• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura Dan Persilangan (Madura-Limousin)(Studi Kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura Dan Persilangan (Madura-Limousin)(Studi Kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan)."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN PROFITABILITAS USAHA

PENGGEMUKAN SAPI MADURA DENGAN SAPI

PERSILANGAN (MADURA-

LIMOUSIN

)

(

Studi kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan)

MUHAMMAD KARIMULLAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura dengan Sapi Persilangan (Madura-Limousin). (Studi kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan) adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Muhammad Karimullah

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD KARIMULLAH. Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura dan Persilangan (Madura-Limousin)(Studi kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan). Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Sapi potong merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor peternakan. Salah satu bangsa sapi potong yang mempunyai potensi besar untuk memenuhi kebutuhan daging nasional adalah Sapi Madura dan persilangan Sapi Madura dengan Limousin (Madrasin). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbandingan profitabilitas pada usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin. Berdasarkan pengamatan pada kelompok tani ternak Harapan Jaya I Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan dengan menggunakan metode purposive sampling memperoleh hasil sebagai berikut: Rata-rata perolehan nilai profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura mencapai 10.06 persen, sedangkan rata-rat perolehan nilai profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madrasin sebesar 12.63 persen. Profitabilitas usaha penggemukan sapi Madrasin lebih tinggi dibandingkan usaha penggemukan Sapi Madura.

Kata kunci: madrasin, potensi, profitabilitas, sapi madura

ABSTRACT

MUHAMMAD KARIMULLAH. Comparative Analysis of Profitability between Fatteting of Madura Cattle and Madrasin cattle (Case study in: Banyubunih village of Galis subdistrict of Bangkalan district). Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

Beef cattle is one of the main commodities of livestock subsector. On of the nation’s beef cattle that have great potential to meet the needs of the national beef was madura cattle and cross breed catlle (madrasin). The purpose of this study is to analyze the profitability ratio of fattening madura cattle and madrasin. Based examination of farmer group Harapan Jaya I Banyubunih village of Galis subdistrict of Bangkalan district using purposive sampling method obtained following results: Average grades of Madura Cattle feedlot profitability reached 10.06 percent, while the average rate grades Cattle fattening profitability Madrasin of 12.63 percent. Profitability of fattening cattle Madrasin higher than Madura Cattle fattening.

(5)

ANALISIS PERBANDINGAN PROFITABILITAS USAHA

PENGGEMUKAN SAPI MADURA DENGAN SAPI

PERSILANGAN (MADURA-

LIMOUSIN

)

(

Studi kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan)

MUHAMMAD KARIMULLAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura dengan Persilangannya (Madura-Limousin) ini dilaksanakan sejak bulan Februari-April 2014 di Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Sumber dana dalam penelitian ini adalah dari Program Beasiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama Republik Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembibing, Ir. Narni Farmayanti, MSi dan Dr. Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen wali akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan.Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Burhanudin MM dan Ir. Narni Farmayanti, MSc sebgai dosen penguji dalam ujian sidang skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Zainuri selaku Ketua gabungan kelompok tani ternak Harapan Jaya I, Bapak M. Romli, dan seluruh pihak dari kelompok tani ternak Harapan Jaya I dan yang lainnya yang telah membantu selama pengumpulan data dan penelitian.Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta Abdul Wahab Hasan Ilyas dan Toyibah Syafi’i Mudhar serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 8

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 10

Sejarah Sapi Indonesia 10

Usaha Ternak Sapi Potong 11

Analisis Profitabilitas 15

KERANGKA PEMIKIRAN 16

Kerangka Pemikiran Teoritis 16

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 21

Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data 22

Definisi Operasional Penelitian 22

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Gambaran umum Desa Banyubunih 23

Kelompok Tani Ternak Harapan Jaya I 23

Tatalaksana Pemeliharaan 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 33

Identifikasi Usaha Penggemukan Sapi Madura 33

Analisis Pendapatan 33

Analisis Profitabilitas 40

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(10)

DAFTAR TABEL

1. PDB subsektor peternakan atas dasar harga berlaku 2010-2013* 1 2. Konsumsi daging sapi nasional tahun 2010-2014 2

3. Suplai daging sapi Indonesia tahun 2010-2014 2

4. Populasi sapi potong Indonesia tahun 2009-2013* 3 5. Populasi sapi potong Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012 4 6. Perkembangan populasi sapi di Pulau Madura Tahun 2005-2011 5 7. Realisasi kegiatan Iseminasi Buatan (IB) di Pulau Madura pada tahun

2011 6

8. Realisasi kegiatan iseminasi buaran (IB) Kabupaten Bangkalan 2013 7 9. Realisasi kelahiran kegiatan Iseminasi Buatan (IB) Kabupaten

Bangkalan Tahun 2013 7 10. Komposisi umur peternak responden di Desa Banyubunih Kecamatan

Galis Kabupaten Bangkalan 24

11. Sebaran tingkat pendidikan peternakresponden di Desa Banyubunih

Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan 25

12. Pengalaman responden dalam beternak 26

13. Karakteristik kandang pada peternak responden 28 14. Karakteristik kadndang pada peternak responden 30

15. Komposisi pemberian pakan 31

16. Karakteristik sapi pada peternak responden 35

17. Biaya investasi pada peternak responden 36

18. Rincian biaya tetap pada peternak responden 37

19. Biaya tetap pada peternak responde 38

20. Rincian penerimaan pada peternak responde 39

20. Rincian pendapatan pada peternak responden 40

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 20

2 Sapi Madrasin dan Madura 27

3 Kandang satu atap deng dapur 25

4 Kandang tidak satu atap dengan dapur 26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Madura 47

2 Operasional Usaha Penggemukan Sapi Madura 49

3 Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Madrasin 51

4 Operasional Usaha Penggemukan Sapi Madrasin 53

5 Rincian Biaya Tidak Tetap Responden 55

6 Biaya Investasi 56

7 Rincian Penerimaan Responden Usah Penggemukan Sapi Madura dan

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam sudut pandang yang luas. Subsektor peternakan mempunyai peran penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan terus menunnjukkan peningkatan yang nyata. PDB merupakan ukuran untuk mengetahui nilai akhir suatu produk dalam periode tertentu di suatu negara berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.

Tabel 1 PDB subsektor peternakan atas dasar harga berlaku 2010-2013* Tahun

2010 2011 2012* 2013**

(milyar rupiah)

Pertanian 985 470.50 1 091 447.10 1 193 452.90 1 311 037.30

Tanaman pangan 482 377.10 529 967.80 574 916.30 621 832.70

Tanaman perkebunan 136 048.50 153 709.30 162 542.60 175 248.40

Peternakan 119 371.70 129 297.70 145 720.00 165 162.90

Kehutanan 48 289.80 51 781.30 54 906.50 56 994.20

Perikanan 199 383.40 226 691.00 255 367.50 291 799.10

PDB Indonesia 6446851.90 7 419 187.10 8 229 439.40 9 083 972.20

% PDB subsektor peternakan

terhadap PDB Pertanian 12.11 11.84 12.20 12.59

% PDB pertanian terhadap PDB

Indonesia 15.28 14.71 14.50 14.43

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014) Keterangan *) Angka sementara

Berdasarkan pada data Tabel 1 menunjukkan besarnya sumbangan subsektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia yang dilihat berdasarkan PDB. Pada tahun 2010 PDB subsektor peternakan mencapai 119371.70 milyar rupiah atau 12.11 persen dari PDB pertanian, besaran angka tersebut terus meningkat hingga tahun 2013 dalam angka prediksi mencapai 165162.90 miliar rupiah. Rata-rata pertumbuhan PDB subsektor peternakan terhadap PDB pertanian selama empat tahun ini mencapai 12.18 persen. Sedangkan rata-rata pertumbuhan PDB sektor pertanian terhadap PDB Indonesia dalam kurun waktu 2010-2013 mencapai 14.73 persen. Data PDB subsektor peternakan yang terus mengalami peningkatan merupakan bukti akan pentingnya subsektor peternakan terhadap perekonomian Indonesia. Keberadaan subsektor peternakan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk memenuhi permintaan terhadap daging sapi sebagai sumber protein hewani.

(14)

2

protein hewani khususnya protein hewani dari daging sapi, konsumsi daging sapi nasional terus mengalami peningkatan. Sedangkan ketersediannya cenderung tidak dapat mengimbangi peningkatan konsumsi daging sapi dalam negeri yang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data permintaan atau konsumsi daging nasional pada tabel 2 :

Tabel 2 Konsumsi daging sapi nasional tahun 2010-2014

No. Tahun Permintaan

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Tahun (2013) Keterangan : *) Angka sementara

Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan bahwa konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2011 menunjukkan peningkatan sebesar 35 ribu ton atau meningkat sebesar 8.45 persen, tahun 2012 meningkat sebesar 35 ribu ton atau sebesar 7.79 persen, tahun 2013 meningkat sebesar 65 ribu ton atau 13.42 persen, dan pada tahun 2014 diprediksi akan meningkat sebesar 44 ribu ton atau 8.01 persen. Salah satu faktor yang meningkatkan konsumsi daging nasional adalah kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, dan juga pertumbuhan penduduk maupun peningkatan pendapatan perkapita. Konsumsi daging sapi terus meningkat dari tahun ketahun tentunya harus diiringi oleh peningkatan produksi daging sapi dalam negeri sebagai upaya untuk mencapai ketahanan pangan.

Tabel 3 Suplai daging sapi Indonesia tahun 2010-2014

(15)

3 sebesar 20 ribu ton atau menurun sebesar 21.05 persen, dan pada tahun 2014 jumlah impor daging diprediksi akan turun sebesar 17 ribu ton atau menurun sebesar 22.66 persen. Sebaliknya suplai daging dari dalam negeri mengalami peningkatan yang nyata. Tahun 2010 suplai daging dari dalam negeri hanya sebasar 195 ribu ton, meningkat pada tahu 2011 sebesar 33 persen menjadi 292 ribu ton, tahun 2012 meningkat sebesar 41 persen menjadi 414 ribu ton, tahun 2013 meningkat sebesar 14 persen menjadi 474 ribu ton, dan pada tahun 2014 diprediksi akan meningkat sebesar 21 persen menjadi 574 ribu ton.

Tabel 4 Populasi sapi potong Indonesia tahun 2009-2013*

No. Tahun Jumlah

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Tahun (2013) Keterangan : *) Angka sementara

Penawaran daging sapi di Indonesia ditentukan utamanya oleh banyaknya populasi sapi potong yang ada di masyarakat, dimana jumlahnya terus meningkat. Hal ini ditunjukkan pada data tabel 4 bahwa jumlah populasi sapi potong dari tahun ketahun semakin meningkat. Tahun 2009 populasi sapi potong sebesar 12.759.838 ekor, tahun 2010 meningkat sebesar 6.06 persen menjadi 13.581.570 ekor, tahun 2011 meningkat sebesar 8.36 persen menjadi 14.824.373 ekor, tahun 2012 meningkat 7.23 persen menjadi 15.980.697 juta ekor, dan pada tahun 2013 dalam angka sementara meningkat sebesar 3.77 pesen menjadi 16.606.803 ekor.

(16)

4

ditingkatkan produktifitasnya. Salah satu jenis atau bangsa sapi potong lokal yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah Sapi Madura dan persilangan Sapi Madura dengan Limousin (Madrasin).

Sapi Madura mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sapi lokal lainya. Sifat genetik Sapi Madura toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marjinal, tahan terhadap serangan caplak, kemampuan adaptasi tinggi terhadap kualitas pakan rendah, dan konsumsi pakan lebih sedikit daripada sapi impor (Nurgiartiningsih 2011). Sapi Madura merupakan tipe sapi potong yang cukup baik, sapi madura mempunyai bentuk badan yang lebar, berdaging tebal, dan kaki pendek. Kualitas daging Sapi Madura lebih baik dan begitu juga dengan warnanya lebih menarik jika dibandingkan dengan Sapi Ongole dan Bali (Sarwono dan Arianto 2001). Populasi Sapi Madura yang ada di Pulau Madura pada tahun 2011 mencapai 874.702 ekor atau kontribusinya 24 persen dari total kebutuhan penawaran sapi potong dari Jawa Timur (Kutsiyah 2012). Jumlah populasi sapi potong di Provinsi Jawa Timur merupakan yang terbesar di Indonesia. Tahun 2011 jumlah sapi di Jawa Timur sebesar 4,7 juta ekor atau 31.89 persen dari populasi sapi potong di Indonesia yaitu sebesar 14.8 juta ekor. (Kementerian Pertanian 2011).

Tabel 5 Populasi sapi potong Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

No Tahun Populasi

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur (2014)

(17)

5 Tabel 6 Perkembangan populasi sapi di Pulau Madura Tahun 2005-2011

No Tahun Populasi

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sumenep

Pertumbuhan populasi sapi potong di Pulau Madura pada tahun 2005-2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 populasi sapi di Pulau Madura sebesar 580.178 ekor, tahun 2006 meningkat sebesar 0.36 persen menjadi 582.422 ekor, tahun 2007 meningkat sebesar 1.66 persen menjadi 592.120, tahun 2008 meningkat sebesar 1.63 menjadi 601.795 ekor, tahun 2009 meningkat sebesar 22.98 persen menjadi 740132 ekor, tahun 2010 meningkat sebesar 6.37 persen menjadi 787.343 ekor, dan tahun 2011 meningkat sebesar 11.09 menjadi 874.702 ekor. Sehingga rata-rata peningkatan populasi sapi potong di Pulau Madura dalam kurun waktu tujuh tahun, dari tahun 2005-2011 mencapai 6.29 persen. Pertumbuhan populasi di Pulau Madura yang terus mengalami peningkatan menunjukkan potensi besar pulau ini untuk mengurangi impor daging sapi maupun sapi bakalan.

Program Swasembada Daging Sapi 2014 (PSDS-2014) diharapkan mampu memberikan keuntungan dan nilai tambah. PSDS-2014 diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak, menyerap tenaga kerja baru, menghemat devisa negara, mengoptimalkan pemanfaatan potensi ternak sapi lokal, dan meningkatkan penyediaan daging sapi yang aman, sehat, utuh dan halal (Kementerian Pertanian 2010). Program PSDS 2014 dapat dikatakan berhasil ketika suplai kebutuhan daging sapi nasional sesuai dengan prediksi pada tahun 2013 dan khususnya tahun 2014. Suplai daging sapi nasional sudah dapat dipenuhi minimal 80 persen dari dalam negeri pada tahun 2013 dan 90 persen pada tahun 2014. Artinya jumlah impor daging sapi maupun sapi bakalan Indonesia dari Australia sudah menurun yaitu hanya sebesar 20 persen pada tahun 2013 dan 10 persen pada tahun 2014.

(18)

6

penjualan baik wilayah Jawa Timur maupun keluar provinsi seperti Kalimantan dan Sulawesi (Disnak Kabupaten Sumenep 2013).

Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Jawa Timur adalah optimalisasi kegiatan kawin suntik/iseminasi buatan (IB) dengan memberikan subsidi semen beku, baik semen Sapi Madura maupun semen Sapi Limousin dan Simental. Penyediaan semen beku ini dilakukan di Balai Besar Iseminasi Buatan (BBIB) Singosari. BIB singosari merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. BBIB Singosari telah memproduksi sembilan semen beku sapi, yaitu Limosin, Simental, Aberden Angus, Brangus, Brahman, Ongole, Madura, Bali, dan Friesien Holstein (BBIB Singosari 2014). Dasar yang menjadi acuan program persilangan Sapi Madura dengan sapi exotic (Limousin dan Simental) adalah usulan upaya persilangan Sapi Madura dengan sapi exotic pada tahun 1999 melalui edaran surat dari Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian nomor: LB.410.806.9.410 tentang tanggapan pemasukan sapi ke Pulau Madura. Surat edaran inilah yang menjadi acuan untuk melakukan persilangan Sapi Madura dengan Sapi Limousin dan Simental. Persilangan ini diharapkan melahirkan keturunan yang lebih sempurna dan mendapatkan efek heterosis/hibrid vigor (suatu kondisi meningkatkan kekuatan keturunan dari hasil perkawinan yang tidak berkerabat dekat). Dengan demikian maka persilangan dapat meningkatkan produktifitas dari sekelompok ternak secara nyata (Taylor 1992 dalam Kutsiyah 2012). Sapi hasil persilangan Madura dengan Limousin dikenal dengan sebutan Madrasin sedangkan sapi hasil persilangan Madura dengan Simental dikenal dengan sebutan Madrasim. Persilangan sapi ini hanya sebagai final stock artinya sapi persilangan ini untuk dipotong saja.

Tabel 7 Realisasi kegiatan Iseminasi Buatan (IB) di Pulau Madura pada tahun 2011

No Kabupaten Dosis Aseptor

1 Bangkalan 11.098 9.390

2 Sampang 9.600 8.407

3 Pamekasan 13.594 11.252

4 Sumenep 14.189 12.427

Jumlah 48.481 41.478

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sumenep (2011)

(19)

7 Tabel 8 Realisasi kegiatan Iseminasi Buatan (IB) Kabupaten Bangkalan tahun

2013

No Jenis Semen Target Pelaksanaan Realisasi

1 Madura 2.340 5.017

2 Limousin 8.660 7.813

Jumlah 11.000 12.830

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan (2014)

Kegiatan kawin suntik (IB) tahun 2013 di kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi IB tahun 2011. Tahun 2011 realisasi IB hanya sebesar 11.098 dosis. Sedangkan pada tahun 2013 realisasi IB di Kabupaten ini mencapai 12.830 dosis dengan rincian semen Sapi Madura sebesar 5.017 dosis dan semen Sapi Limousin sebesar 7.813 dosis. Realisasi kawin suntik ini melebihi dari target yang ditetapkan Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan. Target pelaksanaan kegiatan kawin suntik pada tahun 2013 hanya sebesar 11.000 dosis dengan rincian semen Sapi Madura sebesar 2.340 dosis dan semen Sapi Limousin sebesar 8.660 dosis. Adanya penambahan dosis semen Sapi Madura dan penguranagan dosis semen Sapi Limousin dari target pelaksanaan IB, merupakan upaya untuk mengatur tingginya permintaan semen sapi Limousin. Tingginya permintaan semen sapi Limousin yang dihawatirkan akan mengancam kelestarian Sapi Madura. Rata-rata permintaan peternak terhadap semen Sapi Limousin tahun 2013 di Kabupaten Bangkalan mencapai 651 dosis. Sedangkan rata-rata permintaan semen Sapi Madura hanya sebesar 418 dosis.

Tabel 9 Realisasi kelahiran kegiatan Iseminasi Buatan (IB) Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan (2013)

(20)

8

Perumusan Masalah

Pulau Madura mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat (sentra) peternakan Sapi Madura dan persilangannya. Sapi Madura merupakan bangsa sapi lokal yang telah dipatenkan secara nasional (Dirjen Peternakan 2010). Adanya potensi ini dibuktikan dengan jumlah populasi Sapi Madura yang menyumbang 24 persen suplai sapi di Jawa Timur. Jumlah Sapi Madura yang ada di Pulau Madura pada sensus pertanian tahun 2011 mencapai 874.702 ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Sumenep 2013). Selain itu di Madura sapi merupakan salah satu ternak yang sudah lama diusahakan, dan sudah menjadi kebiasaan atau budaya. Ada dua kegiatan rutin yang mendukung masyarakat Madura untuk meningkatkan kualitas sapi selain sebagai pendukung usahatani. Kegiatan rutin ini juga tentunya menjadi salah satu daya tarik pariwisata andalan Pulau Madura. Pertama yaitu Sapi Madura sebagai Karapan Sapi (sepasang sapi yang diadu kecepatannya), Kedua adalah Kontes Sapi Sonok (kontes keindahan sapi). Sapi Madura dikenal dengan ketahannanya terhadap perubahan iklim, sehingga banyak peternak diluar Pulau Madura membeli sapi jenis ini, baik untuk dipotong maupun untuk dipelihara, bahkan Sapi Madura diperdagangkan ke luar Madura. Seperti Surabaya, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, dan Jember. Sedangkan yang keluar Jawa Timur seperti ke Kalimantan dan Sulawesi (Taufiqurrahman 2013). Bahkan Sapi Madura telah banyak dijumpai di Sabah Malaysia. Jalur pengiriman Sapi Madura ke Malaysia melalui pelabuhan-pelabuhan kecil di Madura dengan tujuan pengiriman ke Provinsi Jambi, Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan terakhir sampai di Malaysia (Dimitra 2012).

Beberapa keunggulan yang dimiliki Sapi Madura ini belum dapat menjadikan peternak sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah usaha ternak belum efisien, skala usaha kecil dan tradisional, pemanfaatan teknologi yang masih sederhana, dan tujuan dari peternak bukan untuk usaha ternak melainkan untuk tabungan atau investasi. Sehingga keberadaan sapi akan dijual ketika dibutuhkan saja. Keberadaan peternak sangat menentukan kesuksesan ketahanan pangan. Selain itu Sapi Madura tidak lepas dari kekurangan, Sapi Madura mempunyai pertambahan bobot badan perhari yang cukup rendah yaitu 0.23-0.67 kg/hari (Disnak Kabupaten Sumenep 2014).

Upaya peningkatkan produktifitas Sapi Madura telah dilakukan sejak tahun 1999. Kementerian Pertanian mengeluarkan program kawin suntik atau Iseminasi Buatan (IB). Dilanjutkan pada tahun 2001 Kementerian Pertanian memutuskan untuk memperbolehkan persilangan Sapi Madura dengan Sapi Exotic (Limousin dan Simental) dengan komposisi darah ideal 60-90 persen Sapi exotic. Tujuan dari persilangan ini adalah untuk mendapatkan keturunan sapi yang lebih besar baik bobot lahir maupun pertambahan bobot badan perhari sehingga peternak lebih sejahtera (Kutsiyah 2012).

(21)

9 ekor sedangkan Sapi Madura mencapai 200 ribu ekor. Banyaknya peternak yang memelihara Sapi Madrasin karena harga jual lebih tinggi, pertambahan bobot badan perhari lebih cepat jika dibandingkan dengan Sapi Madura asli. Sapi Madrasin umur 2 tahun sudah dapat mencapai berat badan 500 kg dengan harga kisaran 20 juta rupiah, sedangkan Sapi Madura hanya sebesar 300 kg dengan harga kisaran 12 juta rupiah (Surya Online 2014). Namun demikian dari segi bentuk yang lebih besar tentunya Sapi Madrasin akan memerlukan konsumsi pakan yang lebih banyak dan juga perlu perawatan yang lebih baik. Perbedaan pola konsumsi pakan dan perawatan tentunya akan mengakibatkan biaya yang dikeluarkan peternak untuk memelihara sapi Madrasin lebih tinggi. Modal dalam membeli bakalan Sapi Madrasin tentunya lebih besar, sedangkan peternak belum tentu mempunyai modal besar dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi potong ini.

Dari uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini meliputi: 1. Bagaimana karakteristik dari usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi

Madrasin.

2. Bagaimana tingkat penerimaan dan pendapatan pada usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin.

3. Bagaimana tingkat profitabilitas dari usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin.

Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Persilangan Madura-Limousin (Madrasin) yang meliputi :

1. Mengidentifikasi usaha penggemuka Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin.

2. Menganalisis total penerimaan dan pendapatan dari usaha penggemukan Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin.

3. Menganalisis profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin.

Manfaat Penelitian

1. Bagi peternak penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan acuan dalam memilih jenis ternak yang diusahakan.

2. Bagi akademisi penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi awal dalam penelitian lebih lanjut.

3. Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan untuk mengembangkan peternakan.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

10

mengidentifikasi dan menganalisis total penerimaan usaha penggemuka Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin, menganalisis total pendapatan, menganalisis profitabilitas dari usaha penggemukan Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin. Penelitian ini dilakukan di Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan sesuai rekomendasi dari Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan. Kecamatan Galis merupakan salah satu kecamatan yang memiliki banyak peternak dengan pemeliharaan sapi persilangan Sapi Madura dengan Limousin. Komoditi yang diteliti adalah Sapi Madura asli dan sapi persilangan Madura dengan Limousin. Untuk melakukan penelitian ini maka peternak yang dijadikan responden adalah peternak khusus penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin yang berada dalam kelompok tani ternak Harapan Jaya I dan beberapa instansi terkait sebagai pendukung untuk penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Sapi di Indonesia

Sapi Madura merupakan salah satu jenis sapi lokal Indonesia, asal bangsa Sapi Madura ialah persilangan antara Banteng (bos sundaicus) dengan sapi zebu (Bos Indicus). Daerah penyebaran Sapi Madura terutama di Pulau Madura dan Jawa Timur (Sudarmono et al 2008). Sapi Madura menjadi breed (bangsa) sapi potong yang terbentuk sebagai akibat isolasi alam dan pengaruh lingkungan, sehingga mempunyai keseragaman karakteristik yang menonjol diantara breed sapi potong lainnya di Indonesia. Dengan kontribusi sifat-sifat sapi zebu seperti toleran terhadap iklim dan daya tahan terhadap serangan caplak serta seleksi alam dan lingkungan yang ketat dalam kurun waktu yang lama, maka Sapi Madura menjadi bangsa sapi yang mempunyai daya adaptasi sangat tinggi terhadap lingkungan. Disamping itu, Sapi Madura mempunyai respon yang baik terhadap perbaikan pakan serta tahan terhadap pakan dengan kandungan serat kasar tinggi (Wijono dan Setiadi 2004).

Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan sudah lama dibudidayakan di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Bangsa sapi potong asli Indonesia hanya Sapi Bali (Bos Sondaicus), sedangkan yang termasuk sapi lokal adalah Sapi Madura dan Sapi Sumba Ongole (Anonimous2010).

(23)

11 sapi Madura diharapkan mendapatkan sifat-sifat unggul dan mengurangi kelemahan-kelmahan yang dimiliki kedua bangsa Bosindicus dan Bostaurus (Liasari 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Kutsiyah dkk (2002) mengenai studi komparatif produktifitas antara Sapi Madura dengan persilangannya dengan Limousin di Pulau Madura menunjukkan beberapa perbedaan. Diantaranya yaitu bobot hidup induk Sapi Madura sebesar 218 kg sedangkan Sapi Madrasin sebesar 257 kg. Lama kebuntingan Sapi Madura mencapai 283 hari sedangkan Sapi Madrasin mencapai 285 hari. Bobot lahir pedet Sapi Madura sebesar 19 kg sedangkan Sapi Madrasin sebesar 27 kg. Bobot sapih pada Sapi Madura sebesar 119 kg dan pada Sapi Madrasin sebesar 171 kg.

Usaha Ternak Sapi Potong

Bangsa sapi asli Indonesia maupun lokal merupakan bangsa sapi potong. Salah satu bangsa sapi lokal adalah Sapi Madura. Awalnya Sapi Madura tidak diperpolehkan untuk disilangkan dengan jenis bangsa sapi lain. Program persilangan Sapi Madura dengan Sapi Exotic diperbolehkan sejak tahun 2001. Program ini memberikan peternak alternatif pilihan dalam menjalankan usaha peternakan. Sebelum adanya program persilangan, peternak di Pulau Madura hanya memelihara Sapi Madura. Dasar yang dijadikan alasan untuk program persilangan sapi ini adalah untuk perbaikan produktifitas Sapi Madura.

Menurut Hartati dkk (2009) Karakteristik dan kinerja Induk silangan Sapi

Limousin – Madura dan Madura di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan

menunjukkan sifat kualitatif dan kuantitatif, karakteristik eksterior Sapi Madura dan sapi persilangan Madura-Limousin. Sifat kulitatif meliputi warna tubuh, warna pantat, warna kaki, garis punggung, bentuk tanduk, warna moncong dan tracak. Sifat kuantitatif meliputi lingkar dada, tinggi gumba, panjang badan, tinggi pinggul dan indeks Kepala. Cara mengetahui umur sapi dilakukan wawancara kepada peternak responden atau dengan melihat perkembangan gigi sapi. Sedangkan untuk menganalisis kinerja induk ditentukan kriteria yang meliputi umur kawin pertama,

service per conception (S/C), umur beranak, interval kelahiran dan Post Partum

Estrose (PPM). Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan produktifitas Sapi Madura lebih tinggi daripada Sapi Madrasin.

Sedangkan menurut Kusmantoro dkk (2002) Studi Komparatif Produktifitas antara Sapi Madura dan Persilangannya dengan Limousin di Pulau Madura. Menunjukkan fertilitas induk dan semen beku cukup baik, bobot lahir, bobot pra sapi, dan pertambahan bobot badan perhari lebih tinggi Sapi Madrasin yaitu berturut-turut sebesar (27.60±1.298 kg ; 17.471±31.055kg ; 678±146.03 g/h) sedangkan Sapi Madura berturut turut sebesar (19.78±1.224kg ; 119.533±9.772kg ; 445±48.53 g/h).

(24)

12

dengan sapi asli adalah pertambahan bobot badan perhari dan bobot lahir. Petambahan bobot badan perhari sapi madura 0.49 kg/hari sedangkan sapi Madrasin sebesar 0.53 kg per hari. Sapi persilangan mempunyai bobot lahir 27 kg sedangkan Sapi Madura asli hanya 19 kg. (Kutsiyah dkk 2002).

Nurgiartiningsi (2011) Melakukan penelitian tentang peta potensi Sapi Madura di kabupaten yang ada di Pulau Madura meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Dan Kabupaten Sumenep. Adanya kekhawatiran akan punahnya sumber Sapi Madura merupakan latar belakang dari penelitiannya, karena banyak persilangan Sapi Madura denga Sapi exotic. Sehingga perlu dilakukan pemetaan potensi Sapi Madura asli di Pulau Madura sebagai langkah antisipasi awal dalam upaya konservasi sumber Sapi Madura murni. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan pada sapi umur 7 hari dan 5 bulan tidak berbeda nyata pada empat kabupaten namun pada lingkar dada dan tinggi gumba berbeda nyata. Sedangkan potensi dan penggunaan pejantan untuk mengawini induk Sapi Madura di setiap kecamatan pada empat kabupaten sangan bervariasi, prediksi berat badan pada Y berdasarkan lingkar dada X pada sapi berumur 5 bulan dapat digunakan rumus persamaan regresi Y = 18.92 + 0.552X.

Salah satu yang dikhawatirkan dari program persilangan Sapi Madura dengan Sapi exotic adalah kepunahan Sapi Madura. Namun kepunahan akan dapat diantisipasi dengan peningkatan kegiatan seni budaya sapi asli Madura seperti kontes karapan sapi dan kontes sapi sonok. Kebudayaan ini akan menjaga kelestarian sapi Madura. Karena syarat dalam kontes kebudayaan baik karapan sapi maupun sapi sonok harus Sapi Madura asli.

Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

Analisis kelayakan merupakan analisis untuk mengetahui suatu usaha atau proyek layak untuk dijalankan atau tidak dan memilih alternatif terbaik dari usaha atau proyek yang dijalankan. Pada penelitian yang dilakuakan oleh Putria (2008) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan dan pembbibitan. Kelayakan usaha penggemukan dan pembibitan sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) menunjukkan bahwa potensi dari usaha pembibitan sapi potong sangat besar, namun nilai investasi cukup besar sehingga memerlukan analisis kelayakan usaha yang dapat membantu untuk melihat kelayakan dari usaha yang dijalankan. Analisis kelayakan meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum, dan finansial. Dalam menentukan layak tidaknya usaha pada penelitian ini digunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C ratio, dan pay back period. Dalam analisis pada aspek finansial menunjukkan bahwa usaha pembibitan sapi pada PT LJP ini layak untuk dijalankan, hal ini dapat dilihat dari nilai pada kriteria NPV yang lebih dari nol yaitu Rp1 929 172 324, Nilai IRR yang lebih besar dari nilai suku bunga yaitu 10.65 persen, Net B/C ratio sebesar 1.48, dan payback period sebesar 3.56.

(25)

kriteria-13 kriteria pada analisis kuantitatif aspek finansial terpenuhi sesuai denga kaedah suatu usaha dinyatakan layak dari segi finansial..

Analisis kelayakan pada usah pembibitan maupun penggemukan sapi sangat dibutuhkan. Usaha pembibitan maupun penggemukan sapi potong memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga perlu untuk dilakukan analisis kelayakan. Analisis kelayakan memberikan alternatif-alternatif pilihan dalam menjalankan usaha. Dari hasil analisis kelayakan akan diketahui secara rinci biaya-biaya yang harus dikeuarkan dalam menjalankan suatu usaha. Begitu juga dengan kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan.

Budidaya Penggemukan Sapi

Usaha penggemukan sapi potong di Indonesia berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari populasi sapi potong di Indonesia yang terus meningkat. Jumlah Sapi potong pada tahun 2010 sebesar 13.581.570 ekor dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 14.824.373 ekor. Persentase pertumbuhan populasi sapi potong Indonesia pada tahun 2011-2012 mencapai 8.38 persen (Kementan 2013). Penggemukan sapi di Indonesia rata-rata masih dilakukan oleh peternak kecil atau peternak rakyat.

Pola pemeliharaan sapi di Indonesia terbagi atas tiga jenis. Pertama pola pemeliharaan intensif, kedua pola pemeliharaan ekstensif, dan yang ketiga pola pemeliharaan campuran. Pemeliharaan secara intensif, sapi dipelihara dalam kandang secar terus menerus selama pemeliharaan dan pakan akan diberikan didalam kandang. Sapi akan dikeluarkan dari kandang hanya ketika melakukan perawatan sapi seperti pembersihan sapi dan kandang. Pola pemeliharaan ini banyak dilakukan di Pulau Jawa, Madura, dan Bali. Pola pemeliharaan ekstensif, sapi dikembalakan di ladang kembala permanen atau hutan. Pola pemeliharaan ini banyak dilakukan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan pola pemeliharaan campuran antara intensif dan ekstensif tersebar di seluruh Indonesia (Suryana 2009).

Sebelum melakukan usaha penggemukan sapi potong, peternak perlu memerhatikan beberapa aspek penting yaitu pemilihan jenis sapi, pemilihan tempat penggemukan dan kandang, pemilihan jenis pakan yang akan diberikan, dan penanganan penyakit pada ternak (Novita 2011). Dalam melakukan usaha penggemukan sapi, jenis sapi akan sangat menentukan besar kecilnya modal. Modal untuk usaha jenis sapi besar seperti Limousin, Brahman, Simental akan berbeda dengan modal usaha jenis sapi kecil seperti sapi Bali, Madura, Ongole, dan Sapi Aceh.

Bakalan Untuk Penggemukan

(26)

14

Beberapa bangsa sapi potong bakalan menurut asalnya akan terbagi dalam dua jenis yaitu lokal dan impor. Jenis sapi bakalan lokal dinantaranya Sapi Bali, Sapi Omgole, dan Sapi Madura. Sedangkan sapi bakalan impor yang dikembangkan di Indonesia diantaranya Brahman, Brahman Cross, Santa Gertrudis, Droughtmaster, Shorton, dan Hereford (Novita 2011).

Penelitian yang dilakukan Nisa (2013) menegenai studi kelayakan usaha penggemukan sapi potong menunjukkan tiga pembagian bangsa sapi potong bakalan. Tiga bangsa sapi tersebut adalah bangsa sapi tropis, bangsa sapi subtropis, dan bangsa sapi Brahman. Bangsa sapi tropis yang dapat dijadikan bakalan penggemukan antra lain Sapi Madura, Sapi Bali, dan Sapi Ongole. Bangsa sapi berasal dari daerah Subtropis antara lain Sapi Limousin, Sapi Simental, Sapi Aberden Angus, Sapi Shorton, Sapi Hereford. Sedangkan bangsa sapi Brahman adalah Sapi Brahman dan Sapi Gertrudis. Bangsa Sapi Brahman banyak berkembang biak di Amerika Serikat.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan akan keragaman bangsa sapi yang dapat dijadikan alternatif pilihan. Memeilih jenis bangsa sapi yang akan diusahakan harus disesuaikan denga tujuan dan skala usaha yang akan dijalankan. Kesesuaian skala usaha dan besar kecilnya modal usaha adalah faktor penentu jenis atau bangsa sapi yang dipelihara.

Lokasi dan Kandang

Pemilihan lokasi dan kandang merupakan salah satu faktor penting dalam usaha penggemukan sapi. Lokasi yang layak untuk penggemukan sapi sesuai dengan sapi yang akan diusahakan. Kesesuaian lokasi ini meliputi, iklim, ketersedian pakan, ketersedian air bersih, tempat strategis. Menurut (Nurliawati 2009) Syarat kandang yang sesuai dengan standar adalah sebagai berikut 1). Bahan pembuatan kandang harus berkualitas 2). Luas kandang disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipelihara 3). Konstruksi kandang harus dibuat dengan memperhatikan kemudahan dalam melakukan perawatan, pembersihan, dan tidak licin 4). Sinar matahari, terutama pagi hari harus dapat masuk langsung kedalam kandang 5). Sistem ventilasi udara harus memungkinkan sirkulasi udara tidak terhambat 6). Kandang dibangun dengan memperhatikan arah angin yang dominan 7). Sedapat mungkin dapat dilaluai aliran sungai atau dekat dengan sumber air 8). Sedapat mungkin atap kandang terbuat dari bahan yang ringan namun kuat dan mampu menghangatkan kandang.

Pakan

(27)

15

Penanggulangan dan Penanganan Penyakit

Penanggulangan dan penanganan penyakit pada ternak sangat dibutuhkan. Salah satu faktor penyebab kerugian usaha sapi potong adalah penyakit yang menyerang ternak. Oleh sebab itu perlu adanya penanggulangan dan penanganan khusus, agar ternak tetap sehat. Salah satunnya adalah pemeriksaan feses secara rutin untuk memeriksa kesehatan ternak dan memeberikan obat bila diperlukan. Salah satu penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah penyakit mulut dan kuku (Hermansyah 2006 ).

Tataniaga Sapi Madura

Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2000). Tentang analisis tataniaga sapi potong di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang menunjukkan bahwa lembaga tataniaga yang terlibat dalam rantai tataniaga sapi potong pada tempat penlitian meliputi peternak, pedagang, pengumpul desa, pedagang pemotong, dan pedagang besar. Saluran tataniaga sapi potong di kecamatana ini meliputi empat saluran tataniaga, dari empat saluran ini yang paling efisien adalah saluran III (tiga) yang meliputi petani peternak-pedagang pengumpul desa-pedagang besar-pasar hewan (Pulau Madura). Farmer’s share pada saluran ini sebesar 86,01 % dan biaya pemasaran pada saluran tiga merupakan yang paling kecil meskipun panjang rantai tataniaganya cenderung sama dengan saluran tata niaga baik I, II, dan IV.

Analisis Profitabilitas

Menurut Tunggadewi (2009) penelitian tentang analisis profitabilitas dan nilai tambah pada usaha tahu dan tempe di Kabupaten Bogor. Analisis profitabilitas merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan suatu usaha atau bisnis dalam menghasilkan keuntungan. Dalam analisis ini peneliti menggunakan analisis titik impas, MIR (marginal income ratio) dan MOS (marginal of safety) untuk mengetahui profitabilitas. Sedangkan untuk mengetahui nilai tambah menggunakan metode Hayami. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa profitabilitas usaha tempe lebih menguntungkan dari pada usaha tahu hal ini dapat dilihat dari nilai MIR dan MOS usaha tempe mempunyai nilai yang lebih besar dari pada usaha tahu. Sehingga dapat diketahui profitabilitas usaha tempe lebih besar yaitu 37 persen dari pada usahatahu sebesar 26 persen. Nilai tambah usaha tempe lebih besar jika di bandingkan dengan nilai tambah usaha tahu sebesar Rp6881 sedangkan nilai tambah usaha tahu hanya sebesar Rp4497. Hal ini diakibatkan oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi tahu lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe. Penelitian ini menggunakan metode hayami untuk mengetahui nilai tambah dari usaha tahu dan tempe. Nilai tambah merupakan selisih dari nilai output dengan biaya bahan dan pengolahan input.

(28)

16

layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Dapat dilihat dari hasil rata-rata profitabilitas sebesar 7.76 persen dengan pendapatan rata-rata per 6 bulan mencapai Rp1 550 538 00 dari rata-rata kepemilikan 2.89 satuan ternak (ST). untuk menganalisis profitabilititas digunakan analisis pendaptan usahatani yang meliputi, total penerimaan, pendapatan dan analisis profitabilitas.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan kedua penelitian Budiharjo dkk dan Tunggadewi adalah terletak pada obyek penelitian. Obyek yang digunakan dalam penelitian Tunggadewi adalah usaha tahu dan tempe dan obyek yang digunakan dalam penelitian Budiharjo dkk adalah usaha penggemukan sapi potong KTT Gunungpati Semarang dengan jenis sapi yang dipelihara adalah sapi peranakan Friesien Holsting, Peranakan Ongol, Angus dan Simental. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin (peranakan Sapi Maudra dengan Limousin).

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi

William F.S dalam Kasmir dan Jakfar (2010) menyebutkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al (2010) mendefinisikan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat (benefit).

(29)

17

Konsep Biaya

Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang akan dipengaruhi oleh perubahan produksi (Nurmalina dkk 2010). Selain biaya tetap dan biaya variabel ada biaya penyusutan, biaya ini merupakan biaya perkiraan dari alat atau barang yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Penyusutan merupakan nilai suatu barang yang digunakan dalam kegiatan usaha yang tidak habis sampai masa suatu usaha habis. Penghitungan nilai penyusutan dapat dilakukan dengan bebera metode. Salah satunya adalah dengan metode garis lurus. Metode ini merupakan metode penghitungan penyusutan yang sudah sering dipakai.

Total Biaya = Biaya tetap+Biaya variabel

Prosentase penyusutan = 100% dibagi umur ekonomi Prosentase penyusutan pertahun X Biaya peralatan produk

Penyusutan per tahun =

Profitabilitas

Profitabilitas (PV/K) merupakan perbandingan penerimaan dengan modal (K). Nilai dari profitabilitas akan mendekati Net B/C rasio. Jika PV/K>1 maka usaha layak untuk di jalankan dan sebaliknya jika PV/K <1 maka usaha tidak layak untuk diljalankan (Nurmalina dkk 2010). Namun menurut Soekartawi (1995) analisis B/C pada prinsipnya sama saja dengan analisis R/C, yamg membedakan hanya pada data yang diperhitungkan pada B/C adalah data manfaat, sedangkan data R/C menggunakan data penerimaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan analisis return cost ratio (R/C) yang dilatarbelakangi oleh ruang lingkup penelitian yang hanya menganalisis perbandingan profitabilitas berdasarkan penerimaan yang diperoleh antara usaha penggemukan sapi madura dengan usaha penggemukan sapi persilangan. Analisis profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan persilangan Sapi Madura-Limousin menggunakan perhitungan pada total penerimaan, pendapatan.

Rumus Pendapatan :

Pendapatan TR= Total penerimaan TC= Total Biaya

(30)

18

Rumus R/C ratio =

Rumus untuk menghitung profitabilitas menggunakan rumus : Profitabilitas=

Keterangan: Jika nilai profitabilitas kurang dari tingkat suku bunga Bank yang berlaku maka usaha tidak layak untuk dijalankan dan sebaliknya jika nilai profitabilitas lebih dari nilai tingkat suku bunga Bank yang berlaku, maka usaha layak untuk dijalankan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Banyaknya jumlah peternak di Indonesia seharusnya sudah mampu menjadikan Indonesia memenuhi kebutuhan konsumsi daging nasional dari dalam negeri. Jumlah peternak mencapai 5.9 juta peternak dan jumlah populasi sapi yang sangat besar yaitu mencapai 14.7 juta ekor tahun 2011 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 16.8 juta ekor tidak dapat menjadikan Indonesia swasembada daging sapi. Menurut perhitungan dari peningkatan jumlah populasi ini, tentunya Indonesia mampu swasembada daging sapi.

Potensi yang dimiliki Indonesia untuk swasembada daging sapi sangat besar. Peningkatan produktifitas sapi asli maupun lokal sangat berpotensi. Salah satu jenis sapi yang berpotensi mampu mengurangi ketergantungan impor adalah Sapi Madura dan persilangan (Madrasin). Sapi Madura mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan sapi Bali, Ongole, dan sapi lokal lainnya. Kemampuan adaptasi Sapi Madura terhadap lingkungan sangat tinggi. Sapi Madura mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Terbukti sampai sekarang Sapi Madura banyak diminati oleh peternak diluar Pulau Madura.

Program persilangan sapi Madura dengan Sapi exotic merupakan upaya meningkatkan produktifitas Sapi Madura. Program ini telah sesuai dengan peraturan pemerintah melalui keputusan menteri nomor : 206/Kpts/DT210/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang pedoman persilangan Sapi Madura. Peraturan menteri ini adalah upaya menyiasati Undang-Undang atau Lembaran Negara (staatblad) Nomor 226 tahun 1923, nomor 1465 tahun 1925, nomor 368 tahun 1927, nomor 57 tahun 1934, nomor 115 tahun 1937 , dan secara tersirat terdapat pada Undang-Undang nomor 6 tahun 1967 tentang Sapi Madura merupakan plasma nutfah yang dilindungi dan dipertahankan kemurniannya di Pulau Madura (Kutsiyah 2012). Jenis sapi baru dari persilangan Sapi Madura dengan Limousin (Madrasin) telah memberikan pilihan alternatif bagi peternak dalam melakukan usaha ternak. Salah satu keunggulan sapi Madrasin adalah pertumbuhan bobot badan yang lebih tinggi dari Sapi Madura. Keunggulan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan peternak.

(31)

19 administrasi Kabupaten Bangkalan. Salah satu sentra sapi Madrasin adalah Desa Banyubunih Kecamatan Galis.

Usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin mempunyai beberapa perbedaan. Perbedaan dalam jumlah kebutuhan pakan, perawatan kesehatan, harga beli bakalan, dan harga jual hasil penggemukan. Perbedaan-perbedaan ini akan berimplikasi kepada kemampuan usah penggemukan sapi Madura dengan Sapi Madrasin dalam menghasilkan keuntungan yang berbeda. Penelitian dilakukan untuk menganalisis profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan Usaha Penggemukan Sapi Madrasin.

(32)

20

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Pembangunan pertanian pada subsektor peternakan dengan kebijakan Swasembada Daging Sapi 2014

Populasi sapi potong Indonesia pada tahun 2009-2013 mengalami peningkatan yang nyata.

Jumlah kebutuhan daging nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun

Besarnya potensi sapi lokal

Banyaknya populasi sapi di Indonesia (Sapi Madura termasuk pada jumlah yang cukup besar)

Sapi Madura mempunyai keunggulan tersendiri Keunggulan sapi persilangan madura (Madrasin)

Analisis Biaya total

Analisi penerimaan total dan pendapatan

Sapi Madura dan Sapi Madrasin (Madura Limousin)

Profitabilitas

(33)

21

METODE PENELITIAN

Penelitian analisis perbandingan profitabilitas usah penggemukan Sapi Madura dan persilangan (Madura-Limousin) ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis secara terperinci terhadap profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi persilangan Madura-Limousin. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Dimana data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada peternak, penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin yang terkumpul dalam satu kelompok tani ternak Harapan Jaya I Desa Banyubunih dan instansi terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur dan dokumen yang relevan sebagai pendukung untuk mempertajam analisis pada proses penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penenlitian dilakukan di Pulau Madura tepatnya di Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Jawa Timur, untuk mengidentifikasi dan menganalisis profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin. Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten dengan jumlah permintaan semen Limousin tertinggi jika di bandingkan denga kabupaten yang ada di Pulau Madura yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada peternak responden. Dengan panduan kuesioner yang telah disiapkan. Pertanyaan dalam kuesioner meliputi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang telah disediakan jawabannya. Sedangkan pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan tanpa adanya jawaban yang disediakan. Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari internet, buku dan dari lembaga-lembaga pemerintah terkait seperti Dinas Peternakan, BPS (Badan Pusat Statistik), dan Kementrian Pertanian.

Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel

(34)

22

Penetapan responden peternak dilakukan secara purposive dengan mendatangi peternak penggemukan Sapi Madura dan persilangan yang tergabung dalam kelompok tani ternak Harapan Jaya I Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Pada penelitian ini, peternak responden yang dijadikan sampel sebanyak 32 orang masing-masing 16 orang peternak penggemukan sapi madura dan 16 orang peternak penggemuk sapi madrasin. Untuk mempermudah dan memperlancar proses penelitian kegiatan wawancara didampingi oleh ketua gabungan kelompok tani ternak Banyubunih serta beberapa struktur kepengurusan kelompok tani ternak Harapan Jaya I. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 32 peternak, dengan proporsi 16 peternak penggemukan Sapi Madura dan 16 peternak penggemukan Sapi Madrasin. Kriteria peternak yang menjadi responden adalah peternak khusus penggemukan Sapi Madura atau Sapi Madrasin.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah analisis kualitatatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif mengidentifikasi usaha penggemukan Sapi Madura dan Madrasin meliputi identitas peternak dan karakteristik peternak, jenis dan jumlah sapi yang diternakkan. Analisis kuantitatif meliputi semua analisis biaya yang dikeluarkan dalam satu kali masa penggemukan sapi, penerimaan dari penjulan sapi dan penjualan kotoran sapi. Alat analisis data yang digunakan adalah menggunakan kalkulator dan microsoft exel yang disajikan dalam bentuk tabulasi data. Analisis pada aspek keuangan yang akan meliputi semua biaya tetap, biaya variabel, dan penjualan yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin.

Definisi Operasional Penelitian

Definisis operasional pada penelitian ini digunakan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Selain itu definisi penelitian digunakan untuk mendefinisikan variabel-variabel yang digunakan pada penelitian.

1. Profitabilitas adalah perbandingan penerimaan dengan modal. Analisis perbandingan profitabilitas usaha penggemukan Sapi Madura dengan Sapi Madrasin akan menggunakan perhitungan pada total penerimaan dan pendapatan. Rumus profitabilitas sebagai berikut:

Profitabilitas

2. Bangsa sapi yang digunakan dalam usaha penggenukan sapi adalah Sapi Madura dan Sapi Madrasin.

3. Masa penggemukan usaha penggemukan Sapi Madura dan Madrasin diasumsikan sama. Masa satu kali penggemukan adalah enam bulan. 4. Umur usaha penggemukan Madura dan Sapi Madrasin diasumsikan

sama yaitu 10 tahun. Berdasarkan umur ekonomis dari bangunan kandang sapi yaitu 10 tahun.

(35)

23 6. Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi. Biaya tetap pada usaha penggemukan Sapi Madura dan Madrasin meliputi, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, sewa tanah.

7. Biaya tidak tetap adalah yang besar kecilnya selaras dengan jumlah produksi. Biaya tidak tetap pada usah penggemukan Sapi Madura dan Madrasin meliputi, Biaya membeli sapi bakalan, pakan hijauan, pakan konsentrat, tenaga kerja, obat-obatan, jamu, air, mineral, biaya transportasi, dan biaya blantik.

8. Biaya blantik adalah biaya untuk jasa pemasaran sapi. Peranan blantik sudah lazim dalam pemasaran sapi di Pulau Madura.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Banyubunih

Desa Banyubunih merupakan desa yang berada di Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Desa ini merupakan salah satu desa yang mempunyai sumber mata air cukup besar jika dibandingkan dengan daerah lain di Kecamatan Galis, dimana di desa ini memiliki sumber mata air yang menjadi andalan desa lain yang berdekatan dengan Desa Banyubunih. sehingga sangat cocok untuk usaha peternakan. Desa ini mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gegger Sebelah selatan berbatasan denga Kecamatan Modung Sebelah barat berbatasan denga Kecamatan Tanah Merah dan Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Blega

Penduduk di Desa Banyubunih sangat gemar memelihara sapi, baik pembibitan, penggemukan maupun sapi untuk kesenian Pulau Madura. seperti karapan sapi, bahkan Desa Banyubunih mempunyai lapangan karapan sapi sendiri. Dengan jadwal karapan yang cukup rutin baik tingkat Desa, Kecamatan, maupun Kabupaten. Luas wilaya Kecamatan Galis sekitar 120.56 sedangkan jumlah penduduk sekitar 11.781 jiwa. Kepadatan penduduk 602.26 dengan curah hujan tertinggi 219 mm per tahun. Tingkat suhu rata-rata sekitar 29 .

Kelompok Tani Ternak Harapan Jaya I

(36)

24

Sekarang jumlah anggotanya sudah bertambah menjadi 50 petani dan peternak. Struktuk kelompok tani ternak Harapan Jaya I meliputi :

Ketua : Zainuri

Peternak Penggemuk : 32 Orang

Identitas dan Karakteistik Peternak Responden

Usia merupakan faktor penting dalam melakukan suatu usaha. Usia yang masih produktif akan mampu memaksimalkan upaya dalam menjalankan kegiatan usaha, seperti usaha peternakan. Dalam usaha peternakan yang masih dijalankan dengan sederhana atau tradisional akan sangat membutuhkan tenaga besar. Komposisi usia/umur peternak respondensebagi berikut:

Tabel 10 Komposisi umur peternak responden di Desa Banyubunih Kecamatan GalisKabupaten Bangkalan

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Madura Madrasin Madura Madrasin

20-40 6 8 37.50 50.00

41-60 8 8 50.00 50.00

61-80 2 0 12.50 0

Total 16 16 100 100

(37)

25 Dominasi usia muda pada peternak responden usaha penggemukan Sapi Madura merupakan salah satu bukti masih tingginya fanatik masyarakat Madura terhadap kemurnian Sapi Madura. Sapi bagi masyarakat Madura mempunyai nilai yang tinggi. Bukan hanya nilai dari segi ekonomi melaikan juga dari segi seni dan budaya. Adanya kebudayaan dan kesenian yang menyaratkan keaslian Sapi Madura adalah sebagai bukti melekatnya Sapi Madura dalam kehidupan masyarakat di pulau ini.

Kegiatan kesenian Sapi Madura baik karapan sapi maupun kontes keindahan sapi (Sapi Sonok) secara khusus mempunyai andil besar dalam menjaga kemurnian Sapi Madura. Selain itu keberadaan dua kegiatan ini tentunya mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan peternak. Harga per ekor Sapi Madura untuk kesenian dan kebudayaan jauh lebih mahal daripada Sapi Madura potong. Harga sapi sonok dan sapi karapan dapat mencapai ratusan juta perekor.

Tabel 11 Sebaran tingkat pendidikan peternak responden di Desa Banyubunih Kecamatan GalisKabupaten Bangkalan

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Madura Madrasin Madura Madrasin

SD 13 10 81.25 62.50

SMP 1 5 6.25 31.25

SMA 0 0 0 0

Perguruan Tinggi 2 1 12.50 6.25

Total 16 16 100 100

(38)

26

Tabel 12 Pengalaman responden dalam beternak Pengalaman

Beternak (Tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

Madura Madrasin Madura Madrasin

10-20 7 8 43.75 50.00

21-30 6 5 37.50 31.25

31-40 3 3 18.75 18.75

Total 16 16 100 100

Peternakan bagi masyarakat madura merupakan kegiatan yang tidak asing lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengalaman peternak menjalankan kegiatan atau usaha pemeliharaan sapi. Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa pengalaman peternak responden lebih dari 10 tahun. Dengan rincian meliputi pengalaman beternak 10-20 tahun pada peternak responden penggemukan Sapi Madura sebesar 43.75 persen atau sebesar 7 orang peternak sedangkan peternak reponden penggemukan Sapi Madrasin sebesar 50.00 persen peternak. Pengalaman beternak 21-30 tahun pada peternak responden penggemukan Sapi Madura sebesar 37.50 persen atau sebesar 6 orang peternak sedangkan peternak responden penggemukan Sapi Madrasin sebesar 31.25 persen atau sebesar 5 orang peternak. Pengalaman beternak 31-40 tahun baik peternak responden penggemukan Sapi Madura maupun Madrasin sebesar 18.75 persen atau sebesar 3 orang peternak. Pengalaman beternak pada peternak penggemukan Sapi Madrasin didominasi oleh peternak dengan pengalaman beternak selama 10-20 tahun. Sedangkan pengalaman beternak peternak responden penggemukan Sapi Madura cenderung menyebar pada pengalaman Beternak selama 10-20 dan 21-30 tahun.

Tatalaksana Pemeliharaan Sapi

Tatalaksana pemeliharaan ternak pada usaha penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin mencakup aspek-aspek yang dilakukan selama proses penggemukan sapi. Tatalaksan pemeliharaan ini meliputi pemilihan bangsa sapi yang dipelihara, kandang, tenaga kerja, pelaksanaan pemberian pakan dan minum, dan upaya perawatan kesehatan ternak.

Bangsa Sapi yang Dipelihara

(39)

27 Pasar sapi Tanah Merah hanya akan ada satu minggu satu kali yaitu pada hari sabtu, sedangkan pasar sapi Blega akan beroperasi satu minggu satu kali dengan hari yang berbeda yaitu hari selasa. Penentuan hari ini merupakan penyesuaian dengan pasar yang ada di pulau madura agar tidak terjadi pasar sapi yang beroperasi dalam hari yang sama minimal dalam satu kabupaten. Dua pasar ini merupakan pasar sapi yang sudah lama beroperasi. Pembeli yang datang ke pasar ini bukan hanya dari Kabupaten Bangkalan saja, namun juga dari luar kabupaten yang ada di pulau madura. Bahkan pada bulan-bulan tertentu yaitu 2-4 bulan sebelum hari raya idul adha akan banyak pembeli yang datang dari luar pulau madura untuk membeli langsung ke pasar ini.

Gambar 2 Perbandingan Sapi Madrasin (kiri) dengan Sapi Madura (kanan)

Status Kepemilikan Ternak

Sapi merupakan hewan ternak yang sudah menjadi ternak utama bagi sebagian besar masyarakat Madura. Hal ini dapat dilihat dari populasi dari yang ada di pulau madura dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang nyata. Status kepemilikan sapi di pulau madura pada peternak responden terbagi atas dua status kepemilikan, yaitu milik pribadi dan milik bukan pribadi. Status kepemilikan bukan milik pribadi artinya peternak menjalin sistem kerjasama dengan pemilik sapi. Sistem kerja sama ini adalah sistem kerja sama paruh atau dalam bahasa madura dikenal denganistilah paron.

(40)

28

Jumlah sapi yang dipelihara akan erat kaitannya dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh peternak. Tabel 13 menunjukkan jumlah sapi yang dipelihara oleh peternak responden beragam jumlahnya. Pada peternak usaha penggemukan Sapi Madura jumlah ternak yang dipelihara paling sedikit 1 ekor sapi dan paling banyak 3 ekor sapi. Jumlah kepemilikan pada peternak responden usaha penggemukan Sapi madrasin paling sedikit 1 ekor sapi dan paling banya 4 ekor sapi. Jumlah ternak yang dipelihara dalam peternak responden merupakan jumlah yang sudah biasa diterapkan pada peternakan yang ada di pulau madura. Jumlah ini merupakan jumlah maksimum kapasitas dari kandang yang disediankan oleh peternak sapi pada peternak responden. Meskipun kapasitas kandang adalah untuk empat ekor namun tidak semua peternak responden memiliki atau pernah memiliki sapi dengan jumlah sesuai kapasitasnya.

Jumlah sapi yang dipelihara pada peternak responden usaha penggemukan Sapi Madura sebesar 35 ekor sapi dari 16 peternak. Jumlah sapi pada peternak responden usaha penggemukan Sapi Madrasin sebesar 34 ekor dari 16 peternak, sehingga jumlah keseluruhan sapi pada peternak responden adalah sebesar 69 ekor dari 32 peternak.

Kandang

(41)

29 kandang satu atap dengan dapur ditunjukkan pada gambar 4, sedangkan jenis kandang yang terpisah oleh dapur ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 3 Kandang satu atap dengan dapur

Gambar 4 Kandang terpisah dengan dapur

(42)

30

Tabel 14 Karakteristik kandang pada peternak responden

Responden

1 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

2 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

3 Kandang+dapur 6x5 Kandang 6x5

4 Kandang 6x5 Kandang+dapur 6x5

5 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

6 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

7 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

8 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

9 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

10 Kandang 6x5 Kandang+dapur 6x5

11 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

12 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

13 Kandang 6x5 Kandang+dapur 6x5

14 Kandang 6x5 Kandang+dapur 6x5

15 Kandang+dapur 6x5 Kandang+dapur 6x5

16 Kandang+dapur 6x5 Kandang 6x5

Keragaman budaya dalam menjalankan kegiatan peternakan dan menjaga keamanan hewan ternak dari satu daerah ke daerah yang lain akan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tabel 14 menunjukkan karakteristik kandang pada peternak responden penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin. Tabel ini menunjukkan jumlah kandang yang satu atap dengan dapur dan tidak satu atap dengan dapur. Untuk kadang yang satu atap dengan dapur pada peternak responden usaha penggemukan Sapi Madura sebesar 12 kandang dengan lokasi satu atap dengan dapur, dan sisanya tidak satu atap dengan dapur yaitu sebesar 4 kandang. Kandang pada peternak responden usaha penggemukan Sapi Madrasin sebesar 14 kandang satu atap dengan dapur dan dua kandang tidak satu atap dengan dapur. Ukuran kandang diasumsikan sama yaitu ukuran untuk kapasitas empat ekor sapi. Meskipun jumlah kepemilikan sapi tidak selalu empat ekor setiap peternak. Untuk memberikan batasan kandang setiap ekor akan dibatasi oleh bambu yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 1 m.

Harga pembuatan untuk satu kandang tidak ada patokan harga. Karena pembuatan kandang bersamaan dengan pembuatan dapur. Biaya pembuatan kandang seperti bambu, kayu, dan biaya tenaga kerja tidak dihihitung. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara gotong royong atau swadaya. Sehingga harga dalam pembuatan kandang diasumsikan sama. yaitu sebesar Rp10 000 000.00 dengan masa ekonomi selam 10 tahun. Harga dalam pembuatan kandang Rp10 000 000 00 merupakan hasil dari perkiraan peternak ketika menjawab pertanyaan biaya pembuatan kandang.

(43)

31

Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada peternak responden merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Peternak responden pada penelitian ini merupakan peternak dengan rata-rata jumlah kepemilikan ternak hanya 2.18 ST pada peternak Sapi Madura dan 2.12 ST pada peternak penggemukan Sapi Madrasin. Jumlah ternak yang relatif kecil ini menjadikan alasan tidak adanya tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam rumah tangga dinilai masih mampu untuk melakukan aktifitas pemeliharaan sapi. Dengan tenaga kerja utama kepala rumah tangga dan sebagai pembantu tenaga kerja anggota keluarga. Sehingga dalam peternak responden tidak dapat di jumpai adanya penggunaan tenaga kerja luar keluarga.

Pemberian Pakan dan Minum

Kegiatan pemberian pakan hijauan untuk usaha penggemukan Sapi Madura sebesar 24 kg pakan hijauan setiap hari per ekor. Sedangkan untuk kegiatan usaha penggemukan Sapi Madrasin sebesar 28 kg hijauan setiap hari per ekor pada tiga bulan pertama dalam masa penggemukan sapi. Sedangkan pemberian pakan pada 3 bulan terakhir masa penggemukan akan diberikan pakan konsentrat dengan komposisi rumput lapang ampas tahu. Pemberian minum untuk Sapi Madura dilakukan dua kali sehari sebesar 20 liter perekor sapi, sedangkan untuk Sapi Madrasin dilakukan 2 kali sehari dengan jumlah sebesar 25 liter perekor.

Tabel 15 Komposis pemberian pakan selama masa penggemukan Sapi Madura dan Sapi Madrasin

(44)

32

Gambar 5 Tempat pakan didepan sapi (kiri) Rumput lapang (kanan)

Kesehatan Ternak

Perawatan kesehatan pada ternak responden usaha penggemukan Sapi Madura dilakukan secara rutin. Perawatan kesehatan ini meliputi, Pemberian obat-obatan, dan pembersihan sapi, pemberian jamu tradisional. Salah satu komposisi jamu tradisional ini adalah kecap, garam, kunyit, temulawak. Harga jamu tradisioanal jika membeli di pasar sebesar Rp5000 00 per bungkus dengan ukuran 500 ml. Pemberian jamu tradisional dilakukan 2 bulan satu kali dalam masa penggemukan sapi Madura dan akan lebih sering yaitu sebanyak 6 kali dalam masa penggemukan Sapi Madrasin. Pemberian obat-obatan seperti obat cacing, obat nafsu makan akan diberikan secara rutin satu bulan satu kali pada usaha ternak penggemukan Sapi Madrasin. Sedangkan pada usaha penggemukan sapi madura hanya duabulan satu kali. Perawatan kebersihan pada sapi Madrasin maupun Sapi Madura dilakukan satu mingu satu kali.

Penjualan Ternak dan Kotoran Ternak

Penjualan sapi dari hasil penggemukan selama masa penggemukan 6 bulan akan dijual ke pasar sapi yang ada Kabupaten Bangkalan. Pasar sapi yang paling besar di Kabupaten ini adalah Pasar Sapi Tanah Merah dan Pasar Sapi Blega. Namun tidak menutup kemungkinan sapi akan di jual kepada jagal sapi yang mendatangi peternak langsung. Dalam penjualan sapi ada perantara yang sudah lazim keberadaannya yaitu yang disebut dengan Kebhir (Blantik). Kebhir atau Blantik merupakan perantara penjualan sapi yang bertugas untuk bernegosiasi denga pembeli. Kemampuan bernegosiasi dan berpengalaman dalam menjual sapi adalah keahlian yang dimiliki oleh kebhir. Biaya perantara untuk kebhir ini mencapai Rp50 000 00 per ekor sapi. Selain biaya perantara ada juga biaya transportasi yang mencapai Rp50 000 00 per ekor sapi. Keberadaan Desa Banyubunih berada di antara kedua pasar tempat penjualan sapi. Sehingga jarak yang jauh ini membutuhkan biaya transportasi.

Gambar

Tabel 1 PDB subsektor peternakan atas dasar harga berlaku  2010-2013*
Tabel 3 Suplai daging sapi Indonesia tahun 2010-2014
Tabel 6 Perkembangan populasi sapi di Pulau Madura Tahun 2005-2011
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Reflektif jurnal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik berusaha untuk mengembangkan sikap jujur pada dirinya dengan menyampaikan apa yang dirasakan oleh peserta

Bagaimana membuat program yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pengepakan persegi tiga dimensi menggunakan pendekatan firefly algorithm (FA).. Bagaimana

Metode ini didasarkan pada persamaan momen contoh dan momen teoritis, kemudian memecahkan persamaan-persamaan tersebut untuk mendapatkan penduga bagi parameter

Pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap kinerja perusahaan setidaknya dapat dilihat dari dua sisi; yaitu; (1) pengaruh terhadap persaingan di dalam pasar- domestik dan (2)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap bagian dari latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama untuk menurunkan tekanan darah, maka

Berdasarkan hasil citra satelit, di perairan Teluk Gerupuk memiliki wilayah 697,51 ha yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut berdasarkan nilai muatan padatan

Adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan ingin menentukan segmen

Pengaruh Perceived Value terhadap keputusan membeli sepeda motor Yamaha Matik dapat dilihat dari kepercayaan konsumen terhadap perusahaan produsen sepeda motor Yamaha Matik