Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : DIAN WAHYUDI
20120110271
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i Disusun oleh : DIAN WAHYUDI
20120110271
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
HALAMAN MOTTO
“Orang-orang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
menyukainya atau tidak.” (Aldus huxley)
“Di usia 20-an aku merasa harus meraih banyak hal, mengukir prestasi, dan mencapai segalanya. Semua orang seumuranku melakukan hal yang sama.
Tapi sekarang, aku sedikit kebingunganMelihat sekitarku dan mempertanyakan, sebenarnya aku mau berlari kemana?”
(Justin Timberlake)
“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau
harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila
dibelanjakan”
iv
lepas dari bantuan pihak-pihak yang sangat membantu bagi penulis , sehingga
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Tukimin dan Ibu Sarti tercinta yang telah berjuang dengan penuh
keikhlasan, yang telah memberikan segalanya untukku menorehkan segala
kasih sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan
batas waktu. Engkaulah Inspirasiku di saat aku rapuh &ketika semangat ku
memudar.
2. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan dukungan, doa, nasehat,
dukungan moral dan material, yang sering mempertanyakan Tugas Akhir
ini hingga selesai.
3. Kepada para sahabat terbaik, kelompok jeruk atas kemauan saling berbagi,
kekonyolan dan canda yang membekas di hati.
4. Teman-teman civil semuanya yang tak bisa terhitung (terimakasih atas
dukungannya, bercandanya selama ini dan semuanya) maaf ya jikalau
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan tugas akhir dan
menyusun laporan tugas akhir. Sholawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga serta sahabat–sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Penulisan laporan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan kurikulum guna menyelesaikan studi Strata 1 pada jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selama melaksanakan tugas akhir, maupun dalam menyelesaikan laporan
penyusun banyak menerima kritik dan saran, dukungan dan bimbingan serta
petunjuk-petunjuk yang senantiasa sangat bermanfaat tak lupa saya ucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Ir. Anita Widianti M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ir. As’at Pujianto, M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang
sangat berharga bagi laporan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Restu Faizah, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan dan penulisan
tugas akhir ini.
4. Ibu Pinta Astuti, S.T., M.Eng. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
koreksi pada laporan tugas akhir ini.
5. Bapak, Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta atas ilmu yang telah diberikan kepada penyusun,
vi
dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Kepada rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil 2012 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang
tidak dapat penyusun ungkapkan satu persatu, terimakasih atas bantuan,
dukungan dan doanya.
Penyusun berharap seomga amal baik yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT. Disadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga masih perlu adanya
perbaikan dan saran dari pembaca. Penyusun juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal „Alamin.
Yogyakarta, Juli 2016
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 2
E. Lingkup Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Penelitian Tentang Perbandingan Kuat Tekan Beton dengan Berbagai Jenis Semen ... 4
B. Keaslian Penelitian ... 7
BAB III LANDASAN TEORI ... 9
A. Beton ... 9
B. Perencanaan Pencampuran beton ... 24
C. Slump ... 34
D. Kuat tekan beton ... 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Lokasi Penelitian ... 40
viii
A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton ... 49
1. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus ... 49
2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar ... 51
B. Hasil Pemeriksaan Campuran Beton (Mix Design) ... 53
C. Hasil Pengujian Slump ... 54
D. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ... 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Semen Bima ... 15
Gambar 3.2 Semen Holcim ... 18
Gambar 3.3 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Silinder Beton ... 26
Gambar 3.4.a Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 1 ... 29
Gambar 3.4.b Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 2 ... 30
Gambar 3.4.c Batas Gradasi Pasir Pada Daerah No. 3 ... 30
Gambar 3.4.d Batas Gradasi Pasir Pada daerah No. 4 ... 31
Gambar 3.5 Batas Gradasi Kerikil dengan Besar Butir Maksimum 20 mm ... 32
Gambar 3.6 Proporsi Agregat Halus Pada Agregat Maksimum 20 mm ... 33
Gambar 3.7 Hubungan Antara Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran Dan Berat Beton ... 34
Gambar 3.8 Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Kuat Tekan Beton... 37
Gambar 3.9 Pengaruh Jumlah semen Terhadap kuat Tekan Beton Pada Faktor Air Semen Sama ... 38
Gambar 3.10 Hubungan Jumlah Semen Dengan Kuat Tekan Beton Pada Faktor Air Semen 0,50 ... 39
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian ... 43
Gambar 5.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir ... 50
Gambar 5.2 Diagram Nilai Slump dengan Jenis Seme ... 54
Gambar 5.3 Diagram Kuat Tekan dengan Jenis Semen ... 55
x
Tabel 2.2 Perbedaan 6 Penelitian ... 8
Tabel 3.1 Beton Menurut Kuat Tekannya ... 11
Tabel 3.2 Berat Jenis Beton ... 11
Tabel 3.3 Properti Kimia dan Fisik Semen... 13
Tabel 3.4 Persyaratan Atau kekuatan Agregat Kasar Untuk Beton ... 20
Tabel 3.5 Nilai Tambah M Jika Pelaksanaan Tidak Mempunyai Pengalaman .. 25
Tabel 3.6 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus ... 27
Tabel 3.7 Nilai Slump Beton Segar ... 28
Tabel 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per m3 Beton ... 28
Tabel 3.9 Batas Gradasi Pasir ... 29
Tabel 3.10 Batas Gradasi Agregat Dengan Ukuran Butir Maksimum 20 mm ... 31
Tabel 3.11 Nilai Slump Beton Segar ... 35
Tabel 3.12 Rasio Kuat Tekan Beton Berbagai Umur ... 36
Tabel 4.1 Variasi Dan Jumlah Benda Uji ... 47
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir ... 50
Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Berat jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus ... 50
Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Berat jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar ... 52
Tabel 5.4 Kebutuhan Bahan Susun Untuk Tiap 1 m3 Adukan Beton Normal ... 53
Tabel 5.5 Kebutuhan Bahan Susun Untuk Tiap 1 Silinder Adukan Beton Normal ... 53
xi
Tabel 5.7 Hasil Uji Tekan Beton dengan Berbagai Macam Variasi
xii
Lampiran 2 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
Lampiran 3 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Lampiran 4 Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Halus
Lampiran 5 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
Lampiran 6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Lampiran 7 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Lampiran 8 Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
Lampiran 9 Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Kasar
Lampiran 10 Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Lampiran 11 Perhitungan Campuran Beton
Lampiran 12 Alat dan Bahan Pembuatan Benda Uji
Lampiran 13 Proses Pembuatan Benda Uji
xiii
penyusunnya bagus, solid maka nantinya akan menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan
tinggi.Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabunganpembentuk beton
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masingkomponen pembentuk beton yaitu
semen, agregat halus, agregat kasar dan air.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dua jenis (merk)
semen, yaitu semen Bima dan semen Tiga Roda dalam satu campuran beton terhadap kuat tekan
beton. Pembuatan benda uji menggunakan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dengan
menggunakan Fc’ 20 MPa dan Fas 0,4. Penelitian ini menggunakan 5 (lima) macam perlakuan yaitu: perlakuan I menggunakan Semen Bima, perlakuan II menggunakan Semen Tiga Roda,
perlakuan III menggunakan campuran Semen Bima + Semen Tiga Roda dengan perbandingan
volume 1 : 1, perlakuan IV menggunakan campuran Semen Gresik + Semen Padang dengan
perbandingan volume 3 : 1, dan perlakuan V menggunakan campuran Semen Gresik + Semen
Padang dengan perbandingan volume 1 : 3.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kuat tekan beton pada umur 7 hari, semen
Bima adalah 24,799 MPa, semen Tiga Roda adalah 21,481 MPa, semen Bima 1: semen Tiga
Roda 1 adalah 19,733, semen Bima 3: semen Tiga Roda 1 adalah 20,356, semen Bima 1 : Tiga
Roda 3 adalah 17,033. Nilai kuat tekan beton setelah pencampuran masih lebih rendah dari nilai
kuat tekan yang tidak dicampur. Mungkin dikarenakan pencampuran antara semen
mengakibatkan reaksi kimia baru sehingga memperlambat waktu ikat semen dan mempengaruhi
kuat tekan beton.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dalam sektor pembangunan memicu tingginya kebutuhan semen
yeng berpengeruh pada peningkatan produktifitas. Semen merupakan campuran dari
beberapa senyawa kimia yang bersifat hidrolis. Hidrolis artinya apabila suatu bahan dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan - bahan yang lain
menjadi satu serta tidak larut. Secara umum semen merupakan salah satu bahan
bangunan yang merupakan bahan susunan utama dalam pembuatan beton. Beton
adalah campuran antara semen agregat halus agregat kasar dan air bila perlu ditambah
dengan zat aditif lainnya (Mulyono, 2013).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang
rekayasa bangunan sipil yang struktur utamanya merupakan konstruksi beton,
menuntut penggunaan mutu beton dengan kuat tekan tinggi. Untuk itu perlu
diupayakan penelitian yang berkaitan dengan usaha meningkatkan mutu beton.
Untuk memahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen gabungan pembentuk
beton diperlukan pengetahuan tentang karakteristik masing-masing komponen
pembentuk beton yaitu semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Kekuatan beton
pada umur tertentu tergantung pada perbandingan berat air dan berat semen dalam
campuran beton. Pada dasarnya beton memiliki sifat dasar, yaitu kuat terhadap
tegangan tekan dan lemah tehadap tegangan tarik. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh
jenis bahan penyusunnya, jika bahan penyusunnya bagus, solid maka nantinya akan
menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan tinggi.
Penelitian ini di titik beratkan pada penggunaan dua jenis semen, yaitu semen
Bima tipe PPC dan semen Tiga Roda tipe PCC dalam satu campuran beton dan
pengaruhnya terhadap mutu beton dengan lima macam perlakuan yaitu: Perlakuan I
III menggunakan campuran semen Bima + Tiiga Roda dengan perbandingan volume
1 : 1, perlakuan IV menggunakan campuran semen Bima + Tiga Roda dengan
perbandingan volume 3 : 1, perlakuan V menggunakan campuran semen Bima + Tiga
Roda dengan perbandingan volume 1 : 3. Hal ini dilakukan karena perbedaan harga
dan kadang-kadang menghilangnya salah satu merk semen di pasaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah-masalah yang akan diteliti
adalah :
1. Berapa perbandingan nilai kuat tekan antara semen bima dan tiga roda (semen
baru dan semen lama) ?
2. Bagaimana pengaruh pencampuran antara kedua semen tersebut terhadap nilai
kuat tekannya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbandingan nilai kuat tekan beton dari dua jenis merk
semen.
2. Untuk mengetahui pengaruh kuat tekan setelah pencampuran kedua jenis
merk semen (Bima dan Tiga roda).
D. Manfaat Penelitian
Hasil kajian dan analisis dari penelitian ini diharapkan :
1. Diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman dalam pengoptimalisasi
3
2. Dapat memberikan tambahan pengetahuan tantang penggunaan barang dan
semen portland pada campuran beton.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini menjadi lebih sederhana, tetapi memenuhi persyaratan
teknis maka perlu diambil beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Agregat Halus menggunakan pasir berasal dari pasir Merapi.
2. Agregat Kasar menggunakan kerikil berasal dari batu pecah Clereng.
3. Digunakan merek semen Tiga Roda tipe PCC dan semen Bima tipe PPC
kemasan 40 kg.
4. Faktor air semen yang digunakan 0,4.
5. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 3 buah sampel pervariasi.
6. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium Universitas muhammadiyah
Yogyakarta.
7. Metode perancangan beton (mix design) menggunakan metode SK.SNI
03-2834-2002 (Dalam Tjokodimuljo, 2007).
4 Semen
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun
hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian
yaitu dengan membandingkan kuat tekan beton dengan menggunakan dua jenis
semen :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Adnyana (2010), yaitu tentang “Perbedaan Kuat Tekan Beton Menggunakan Dua Jenis Semen”, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dua jenis merk Semen. Komposisi campuran yang
dilakukan yaitu dengan perbandingan 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil, pengujian ini
dilakukan dengan cara mencampuran dua jenis Semen pada proses
pengadukan dengan berbagai volume perbandingan. Perbandingan volume
yang digunakan adalah perlakuan dengan SemenGresik (I), perlakuan dengan
SemenPadang (II), Perlakuan dengan mencampur SemenGresik dan
SemenPadang 1 : 3 (III), perlakuan (IV) 1 Semen Gresik + 1 Semen Padang,
perlakuan (V) 3 Semen Gresik + 1 Semen Padang. Dan dari hasil penelitian di
dapat kuat tekan secara berurutan I ᵇᵏ= 209,85kg/cm2 ; pada perlakuan II ᵇᵏ = 184,12 kg/cm2 ; pada perlakuan III ᵇᵏ = 185,18 kg/cm2 ; pada perlakuan IV ᵇᵏ =191,99 kg/cm2 ; dan pada perlakuan V ᵇᵏ = 202,10 kg/cm2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Semen Gresik lebih kuat dari Semen
Padang, namun kedua merk semen tersebut dapat digunakan untuk konstruksi
5
2. Penelitian yang dilakukan oleh Salain (2009), tentang pengaruh jenis semen
dan agregat kasar terhadap kuat tekan beton. Beton dirancang dengan
menggunakan perbandingan berat yang konstan antara semen :
agregat halus : agregat kasar sebesar 1,0 : 1,4 : 2,1 dengan nilai faktor air
semen (FAS) ditetapkan sebesar 0,42. Semen yang digunakan adalah tipe I
Portland Cement, Portland pozzolan Semen dan Komposit Portland Cement.
Agregat halus adalah pasir alam sedangkan agregat kasar adalah cuaca kerikil
dan agregat dengan maksimaldiameter 20 mm. Uji kuat tekan dilakukan pada
umur 3, 7, 28, dan 90 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
perkembangan kekuatan kompresi beton sangat dipengaruhi oleh kimia dan
sifat fisik dari jenis semen dan juga jenis campuran anorganik yang digunakan
dalam semen. Sayajuga menemukan bahwa pengaruh jenis agregat kasar pada
kekuatan kompresi beton hanya jelas muncul sampai usia hidrasi 28 hari dan
pengaruhnya cenderung melemah setelah periode ini.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yuanda (2010), yaitu tentang kuat tekan beton
dengan menggunakan Semen Baturaja, Semen Padang dan Semen Holcim.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara
satu sama lain dan membandingkan hasilnya. Faktor Air Semen (FAS) yang
digunakan adalah FAS 0,5 dan benda uji berupa kubus beton dan diuji pada
umur 3, 7, 14, dan 28 hari. Dan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan adalah
Tabel 2.1 Kuat Tekan Beton dengan menggunakan Semen baturaja,
SemenPadang, dan Semen holcim untuk beton rencana K-300
MerkSemen
KuatTekanBetonBerdasarkanUmur
Ket
3 7 14 21 28
Baturaja 197,8 253,33 389 420 442
K-300 Padang 185,6 237,78 365,1 394,1 414,9
Holcim 163,3 200,00 315 340,1 358
Sumber : Yuanda, 2010
Dari hasil penelitian ini, kuat tekan beton yang paling tinggi adalah Semen
Baturaja. Namun SemenPadang dan Semen Holcim juga dapat digunakan
untuk beton normal dengan kuat tekan rencana K-300.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yarto (2013), yaitu tentang membandingkan
Semen Gresik, Semen Holcim dan Semen Tiga Roda, dengan judul “Waktu Alir, Kuat Tekan dan Kuat Tarik Pasta Sebagai Bahan Graut Dengan Berbagai Nilai FAS”. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan nilai Faktor Air Semen 0,45 ; 0,50 ; 0,55 ; 0,60 ; 0,65 ; 0,70. Benda uji kuat tekan beton
berupa kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm, sedangkan kuat tarik berupa
angka delapan dan alat uji kelecakan menggunakan corong air. Dari hasil
penelitian Semen Tiga Roda yang memeiliki kuat tekan paling tinggi dari
Semen Holcim dan Semen Gresik.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawandy (2013), yaitu tentang
perbandingan kuat tekan beton semen PCC dan semen Tipe 1 terhadap
7
28, 91 hari dengan FAS 0,4 ; 0,35 ; 0,3. Semen PCC + Sikament NN lebih tinggi dibandingkan kuat tekan semen Tipe 1. Berdasarkan hasil uji kuat tekan
beton didapat bahwa nilai kuat tekan semen Tipe 1 daengan semen PCC
tidaklah terlalu berbeda namun nilai kuat tekan semen PCC masih di bawah
nilai kuat tekan semen Tipe 1.
B. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang “Membandingkan kuat tekan beton Semen Tiga Roda, Semen Bima dan variasi antara kedua campuran semen dengan Nilai FAS 0,4 ”belum ada yang meneliti sebelumnya, segala bentuk kutipan pendapat atau temuan orang
lain yang ada dalam penelitian ini dirujuk sesuai kaidah ilmiah yang benar, sehingga
keaslian penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru yang bermanfaat
bagi semuanya. Untuk perbedaan dari beberapa peneliti sebelumnya dapat dilihat
Tabel 2.2 Perbedaan 5 penelitian
No. Penelitian/ Tahun
Bahan yang digunakan Nilai FAS Pengujian yang dilakukan
1. Adnyana (2010)
Semen Gresik dan Semen Padang tipe 1 AgregatHalus : Pasir
Kelungkung AgregatKasar :
Kerikil Kelungkung
0.60 Kuat tekan beton yang dilakukan pada 7 hari.
2. Made
(2009)
Semen yang digunakan adalah
Semen portland tipe I (PCI), semen portland pozzolan (PPC) dan semen portland komposit (PCC).
0,42 Kuat tekan beton dilakukan pada umur 3, 7, 28, dan 90 hari.
3. Yuanda (2010)
Semen Baturaja , Semen Padang dan Semen Holcim AgregatHalus : Pasir
Ogan
AgregatKasar : Split Lahat
0,60 Kuat Tekan Beton diuji pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari.
4. Meiryato (2013)
Semen yang digunakan adalah Semen Holcim, Semen Gresik, dan Semen
0,45; 0,50; 0,55; 0,60; 0,65 dan 0,70.
Kuat tekan Beton.
5. Kurniandy (2013)
Semen Tipe 1 , Semen PCC , Semen Tipe 1 + NN , PCC + NN
Agregat Halus : Sungai Kampar Agregat Kasar :
Sungai akar
0,40 ; 0,35 dan 0,3.
9 BAB III
LANDASAN TEORI
A. Beton
1. Pengertian Beton
Menurut SNI-03-2847-2002, beton ialah campuran antara semen portland
atau semen hidraulik yang lain, agregat halus agregat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan tambahan yang membentuk masa padat. Agregat halus yang digunakan
biasanyaadalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu,sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun
batuanyang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Beton sendiri sekarang banyak
digunakan pada konstruksi bangunan gedung saat ini karena proses pengerjaannya
yang cukup mudah.
Beton dibagi menjadi beberapa jenis salah satunya beton normal, beton
mormal diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air dan agregat,
adapun jenis beton khusus selain beton normal. Beton khusus biasanya beton yang
ditambahkan dengan bahan khusus, misalnya pozolan, bahan kimia pembantu, serat,
dan sebagainya. Tujuan pemberian bahan tambah ialah untuk menghasilkan beton
khusus yang lebih baik daripada beton normal (Tjokrodimuljo, 2007).
2. Keunggulan dan Kelemahan Beton
Beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain yaitu (Tjokrodimuljo, 2007)
1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang
Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir atau kerikil harga
beton agak mahal.
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya
perawatan murah.
3. Kuat tekannya cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan baja tulangan yang
kuat tariknya tinggi dapat dikatakan mampu dibuat untuk struktur berat. Baja
dan tulangan boleh dikatakan mempunyai koefisien muai yang hampir sama.
Saat ini beton bertulang banyak dipakai untuk pondasi, kolom, balok, dinding,
jalan raya, landasan pesawat udara, gedung, penampung air, pelabuhan,
bendungan, jembatan dan sebagainya.
4. Beton segar dapat dengan mudah diangkat maupun dicetak dalam bentuk dan
ukuran sesuai keinginan. Cetakan dapat pula dipakai beberapa kali sehingga
secara ekonomi menjadi murah.
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan beton juga memiliki
beberapa kekurangan, menurut Tjokrodimuljo (2007), kekurangan beton dibagi
menjadi tiga yaitu :
1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar
bermacam-macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan dan
cara pembuatannya bermacam-macam pula.
2. Beton keras mempunyai beberapa kelas kekuatan sehingga harus disesuaikan
dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara perencanaan dan
cara pelaksanaan bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan
mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara mengatasinya,
11
3. Sifat Beton
Beberapa sifat beton yang ddimiliki beton dan sering di pakai adalah
(Tjokrodimuljo, 2007):
1. Kekuatan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat
tariknya rendah. Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh pada
sifat yang lain.
Tabel 3.1 Beton menurut kuat tekannya
Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)
Beton sederhana Sampai 10 MPa
Beton normal 15 – 30 MPa
Beton pra tegang 30 – 40 MPa
Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa
Beton kuat tekan sangat tinggi > 80 MPa
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
2. Berat jenis
Tabel 3.2 Berat jenis beton
Jenis beton Berat jenis Pemakaian
Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur
Beton ringan 1,00 – 2,00 Struktur ringan
Beton normal 2,30 – 2,40 Struktur
Beton berat > 3,00 Perisai sinar X
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
3. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton tergantung pada modulus elastisitas agregat dan
pastanya. Persamaan modulus elastisitas beton dapat diambil sebagai berikut
(Tjokrodimuljo, 2007:77)
Ee = √ e untuk beton normal ………....(3.2)
Dengan :
Ee = Modulud Elastisitas Beton, MPa
We = Berat jenis beton
F1e = Kuat tekan beton,MPa
4. Susutan Pengerasan
Volume beton setelah keras sedikit lebih kecil daripada volume beton waktu
masih segar, karena pada waktu mengeras beton mengalami sedikit penyusutan
karena penguapan air. Bagian yang susut adalah pastanya karena agregat tidak
merubah volume. Oleh karena itu semakin besar pastanya semakin besar
penyusutan beton. Sedangkan pasta semakin besar faktor air semennya maka
semakin beasar susutannya.
5. Kerapatan Air
Pada bangunan tertentu sering beton diharapkan rapat air atau kedap air agar
tidak bocor, misalnya : plat lantai, dinding basement, tnadon air, kolam renang
dan sebagainya.
4. Bahan Penyusun Beton
Seperti yang diuraikan diatas bahan penyusun beton normal ialah semen
portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan air.
1. Semen Portland
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta.
Dengan proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen
menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement)
adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaanInggris.
Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai
13
Semen Portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus
dan memiliki sifat adhesive maupun kohesif. Semen diperoleh dengan
membakar karbonat atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung
aluminia) dengan perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar
dengan suhu 1400º C-1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan dan
dihaluskan sampai seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat
( ) kira–kira 2–4 % persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan.
Bahan tambah lain kadang ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus
misalnya kalsium klorida untuk menjadikan semen yang cepat mengeras.
Semen biasanya dikemas dalam kantong 40 kg/ 50 kg (Sutikno, 2003:2) .
Beberapa properti kima dan fisik dari semen .
Tabel 3.3 Properti kimia dan fisik semen
Jenis Semen PPC PCC
(%) 8,76 7,40
CaO (%) 58,66 57,38
(%) 23,13 23,04
(%) 4,62 3,36
Kehalusan (%) 5,00 2,00
Berat Isi (Kg/l) 1,19 1,15
Sumber : Made, 2009
` Semen Portland yang digunakan disini adalah Semen Bima Semen Tiga Roda dan, berikut adalah sejarah dan penjelasan mengenai Semen yang
digunakan pada penelitian :
1. Semen Bima
PT. Sinar Tambang Arthalestari (PT. STAR) adalah pemilik dan
produsen Semen Bima.Pabrik Semen Bima yang dibangun diatas lahan
seluas 43 Hektar, dimana pellet akan batu pertama (ground breaking)
oleh Bupati Banyumas Mardjoko berlokasi di Desa Tipar Kidul Kecamatan
Ajibarang, Banyumas pada tanggal 8 Oktober 2012 berkomit menuntuk
dapat memenuhi kebutuhan semen nasional secaramerata.
Disamping itu PT. Sinar Tambang Arthalestari juga memiliki dan
mengelola tambang Limestone dan Clay untuk kebutuhan sumber daya
produksi.Pembangunan pabrik Semen Bima di awali dengan perencanaan
yang matang serta perijinan yang lengkap sehingga pembangunan pabrik
berjalandenganlancar. PT. Sinar Tambang Arthalestari sudah mengantongi
berbagai izin yang berkaitan dengan tata laksana penambangan maupun
pembangunan pabrik, meliputi : rekomendasi teknis usaha pertambangan
atau izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi mineral bukan logam dari
Gubernur Jateng, IUP eksplorasi dari Bupati Banyumas, serta izin prinsip
penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal; perubahan izin
lokasi pembangunan pabrik dari BPMPP Kabupaten Banyumas, dand
okumen-dokumen lain yang diperlukan.
PT. STAR sebagai pengelola dan investor juga sudah mengantongi izin
kelayakan lingkungan hidup kegiatan pembangunan pabrik semen terpadu
dan izin lingkungan atas kegiatan pembangunan pabrik semen terpadu yang
paling penting keberadaan pabrik tersebut sudah sesuai dengan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKL-RPL) serta RTRW Kabupaten Banyumas.
Diharapkan keberadaan pabrik Semen Bima dapat memberikan
dampak lanjutan (multiplayer effect) terhadap perkembangan perekonomian
daerah dan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan
Ajibarang dan Kabupaten Banyumas serta meningkatkan peran
pembangunan nasional pada umumnya. Pembangunan pabrik Semen Bima
merupakan proyek nasional yang sangat didukung oleh Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
15
semen portland pozzolan (PPC) adalah bahan pengikat hidrolis yang dibuat
dengan menggiling terak, gypsum, dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti : jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi, dan fondasi pelat penuh.
Di pasaran semen bima dengan kemasan 40 kg dijual dengan harga
[image:30.612.261.448.264.467.2]Rp. 47,000.00. – Rp. 50,000.00 berikut adalah gambar dari Semen Bima:
Gambar. 3.1 Semen Bima
2. Semen Tiga Roda merupakan produk semen yang diproduksi oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (“Indocement”). Dengan mengedepankan kualitas terbaik dan inovasi yang berbaur dengan alam,
Semen Tiga Roda diproduksi guna memenuhi kebutuhan pembangunan di
dalam dan luar negeri. Produksi Semen Tiga Roda bermula sejak
Indocement mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada
Agustus 1975. Perseroan atas nama Indocement secara resmi didirikan
pada 16 Januari 1985 melalui penggabungan enam perusahaan semen
pembangunan dan bertambahnya kebutuhan, Indocement terus menambah
jumlah pabriknya hingga dua belas pabrik. Pada 22 Februari 2013,
Perseroan telah memulai perluasan Kompleks Pabrik Citeureup dengan
penambahan lini produksi yang disebut Pabrik ke-14. Dengan
penambahan Pabrik ke-14 maka jumlah pabrik Indocement saat ini adalah
13 pabrik. Sebagian besar pabrik berada di Pulau Jawa, 10 diantaranya
berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, yang menjadikannya salah satu
kompleks pabrik semen terintegrasi terbesar di dunia. Sementara dua
pabrik lainnya ada di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dan satu lagi di
Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Indocement mencatatkan sahamnya
pertama kali di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 1989 dengan kode saham “INTP”. Sejak 2001, Heidelberg Cement Group, yang berbasis di Jerman, menjadi pemilik mayoritas saham Perseroan.
Heidelberg Cement adalah pemimpin pasar global dalam bisnis agregat
dan merupakan pemain terkemuka di bidang semen, beton siap-pakai
(RMC), dan kegiatan hilir lainnya, menjadikannya salah satu produsen
bahan bangunan terbesar di dunia. Dengan merek dagang “Tiga Roda”,
Indocement menjual sekitar 18,7 juta ton semen di 2014, yang
menjadikannya perusahaan entitas tunggal penjual semen terbanyak di
Indonesia. Produk semen Perseroan adalah Portland Composite Cement (PCC), Portland Cement (PC Tipe I, II, dan V), Oil Well Cement (OWC),
Semen Putih, and TR-30 Acian Putih. Melalui inovasinya, Indocement
menjadi satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Dibawah ini
adalah Macam-macam produk semen tiga roda (sumber :
17
1. Portland Composite Cement (PCC)
PCC (Portland Composite Cement) digunakan untuk
bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen Portland
Jenis I dengan kuat tekan yang sama.
2. Ordinary Portland Cement (OPC) Jenis I
Semen Portland Jenis I merupakan jenis semen yang cocok untuk
berbagai macam aplikasi beton dimana syarat-syarat khusus tidak
diperlukan.
3. Ordinary Portland Cement (OPC) Jenis II
Semen Portland Jenis II merupakan jenis semen yang cocok untuk
berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang
baik terhadap kadar sulfat sedang.
4. Ordinary Portland Cement (OPC) Jenis V
Semen Portland Jenis V merupakan jenis semen yang cocok untuk
berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang
baik terhadap kadar sulfat yang tinggi.
5. Semen Sumur Minyak / Oil Well Cement (OWC)
Oil Well Cement (OWC) digunakan untuk penyekat pada pengeboran
sumur minyak. Oleh karenanya semen jenis ini juga disebut semen
sumur minyak.
6. Semen Putih / White Cement
White Cement (Semen Putih) merupakan jenis semen bermutu tinggi.
Semen Putih terutama digunakan untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan
arsitektur, precast dan beton yang diperkuat dengan fiber, panel,
permukaan teraso, stucco, cat semen, nat ubin atau keramik serta
struktur yang bersifat dekoratif.
Di pasaran Semen Tiga Roda dengan kemasan 40 kg dijual
dengan harga Rp. 50,000.00. – Rp. 53,000.00 berikut adalah gambar
Gambar .3.2 Semen Tiga Roda
2. Agregat
Agregat pada beton adalah sebagai bahan pengisi, walaupun hanya bahan
pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh pada sifat-sifat beton sehingga
pemilihan agregat sangat penting dalam pembuatan beton. Agregat sendiri
menempati 70 % volume beton. Pada umumnya agregat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm,
b. Kerikil untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm,
c. Pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Untuk beton normal sendiri agregat yang digunakan adalah agregat halus
dan agregat kasar. Menurut standar SK SNI S-04-1989-F, agregat untuk bahan
bangunan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
A.Agregat Halus
a. Butir-butirnya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan
larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika
19
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %
d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dilakukan dengan
percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas
endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap daripada warna standar
e. Modulus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butiran sesuai standar
gradasi
f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat harus reaktif
terhadap alkali,
g. Agregat halus dari laut atau pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
B.Agregat Kasar
a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5% bila diuji
dengan goresan batang tembaga. Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau
Los seperti tabel 3.4.
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika diuji dengan
larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika
diuji dengan larutan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %,
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %,
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali,
e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak bolek lebih dari 20 %
f. Modulus halus butir antara 6-7,10 dengan variasi butir sesuai standar
gradasi,
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari: 1/5 jarak terkecil antar
bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ antar tulangan
Tabel 3.4. Persyaratan kekerasan/kekuatan agregat kasar untuk beton normal
Kelas dan mutu beton Bejana rudeloff
maksimum bagian
yang hancur
Mesin Los Angeles
maksimum bagian
yang hancur,
menembus ayakan 1,7
mm (persen) Ukuran
butir
19-30
(mm)
Ukuran
butir
9,5-19
(mm)
Kelas I
mutu B0 dan B1
30 32 50
Kelas II
Mutu K-125 (fc’ = 10 MPa ) Sampai (fc’ = 20
MPa)
22 24 40
Kelas III
Mutu diatas K-225 (fc’ = 20 Mpa)
14 16 27
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
3. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton air diperlukan untuk (Tjokrodimuljo,
2007) :
a.Bereaksi dengan semen portland
b.Menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat, agar mudah dikerjakan.
Menurut SK SNI S-04-1989 F spesifikasi bahan bangunan A, air
sebaiknya memenuhi syarat sebegai berikut :
21
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya yang dapat
dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2
gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
lebih dari 15 gram/liter,
d. Tidak mengandung Khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk
beton pra-tegang kandungan khlorida tidak boleh 0,05 gram/liter,
e. Tidak boleh mengandung senyawa sulfat SO3 lebih dari 1 gram/liter.
Kualitas beton akan berkurang jika air yang digunakan mengandung
kotoran,pengaruh lainnya pada saaat pengikatan awal adukan beton.
5. Perawatan beton
Perawatan beton ialah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu menjaga
agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai proses hidrasi
cukup sempurna (kira- kira selama 28 hari). Kelembaban permukaan beton itu harus
dijaga agar air di dalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk menjamin proses
hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak
dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi proses penguapan air dari permukaan
beton segar, sehingga air dari dalam beton segar mengalir keluar, dan beton segar
kekurangan air untuk hidrasi, sehingga timbul retak-retak pada permukaan betonya.
(Tjokrodimuljo, 2007 ).
Untuk menghindari terjadinya retak- retak pada beton karena proses hidrasi
yang terlalu cepat, maka dilakukan perawatan beton dengan cara :
1. Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab
2. Menaruh beton segar di atas genangan air
3. Menaruh beton segar di dalam air
Menurut SNI-2493-2011 perawatan benda uji beton di laboratorium dapat
a. Penutupan setelah pekerjaan akhir
Untuk menghindari penguapan air dari beton yang belum mengeras, tutup
benda segera setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih plat yang tak menyerap
dan reaktif atau lembaran plastik yang kuat, awet dan kedap air. Goni basah
dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus diperhatikan untuk menjaga
goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari cetakan. Letakan lembaran
plastik di atas goni akan melindungi goni untuk tetap basah. Lindungi
permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni basah atau sumber air
lainnya sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak. Air dapat
menyebabkan cetakan mengembang dan merusakkan benda uji pada umur
awal.
b. Pembukaan cetakan
Buka benda uji dari cetakan 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan.
c. Lingkungan perawatan
Kecuali bila ada persyaratan lain, semua benda uji harus dirawat basah pada
temperatur 23ºC ± 1,7ºC mulai dari waktu pencetakan sampai saat pengujian,
dengan catatan temperatur dalam pasir basah atau di bawah goni basah atau
bahan yang serupa akan selalu lebih rendah dari atmosfir sekitarnya jika
penguapan terjadi. Penyimpanan selama 48 jam pertama perawatan harus
pada lingkungan bebas getaran. Seperti yang diberlakukan pada perawatan
benda uji yang dibuka, perawatan basah berarti bahwa benda uji yang akan
diuji harus memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh permukaan pada
semua waktu. Kondisi ini dipenuhi dengan merendam dalam air jenuh kapur
dan dapat dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang jenuh air sesuai
dengan AASTHO M 201. Benda uji tidak boleh diletakkan pada air mengalir
atau air yang menetes. Rawat silinder beton struktur ringan sesuai dengan
standar ini atau sesuai dengan SNI 03-3402-1994.
23
Rawat benda uji kuat lentur sesuai dengan a dan b, kecuali selama dalam
penyimpanan untuk masa minimum 20 jam segera sebelum pengujian benda
uji direndam dalam cairan jenuh kapur pada 23ºC ± 1,7ºC saat terakhir masa
perawatan, antara waktu benda uji dipindahkan dan perawatan sampai
pengujian diselesaikan. Pengeringan benda uji harus dihindarkan. Dengan
catatan jumlah pengeringan yang relatif sedikit dari permukaan benda uji
lentur akan menyebabkan tegangan tarik pada serat ekstrim yang akan
mengurangi secara berarti kuat lentur yang seharusnya.
Lama pelaksanaan curing/perawatan beton sendiri berpengaruh pada beberapa hal antara lain :
a. Mutu / kekuatan beton(Strength)
b. Keawetan struktur beton(Durability)
c. Kekedapan air beton (Water Tightness)
d. Ketahanan permukaan beton (Wear Resistance)
e. Kestabilan volume yang berhubungan dengan susut atau pengembangan
(volume stability : shrinkage and expansion)
Berikut adalah bebeerapa peraturan mengenai berapa lama pelaksanaan
curing/perawatan beton :
a. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
1. 7 hari untuk beton normal
2. 3 hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
b. ASTM C – 150 mensyaratkan curing selama
1. Semen tipe I, waktu minimum curing selama 7 hari
2. Semen tipe II, waktu minimum curing selama 10hari
3. Semen tipe III, waktu minimum curing selama 3hari
B. Perancangan Campuran Adukan Beton
Perancangan campuran adukan beton bertujuan untuk mengetahui komposisi
atau proporsi jumlah bahan yang dibutuhkan untuk suatu campuran adukan beton.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan campuran beton adalah kuat
tekan yang direncanakan pada umur 28 hari, sifat mudah dikerjakan (workability),
sifat awet dan ekonomis. Adapun perancangan campuran adukan beton ini
menggunakan SK SNI : 03-2834-2002 (Tjokrodimuljo, 2007), dengan
langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
1. Mengambil kuat tekan beton yang direncanakan fc’ pada umur tertentu.
2. Menghitung deviasi standar menurut ketentuan berikut :
a. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi
persyaratan : mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan
kondisi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan, dan hanya ada
sebanyak 15 sampai 29 buah hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi
standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji
tersebut dengan faktor pengali Tabel. 3.5.
b. Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi
persyaratan : mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan
kondisi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan, maka kuat tekan
rata-rata yang ditargetkan f’cr harus diambil tidak kurang dari (fc’ + 12)
MPa.
3. Menghitung nilai tambah
Perhitungan nilai tambah ( m ) dihitung dengan cara berikut :
1. Jika produksi beton mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah
dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus berikut dan
diambil yang terbesar :
M = 1,34 . S ………...(3.5)
25
2. Jika produksi beton tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai
tambah diambil dari Tabel. 3.5.
Tabel 3.5. Nilai tambah m jika pelaksanaan tidak mempunyai pengalaman Kuat tekan yang direncanakan, fc’ (MPa) Nilai tambah (MPa)
Kurang dari 21 7,0
21 s.d 35 8,5
Lebih dari 35 10,0
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
4. Menghtung nilai kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
f’cr = fc’ + M ………...(3.5)
dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata MPa
fc’ = kuat tekan yang direncanakan Mpa 5. Menetapkan jenis semen.
6. Menentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dalam bentuk
alami atau di pecahkan.
7. Menentukan nilai faktor air semen. Untuk benda uji silinder 150 x 300 mm
dipergunakan seperti pada Gambar 3.3.
8. Menetapkan nilai faktor air semen maksimum dari Tabel 3.6.
9. Menetapkan nilai slump, dapat diperoleh dari Tabel 3.7.
10.Menetapkan ukuran agregat maksimum
11.Menentukan kebutuhan air, jika jenis agregat sudah ditentukan dipecah atau
alami dan ukuran maksimum agregat sudah di tentukan, maka kebutuhan air
dapat lihat Tabel 3.8 dan dihitung menurut rumus 3.6.
A = 0,67Ah + 0,33 Ak ………...(3.7)
Dengan : A = jumlah air yang dibutuhkan , liter/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan untuk agregat halusnya
Gambar 3.3. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan silinder beton
12. Menghitung kebutuhan yang dibutuhkan dengan cara jumlah kebutuhan air
(dari langkah ke-11) dibagi nilai faktor air semen.
13. Menentukan jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan dapat diabaikan
14. Menentukan jumlah semen minimum, dapat dilihat pada Tabel 3.6 di atas,
kemudian pilih semen yang terbesar dari kedua semen tersebut.
15. Menentukan kebutuhan air dan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah
semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang
27
Tabel 3.6. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai pembetonan dalam lingkungan khusus
Keadaan beton
Jumlah semen
minimum
Per m3 beton (kg)
Nilai faktor
air semen
maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
oleh kondensasif atau uapkorosif
Beton diluar ruangan bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
Beton yang masuk kedalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali
dari tanah
Beton yang kontinue berhubungan :
a. Air tawar
b. Air laut
275
325
325
275
325
0,60
0,52
0,60
0,62
0,55
Lihat tabel
3.5.b
Lihat tabel
3.5.c
Tabel 3.7.Nilai Slump beton segar
Pemakaian Maksimum
(cm)
Minimum
(cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur
di bawah tanah
9 2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
Tabel 3.8. Perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton
Besar ukuran
maks agregat
(mm)
Jenis
agregat
Kebutuhan air per meter kubik beton (liter)
Slump (mm)
0-10 10-30 30-60 60-180
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 196
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
16. Tentukan susunan besar butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah
dikenal dan sudah dilakukan analisa ayaknya menurut standar yang berlaku,
kurva dari pasir dapat dibandingkan dengan kurva yang tertera dalam Tabel
3.9. atau Gambar 3.4.a. untuk gradasi pasir daerah 1, Gambar 3.4.b. untuk
gradasi pasir daerah 2 dan berurutan unrtuk daerah 3 dan 4, dan Tabel 3.10.
29
Tabel 3.9. Batas gradasi pasir
Lubang ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan (%)
British
(mm)
ASTM
(No) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
4,75 3/16
in.
90-100 90-100 90-100 95-100
2,36 8 60-95 75-100 85-100 95-100
1,18 16 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 30 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 50 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 100 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Mulyono, 2004
Gambar3.4.b. Batas gradasi pasir pada daerah no.2
31
[image:46.612.132.505.137.363.2]Gambar3.4.d. Batas gradasi pasir pada daerah no.4
Tabel 3.10. Batas gradasi agregat dengan ukuran butir maksimum 20 mm
Lubang ayakan Persen berat butir yang lewat ayakan (%)
British
(mm)
ASTM
(No) Kurva 1 Kurva 2 Kurva 3 Kurva 4
19 3/4 100 100 100 100
9,6 3/8 45 55 65 75
4,8 3/16 30 35 42 48
2,4 8 23 28 35 42
1,2 16 16 21 28 34
0,6 30 9 12 21 27
0,3 50 2 3 5 12
0,15 10 0 0 0 2
Gambar 3.5. Batas gradasi kerikil dengan besar butir maksimun 20 mm
17. Menentukan prosentase pasir dengan menggunakan Gambar 3.6. dengan
diketahuinya ukuran butir agregat maksimum (dari langkah ke-10), nilai
slump (dari langkah ke-9), nilai faktor air semen (dari langkah ke-7), dan
daerah susunan agregat (dari langkah ke-16), maka jumlah persentase pasir
yang diperlukan dapat dibaca pada Gambar 3.6. Dari prosentase jumlah pasir
yang dibutuhkan maka dapat diketahui juga jumlah prosentase kebutuhan
agregat kasar.
18. Menghitung berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
bj camp = ( x bj h) + ( x bj k) ……….…………...(3.7)
dengan :
bj camp = berat jenis agregat campuran
bj h = berat jenis agregat halus
33
kh = persentase berat agregat halus terhadap agregat campuran
kk = persentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan berat jenis agregat kasar diperoleh dari
pemeriksaan laboratorium , namun jika belum ada maka dapat diambil
sebebsar :
bj = 2,60 untuk agregat tak dipecah/alami
bj = 2,70 untuk agregat pecahan
Gambar 3.6. Proporsi agregat halus pada agregat maksimum 20 mm
19. Tentukan berat jenis beton menurut gambar 3.7, sesuai dengan data
kebutuhan air (dari langkah ke-11 atau ke-15) dan dari bj camp yang di dapat
Gambar 3.7. Hubungan antara kandungan air, berat jenis agregat campuran
dan berat beton
20. Menghitung kebutuhan agregat gabungan yang didapat dari berat jenis beton
dikurangi jumlah kebutuhan semen dan di kurangi jumlah kebutuhan air.
21. Menghitung kebutuhan agregat halus yang besarnya adalah hasil kali
presentasi pasir (langkah ke-17) dan agregat campuran (langkah ke-20).
22. Menghitung kebutuhan agregat kasar yang besarnya adalah kebutuhan
agregat gabungan (langkah ke-20) dikurangi kebutuhan agregat halus
(langkah ke-21).
Dari langkah-langkah tersebut diatas dapat diketahui kebutuhan bahan
campuran adukan beton 1 m3 beton .
C. Slump
Pada setiap pengerjaan beton, ada hal hal yang penting yang harus
35
biasanya di periksa dengan uji slump untuk dapat memperoleh nilai slump yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur kelecakan beton segar untuk kemudahannya
dalam mengerjakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan beton
antara lain (Tjokrodimuljo) :
a. Jumlah air yang dipakai dalam adukan beton
b. Jumlah pasta dalam campuran adukan,
c. Gradasi agregat
d. Bentuk butiran agregat
e. Besar butir maksimum agregat.
Sebagai pedoman awal, besarnya nilai slump untuk berbagai macam pekerjaan
pembetonan disarankan sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007) :
Tabel 3.11. Nilai Slump beton segar
Pemakaian Maksimum
(cm)
Minimum
(cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur
di bawah tanah
9 2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007
D.Kuat Tekan Beton
Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beton.
Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan
luas (Mulyono, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton,
antara lain (Tjokrodimuljo, 2007) :
Kuat tekan beton akan bertambah tinggi dengan bertambahnya umur beton.
Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan
semakin lambat. Laju kenaikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: faktor air semen, suhu sekeliling beton, semen portland dan
faktor lain yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton.
Tabel 3.11. Rasio kuat tekan beton berbagai umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland
biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35 Semen portland
dengan mutu tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007:73
b.Faktor Air Semen
Faktor Air Semen (FAS) ialah perbandingan berat antar air dan semen
portland didalam campuran adukan beton. Semakin tinggi nilai FAS maka
kuat tekan beton akan semakin tinggi pula, nilai FAS juga sangat
berpengaruh pada jumlah semen yang dibutuhkan pada suatu campuran
beton Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan beton secara umum
dapat ditulis menurut Duff Abrams (1919,dalam Shetty, 1997) sebagai
berikut (lihat pula Gambar 3.6.)
………...(3.8)
Dengan :
= kuat tekan beton
X = perbandingan volume antara air dan semen (faktor air semen)
37
Gambar 3.8. pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan beton
c.Kepadatan beton
Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang
kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya berkurang.
Pengaruh kepadatan beton terhadap kuat tekan bisa dilihat pada Gambar 3.1.
d. Jumlah pasta semen
Pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat.
Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar
butir-butir agregat terisi penuh dengan pasta semen, serta seluruh permukaan butir-butir
agregat terselimuti pasta semen. Jika pasta semen sedikit maka tidak cukup
untuk mengisi pori-pori antar butir agregat dan tidak seluruh permukaan butir
agregat terselimuti pasta semen, sehingga rekatan antar butir kurang kuat
dan berakibat kuat tekan beton rendah. Akan tetapi, jika jumlah pasta semen
terlalu banyak maka kuat tekan beton lebih didominasi oleh oleh pasta
semen, bukan agregat. Karena pada umumnya kuat tekan pasta semen lebih
beton menjadi lebih rendah. Pengaruh jumlah pasta semen terhadap kuat
tekan beton dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor
air semen sama (Tjokrodimuljo, 2007)
e.Jenis semen
Semen portland untuk pembuatan beton terdiri beberapa jenis.
Masing-masing jenis semen portland mempunyai sifat tertentu, misalnya cepat
mengeras dan sebagainya, sehingga mempengaruhi juga terhadap kuat tekan
betonnya.
f.Sifat agregat
Agregat terdiri atas agregat halus dan agregat kasar. Beberapa sifat
agregat yang mempengaruhi kekuatan beton antara lain (Tjokrodimuljo,
2007:75) :
39
Karena permukaan agregat yang tkasar dan tidak licin membuat retakan
antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat daripada permukaan
agregat yang halus dan licin.
2. Bentuk agregat
Karena bentuk agregat yang bersudut misalnya pada batu pecah, membuat
butir-butir agregat itu sendiri saling mengunci dan digeserkan berbeda
dengan batu kerikil yang bulat. Oleh karena itu beton yang dibuat dari batu
[image:54.612.150.491.304.532.2]pecah lebih kuat daripada beton yang dibuat dari kerikil seperti pada
gambar 3.10.
Gambar 3.10. Hubungan jumlah semen dan kuat tekan beton pada faktor air semen
0,5 (Tjokrodimuljo, 2007:76)
3. Kuat tekan agregat
Karena sekitar 70 % volume beton terisi oleh agregat, sehingga kuat tekan
beton didominasi oleh kuat tekan agregat. Jika agregat yang dipakai
mempunyai kuat tekan yang rendah akan diperoleh beton yang kuat
40
Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik , Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menyelediki hubungan sebab akibat antara satu
dengan yang lain dan membandingkan hasilnya sehingga menjadikan sebuah inovasi .
Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini adalah beton normal silinder yang
nantinya akan di uji kuat tekannya . Agar mencapai tujuan yang ditetapkan, penelitian
ini mempunyai tahap-tahap yang harus dilaksanakan. Pengujian yang dilakukan yaitu
pengujian bahan penyusun beton meliputi agregat halus dan agregat kasar, serta
pengujian kuat tekan beton.Untuk Pemeriksaan semen dilakukan dengan melihat
fisiknya secara visual, apakah semen itu produksi baru ataukah produksi lama dengan
melihat apakah butiran semen terdapat butiran pada tatau tidak. Sebelum melakukan
penelitian harus dibuat bagan alir penelitian sebagaimana bagan dibawah ini hal ini
penting mengingat alur proses penelitian agar didapat data yang valid.
C. Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian
berikut.
1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi,
2. Agregat kasar yang digunakan iyalah agregat yang di pecah/splite clereng yang
diambil di laboratoriumTeknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil,
41
3. Semen portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland tipe 1
Semen Bima,dan Semen Tiga Roda kapasitas kemasan 40 kg.
4. Air yang memenuhi syarat dan layak diminum sebagai campuran beton, diambil
dari laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Alat yang digunakan pada penelitian ini dari mulai pemeriksaan bahan
sampai dengan benda uji, dengan uraian berikut:
1. Timbangan neraca dengan ketelitian 0,1 gram , untuk mengetahui berat dari
bahan-bahan penyusun beton,
2. Saringan standar ASTM, dengan ukuran 16 mm
3. Erlenmeyer dengan merk Pyrex, untuk pemeriksaan berat jenis
4. Concrete mixer untuk mencampur semua bahan- bahan pembuat beton
5. Mesin Los Angeles dengan merkTatonas, untuk menguji tingkat keausan agregat
kasar,
6. Wajan dan Nampan besi untuk mencampur dan mengaduk campuran benda uji.
7. Sekop, cetok dan talam, untuk menampung dan menuang adukan beton ke dalam
cetakan,
8. Penumbuk besi untuk menumbuk beton yang sudah dimasukkan kedalam cetakan,
9. Mesin uji tekan beton merk Hung Ta kapasitas 50 MPa, digunakan untuk menguji
dan mengetahui nilai kuat tekan dari beton yang dibuat,
10.Mistar dan kaliper, untuk mengukur dimensi dari alat-alat benda uji yang digunakan.
12.Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, digunakan untuk menakar volume air .
13.Kerucut Abrams dan baja penumbuk digunakan untuk mengukur nilai slump dari
beton segar.
14.Oven, digunakan untuk mengeringkan sample dalam pemeriksaan bahan yang
digunakan dalam campuran beton.
15.Cangkul/Cetok (sendok pengaduk), untuk mengaduk semua agregat dan semen
hingga bersifat homogen.
16.Cetakan baja berbentuk silinder dengan tinggi 300 mm dan diameter 150 mm.
17.Tempat adukan digunakan untuk mengaduk agregat dan pasta menjadi beton
segar.
18.Mesin uji tekan beton berkapasitas maksimum 50 ton.
19.Alat pengujian Pengujian Beton Segar flowabilty yang digunakan yaitu Slump
D. Pelaksanaan Penelitan
Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan bagan alir yang terdapat pada
Gambar 4.1., Pelaksanaan penelitian dilakukan dimulai dari persiapan alat dan bahan
yang digunakan dalam penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan bahan
susun beton, pembuatan mix design, pembuatan benda uji hingga pengujian kuat tekan benda uji di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bagan alir penelitian disajikan untuk mempermudah dalam proses pelaksanaan.
43
Tidak
Ya
[image:58.612.115.533.76.701.2]
Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian Persiapan Alat dan Bahan
Start
Pemeriksaan Bahan
Agregat Kasar :
1.Berat jenis
2.Penyerapan air
3.Kadar air
4.Keausan
5.Gradasi Agregat halus :
1. Gradasi
2. Kadar air
3. Berat jenis
4. Penyerapan air
5. Kadar lumpur
Spesifikasi
Mix Design
Pengadukan
Pengujian Beton segar a. Slump
b. Berat isi
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Beton umur 7 hari
Uji Tekan
Analisis Data
Kesimpulan
1. Persiapan Alat dan Bahan
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan alat dan
bahan. Persiapan alat yang dilakukan seperti pada point 4.3, sedangkan untuk bahan
yang dipersiapkan berupa agregat halus, agregat kasar, dan semen Portland, untuk air
disiapkan pada saat ketika akan dilaksanakan pengadukan beton.
2. Pengujian Bahan Dasar Beton
Pengujian bahan dasar beton bertujuan untuk mengetahui apakah bahan penyusun beton memenuhi kelayakan standar yang nantinya akan dipakai untuk
campuran beton, untuk semen sendiri tidak dilakukan pengujian bahan semen hanya
dilihat secara visual apakah terdapat gumpalan dan pembekuan atau tidak.
Pengujian bahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang akan digunakan sebagai bahan penyusun beton
dilakukan beberapa pemeriksaan, antaralain :
1. Pemeriksaan gradasia gregat halus
Pemeriksaan dilakukan dengan langkah-langkah berdasarkan lSK SNI :
03-1968-1990 untuk mengetahui distribusi ukuran butiran pasir dengan
menggunakan saringan atau ayakan standar ASTMC 136.
2. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang terdapat
pada SNI : 03-1970-2008.
3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan berdasarkan SK SNI S-041989-F.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang
terdapat pada agregat halus. Seperti yang telah disyaratkan bahwa
kandungan lumpur pada agregat halus tidak boleh lebih dari 5%.
45
Pemeriksaan kadar air dilakukan berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990
dengan tujuan untuk mengetahui angka persentasi dari kadar air yang
terkandung dalam agregat halus.
5. Pemeriksaan berat satuan agregat halus (Pasir)
Berat satuan agregat yaitu perbandingan antara berat dan volume agregat
termasuk pori-pori antar butirannya, penelitian dilakukan untuk mengetahui
berat satuan agregat halus.
b. Pemeriksaan Agregat Kasar (Batu Pecah/Kerikil)
Agregat kasar yang akan digunakan sebagai bahan penyusun beton
dilakukan beberapa pemeriksaan, antara lain :
1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Pemeriks