• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu Dengan Silangan Sentul Kampung Dan Resiprokalnya Umur 0 Sampai 12 Minggu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu Dengan Silangan Sentul Kampung Dan Resiprokalnya Umur 0 Sampai 12 Minggu."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ARIESTA BANGUN BUDIARTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

UKURAN TUBUH HASIL PERSILANGAN AYAM KEDU DENGAN

SILANGAN SENTUL KAMPUNG DAN RESIPROKALNYA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0 sampai 12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

ARIESTA BANGUN BUDIARTO. Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0 sampai 12 Minggu. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan HARINI NURCAHYA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari ukuran tubuh ayam hasil persilangan antara jantan kedu dengan betina sentul kampung (SK) (keduSK) dan resiprokalnya (SKkedu) pada umur 0 – 12 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan September 2014 hingga Maret 2015. Ayam yang digunakan sebanyak 47 ekor DOC jantan maupun betina hasil persilangan antara ayam kedu x sentul kampung (SK) (keduSK) dan resiprokalnya (SKkedu). Peubah yang diamati adalah bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, rentang sayap, panjang punggung, panjang dada dan lingkar dada. Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan beberapa ukuran tubuh antara ayam SKkedu dan keduSK yang dibandingkan antara sesama jenis kelaminnya. Hasil penelitian menunjukan hampir secara keseluruhan peubah yang diukur adalah sama antara ayam SKkedu dan keduSK baik antara sesama jantan maupun sesama betina. Peubah yang menunjukan berbeda nyata yaitu rataan bobot badan ayam betina pada umur 2 minggu, rataan panjang punggung jantan pada umur 6 minggu dan rataan rentang sayap jantan pada umur 10 minggu. Penelitian ini menunjukan semua peubah ukuran tubuh ayam SKKedu dengan KeduSK adalah sama (P>0.05). Penelitian ini juga menunjukan bahwa hasil persilangan ketiga jenis ayam memunculkan efek heterosis pada bobot badan yaitu ayam SKkedu dan keduSK bobot badannya lebih besar dibandingkan dengan rataan kedua tetuanya pada umur yang sama.

Kata kunci: keduSK, persiangan, SKkedu, ukuran tubuh

ABSTRACT

ARIESTA BANGUN BUDIARTO. The Body size of offspring of kedu chicken crossed with kampung-sentul crossbreed and it's reciprocal at the age 0 to 12 weeks. Supervised by CECE SUMANTRI and HARINI NURCAHYA

(5)

determine differences in some body size parameters between SKkedu and keduSK, and included among sex The results showed that almost all of variables measured were similar, both among cocks and among hens. The variables that were significantly different were the average body weight of the hens at the age of 2 weeks, the average bacbone length of the cocks at the age of 6 weeks and the average wing span length of the cocks at the age of 10 weeks. This study showed that all variable sizes keduSK did not differ with SKkedu. The study also showed that the result of crossing this two breeds of chickens has increased the effect of heterosis on body weight gain.

(6)
(7)

ARIESTA BANGUN BUDIARTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

UKURAN TUBUH HASIL PERSILANGAN AYAM KEDU DENGAN

SILANGAN SENTUL KAMPUNG DAN RESIPROKALNYA

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Karya ilmiah saya berjudul Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung Umur 0 Sampai 12 Minggu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MSc dan Ibu Dr Ir Harini Nurcahya, MSi selaku pembimbing serta Ir Sri Darwati, MSi yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada orang tua saya beserta keluarga atas segala do’a dukungan dan kasih sayangnya serta terima kasih juga kepada Bidikmisi IPB yang sudah memberikan bantuan biaya selama saya berkuliah di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, terima kasih kepada Bapak Dadang, Bia Ningrum, teman kelompok penelitian (Indah Putri Hapsari, Salva Fatma, Asep Saepudin, Fandes Trisman, Fandi Prabowo, Aulia Rahmad H, dan Wafi Faiz) serta teman-teman, khususnya IPTP 48 juga IPTP 49 (Ali, Irwan, Roby, dan Ikhsan) atas bantuan serta dukungannya dalam penyususnan karya ilmiah ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 4

Penetasan Telur 4

Pemeliharaan 4

Pemberian Pakan 4

Analisis Data 5

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Ukuran Tubuh 7

Bobot Badan 7

Panjang Shank 8

Panjang Tibia 10

Panjang Femur 11

Rentang Sayap 12

Panjang Punggung 14

Panjang Dada 15

Lingkar Dada 16

Heterosis 18

SIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Anakan ayam hasil persilangan 2

2 Analisis proksimat pakan 5

3 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam SKkedu dan keduSK

umur 0 – 12 minggu 7

4 Rataan dan simpangan baku panjang shank ayam SKkedu dan keduSK

9

5 Rataan dan simpangan baku panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK

10

6 Rataan dan simpangan baku panjang femur ayam SKkedu dan keduSK

11

7 Rataan dan simpangan baku rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK

13

8 Rataan dan simpangan baku panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK

14

9 Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK 15 10 Rataan dan simpangan baku lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK 17 11 Nilai heterosis ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan ayam SK

dan kedu

18

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam yang digunakan dalam penelitian ini (keduSK) (a) DOC, (b)

2 Minggu,(c) 8 Minggu, (d) ♂ 12 Minggu, (e) ♀ 12 Minggu 3 2 Ayam yang digunakan pada penelitian ini (SKkedu) (a) ♀ DOC, (b)

♀ 2 minggu, (c) ♀ 8 Minggu, (d) ♀12 minggu, (e) ♂ DOC, (f) ♂ 2

Minggu, (g) ♂ 8 Minggu, (h) ♂ 12 Minggu 4

3 Bagian–bagian tubuh ayam yang diukur 7

4 Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK 8

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat membuat semakin tingginya konsumsi protein hewani oleh masyarakat. Ayam menjadi salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Produksi daging di Indonesia didominasi oleh ayam ras pedaging, DPKH (2012) menyatakan produksi daging di Indonesia didominasi oleh ayam ras pedaging sebesar 52.38%, padahal Indonesia memiliki cukup potensi untuk mengurangi dominasi ayam ras dengan adanya berbagai rumpun ayam lokal. Saat ini rumpun ayam yang memiliki ciri spesifik dan berpotensi dijadikan ayam pedaging maupun petelur terdapat 31 rumpun diantaranya yaitu ayam sentul, ayam kampung, ayam kedu dan lainnya(Sartika dan Iskandar 2007). Ayam lokal memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging dan juga telur. Namun kualitas produksi ayam lokal saat ini cenderung masih rendah. Hal ini terjadi karena pada umumnya ayam lokal masih diternakkan secara tradisional khususnya di pedesaan. Perbaikan terhadap laju pertumbuhan maupun kemampuan reproduksi ayam lokal tidak cukup dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, namun perlu dilakukan upaya perbaikan mutu genetik melalui seleksi dan persilangan.

Upaya peningkatan produktivitas ayam lokal khususnya ayam sentul, kampung dan kedu tidak cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu genetiknya dengan mempertahankan sifat-sifat yang khas ayam lokal tersebut. Setiap jenis ayam memiliki karakteristik yang khas, baik ukuran maupun bentuk tubuh. Ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan ternak. Menurut Wilson et al. (1977) ukuran-ukuran tulang berhubungan erat dengan sifat-sifat pertumbuhan. Ternak dengan ukuran tulang yang lebih besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan potongan karkas yang lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai ukuran tulang lebih kecil.

Ukuran tubuh merupakan faktor yang perlu dikaji untuk mengetahui pertumbuhan tulang dan struktur tubuh ayam pada saat menetas hingga remaja dari persilangan ayam sentul-kampung dan ayam kedu. Penelitian terhadap ukuran tubuh saat menetas hingga remaja dari ayam hasil persilangan ayam sentul-kampung dan ayam kedu perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan ukuran tubuh ayam dari persilangan kedua persilangan ini, Serta dalam jangka panjang diharapkan ayam ini dapat menjadi alternatif bagi peternak sebagai ayam penghasil telur yang saat ini sebagian besar telur ayam kampung dipasaran merupakan telur ayam arab.

Tujuan Penelitian

(14)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Melalui metode pemuliaan dengan cara persilangan, diharapkan dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka ayam sentul-kampung jantan dengan ayam kedu betina dan resiprokalnya dikawinsilangkan. Kajian ini lebih difokuskan pada ukuran tubuh ayam pada saat menetas hingga remaja (umur 0 -12 minggu) yaitu bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, rentang sayap, panjang punggung, panjang dada, dan lingkar dada.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Maret 2015.

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong merk Mitutoyo dengan ketelitian 0.05 mm, egg tray, pita ukur, lembar isian yang berisikan data-data peubah ukuran permukaan linear tubuh ayam yang diamati, alat tulis, kandang berukuran 1.5 m x 1.5 m yang disekat menjadi 4 untuk DOC hingga berumur 4 minggu, kandang bambu dengan ukuran 0.85 m x 0.75 m x 0.55 m untuk ayam yang berumur 5 – 12 minggu, tempat minum, tempat pakan, timbangan digital OSUKA dengan ketelitian 0.5 g, termohygrometer dan mesin tetas otomatis dengan kapasitas 300 butir. Alat lain yang digunakan digunakan yaitu lampu, ember, dan gayung.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 13 ekor ayam betina sentul-kampung, 2 ekor ayam jantan sentul-kampung dan 12 ekor ayam betina kedu, 2 ekor ayam jantan kedu. Hasil persilangan sentul-kampung dengan kedu dan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah sekam, pakan komersial berbentuk crumble, dedak padi, vitachick, dan sekam.

Tabel 1 Anakan ayam hasil persilangan

Jenis Ayam Jenis Kelamin Jumlah (ekor)

sentul-kampung x kedu Jantan 8

Betina 10

kedu x sentul-kampung Jantan 22

Betina 7

(15)

3

Performa jenis ayam yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

(a) DOC (b) 2 Minggu (c) 8 Minggu

(d) ♂ 12 Minggu (e) ♀ 12 Minggu Ayam keduSK

Gambar 1 Ayam yang digunakan dalam penelitian ini (keduSK) (a) DOC, (b) 2 Minggu,(c) 8 Minggu, (d) ♂ 12 Minggu, (e) ♀ 12 Minggu

(16)

4

(e) ♂ DOC (f) ♂ 2 Minggu (g) ♂ 8 Minggu (h) ♂ 12 Minggu Ayam SKkedu

Gambar 2 Ayam yang digunakan pada penelitian ini (SKkedu) (a) ♀ DOC, (b) ♀ 2 minggu, (c) ♀ 8 Minggu, (d) ♀12 minggu, (e) ♂ DOC, (f) ♂ 2 Minggu, (g) ♂ 8 Minggu, (h) ♂ 12 Minggu

Prosedur

Penetasan Telur

Telur hasil perkawinan ayam persilangan diambil dan dikumpulkan setiap hari dan dimasukkan dalam mesin tetas setiap minggu sekali. Setelah 21 hari, telur menetas. DOC yang baru menetas kemudian dipasang wingband dan diukur bobot badannya.

Pemeliharaan

Kandang dipersiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan menggunakan sapu lidi dan sapu ijuk. Lantai dan sekat bambu juga dilakukan pembersihan basah menggunakan air dan kapur. Pembatas sekat, lampu, tempat minum, dan tempat pakan juga dipersiapkan untuk DOC.

Pemeliharaan ayam persilangan yang berumur 0 - 4 minggu dilakukan pada satu kotak kayu ukuran 1.5 x 1.5 m dengan dibuat sekat sehingga menjadi 4 bagian kandang kecil. Sekat kandang kecil antar kelompok ayam dibedakan berdasarkan ulangan penetasan yang terjadi 1 minggu sekali dan juga telah dipisahkan berdasarkan jenis ayam (persilangan ayam sentul-kampung x ayam kedu dan resiprokalnya). Vitachick diberikan pada saat ayam berumur 0 – 7 hari dan saat setelah selesai dilakukan pengukuran. Saat umur ayam 5 minggu, ayam dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan setiap jenis ayam ditempatkan dalam kandang bambu.

Pemberian Pakan

Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum pada pagi dan sore hari. Pakan komersial (crumble) diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai 3 minggu, selanjutnya dari 4 - 12 minggu diberi campuran dedak dengan komposisi sebagai berikut :

(17)

5

Ayam berumur 4 - 5 minggu= 70% crumble dicampur dengan 30% dedak Ayam berumur 5 - 12 minggu = 60% crumble dicampur dengan 40% dedak Analisis proksimat pakan ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2 Analisis proksimat pakan

Analisis perhitungan dari gross energi

Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan mengetahui rataan (x) dan simpangan baku (s). Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan morfometrik ayam persilangan kampung dengan kedu serta kedu dengan sentul-kampung. Rumus uji T menurut Walpole (1993) sebagai berikut :

Keterangan: berumur 12 minggu dan diukur setiap dua minggu sekali yaitu :

1. Bobot badan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.5g (satuan g)

(18)

6

3. Panjang punggung, dengan mengukur panjang punggung menggunakan pita ukur (satuan cm).

4. Panjang dada, dengan mengukur panjang tulang sternum menggunakan jangka sorong (satuan cm).

5. Panjang shank, dengan mengukur panjang tulang shank bagian kanan menggunakan jangka sorong (satuan cm).

6. Panjang tibia, dengan mengukur panjang tulang tibia/betis menggunakan jangka sorong (satuan cm).

7. Panjang femur, dengan mengukur panjang tulang femur/paha menggunakan jangka sorong (satuan cm).

8. Lingkar dada, diukur melingkar dari ujung tulang sternum dan kembali ke tulang sternum semula menggunakan pita ukur (satuan cm).

Pada persilangan ayam ini diharapkan memunculkan efek heterosis. Untuk mengetahui terjadinya heterosis perlu dilakukan perhitungan menggunakan rumus heterosis. Efek heterosis dihitung dengan rumus menurut Poehlman dan Sleeper (1995) sebagai berikut:

H = (F1- MP)/MP x 100%

Keterangan:

H = Heterosis

F1 = Nilai peubah yang diukur untuk F1

MP = Nilai rata-rata peubah yang diukur dari kedua

tetua

Bagian – bagian tubuh ayam diukur menggunakan jangka sorong dan pita ukur, bagian – bagian yang diamati ditunjukan pada gambar 3.

Keterangan : 1= rentang sayap; 2 = panjang punggung; 3= panjang tibia; 4= panjang femur; 5=

panjang shank; 6= panjang dada; 7= lingkar dada (Waggoner dan Hutchinson

2001)

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran – Ukuran Tubuh

Ukuran-ukuran tubuh dapat juga digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau negara. Hasil yang didapat akan menggambarkan hubungan morfogenetik dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Mulliadi 1996). Beberapa sifat kuantitatif yang dapat diukur yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu bobot badan, panjang femur, panjang shank, panjang sayap, panjang paha, lingkar shank dan lingkar dada (Crawford 1990).

Bobot Badan

Bobot badan suatu ayam dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Pengukuran bobot badan ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam SKkedu dan keduSK umur 0 – 12 minggu

Umur minggu

Bobot Badan (g) SKkedu jantan

(n=8)

keduSK jantan (n=22)

SKkedu betina (n=10)

keduSK betina (n=7)

0 30.06± 8.76 33.43± 9.29 29.88± 6.73 37.14± 12.31

2 90.25± 23.58 100.57± 31.28 94.88± 22.21a 118.36± 29.18b

4 234.38± 55.59 261.28± 61.80 228.88± 56.61 269.79± 71.28

6 399.75± 90.62 433.32± 78.47 386.19± 85.99 445.93± 95.46

8 640.13±143.83 674.21±170.26 609.94±126.27 695.71±119.99

10 847.25±174.14 914.02±203.11 802.94±171.30 910.07±152.63

12 1 079.88±191.47 1 198.03±236.41 975.94±181.94 1 089.00±126.13

Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05).

Berdasarkan penelitian pada Tabel 3 rataan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah sama dari umur 0 hingga umur 12 minggu. Rataan bobot

badan ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 1 079.88±191.47 g dan 1 198.03±236.41 g. Rataan bobot badan ayam ini masih

lebih berat dibandingkan rataan bobot badan tetuanya yaitu ayam SK (Setul Kampung) jantan yang dipelihara secara intensif pada umur yang sama yaitu 1 009 g (Sopian 2014) dan lebih besar dari ayam kampung jantan pada umur 12 minggu yaitu 579 g (Moniharapon 1997), serta lebih berat pula dari ayam sentul dan ayam kedu yang berdasarkan penelitian Kurnia (2011) rataan bobot badan ayam sentul, kampung dan kedu jantan pada umur 12 minggu secara berturut – turut adalah 532.1±84.78 g, 629.3±92.74 g dan 509±1.00 g.

(20)

8

secara intensif pada umur yang sama yaitu 823 g (Sopian 2014) dan ayam kampung betina yaitu 477.5 g (Moniharapon 1997), serta lebih berat pula dari rataan bobot badan ayam sentul, kampung, dan kedu betina pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif berturut – turut adalah 459.2±53.19 g, 538.3±123.5 g dan 514±61.30 g (Kurnia 2011). Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa hasil persilangan dari ketiga jenis ayam yaitu, sentul, kampung, dan kedu mendapatkan hasil bobot badan yang lebih besar dibandingkan tetuanya. Laju pertumbumbuhan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK dapat dilihat pada Gambar 4.

Jantan Betina

Gambar 4 Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK

Perbedaan rataan bobot badan dari jantan dan betina dikarenakan adanya perbedaan hormon dalam tubuhnya. Hormon androgen pada jantan dapat menggertak pertumbuhan, sehingga ukuran ayam jantan lebih besar dari betina. Frandson (1992) menyatakan bahwa testosteron mengakibatkan anabolisme protein dan pertumbuhan tulang yang besar. Testosteron sebagai steroid dari androgen mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina. Hormon testosteron dengan dosis rendah akan meningkatkan pelebaran dari epiphysis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen berpengaruh sebagai penghambat pertumbuhan kerangka (Herren 2000).

Penyebab terjadinya perbedaan bobot ayam hasil penelitian dibandingkan tetuanya adalah genetik dari ayam, kualitas pakan dan lingkungan sekitar. Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan.

Panjang Shank

Shank pada ayam berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh. Semakin bertambahnya umur ayam maka panjang shank juga semakin panjang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.

(21)

9

Tabel 4 Rataan dan simpangan baku panjang shank ayam SKkedu dan keduSK

Umur

Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul kampung

Panjang shank dan ukuran tubuh lainnya pada ayam SKkedu dan keduSK mulai diukur pada umur 2 minggu hingga 12 minggu, Berdasarkan analisis uji T, perbandingan antara ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah sama dari pertama dilakukan pengukuran yaitu umur 2 minggu hingga umur 12 minggu. Panjang shank ayam jantan SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu tumbuh mencapai 7.41±0.60 cm dan 7.77±0.85 cm. Menurut Kurnia (2011) panjang shank ayam sentul, kampung, dan kedu jantan pada umur 12 minggu secara berturut – turut yaitu 76.51±3.06 mm; 81.56±2.90 mm dan 77.15±1.00 mm, berarti ayam SKkedu dan keduSK jantan tidak berbeda dibandingkan ketiga ayam tetuanya tersebut.

Rataan panjang shank SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu tumbuh mencapai 7.15±0.70 cm dan 7.05±0.83 cm. Menurut Kurnia (2011) panjang shank ayam sentul, kampung, dan kedu betina yang dipelihara secara intensif berturut – turut adalah 71.98±4.00 mm; 73.19±5.70 mm dan 73.51±4.20 mm. Berarti jika dibandingkan dengan ketiga ayam tetuanya tersebut panjang shank ayam SKkedu dan keduSK betina masih sedikit lebih kecil dibandingkan ketiganya. Laju pertumbuhan shank ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Gambar 5

Jantan Betina

(22)

10

Panjang shank ayam jantan SKkedu dan keduSK rataan pertumbuhannya masih lebih tinggi dibandingkan panjang shank betinanya. Menurut Mufti (2003) selain umur ternak, laju pertumbuhan tulang antara ayam jantan dan betina berbeda. Ternak jantan pada umur yang sama, lebih cepat tumbuh dibandingkan ternak betina, karena pada jantan ditemukan testosteron sebagai suatu steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah testosteron yang dihasilkan oleh testis. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan menyebabkan sekresi androgen menjadi tinggi pula, sehingga pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina terutama setelah pemunculan sifat-sifat kelamin sekunder (Soeparno 1992). Frandson (1992) menyatakan bahwa testosteron mengakibatkan anabolisme protein dan pertumbuhan tulang yang besar dan tebal.

Panjang Tibia

Tibia berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh bersama dengan shank dan femur pada ayam. Rataan pertumbuhan panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK jantan dan betina ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan dan simpangan baku panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK

Umur

10 10.47±0.85 10.66±0.91 10.53±0.84 10.36±1.22

12 11.70±0.82 12.11±0.91 11.66±0.95 11.19±1.48

Keterangan: SKkedu = sentul-kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul-kampung

(23)

11

Jantan Betina

Gambar 6 Laju pertumbuhan tibia ayam SKkedu dan keduSK

Berdasarkan grafik tersebut laju pertumbuhan panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina adalah sama dibandingkan antar sesama jenis kelaminnya. Menurut Mufti (2003) selain umur ternak, laju pertumbuhan tulang antara ayam jantan dan betina berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan hormonal antara jantan dan betina.

Panjang Femur

Femur berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh yang bekerja secara bersama – sama dengan tibia dan shank. Rataan panjang shank ayam SKkedu dan keduSk pada umur 2 hingga 12 minggu ditunjukan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan dan simpangan baku panjang femur ayam SKkedu dan keduSK

Umur

Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK: kedu x sentul kampung

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, rataan panjang femur SKkedu dan keduSK jantan adalah sama pada umur 2 minggu hingga 12 minggu. Umur 12 minggurataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah 8.34±0.65

(24)

12

cm dan 8.66±0.86 cm. Rataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih besar jika dibandingkan dengan panjang femur ayam kampung jantan yang dipelihara secara intensif pada umur pada umur 12 minggu yaitu 7.32±0.86 cm (Moniharapon 1997), namun masih lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang femur ayam sentul dewasa yaitu 13 cm (Iskandar et al. 2005). Rataan minggu yang dipelihara secara intensif yaitu 6.48±0.77cm (Moniharapon 1997). Namun masih lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang femur ayam sentul betina dewasa yaitu 10.5 cm (Iskandar et al. 2005).

Laju pertumbuhan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina ditunjukan pada Gambar 7. Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama, jadi pertumbuhan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina panjang femurnya seragam.

Jantan Betina

Gambar 7 Laju pertumbuhan femur ayam SKkedu dan keduSK

Rentang Sayap

(25)

13

Tabel 7 Rataan dan simpangan baku rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK

Umur

12 18.39±1.20 18.98±1.63 17.96±1.48 18.06±1.62

Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05).

Rentang sayap SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 8 minggu dan pada umur 12 minggu adalah sama hanya pada umur 10 minggu antara ayam SKkedu dan keduSK jantan berbeda nyata. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu adalah 18.39±1.20 cm dan 18.98±1.63 cm. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih pendek jika dibandingkan rataan rentang sayap ayam kampung jantan dewasa yaitu 227.24 mm (Nishida et al. 1980), dan juga lebih pendek dari rentang sayap ayam sentul dewasa yaitu 26 cm (Iskandar et al 2005). Rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK betina umur 12 minggu adalah 17.96±1.48 cm dan 18.06±1.62 cm. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK betina lebih pendek dibandingkan dengan rataan rentang sayap ayam kampung betina dewasa yaitu 197.22 mm (Nishida et al. 1980), dan juga lebih pendek dibandingkan rentang sayap ayam sentul betina dewasa yaitu 20 cm (Iskandar et al. 2005) Rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina lebih pendek daripada rentang sayap ayam kampung pada umur yang sama. Laju pertumbuhan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK dapat dilihat pada Gambar 8.

Jantan Betina

(26)

14

Laju pertumbuhan rentang sayap pada ayam SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina adalah sama antara sesama jenis kelamin dari pertama kali dilakukan pengukuran yaitu umur 2 minggu hingga 12 minggu yang berarti ayam SKkedu dan keduSK rentang sayapnya seragam.

Panjang Punggung

Punggung adalah tempat melekatnya tulang belakang. Tulang belakang berfungsi untuk menopang dan menegakkan tubuh. Selain untuk menopang tubuh, punggung atau tulang belakang juga berfungsi sebagai tempat melekatnya otot, dengan kata lain semakin panjang punggung maka otot atau daging semakin banyak. Rataan dan simpangan baku panjang punggung dapat dilihat pada Tabel 8.

10 12.53±1.28 13.18±1.39 13.10±1.65 12.34±1.59

12 13.96±0.89 15.13±1.60 14.58±1.91 13.93±1.78

Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05).

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukan pada Tabel 8, Panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu, 4 minggu, 8 minggu hingga 12 minggu adalah sama, hanya pada umur 6 minggu antara ayam SKkedu dan keduSK berbeda nyata. Rataan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 13.96±0.89 cm dan 15.13±1.60 cm. Rataan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan sedikit lebih panjang dibandingkan rataan panjang punggung ayam sentul, kampung dan kedu jantan yang dipelihara secara intensif pada umur 12 minggu yaitu secara berturut – turut 13.15±0.21cm; 13.20±0.26cm dan 13.35±0.23 cm (Kurnia 2011).

(27)

15

Jantan Betina

Gambar 9 Laju pertambahan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK

Laju pertambahan panjang punggung SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina berdasarkan Uji T yang dilakukan antara SKkedu dan keduSK jantan maupun betina menunjukan keduanya adalah sama yang berarti SKkedu dan keduSK ukuran panjang punggungnya seragam.

Panjang Dada

Pengukuran panjang dada sangant penting karena dada merupakan tempat melekatnya otot yang paling banyak. Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK

Umur

Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 9, rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 8.65±0.61 cm dan 8.80±0.79 cm. Panjang dada ayam SKkedu dan keduSK masih dapat tumbuh hingga ayam tersebut mencapai usia dewasa kelamin yaitu sekitar 22 minggu, namun pertumbuhannya akan berlangsung lebih

(28)

16

lambat dibandingkan pertumbuhan dari 0 hingga 12 minggu seperti pendapat Jull (1979) bahwa rataan pertumbuhan tulang pada unggas cenderung mengalami kenaikan pada umur 4 -12 minggu kemudian mulai mengalami penurunan laju pertumbuhan tulang pada umur 12-22 minggu. Jika panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan dibandingkan dengan panjang dada ayam sentul dan kampung dewasa yaitu 13.5 cm (Iskandar et al. 2005) dan 13.08±1.03 cm (Candrawati 2007) maka terlihat lebih kecil nilainya.

Rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu adalah 8.39±0.88cm dan 8.83±0.71 cm. Sama seperti ayam jantan SKkedu dan keduSK, Panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina masih dapat tumbuh hingga ayam tersebut mencapai usia dewasa yaitu lebih dari 22 minggu, namun pertumbuhannya akan berlangsung lebih lambat dibandingkan pertumbuhan dari 0 hingga 12 minggu. Jika panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina dibandingkan dengan panjang dada ayam sentul dan kampung dewasa yaitu 11.5 cm (Iskandar et al. 2005) dan 10.51±0.81 cm (Candrawati 2007) maka akan lebih kecil nilainya. Laju pertambahan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK ditunjukkan pada Gambar 10.

Jantan Betina

Gambar 10 Laju pertumbuhan panjang dada ayam SKkedu da keduSK

Berdasarkan analisis Uji T, laju pertambahan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama, yang berarti baik jantan maupun betina antara ayam SKkedu dan keduSK ukuran panjang dadanya seragam.

Lingkar Dada

(29)

17

Tabel 10 Rataan dan simpangan baku lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK

Umur

10 21.33±1.39 21.75±1.61 21.59±1.95 20.83±1.81

12 22.74±1.56 24.16±1.98 23.22±2.03 23.84±2.04

Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 10, rataan lingkar dada antara ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 22.74±1.56 cm dan 24.16±1.98 cm. Rataan lingkar ada ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih besar jika dibandingkan rataan lingkar dada ayam sentul, kampung dan kedu jantan pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif berturut – turut yaitu 20.76±0.8 cm; 21.23±1.7 cm dan 21.75±0.5 cm (Kurnia 2011).

Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu adalah 23.22±2.03 cm dan 23.84±2.04 cm. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina lebih besar dibandingkan ayam sentul, kampung, dan kedu betina pada umur yang sama yaitu secara berturut – turut adalah 19.66±0.30 cm; 20.39±1.6 cm dan 20.85±0.5 cm (Kurnia 2011).

Laju pertumbuhan lingkar dada pada ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Gambar 11. Berdasarkan analisis uji T, laju pertumbuhan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama yang berarti jantan maupun betina antara ayam SKkedu maupun keduSK ukuran lingkar dadanya seragam.

Jantan Betina

(30)

18

Heterosis

Berdasarkan bobot badan ayam SKkedu dan KeduSK lebih besar dibandingkan dengan ayam SK maupun Kedu seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3. Hal ini seperti yang diharapkan bahwa hasil dari persilangan akan memunculkan efek heterosis. Efek heterosis adalah efek yang ditimbulkan akibat terjadinya persilangan yang menyebabkan sifat – sifat baik yang ada pada masing – masing jenis ayam tetuanya muncul pada anakan hasil persilangan tersebut.

Berikut ini adalah nilai dari hasil perhitungan menggunakan rumus heterosis yang ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Nilai heterosis ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan ayam SK dan Kedu

Heterosis (%)

SK Jantan x Kedu Betina Kedu Jantan x SK Betina

SKkedu Jantan (%)

SKkedu Betina (%)

KeduSK Jantan (%)

KeduSK Betina (%)

Bobot Badan 41.80 28.16 79.88 63.51

Keterangan: SK = sentul kampung; SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul

kampung

Berdasarakan hasil perhitungan mengunakan rumus heterosis yang ditunjukan pada Tabel 11, efek heterosis yang terjadi pada ayam SKkedu jantan adalah 41.80% dibandingkan rataan ayam SK jantan dan kedu betina, dan ayam SKkedu betina adalah 28.16% dibandingkan rataan tetuannya. Hal ini berarti ayam SKkedu jantan dan betina terjadi efek heterosis karena keduannya memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan rataan tetuannya. Heterosis menurut Noor (1996), dikatakan ada jika rataan performa ternak hasil persilangan melebihi rataan tetua yang pruebreed. Gen dapat bersifat aditif dengan masing – masing gen ‘plus’ menambah jumlah tertentu pada suatu sifat (Warwick et al 1995). Sedangkan ayam KeduSK jantan dan betina secara berturut – turut adalah 79.88% dan 63.51%. Nilai heterosis ayam keduSK lebih besar dibandingkan ayam SKkedu, yang berarti bobot badan ayam keduSK terhadap rataan tetuanya jauh lebih besar dibandingkan bobot badan ayam SKkedu terhadap rataan tetuanya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(31)

19

lebih besarnya bobot badan ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan dengan tetuanya pada umur yang sama.

Saran

Ayam yang digunakan dalam penelitian seharusnya dikandangkan per ekor agar ayam dapat tumbuh optimal tanpa ada pengaruh kompetisi dalam memakan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.

Candrawati VY. 2007. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam kampung, ayam sentul, dan ayam wareng tanggerang melalui analisis komponen utama. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor.

Crawford RD. 1990. Poultry Breeding dan Genetics. Amsterdam (NL) : Elsevier Science Publishers.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigdanono dan K. Praseno. Ed ke-5. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr. Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nd ed.New York (US) :

Delmar.

Iskandar S, Setioko AR, Sopiana S, Saefudin Y, Suharto, Dirdjopratono W. 2004. Keberadaan dan karakter ayam pelung, kedu, dan sentul di lokasi asal. Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri. Manado (ID). Hlm 1021-1033.

Jull MA. 1977. Poultry Husbandry. Ed ke-3. New York (US): McGraw-Hill Book Company Inc.

Kurnia Y. 2011. Morfometrik ayam sentul, kampung, dan kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1 – 12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Moniharapon M. 1997. Studi sifat-sifat biologis ayam kampung, dan ayam gemba di Maluku sampai dewasa kelamin. [tesis]. Bogor (ID) :Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Mufti R.2003. Studi ukuran tubuh ayam kampung, ayam pelung dan persilangannya. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Mulliadi D. 1996. Sifat Fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor (ID) : Program Studi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

(32)

20

Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 78-83.

Noor RR. 1996. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Poehlman JM, Sleeper DA. 1995. Breeding Field Crops. Ed ke-4. New Delhi (IN). Panima Publishing Corporation.

Sartika T, Iskandar S. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Soeparno. 1992; 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-1 dan Ed ke-2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Sopian Y. 2014. Performa F1 antara ayam sentul x kampung dan ayam pelung x sentul pada umur 0 – 12 minggu [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan IPB.

Waggoner B, Hutchinson JB. 2001. Aves: more on morphology. http://www.ucmp.berkeley.edu/diapsids/birds/birdmm.html. [10 Desember 2014].

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Warwick EJ, Astuti JM, Hardjosubroto WJ. 1995. Pemuliaan Ternak. Ed ke-5.Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University.

Wilson LL, Roth HB, Zle JH, Sink JH. 1977. Bovine metacaral and metatarsal dimension: Sex effect, heritability estimates and relation to growth and carcass characteristics. J.Anim. Sci, 44: 932-938.

LAMPIRAN

Perhitungan Heterosis:

Bobot badan ayam SK jantan : 1 009 g SK betina : 823 g Kedu jantan : 509 g Kedu betina : 514 g SKkedu jantan: 1 079.88 g SKkedu betina: 975.94 g KeduSK jantan: 1 198.03 g KeduSK betina: 1 089 g

Ayam SKkedu Jantan: Ayam SKkedu Betina:

H = (F1- MP)/MP x 100% H = (F1- MP)/MP x 100%

= (1 079.88 – 761.5)/761.5 x 100% = (975.94 – 761.5)/761.5 x 100% = 381.38/761.5 x 100% = 214.44 /761.5 x 100%

= 41.80% = 28.16%

Ayam KeduSK Jantan: Ayam KeduSK Betina:

H = (F1- MP)/MP x 100% H = (F1- MP)/MP x 100% = (1 198.03 – 666)/666 x 100% = (1 089 – 666)/666 x 100% = 532.03/666 x 100% = 423/666 x 100%

(33)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 10 Juni 1991. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara, dari pasangan Bapak Hardjito dan Ibu Purwasis. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Braja Sakti, Way Jepara, Lampung Timur. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Way Jepara dan penulis menamatkan Sekolah menengah atas di SMAN 1 Way Jepara, Lampung Timur pada tahun 2009.

Gambar

Tabel 1 Anakan ayam hasil persilangan
Gambar 1 Ayam yang digunakan dalam penelitian ini (keduSK) (a) DOC, (b) 2 Minggu,(c) 8 Minggu, (d) ♂ 12 Minggu, (e) ♀ 12 Minggu
Gambar 2  Ayam yang digunakan pada penelitian ini (SKkedu) (a) ♀ DOC, (b) ♀ 2 minggu, (c) ♀ 8 Minggu, (d) ♀12 minggu, (e) ♂ DOC, (f) ♂ 2 Minggu, (g) ♂ 8 Minggu, (h) ♂ 12 Minggu
Tabel 2 Analisis proksimat pakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilu Presiden atau Wakil Presiden dan Pemilukada dapat dilakukan dalam dua putaran jika pada putaran pertama tidak ada pasangan yang mendapat perolehan suara lebih dari 50%

berkesinambungan dengan kebijakan kepegawaian daerah didasarkan pula pada kondisi kebutuhan daerah, karakteristik dan budaya kerja. Beberapa kebijakan nasional dalam

Barang/Jasa Pelengkap (Complimentary Products/Services): adalah barang / material / bisa juga dokumen, maupun jasa-jasa lainnya yang harus disediakan, dibeli, dan atau digunakan

[r]

Dengan menggunakan signifikansi α sebesar 0,05 (  = 5%) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,221, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,221 lebih besar dari 0,05, maka

Seminar Nasional Tempe Goes International (tahun 2012) untuk 150 UMKM dan pengrajin Tempe guna mendukung upaya Indonesia memperjuangkan SNI tempe menjadi standar

Salah satu metode pembelajaran yang dilatarbelakangi permainan dalam salah satu situs Depdiknas adalah metode Crush Word (tebak kata )(www.dikmegnum.go.id ). Tebak