 2010. Meningkatkan kualitas telur melalui penambahan teh hijau dalam pakan ayam petelur. Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5: 32-37. Mujahid A, Akiba Y, Toyomizu M. 2007. Acute heat stres incudes oxidative

stres and decreases adaption in young white leg-horn cockerels by down regulation of avian uncoupling protein. Poult Sci. 86:364-371.

Nasution, Saddat, Adrizal. 2009. Pengaruh Pemberian Level Protein-Energi Ransum Yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur Ayam Buras. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.

Nazir N. 2000. Gambir, budidaya, pengolahan hasil dan prospek diversifikasinya. Padang (ID): Yayasan Hutanku.

Panovska TK, Kulevanova S, Stefova. 2005. In Vitro Antioxidant Activity of Some Teucrium Spesies (Lamiaceae). Acta Pharm. 55 : 207-214.

Rayani TF. 2015. Pemberian ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai antioksidan dalam air minum terhadap performa ayam petelur Isa Brown umur 40-43 minggu [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Rice Evans C, Anthony TD. 1991. Techniques In Free Radical Research. Elsevier. Pp 146-202 powder supplementation on performance and lipid peroxidation in quail. Poult Sci.87:276–283.

Salma U, Miah AG, Tareq KMA, Maki T, Tsujii H. 2007. Effect of Dietary Rhodobacter capsulatus on Egg-Yolk Cholesterol and Laying Hen Performance. Poult Sci. 86 : 714–719.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Telur Ayam Konsumsi SNI-3926:2008. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Silversides FG, T A Scott. 2001. Effect of storage and layer age on quality of eggs from two line of hens. Poult Sci. 80: 1240-1245.

Sodak FJ. 2011. Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada Dua Peternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Ke-3. Terjemahan. Jakarta (ID): PT Gramedia.

(25)

15 Valko M, D Leibfritz J, Moncol M T, Cronin MM, Telser J. 2006. Free Radical,

metal and antioxidant in oxidative stres induced cancer. Chem Biol. 160:1-40.

Wang JP, Yoo JS, Lee JH, Zhou TX, Jang HD, Kim HJ, Kim IH. 2009. Effects of phenyllactic acid on production performance, egg qualityparameters, and blood characteristics in laying hens. J. Appl. Poult. Res. 18:203–209 Winarno FG, Koswara S. 2002. Telur:Komposisi, Pengamatan dan

Pengolahannya. Bogor (ID): M-Brio Pr.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wu G, Bryant MM, Voitle RA, Roland SDA. 2005. Effect of dietary energy on performance and egg composition of Bovans white and Dekalb white hens during phase I. Poult Sci. 84:1610–1615.

Yamamoto T, Juneja LR, Hatta H, Kim M. 2007. Hen Eggs: Basic and Applied Science. Canada (CA): Alberta Univ Pr.

Yeni G. 2007. Diversifikasi Produk Gambir. Padang (ID): Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan Padang

(26)

16

Lampiran 1 Hasil analisis ragam panjang telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 9.185 4.592 1.770 .212

Galat 12 31.137 2.595

Total 14 40.322

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 2 Hasil analisis ragam lebar telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .412 .206 .154 .859

Galat 12 16.020 1.335

Total 14 16.432

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 3 Hasil analisis ragam indeks telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .003 .001 1.215 .331

Galat 12 .013 .001

Total 14 .015

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 4 Hasil analisis ragam bobot telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 21.066 10.533 2.273 .146

Galat 12 55.608 4.634

Total 14 76.674

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot putih telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 6.175 3.087 .690 .520

Galat 12 53.694 4.475

Total 14 59.869

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 6 Hasil analisis ragam bobot kuning telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 4.291 2.145 1.405 .283

Galat 12 18.325 1.527

Total 14 22.616

(27)

17 Lampiran 7 Hasil analisis ragam bobot kerabang telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .090 .045 .226 .801

Galat 12 2.403 .200

Total 14 2.493

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 8 Hasil analisis ragam tinggi albumen

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 2.608 1.304 5.739 .018

Galat 12 2.727 .227

Total 14 5.335

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 9 Hasil uji lanjut duncan tinggi albumen

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 5 8.5160

1 5 8.7240

2 5 9.4860

Sig. .503 1.000

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 10 Hasil analisis ragam skor warna kuning telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .033 .017 .111 .896

Galat 12 1.800 .150

Total 14 1.833

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 11 Hasil analisis ragam skor warna kerabang telur

SK db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 1.633 .817 4.261 .040

Galat 12 2.300 .192

Total 14 3.933

(28)

18

Lampiran 12 Hasil uji lanjut duncan skor warna kerabang telur

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 5 8.2000

1 5 8.5000 8.5000

2 5 9.0000

Sig. .300 .096

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 13 Hasil analisis ragam haugh unit

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 42.907 21.454 5.846 .017

Galat 12 44.039 3.670

Total 14 86.946

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 14 Hasil uji lanjut duncan Haugh Unit

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 5 93.5940

1 5 94.0800

2 5 97.4000

Sig. .695 1.000

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 15 Hasil analisis ragam rata-rata tebal kerabang

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .001 .000 3.650 .058

Galat 12 .002 .000

Total 14 .003

(29)

19 Lampiran 16 Hasil analisis ragam persentase bobot putih telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 2.270 1.135 .235 .794

Galat 12 57.836 4.820

Total 14 60.106

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 17 Hasil analisis ragam persentase bobot kuning telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 3.181 1.590 .314 .737

Galat 12 60.840 5.070

Total 14 64.020

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 18 Hasil analisis ragam persentase berat kerabang telur

SK Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan 2 .312 .156 .203 .819

Galat 12 9.225 .769

Total 14 9.537

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1993 di Lampung Tengah dari ayah I Made Liyah dan ibu Made Diasmiati. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Xaverius Seputih Mataram, Lampung Tengah pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Fajar Mataram, Seputih Mataram dan diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP N 1 Kurnia Mataram, Seputih Mataram dimulai pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis melanjutkan

pendidikan di SLTA N 1 Fajar Mataram, Seputih Mataram pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam divisi kerohanian dan sosial lingkungan UKM Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma IPB periode 20011-2013. Penulis aktif dalam Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) periode 2013-2015 sebagai Penaggung Jawab Kebun. Penulis aktif dalam Organisaasi Brahmacarya Bogor sebagai pengurus periode 2013-2015. Penulis pernah mengikuti lomba atletik lompat jauh dan sprint 10 meter dalam acara DEKAN CUP Fakultas Peternakan dan menjadi juara 1 lompat jauh putri dan juara 1 sprint 100 meter putri secara berturut-turut dari tahun 2013-2014 dan juara 3 sprint 100 meter putri pada tahun 2015. Penulis pernah mengikuti lomba atletik lompat jauh dan sprint 10 meter dalam acara Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan menjadi juara 3 lompat jauh putri.

Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Mandiri Edukasi pada tahun 2011-2013. Selain itu penulis juga menjadi penerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dari donatur Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) pada tahun 2013-2014 dan penerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dari donatur Perusahaan Gas Negara (PGN) pada tahun 2014-2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi sebagai salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(31)

21 yang telah diberikan. Terima kasih sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Asep Sudarman, MRur Sc dan Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji sidang pada Jumat tanggal 19 Juni 2015 atas segala saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dilla Mariestia Fassah, SPt, MSc selaku dosen pembahas seminar yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat pada Kamis tanggal 27 November 2014.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah (I Made Liyah) dan Ibu (Made Diasmiati) sebagai orang tua yang telah membantu dalam berbagai hal terutama kasih sayangnya yang tulus, motivasi dan inspirasi yang sangat membangun, serta kakak dan adik-adik saya (Ni Wayan Marliasari, Ni Komang Elma Liana, I Putu Wahyu Diasmika, Ni Made Regina Prameswari) dan juga teman terkasih saya (I Wayan Samudra Kusuma Wijaya) yang selalu menjadi semangat untuk penulis.

Gambar

Tabel 1  Susunan kandungan nutrien ransum ayam petelur penelitian
Tabel 2 Komposisi kimia gambir (Nazir 2000)
Tabel 4 Hasil uji  kualitas telur ayam umur 43 minggu

Referensi

Dokumen terkait

Jika semula seorang calon sarjana dapat mengatakan bahwa kepustakaan tentang sesuatu yang akan ditulisnya sebagai tesis itu belum ada, karena tidak bisa diketemukan di

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Untuk mewujudkan cita-citanya, Penulis yang kala itu berusia sekitar 5 tahun diantar Bapaknya menuju lembaga pendidikan dan diserahkan kepada Kepala Taman

Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan pasien psoriasis dengan sindrom metabolik.. Hubungan antara usia

korban dengan pendekatan yang berbeda khususnya mengenai kekerasan dalam berpacaran. Saran untuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pemasaran khususnya penggunaan teori

Pengamanan terhadap file yang terhubung dengan komputer sudah tidak lagi menjamin keamanan data karena kebocoran data dapat disebabkan oleh “orang dalam” atau pihak–pihak

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja pada BPKBMD adalah bahwa organisasi ini menggunakan dana yang berasal dari pendapatan asli daerah yang terdiri dari