• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PENGUCAPAN BUNYI BAHASA INGGRIS OLEH PEMELAJAR BAHASA INGGRIS YANG BERLATAR BELAKANG BAHASA JAWA DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS PENGUCAPAN BUNYI BAHASA INGGRIS OLEH PEMELAJAR BAHASA INGGRIS YANG BERLATAR BELAKANG BAHASA JAWA DI SURAKARTA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau Javanese Learners of English (JLE), dikatakan menguasai bahasa Inggris (BI) tidak

hanya ditunjukkan dengan kemampuannya mengingat arti kata-kata, menghafal ejaan/abjad, maupun menyusun kata atau frase ke dalam sebuah kalimat dengan benar; akan tetapi, juga harus dilihat dari keterampilan dan kelancarannya dalam mengucapkan bunyi-bunyi BI secara tepat. Sehubungan dengan yang terakhir ini, meskipun ada cara pengucapan bunyi BI sebagaimana yang telah tersedia dalam kamus khusus pengucapan (pronunciation dictionary), ternyata masih banyak JLE yang belum mengetahui cara tepat mengucapkan simbol fonetik dalam suatu transkripsi fonetis bunyi dalam kata. Transkripsi bunyi BI dalam kamus itu mengacu pada sistem pengucapan BI yang sudah standar. Hal ini diharapkan para pemelajar maupun pengajar BI bisa mempunyai kesamaan acuan sewaktu mengucapkan (pronouncing) atau menuturkan (speaking) BI.

(2)

2

aksen Amerika atau General American (GA), atau padanan USA (Walker, 2001. Karen’s Linguistics Issues).

Selanjutnya, mempunyai kemampuan mengucapkan bunyi secara benar ternyata tidak hanya terbatas dalam penguasaan dasar fonetik (phonetic base), namun juga memerlukan penguasaan pengetahuan BI yang lainnya, seperti: tata urutan kata (syntax), kategori kata, arti kata, dan aspek-aspek lainnya yang merupakan konteks di dalam pengucapan.

Munculnya variasi pengucapan bunyi BI pada JLE diawali dari pergeseran pengucapan bunyi BI. Pergeseran pengucapan bunyi BI merupakan suatu fenomena yang terjadi di beberapa negara yang memberlakukan BI sebagai bahasa asing maupun sebagai bahasa ke dua. Adalah suatu hal yang lazim jika terjadi beberapa variasi pengucapan bunyi BI, sehingga tepatlah jika BI dalam penyebarannya mempunyai beberapa dialek atau aksen sesuai dengan lokasi atau individu yang mengucapkannya. Dalam konteks ini pemelajar BI yang menuturkan bahasa Jawa juga memungkinkan untuk memunculkan variasi BI, atau yang kemudian disebut sebagai Javanese English (JE).

(3)

3

Diantara konteks-konteks pemunculan JE yang memungkinkan perbedaan pengucapan bunyi tersebut, tongue twisters adalah salah satu konteks yang paling menarik dan efisien untuk mengetahui kemampuan pengucapan seseorang (Qwerty Studios, 2002-2008). Hal itu disebabkan bahwa dengan konteks tongue twisters, persoalan pembedaan kategori kata, kemiripan bunyi, kondisi fonologis juga termasuk di dalamnya.

Misalnya, dalam pengucapan kalimat “They said she surely sees the sun shine soon”, terdapat kemiripan bunyi /s/ sebagaimana muncul dalam perbedaan, yakni:

bunyi [s] pada awal kata: said, surely, sees, sun, dan soon; bunyi [∫] seperti pada awal kata she, shine, dan bunyi [z] seperti pada bunyi akhir kata sees.

Di samping itu, perbedaan letak tekanan (stress) juga menyebabkan perbedaan pengucapan. Dalam hal ini, penguasaan letak tekanan pada kata sangat berhubungan dengan kemampuan JLE dalam membedakan kategori kata. Misalnya, kata present yang diucapkan dengan tekanan diawal kata [′prłzənt] berbeda pengucapannya jika letak tekanannya pada silabe kedua [prI′złnt]. Yang pertama sebagai kategori kata

benda yang berarti ‘hadiah’, sedangkan yang kedua berkategori kata kerja yang berarti ‘menyampaikan’.

(4)

4

vokalnya. Selain itu, dalam pengucapan beberapa bunyi BI, JLE seringkali mengucapkannya seperti fonemnya (Laila, 2007). Misalnya kata violence, bunyi vokal pada silabe pertama akan dibaca sebagai [i] bukannay [aI]. Sehingga, yang terdengar adalah bunyi [viələns] bukannya [vaIələnz]. Dari contoh itu, bisa dilihat bahwa kadar suara (voicing) untuk bunyi [s ] kurang sesuai dengan bunyi sebelumnya (tidak menganut aturan kondisi fonologis); yang ada pergeseran dari bunyi yang seharusnya [z] menjadi [s]. Secara umum, bahasa Jawa dan BI mempunyai perbedaan fonem; namun, dari segi bunyi kedua bahasa itu menunjukkan proses pengucapan yang hampir sama. Kemiripan proses pengucapan bunyi itu mengarah pada adanya tipikalitas Jawa/ JE dalam pengucapan bunyi BI oleh JLE, yakni bunyi-bunyi tertentu dari bahasa Jawa akan dipakai untuk memenuhi model pengucapan bunyi BI.

Dalam pengucapan bunyi BI, disamping mengenali klasifikasi bunyi seperti bunyi konsonan, bunyi vokal, dan bunyi diftong beserta cara pengucapannya (Walfram, 1981; Roach, 1991; Jane 2005), pemelajar yang menuturkannya juga diharapkan dapat mengucapkan dengan benar sehubungan dengan persoalan aspek-aspek bunyi atau prosodic features, seperti: panjang (length), tekanan (stress), maupun tinggi-rendahnya luncuran (pitch) (Jones, 1983: 1-8).

(5)

5

aspirasi bunyi [t] yakni [th] sebagaimana tampak pada transkripsi fonetis [hłsItheıt];

akan tetapi, diucapkan dengan pengurangan atau bahkan penghilangan aspirasi, seperti pada transkripsi fonetis [hłsIteıt].

Begitu pula, pengucapan bunyi awal seperti pada kata think [ ׀ŋk], tidak sebagai bunyi [θ]; akan tetapi, sebagai bunyi [t] yang beraspirasi, yakni [th׀ŋk]. Yang mestinya diucapkan sesuai dengan deskripsi bunyi BI i.e voiceless (tan suara), interdental, dan frikatif, dalam konteks itu dituturkan oleh JLE dengan bunyi tan

suara, alveolar, dan frikatif. Hal yang sama, tidak menutup kemungkinan pelafalan bunyi [θ] itu juga bergeser sedikit ke belakang diucapkan sebagai alveo-interdental, yakni daerah kombinasi antara belakang lidah depan (between the tip and the blade of the tongue) dengan daerah di belakang gigi atas (alveolar ridge). Dari sini terbukti

bahwa aspek-aspek pengucapan BI, yakni detail fonetik (phonetic details) kurang begitu diperhatikan oleh JLE (Laila, 2008).

(6)

6

yakni dengan transkripsi [eIt]. Hal ini dapat dipahami dan masuk akal karena ada proses asimilasi dengan bunyi yang mengikutinya, yaitu bunyi interdental [θ].

Dari paparan beberapa kasus seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa keragaman variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, antara lain disebabkan oleh kurangnya perhatian dalam pengucapan BI dengan tepat, kurangnya pengetahuan tetang phonetic base, ketidaktahuan berbagai konteks teks BI, dan sulitnya pengubahan dari aksen Jawa ke RP. Fenomena semacam itu juga ‘senada’ dengan hasil penelitian terdahulu, bahwa NSE/FSE yang berada pada daerah yang berbeda pun akan menuturkan bahasanya dengan aksen yang berbeda pula. Misalnya, aksen England mempunyai jangkauan lebih luas karena akan mencakup aksen Skotlandia, Wales dan Irlandia utara. Pada prinsipnya aksen England dibedakan atas Northern dan Southern (Roach, 1994: 4-5). Jadi perbedaan daerah dan perilaku penutur akan menghasilkan perbedaan aksen.

(7)

7

IPA seperti bunyi [∫, з, t∫, dз, Ł ]; sebaliknya, dipakai symbol yang secara berurutan [š, ž, č, ĵ, đ] (Walfram, 1981: 26).

Model pendemonstrasian pengucapan bunyi tidak cukup dengan hanya memutarkan tape recorder dari NSE/FSE, namun akan lebih baik jika dibarengi dengan penjelasan artikulasi, ilustrasi mekanisme pengucapan bunyi oleh organ-organ bunyi tertentu, maupun penyajian model (pengajar) yang tepat. Begitu pula pengenalan berbagai konteks teks BI juga akan membantu pemelajar dalam pengucapan bunyi BI secara benar.

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian

Dari uraian di atas, persmasalahan yang penting untuk diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Aspek apa saja yang menjadi alasan munculnya variasi bunyi BI pada JLE? (2) Bagaimana cara sosialisasi sistem pengucapan bunyi BI JLE?

(8)

56

DAFTAR PUSTAKA

Alford R.L. & Strother J.B. 1990. “Attitudes of Native and Nonnative Speakers Toward Selected Regional Accents of U.S. English” in TESOL QUARTELY Vol. 24. No. 3. Autumn 1990.

Clark, John &Yallop, Colin. 1995. An Introduction to Phonetics and Phonology. Cambridge: Blackwell Publishers,Inc.

Edi Subroto. 1993. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Surakarta: UNS Press.

Hepy Adityarini. 2003. The IntelligiBIlity to Native English Speakers of Interdental Sounds Articulated by Javanese Speakers. (The Unpublised Research Work).

Jones, Daniel. 1956. English Pronouncing Dictionary. London: The Aldine Press. Letchworth -Herts.

Jones, Daniel. 1983. An Outline of English Phonetics. London: Cambridge University Press.

Kantner, E. Claude and West, Robert. 1960. Phonetics: An Introduction to the Principles of Phonetic Science from the Point of View of English Speech. New York: Harper & Brothers.

Katamba. 1989. An Introduction to Phonology. London: Longman.

Matsuura, Hiroko, 2007. “Intelligibility and Individual Learner Differences in the EIL Context”. SCIENCE DIRECT-SYSTEM. Jurnal Volume 35, Issue 3. September 2007. P. 293-304.

Kartomihardjo, Suseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.

Lass, Roger. 1984. Fonologi (Terj. Warsono, dkk.). Cambridge: CUP.

Munro, M. J. & Derwing, T.M. 1995. “Foreign Accent, Comprehensibility, and Intelligibility in the Speech of Second Language Learners”, 45, 73-97.

Kelly, Gerald. 2000. How to Teach Pronunciation. England: Pearson Education Limited.

Lane, Linda. 2005. Focus on Pronunciation 2. New York: Longman.

(9)

57

Major C. Roy. 2000. “The Effect of Nonnative Accents on Listening Comprehension: Implications for ESL Assessment” (artikel) dalam TESOL QUARTERLY Volume 36, Number 2. Summer 2000.

Pike, Kenneth. Phonemics: A Technique for Reducing Languaes to Writing.

Prince, S. Moneta. 1989. “A Note on Vowel Perception” in TEFLIN Journal Volume 2 February. 1989.

Roach, Peter. 1991. English Phonetics and Phonology: A Practical Course. Cambridge: Cambridge University Press.

Scane, A. Sanford. 1973. Generative Phonology. London: Prentice-Hall International Inc.

Shockey, Linda. 2003. Sounds Patterns of Spoken English. Oxford: Blackwell PublishingLtd.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Walfram, Walt and Johnson, Robert. 1981. Phonological Analysis Focus on American English. ColumBIa: University of District of ColumBIa.

Walker, Robin. 2001. “Pronunciation for International Intelligibility”. http://www3.telus.net/linguisticsissues/internationalintelligibility.html

Wiwid Handayani Setyaningrum. 2005. Javanese Interference on English Pronunciation of the Fifth Semester English Department Students of UMS, Academic Year 2004/2005. Research Paper S1 (Unpublished).

“Speech Quality and Evaluation” (a chapter from a Master Thesis)

(10)

Naskah Publikasi:

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL

(Tahun II)

KUALITAS PENGUCAPAN BUNYI BAHASA INGGRIS OLEH PEMELAJAR BAHASA INGGRIS YANG BERLATAR BELAKANG

BAHASA JAWA DI SURAKARTA

Oleh:

Dra. Malikatul Laila, M.Hum. Hepy Adityarini, S.Pd., M.A.

Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian

NOMOR : 074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009, TERTANGGAL 06 APRIL 2009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(11)
(12)

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR ... v

RINGKASAN ... vi

SUMMARY ... ix

PRAKATA ... xi

DAFTAR TABEL/ GAMBAR …... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka yang Relevan ... 8

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Konteks Pemunculan Variasi Bahasa ... 11

2.2.2 Mekanisme Produksi Bunyi Tuturan ... 12

2.2.3 Formulasi Bunyi BI ... ... 13

(13)

2.2.3.2 Deskripsi Bunyi Vokal ... 18

2.2.3.3 Diftong BI ... 19

2.2.3.4 Rambu-rambu Diftong yang Berterima ... 20

2.2.4 Detail Fonetik ... 22

2.2.5 Pengertian Intelligibility ... 23

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 25

3.1 Tujuan Penelitian ... 25

3.2 Manfaat Penelitian ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Pengantar ... 28

4.2 Desain Penelitian (Bentuk dan Strategi Penelitian) ... 29

4.3 Metode Penelitian ... 29

4.3.1 Objek Penelitian ... 31

4.3.2 Data dan Sumber Data ... 31

4.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.3.4 Teknik Analisis Data ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Alasan Pemunculan Variasi Pengucapan BI pada JLE ... 35

5.1.1 Kekurangtahuan Fonetik dan Fonologi ... 35

5.1.2 Pengaruh Segmen Fonem ... 40

(14)

5.1.4 Kekurangtahuan Kategori Ganda Kata (Dual Role Words)... 42

5.1.5 Fenomena Tongue – Twisters ... ... 43

5.2 Sosialisasi Pengucapan BI oleh JLE sebagai Javanese English (JE)... 46

5.2.1 Pengucapan Bunyi Konsonan JE... 46

5.2.2 Pengucapan Bunyi Vokal JE ... ... 47

5.2.3 Pengucapan Bunyi Diftong JE ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Simpulan ... ... 53

6.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(15)

Dr. H. Harun Joko Prayitno, M.Hum. NIP. 196504281993031001

RINGKASAN

Penelitian ini merupakan tahap terakhir dari serangkaian pengujian adanya

variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, yang kemudian dinamakan sebagai Javanese

English (JE). Tahap ini memaparkan alasan munculnya variasi bunyi BI (JE) tersebut

dilihat dari konteks wacana dalam lingkup fonetik artikulatoris impressionistik.

Variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE mula-mula ditandai dari tingkat konsistensi

pergeseran pengucapannya, dilanjutkan dengan pengujian kualitas pengucapannyan

lewat proses intelligibility pada NSE/ FSE, dan selanjutnya dijelaskan alasan

pemunculan variasi itu lewat serangkaian pembuktian berbagai konteks teks BI.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: (1) memaparkan alasan perwujudan variasi

pengucapan bunyi BI oleh JLE dilihat dari konteks wacana dalam lingkup fonetik

artikulatoris impresionistik, dan (2) mengenalkan sistem pengucapan bunyi BI oleh

JLE agar dapat dipakai bahan bandingan dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Data penelitian ini berupa satuan lingual (kata, frase, kalimat, dan wacana)

yang mengandung variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, yang memungkinkan

adanya pembedaaan makna antara variasi pengucapan NSE/ FSE dan JLE. Data

tersebut diambil baik pada saat proses pembelajaran BI secara formal di kelas

maupun pada saat percakapan atau pengucapan bahasa Inggris di luar pembelajaran

(16)

dilanjutkan dengan instrumen in-depth interview, yang merupakan lanjutan dari

teknik perekaman (dengan bantuan tape recorder).

Sementara itu untuk analisis data, setelah mengidentifikasi pergeseran bunyi

dan tingkat intelligibility variasi pengucapan bunyi BI, peneliti melanjutkan

penggalian beberapa data untuk mengetahui alasan munculnya variasi JE. Untuk

menganalisis data, peneliti tetap melakukan terapan teknik hubung banding

menyamakan dan membedakan (Comparison and Contrast) antara pengucapan

standar atau Received Pronunciation (RP) dari pengucapan NSE/FSE dengan

pengucapan JLE pada berbagai konteks teks BI. Pemakaian teknik pembandingan itu

didasarkan pada bidang interferensi yang berada pada lingkup bunyi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan pemunculan variasi bunyi BI

pada JLE bisa dilacak dari: (1) kekurangtahuan fonetik dan fonologi, (2) segmen

fonem bahasa Jawa/ Indonesia, (3) kerancuan pembedaan bunyi homograf, (4)

kekurangtahuan pada kategori ganda kata, (5) fenomena tongue-twisters, dan (6)

kekurangtahuan ciri suprasegmental bunyi.

Sementara itu, untuk pengenalan sistem pengucapan BI pada JLE, (a) dalam

hal bunyi konsonan ditandai dengan ciri-ciri: (1) pengucapan bunyi letup JE [p, b, t,

d, k, g] yang bersifat lenis/ lemah dan bunyi aspirat [h] yang sering tidak terdengar,

(2) kurang adanya perbedaan dalam voicing-nya, sehingga antara pengucapan bunyi

bersuara dan tan suara hampir sama, dan (3) adanya ciri pengucapan JE [th, nd, t]

pada bunyi-bunyi BI yang sulit bagi JLE karena tidak ditemukannya di dalam bahasa

(17)

variasi bunyinya (alofonnya), (2) JLE tidak bisa membedakan kualitas pengucapan

vokal-vokal yang berdampingan dalam hal ketinggian lidahnya, terutama pada

bunyi-bunyi depan, dan (3) JLE lebih menekankan pengucapan bunyi-bunyi vokal tengah [ə] agak

sedikit panjang; dan (c) dalam hal bunyi diftong, JLE mengucapkan diftong tanpa

bunyi luncurannya, yakni seperti pengucapan bunyi intinya saja atau bahkan berganti

(18)

SUMMARY

The study is the third stage in a set of examining variation of English

pronunciation by Javanese Learners of English (JLE). The study examines the reason

of JLE’s pronunciation of English as Javanese English (JE) variation viewed from the

discourse context study and impressionistic articulatory phonetics. The study was

initiated by identifying the consistence of having the sound shifts in their

pronunciation, followed by examining JLE’ s quality of pronounciation by means of

intelligibility process to NSE/FSE, and explaining the reasons of JE variation in

terms of several contexts in English texts. The objectives of the study are: (1) to

examine the reasons of representing JE variation by JLE in the course of phonetics

discourse of English texts, and (2) to socialize the system of JE variation in order to

be useful for language learning materials.

The data of the study are linguistic elements in the forms of words, phrases,

sentences, and discourse containing the English sounds variation in which these may

differentiate meaning as a result of the Javanese ESL Students pronunciation. The

data are taken during the process of teaching and learning English in English class or

in any activities outside of the class held in English. Data in the forms of phonetic

transcription were gathered by using the techniques of recording and continued by

(19)

In data analysis, after identifying the sound shifts and the intelligibility of the

variation of the English sounds, the researcher explores and examines more data to

find out the reasons of causing the JE variation. The techniques used for analysing

data are comparison and contrast techniques of Received Pronunciation as produced

by Native Speakers of English (NSE)/ Foreign Speakers of English (FSE) and JLE’s

pronunciation.

The result shows that the possible reasons to underlie the existence of JE

variation, among others are: (1) JLE’s lack of phonetics and phonology, (2) Javanese

or Indonesian phoneme segmen, (3) differentiating sounds in homographs, (4) dual-

roles category of words, (5) phenomena of tongue-twisters, and (6) lack of

supra-segmental features of sounds. For socializing system of JE variation in the case of

consonant sounds, the researcher identifies three characteristics: (1) the JLE’s

pronounciation of released sounds of English [p, b, t, d, k, g] is too weak or lenis and

the aspiration [h] seems unheard, (2) there is no or a bit difference on voicing that

voiced and voiceless sounds seem similarly pronounced, (3) there are typical

pronunciation of JE, i.e. [th, nd, t] instead of [θ, ð, ] that these are difficult for JLE

to pronounce natively. Moreover, in the case of vowel sounds, (1) JLE prefers

pronouncing the phoneme segment instead of its variants (allophones), (2) JLE can

not differentiate the quality of close vovel sounds, and (3) JLE prefers pronouncing

the shcwa [ə] a bit longer. Finally, in the case of diphtong, JLE often pronounces

diphtongs without gliding that this leads to pronouncing diphtongs as its nucleus only

(20)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt penulis panjatkan, karena

hanya dengan karunia-Nya lah laporan penelitian multi-tahun, Hibah Fundamental

(tahun ke II) ini bisa diselesaikan. Penelitian Fundamental tahun ke II ini diharapkan

dapat melengkapi hasil penelitian sebelumnya; oleh karena itu, peneliti masih sangat

berharap bahwa hasil dari penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan atau materi

pembelajaran dalam perkuliahan di jurusan bahasa Inggris.

Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mengijinkan dan

memberi semangat kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah

membantu penulis dalam melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

3. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sebagai

pemberi dana insentif penelitian Fundamentalini.

4. Anggota penelitian, para informan, mahasiswa, keluarga yang dengan

semangatnya memberi bantuan dan dorongan demi terselesainya penelitian ini.

Semoga pengorbanan semua pihak di atas menjadi amal baiknya dan

mendapat imbalan dari Allah swt. Penyusunan laporan penelitian ini tentunya tidak

menutup kemungkinan ada beberapa kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kritik dan

saran demi perbaikannya senantiasa penulis nantikan.

Surakarta, 26 Oktober 2009

(21)

DAFTAR TABEL/ GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Organ Pengucapan Bunyi ... 13

Gambar 2. Peta Bunyi Konsonan BI ...……… 15

Gambar 3. Peta Bunyi Vokal BI ...……….. 19

Gambar 4. Peta Bunyi Diftong BI ………... 21

Tabel 1. Kerangka Pikir Penelitian ……… 30

Tabel 2. Variasi Pengucapan bunyi [eI] pada JLE ... 37

Tabel 3. Variasi Pengucapan Bunyi [j] pada JLE ... 38

Tabel 4. Variasi Bunyi pada Kategori Ganda Kata oleh JLE ... 43

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti ……… 58

2. Data of Sound Shifts …...……… 63

3. List of Data for Intelligibility ... 68

 

 

 

 

Referensi

Dokumen terkait