PE NE RAPAN MODEL PE MBELAJARAN ATI ( A PTI TUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
Oleh:
Nirmasari Siahaan NIM. 4123311034
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Nirmasari Siahaan dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 9 Mei 1994.
Ayah bernama Nimrot Siahaan, S.Pd dan Ibu bernama Dra. Nurlince Sianturi, dan
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk SD
Swasta Katolik Assisi Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
Nirmasari Siahaan (NIM.4123311034)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-6 SMP Negeri 1 Sei Bamban yang berjumlah 42 orang dan objek penelitian ini adalah model pembelajaran ATI pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban Tahun Ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran dan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran dan aktivitas siswa. Sedangkan analisis data yang dilakukan di dalam penelitian adalah reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan.
Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika awal siswa maka diberikan tes kemampuan awal dan diperoleh data sebanyak 8 (19,05%) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sedang. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran ATI, maka diberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika (TKKM). Dari hasil TKKM I diperoleh data bahwa sebanyak 26 (61,90 %) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang. Karena kemampuan komunikasi matematika siswa secara keseluruhan belum mencapai 85 % maka dilanjutkan tindakan pada siklus II. Dari hasil TKKM II diperoleh data bahwa sebanyak 40 (95,24 %) siswa yang mencapai kriteria kemampuan komunikasi matematika dengan kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang. Ini berarti terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dari siklus I hingga siklus II.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran ATI
(Aptitude Treatment Interaction) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa. Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak
memberikan bimbingan dan saran – saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Dr. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si, Bapak Dr. E. Elvis
Napitupulu, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd
selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi
penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Rektor
UNIMED, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta para staf pegawai di rektorat,
Bapak Dr. Asrin Lubis M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Pembantu
Dekan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika,
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga
Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak
Sudariyono, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Sei Bamban dan kepada
Ibu Dra. Rismaida Sijabat selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak
v
administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis
selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Nimrot
Siahaan dan Ibunda Nurlince Sianturi, orangtua penulis yang telah mengasuh,
membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu
mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan panjang umur.
Amin. Terima kasih juga buat adik – adik yang tersayang Valentin Nova Lina Siahaan dan Naomi Roslina Siahaan yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis, serta terima kasih juga penulis ucapkan
untuk sanak keluarga yang banyak membantu dalam bentuk materi dan motivasi
untuk penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk teman spesial Gerham
Gultom, S.Pd yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada teman – teman senasib seperjuangan ( Rita, Dwi Ayu dan Rizki Setia Ayu) serta teman – teman EKS A’ 012 Pendidikan Matematika, teman – teman satu atap ( Tere, Debi, Melda) yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, Agustus 2016
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 9
1.3. Batasan Masalah 9
1.4. Rumusan Masalah 9
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 11
2.1.1. Pengertian Komunikasi 11
2.1.2. Komunikasi Matematika 12
2.1.3. Model Pembelajaran 17
2.1.4. Model Pembelajaran ATI 18
2.1.4.1. Tujuan Model Pembelajaran ATI 18
2.1.4.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran ATI 19 2.1.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ATI 21
2.2. Uraian Materi Bangun Datar Segiempat 22
2.3. Penelitian yang Relevan 28
2.4. Kerangka Konseptual 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 30
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 30
3.3.1. Subjek Penelitian 30
3.3.2. Objek Penelitian 30
3.3. Jenis Peneliatian 30
3.4. Alat dan Pengumpulan Data 32
3.4.1. Tes 32
3.4.2. Observasi 32
3.5. Prosedur Penelitian 32
3.6. Teknik Analisis Data 37
3.6.1. Reduksi Data 37
vii
3.6.3. Menarik Kesimpulan 39
3.8. Indikator Keberhasilan 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 40
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 40
4.1.1.1. Permasalahan I 40
4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I(Alternatif Pemecahan
Masalah I) 47
4.1.1.3. PelaksanaanTindakan I 48
4.1.1.4. Observasi I 50
4.1.1.5. Analisis Data I 54
4.1.1.5.1. Analisis Data Tindakan Guru 54
4.1.1.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 55
4.1.1.6. Refleksi I 62
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II 64
4.1.2.1. Permasalahan II 64
4.1.2.2. Tahap Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan
Masalah II) 65
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 66
4.1.2.4. Observasi II 69
4.1.2.5. Analisis Data II 73
4.1.2.5.1. Analisis Data Tindakan Guru 73
4.1.2.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 74
4.2. Temuan Penelitian 77
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 82
5.2 Saran 83
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Kriteria Penilaian Observasi
Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
37 39 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Awal
Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Per Indikator pada Tes Awal
Tabel 4.3. Data Kesalahan Siswa pada Tes Awal Tabel 4.4. Hasil Observasi Guru Siklus I
Tabel 4.5. Hasil Observasi Siswa Siklus I
Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I per Indikator Tabel 4.8. Data Kesalahan Siswa pada Tes Komunikasi
Matematika I
Tabel 4.9. Hasil Observasi Guru Siklus II Tabel 4.10. Hasil Observasi Siswa Siklus II
Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II per Indikator
41
42 43 51 53
56
57
58 69 72
74
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Kesulitan Siswa Membedakan Luas dan Keliling
Suatu Persegi Panjang 5
Gambar 1.2. Kesulitan Siswa Menuliskan Sifat-sifat Persegi 6 Gambar 1.3. Kekeliruan Siswa dalam Menghitung Luas
Persegi Panjang 6
Gambar 2.1. Persegi Panjang 22
Gambar 2.2. Sisi-sisi Persegi Panjang Gambar 2.3. Persegi
Gambar 2.4. Sisi-sisi Persegi Gambar 2.5. Jajargenjang
Gambar 2.6. Sisi-sisi jajargenjang Gambar 2.7. Belah Ketupat
Gambar 2.8. Sisi-sisi Belah Ketupat
22 23 24 25 25 26 27 Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 36 Gambar 4.1. Diagaram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Tes Awal 41
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Awal 42 Gambar 4.3. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 56 Gambar 4.4. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I 57
Gambar 4.5. Diagram Kemampuan Komunikasi Siswa pada Tes
Kemampuan Komunikasi Matematika II 75 Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Kemampuan Komunikasi
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RencanaPelaksanaanPembelajaranSiklusIdan
SiklusII 86
Lampiran 2. LASSiklus IdanSiklusII 109
Lampiran 3. AlternatifPenyelesaian LAS Idan II (Siklus I) 132
Lampiran 4. Kisi-kisiTesAwal 147
Lampiran 5. LembarValiditasTesAwal 148
Lampiran 6. Kisi-kisiTesKemampuanKomunikasiMatematika I 151 Lampiran 7. LembarValidasiTesKemampuanKomunikasi
Matematika I 152
Lampiran 8. Kisi-kisiTesKemampuanKomunikasiMatematika II 155 Lampiran 9. LembarValiditasTesKemampuanKomunikasi
Matematika II 156
Lampiran 10. TesAwal 159
Lampiran 11. AlternatifPenyelesaianTesAwal 161
Lampiran 12. PedomanPenskoranTesAwal 163
Lampiran 13. TesKemampuanKomunikasiMatematika I 164 Lampiran 14. AlternatifPenyelesaianTesKemampuanKomunikasi
Matematika I 166
Lampiran 15. PedomanPenskoranTesKemampuanKomunikasi
Matematika I 169
Lampiran 16. TesKemampuanKomunikasiMatematika II 170 Lampiran 17. Alternatif PenyelesaianTes Hasil Belajar II 171 Lampiran 18. PedomanPenskoranTesKemampuanKomunikasi
Matematika II 173
Lampiran 19. LembarObservasi Guru 174
Lampiran 20. LembarObservasiAktivitasSiswa 186
Lampiran 21. HasilTesAwalKemampuanKomunikasiMatematika
Siswa 194
Lampiran 22. HasilTesKemampuanKomunikasiMatematika
Siswa I 196
Lampiran 23. HasilTesKemampuanKomunikasiMatematika
Siswa I I 198
Lampiran 24. DeskripsiPersentaseKemampuanKomunikasiMatematika SiswaTiapIndikatorpadaTesAwal,TesSiklus I danTes
Siklus II 200
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa depan suatu negara dapat dilihat dari maju tidaknya kualitas
pendidikan dan kesehatan negara tersebut. Suatu negara dapat menjadi negara
yang maju bahkan menjadi negara adidaya apabila mutu pendidikannya tinggi.
Pada Undang-undang No.20 Tahun 2003 (Sagala, 2009) tentang Pendidikan
Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Tapi pada kenyataannya dalam pendidikan terdapat banyak masalah.
Tentunya permasalahan di dunia pendidikan itu tidak akan terselesaikan sekaligus,
bahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia berbagai masalah pendidikan
akan terus bermunculan pada masa kini dan masa yang akan datang. Seperti yang
dikemukakan oleh Nurdin (Nasution, 2011) bahwa :
“Masalah pokok pendidikan di Indonesia saat ini masih berkisar pada soal pemerataan kesempatan, relevansi, kualitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan yang dihadapi pada masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia atau Human Resource Development (HDM) dan Human Capacity Development (HCD) untuk mengatasi persoalan dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal ”.
Berdasarkan pendapat di atas untuk meningkatkan sumber daya manusia perlu
diciptakan pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa
secara optimal. Salah satu pengembangan potensi siswa dapat melalui
2
dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan
gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika adalah segala sumber dari
ilmu yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan
perkembangannya bergantung dari matematika. Matematika adalah ilmu dasar
yang berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan
berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga
matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga
perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.
Seperti diungkapkan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012) bahwa :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya” .
Peranan matematika juga dapat ditemukan pada hubungan matematika
dengan mata pelajaran yang lainnya, artinya kesuksesan mempelajari matematika akan
memberikan kesuksesan bagi siswa pada saat mempelajari materi-materi pada
mata pelajaran lainnya. DEPDIKNAS (dalam Tarigan, 2014) menyatakan
bahwa:
3
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap yang menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah”.
Karena penerapan matematika yang sangat besar, seharusnya matematika
menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik, sehingga dapat
meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam mempelajarinya. Keinginan
dan semangat yang meningkat ini dapat menjalin komunikasi matematika dari
siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan berbagai
aspek yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika. Namun
pada kenyataan yang sering ditemukan di lapangan adalah bahwa masih sering
terjadi kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh masyarakat
yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, maupun para pengajar pendidikan
terutama para guru matematika. Data UNESCO (www.peringkatmatematika.com)
menunjukkan bahwa:
“Peringkat matematika Indonesia berada di urutan 34 dari 38 negara. Ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam pembelajaran matematika masih rendah. Sejauh ini Indonesia belum mampu lepas dari urutan penghuni papan bawah. Beberapa ahli matematika seperti Russefendi mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa”.
Dari kutipan di atas sikap negatif seperti ini muncul karena adanya persepsi
bahwa pelajaran matematika itu sulit. Menurut Soejono
(www.strategipembelajaranmatematika.com) mengungkapkan bahwa: “Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik. Selain itu terdapat pula kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti:1) kesulitan dalam menggunakan konsep, 2) kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip, 3) kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bambang
4
“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi ”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan untuk
mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika
siswa. Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa juga
telah tertulis dalam tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu matematika
memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya
komunikasi yang cermat dan tepat.
Dalam pembelajaran untuk SMP, materi Bangun Datar Segiempat
diajarkan di kelas VII. Banyak siswa yang masih kesulitan untuk menyelesaikan
soal – soal bangun datar segiempat disebabkan karena siswa kurang memahami
masalah yang terdapat dalam soal dan siswa cenderung hanya menghafal rumus
tanpa mengerti konsep dalam suatu masalah. Siswa juga beranggapan bahwa
materi bangun datar segiempat merupakan materi yang sulit dipelajari.
Hal di atas juga terjadi pada siswa SMP dimana peneliti melakukan
observasi. Peneliti telah melakukan observasi di SMP Negeri 1 Sei Bamban.
Dalam observasinya, peneliti mewawancarai guru bidang studi matematika
(R.Sijabat, 15 Januari 2015) yang mengatakan bahwa:
“Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika contohnya pada materi bangun datar segiempat disebabkan siswa kurang memahami konsep matematikanya untuk menyelesaikan soal apalagi jika soal yang diberikan sedikit bervariasi maka siswa sulit untuk mengerjakannya. Bahkan ketika siswa diajak dan diarahkan untuk menjelaskan suatu permasalahan dengan bahasanya sendiri (kemampuan komunikasi matematikanya), siswa masih sulit untuk mengungkapkannya akibatnya siswa tidak mengerti pengerjaan selanjutnya. Hal ini dikarenakan rendahnya komunikasi matematika siswa ”.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat kenyataan bahwa
siswa tidak mampu memahami konsep dari materi tersebut, sehingga terjadi
5
tertarik untuk menjawab pertanyaan dari gurunya, para siswa lebih senang untuk
berbicara terhadap teman-temannya. Sebagian siswa yang mengetahui
jawabannya lebih memilih diam, akan tetapi ada juga siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dari gurunya. Semua tindakan siswa ini adalah fakta yang
menunjukkan bahwa para siswa merasa bosan dan kurangnya minat siswa dalam
proses pembelajaran tersebut.
Peneliti juga menanyakan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Guru sama sekali belum pernah menerapkan model pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI). Kegiatan selama proses pembelajaran di
kelas adalah mengerjakan soal. Guru dan siswa bersama – sama mengerjakan
soal, dan selama proses pengerjaan soal siswa tidak ada yang bertanya tentang apa
yang kurang dimengerti dalam soal, dan ketika guru memberikan soal yang sedikit
berbeda dengan contoh soal banyak siswa yang tidak mengerti dan sama sekali
tidak bisa mengerjakan soal tersebut.
Selain itu peneliti juga mengadakan tes studi pendahuluan kepada siswa
kelas VIII sebanyak tiga soal dan dari 38 siswa hanya terdapat 3 orang yang
kemampuan komunikasinya baik sedangkan 35 orang masih rendah. Hal ini
menunjukkan masih rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
menyelesaikan soal.
Terlihat dari soal no.1 yang dikerjakan oleh siswa, bahwa siswa belum memahami
konsep, sehingga tidak mampu menjelaskan secara baik mengenai soal tersebut.
6
Sedangkan pada soal no. 2 siswa tidak dapat menuliskan ide pemikirannya dengan
baik.
Gambar 1.2. Kesulitan Siswa Menuliskan Sifat-sifat Persegi
Dan pada soal no. 3 siswa tidak dapat merepresentasikan soal dengan baik
sehingga terdapat kesalahan dalam pengerjaan soal .
Gambar1.3. Kekeliruan Siswa dalam Menghitung Luas Persegi Panjang
Berdasarkan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan beberapa
kelemahan-kelemahan siswa yaitu kurang mampu menyatakan ide matematikanya dalam
bentuk lisan maupun tulisan, kurang mampu memahami atau menafsirkan ide
yang disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan serta belum mampu untuk
menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide
matematikanya.
Untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran matematika di
sekolah maka para guru memerlukan terobosan baru dalam memperbaiki
kemampuan komunikasi matematika para siswa yaitu dengan menggunakan
strategi dan strategi pembelajaran yang baru, dimana dalam terobosan baru ini
7
gampang mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Seperti yang dikatakan
Roestiyah, (2012) yang mengatakan bahwa:
“Di dalam proses belajar – mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik – teknik penyajian, serta metode mengajar dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas”.
Berhasilnya proses pembelajaran tidak hanya tergantung pada guru tapi juga
tergantung pada siswa. Guru harus mampu mengetahui dan menyadari bahwa
setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Karena itulah guru harus
mampu memilih metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa dengan memperhatikan kemampuan
para siswanya.
Salah satu prinsip mengajar menekankan pentingnya memperhatikan ”individualistis ” dalam pembelajaran. Karena itu perlu diterapkan konsep, model, atau pendekatan dalam pembelajaran yang mengarah pada adaptive teaching,
yaitu model atau pendekatan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tidak sedikit model
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh guru-guru di sekolah. Namun, model
pembelajaran yang dikembangkan belum mampu mengapresiasikan serta
mengakomodasikan perbedaan - perbedaan kemampuan individual peserta didik.
Pada umumnya proses pembelajaran di sekolah dewasa ini berjalan klasikal,
artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah siswa (antara 30 – 40
orang) dalam waktu yang sama saat menyampaikan bahan pelajaran yang sama
dengan metode yang sama dan penilain yang sama bagi semua siswa.
Suryosubroto, (2009) menyatakan bahwa:
8
Pendidikan yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak
bukan berarti bahwa pengajaran harus berdasarkan atas jalannya satu orang guru
dengan satu orang siswa, akan tetapi walaupun pengajaran berjalan secara
bersama, guru harus memberikan pelayanan yang berbeda pada setiap anak sesuai
dengan perbedaan-perbedaan individual tersebut. Untuk itu model pembelajaran
yang tepat digunakan adalah model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment
Interaction). Nurdin (dalam Nasution, 2011) mengemukakan bahwa ”Aptitude
Treatment Interaction (ATI) dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan
yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan
untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing”.
Dalam model pembelajaran ATI ini siswa dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, kelompok siswa berkemampuan
sedang, dan kelompok siswa berkemampuan rendah. Ketiga kelompok tersebut
diberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan karakteristiknya
masaing-masing. Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan diberikan
perlakuan (treatment) yaitu belajar mandiri (self learning), kelompok siswa yang
memiliki kemampuan sedang akan diberikan perlakuan (treatment) dengan
metode pemberian tugas dan kelompok siswa yang berkemampuan rendah akan
diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran re-teaching dan tutorial
yang diberikan setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti
pembelajaran dengan metode pemberian tugas.
Model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) memberikan
banyak keuntungan dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas, khususnya
kelas-kelas yang kemampuan siswanya bervariasi. Sesuai dengan hal itu maka
model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) adalah model
pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa serta mampu memacu keinginan siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelas. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengadakan
9
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa belum mampu memahami konsep suatu materi dengan baik.
3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran
di kelas.
4. Materi bangun datar segiempat merupakan materi yang dianggap sulit oleh
siswa.
5. Pembelajaran di kelas masih menerapkan model pembelajaran konvensional.
6. Pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) .
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah
penelitian dibatasi hanya untuk mengetahui “ Penerapan model pembelajaran ATI
(Aptitude Treatment Interaction) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ” .
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah: Apakah penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment
Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada
materi bangun datar segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban T.A.2015/2016 ?
1.5. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran ATI (Aptitude
Treatment Interaction) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 1 Sei Bamban
10
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
akan memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru, memberikan informasi tentang pentingnya model pembelajaran
yang memperhatikan keragaman individu siswa (ATI) dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan prestasi dan kemampuan komunikasi
matematik siswa pada materi bangun datar segiempat.
3. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
pada masa yang akan datang serta meningkatkan pemahaman tentang
pentingnya model pembelajaran ATI dalam pelajaran matematika.
4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan yang
tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada
materi bangun datar segiempat. Hal ini dilihat pada tes awal diperoleh
bahwa dari 42 siswa, tidak ada siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi sangat tinggi dan tinggi, 8 orang siswa (19,05%) yang
memiliki nilai sedang, 11 siswa (26,19%) yang memiliki nilai rendah, dan
terdapat 23 siswa (54,76%) yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa (19,05%) dengan rata – rata kelas
adalah 51,55. Pada siklus I diperoleh bahwa dari 42 siswa, sebanyak 1
siswa (2,38%) yang memiliki nilai sangat tinggi, 7 siswa (16,67%) yang
memiliki nilai tinggi, 18 siswa (42,85%) yang memiliki nilai sedang, 8
siswa (19,05%) yang memiliki nilai rendah, 8 siswa (19,05%) yang
memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa
(70%) dengan rata – rata kelas adalah 68,57. Pada siklus II diperoleh
bahwa dari 42 siswa, sebanyak 9 siswa (21,43%) yang memiliki nilai
sangat tinggi, 24 siswa (57,14%) yang memiliki nilai tinggi, 7 siswa
(16,67%) yang memiliki nilai sedang, 2 siswa (4,76%) yang memiliki nilai
rendah, tidak ada siswa yang memiliki nilai sangat rendah. Jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 40 siswa (83,58%) dengan rata – rata kelas adalah
83
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika
disarankan guru menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) dan memberikan penghargaan/hadiah untuk
meningkatkan semangat siswa dalam belajar sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Dalam penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI) hendaknya guru tetap melakukan pembimbingan kepada siswa.
3. Kepada siswa SMP Negeri 1 Sei Bamban khususnya siswa yang
berkemampuan komunikasi matematika rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan – sungkan untuk mengkomunikasikan ide –
ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
4. Kepada peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis
disarankan untuk menyediakan alokasi waktu lebih karena model
pembelajaran ini menggunakan waktu yang lebih banyak dan
memperhatikan kelemahan – kelemahan yang ada pada penelitian ini,
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Administrator. (2010), Komunikasi-Matematika,www.edukasinline.info/indev. php? option=com-conten&view=article&id=96:komunikasi-matematika& Itemid 97. (Diakses 16 Januari 2016)
Administrator, (2010), http://kaliboyo01.blogspot.com/ (Diakses 19 Januari 2016).
Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik, Penerbit Pena, Banda Aceh.
Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.
Atrinawati, H., Muryanto, Asikin,M., (2013), Keefektifan Pendekatan Aptitude Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik, Unnes Journal of Mathematics Education
Bambang, R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun - keterampilan - komunikasi-matematika.html. (Diakses 16 Januari 2016).
Djamarah, S.B., (2011), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fathoni, A., (2007), Bahasa Matematika, http//rbaryans.worpress.com/2007 /05/30/komunikasi-dalam matematika.html (Diakses 16 Januari 2016).
Irawan, Indra, (2013), 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Matematika untuk SMP/MTS, Penerbit Yrama Widya, Bandung.
Kunandar, (2012), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyasa, (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosadakarya, Jakarta.
Nasution, Eva, (2011), Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII MTS.N Padang Sidimpuan T.A 2010/201, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.
NCTM, (2007). www.komunikasimatematika.com (Diakses 16 Januari 2016).
85
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar , Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rahmawati, L., Priatna, D., Halimah, L., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia
Riyanto,Theo, (2002), Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Penerbit Grasindo, Jakarta.
Roestiyah, (2012), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Slameto, (2012), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sujono, (2009), www.strategipembelajaranmatematika.com (Diakses 16 Januari 2016).
Suniti, (2009), Pengajaran IPS dengan Model Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Online).Tersedia: http://lubeeonline.blogspot.com/2010/04/pengajaran-ips-dengan-model-pendekatan.html. (Diakses 18 Januari 2016).
Suprijono,Agus, (2010), Cooperative Learning, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Tarigan, Esron, (2014), Penerapan Strategi Pembelajaran Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Lingkaran Di Kelas VIII SMP Swasta Masehi Medan TA 2013/2014., Skripsi, FMIPA,Unimed, Medan.
Tim Penyusun, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan, Penerbit FMIPA UNIMED, Medan.