SKRIPSI
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR INDONESIA
PASCA KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL TAHUN 2008 DENGAN
METODE DEKOMPOSISI
OLEH
JIMMY HANDOKO BARUS 090501046
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : Jimmy Handoko Barus
PERSETUJUAN PENCETAKAN
NIM : 090501046
Program Studi : Strata - 1 Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan Regional
Judul : Analisis Peramalan Ekspor Indonesia Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global Tahun 2008 dengan Metode Dekomposisi
Tanggal, Ketua Program Studi
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D
Tanggal, Ketua Departemen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : Jimmy Handoko Barus PERSETUJUAN
NIM : 090501046
Program Studi : Strata - 1 Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan Regional
Judul : Analisis Peramalan Ekspor Indonesia Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global Tahun 2008 dengan Metode Dekomposisi
Tanggal, Pembimbing
NIP. 19580602 198803 1 001 Prof. Dr. Ramli, SE, M.S
Tanggal, Pembaca Penilai
Lembar Pernyataan
Saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PERAMALAN EKSPOR INDONESIA PASCA KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL TAHUN 2008 DENGAN METODE DEKOMPOSISI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2013
NIM. 090501046
ABSTRAK
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR INDONESIA PASCA KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL TAHUN 2008
DENGAN METODE DEKOMPOSISI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, pertambangan, dan agregat dari ketiga sektor tersebut pasca krisis keuangan Eropa dan global tahun 2008 dengan metode dekomposisi. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data perkembangan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, dan pertambangan, agregat dari ketiga sektor tersebut selama periode Januari 2002 s/d Desember 2011. Data ini digunakan untuk meramalkan nilai ekspor selama periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depannya dengan menggunakan metode dekomposisi. Selain itu penelitian ini juga akan mencoba membuktikan keakuratan metode dekomposisi dalam melakukan peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dari ketiga sektor tersebut pada periode Januari 2002 s/d Desember 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekspor sektor pertanian, industri, pertambangan, agregat ketiga sektor tersebut yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan menghasilkan nilai ekspor yang cenderung meningkat. Dari hasil pengukuran tingkat keakuratan peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dengan metode dekomposisi selama periode penelitian (Januari 2002 s/d Desember 2011), menghasilkan nilai MAPE sebesar 11%, artinya bahwa tingkat akurasi peramalan adalah tidak baik karena melebihi batas tingkat toleransi sebesar 5%.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FORECASTING EXPORT OF INDONESIA IN THE AFTERMATH OF THE FINANCIAL CRISIS IN EUROPE AND GLOBALLY IN
2008 WITH THE DECOMPOSITION METHOD
This research aims to analyze the value of Indonesia's exports of forecasting on agriculture, industry, mining, and the aggregate of the third sector in the aftermath of the financial crisis in Europe and globally in 2008 with the decomposition method. In this study, the data used is Indonesia export value growth data on agriculture, industry and mining, the aggregate of all three of these sectors during the period January 2002 s/d December 2011. This Data is used to predict the value of exports during the period January 2011 s/d December 2017 in the future by using the method of decomposition. In addition, the study also will try to prove the accuracy of the method of decomposition in forecasting Indonesia export value in the aggregate of all three of these sectors during the period January 2002 s/d December 2011.
The results showed that the value of exports of agriculture, industry, mining, aggregate the third sector conducted by the method of decomposition for the period of January 2011 s/d December 2017 onwards produce export value that tends to increase. From the results of the measurement of the level of accuracy of forecasting the value of Indonesia's exports in the aggregate by the method of decomposition during the research period (January 2002 s/d December 2011), resulting MAPE value of 11%, which means that the accuracy of forecasting is not good because it exceeds the limits of the tolerance of 5 %
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya atas kasih dan anugerahNya skripsi yang berjudul “Analisis Peramalan Ekspor Indonesia Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global Tahun
2008 dengan Metode Dekomposisi” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak H. Barus S.H dan Ibu tercinta, P. Br. Perangin-angin yang penuh kasih sayang memberikan bantuan semangat dan doa yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.S selaku dosen pembimbing skripsi, yang
telah banyak memberikan bimbingan yang sangat berguna, telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
6. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai skripsi penulis, yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan stambuk 2009, kiranya Tuhan memberkati dan memimpin kehidupan kita semua.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca dan peneliti selanjutnya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan ke depan.
Medan, Penulis
Januari 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Peramalan ... 8
2.1.1 Definisi Peramalan ... 8
2.1.2 Jenis-Jenis Peramalan ... 8
2.1.3 Langkah-Langkah Peramalan ... 11
2.2 Metode Dekomposisi ... 12
2.2.1 Indeks Musiman ... 13
2.2.2 Trend ... 13
2.2.3 Siklik ... 13
2.3 Perdagangan Internasional ... 13
2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional ... 13
2.3.2 Teori Perdagangan Internasional ... 14
2.3.2.1 Teori Merkantilisme ... 14
2.3.2.2 Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory) ... 15
2.3.2.3 Teori Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage Theory) ... 16
2.3.2.4 Teori Hecksher-Ohlin (H-O) ... 17
2.3.2.5 Teori Leontiev ... 18
2.3.2.6 Teori Stopler-Samuelson ... 19
2.3.2.7 Teori Rybczynski ... 19
2.4 Ekspor ... 19
2.4.1 Definisi Ekspor ... 19
2.4.2 Tujuan Ekspor ... 20
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor ... 21
2.4.4 Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Ekspor ... 22
2.5.1 Definisi Ekspor ... 22
2.5.2 Jenis-Jenis Krisis ... 24
2.6 Penelitian Terdahulu ... 26
2.7 Kerangka Pemikiran ... 28
2.8 Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30
3.2 Pendekatan Penelitian ... 30
3.3 Batasan Operasional ... 30
3.4 Definisi Operasional ... 30
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 31
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.7 Pengolahan Data ... 32
3.8 Teknik Analisis Data ... 32
3.8.1 Metode Dekomposisi ... 32
3.9 Teknik Evaluasi Hasil Peramalan ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 37
4.2 Perkembangan Ekspor Pra Krisi Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 39
4.2.1 Ekspor Sektor Pertanian ... 39
4.2.2 Ekspor Sektor Industri ... 41
4.2.3 Ekspor Sektor Pertambangan ... 43
4.3 Perkembangan Ekspor Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 45
4.3.1 Ekspor Sektor Pertanian ... 45
4.3.2 Ekspor Sektor Industri ... 47
4.3.3 Ekspor Sektor Pertambangan ... 50
4.4 Analisis Data ... 51
4.4.1 Peramalan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Pasca Krisis ... 51
4.4.1.1 Indeks Musiman (It) ... 51
4.4.1.2 Trend (Tt) ... 51
4.4.1.3 Faktor Siklik (Ct) ... 53
4.4.1.4 Peramalan ... 53
4.4.2 Peramalan Ekspor Sektor Industri Indonesia Pasca Krisis ... 56
4.4.2.1 Indeks Musiman (It) ... 56
4.4.2.2 Trend (Tt) ... 58
4.4.2.3 Faktor Siklik (Ct) ... 58
4.4.2.4 Peramalan ... 58
4.4.3.2 Trend (Tt) ... 63
4.4.3.3 Faktor Siklik (Ct) ... 63
4.4.3.4 Peramalan ... 63
4.4.4 Peramalan Ekspor Secara Agregat Indonesia Pasca Krisis ... 66
4.4.5 Evaluasi Peramalan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 26 4.1 Indeks Musim Ekspor Sektor Pertanian ... 52 4.2 Peramalan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Periode
Januari 2012 s/d Desember 2017 ... 54 4.3 Indeks Musim Ekspor Sektor Industri ... 57 4.4 Peramalan Nilai Ekspor Sektor Industri Indonesia Periode
Januari 2012 s/d Desember 2017 ... 59 4.5 Indeks Musim Ekspor Sektor Pertambangan ... 62 4.6 Peramalan Nilai Ekspor Sektor Pertambangan Indonesia
Periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ... 64 4.7 Peramalan Nilai Ekspor Secara Agregat Indonesia Periode
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
1.1 Dampak Gejolak Ekonomi di Eropa dan Amerika bagi Pereko- nomian Domestik ... 3 2.1 Kerangka Pemikiran ... 28 4.1 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Pra
Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 41 4.2 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Industri Indonesia Pra
Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 43 4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertambangan Indonesia
Pra Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 45 4.4 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Pasca
Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 47 4.5 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Industri Indonesia Pasca
Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 49 4.6 Perkembangan Nilai Ekspor Sektor Pertambangan Indonesia
Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 ... 50 4.7 Original Data Nilai Ekspor Sektor Pertanian ... 51 4.8 Penyesuaian Nilai Ekspor Sektor Pertanian Dengan Indeks
Musim ... 52 4.9 Plot Peramalan Nilai Ekspor Sektor Pertanian Dengan Metode
Dekomposisi ... 55 4.10 Original Data Nilai Ekspor Sektor Industri ... 56 4.11 Penyesuaian Nilai Ekspor Sektor Industri Dengan Indeks
Musim ... 57 4.12 Plot Peramalan Nilai Ekspor Sektor Industri Dengan Metode
Dekomposisi ... 60 4.13 Original Data Nilai Ekspor Sektor Pertambangan ... 61 4.14 Penyesuaian Nilai Ekspor Sektor Pertambangan Dengan Indeks
Musim ... 62 4.15 Plot Peramalan Nilai Ekspor Sektor Pertambangan Dengan
Metode Dekomposisi ... 65 4.16 Plot Peramalan Nilai Ekspor Secara Agregat Dengan Metode
Dekomposisi ... 67 4.17 Evaluasi Hasil Peramalan Nilai Ekspor Secara Agregat Dengan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia Sektor Pertanian, Industri, Pertambangan, Agregat
Periode Januari 2002 s/d Desember 2011
(juta USD) ... 76
2 Data Aktual dan Penyesuaian Nilai Ekspor Pertanian Dengan Indeks Musim ... 79
3 Data Aktual dan Penyesuaian Nilai Ekspor Industri Dengan Indeks Musim ... 80
4 Data Aktual dan Penyesuaian Nilai Ekspor Pertambangan Dengan Indeks Musim ... 80
5 Time Series Decomposition for pertanian ... 81
6 Time Series Decomposition for industri ... 82
7 Time Series Decomposition for pertambangan ... 83
ABSTRAK
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR INDONESIA PASCA KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL TAHUN 2008
DENGAN METODE DEKOMPOSISI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, pertambangan, dan agregat dari ketiga sektor tersebut pasca krisis keuangan Eropa dan global tahun 2008 dengan metode dekomposisi. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data perkembangan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, dan pertambangan, agregat dari ketiga sektor tersebut selama periode Januari 2002 s/d Desember 2011. Data ini digunakan untuk meramalkan nilai ekspor selama periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depannya dengan menggunakan metode dekomposisi. Selain itu penelitian ini juga akan mencoba membuktikan keakuratan metode dekomposisi dalam melakukan peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dari ketiga sektor tersebut pada periode Januari 2002 s/d Desember 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ekspor sektor pertanian, industri, pertambangan, agregat ketiga sektor tersebut yang dilakukan dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan menghasilkan nilai ekspor yang cenderung meningkat. Dari hasil pengukuran tingkat keakuratan peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dengan metode dekomposisi selama periode penelitian (Januari 2002 s/d Desember 2011), menghasilkan nilai MAPE sebesar 11%, artinya bahwa tingkat akurasi peramalan adalah tidak baik karena melebihi batas tingkat toleransi sebesar 5%.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FORECASTING EXPORT OF INDONESIA IN THE AFTERMATH OF THE FINANCIAL CRISIS IN EUROPE AND GLOBALLY IN
2008 WITH THE DECOMPOSITION METHOD
This research aims to analyze the value of Indonesia's exports of forecasting on agriculture, industry, mining, and the aggregate of the third sector in the aftermath of the financial crisis in Europe and globally in 2008 with the decomposition method. In this study, the data used is Indonesia export value growth data on agriculture, industry and mining, the aggregate of all three of these sectors during the period January 2002 s/d December 2011. This Data is used to predict the value of exports during the period January 2011 s/d December 2017 in the future by using the method of decomposition. In addition, the study also will try to prove the accuracy of the method of decomposition in forecasting Indonesia export value in the aggregate of all three of these sectors during the period January 2002 s/d December 2011.
The results showed that the value of exports of agriculture, industry, mining, aggregate the third sector conducted by the method of decomposition for the period of January 2011 s/d December 2017 onwards produce export value that tends to increase. From the results of the measurement of the level of accuracy of forecasting the value of Indonesia's exports in the aggregate by the method of decomposition during the research period (January 2002 s/d December 2011), resulting MAPE value of 11%, which means that the accuracy of forecasting is not good because it exceeds the limits of the tolerance of 5 %
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis
ekonomi yang terjadi tahun 1997 sampai 1998 lalu. Peristiwa ini telah membawa
dampak yang merugikan bagi kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu,
dimana terjadi kemerosotan Produk Domestik Bruto (PDB), output menurun, banyak perusahaan yang bangkrut, perbankan hancur, pengangguran meningkat,
kemiskinan meningkat.
Menjelang akhir triwulan III pada tahun 2008, dunia kembali dihadapkan
kepada krisis keuangan global yang mulai muncul sejak bulan Agustus 2007,
yaitu pada saat salah satu bank terbesar Perancis, BNP Paribas mengumumkan
pembekuan beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan berisiko
tinggi Amerika Serikat (subprime mortgage). Keadaan ini selanjutnya memicu gejolak di pasar keuangan dan akhirnya merambat ke seluruh dunia. Intensitas
krisis semakin membesar akibat bangkrutnya bank investasi terbesar Amerika
Serikat, Lehman Brothers yang diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009).
Oleh banyak ekonom dunia, krisis ini disebut sebagai krisis ekonomi paling
serius setelah depresi ekonomi besar yang terjadi pada dekade 30-an. Hal ini
dahsyatnya dengan kerugian yang dialami oleh banyak investor di kawasan Asia
pada saat krisis ekonomi 1997-1998. (Tambunan, 2011:106).
Menjelang berakhirnya krisis ekonomi global periode 2008, ekonomi zona
Eropa sebenarnya sudah mulai menunjukkan gejala akan mengalami krisis besar
karena masalah utang pemerintah Yunani yang tidak terbayarkan sehingga
menyebabakan defisit keuangan pemerintah. Keadaan ini memicu terjadinya krisis
di zona Eropa pada tahun 2011. Adanya krisis keuangan yang di hadapi global
dan Eropa ini tentu akan berdampak juga terhadap kondisi perekonomian di Asia,
termasuk Indonesia karena mengingat bahwa perekonomian Indonesia yang saat
ini semakin terbuka. Krisis keuangan ini berdampak terhadap sektor keuangan
domestik.
Berdasarkan dokumen yang di terbitkan Bappenas yang berjudul “Krisis
Keuangan Eropa : Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia”, menuliskan
bahwa pengaruh krisis global terhadap perekonomian domestik mengalir melalui
beberapa kemungkinan transmisi, yaitu :
1. Transmisi moneter dan keuangan melalui perubahan suku bunga, nilai tukar
mata uang, kredit, dan yield surat utang pemerintah; 2. Transmisi fiskal seperti utang luar negeri;
3. Transmisi perdagangan berupa ekspor dan impor;
4. Transmisi investasi berupa FDI dan Portofolio;
5. Transmisi komoditas berupa perubahan harga komoditas.
Dampak gejolak ekonomi di Eropa dan Amerika bagi perekonomian
Sumber : William Walace, 2009 dalam Bappenas
Gambar 1.1
Dampak Gejolak Ekonomi di Eropa dan Amerika bagi Perekonomian Domestik
Pada gambar 1.1 di atas dapat dilihat bahwa krisis keuangan Eropa dan
global berdampak terhadap sektor keuangan domestik, kondisi perekonomian
global serta gejolak harga yang selanjutnya memberi dampak terhadap
perekonomian domestik. Dampak terhadap pasar keuangan Indonesia adalah
harga saham menurun, nilai tukar juga mengalami penurunan, terjadinya
pengetatan kredit, serta terjadi kenaikan yield SUN. Selanjutnya, dampak krisis terhadap ekonomi domestik dapat di lihat bahwa lebih dirasakan oleh sektor riil,
dimana terjadi penurunan volume dan nilai ekspor, pendapatan masyarakat
melemah, investasi menurun, keadaan ini menyebabkan kebutuhan pembiayaan
Pelemahan Ekonomi Global Krisis Keuangan
Eropa dan AS Gejolak
Harga Komoditas
Pasar Keuangan IDN
Pengetatan Kredit Rupiah
menurun Harga
saham turun
Yield
SUN naik
Dampak Ekonomi Domestik
Kebutuhan Pembiayaan
Pemerintah Dampak
inflasi Pendapatan
masyarakat melemah Volume
dan nilai ekspor
pemerintah meningkat, dan pada akhirnya akan memicu terjadinya peningkatan
inflasi.
Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk meneliti bagaimana dampak
krisis keuangan Eropa dan global terhadap ekonomi domestik Indonesia,
khususnya terhadap ekspor Indonesia. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah
laporan tahunan berjudul Asian Development Outlook 2009 :
the main channel by which the global financial crisis and economic slump spread to developing Asia was the collapse of demand in major global markets, hitting the region’s exports. With a large proportion of regional trade in parts and components supporting supply chains, imports also buckled. The more open economies of East Asia and Southeast Asia-such as Hong Kong, China; Republic of Korea (henceforth Korea) ; Malaysia; Singapore; Taipei, China; and Thailand-were hardest hit, and their economies contracted significantly.... (ADB 2009a, halaman 2 dalam Tambunan, 2011:108).
Kesimpulan dari laporan ini adalah bahwa negara-negara Asia yang
memiliki integrasi ekonomi dunia melalui ekspor seperti Hong Kong, Cina, Korea
Selatan, Malaysia, Singapura, Taipei sangat terkena dampaknya dari krisis
tersebut. Berdasarkan kondisi ini, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi juga
terhadap Indonesia. Hal ini juga diperkuat dengan adanya kutipan dari berita
harian Kompas (1 Oktober 2011) sebagai berikut : “sebagian besar pengusaha domestik, sampai dengan akhir September, belum menerima pesanan atau kontrak
ekspor untuk tahun 2012. Hal ini merupakan dampak dari melambatnya
perdagangan global akibat krisis keuangan yang kian meluas di Amerika Serikat
dan Eropa”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencoba meneliti dan
krisis yang di hadapi oleh Eropa dan global tersebut. Dalam hal ini penulis
melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul: “Analisis Peramalan Ekspor Indonesia Pasca Krisis Keuangan Eropa dan Global Tahun 2008 dengan Metode Dekomposisi”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan pokok-pokok
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian periode
Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan metode dekomposisi.
2. Bagaimana peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor industri periode
Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan metode dekomposisi.
3. Bagaimana peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertambangan
periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan metode
dekomposisi.
4. Bagaimana peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dari ketiga
sektor tersebut periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan
metode dekomposisi.
5. Bagaimana tingkat kelayakan dalam peramalan nilai ekspor Indonesia
secara agregat pada Januari 2002 s/d Desember 2011 dengan menggunakan
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian
selama periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan metode
dekomposisi.
2. Untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor industri
selama periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan metode
dekomposisi.
3. Untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia pada sektor
pertambangan periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan dengan
metode dekomposisi.
4. Untuk menganalisis peramalan nilai ekspor Indonesia secara agregat dari
ketiga sektor tersebut periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depan
dengan metode dekomposisi.
5. Untuk menganalisis tingkat kelayakan dalam peramalan nilai ekspor
Indonesia secara agregat pada periode Januari 2002 s/d Desember 2011
dengan menggunakan metode dekomposisi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam
ilmu yang penulis tekuni
2. Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), eksportir, Kementerian
Perdagangan Indonesia, diharapkan penelitian ini menjadi pertimbangan
3. Bagi akademisi, mahasiswa, dan penelitian selanjutnya, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi suatu bahan studi, literatur tambahan khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peramalan
2.1.1 Definisi Peramalan
Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan
hubungan, kecenderungan, dan pola yang sistematis (Sugiarto, 2000:1). Pendapat
lain mengatakan bahwa peramalan merupakan kegiatan penerapan model yang
telah dikembangkan pada waktu yang akan datang (Aritonang, 2009:2).
Selanjutnya Makridakis et al (1999:14) mengatakan bahwa peramalan merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
untuk melakukan suatu peramalan dibutuhkan adanya data, pola atau hubungan
atas kejadian yang diamati, model peramalan.
2.1.2 Jenis-Jenis Peramalan
Aritonang (2009:4) membedakan jenis peramalan berdasarkan tiga kategori
yaitu berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan.
Berdasarkan jangka waktunya, peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan jangka
pendek dan jangka panjang. Peramalan jangka panjang biasanya dilakukan oleh
para pimpinan puncak suatu perusahaan dan bersifat umum sedangkan peramalan
jangka pendek biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun
bawah dan lebih bersifat operasional. Peramalan jangka panjang ini berfungsi
Berdasarkan ruang lingkupnya, peramalan terbagi atas dua yaitu peramalan
mikro dan makro. Contoh peramalan secara mikro adalah misalnya seorang
peneliti ingin meramalkan produksi suatu perusahaan untuk sepuluh tahun
kedepan sedangkan contoh peramalan secara makro adalah peramalan
perekonomian suatu negara selama sepuluh tahun kedepannya.
Berdasarkan metode yang digunakan, peramalan terbagi atas dua yaitu
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif biasanya didasarkan atas
penilaian orang yang melakukan peramalan tersebut daripada pemanipulasian
(pengelolaan dan analisis) data historis yang tersedia. Hal ini terjadi karena tidak
ada atau tidak cukup tersedianya data historis, misalnya peramalan untuk
penjualan produk baru. Adapun teknik-teknik yang lazim digunakan dalam
peramalan kualitatif ini adalah teknik delphi, kurva pertumbuhan, penulisan
skenario, penelitian pasar, kelompok fokus, dan sebagainya.
Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas
pemanipulasian data historis yang tersedia secara memadai dan tanpa anggapan,
intuisi, pendapat, maupun penilaian subjektif dari peneliti. Metode ini lazimnya
didasarkan pada analisis statistik. Makridakis (1999:20) berpendapat bahwa
peramalan kuantitatif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut :
1. Tersedia informasi tentang masa lalu,
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik,
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
Selanjutnya, Makridakis (1999:21) juga berpendapat bahwa terdapat suatu
dimensi tambahan untuk mengklasifikasikan metode peramalan kuantitatif yaitu
dengan memperhatikan model yang mendasarinya. Terdapat dua jenis model
peramalan yang utama, yaitu model deret berkala dan model regresi (kausal).
Tujuan peramalan deret berkala adalah untuk menemukan pola dalam deret data
historis mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting
dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan
mempertimbangkan jenis pola data sehingga metode yang paling tepat dengan
pola tersebut dapat diuji.
Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklis dan trend (Makridakis, 1999:21) yaitu :
1. Pola horizontal (H), terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai
rata yang konstan. (Deret seperti itu “stasioner” terhadap nilai
rata-ratanya).
2. Pola musiman (S), terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada
minggu tertentu).
3. Pola siklis (C), terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi
jangka panjang seperti dengan siklus bisnis.
4. Pola trend (T), terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.
Model regresi (kausal) mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan
misalnya, penjualan = f (pendapatan, harga, iklan, persaingan). Model kausal ini
bermaksud untuk menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya
untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas.
2.1.3 Langkah-Langkah Peramalan
Menurut Sugiarto (2000:10) ada empat langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam melakukan suatu peramalan, yaitu :
1. Mengumpulkan data
Langkah pertama yang sangat penting dalam peramalan merupakan
pengumpulan data karena berlakunya prinsip “garbage in garbage out”. Apabila data yang dikumpulkan kurang tepat atau kurang memadai akan
menyebabkan hasil peramalan yang kurang akurat.
2. Menyeleksi dan memilih data
Apabila data sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan
seleksi data yang ada. Data-data yang kurang relevan harus di buang supaya
tidak mempengaruhi akurasi peramalan.
3. Memilih model peramalan
Langkah berikutnya adalah memilih model peramalan. Model peramalan
yang tersedia cukup banyak, untuk itu harus dilakukan pemilihan metode
yang akan dipakai. Salah satu kriteria yang sering dipakai adalah kesalahan
peramalan. Semakin kecil kesalahan peramalan maka semakin baik
metodenya karena hasil peramalan semakin mendekati data aktual dan
sebaliknya semakin besar kesalahan peramalan maka semakin buruk
4. Menggunakan model terpilih untuk peramalan
Setelah model peramalan dipilih maka langkah berikutnya adalah
menggunakan model tersebut. Akurasi metode peramalan terpilih perlu
selalu dipantau dengan membandingkan hasil peramalan dengan data
aktualnya. Apabila akurasi model peramalan menurun karena terjadinya
pola data, model tersebut perlu dievaluasi ulang dan diganti apabila perlu.
2.2 Metode Dekomposisi
Metode dekomposisi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk melakukan suatu peramalan.. Metode dekomposisi ini umumnya mencoba
mengidentifikasi tiga komponen secara terpisah sebagai pola dasar yang
menggambarkan karakteristik ekonomi dan bisnis sepanjang waktu tertentu, yaitu
komponen faktor musiman (sesonal factor), kecendrungan (trend), siklik
(cyclical).
Secara umum model matematik dari pendekatan metode analisis
dekomposisi adalah (Gaspersz, 1991)
Y
t= f (I
t, T
t, C
t, E
t)
dimana:
Yt = nilai deret waktu (data aktual) pada periode t. Tt = komponen atau indeks musiman pada periode t. Tt = komponen trend pada periode t.
Ct = komponen siklik pada periode t. Et = komponen galat pada periode t.
Faktor galat merupakan selisih antara data aktual dan model yang tidak dapat
Metode dekomposisi memiliki dua sifat yaitu model dekomposisi yang
bersifat aditif dan model dekomposisi yang bersifat multiplikatif.
Yt =
I
t+ T
t+ C
t+ E
t(Metode analisis dekomposisi bersifat aditif)
Yt =
I
tx T
tx C
tx E
t(Metode analisis dekomposisi bersifat multiplikatif)
2.2.1 Indeks Musiman
Indeks musiman berkaitan dengan fluktuasi periodik yang relatif konstan
dan disebabkan oleh faktor-faktor seperti: temperatur, curah hujan, bulan-bulan
tertentu dalam setahun yang berkaitan dengan hari raya, upacara keagamaan, dan
sebagainya.
2.2.2 Trend
Trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, yang dapat bersifat menaik, menurun, atau tidak berubah
2.2.3 Siklik
Faktor siklik mengambarkan naik-turunnya ekonomi atau industri tertentu
dan umumnya seperti deret data GNP (Gross National Product), indeks produksi industri, permintaan, penjualan barang-barang industri, perkembangan harga,
tingkat bunga, penawaran uang, tingkat inflasi dan sebagainya.
2.3 Perdagangan Internasional
2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional
Historis lahirnya perdagangan internasional pada mulanya disebabkan oleh
kebutuhan terhadap suatu barang yang saling ketergantungan dari penduduk suatu
berbeda-beda sehingga dalam pemenuhan kebutuhan tersebut dibutuhkan suatu
perdagangan antar negara atau yang lazim disebut perdagangan internasional.
Negara-negara melakukan perdagangan internasional disebabkan oleh dua
alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan perdagangan (gains from trade ) dan negara berdagang satu sama lain dengan tujuan skala ekonomis (economies of scales) dalam proses produksi (Krugman, 2002:15).
2.3.2 Teori Perdagangan Internasional 2.3.2.1 Teori Merkantilisme
Aliran merkantilisme lahir di kawasan Eropa Timur dan salah satu tokoh
yang paling berpengaruh adalah Thomas Mun (1571-1641). Aliran merkantilisme
mempunyai pandangan bahwa untuk mencapai kesejahteraan diperoleh melalui
proses akumulasi pengumpulan logam mulia atau emas. Selain itu, aliran
merkantilisme berpendapat bahwa proses keuntungan perdagangan internasional
hanya dapat diperoleh dari surplus neraca perdagangan (ekspor lebih besar dari
impor atau X > M). Hal ini dapat dilakukan dengan memacu kegiatan ekspor
sebagai tujuan utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Sumanjaya et al, 2010:12). Merkantilisme memandang bahwa pemerintah harus menggunakan
seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor dan mengurangi atau membatasi
impor.
Namun dalam perkembangannya, pandangan merkantilisme ini membawa
dampak negatif yaitu terjadinya inflasi bagi perkembangan perekonomian
domestik. Hal ini terjadi akibat adanya penumpukan logam mulia (emas) yang
terjadinya inflasi. Teori merkantilisme ini tidak bertahan lama karena pada masa
merkantilisme, masyarakat dalam negeri mengalami tekanan yang ditandai dengan
kenaikan harga barang yang berlangsung secara terus-menerus.
2.3.2.2 Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory)
Teori keunggulan mutlak ini dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini
pada prinsipnya merupakan perbaikan dari teori merkantilisme yang menyatakan
bahwa surplus perdagangan internasional sebagai suatu doktrin. Dasar dari
pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan
perdagangan internasional (gains of trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak
(absolute advantage) serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage).
Hady (2001) menyebutkan bahwa ada beberapa asumsi pokok yang
berkaitan tentang teori absolute advantage ini, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja,
2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama,
3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang,
4. Biaya transportasi diabaikan.
Namun sama halnya dengan teori merkantilisme sebelumnya, teori
keunggulan mutlak ini juga mempunyai kelemahan, yaitu teori ini hanya
berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi apabila negara
tersebut memiliki keunggulan mutlak, bila negara tersebut tidak memiliki
2.3.2.3 Teori Keunggulan Komperatif (Comparative Advantage Theory)
Teori keunggulan komperatif ini dikemukakan oleh David Ricardo sebagai
koreksi dari teori keunggulan mutlak yang dikemukakan oleh Adam Smith
sebelumnya. Menurut David Ricardo perdagangan internasional dapat saja terjadi
meskipun negara itu tidak memiliki keunggulan mutlak tetapi keunggulan
komperatif (Sumanjaya et al, 2010:20).
Konsep teori keunggulan komperatif ini dibangun oleh beberapa asumsi
(Sumanjaya et al, 2010:21) sebagai berikut :
1. Dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan
hanya menggunakan satu faktor produksi tenaga kerja,
2. Kedua komoditi bersifat identik (homogen),
3. Kedua komoditi dapat dipindahkan antar negara dengan biaya transportasi
nol,
4. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam
suatu negara, namun heterogen tidak identik antar negara,
5. Tenaga kerja dapat bergerak antar industri dalam suatu negara namun tidak
antar negara,
6. Pasar barang dan pasar tenaga kerja dalam kondisi persaingan sempurna.
Teori keunggulan komperatif ini juga memiliki kelemahan. Adapun
kelemahan teori ini (Pelly, 2009) adalah :
1. Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi
karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi (tenaga kerja). Perbedaan
efisiensi. Akibatnya terjadi perbedaan harga barang yang sejenis diantara
dua negara,
2. Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktivitas dan
efisiensi di kedua negara sama maka tentu tidak terjadi perdagangan
internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di
kedua negara tersebut,
3. Pada kenyataannya, walaupun fungsi faktor prodiksi (produktivitas dan
efisiensi) sama diantara kedua negara, ternyata harga barang yang sejenis
dapat berbeda sehingga dapat terjadi perdagangan internasional. Dalam hal
ini teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga
untuk barang sejenis walaupun fungsi faktor produksi (produktivitas dan
efisiensi) sama di kedua negara.
2.3.2.4 Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) dikembangkan oleh Eli Heckscher dan
Bertil Ohlin, dimana teori ini merupakan pengembangan dari teori comparative advantage yang dikemukakan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa perdagangan internasional digerakkan oleh perbedaan karunia sumber daya antar
negara dengan proporsi penggunaan yang berbeda dalam memproduksi barang.
Menurut teori H-O, faktor produksi dominan bertumpu pada penggunaan
menghasilkan barang dengan padat karya maka negara tersebut mengekspor
tenaga kerja dan sebaliknya apabila negara tersebut lebih untung dengan alternatif
padat modal maka negara tersebut akan mengekspor barang-barang modal.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam teori H-O bagi kedua negara
yang melakukan perdagangan internasional (Sumanjaya et al, 2010:35) yaitu : 1. Negara yang melakukan perdagangan internasional mempunyai
karakteristik yang berbeda terhadap tenaga kerja yang berlimpah dan
sebaliknya berlimpah barang-barang modal,
2. Kedua negara mempunyai kesamaan teknologi,
3. Selera adalah identik bagi kedua negara,
4. Kedua komoditas diproduksi berdasarkan constant return to scale, 5. Masing-masing negara melakukan spesialisasi produk,
6. Kompetitif adalah sempurna sehingga barang ditentukan oleh
masing-masing pihak,
7. Tidak terdapat biaya transportasi, tarif, atau bentuk lainnya yang akan
menghambat pola perdagangan internasional,
8. Semua sumber daya dapat diperoleh dengan mudah dan produktif,
9. Perdagangan internasional dilakukan secara seimbang.
2.3.2.5 Teori Leontiev
Teori Leontiev ini diperkenalkan oleh Wessily Leontiev. Teori ini timbul
akibat dari teori H-O yang tidak menyoroti perbedaan labor cost dan capital cost
bagi negara yang berbeda, apalagi diantara negara maju dengan negara yang
betapa luasnya pengertian advantage dalam proses perdagangan internasional (Sumanjaya, 2010:43).
2.3.2.6 Teori Stopler-Samuelson
Teori ini dikemukakan oleh Wolf Gang Stopler dan Paul Samuelson dalam
artikelnya yang berjudul “Proteksi dan Upah Riil” tahun 1941. Teori
Stopler-Samuelson menggunakan instrumen tarif dalam perdagangan internasional
sehingga negara yang bersumber dari tarif digunakan untuk memperluas
kesempatan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
2.3.2.7 Teori Rybczynski
Dalam teori Rybczynski hampir sama dengan teori Stopler-Samuelson
sebelumnya, yaitu hanya menyoroti bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam
perdagangan internasional untuk melindungi tenaga kerja sekaligus meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja, hanya saja dalam teori Rybczynski ini instrumen yang
digunakan adalah dengan membatasi input capital (restriksi). Namun dalam perkembangannya instrumen restriksi dan tarif ini mengakibatkan terjadinya
perang sebagai suatu dasar perselisihan. Suatu negara yang menggunakan tarif
dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja maka hal yang sama akan
dilakukan oleh negara lain sebai tindakan balasan dan demikian pula terhadap
restriksi.
2.4 Ekspor
2.4.1 Definisi Ekspor
Secara fisik, ekspor diartikan sebagai pengiriman dan penjualan
menimbulkan aliran pengeluaran yang masuk ke sektor perusahaan. Dengan
demikian pengeluaran agregat akan meningkat sebagai akibat dari kegiatan
mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya keadaan ini menyebabkan
peningkatan dalam pendapatan nasional (Sukirno, 2004:203).
Dalam pengertian lain, ekspor merupakan upaya melakukan penjualan
komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan
mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi
dengan memakai bahasa asing (M.S, 2004:1). Kegiatan ekspor merupakan suatu
hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Selanjutnya, Todaro (2000:167) mendefinisikan ekspor sebagai kegiatan
perdagangan yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan
dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri dan pabrik besar, bersamaan
dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang efisien.
2.4.2 Tujuan Ekspor
Menurut M.S (2004:99) ada beberapa tujuan ekspor, diantaranya :
1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk
memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba),
2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik
(membuka pasar ekspor). Dengan demikian komoditi yang diproduksi
mempunyai pasar luas, tidak lagi sekadar pasar dalam negeri, tapi juga
3. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang sehingga tercapai kapasitas
optimum dalam berproduksi yang dapat menekan biaya minimum
perusahaan,
4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih
dalam persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan “jago kandang”,
apalagi menghadapi globalisasi dan liberalisasi di milenium kedua yang
akan segera tiba.
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor
menurut Darmansyah (Surbakti, 2007) dalam yaitu :
1. Harga internasional.
Semakin besar selisih antara di pasar internasional dengan harga domestik
maka akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan di ekspor menjadi
bertambah banyak.
2. Nilai tukar uang.
Makin tinggi nilai mata uang suatu negara (mengalami apresiasi) maka
harga itu di pasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya makin rendah
nilai mata uang suatu negara (mengalami depresiasi) maka harga ekspor
negara itu di pasar internasional menjadi lebih rendah.
3. Kuota ekspor-impor.
Yaitu merupakan kebijaksanaan perdagangan internasional berupa
4. Kebijaksanaan tarif non tarif.
Kebijaksanaan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalm negeri dalam
tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong
pengembangan komoditi tersebut, sedangkan kebijakan non tarif adalah
untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.
2.4.4 Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Ekspor
Menurut Ritonga (2004:8) ada beberapa kebijakan yang dapat ditempuh
oleh pemerintah unruk mendorong ekspor, yaitu :
1. Meningkatkan volume dengan menambah jenis komoditas,
2. Meningkatkan volume dengan memperbanyak negara tujuan,
3. Meningkatkan nilai dengan cara perbaikan mutu dan daya saing,
4. Mendorong ekspor dengan berbagai bentuk fasilitas dan subsidi,
5. Pengendalian harga atau inflasi dalam negeri,
6. Devaluasi mata uang, dan
7. Lobi dan kerja sama (bilateral dan multilateral)
2.5 Krisis Ekonomi
2.5.1 Definisi Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dimana ekonomi
dari sebuah negara mengalami penurunan secara mendadak yang disebabkan oleh
suatu krisis keuangan. Krisis keuangan itu sendiri terjadi pada saat dalam
ekonomi/negara, jumlah permintaan uang melebihi jumlah penawaran uang.
Krisis ekonomi dapat berupa resesi atau depresiasi. Perbedaan kedua hal ini
terletak pada jangka waktu atau lamanya suatu krisis yang terjadi. Suatu negara
dikatakan mengalami resesi apabila penurunan Produk Domestik Brutonya (PDB)
berlangsung selama enam bulan (dua semester berturut-turut). Resesi ekonomi
pada umumnya berlangsung tidak lebih dari satu tahun dan efeknya lebih ringan
dari depresi.
Depresi ekonomi didefinisikan sebagai titik terendah dalam sebuah siklis
ekonomi. Depresi ekonomi dimana saat ekonomi nasional secara total mengalami
kelesuhan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak heran jika pada umumnya
orang lebih takut mengalami depresi daripada resesi. Menurut Tambunan
(2011:10) ciri-ciri suatu negara mengalami depresi ekonomi adalah sebagai
berikut :
1. Kemampuan belanja masyarakat menurun,
2. Jumlah pengangguran sangat besar (lebih dari 50 persen dari jumlah tenaga
kerja),
3. Permintaan atau konsumsi menurun sehingga menimbulkan kelebihan
supply di pasar domestik,
4. Harga-harga mengalami kejatuhan atau harga-harga naik namun dengan laju
yang lebih rendah dari laju normal,
5. Upah atau gaji dihampir semua sektor ekonomi dalam negeri berkurang atau
mengalami kenaikan dengan persentase lebih kecil daripada laju pada saat
ekonomi mengalami kondisi normal,
2.5.2 Jenis-Jenis Krisis
Dalam kenyataannya, jenis krisis sangat ditentukan oleh sumbernya.
Menurut Tambunan (2011 :11) ada beberapa jenis krisis, diantaranya :
a. Krisis Produksi
Krisis ini termasuk krisis yang bersumber dari dalam negeri, dimana terjadi
penurunan volume produksi domestik secara mendadak dan dalam jumlah
besar. Misalnya, gagal panen padi yang membuat produksi beras turun
drastis.
b. Krisis Perbankan
Krisis perbankan (krisis keuangan) merupakan salah satu jenis krisis yang
paling sering terjadi di banyak negara. Contohnya, krisis keuangan Asia
1997/1998. Dampak langsung atau fase pertama dari krisis ini adalah pada
kesempatan kerja dan pendapatan di subsektor keuangan tersebut. Pada fase
pertama ini di dalam ekonomi telah terjadi penambahan jumlah
pengangguran dan penurunan per kapita akibat krisis keuangan.
Selanjutnya, pada fase kedua dari krisis perbankan ini merembet ke
perusahaan-perusahaan yang selama itu sangat tergantung pada sektor
perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi/bisnis.
Kenaikan suku bunga pinjaman bisa terjadi sangat drastis pada krisis
perbankan ini. Hal ini dikarenakan oleh dua sebab. Pertama, permintaan
kredit yang besar dari dunia usaha, namun di sisi lain pada waktu
bersamaan, dana yang terkumpul dari perbankan dari pihak ketiga untuk
dapat bertahan atau yang kondisi keuangannya yang tidak terlalu buruk
menjadi sangat hati-hati menyalurkan kredit ke masyarakat dengan maksud
untuk memperkecil risiko.
c. Krisis Nilai Tukar
Krisis nilai tukar terjadi apabila suatu nilai tukar (kurs) dari sebuah mata
uang sendiri (misalnya, rupiah) terhadap mata uang asing (misalnya, dolar
AS) mengalami penurunan atau depresiasi sangat besar yang terjadi secara
mendadak atau prosesnya berlangsung terus membentuk sebuah trend
meningkat.
Dampak langsung dari perubahan kurs adalah pada volume ekspor dan
impor. Menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional,
depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar
AS akan membuat daya saing harga dari produk-produk buatan Indonesia
membaik yang selanjutnya membuat volume ekspor Indonesia meningkat.
d. Krisis Perdagangan
Krisis perdagangan ini berasal dari sumber-sumber eksternal. Di jalur
perdagangan itu sendiri terdapat dua subjalur, yaitu ekspor dan impor.
Dalam jalur ekspor, suatu krisis bagi eksportir bisa terjadi karena harga di
pasar internasional dari komoditas yang di ekspor turun drastis atau
permintaan dunia terhadap krisis komoditas tersebut menurun secara
signifikan. Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia yang signifikan
atau penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah besar dari persediaan
krisis ekonomi serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu sangat
krusial.
e. Krisis Modal
Krisis modal terjadi karena adanya pelarian modal, baik yang berasal dari
sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi jangka
pendek dalam jumlah besar dan terjadi secara mendadak.
[image:42.595.113.514.344.755.2]2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Metode Hasil Penelitian
1 Dwi Mega Sari (2008)
Trend, Double Exponential Smoothing,
Dekomposisi,
Winters, ARIMA
Melakukan penelitian tentang peramalan harga dan produksi tembakau di Indonesia. Hasil yang didapat bahwa metode ARIMA (0,1,1) merupakan metode paling akurat dalam memberikan nilai ramalan untuk harga tembakau dengan nilai MSE sebesar 0,02573. Sedangkan untuk produksi tembakau, metode dekomposisi aditif merupakan metode peramalan terbaik dengan
MSE sebesar 392.222.286. Peramalan harga tembakau Indonesia dengan metode ARIMA (0,0,1) dalam 18 tahun ke depan menghasilkan harga tembakau Indonesia yang cenderung stabil walaupun ada peningkatan tiap periodenya, tetapi tidak begitu besar. Metode dekomposisi aditif menunjukkan tingkat produksi tembakau yang berfluktuasi
2 Gusti Digja Ramadhan (2011)
ARIMA, Rank
Spearman,
Combining Forecast.
Meneliti mengenai Peramalan ekspor, konsumsi domestik, dan produk Crude Palm Oil (CPO). Model ARIMA yang tepat untuk peramalan ekspor CPO adalah model ARIMA (2,2,2). Sedangkan model ARIMA untuk peramalan konsumsi domestik adalah model ARIMA (1,2,0) dan model peramalan produksi adalah ARIMA (0,2,1).
Berdasarkan hasil analisis asosiasi, ekspor CPO Indonesia berpengaruh positif terhadap harga CPO Rotterdam. Namun ekspor CPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap selisih harga CPO Rotterdam-Medan sedangkan hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa impor tidak memiliki hubungan dengan harga CPO Malaysia maupun selisih harga CPO Medan-Malaysia. Namun impor CPO memiliki hubungan negatif terhadap produksi CPO Indonesia.
3 Dewi Laili
Yusrina (2010)
Paired Sample t-Test Meneliti mengenai dampak krisis
global tahun 2008 terhadap harga dan volume ekspor perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao) di SumateraUtara.Sebelum terjadinya krisis global 2008 harga dan volume ekspor menurun sedangkan sesudah terjadinya krisis global 2008 harga dan volume ekspor adalah meningkat.
2.7 Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
KRISIS KEUANGAN EROPA DAN GLOBAL
Berdampak Kepada Ekonomi Domestik
Nilai Ekspor
Data Nilai Ekspor Indonesia Sektor Pertanian (Januri 2002-Desember 2011) D E K O M P O S I S I
Data Pada Selama 5 Tahun Mendatang
(Januari 2012-Desember 2017) Data Nilai Ekspor
Indonesia Sektor Industri (Januri 2002-Desember
2011)
Data Nilai Ekspor Indonesia Sektor Pertambangan (Januri 2002-Desember 2011) Hasil Peramalan Evaluasi Hasil Peramalan (Januari 2002-Desember 2011) Data Nilai Ekspor
2.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
menjadi objek penelitian yang masih perlu dibuktikan atau diuji lagi
kebenarannya secara empiris. Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesisnya
adalah sebagai berikut :
1. Peramalan nilai ekspor sektor pertanian Indonesia yang dilakukan dengan
metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke
depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun.
2. Peramalan nilai ekspor sektor industri Indonesia yang dilakukan dengan
metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke
depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun.
3. Peramalan nilai ekspor sektor pertambangan Indonesia yang dilakukan
dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017
ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun.
4. Peramalan nilai ekspor secara agregat dari ketiga sektor yang dilakukan
dengan metode dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017
ke depan diduga menghasilkan nilai ekspor yang cenderung menurun.
5. Hasil pengukuran tingkat akurasi peramalan nilai ekspor Indonesia secara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis tentang peramalan nilai ekspor Indonesia pasca
krisis keuangan Eropa dan global tahun 2008 dengan metode dekomposisi selama
periode Januari 2011 s/d Desember 2017 ke depan.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian terapan.
Penelitian terapan merupakan penelitian yang tujuannya untuk menerapkan,
menguji, mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis (Gay dalam Sugiono, 2010:9)
3.3 Batasan Operasional
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data perkembangan nilai
ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, pertambangan, serta agregat dari
ketiga sektor tersebut dari periode Januari 2002 s/d Desember 2011 yang
digunakan untuk meramalkan nilai ekspor Indonesia periode Januari 2012 s/d
periode Desember 2017 ke depan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kelayakan
hasil peramalan, penulis menggunakan data agregat nilai ekspor Indonesia pada
periode Januari 2002 s/d Desember 2011.
3.4 Definisi Operasional
1. Yt pertanian = Nilai ekspor Indonesia sektor pertanian yang akan
2. Yt industri = Nilai ekspor Indonesia sektor industri yang akan diramal
pada waktu ke-t.
3. Yt pertambangan = Nilai ekspor Indonesia sektor pertambangan yang akan
diramal pada waktu ke-t
4. Yt agregat = Nilai ekspor Indonesia agregat (pertanian, industri,
pertambangan) yang akan diramal pada waktu ke-t
5. It = Suatu gerakan yang mempunyai pola tetap dari waktu ke
waktu.
6. Tt = Suatu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan
secara umum.
7. Ct = Suatu gerakan / variasi jangka panjang di sekitar garis
trend dan bisa terulang setelah jangka waktu tertentu. 8. Et = Faktor galat.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari instansi-instansi resmi
atau publikasi-publikasi resmi. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah
data perkembangan nilai ekspor Indonesia pada sektor pertanian, industri, dan
pertambangan dari periode Januari 2002 s/d Desember 2011. Sumber data ini
diperoleh da
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah,
artikel, jurnal, serta laporan-laporan penelitian yang berhubungan dengan
penelitian ini. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data urut
waktu (time series) selama periode Januari 2002 s/d Desember 2011 dari
3.7 Pengolahan Data
Dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan program Microsoft Word 2007, disamping itu penulis juga menggunakan program Microsoft Excel 2007
dalam pembuatan tabel, grafik, serta untuk mempermudah perhitungan.
Sedangkan untuk analisis datanya, penulis menggunakan program komputer
Minitab 16 untuk meramalkan nilai ekspor Indonesia baik di sektor pertanian,
industri, pertambangan, serta agregat dari ketiga sektor ini dengan metode
dekomposisi untuk periode Januari 2012 s/d Desember 2017 ke depannya
3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Metode Dekomposisi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode dekomposisi. Metode
ini merupakan metode peramalan yang mengidentifikasikan tiga komponen secara
terpisah sebagai pola dasar yang menggambarkan karakteristik ekonomi dan
bisnis sepanjang waktu tertentu . Adapun ketiga komponen yang dimaksud adalah
naik-turunnya ekonomi atau industri, faktor musiman berkaitan dengan fluktuasi
periodik yang relatif konstan.
Menurut Gaspersz (1991), data yang muncul dalam metode dekomposisi
disebabkan oleh :
data = pola (model) + galat (error)
= f (trend, siklik, musiman) + galat
Konsep dasar dari metode analisis dekomposisi adalah pertama memisahkan
secara empirik pengaruh dari faktor musiman, kemudian pengaruh trend, dan terakhir adalah pengaruh siklik. Faktor galat merupakan sisaan (selisih antara
data aktual dan model) tidak dapat diperkirakan tetapi dapat diidentifikasikan.
Secara umum, model matematik dari pendekatan dekomposisi adalah:
... (3.1)
dimana :
Yt = nilai deret waktu (data aktual) pada periode t It = komponen atau indeks musiman pada periode t Tt = komponen trend pada periode t
Ct = komponen siklik pada periode t Et = komponen galat pada periode t
Metode dekomposisi mempunyai dua sifat yaitu model dekomposisi aditif
dan model dekomposisi multiplikatif. Bentuk fungsi (3.1) di atas tergantung pada
metode dekomposisi mana yang dipergunakan.
Bila kita menggunakan model aditif, maka bentuk fungsi (3.1) akan menjadi
fungsi (3.2) berikut :
. . . (3.2)
(metode dekomposisi model aditif)
Y
t= f (I
t, T
t, C
t, E
t)
Namun bila kita menggunakan metode dekomposisi besifat multiplikatif,
maka fungsinya menjadi :
... (3.3)
(metode dekomposisi model multiplikatif)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode dekomposisi yang
bersifat multiplikatif. Adapun langkah-langkah penyelesaiaan dengan
menggunakan model multiplikatif ini adalah sebagai berikut (Gaspersz,
1991:369):
1. Dari data aktual Yt, tentukan rata-rata bergerak (moving average) 12 bulan apabila data deret waktu bersifat bulanan, atau rata-rata bergerak 4 triwulan
apabila data deret waktu bersifat triwulanan, atau rata-rata bergerak 7 hari
apabila data deret waktu bersifat harian. Tujuannya untuk memperoleh
dugaan dari pengaruh trend (Tt) dan siklik (Ct). Dengan demikian akan diperoleh:
M
t= T
tx C
t. . .
(3.4)2. Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), maka bagilah fungsi (3.3)
terhadap fungsi (3.4) sehingga diperoleh:
)
(
t t
M
Y
= I
tx E
t. . .
(3.5)3. Identifikasi pengaruh trend yang sesuai dengan data (apakah linear, eksponensial, kuadratik, dan lain-lain) dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil sebagaimana halnya pada model regresi.
4. Untuk mendapatkan pengaruh siklik (Ct), maka bagilah persamaan (3.4)
terhadap Tt, sehingga diperoleh:
)
(
t t
T
M
= C
t. . .
(3.6)5. Untuk keperluan peramalan, maka gunakan ketiga faktor yang telah
dipisahkan tersebut, sebagai berikut:
Ŷ
= I
tx T
tx C
t. . .
(3.7)3.9 Teknik Evaluasi Hasil Peramalan
Evaluasi hasil peramalan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
dalam peramalan. Menurut Arsyad (1995), ada beberapa teknik untuk
mengevaluasi hasil peramalan diantaranya:
1. Mean Absolute Deviation (MAD) atau Simpangan Absolut Rata-rata. MAD = ∑��=1
(Yt
−
Ŷ
t
) /�MAD ini sangat berguna jika seorang analis ingin mengukur kesalahan
peramalan dalam unit ukuran yang sama seperti data aslinya.
2. Mean Squared Error (MSE) atau Kesalahan Rata-rata Kuadrat. MSE = ∑��=1
(Yt
−
Ŷ
t
)² /�Pendekatan ini penting dilakukan karena menghasilkan kesalahan yang
moderat yang lebih disukai oleh suatu peramalan yang biasanya
menghasilkan kesalahan yang lebih kecil tetapi kadang-kadang
3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) atau Persentase Kesalahan Absolute Rata-rata.
MAPE =
∑
[
∣Yt−Ŷt∣ �� ��=1
] / n
Pendekatan ini sangat berguna karena jika ukuran variabel peramalan
merupakan faktor penting dalam mengevaluasi akurasi peramalan tersebut.
MAPE memberikan petunjuk seberapa besar kesalahan peramalan
dibandingkan dengan nilai sebenarnya dari series tersebut.
4. Mean Precentase Error (MPE) atau Persentase Kesalahan Rata-rata.
MPE =
∑
[
(��−Ŷ�) �� ��=1
] / n
Pendekatan ini diperlukan untuk menentukan apakah suatu model
peramalan bias atau tidak. Jika pendekatan peramalan tersebut tidak bias,
maka hasil perhitungan MPE akan menghasilkan persentase mendekati nol.
Untuk mengetahui evaluasi hasil peramalan dengan menggunakan metode
dekomposisi dari periode Januari 2002 s/d Desember 2011 maka penulis memilih
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Terjadinya krisis keuangan global yang berawal pada tahun 2007 di
Amerika Serikat telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis tersebut
telah mempengaruhi kegiatan-kegiatan bisnis kunci di dunia terutama
sektor-sektor keuangan dan perdagangan, yang selanjutnya menurunkan laju
pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan riil per kapita di dunia.
Di Indonesia sendiri, dampak krisis ini mulai terasa menjelang akhir tahun
2008. Data Bank Dunia mencatat bahwa Indonesia memiliki laju pertumbuhan
tertinggi pada kisaran 6,1% sampai pada kuartal pertama tahun 2009, Indonesia
dapat juga mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif walau laju
menurun selama periode krisis. Pada kuartal pertama tahun 2009, ekonomi
Indonesia tumbuh sekitar 6,2%, tetapi menurun sedikit ke level 5,2% pada kuartal
terakhir di tahun yang sama.
Hal yang menarik adalah Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan
PDB yang positif di tengah-tengah keterpurukan serius akibat krisis global yang
ada, namun secara keseluruhan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun
2009 hanya bisa mencapai sekitar 4,5%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun
2007 dan tahun 2008. Hal ini memberi kesan bahwa ekonomi Indonesia juga
terkena dampak krisis global tersebut. Terjadinya pertumbuhan ekonomi
adanya permintaan agregat di dalam negeri yang tumbuh dengan baik, khususnya
permintaan rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Dalam hal perdagangan internasional, khususnya ekspor, adanya krisis
global ini menyebabkan menurunnya permintaan dunia terutama terhadap
produk-produk manufaktur. Selain ekspor, impor juga berkurang, penurunan impor
selama periode krisis tersebut merefleksikan tiga hal utama. Pertama, penurunan
harga minyak di pasar internasional, dan bagi Indonesia yang semakin banyak
mengimpor minyak sama juga berarti penurunan nilai impor minyak. Kedua,
melemahnya kegiatan-kegiatan ekonomi domestik. Ketiga, akibat peningkatan
intensitas impor dari produksi ekspor.
Dalam hal kesempatan kerja, adanya krisis ini membuat kesempatan kerja
menurun atau dengan kata lain terjadinya peningkatan jumlah penggangguran,
yang berarti juga menurunnya pendapatan. Di Indonesia, berdasarkan laporan
BPS menunjukkan bahwa dalam periode antara akhir Desember 2008 dan
Desember 2009, jumlah pekerja di semua kegiatan ekonomi sektor formal banyak
mengalami PHK.
Sedangkan berdasarkan studi yang di lakukan oleh PBB mengenai
ketenagakerjaan (ILO), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat
akibat krisis telah membuat suatu penurunan signifikan dalam laju penambahan
keempatan kerja di sektor formal, yang tumbuh hanya sekitar 1,4% selama
periode Februari 2008-Februari 2009, dibandingkan dengan 6,1% selama periode
Memasuki tahun 2008-2011, dunia kembali di goncangkan dengan krisis
yang melanda di zona Eropa akibat masalah utang pemerintahan Yunani. Untuk
mengantisipasi dampak krisis di zona Eropa merembes semakin besar ke
Indonesia maka peran pasar domestik Indonesia sangat diperlukan, hal ini menjadi
penting karena mengingat pasar dalam negeri sebagai pennyelamat perekonomian
Indonesia semasa krisis global tahun 2008 silam yang mana ekonomi Indonesia
tetap tumbuh walau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
4.2 Perkembangan Ekspor Pra Krisis Keuangan Eropa dan Global 2008 4.2.1 Ekspor Sektor Pertanian
Perkembangan ekspor sektor pertanian Indonesia pra krisis keuangan Eropa
dan global t