Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.Tapanuli Utara)Oleh:
Waldy Sahputra Aritonang
090903010
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Daftar Isi
Daftar Isi ……… i
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang ……… 1
I.2 Rumusan Masalah ……… 6
I.3 Tujuan Penelitian ……… 6
I.4 Mafaat Penelitian ……… 7
I.5 Kerangka Teori ……… 8
I.5.1 Konsep Pelayanan Publik ...………. .... 8
I.5.2.1. Definisi PelayananPublik………... 8
I.5.2.2 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik………..………... 12
I.5.2.3 Prinsip-prinsip Pelayanan Publik .………. 14
I.5.2.4 Standart Pelayanan Publik ... 16
I.5.2.5 Konsep Kualitas Pelayanan ... . 18
I.5.3 Kartu Keluarga... 24
I.5.3.1 Defenisi Kartu Keluarga ... 24
I.5.3.2 Dasar Penerbitan Kartu Keluarga ... 25
I.6 Defenisi Konsep ……….. 30
Bab II Metode Penelitian
II.1 Bentuk Penelitian ….……… 33
II.2 Lokasi Penelitian ……… 33
II.3 Informan Penelitian …… ……… .... 33
II.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 34
II.6 Teknik Analisis Data ……….. …………... 35
Bab III Deskripsi Lokasi ... 37
3.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Tapanuli Utara ... 37
3.2 Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 40
3.3 Demografi Kabupaten Tapanuli Utara ...42
3.4 Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara ... 44
3.4.1 Profil Disdukcapil Tapanuli Utara... 46
3.4.1.1 Sumber Daya Manusia ... 47
3.4.2 Tujuan dan Sasaran Kabupaten Tapanuli Utara ... 55
3.4.2.1 Tujuan ... 55
3.4.2.2 Sasaran ... 56
3.5 Tugas Pokok dan Fungsi ... 58
3.5.2 Struktur Organisasi ... 71
Bab IV Penyajian Data ... 73
4.1 Identitas Informan ... 73
4.1.1 Identitas Informan Kunci ... 73
4.1.2 Identitas Informan Utama .,... 74
4.2 Hasil Pengumpulan Data ...,,,,,,,,,,, 74
4.3 Penyajian Data ... 75
4.3.1 Tangible (bukti fisik) ... 75
4.3.2 Reability (Kehandalan) ... 78
4.3.3 Responsive (Daya Tanggap) ... 83
4.3.4 Assurance (Jaminan) ... 87
4.3.5 Emphaty (Kemampuan Dalam Memahami) ... 91
Bab V Analisis Data ... 96
V.I Tangible (bukti fisik) ... 96
V.II Reability (Kehandalan) ... 98
V.III Responsive (Daya Tanggap)... 99
V.V Emphaty (Kemampuan Dalam Memahami) ... 101
Bab VI Penutup
VI.I Kesimpulan ... 103
V.II Saran ... 105
ABSTRAK
Kualitas Pelayanan Pembuatan kartu keluarga
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.Tapanuli Utara)
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Waldy Sahputra Aritonang
NIM : 090903010
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH.M.Hum
Dalam organisasi pemerintah, pelayanan kepada masyarakat adalah tujuan utama yang tidak mungkin dapat dihindari karena sudah merupakan kewajiban menyelenggarakan pelayanan dengan menciptakan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, karena telah menjadi sebuah kewajiban maka sepatutnya pemerintah mencari solusi terbaik terhadap masalah- masalah yang sering dihadapi.
Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya dalam pelayanan pembuatan Kartu keluarga yang dilaksanakan di kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten tapanuli utara yang beralamat di jalan Sisingamangaraja No 197 Tarutung. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara mendalam kepada informan, dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 2 orang informan kunci yaitu Informan kunci penelitian ini adalah adalah Kepala Seski Pembuatan Kartu Keluarga dan KTP dan Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk.
Berdasarkan penelitian ini bahwa para pegawai di Kantor Dinas Dan Kependudukan Catatan Sipil telah berupaya memberikan suatu pelayanan yang maksimal dalam pembuatan Kartu Keluarga. Hambatan yang terjadi dalam proses pembuatannya adalah kurangnya fasilitas juga sumber daya manusia yang terampil dalam pengerjaanya dan kurangnya peran aktif masyarakat.
ABSTRAK
Kualitas Pelayanan Pembuatan kartu keluarga
(Studi Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.Tapanuli Utara)
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Waldy Sahputra Aritonang
NIM : 090903010
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH.M.Hum
Dalam organisasi pemerintah, pelayanan kepada masyarakat adalah tujuan utama yang tidak mungkin dapat dihindari karena sudah merupakan kewajiban menyelenggarakan pelayanan dengan menciptakan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, karena telah menjadi sebuah kewajiban maka sepatutnya pemerintah mencari solusi terbaik terhadap masalah- masalah yang sering dihadapi.
Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya dalam pelayanan pembuatan Kartu keluarga yang dilaksanakan di kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten tapanuli utara yang beralamat di jalan Sisingamangaraja No 197 Tarutung. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara mendalam kepada informan, dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 2 orang informan kunci yaitu Informan kunci penelitian ini adalah adalah Kepala Seski Pembuatan Kartu Keluarga dan KTP dan Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk.
Berdasarkan penelitian ini bahwa para pegawai di Kantor Dinas Dan Kependudukan Catatan Sipil telah berupaya memberikan suatu pelayanan yang maksimal dalam pembuatan Kartu Keluarga. Hambatan yang terjadi dalam proses pembuatannya adalah kurangnya fasilitas juga sumber daya manusia yang terampil dalam pengerjaanya dan kurangnya peran aktif masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945
alenia keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap
masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Ruang lingkup pelayanan dan jasa-jasa publik (public services) meliputi aspek
kehidupan masyarakat yang sangat luas. Pelayanan dan jasa publik bahkan dimulai sejak
seseorang dalam kandungan ketika diperiksa oleh dokter pemerintah atau dokter yang
dididik di universitas negeri, mengurus akta kelahiran, menempuh pendidikan di universitas
negeri, menikmati bahan makanan yang pasarnya dikelola oleh pemerintah, menempati
rumah yang disubsidi pemerintah, memperoleh macam-macam perijinan yang berkaitan
dengan dunia usaha yang digelutinya hingga seseorang meninggal dan memerlukan surat
pengantar dan surat kematian untuk mendapatkan kapling di tempat pemakaman umum
(TPU).
Luasnya ruang lingkup pelayanan dan jasa publik cenderung sangat tergantung
kepada ideologi dan sistem ekonomi suatu negara. Negara-negara yang menyatakan diri
negara-negara kapitalis. Tetapi luasnya cakupan pelayanan dan jasa-jasa publik tidak identik
dengan kualitas pelayanan itu sendiri. Karena pelayanan dan jasa publik merupakan suatu
cara pengalokasian sumber daya melalui mekanisme politik, bukannya lewat pasar, maka
kualitas pelayanan itu sangat tergantung kepada kualitas demokrasi. Konsekuensi dari hal ini
adalah negara-negara yang pilar-pilar demokrasinya tidak bekerja secara optimal tidak
memungkinkan pencapaian kualitas pelayanan publik yang lebih baik. Bahkan sebaliknya,
pelayanan publik tanpa proses politik yang demokratis cenderung membuka ruang bagi
praktek-praktek korupsi.
Sebagai bagian dari sistem kenegaraan dengan konstitusi yang pekat dengan norma
keadilan, ekonomi Indonesia dicirikan oleh ruang lingkup pelayanan publik yang sangat luas.
Sayangnya, pelayanan publik yang menyentuh hampir setiap sudut kehidupan masyarakat
tidak ditopang oleh mekanisme pengambilan keputusan yang terbuka serta proses politik
yang demokratis. Karena itu tidak mengherankan jika pelayanan publik di Indonesia memiliki
ciri yang cenderung korup, apalagi yang berkaitan dengan pengadaan produk-produk
pelayanan publik yang bersifat kewajiban seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Pasport, dan lain-lain.
Sejalan dengan itu, prinsip market oriented organisasi pemerintahan harus diartikan
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah (aparatur) harus mengutamakan pelayanan
terhadap masyarakat. Demikian juga prinsip catalitic government, mengandung pengertian
bahwa aparatur pemerintah harus bertindak sebagai katalisator dan bukannya penghambat
dari kegiatan pembangunan, termasuk di dalamnya mempercepat pelayanan masyarakat.
Dalam konteks ini, fungsi pemerintah lebih dititikberatkan sebagai regulator dibanding
memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat sendiri sebagai penyedia atau pelaksanaan
jasa pelayanan umum.
Dalam organisasi pemerintah, pelayanan kepada masyarakat adalah tujuan utama
yang tidak mungkin dapat dihindari karena sudah merupakan kewajiban menyelenggarakan
pelayanan dengan menciptakan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, karena telah
menjadi sebuah kewajiban maka sepatutnya pemerintah mencari solusi terbaik terhadap
masalah- masalah yang sering dihadapi, termasuk kendala intern yaitu kendala yang
bersumber dari dalam instansi itu sendiri maupun kendala ekstern yakni kendala yang
datangnya dari masyarakat pemakai jasa dalam kaitannya dengan pelayanan umum yang
ditanganinya, selain itu pula pegawai harus senantiasa memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat secara keseluruhan. Tingkat kepuasan masyarakat merupakan
suatu indikator yang penting bagi keberhasilan pelayanan publik dimana semakin besar
manfaat yang dirasakan publik, semakin bagus pula kualitas layanan yang dilaksanakan oleh
aparat sebaliknya tingkat kepuasan yang rendah mengindikasikan buruknya sistem pelayanan
aparat publik. Namun dalam perjalanannya masih banyak dijumpai permasalahan yang
berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Telah banyak cerita atau
pengalaman dan sebagian atau bahkan hampir semua masyarakat sebagai pengguna dari
pelayanan publik yang mengeluhkan terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh instansi
Pemerintahan.
Banyaknya jenis pelayanan publik menyebabkan perlunya dilakukan batasan kajian
pada jenis pelayanan tertentu. Salah satu jenis pelayanan public yang mendasar adalah
pelayanan disektor administrasi kependudukan, karena berkaitan dengan eksistensi setiap
individu sebagai warga negara Indonesia.Pelayanan dalam sektor administrasi kependudukan
merupakan jenis pelayanan yang cukup banyak permintaannya seperti Kartu Tanda
dikhususkan lagi dalam hal pelayanan Kartu Keluarga. Penelitian tentang kualitas pelayanan
Kartu Keluarga ini penting untuk dilakukan, dikarenakan masyarakat sebagai custumer
service belum merasa puas baik dari segi waktu, prosedur dan mutu pelayanan yang selama
ini diberikan. Untuk itu penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan kualitaspelayanan publik
terutama yang dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli
Utara khususnya dalam pelayanan Kartu Keluraga (KK).
Kartu Keluarga adalah Kartu Identitas Keluarga yang memuat tentang nama, susunan
dan hubungan dalam keluarga serta identitas anggota keluarga. Penduduk warga Negara
Indonesia dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap wajib melaporkan susunan
keluarganya kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melalui kepaladesa/lurah dan
camat dimana domisilinya .Pelaporan tersebut sebagai dasar untuk penerbitan Kartu Keluarga
(pasal Staatsblad Tahun 1920 Nomor 751 jo Staatsblad 1927 nomor 564 tentang Pancatatan
Sipil Bagi Orang Indonesia). Berdasarkan Undang-undang Administrasi Kependudukan No
23 Tahun 2006, pada Pasal 13 ayat 1 sampai 4 menyebutkan bahwa Setiap Penduduk wajib
memiliki NIK sebagaimana dimaksud pada yang berlaku seumur hidup dan selamanya, yang
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata dan dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan
dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis
asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.Ketentuan lebih
lanjut mengenai persyaratan, tata Cara dan ruang lingkup penerbitan dokumen identitas
lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam pengelolaan kependudukan kendala- kendala yang sering ditemui antara lain
masih lemahnya sumber daya manusia pengelola kependudukan terutama di tataran bawah
yang merupakan ujung tombak pengelola kependudukan, begitu pula dalam segi kinerja
pihak yang memperoleh pelayanan tidak merasa puas. Fakta lain yang terjadi dan umumnya
dipraktekkan oleh aparat pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan publik, yaitu adanya
deskriminasi dalam pelayanan.
Berdasarkan latar belakang di atas , maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terkait persoalan tersebut dengan judul “Kualitas Pelayanan Publik
Dalam Pembuatan Kartu Keluarga pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan , maka perumusan
masalah dari penelitian ini adalah : “Bagaimana Kualitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatan
Kartu Keluarga di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan
masalah yang telah dikemukakan diatas, yakni untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana Kualitas Pelayanan Publik dalam Pembuatan Kartu
Keluarga di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara?”
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam Pelayanan Publik dalam
Pembuatan Kartu Keluarga di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Tapanuli Utara?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung
1. Manfaat secara ilmiah,
Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah didalam studi administrasi dan
pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik pada
khususnya dengan Kualitas Pelayanan Publik dalam Pembuatan Kartu Keluarga.
2. Manfaat secara praktis secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang terkait
dengan pembuatan Kartu Keluarga.
b. Sebagai masukan baru bagi para penulis maupun dalam literatur perpustakaan
yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan pembangunan.
3. Manfaat secara akademis
Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah sebagai referensi bagi
pihak-pihak yang berkompeten dalam pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai
Kualitas Pelayanan Publik dalam Pembuatan Kartu Keluarga di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara.
1.5 Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep ,konstruksi. defenisi dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep (Singarimbun,1989 : 37 ) . Sebelum melakukan penelitian yang lebih
lanjut peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk
Kerangka Teori adalah bagian dari penelitian , tempat peneliti memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok sub variabel atau masalah yang ada
dalam penelitian (Arikunto,2000 : 92 ). Kerangka teori ini diharapkan memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
I.5.2 Konsep Pelayanan Publik
I.5.2.1 Definisi Pelayanan Publik
Konsep pelayanan atau service telah didefinisikan oleh banyak pakar. Pelayanan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 505) yaitu perihal atau cara meladeni dan
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli baranag dan jasa. Sedangkan
Soetopo dalam Paimin Napitupulu (2007 : 164) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu
usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain.
Dari pengertian diatas, dapat ditemukan bahwa pelayanan yaitu serangkaian kegiatan
atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa
dengan sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada
dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa
tersebut.
Kotler dalam Napitupulu (2007 : 164) menyebutkan sejumalah karakteristik
pelayanan sebagai berikut :
1. Intangibility (tidak berwujud) , tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium
sebelum ada transaksi. Pembeli tidak mengetahui dengan pasti atau dengan baik hasil
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) , dijual, lalu diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Karena itu, konsumen ikut berpartisipasi
menghasilkan layanan jasa. Dengan adanya kehadiran konsumen, pemberi pelayanan
berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya mempengaruhi
hasil layanan.
3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi) . Jasa beragam, selalu mengalami
perubahan, tidak selalu sama kulaitas nya bergantung kepada siapa yang menyediakannya
dan kapan serta dimana disediakan. Keempat,
4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama), jasa tidak dapat disimpan dan
permintaan nya berfluktuasi. Daya tahan suatu layanan jasa bergantung kepada situasi yang
diciptakan oleh berbagai faktor.
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan publik.
Konsep pelayanan public diturunkan dari makna public service yang berarti berbagai
aktivitas yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa ( Pamudji
dalam Napitupulu 2007 : 165) . Soetopo dalam Napitupulu (2007 : 165) mengartikan
pelayanan umum sebagai :
Pelayanan public juga diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak
terikat pada suatu produk secara fisik (Inu dalam Sinambela 2006:5).
Ijan Poltak Sinambela (2006:5) mengartikan pelayanan public sebagai pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan. Pelayanan public adalah
pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan Negara. Negara
didirikan oleh public atau masyarakat tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya Negara dalam hal ini birokrasi haruslah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara
individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun 2003
tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan public, standar pelayanan
sekurang-kurangnya meliputi antara lain prosedur pelayanan yang diberlakukan bagi pemberi dan
penerima pelayanan termasuk pengaduan, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyesuaian pelayanan termasuk pengaduan,biaya
atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan,
produk pelayanan dimana hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan,penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggaraan public,dan kompetensi petugas pemberi pelayanan publik dimana
kompetensi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkan
Pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pada para pelanggan
sekurang-kurangnya mengandung tiga unsur pokok yaitu :
1. Terdapatnya pelayanan yang sama dan merata. Yaitu dalam pelaksanaannya tidak ada
diskriminasi yang diberikan aparat pemerintaah tehadap masyarakat. Pelayanan tidak
menganaktirikan dan menganakemaskan keluarga, pangkat, suku, agama dan tanpa
memandang status ekonomi. Hal ini membutuhkan kejujuran dan tenggang rasa para
pemberi pelayanan tersebut.
2. Pelayanan yang diberikan harus tepat pada waktunya.Pelayanan oleh aparat
pemerintah dengan mengulur waktu dengan berbagai alasan merupakan tindakan yang
dapat mengecewakan masyarakat. Mereka yang membutuhkan secepat mungkin
diselesaikan akan mengeluh kalau tidak segera dilayani. Lagipula jika mereka
mengukur waktu tentunya merupakan beban untuk tahap selanjutnya karena
bebarengan dengan semakin banyaknya tugas yang harus diselesaikan.
3. Pelayanan yang harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan. Dalam hal ini
aparat pemerintah harus selalu siap untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang membutuhkan bantuan pelayanan.
I.5.2.2 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik
Menurut Moenir (2010 : 190) bentuk pelayanan public itu terdiri dari 3 macam yaitu :
1. Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan
masyarakat (humas), di bidang layanan informasi dan di bidang-bidang lain yang tugasnya
lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
pelaku layanan, yaitu :
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang nya.
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup
jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai
sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan santun.
d. Meski dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan bercanda dengan sesame pegawai,
karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.
2. Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan
penjelasan melalui tulisan di dalam pengelolaan masalah masyarakat, pelayanan dalam
bentuk ini terdiri dua jenis, yakni :
a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada
orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi
atau lembaga.
b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan,
pemberian/pelayanan, pemberitahuan dan lain sebagainya.
Dalam kenyataan sehari-hari, jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan
lisan, jadi antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan
karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum,
hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh yang berkepentingan.
Jadi tujuan utama yang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk
perbuatan atau hasil perbuatan, bukan hanya sekedar penjelasan dan kesanggupan lisan.
Disini faktor kecepatan dalam pelayanan (pengerjaan) menjadi dambaan setiap orang, disertai
dengan kualitas hasil yang memadai.
I.5.2.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik
Didalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003
disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai
berikut :
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan public tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan.
2. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
b. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan / sengketa dalam pelaksanaan
pelayanan public.
c. Rincian biaya pelayanan public dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan public dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan public diterima dengan benar, tepat dan sah
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan public memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6. Tanggungjawab
Pemimpin penyelenggara pelayanan public atau pejabat yang ditunjuk bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan public.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya saranan dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya
yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika.
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberian pelayanan harus bersikap dispilin, sopan, santun, ramah serta memberi
pelayanan yang ikhlas.
10.Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih,rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung
pelayanan, seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
I.5.2.4 Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan public harus mempunyai standar pelayanan dan
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar
pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003
tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan public, standar pelayanan
sekurang-kurang nya meliputi :
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima layanan termasuk
pengaduan
2) Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai
dengan penyelesaian termasuk pengaduan.
3) Biaya Pelayanan
Biaya atau tariff pelayanan termasuk rincian nya yang ditetapkan dalam pemberian
layanan.
4) Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5) Sarana dan Prasarana
Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara
pelayanan public.
6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan.
I.5.2.5 Konsep Kualitas Pelayanan
Seiring dengan kewajiban rakyat membayar pajak atau retribusi dalam pelayanan jasa
proses pelayanan dimaksud. Prinsip-prinsip konsumerisme dijadikan nilai dasar hubungan
antara pemerintah sebagai penyedia layanan dengan rakyat sebagai penuntut dan consumer
(Ndraha dalam Napitupulu 2007 : 169). Hubungan yang demikian, mengharuskan adanya
kualitas pelayanan yang memadai baik dalam proses maupun kualitas produknya. Konsep ini
dikenal dengan Service Quality atau Servqual.
Pengertian kualitas menurut Tjiptono ( 1997 : 2) merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Rahayu dalam Napitupulu (2007 : 169) berpendapat bahwa :
“ Penilaian kualitas pelayanan atau servqual harus ditinjau dari dua dimensi yakni dimensi customer, atau masyarakat konsumen, rakyat penerima layanan, dan juga dari dimensi provider, atau proviser atau pemberi pelayanan yang dalam hal pelayanan public menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah. Khusus dari dimensi provider, ditekankan pada kemampuan kualitas pelayanan yang disajikan oleh orang-orang yang melayani dari tingkat manajerial hingga ke tingkat front line service”
Pelayanan yang berkualitas atau pelayanan prima yang berorientasi pada pelanggan
sangat tergantung pada kepuasan pelanggan . Lukman (2000 : 8) menyebut salah satu ukuran
keberhasilan menyajikan pelayanan yang berkualitas sangat bergantung pada tingkat
kepuasan pelanggan yang dilayani. Pendapat tersebut artinya menuju kepada pelayanan
eksternal, dari perspektif pelanggan, lebih utama atau lebih didahulukan apabila ingin
mencapai kinerja pelayanan yang berkualitas.
Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila yang diberikan kepada masyarakat atau
pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan ini bukan dari
aparatur tetapi dari masyarakat/pelanggan. Dengan adanya tat cara pelayanan yan jelas dan
prosedur ataupun tata cara pelayanan yang harus dilalui. Sehingga pelayanan itu sendiri akan
dapat memuaskan masyarakat.
Pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan pelayanan terhadap publik umumnya
telah mempunyai unsur-unsur birokrasi pelayanan yang dilakukan oleh para birokrat dengan
melalui ketetapan Menpan nomor : 81 tahun 1993, di dalam ketetapan tersebut ada 8
(delapan) unsur kualitas pelayanan, yaitu :
1. Kesederhanaan, yang meliputi prosedur/tata cara pelayanan antara lain : mudah, tidak
berbelit-belit, mudah dilaksanakan
2. Kejelasan/ kepastian terhadap : prosedur, persyaratan, unit kerja, tariff, biaya, pejabat
yang menerima keluhan akan pelayanan yang diberikan dalam organisasi.
3. Keamanan yang menyangkut kepastian hukum terhadap apa yang dilayangkan oleh
organisasi.
4. Keterbukaan, yang menyangkut kesederhanaan dan kejelasan pelayanan yang
diinformasikan kepada masyarakat.
5. Efisiensi, yang artinya pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi hendaknya ada
pembatasan terhadap persyaratan pada hal-hal yang dianggap penting saja.
6. Ekonomis, yang artinya pembiayaan yang dibebankan kepada masyarakat yang
dilayani itu sesuai dengan kewajaran, kemampuan masyarakat umum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu juga ekonomi dalam
7. Keadilan menyangkut jangkauan pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi
diharapkan dapat seluas mungkin dan merata. Artinya tidak ada wilayah yang
dibedakan pelayanannya dilihat dari keadilan praktikal dan horizontal.
8. Ketetapan waktu yang artinya bahwa pelaksanaan yang telah dijanjikan sesuai dengan
standar yang diberikan, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Ukuran kepuasan masyarakat sebagai consumer produk pelayanan jasa public
menurut Lovelock dalam Napitupulu (2007 : 170) dilukiskan dalam the flower of service .
Dalam konsep ini, Lovelock melukiskan delapan titik rawan pelayanan dengan delapan
kelopak bunga yang disebut dengan the eight petals on the flower of service . Rahayu dalam
Napitupulu (2007 : 170) menjelaskan kedelapan suplemen pelayanan jasa public dimaksud
sebagai berikut :
a. Information . Pelayanan berkualitas dimulai dari informasi produk jasa yang
dibutuhkan pelanggan. Penyediaan saluran informasi yang cepat dan tepat langsung
memberikan kemudahan pelanggan memenuhi kebutuhannya.
b. Consultation. Setelah informasi diperoleh, dilakukan konsultasi teknis, harga,
prosedur dan kebijakan dengan aparat pelayan. Untuk itu, harus dipersiapkan waktu,
materi konsultasi, personil dan sarana lainnya secara cepat dan lengkap.
c. Ordertaking . Artinya, setelah pelanggan mendapatkan kepastian pemenuhan
kebutuhannya, pelayanan aplikasi dan administrasinya tidak berbelit-belit, harus
fleksibel, biaya murah, syarat ringan dan kemudahan pelayanan lainnya.
d. Hospitality . Diartikan sebagai sikap dan perilaku pelayanan yang sopan, ramah,
ruangan yang sehat dan indah, misalnya dengan penyediaan toilet yang bersih dan
e. Caretaking, berarti kemampuan penyesuaian pelayan terhadap perbedaan background
rakyat. Misalnya, rakyat bermobil disediakan tempat parker, yang tidak bisa menulis
atau membaca disediakan cara aplikasi lainnya.
f. Exceptions, dimaksudkan sebagai kemampuan pelayan untuk bertanggung jawab
terhadap klaim rakyat atas produk yang tidak berkualitas dan merugikan, atas
kebijakan yang menguntungkan kelompok tertentu dan merugikan kelompok lain nya.
g. Billing, diartikan sebagai administrasi pembayaran pelayanan jasa-publik yang
memudahkan rakyat baik formulir, mekanisme pembayaran maupun keakuratan
perhitungan.
h. Payment, dimaksudkan sebagai fasilitas pembayaran berdasarkan keinginan rakyat
pelanggan baik berupa self service payment , transfer bank, credit card, debet
langsung maupun tagihan langsung saat transaksi. Kesemuanya itu harus
memudahkan dan sesuai kemampuan daya bayar rakyat.
Gaspersz dalam Napitupulu (2007 : 173) memberikan 10 indikator pengukur servqual
dalam bidang jasa yakni ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan
keramahan dalam memberikan pelayanan, tanggung jawab, kelengkapan, kemudahan
mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi, kenyamanan dalam
memperoleh pelayanan serta atribut pendukung pelayanan lainnya.
Kennedy and Young dalam Napitupulu (2007 : 174) mengemukakan bahwa manakala
dihadapkan dengan suatau pelayanan jasa public, setiap orang akan mengharapkan bahwa
service provider melayani dengan cepat, berada di tempat kerja sewaktu dibutuhkan dan
perilakunya menyenangkan. Pada dasarnya, kesemuanya ini menunjukkan adanya beberapa
keberadaan ( availability) dan professionalism,tepat waktu ( timeliness) dan menyenangkan
(convenience).
Prinsip kepuasan masyarakat dalam proses pelayanan jasa public oleh service
provider sangat penting karena hanya dengan memenuhi kebutuhan pelanggan secara
memuaskan, keberadaan service provider tersebut diakui dan mendapatkan legitimasi serta
kepercayaan dari masyarakat nya.
Pelayanan jasa public merupakan jasa yang karena sifatnya menyangkut hajat hidup
orang banyak, jasanya di harapkan lebih baik, lebih murah dan mudah diperoleh pada saat
masyarakat membutuhkannya. Proses mendapatkan nya harus dijamin tercapainya kepuasan
baik terhadap produk layanan maupun terhadap proses layanan itu sendiri.
1.5.3 Kartu Keluarga
1.5.3.1 Defenisi Kartu Keluarga
Kartu Keluarga adalah Kartu Identitas Keluarga yang memuat tentang nama, susunan
dan hubungan dalam keluarga serta identitas anggota keluarga. Penduduk warga Negara
Indonesia dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap wajib melaporkan susunan
keluarganya kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melalui kepaladesa/lurah dan
camat dimana domisilinya .Pelaporan tersebut sebagai dasar untuk penerbitan Kartu Keluarga
(pasal Staatsblad Tahun 1920 Nomor 751 jo Staatsblad 1927 nomor 564 tentang Pancatatan
Sipil Bagi Orang Indonesia). Berdasarkan Undang-undang Administrasi Kependudukan No
23 Tahun 2006, pada Pasal 13 ayat 1 sampai 4 menyebutkan bahwa Setiap Penduduk wajib
diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap Penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata dan dicantumkan dalam setiap Dokumen Kependudukan
dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis
asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.Ketentuan lebih
lanjut mengenai persyaratan, tata Cara dan ruang lingkup penerbitan dokumen identitas
lainnya, serta pencantuman NIK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Gambar 1 . Kartu Keluarga
1.5.3.2 Dasar Penerbitan Kartu Keluarga A. Umum
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai Kartu Kelurga (KK) adalah sebagai berikut
:
1. Setiap penduduk dicatat hanya pada satu (1) Kartu Kelurga.
2. Nomor KK diterbitkan secara otomatis melalui proses komputerisasi
SIAK,merupakan milik dari Kepala Keluarga dan merupakan bukti bahwa data
3. Kartu Kelurga (KK) diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota, ditandatangani oleh
pejabat yangditunjuk kewenangan oleh Bupati/Walikota dan oleh Gubernur untuk
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Nomor Kartu Kelurga (KK) terdiri dari 16 digit dan penetapan Nomor Kartu Kelurga
(KK) dilakukan dengan menggunakan kombinasi variable kode wilayah ,tanggal
pencatatan dan nomor seri keluarga.Komposisi Nomor Kartu Kelurga (KK) diatur
sebagai berikut :
1. 6 (enam) digit pertama merupakan kode wilayah penerbitan nomor Kartu
Kelurga (KK) :
• Kode wilayah provinsi sejumlah 2 (dua) digit,yaitu digit ke-1 dan ke-2
adalah nomor urut provinsi.
• Kode wilayah kabupaten atau kota sejumlah 2 (dua) digit ,yaitu digit ke-3
dan ke-4,dua digir tersebut merupakan nomor urut kabupaten /kota dalam
suatu provinsi,dengan rincian :
o Kode wilayah kabupaten dimulai dari 01 sampai 69
o Kode wilayah kota dimulai dari 71 samapi 99.
2. 6 (enam) digit kedua merupakan tanggal perekaman pemohon (tanggal
pencatatabn) nomor Kartu Kelurga (KK)
• Tangggal pemasukan data sejumlah 2 digit yaitu digit ke-7 dan ke-8
• Bulan pemasukan data sejumlah 2 digit yaitu digit ke-9 dan ke-10
• Tahun pemasukan data sejumlah dua digit yaitu digi ke-12 dan ke-13
3. 4 (empat) digit terakhir meruapakan nomor urut penerbitan Kartu Kelurga (KK)
Nomor Kartu Kelurga (KK) diberikan oleh pemerintah setelah biodata Kepala
Keluarga direkam dalam Bank Data Kependudukan Nasional menggunakasn Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan.
B. Tatacara Penerbitan Kartu Keluarga 1. Tatacara Permohonan KK Baru
Penerbitan Kartu Keluarga bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dilaksanakan
di desa/kelurahan, kecamatan atau unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil di kabupaten/kota sesua dengan kewenanagan yang didelegasikan
kepada pejabat yang bersangkutan . Sedang bagi orang asing tinggal tetap pelayanan
KK dilakukan oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil kabupaten/kota.
Pelayanan permohonan KK baru dilakukan sebagai berikut :
a. melakukan verifikasi dan vasilidasi atas persyaratan , berupa : • KK dan KTP lama
• Penduduk menunjukkanfoto copy dan buku nikah bagi yang sudah menikah.
• Penduduk menunjukkan foto copy kutipan akta lahi bagi keluarga yang sudah
mempunyai anak.
• Penduudk mengisi data keluarga dan biodata setiap anggota keluarga.
• Khusus bagi penduduk WNI yang baru pindah dan datang dari luar negeri
membawa Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri.
b. mencatat dalam BHPPK
c. menerbitkan KK sesuai system dan menyerahkan kepada penduduk.
Jenis permohonan ini dimaksudakan bagi penduduk yang sudah terekam datanya pada bank data kependudukan nasional,namun mengajukan permohonan KK
Baru karena, 1) membentuk rumah tangga baru ; 2) pindah tempat tinggal; 3) KK
hilang atau rusak , atau 4) adanya peristiwa penting/kependudukan lainnya.Penerbitan
KK bagi WNI dilaksanakan di desa/kelurahan,kecamatan sesuai dengan kewenangan
yang didelegasikan kepada pejabat yang bersangkutan.Sedang bagi orang asing tinggal
tetap KK dialkukan di unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk di
kabupaten/kota.
Pelayanan pemohon KK baru dilakukan petugas sebagai berikut :
a. melakukan verifikasi dan vsilidasi atas persyaratan, berupa :
1. bagi penduduk yang membentuk rumah tangga baru,menunjukkan : • Foto copy KK lama dan sudah ada NIK;
• Foto copy Buku nikah/Akta Kawin;
• Foto copy KTP calon Kepala Keluarga yang ada sudah NIK
2. bagi penduduk yang pindah tempat tinggal , menunjukkan : • Foto copy KK lama yang sudah ada NIK
• Surat Keterangan Pindah Datang
3. bagi penduduk yang hilang KK atau rusak,menujukkan :
• Dokumen penduduk dari salah satu anggota keluarga yang ada NIK;
• KK yang rusak;
• Surat Keterangan hilang dari Kepolisian atau Lurah/Kepala desa
• Dokumen Keimgirasian bagi Orang Asing.
• KK lama
• KK yang akan ditumpangi
• Surat Keterangan Pindah Datang bagi penduduk yang pindah dalam
wilayah NKRI dan/atau;
• Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri bagi warga Negara
Indonesia yang datang dari luar negeri karena pindah.
5. bagi penduduk yang mengurangi anggota keluarga,menunjukkan : • KK lama
• Surat Keterangan atau kematian ; atau
• Surat Keterangan Pindah Datang bagi penduduk yang pindah dalam
wilayah NKRI
1.6 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secar
abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi
ganda dari variabel yang diteliti (Singarimbun 1995 : 37).
Agar memperoleh pembahasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka
1. Pelayanan publik, merupakan pemberian layanan berupa fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan masyarakat, dimana pelayanan tersebut diselenggarakan oleh pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
2. Kualitas pelayanan, adalah hasil terbaik dari suatu pelayanan publik yang diberikan
kepada masyarakat. Selain itu kualitas juga dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan, Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004)
mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks,
sehingga untuk menentukan sejauhmana kualitas dari pelayanan tersebut, dapat dilihat
dari lima dimensi, yaitu yang dilihat dari aspek Tangible (bukti fisik), Reliability
(kehandalan), Responsive (daya tanggap), Assurance (jaminan), Emphaty
(kemampuan dalam memahami).
a. Tangible (bukti fisik), yaitu penampilan fisik, peralatan, personal dan media
komunikasi
b. Reability (kehandalan), berkaitan dengan kemampuan instansi untuk memberikan
layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dalam
menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
c. Responsive (daya tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para
pegawai untuk membantu para pengguna jasa dan merespon permintaan mereka,
serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan
jasa secara cepat.
d. Assurance (jaminan), yakni perilaku para pegawai yang mampu menimbulkan
kepercayaan pengguna jasa terhadap instansi dan instansi bisa menciptakan rasa
aman bagi pelanggannya. Jaminan juga berarti pegawai selalu bersikap sopan dan
e. Emphaty (kemampuan dalam memahami), berarti kemudahan memahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian
BAB III DESKRIPSI LOKASI
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang diperoleh
BAB V ANALISA DATA
Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti
BAB VI PENUTUP
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1. Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan Kualitatif. Menurut Zuriah ( 2006: 47 ) penelitian dengan metode
deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau suatu
daerah tertentu.
II.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.Tapanuli
Utara yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja NO 197 Tarutung Kab.Tapanuli Utara.
II.3 Informan Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2008: 215 ) dalam sebuah penelitian kualitatif tidak
menggunakan istilah populasi atau sampel. Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social
situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang saling bersinergis.
1. Informan kunci penelitian ini adalah adalah Kepala Seski Pembuatan Kartu
Keluarga dan KTP dan Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk.
2. Informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengurus Kartu
Keluarga.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat
dikelompokkan menjadi dua macam dilihat dari klasifikasi sumbernya, yakni :
1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka.
Namun, teknik wawancara dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana
komunikasi lain, misalnya telepon dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk
wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept
interview) yang merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan
terhadap informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.
b. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam hal
pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati, kesalahan-kesalahan apa saja
yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui oleh peneliti sebelum
melakukan tahap-tahap penelitian (Suyanto, 2005). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
a. Penelitian Kepustakaan, Yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, laporan penelitian,
dan sumber-sumber bacaan lainnya dalam penelitian ini.
b. Studi Dokumentasi, Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta
sumber-sumber lain yang relevan.
II.5. Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah dengan mengunakan teknik kualitatif. Menguraikan serta
menginterpretasikan data yang diperoleh dari lapangan yang di dapat dari para informan.
Penganalisaan ini diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam
menghubung-hubungkan fakta,data dan informasi lalu dianalisis. Sehingga dari analisis tersebut diharapkan
muncul gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan dapat mengungkapkan
permasalahan penelitian. Data-data yang terkumpul tersebut akan disajikan melalui analisa
BAB III
DESKRIPSI LOKASI
3.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Tapanuli Utara
Pada mas
Residen Bangs
disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling
Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling
dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling
(Wilayah) yaitu :
• Onder Afdeling Silindung (Wilaya
• Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya
• Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya
• Onder Afdeling Samosir (Wilaya
• Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya
Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahu
Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti:
• Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak
dan disebut Tanah Batak Sityotyo.
• Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing
• Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo
dan kecamatannya diganti dengan nama Huku Gunyakusyo.
• Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin Negeri/Kampungnya masing-masing
dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala kampung.
Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal
pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan
diangkatnya
pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebagai berikut :
• Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan sebagai luhak
pertama diangkat Cornelis Sihombing.
• Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang
memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.
• Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang
dulu disebut Asisten Demang.
Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti
menjadi Kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang,
serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang.Pada ta
Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah
Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin
oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang. Pada
Ta
Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan untuk memperkuat
pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat)
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan
ta
Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan),
Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten
Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada
tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan
Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat.
Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu,
maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun
Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara.
Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan
ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan
jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi
dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan
dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten
Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang
Hasundutan. Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.
Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu
Simangumban,
3.2 Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera
Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada
ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan secara geografis letak
Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu,
disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir di sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Labuhan Batu,
disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan; dan
disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah.
Letak geografis dan astronomis Kabupaten Tapanuli Utara ini sangat menguntungkan
karena berada pada jalur lintas dari beberapa Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Luas
wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 Km2 terdiri dari luas dataran 3.793,71
Km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 Km2.
Tabel 1 : Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
No Kecamatan Luas Area (Ha.) Rasio Terhadap Total
1. Parmonangan 257,35 6,78
2. Adiankoting 502,90 13,26
3. Sipoholon 189,20 4,99
4. Tarutung 107,68 2,84
6. Pahae Julu 165,90 4,37
Sumber : Penelitian pada Kabupaten TAPUT , September 2013
Dari Tabel di atas dapat bahwa Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah
sebesar 3.793,71 Hektar meliputi 15 Kecamatan di dalamnya dengan Kecamatan Garoga
sebagai Kecamatan yang paling luas wilayahnya.
3.3 Demografi Kabupaten Tapanuli Utara
Berikut data jumlah pendudukan berdasarakan jenis kelamin :
TABEL 2 : Data Kependudukan Kabupaten Tapanuli Utara
1. 120201 Tarutung 20.382 20.932 41.314 9.921
2. 120202 Siatas Barita 7.004 6.924 13.928 3.333
3. 120203 Adiankoting 7.961 7.757 15.718 3.496
4. 120204 Sipoholon 12.173 11.933 24.106 5.579
5. 120205 Pahae Julu 6.733 6.782 13.515 3.085
6. 120206 Pahae Jae 5.966 6.153 12.119 2.913
7. 120207 Simangumban 3.818 3.880 7.698 1.776
8. 120208 Purbatua 4.154 4.229 8.383 1.904
9. 120209 Siborongborong 24.708 24.176 48.884 11.012
10. 120210 Pagaran 9.270 9.229 18.499 4.148
11. 120211 Parmonangan 7.857 7.744 15.601 3.413
12. 120212 Sipahutar 13.548 13.177 26.725 6.019
13. 120213 Pangaribuan 15.051 15.067 30.118 6.650
14. 120214 Garoga 8.928 8.751 17.679 3.824
15. 120215 Muara 7.137 7.368 14.505 3.321
Grand Total 154.690 154.102 308.792 70.394
Sumber : Kantor Dinas dan Catatan Sipil Tapanuli Utara, Oktober 2013
Tabel diatas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan, dimana 154.690 jiwa
diantaranya laki-laki dan selebihnya 154.102 jiwa perempuan. Sedangkan Jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 70.394 KK
Tabel 3 : Penggunaan Lahan di Kabupaten Tapanuli Utara
No Lahan Luas (Ha.)
2 Sarana Sosial Budaya 2.45
3 Pertanian dalam arti luas 79.159
4 Pertambangan 43
5 Ladang / Hauma 18.180
6 Alang-alang 68.606
7 Kehutanan 102.117
8 Kolam / Empang 978
9 Rawa-rawa 3.463
10 Lahan Kritis 2.153
11 Industri 39
Sumber : Kantor Dinas dan Catatan Sipil Tapanuli Utara, Oktober 2013
Dari table penggunaan lahan di atas menunjukkan bahwa Lahan Kehutanan adalah
lahan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dan pemerintah sebesar 102,117
Hektar mengingat daerah Kabupaten Tapanuli Utara adalah daerah agraris .
3.3 Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara
Visi merupakan cara pandang jauh ke depan yang merefleksikan cita – cita yakni
hendak menjadi apa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara di
masa depan dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini. Karenanya Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara secara logis visinya merupakan
tuntunan dan mendukung Visi Kabupaten Tapanuli Utara.
Penetapan Visi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara
pimpinan dan karyawan. Visi tersebut digali keyakinan nilai – nilai yang dianut seluruh
anggota organisasi dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya.
VISI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN TAPANULI UTARA
”Mewujudkan Masyarakat Sejahtera yang sadar akan Hak- hak Sipilnya sebagai Warga
Negara”
Penjelasan dari Visi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tujuan yang ingin diwujudkan.
2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang dimaksud adalah Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara.
Untuk mewujudkan Visi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli
Utara, perlu dirumuskan Misi, yang menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan
oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang
ditetapkan.
Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak – pihak lain yang
berkepentingan dapat mengenal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli
Utara dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan
datang.
MISI DINAS KEPENDUDUDKAN DAN CATATAN SIPIL
KABUPATEN TAPANULI UTARA
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya Akta Catatan Sipil
2. Menyiapkan data kependudukan yang akurat untuk dipergunakan dalam
menetapkan kebijakan pembangunan.
3.3.1 Profil Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli
Utara
Berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Sub. Bagian, Kepala Bidang dan
Kepala Seksi pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara di
bentuk sesuai PP 41 Tahun 2008 dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun
2008 bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dibantu oleh Sekretaris dan 3 Orang Kepala
Bidang dan 9 orang pejabat Struktural Eselon IV a.
3.3.1.1 Sumber Daya Manusia
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) per 31 Desember 2010 untuk
mendukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi .
Tabel 4 : Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah
1 Pejabat Eselon II 1 orang
2 Pejabat Eselon III 4 orang
3 Pejabat Eselon IV 8 orang
4 Staf 12 orang
Komposisi Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut berdasarkan Strata Pendidikan
Fungsional jabatan dan Golongan menurut strata pendidikan :
Tabel 5 : Sumber Daya Manusia berdasarkan Strata Pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah
1 S2 -
Merk/Type Ukuran/CC BAHAN
KOMPUTER SET ACER - FIBER 2010 7
NOTEBOOK TOSHIBA - FIBER 2010 1
PRINTER
CANON PIXMA
1980
- FIBER 2010 3
KURSI TAMU LOKAL - BESI 2010 4
TANAH 600 m2
GEDUNG KANTOR 228 m2
BRANKAS BOX - - 1996 - 1
LEMARI RAK KAYU LOKAL - 1998 - 1
MODEM ROBOTIC - 2006 - 1
TELEPHONE SAHITEL - 2006 - 1
AIR CONDITIONER AICOOL 2PK 2007 - 1
INSTALATION KIT - - 2007 - 1
JARINGAN (LAN) - - 2007 - 1
KAMERA DIGITAL SONY - 2007 - 1
KOMPUTER SERVER - - 2007 - 1
KURSI LIPAT CHITOSE - 2007 - 1
LEMARI BESI MUSTANG 2 PINTU 2007 - 3
LICENSI AROGINAL - - 2007 - 1
MEJA BIRO LOKAL - 2007 - 1
MEJA BIRO LOKAL - 2007 - 1
MEJA BIRO LOKAL - 2007 - 1
MEJA BIRO LOKAL - 2007 - 1
MESIN FAXIMILE PANASONIC - 2007 - 1
MESIN LAMINATING - - 2007 - 8
MESIN PEMOTONG
KTP
- - 2007 - 8
PRINTER LASERJET - 2007 - 2
PRINTER INJET COLOUR - 2007 - 1
PRINTER DOTMATRIX - 2007 - 1
SCANNER CANON - 2007 - 1
SWITCH USB EDIMACK 8 - 2007 - 1
UPS SEAGATE - 2007 - 8
UPS SERVER SEAGATE - 2007 - 1
LAPTOP/NOTEBOOK ACER - 2008 - 1
FILLING BESI UNITAL - - - 1
FILLING BESI YUNIKA - - - 1
FILLING BESI YUNIKA - - - 1
FILLING BESI YUNIKA - - - 1
FILLING CABINET - - - - 1
KOMPUTER SET ADVANTEC - - - 1
KOMPUTER SET - - - - 1
KOMPUTER SET - - - - 2
KOMPUTER SET - - - - 7
KURSI LIPAT CHITOSE - - - 1
KURSI LIPAT CHITOSE - - - 2
KURSI LIPAT CHITOSE - - - 1
KURSI PLASTIK - - - - 4
KURSI PLASTIK REDLEAF - - - 2
KURSI PLASTIK REDLEAF - - - 3
KURSI PUTAR - - - - 1
KURSI PUTAR EXPO - - - 1
KURSI PUTAR - - - - 2
KURSI PUTAR - - - - 3
KURSI PUTAR BESAR - - - - 1
KURSI PUTAR BESAR FUTURA - - - 1
KURSI TAMU LOKAL - - - 1
LEMARI BESI MUSTANG - - - 2
LEMARI BESI MUSTANG - - - 1
LEMARI BESI MUSTANG - - - 1
LEMARI BESI MUSTANG - - - 2
LEMARI BESI MUSTANG 3 PINTU - - 1
LEMARI BESI MUSTANG 2 PINTU - - 1
MEJA LOKAL - - - 1
MEJA LOKAL - - - 4
MEJA 1/2 BIRO LOKAL - - - 1
MEJA 1/2 BIRO LOKAL - - - 1
MEJA 1/2 BIRO LOKAL - - - 4
MEJA 1/2 BIRO LOKAL - - - 2
MEJA 1/2 BIRO LOKAL - - - 1
MEJA BIRO LOKAL - - - 1
MEJA BIRO LOKAL - - - 1
MEJA KOMPUTER LOKAL - - - 1
MEJA KOMPUTER LOKAL - - - 1
MEJA KOMPUTER - - - - 2
MESIN TIK PORTABLE - - - 1
MESIN TIK OLIMPIA - - - 1
MESIN TIK OLIMPIA - - - 1
MESIN TIK OLIMPIA - - - 1
PRINTER CANON IP 1880 - - - 1
PRINTER CANON IP 1200 - - - 2
PRINTER CANON 1980 - - - 1
PRINTER EPSON LQ 2180 - - 1
TELEPHONE SAHITEL - - - 1
WIHITE BOARD - - - - 1
SEPEDA MOTOR
HONDA GL
MAX
SEPEDA MOTOR HONDA / WIN - 2004 - 1
MOBIL (MINI BUS)
TOYOTA/
KIJANG
- 1997 - 1
3.3.2 Tujuan dan Sasaran Kabupaten Tapanuli Utara
3.3.2.1 Tujuan
Tujuan merupakan inflementasi atau penjabaran dari misi dan
merupakan sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu
tertentu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai)
Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut :
Idelistik : mengandung nilai – nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk
menjadi baik dan berhasil
Jangkauan kedepan dicapai dalam waktu 5 (lima) tahun atau lebih sebagaimana
yang ditetapkan oleh suatu organisasi
Abstrak : belum dapat dilihat secara kwantitas karena pencapaian tujuan
dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Berdasarkan uraian diatas, maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Tapanuli Utara menetapkan tujuan sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
memiliki Akta Catatan Sipil untuk Kepastian Hukum atas
Dengan Tujuan : Semakin banyak warga masyarakat yang memiliki Akta
Catatan Sipil sebagai bukti diri yang sah dan
Meningkatkan pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Misi Kedua : Menyiapkan Data Kependudukan yang akurat untuk
dipergunakan dalam menetapkan kebijakan pembangunan
oleh pemerintah maupun swasta
Dengan Tujuan : Tersedianya data kependudukan yang akurat lengkap
untuk dapat dipergunakan setiap saat dibutuhkan oleh
Pemerintah maupun Swasta.
3.3.2.2 Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang dapat
dicapai secara nyata dalam waktu tahunan, semesteran dan bulanan. Fokus
utama sasaran adalah tindakan alokasi, dan pemanfaatan sumber daya yang
mengarah pada hasil nyata.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara merupakan sasaran sebagai berikut :
MISI PERTAMA
Tujuan 1 : Semakin banyak warga masyarakat yang memiliki Akta Catatan
Dengan Sasaran : Meningkatkan pencapaian target (jumlah)
penduduk yang mengurus Akta Catatan Sipil
68 % setiap tahun dan tercapainya Pelayanan
Akta Catatan Sipil yang cepat dan mudah
Tujuan 2 : Meningkatkan Pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dengan Sasaran : Meningkatkan kinerja Pegawai dan Pengawasan
MISI KEDUA
Tujuan : Tersedianya Data Kependudukan yang akurat dapat
dipergunakan setiap saat dalam menentukan kebijakan
Pemerintah maupun Swasta
Dengan Sasaran : Menetapkan system pencatatan yang akurat dan
pelaporan yang cepat atas kelahiran, kematian dan
perpindahan penduduk.
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor : 35 Tahun 2008 dan sesuai PP
No. 41 tentang uraian tugas Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub. Bagian
membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan Pemerintahan dalam Bidang
Kependudukan dan Catatan Sipil dengan fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan bahan – bahan pendaftaran dan registrasi kependudukan WNI
dan WNA.
b. Pengadaan Blanko KTP, Kartu Keluarga, Nomor Induk Penduduk, Registrasi
Akta dan Kutipan Akta Catatan Sipil
c. Melakukan Pencatatan perubahan atas mutasi penduduk dan laporan data
kependudukan dan melakukan penyuluhan
d. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan Akta Catatan Sipil.
Susunan organisasi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli
Utara adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat terdiri dari: a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Penyusunan Program.
3. Bidang Kependudukan terdiri dari:
a. Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan; b. Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk;
c. Seksi Mutasi Penduduk. 4. Bidang Catatan Sipil terdiri dari: