• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENERAPAN ORNAMEN BATAK TOBA BERBAHAN KAYU DAN SEMEN PADA BANGUNAN BERAGAYA RUMAH ADAT BATAK TOBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENERAPAN ORNAMEN BATAK TOBA BERBAHAN KAYU DAN SEMEN PADA BANGUNAN BERAGAYA RUMAH ADAT BATAK TOBA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENERAPAN ORNAMEN BATAK TOBA

BERBAHAN KAYU DAN SEMEN PADA BANGUNAN

BERGAYA RUMAH ADAT BATAK TOBA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

VERA OMPUSUNGGU

NIM. 2111351001

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: parjambaran adat batak toba

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Vera Ompusunggu NIM. 2111351001. Perbandingan Penerapan Ornamen

Batak Toba Berbahan Kayu dan Semen Pada Bangunan Beragaya Rumah Adat Batak Toba. Skripsi. Medan Fakultas Bahasa dan Seni UNIMED.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perkembangan ornamen Batak Toba pada bangunan berbahan semen yang dalam penerapan, penempatan serta fungsi dan maknanya tidak sesuai lagi dengan kaidah rumah tradisional Batak Toba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan berbahan kayu dan berbahan semen, serta mengetahui bagaimana perbedaan penempatan ornamen antara rumah adat Batak Toba dan bangunan berbahan semen, dan untuk mengetahui fungsi dan makna dalam penerapan ornamen pada bangunan berbahan semen.

Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dengan menggunakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jadi sampel pada penelitian ini adalah bangunan tradisional Batak Toba berbahan kayu yang terdapat di museum TB Silalahi Center dan juga 6 bangunan berbahan semen yang terdapat di kecamatan Balige.

Metode yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yaitu mengumpulkan data secara fakta yang diperoleh mealului hasil wawancara selanjutnya mengklasifikasi data yang penting dan disusun secara sistematis.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi serta wawancara dapat diketahui hasil perbandingan penerapan ornamen Batak toba pada bangunan tradisional Batak Toba berbahan kayu dan bangunan berbahan semen bergaya rumah adat Batak Toba. Maka dapat disimpulkan bahwa antara penerapan ornamen pada bangunan berbahan semen tidak menerapkan keseluruhan motif ornamen, serta penempatan, fungsi dan makna ornamen tidak sama lagi seperti halnya pada bangunan tradisional Batak Toba.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini yang berjudul “ Perbandingan Penerapan Ornamen Batak Toba Berbahan Kayu dan Semen Pada Bangunan Bergaya Rumah Adat Batak Toba“.

Penulis mengucapkan terima kasih Kepada Yth :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Rupa

Universitas Negeri Medan.

3. Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas

Negeri Medan.

4. Drs. Gamal Kartono, M.Si. Skretaris Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Daulat Saragi, M.Hum. Dosen Pembimbing Skripsi.

6. Dr. Agus Priyatno, M.Sn Dosen Penguji.

7. Drs. Brisman S, M. Si Dosen Penguji.

8. Drs. Mesra, M.Sn Dosen Penguji

9. Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas

Bahasa dan Seni.

10.Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Toba Samosir

11.Ayahanda Frans Helman Ompusunggu dan ibunda tercinta Romendang

(8)

penulis ucapkan terima kasih telah memberi motivasi, kasih sayang,

perhatian terbesar kepada penulis dan dukungan moril serta materil

sehingga dapat menyelesaikan Skripsi.

12.Teman-teman penulis Eva Juita Tarigan, Yutika Trisnawati, Satriyuana

Simbolon dan Andika Saputra dan teristimewa kepada Marolop Sinaga

yang selalu memberi dukungan dan segala kerjasamanya serta seluruh

teman-teman Seni Rupa 2011 terkhusus kelas C yang telah banyak

memberi semangat.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa

masih banyak kekurangan baik isi, bahan maupun tata bahasa untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 9

A. Kerangka Teoritis ... 9

1. Pengertian Perbandingan ... 9

2. Pengertian Penerapan ... 10

3. Pengertian Ornamen ... 10

4. Unsur-unsur Ornamen ... 11

a. Garis ... 12

b. Bidang ... 13

c. Warna ... 14

d. Tekstur ... 15

5. Motif Ornamen ... 15

(10)

7.Warna Pada Ragam Hias (Gorga) Rumah Adat Batak Toba

... 43

a. Warna Hitam ... 44

b. Warna Merah ... 44

c. Warna Putih ... 45

8.Teknik Pembuatan Ragam Hias Rumah Adat Batak Toba(Gorga) ... 45

9.Bangunan Tradisional Batak Toba dan Bangunan Bergaya Rumah Adat Batak Toba Bermedia Semen(Modern) ... 46

B. Kerangka Konseptual ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Lokasi Penelitian ... 49

B. Waktu Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

(11)

2.Perkembangan Ornamen Tradisional Batak Toba Pada Bangunan Berbahan

Semen ... 59

3.Perbandingan Penerapan Ornamen Pada Bangunan Berbahan kayu dan Semen ... 74

4.Penerapan Warna Ornamen Pada Bangunan Berbahan Semen ... 89

a. Hitam... 89

b. Merah ... 90

c. Putih ... 90

B. Pembahasan ... 90

C. Temuan Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

Lampiran 1 ... 101

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4. 1 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 1 ... 64

Tabel 4. 2 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 2 ... 66

Tabel 4. 3 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 3 ... 68

Tabel 4. 4 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 4 ... 70

Tabel 4. 5 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 5 ... 72

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2. 2 Garis dan pengaruhnya terhadap mata ... 12

Gambar 2. 3 Beberapa Jenis Bidang ... 13

Gambar 2. 4 Pola Berbentuk Geometris ... 16

Gambar 2. 5 Pola Berbentuk Tumbuh-tumbuhan ... 17

Gambar 2. 6 Berbentuk Binatang unggas ... 18

Gambar 2. 7 Pola berbentuk sosok manusia ... 19

Gambar 2. 8 Pola berbentuk alam ... 20

Gambar 2. 9 Pola berbentuk hias benda teknologis, kaligrafi, dan abstrak ... 21

Gambar 2. 10 Anatomi rumah adat batak toba ... 23

Gambar 2. 11 Gorga sitompi ... 25

Gambar 2. 12 Gorga dalihan na tolu ... 26

Gambar 2. 13 Gorga simeol-eol dan simeol-eol masiolan ... 27

Gambar 2. 14 Gorga sitagan... 28

Gambar 2. 15 Gorga sijonggi ... 29

Gambar 2. 16 Gorga silintong ... 30

Gambar 2. 17 Gorga simarogung-ogung ... 31

Gambar 2. 18 Gorga hoda-hoda ... 31

(14)

Gambar 2. 20 Gorga ipon-ipon ... 34

Gambar 2. 21 Gorga iran-iran ... 35

Gambar 2. 22. Hariara sundung di langit ... 36

Gambar 2. 23 Gorga si mataniari ... 37

Gambar 2. 24. Gorga desa na ualu ... 38

Gambar 2. 25 Gorga jenggar atau jorngom ... 39

Gambar 2. 26 Gorga gaja dompak ... 40

Gambar 2. 27 Gorga singa-singa ... 41

Gambar 2. 28 Gorga adop-adop ... 42

(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, budaya dan bahasa

yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku di wilayah Indonesia

memiliki ciri khasnya sendiri yang mampu membedakannya dengan suku lain.

Demikian halnya di wilayah Sumatera Utara, banyak suku yang tersebar di

wilayahnya serta memiliki budaya yang berbeda pada tiap etnisnya, seperti salah

satu contoh suku Batak Toba mempunyai budaya dan seni yang berbeda dengan

suku lainnya.

Batak Toba memiliki aneka kesenian seperti seni tari, seni musik dan seni

rupa yang di bagian dalamnya ada ragam hias atau disebut juga ornamen. Setiap

ragam hias mempunyai makna tersendiri yang diwujudkan dalam bentuk visual

dan juga digunakan sebagai alat komunikasi antara generasi tua ke generasi muda.

Ornamen atau ragam hias Batak Toba sering juga disebut dengan istilah

gorga. Gorga ini merupakan salah satu bentuk ukiran khas Batak Toba yang

sangat indah dan merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang masih

dilestarikan sampai saat ini.

Dalam penempatannya, gorga biasanya dibuat pada bangunan rumah

tradisional adat Batak Toba yang disebut ruma gorga yang terbuat dari bahan

kayu dan juga benda pakai lainnya. Ruma gorga atau sering disebut ruma bolon

(17)

2

diikat oleh adat Batak, seluruh hiasannya memiliki aneka makna yang

menandakan status sosial pemilknya (Sirait, 1980: 36).

Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam

rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut Ruma, dan rumah

yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut sopo.

Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh.

Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk.

Pada umumnya, dinding rumah merupakan center point karena adanya ukir-ukiran

yang berwarna merah, putih dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak

(Marisco, 2012).

Pada peletakan setiap ornamen, telah disesuaikan tempatnya sesuai fungsi

dan artinya. Sementara pada zaman sekarang ini ruma gorga sudah jarang

ditemukan, dikarenakan pengaruh modernisasi, bentuk bangunan sudah berbeda,

dan bahan utama pembuatannya tidak lagi dari kayu seperti halnya pada ruma

gorga.

Keberadaan bangunan sekarang ini, tidak lagi terbuat dari kayu melainkan

tebuat dari bahan semen. Namun tidak jarang dijumpai bangunan bermedia semen

yang mengadopsi gaya bangunan rumah adat Batak Toba baik dari segi bentuk

maupun ornamennya. Adapun bangunan bermedia semen zaman sekarang yang

memiliki gorga pada bangunannya itu tidak sama halnya dalam konteks

(18)

3

Pada dasarnya, jika dikaitkan dengan penempatan gorga sesuai dengan arti dan

fungsinya, itu telah diaturkan sejak dahulu kala sesuai dengan bentuk ruma gorga,

sementara jika dibandingkan dengan keberadaan bangunan bermedia semen

zaman sekarang dengan penempatan gorga pada bangunan tersebut, tidak sesuai

lagi dengan aturan pada ruma gorga pada umumnya, bagaimna tata letak ornamen

dalam setiap bangunan pada bangunan bermedia semen, dan juga dalam hal

pembuatan gorga. Terlebih lagi bahan utama pembuatan bangunan tersebut,

antara ruma gorga dan bangunan modern. Ruma gorga terbuat dari kayu,

sedangkan bangunan modern terbuat dari bahan semen, maka akan terlihat

perbedaan antara pembuatan ornamen pada bahan kayu dan semen.

Dalam observasi awal, peneliti menemukan perbedaan antara pembuatan

ornamen pada media kayu dan semen menjadi rancu dikarenakan bahan dan cara

kerjanya yang berbeda, yang mana dalam pembuatan ornamen pada media kayu

harus dengan cara dipahat, sementara pada media semen pembuatan ornamen

dapat hanya digariskan saja, atau dilukis, juga dalam hal fungsi dan makna

ornamen pada bangunan, apakah bangunan bermedia semen secara keseluruhan

mengadopsi ornamen seperti halnya ruma gorga, apakah penempatan setiap gorga

pada bangunan bermedia semen sama seperti penempatannya pada ruma gorga,

dan apakah makna ornamen pada bangunan bermedia semen masih memiliki

makna yang sama seperti halnya ruma gorga, ataukah hanya sekedar hiasan saja.

Dari setiap pernyataan di atas terlihat perbedaan yang sangat jelas antara

(19)

4

mengerti apa yang menjadi fungsi dan makna ornamen pada sebuah bangunan

bermedia semen.

Menghadapi permasalahan yang demikian, dalam pemahaman mengenai

penerapan ornamen pada ruma gorga dan bangunan bermedia semen, apakah

yang menjadi perbandingannya, apakah bangunan bermedia semen secara

keseluruhan mengadopsi ornamen seperti halnya ruma gorga, apakah penempatan

setiap gorga pada bangunan bermedia semen sama seperti penempatannya pada

ruma gorga, dan apakah makna ornamen pada bangunan bermedia semen masih

memiliki makna yang sama seperti halnya ruma gorga , dan apa yang menjadi

kelebihan dan kekurangan dalam pembuatan ornamen pada media kayu dan

semen, maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk memahami

perbandingan pada setiap pembuatan ornamen Batak Toba pada media kayu dan

semen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan proposal penelitan

dengan judul “Perbandingan Penerapan Ornamen Batak Toba Berbahan

Kayu dan Semen Pada Bangunan Bergaya Rumah Adat Batak Toba”

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di atas

agar sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Untuk dapat mengidentifikasi

masalah dengan baik, maka penulis perlu melakukan penelitian studi, objek yang

diteliti, dan melakukan observasi dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga

(20)

5

diketahui, maka penulis mengemukakan yang menjadi identifikasi masalah dalam

penelitian penulis, adapun berbagai penelitian permasalahan yang ditemukan pada

penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Penerapan bentuk ornamen yang berbeda antara media semen dan media

kayu.

2. Penempatan ornamen pada bangunan bermedia semen yang tidak sesuai

dengan kaidah penempatan ornamen pada ruma gorga (anatomi).

3. Persepsi yang berbeda tentang penerapan ornamen pada bangunan

bermedia semen.

4. Teknik yang berbeda antara pembuatan ornamen pada media kayu dan

semen

5. Perbedaan fungsi ornamen pada bangunan bermedia semen dengan rumah

adat Batak Toba (ruma gorga).

6. Perbedaan makna ornamen yang yang terletak pada bangunan bermedia

(21)

6

C. Pembatasan Masalah

Menghindari masalah yang teralalu luas dan dapat mengaburkan

penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian ornamen

Batak Toba pada bangunan rumah adat Batak Toba dan bangunan modern bergaya

rumah adat Batak Toba. Penulis memfokuskan penelitan pada ruang lingkup

tentang penerapan ornamen pada kedua bangunan yang terbuat dari kayu dan dari

semen, sebagai berikut :

1. Penerapan bentuk ornamen pada media semen

2. Penempatan ornamen pada bangunan bermedia semen dan rumah adat

Batak toba

3. Perbedaan fungsi dan makna pada penempatan ornamen pada bangunan

bermedia semen dan kayu (ruma gorga)

D. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas, permasalahan yang akan di angkat

dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana penerapan ornamen pada media semen ?

2. Apakah penempatan ornamen pada bangunan bermedia semen sesuai

dengan penempatan ornamen pada bangunan rumah adat Batak Toba

bermedia kayu ?

3. Apakah ada perbedaan fungsi dan makna dalam penerapan ornamen

(22)

7

E. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana penerapan ornamen

pada rumah adat Batak Toba yang bermedia kayu dan bangunan

bermedia semen.

2. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana penempatan ornamen

antara rumah adat Batak Toba dan bangunan bermedia semen.

3. Penelitian ini bertujuan mengetahui apa perbedaan fungsi dan makna

dalam penerapan ornamen pada bangunan bermedia semen.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi atas dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Kedua manfaat ini berlandas kepada dua hal dasar yaitu manfaat keilmuan

dan manfaat sosial budaya. Kedua manfaat ini diuraikan lebih jauh lagi seperti

berikut ini

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang bentuk,

fungsi dan makna dari setiap ornamen pada rumah adat Batak Toba dan

bangunan bermedia semen baik bagi peneliti, sekolah, dan masyarakat.

b) Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman bagaimana perbandingan

pada setiap pembuatan ornamen Batak Toba pada media kayu dan semen.

c) Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya

(23)

8

d) Serta kemungkinan lebih jauh penelitian ini juga dapat memperkaya

keilmuan disiplin terkait seperti arsitektur, seni dan lain-lain.

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia,

khususnya masyarakat Batak Toba untuk lebih memahami kesenian

khususnya seni rupa yang terdapat pada bangunan bermedia semen.

b) Penelitian ini digunakan sebagai bahan untuk memperkuat jati diri atau

identitas kebudayaan agar memiliki kekuatan kultural dari dalam dan luar,

terkhusus bagi masyarakat Batak Toba yang ada di Sumatera Utara untuk

dapat merujuk dan mempertahankan kebudayaannya di tengah-tengah arus

(24)
(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada hasil penelitian dan

pembahasan sebelumnya, maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan dan

mengemukakan saran-saran yang berhubungan dengan topik pembahasan.

1. Penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan berbahan semen ini diadopsi

dari bentuk bangunan rumah adat tradisional Batak Toba, dan tidak semua

ornamen diterapkan pada bangunan ini. Dari 22 motif ornamen Batak Toba

hanya 10 motif yang digunakan yaitu gorga jenggar, ipon-ipon, dalihan na

tolu, gaja dompak, singa-singa, ulu paung, dila paung, simeol-eol, boraspati

dan simarogung-ogung.

2. Fungsi dan makna ornamen yang terkandung pada rumah tradisional Batak

Toba berbahan kayu tidak memiliki arti yang sama lagi dalam penerapannya

pada bangunan berbahan semen karena sebagian ornamen yang ada pada

bangunan berbahan semen hanya berfungsi untuk menambah atau mengisi

kekosongan atau sebagai hiasan saja.

3. Penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan berbahan semen tidak sesuai

lagi penempatannya dengan penerapannya pada bangunan berbahan kayu

yaitu rumah adat tradisonal Batak Toba, karena sudah disesuaikan dengan

(26)

97

4. Teknik pembuatan ornamen pada bangunan berbahan semen yaitu

menggunakan teknik Dais (lukis) dan teknik yang dikorek, sehingga hampir

sama dengan menggunakan teknik Uhir/lontik (ukir), namun tidak

mengurangi unsur keindahan pada ornamen itu sendiri.

B. Saran

1. Daerah kabupaten Toba Samosir memiliki banyak kekayaan budaya, terlebih

akan rumah adat tradisionalnya beserta ornamennya namun penerapannya mulai

pudar, harapan penulis melalui bangunan berbahan semen bergaya rumah adat

Batak Toba dan hasil temuan penulis melalui penelitian ini diharapkan bagi

pemerintah maupun masyarakat Batak Toba setempat, penerapan arsitektur

bangunan tradsional Batak Toba perlu pengembangan yang positif karena daerah

Batak Toba merupakan salah satu tempat pariwisata di Indonesia.

2. Pengembangan kebudayaan merupakan tanggung jawab dari setiap generasi

yang sadar akan pentingnya melestarikan peninggalan-peninggalan kebudayaan

nenek moyang yakni seperti oenamen Batak Toba yang mempunyai nilai

keindahan yang cukup tinggi.

3. Kepada masyarakat Batak Toba hendaknya tetap memelihara serta melestarikan

bentuk ornamen tradisonal Batak Toba yang merupakan cirri khas daerah.

4. Kepada pihak pemerintah daerah Toba Samosir perlu memberi perhatian yang

khusus tentang ornamen tradisional Batak Toba sebagai salah satu hasil dan aset

(27)

nilai-98

nilai kebudayaan yang terdapat di daerah tidak hilang begitu saja mengingat

banyaknya budaya asing yang masuk dan berkembang pada saat ini.

5. Kepada pihak pengurus dan kepala bagian museum TB Silalahi Center agar tetap

menjaga dan mengembangkan keutuhan ornamen yang terdapat pada rumah adat

tradisional Batak Toba yang berada di museum tersebut.

6. Mengajak semua pihak dan unsur yang terkait untuk bersama-sama menggali

nilai-nilai budaya yang terdapat di daerah sebagai salah satu wujud kepedulian

terhadap peninggalan budaya yang terdapat di daerah, untuk menjaga budaya

bangsa dari unsur kepunahan serta bersama-sama membina dan melestarikannya.

7. Agar penelitian ini tidak hanya sampai di sini saja, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis berharap para mahasiswa ataupun masyarakat lain

berminat untuk melakukan penelitian lanjutan lagi supaya seni budaya itu sendiri

(28)

99

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marisco, Leo. 2012. Suku Batak, Pengertian Ragam Hias, Gorga, Dan

Perancangannya Dalam Media Informasi Buku.http://elib.unikom.ac.id/files/di

sk1/662/jbptunikompp-gdl-leomarisco-33084-11-unikom_l-i.pdf (Sabtu, 09 Mei 2015, 21:05).

Meyer, Sales, Franz, 1957, Handbook of Ornament, New York: Dover Publications Inc.

Misgiya dan Wahyu Tri Atmojo. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Batak

dalam Teknik Batik untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik di Sumatra Utara. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 5 (No. 2) 19-27.

Pohan, Rusdin. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Banda Aceh: Lanarka

Saragi, Daulat. 2015. Nilai Pedagogis Dan Nilai Estetika Yang Terkandung Dalam

Makna Motif Ornamen Tradisional Rumah Adat Batak Toba.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23383-daulat%20saragi.pdf/, (Sabtu, 09 Mei 2015, 21:01)

Sirait, Baginda. 1980. Desain Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. IKIP: Medan.

Soepratno. 1983. Ornamen Ukir Kayu Tradisional Jawa. Semarang: PT.EFFHAR.

Soeroto, Myrtha. 2002. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia. Ghalia Indonesia: Jakarta.

(29)

100

Sunarno, Agung. 2011. Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta: Yuma Pustaka

Sunaryo, Aryo, 2009, Ornamen Nusantara kajianKhusus Tentang Ornamen Indonesia, Semarang: Dhara Prize.

TM Sitorus dan Wahyu Triatmojo. 2012. Analisis Penerapan Ornamen Tradisional

Batak Toba Pada Alat Musik Tradisional Batak Toba Di Kabupaten Samosir.

Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 9 (No.5) 43-54.

Gambar

Tabel 4. 1 Jumlah Ornamen Batak Toba Yang Ada Pada Bangunan 1 ................ 64
Gambar 2. 20 Gorga ipon-ipon ............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung memiliki efek sitotoksik yang kurang poten terhadap sel kanker payudara T47D.. Kata Kunci: sitotoksik,Mimusopsi cortex ,

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 10% daun eceng gondok ( E. minor ), atau kombinasi 5% keduanya dalam ransum nyata dapat meningkatkan

 Saat ini pabrik HOKI yang ada di Subang memiliki kapasitas produksi 30 ton per jam, sehingga dengan penambahan ini HOKI bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 50 ton per

The mechanism of protein re-methylation inhibition is supported by results of studies that have indicated that successful treatment regimen could lower its concentration

Pendapatan rata-rata responden dari hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh responden yang diambil dari TNLL pada kedua lokasi penelitian dapat dilihat pada

Adnan Menderes Üniversitesi Sağlık Bilimleri Enstitüsü Fizyoloji (Tıp) Anabilim Dalı Yüksek Lisans Programı çerçevesinde Ayşegül Mavi Bulut tarafından hazırlanan

Kontingensi merupakan suatu kejadian yang disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari satu atau lebih transmisi atau generator. Istilah ini berhubungan dengan

1) Adanya sarana untuk mensosialisasikan kebijakan atau program dari sekolah. Sarana itu berupa rapat kerja guru, rapat manajemen, pertemuan orangtua, dan masih banyak