• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap Untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap Untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETINGGIAN DAN TIPE PERANGKAP UNTUK MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae)

DI DESA PEARUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

OLEH :

KRENIVA M. SINAGA / 100301226

AGROEKOTEKNOLOGI – HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI KETINGGIAN DAN TIPE PERANGKAP UNTUK MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae)

DI DESA PEARUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

OLEH :

KRENIVA M. SINAGA / 100301226

AGROEKOTEKNOLOGI – HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

JUDUL

NAMA NIM PRODI MINAT

: Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap Untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)

(Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan

: Kreniva M. Sinaga : 100301226

: Agroekoteknologi

: Hama dan Penyakit Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS.) (Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.) NIP. 195601221986011001 NIP. 195301291979031001

Mengetahui

(4)

ABSTRACT

Kreniva Megawati Sinaga “Test of Height and Type of Trap to Control Berry Borrer (Hypothenemus hampei Ferr.) in Pearung village, Sub-district

Paranginan, District Humbang Hasundutan”. Under the supervision of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr. This research

aims to know the efective height and type of trap which is at most attacked by

H. hampei in the field. The method used Factorial Randomized Block Design (RBD) which consisted 2 treatments factor and three replications. First factor was height of trap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) and the second factor was the type of trap (single funnel trap, multiple funnel trap, and mineral bottle). The results showed that the height of trap, type of trap, and that interactions significant by

H. hampei trapped but the intensity of attack by H. hampei and production of cofee non significant.

(5)

ABSTRAK

Kreniva Megawati Sinaga “Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk

Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan PBKo di Lapangan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Fakor pertama adalah ketinggian perangkap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) sedangkan faktor kedua adalah tipe perangkap (corong tunggal, corong ganda, dan botol bekas air mineral). Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor ketinggian, tipe perangkap serta interaksinya terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap berpengaruh nyata sedangkan terhadap presentase serangan dan produksi buah kopi tidak berpengaruh nyata.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Kreniva Megawati Sinaga lahir pada tanggal 9 Desember 1992 di Medan,

Sumatera Utara dari ayah Alm. Drs. Ruslan P. Sinaga dan ibu N. M. L. Manalu.

Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara.

Tahun 2010 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Medan

dan pada tahun yanga sama lulus ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) di program studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Gerakan

Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Asisten Dasar Perlindungan Tanaman

Sub-Hama dan Sub-Penyakit, serta Asisten Laboratorium Perbanyakan Vegetatif

Tanaman.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi

(Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua yang telah membesarkan, memelihara, mendidik, dan mendukung

penulis baik secara materil maupun moril. Penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.

selaku Ketua dan Anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan

dan arahan dalam penulisan skripsi serta kepada Bapak Sianturi selaku

pembimbing di lapangan selama pelaksanaan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan

pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat.

Medan, Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis Percobaan ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4 Tempat dan Waktu Percobaan ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian Kebun Percobaan ... 16

Perakitan Perangkap ... 16

Pemasangan Perangkap ... 17

Parameter yang Diamati Jumlah Imago H. hampei yang Tertangkap ... 17

Persentase Serangan H. hampei pada Buah Kopi ... 17

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago

H. hampei yang tertangkap ... 19

Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan H. hampei pada Buah Kopi ... 21

Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap Produksi Buah Kopi .... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm.

1 Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago

H. hampei yang tertangkap 19

2 Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase

serangan H. hampei pada buah kopi 21

3 Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap produksi

(11)

DAFTAR GAMBAR

No .

Judul Hlm

.

1 a. Telur H. hampei 5

b. Larva H. hampei 5

2 Larva H. hampei 6

3 Pupa H. hampei 7

4 Imago H. hampei 7

5 a. Buah kopi yang muda terserang serangga H. hampei 9 b. Buah kopi yang tua terserang serangga H. hampei 9

6 a. Tipe corong tunggal 13

b. Tipe corong ganda 13

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Imago H. hampei yang tertangkap 30

2. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi 34

3. Produksi buah kopi 38

4. Lahan Penelitian 41

(13)

ABSTRACT

Kreniva Megawati Sinaga “Test of Height and Type of Trap to Control Berry Borrer (Hypothenemus hampei Ferr.) in Pearung village, Sub-district

Paranginan, District Humbang Hasundutan”. Under the supervision of Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr. This research

aims to know the efective height and type of trap which is at most attacked by

H. hampei in the field. The method used Factorial Randomized Block Design (RBD) which consisted 2 treatments factor and three replications. First factor was height of trap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) and the second factor was the type of trap (single funnel trap, multiple funnel trap, and mineral bottle). The results showed that the height of trap, type of trap, and that interactions significant by

H. hampei trapped but the intensity of attack by H. hampei and production of cofee non significant.

(14)

ABSTRAK

Kreniva Megawati Sinaga “Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk

Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. dan Ir. M. Iskandar Pinem, MAgr.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk mengendalikan PBKo di Lapangan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan tiga ulangan. Fakor pertama adalah ketinggian perangkap (1 ; 1,2 ; 1;4 ; 1,6 dan 1,8 m) sedangkan faktor kedua adalah tipe perangkap (corong tunggal, corong ganda, dan botol bekas air mineral). Hasil percobaan menunjukkan bahwa faktor ketinggian, tipe perangkap serta interaksinya terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap berpengaruh nyata sedangkan terhadap presentase serangan dan produksi buah kopi tidak berpengaruh nyata.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan komoditas perkebunan komersial Indonesia yang

sebagian besar produksinya diekspor ke pasar dunia. Saat ini Indonesia

merupakan negara produsen terbesar ketiga dunia, yang menguasai pangsa sebesar

7,9 persen, dan sekaligus merupakan negara pengekspor kopi terbesar keempat

dunia yang menguasai pangsa ekspor dunia sebesar 6,6 persen (Hutabarat, 2004).

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting

dalam perekonomian nasional, di antaranya : (1) sebagai lapangan kerja dan

sumber pendapatan masyarakat; (2) sebagai bahan baku industri pengolahan,

sehingga produknya mempunyai pasar yang luas baik lokal, regional, dan global;

(3) menciptakan nilai tambah melalui kegiatan pascapanen, pengolahan, dan

distribusi; (4) sebagai sumber devisa nonmigas melalui kegiatan ekspor ke

beberapa negara tujuan dan (5) menciptakan pasar bagi produk-produk

non-pertanian (Hutabarat et al. dalam Dradjat et al., 2007).

Komoditas kopi yang dikomersialkan umumnya adalah jenis kopi Arabika

dan kopi Robusta. Di pasaran dunia, kopi Arabika dibedakan atas 3 kelompok

berdasarkan kualitas citarasanya, yaitu kopi Arabika biasa, kopi spesialti, dan kopi

organik (Susilo, 2008). Dewasa ini ekspor kopi Arabika mencapai

28.100 ton/tahun atau 8,28% dari total ekspor kopi Indonesia. Komposisi mutu

ekspor kopi Arabika adalah 72% tinggi, 23% sedang dan hanya 3% mutu rendah

(16)

Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 201-2028’

Lintang Utara, dan 98010-98058’ Bujur Timur dan berada di bagian tengah

wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan

berada pada ketinggian antara 330-2075 m di atas permukaan laut,

dengan luas wilayah sebesar 2.335,33 km2, dengan kemiringan tanah yang

tergolong datar hanya 11%, landai sebesar 20%, dan miring/terjal 69%

(Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, 2005).

Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kabupaten yang dimekarkan dari

Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan UU No. 9 tahun 2003. Kabupaten ini

terletak ditengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah

2.335,33 km2 terdiri dari 10 Kecamatan, 124 Kelurahan dan 117 Desa. Ibukota

kabupaten berada pada kecamatan Dolok Sanggul sebagai pusat pemerintahan.

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Luas tanaman perkebunan pada tahun 2008 mencapai 36.599,35 Ha dan tersebar

diseluruh Kecamatan. Lahan yang paling luas diperuntukkan untuk perkebunan

kopi, yakni seluas 22.707 Ha dengan luas panen 7.540,00 Ha dan jumlah produksi

mencapai 6.234,38 ton (Sihaloho, 2009).

Potensi Ekonomi di Kabupaten Humbang Hasundutan mayoritas

masih bertumpu pada sektor pertanian. Tanaman kopi di Kabupaten

Humbang Hasundutan merupakan komoditas yang khas. Fluktuasi peningkatan

produksi tanaman kopi di Kabupaten ini dari tahun ke tahun tidak besar,

hanya meningkat 4-5 persen, meningkat dua persen dari tahun sebelumnya

(17)

Di antara permasalahan dalam budidaya kopi adalah serangan hama

penggerek buah kopi, Hypothenemus hampei Ferr. (PBKo). Hama PBKo ini selain menyerang biji kopi di pertanaman juga dapat menyerang biji kopi sewaktu

di penyimpanan. Serangan hama PBKo menyebabkan penurunan produktivitas

dan kualitas hasil secara nyata. Serangan pada stadia buah muda dapat

menyebabkan keguguran buah sebelum buah masak, sedangkan serangan pada

stadia buah masak (tua) menyebabkan biji berlubang sehingga terjadi penurunan

berat dan kualitas biji (Sulistyowati dalam Susilo, 2008). Kehilangan hasil akibat serangan PBKo bervariasi tergantung kondisi pengelolaan tanaman. Pada

pertanaman yang tidak dilakukan tindakan pengendalian serangan hama PBKo

dapat mencapai 100% (Baker, Prakasan et al. dalam Susilo, 2008).

Hama penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae) merupakan kumbang penggerek endemik Afrika Tengah

yang sangat merusak pada budidaya kopi hampir di seluruh dunia, kecuali

di Nepal dan Papua New Guinea (PNG) yang masih terbebas dari serangan

hama tersebut (Vega et al. dalam Burbano et al., 2010). Kerugian akibat

hama ini di dunia mencapai 500 juta USD setiap tahunnya

(Durham, 2004, Vega et al. dalam Wiryadiputra, 2012). Di Indonesia,

diperkirakan kerugian oleh hama PBKo mencapai 6,7 juta dolar AS per tahun

(Wiryadiputra et al. dalam Wiryadiputra, 2012). Kerugian ini belum termasuk penurunan mutu yang berakibat juga pada penurunan harga (Wiryadiputra, 2012).

Pengendalian PBKo yang dilakukan akhir-akhir ini adalah penggunaan

(18)

digunakan sekitar 15 perangkap/Ha, dapat menurunkan populasi PBKo kira-kira

85% dari satu hektar tanaman kopi (Jansen dalam Manurung, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi

(PBKo, Hyphotenemus hampei Ferr.) berkaitan dengan ketinggian dan tipe perangkap serangga.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji ketinggian dan tipe perangkap yang efektif untuk

mengendalikan penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan.

Hipotesis Penelitian

- Ketinggian perangkap berpengaruh meningkatkan populasi imago

Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)yang tertangkap - Tipe perangkap berpengaruh meningkatkan populasi imago Penggerek

Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)yang tertangkap

- Interaksi antara ketinggian dan tipe perangkap berpengaruh meningkatkan

populasi imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)yang tertangkap

Kegunaan Usulan Penelitian

Penulisan usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memulai

penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

(19)

(a) (b) TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)

Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family : Scolytidae

Genus : Hypothenemus

Spesies : Hypothenemus hampei Ferr.

PBKo sangat berbahaya karena berkembang biak sangat cepat dan jumlah

banyak sekali. Dalam 1 tahun, keturunan dari 1 ekor betina berjumlah 100.000

(seratus ribu) ekor. Dalam 2-3 tahun, semua buah bisa terserang sehingga tidak

ada lagi biji yang dapat dipanen. Siklus hidup (life cycle, dari telur ke dewasa)

PBKo hanya 24-45 hari (tergantung cuaca). Satu betina bertelur sebanyak 35-50

butir yang terdiri dari 33-46 (92%) betina (Malau et al., 2012).

Gambar 1 : (a) Telur Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Telur pada

(20)

Dua hari setelah memasuki buah, betina sudah bertelur. Kumbang betina yang

akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada

buah kopi dan biasanya pada bagian ujung (Gambar 1a). Kemudian kumbang

tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya.

Telur menetas menjadi larva dalam 5-9 hari. Lama stadium larva

penggerek biji kopi berkisar 10-26 hari. Telur menetas menjadi larva yang

menggerek biji kopi (Gambar 2) (Hindayani et al., 2002). Larva yang baru menetas berada dalam gerekan yang dibuat oleh imago dan makan dari biji kopi

(Wiryadiputra, 2007).

Gambar 2 : Larva Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)

Larva penggerek buah kopi (Gambar 2) yang menetas akan segera menggerek

keping biji (endosperma) kopi yang telah mengeras dan berkembang sampai

menjadi dewasa pada liang gerekan dalam buah kopi.

Larva penggerek biji kopi menjadi pupa atau kepompong didalam buah

atau biji kopi. Masa prapupa 2 hari dan lama stadium pupa 4 sampai 9 hari

(21)

Gambar 3 : Pupa Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)

Dari pupa (Gambar 3) akan keluar serangga dewasa (imago) jantan dan betina.

Imago betina dapat terbang, sedangkan imago jantan tetap tinggal pada liang

gerekan dalam biji.

Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan (Gambar 4). Panjang tubuh

serangga betina 2 mm, sedang jantan lebih kecil 1.2 mm, perbandingan antara

betina dan jantan rata-rata 10 : 1 (Prastowo et al., 2010). Pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi

serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang

lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan

serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H. hampei

tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji (Wiryadiputra, 2007).

Pupa berada di dalam biji kopi

(22)

Hama PBKo mampu terbang dengan ketinggian hingga 1,8 meter. Serangga

jantan tidak bisa terbang, sedang betina terbang sore hari dari pukul 16.00 sampai

18.00 dengan umur rata-rata 103 hari dan 150 hari.

Gejala Serangan

Hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah:

penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak) (Gambar 5a), buah gugur

mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk

(Ernawati et al., 2008).

Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm)

telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah

berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang

bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak,

tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya

ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang

justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi

kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah

mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1996).

Hama menyerang buah dengan cara menggerek. Lubang gerekan

berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 mm dan umumnya dijumpai pada

ujung buah. Lubang kadang-kadang sukar dilihat karena tertutup oleh kotoran

(23)

Setelah menyerang buah yang bijinya lunak, hama segera keluar karena tidak bisa

berkembang di dalamnya. Buah muda akan menjadi busuk dan kemudian gugur.

Jenis kopi yang disukai adalah jenis Arabica, Robusta dan Liberica

(Untung, 2010).

Gambar 5 : (a) Buah kopi yang terserang serangga PBKo (Sumber : Foto langsung, 2014)

Gejala serangan dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak)

(Gambar 5). Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah sedangkan serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat

berlubang-lubang dan bermutu rendah. Pada umumnya, hanya kumbang betina

yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan

buat lubang kecil dari ujungnya (Gambar 5).

PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering

mencapai populasi yang tinggi. Kumbang betina menyerang buah kopi yang

sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah

yang sudah tua paling disukai. PBKo menyerang pada bagian kebun kopi yang Buah kopi berlubang akibat gerekan serangga

(24)

serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang

tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu

penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal

(Hindayana et al., 2002).

Pengendalian

Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%.

Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi kebun, pembiakan dan pelepasan

parasitoid Cephalonomia stepiana serta penggunaan jamur Beauveria basiana. (Prastowo et al., 2010).

Pengendalian hama PBKo menurut Ernawati et al. (2008) dapat dilakukan dengan cara :

- Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yang terserang maupun

tidak), biasanya dilakukan pada 15-30 hari menjelang panen raya. Untuk

mencegah terbangnya hama, pada saat menampung buah digunakan kantong

yang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panas selama sekitar 5 menit

- Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buah yang telah berukuran

5 mm yang masih ada di pohon sampai akhir panen (hal ini untuk memutus

daur hidup hama)

- Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agar kondisi lingkungan

tidak terlalu gelap.

Pengelolaan hama PBKo dapat dilakukan dengan cara yaitu memanfaatkan

(25)

lingkungan seperti mengurangi naungan dan melakukan pemangkasan serta

mengusahakan supaya selama jangka waktu tertentu tidak terdapat buah kopi,

baik di pohon ataupun di tanah. Dengan demikian kumbang betina tidak

mempunyai buah kopi untuk makanan atau untuk tempat berkembang biak. Hal

tersebut dapat diusahakan antara lain melalui rampasan, lelesan, petik bubuk

(Untung, 2010).

Pengendalian dengan insektisida kimia tidak dilakukan karena hampir

semua stadium perkembangan serangga hama tersebut berada di dalam buah kopi.

Di samping itu petani mengalami kendala di dalam penyemprotan karena pada

umumnya ketinggian pohon kopi melebihi tinggi manusia. Aplikasi insektisida

kimia yang terus-menerus juga akan mendatangkan masalah-masalah baru yang

lebih rumit dan sulit diselesaikan, seperti resistensi, resurgensi, munculnya hama

baru, tercemarnya lingkungan hidup, teracuninya binatang ternak bahkan manusia

(Untung dalam Laila et al., 2011). Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara pemangkasan dan penggunaan perangkap yang berisi senyawa

kairomon (Wiryadiputra dalam Laila et al., 2011).

Perangkap Serangga

Kajian tentang perangkap untuk hama PBKo telah dilakukan ntuk

mengevaluasi aspek warna perangkap desain atau tipe perangkap dan senyawa

penarik yang paling efektif untuk menarik serangga PBKo, serta potensinya dalam

menurunkan populasi hama PBKo. Warna perangkap yang dievaluasi terdiri atas

(26)

Perangkap diletakkan pada tiang kayu pada ketinggian sekitar 175 cm diatas

permukaan tanah dan ditempatkan di antara pohon kopi. Pengamatan jumlah

serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari selama satu minggu

(Wiryadiputra dalam Manurung, 2008).

Scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol. Ketertarikan serangga

tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman kopi (iklim, pengaturan jarak

tanam, kelembaban, kultivar, umur tanaman, arah angin, kecepatan, dan lain-lain)

dapat mempengaruhi penangkapan hama ini. Berdasarkan uraian tersebut, hasil

penelitian terhadap penangkapan PBKo diperoleh hasil yang bertentangan

dalam hal tanggapan serangga tersebut terhadap bahan semikimia,

dan hubungannya dengan faktor lain. Sebagai contoh, beberapa studi

menunjukkan bahwa PBKo yang tertangkap meningkat dengan menggunakan

campura bahan ethanol dan methanol dengan perbandingan tingkat campuran 1:3

(Mendonza Mora dalam Silva et al., 2006).

Perangkap senyawa penarik terdiri atas 2 bagian utama, yaitu alat

perangkap dan senyawa penaik (atraktan). Pada bagian alat perangkap terdiri atas

tameng plstik yang dipasang secara bersilang sehingga pada bagian atas corong

terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian tengah tameng ini ditempatkan

senyawa penarik yang berada dalam botol plastik kecil. Pada bagian awah corong

terdapat botol penampung serangga yang tertangkap, yang dapat dikaitkan

dengan corong pada bagian tutupnya. Di dalam botol penampung diisi

larutan sabun yang berfungsi untuk menampung serangga PBKo sehingga

akan cepat mengalami kematian. Pada sisi samping botol penampung, kurang

(27)

(a) (b) (c)

mengeluarkan kelebihan air apabila alat perangkap terisi air dari luar pada saat

musim hujan. Pada bagian atas corong dan tameng masih diberi peneduh dari

plastik untuk melindungi dari curah hujan dan kotoran masuk kedalam perangkap

(Wiryadiputra dalam Manurung, 2008).

Gambar 6 : (a) Tipe corong tunggal (b) Tipe corong ganda

(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kebun kopi milik petani di Desa Pearung,

Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbahas. Varietas yang ditanam adalah

varietas arabika, dengan luas lahan ± 5000 m2 dan ketinggian tempat ± 1200 m di

atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai

Oktober 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kopi Arabica

(Coffea arabica), senyawa penarik yaitu campuran methanol dan ethanol dengan perbandingan 3:1, larutan deterjen, dan plastik.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol bekas air mineral,

corong, kamera, pinset, bambu, tali, pisau. botol kocok, buku data serta alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

(RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu :

• Faktor I : Tinggi Perangkap (T)

T1 : Perangkap dengan ketinggian 1,0 m

T2 : Perangkap dengan ketinggian 1,2 m

T3 : Perangkap dengan ketinggian 1,4 m

(29)

T4 : Perangkap dengan ketinggian 1,8 m

• Faktor II : Tipe Perangkap (P)

P1 : Perangkap corong tunggal

P2 : Perangkap corong ganda

P3 : Perangkap botol bekas air mineral

Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

Kombinasi Perlakuan adalah:

T1P1 T2P1 T3P1 T4P1 T5P1

T1P2 T2P2 T3P2 T4P2 T5P2

T1P3 T2P3 T3P3 T4P3 T5P3

Metode linier yang dipakai:

Yijk = μ + τi + βj (τβ) ij + εijk

Dimana :

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan taraf ke-j, perlakuan taraf ke-k blok i

μ = Rata-rata umum

τi = Efek blok ke-i

βj = Efek perlakuan pada taraf ke-i, taraf perlakuan ke-j

(τβ) ij = Efek perlakuan pada taraf ke-i, taraf perlakuan ke-j

(30)

Pelaksanaan Penelitian

Kebun Percobaan

Survei dilakukan dengan mengamati daerah pertanaman kopi di kebun

milik petani. Jenis kopi pada areal percobaan adalah kopi Arabika berumur

7-10 tahun. Ditetapkan luas lahan penelitian yaitu ± 5000 m2 dengan populasi

tanaman kopi sebanyak 1250 tanaman dengan jarak tanam 2 x 2 meter.

Perakitan Perangkap

Perangkap dari botol bekas air mineral memiliki spesifikasi botol dengan

volume 1,5 liter. Selanjutnya pada botol tersebut dibuat dua buah lubang pada sisi

yang berlawanan dengan ukuran tiap lubang sama (5x6) cm. Bentuk kedua lubang

arahnya lurus sesuai perlakuan. Wadah senyawa penarik diletakkan di dalam botol

dengan cara dikaitkan menggunakan tali pada bagian tutup botol di bagian atas,

sedang untuk menampung serangga yang tertangkap diletakkan larutan deterjen

pada bagian dasar botol.

Perangkap corong ganda dibuat dengan menyusun corong secara

bertingkat sebanyak 4 buah. Wadah senyawa penarik dikaitkan menggunakan tali

pada bagian penutup corong di bagian atas. Untuk menampung serangga yang

tertangkap diletakkan larutan deterjen pada botol kocok yang dikaitkan dengan

corong.

Perakitan alat perangkap dari komponen-komponen yang terpisah dirakit

(31)

Pemasangan Perangkap

Perangkap dipasang secara acak pada areal pertanaman dengan jumlah 45

buah. Pengamatan dilakukan 1 kali sehari selama seminggu. Botol yang berisikan

senyawa penarik diikat dengan menggunakan benang, lalu larutan deterjen

diletakkan dibagian dasar perangkap. Perangkap digantung sesuai dengan

masing-masing perlakuan.

Perangkap dipasang pada ketinggian sesuai dengan perlakuan diantara

pohon kopi.

Parameter yang Diamati

a. Jumlah imago Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) yang ditangkap pada masing-masing perlakuan dan ulangan setiap hari

menggunakan perangkap yang telah dilengkapi senyawa penarik, dengan

cara menghitung dan mencabut serangga pada setiap perlakuan.

b. Persentase serangan terhadap buah pada luasan yang diamati.

Persentase serangan Penggerek Buah Kopi dihitung dengan cara :

- Ditetapkan 2 pohon contoh untuk masing-masing perlakuan pada areal

pertanaman dengan total pohon yang diamati untuk perlakuan persentase

serangan serta produksi buah kopi adalah sebanyak 90 pohon

- Dipilih 4 cabang pada setiap pohon contoh dengan posisi cabang berada di

tengah bagian pohon dan keempat cabang tersebut searah dengan 4 mata

angin (utara, selatan, barat, dan timur).

(32)

- Dihitung persentase serangan Penggerek Buah Kopi dengan menggunakan

rumus :

a

b

Keterangan :

P = Persentase buah yang terserang

a = Jumlah buah yang terserang pada saat panen

b = Jumlah total buah kopi yang dipanen.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Jumlah Imago PBKo (Hypothenemus hampei Ferr. ) yang Tertangkap

Dari hasil analisis sidik ragam jumlah imago H. hampei yang tertangkap pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap, menunjukkan hasil yang

berbeda sangat nyata (Lampiran 5-8) sedangkan interaksi antara ketinggian dan

tipe perangkap berpengaruh nyata terhadap jumlah imago H. hampei yang

tertangkap. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago

H. hampei yang tertangkap dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago

H. hampei yang tertangkap

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(ekor)

(34)

T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 5,38 ekor dan jumlah

imago H. hampei yang tertangkap terendah terdapat pada perlakuan T5P2 (1,8 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 1,19 ekor.

Pengamatan dilakukan pada tanaman kopi dengan ketinggian 1-1,8 meter,

rataan imago H. hampei yang tertangkap adalah 3,23 ekor. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu

rataan jumlah imago H. hampei yang tertangkap dari awal hingga akhir pengamatan sebesar 5,38 ekor. Serangga masih dapat tertangkap pada

pemasangan perangkap sampai dengan ketinggian 1,8 meter karena pada

ketinggian tersebut masih terdapat buah kopi dimana tidak dilakukan

pemangkasan pada pohon kopi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemasangan

perangkap yang efektif pada ketinggian 1,2 m. Hal ini sesuai dengan pendapat

CIRAD (2004) yang menyatakan bahwa ketinggian perangkap yang efektif adalah

1,2 m.

Pada perlakuan T2P2 menggunakan corong ganda berwarna merah. Hal ini

menunjukkan bahwa ketertarikan serangga H. hampei terhadap warna merah merupakan pemicu tertangkapnya serangga kedalam perangkap. Menurut

Wiryadiputra (2006) penggunaan tipe perangkap corong ganda dengan empat

corong mendapatkan hasil bahwa warna perangkap merah dan biru adalah paling

efektif dalam menarik serangga PBKo.

Ketertarikan serangga PBKo terhadap perangkap juga dikarenakan

senyawa feromon yang dipasang pada perangkap dimana senyawa tersebut

(35)

Beberapa studi menunjukkan bahwa H. hampei yang tertangkap meningkat dengan menggunakan campuran bahan ethanol dan methanol dengan

perbandingan tingkat campuran 1:3.

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Persentase Serangan H. hampei pada Buah Kopi

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam persentase buah yang terserang

pada setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap, menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata (lampiran 9-11). Rataan persentase buah yang terserang dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan

H. hampei pada buah kopi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(%)

(36)

tunggal) dan T3P1 (1,4 m dengan perangkap corong tunggal) yaitu sebesar 0,03 %

dan terendah terdapat pada perlakuan T4P1 (1,6 m dengan perangkap corong

tunggal) dan T4P2 (1,6 m dengan perangkap corong tunggal) yaitu sebesar

0,02 %. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun

penurunan presentase serangan yang signifikan pada setiap perlakuan karna

pengamatan yang dilakukan selama 7 hari.

Rataan persentase serangan H. hampei mencapai 0,03%. Hal ini disebabkan karena pohon kopi yang rimbun akibat tidak dilakukan pemangkasan

sehingga memicu serangan serangga H. hampei. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (2010) yang menyatakan bahwa untuk pengendalian serangga H. hampei

dilakukan pemangkasan terhadap tanaman agar kondisi lingkungan tidak terlalu

gelap. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hindayani et al. (2002) yaitu

H. hampei menyerang pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Buah kopi yag terserang akan berlubang dengan

diameter lebih kurang 1 mm dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian

H. hampei betina bertelur pada lubang tersebur. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan buah menjadi tidak normal, dan biji menjadi busuk akibat gerekan

oleh larva H. hampei yang menetas didalam buah kopi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ernawati et al. (2008) yang mengemukakan bahwa gejala serangan pada buah kopi yaitu buah gugur mencapai 7-14%, perkembangan buah

(37)

Pengaruh Ketinggian dan Tipe Perangkap terhadap Data Produksi Buah Kopi

Hasil analisis sidik ragam pada parameter data produksi buah kopi pada

setiap perlakuan ketinggian dan tipe perangkap dengan jumlah pohon sebanyak 90

pohon, menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (lampiran 12-15). Rataan

tinggi data produksi buah kopi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap produksi buah kopi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(kg)

Pada pengamatan diketahui bahwa perlakuan data produksi buah kopi

tertinggi terdapat pada perlakuan T5P3 (1,8 m dengan perangkap corong ganda)

yaitu sebesar 0,20 kg dan terendah terdapat pada perlakuan T1P3 (1 m dengan

perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,09 kg. Rataan produksi buah

(38)

terdapat peningkatan maupun penurunan produksi buah kopi yang signifikan pada

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ketinggian dan tipe perangkap berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah

imago H. hampei yang tertangkap sedangkan interaksi antar keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah imago H. hampei yang tertangkap

2. Ketinggian dan tipe perangkap tidak berpengaruh nyata terhadap persentase

serangan H. hampei pada buah kopi dan produksi buah kopi

3. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap tertinggi terdapat pada perlakuan T2P2 (1,2 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 5,38 ekor dan

jumlah imago H. hampei yang tertangkap terendah terdapat pada perlakuan T5P2 (1,8 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar 1,19 ekor dengan

rataan sebesar 3,23 ekor

4. Persentase buah terserang yang tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1

(1 m dengan perangkap corong tunggal) dan yaitu sebesar 0,03% dan

terendah terdapat pada perlakuan T4P1 (1,6 m dengan perangkap corong

tunggal) dan T4P2 (1,6 m dengan perangkap corong ganda) yaitu sebesar

0,02 % dengan rataan sebesar 0,03%

5. Data produksi buah kopi tertinggi terdapat pada perlakuan T5P3

(1,8 m dengan perangkap botol bekas air mineral) yaitu sebesar 0,20 kg dan

terendah terdapat pada perlakuan T1P3 (1 m dengan perangkap botol bekas air

(40)

Saran

Perlu dilakukan penyuluhan terhadap petani kopi untuk meningkatkan

pemeliharaan tanaman kopi baik dari segi pemupukan, pemangkasan, dan lainnya

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pegembangan Provinsi Sumatera Utara. 2005. Kajian Terhadap Perkembangan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kota Padang Sidimpuan Sebagai Hasil Pemekaran. Sumatera Utara.

Burbano, E., M. Wright, D. E. Bright and F. E. Vega. 2010. New Record For The Coffee Berry Borer, Hypothenemus hampei, In Hawaii. Journal of Insect Science 11(117):1-3.

CIRAD. 2004. The Brocap Trap. Tree Crops Department Coffee Programme. France.

Dradjat, B., A. Agustian dan A. Supriatna. 2007. Ekspor dan Daya Saing Kopi

Biji Indonesia di Pasar Internasional : Implikasi Strategis Bagi

Pengembangan Kopi Biji Organik. Pelita Perkebunan 23(2):159-179.

Ernawati, R. W. Arief dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Hindayana, D.,D. Judawi, D. Priharyanto, G. C. Luther, G. N. R. Purnayasa, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, P. Mundy, dan Riyatno. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian Jakarta.

Hutabarat, B. 2004. Kondisi Pasar Dunia dan Dampaknya Terhadap Kinerja Industri Perkopian Nasional. Jurnal agro Ekonomi 22(2):147-166.

Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia. Diterjemahkan Oleh P. A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Laila,M. S. I., N. Agus dan A. P. Saranga. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Jurnal Fitomedika 7(3):162-166.

Malau, S., P. LB Raja, B. Naibaho, S. T. T. Sumihar, dan R. Simanjuntak. 2012. Kajian Tentang Pengaruh Atraktan Dari Nabati Alami Lokal dan Buatan untuk Memerangkap Hama Penggerek Buah Kopi di Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara. Medan.

(42)

Manurung, V. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada Tanaman Kopi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S. J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Ramlan, Nurjanani dan M. Sjafaruddin. 2010. Kajian Teknologi Pengelolaan Hama Kopi Arabika Ramah Lingkungan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010.

Sihaloho, T. M. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor. Bogor.

Silva, F. C., M. U. Ventura, and L. Morales. 2006. Capture of Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) in Response to Trap Characteristics. Science Agriculture (Piracicaba, Brazil) 63(6):567-571.

Susilo, A. W. 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea sp.) Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Review Penelitian Kopi dan Kakao 24(1):1-14.

Untung, K. 2010. Diktat Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Wiryadiputra, S. 1996. Uji Terap Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi Menggunakan Jamur Beauveria di Sulawesi Selatan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 12(2):125-129.

______________. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah Kopi, Hypothenemus hampei Ferr. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember. Jawa Timur.

_____________. 2012. Keefektifan Insektisida Cyantraniliprole Terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) Pada Kopi Arabika. Pelita Perkebunan 28(2):100-110.

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan I

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 2. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan II

(44)

Total 54,00 54,00 52,00 160,00

Rataan 3,60 3,60 3,47 3,56

Lampiran 3. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan III

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 4. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan IV

(45)

Total 56,00 73,00 71,00 200,00

Rataan 3,73 4,87 4,73 4,44

Lampiran 5. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan V

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 6. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan VI

(46)

Total 60,00 45,00 59,00 164,00

Rataan 4,00 3,00 3,93 3,64

Lampiran 7. Jumlah imago H. hampei yang tertangkap pengamatan VII

(47)

T5 9,00 8,33 11,00 28,33 9,44 Total 86,33 130,33 122,67 339,33 113,11 Rataan 17,27 26,07 24,53 67,87 22,62

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket

Perlakuan 14 55960,58 3997,18

Tinggi (T) 4 2223,02 555,76 29,77 2,69 4,02 **

Keterangan: *) Angka rata-rata dalam kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD aras 5%.

UJD Tipe (P)

sy rp RP Rataan Rataan-RP 0.04 2.89 0.12 35.53 35.41a 0.04 3.04 0.13 34.00 33.87b 0.04 3.12 0.13 20.27 20.14c

Keterangan: *) Angka rata-rata dalam kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD aras 5%.

(48)

0.21 3.37 0.69 31.00 30.31i

Keterangan: *) Angka rata-rata dalam kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD aras 5%.

Lampiran 8. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan I

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 9. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan II

(49)

T5P2 0,02 0,04 0,01 0,08 0,026

Lampiran 10. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan III

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 11. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan IV

(50)

T5P2 0,03 0,04 0,01 0,08 0,027

Lampiran 12. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan V

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 13. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan VI

(51)

T5P2 0,03 0,04 0,01 0,08 0,027

Lampiran 14. Persentase serangan H. hampei pada buah kopi pengamatan VII

(52)

P1 P2 P3

Lampiran 15. Produksi buah kopi pengamatan I

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(53)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 17. Produksi buah kopi pengamatan VII

(54)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Tabel dwi kasta total (Transformasi arcsin)

Tinggi Tipe Total Rataan

Tabel dwi kasta rataan (Transformasi arcsin)

(55)

Daftar Sidik Ragam (Transformasi arcsin)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket

Perlakuan 14 408,20 29,16

Tinggi (T) 4 0,40 0,10 0,76 2,69 4,02 tn

Tipe (P) 2 0,35 0,18 1,33 3,32 5,39 tn

PxT 8 1,55 0,19 1,46 2,27 3,17 tn

Galat 30 3,98 0,13

Total 44 6,29

FK = 200,64 KK = 2%

Lampiran 18. Gambar Lahan Penelitian

Gambar

Gambar 3 : Pupa Penggerek Buah Kopi  (Hypothenemus hampei Ferr.) (Sumber : Normauli Manurung, 2010)
Gambar 6 : (a) Tipe corong tunggal
Tabel 1. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap jumlah imago               H
Tabel 2. Pengaruh ketinggian dan tipe perangkap terhadap persentase serangan   H. hampei pada buah kopi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu mengenai pengaruh pelayanan fiskus dan

Maka dapat terlihat bahwa ada proses komunikasi yang terjadi yaitu city branding ‘Beautiful Malang’ yang dalam penelitian ini dilihat dari pelayanan publik,

Peserta yang mendaftar dalam program ini akan mengikuti Master Class, Repertoir Group Class atau Pilihan mengikuti Gypsy Music Class, Technique Group Class,

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa, mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengajar guru dalam mengelola pembelajaran,

Pelayanan, Harga dan Fasilitas terhadap Keputusan Menginap pada Hotel Jati Wisata Pangkalpinang ”.. Oleh karena itu, mohon bantuan

[r]

Sociocultural based learning overcoming the social conflict.. Social life and culture are amazing modal from

Menurut Nothstine (1991), pesan persuasif yang efektif merupakan fungsi dari (1) analisis sasaran, (2) pesan disampaikan dengan jelas dan menghormati