Lampiran 1. Prosedur Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan Kekeruhan
Pengukuran kekeruhan menggunakan metode Nephallometrik. Alat yang
digunakan adalah turbidimeter.
Prosedur : Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan standar nilai
kekeruhan dengan kisaran yang meliputi nilai kekeruhan perairan tersebut (10
NTU sampai 100 NTU). Kemudian masukkan contoh air kedalam alat. Nilai
kekeruhan ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada alat.
pH
Pengukuran pH dilakukan secara in situ menggunakan pH meter. Prosedur :
1. pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan buffer 4, 7 dan 10
2. Masukkan pH meter kedalam perairan, biarkan beberapa saat lalu angkat dan
baca nilainya.
Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan secara in situ dengan menggunakan
Refraktometer. Prosedur :
1. Refraktometer terlebih dahulu dikalibrasi dengan aquades
2. Ambil contoh air menggunakan pipet tetes lalu masukkan kedalam
refraktometer
Lampiran 1. Lanjutan Oksigen Terlarut(DO)
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan secara in situ dengan menggunakan DO meter.
Prosedur :DO meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan aquadesAmbil contoh air
menggunakan wadah lalu masukkan DO meter sampai batas yang telah
Lampiran 1. Lanjutan
Bagan kerja metode Winkler untuk mengukur BOD (Suin, 2002)
Diinkubasi selama 5 hari
Dihitung pada suhu 200C nilai DO awal
Dihitung nilai DO akhir
BOD = DOawal - DOakhir
Sampel Air
Sampel Air Sampel Air
Lampiran 1. Lanjutan
Bagan kerja pengukuran COD (Suin, 2002)
Dimasukkan kedalam Labu Erlenmeyer
Ditambah 5 ml K2CrO7
Ditambah 0,2 gr HgSO4
Masukkan 2 batu didih
Ditambah 5 ml H2SO4
Direfluks
Didiamkan
Ditambah 30 ml aquades
Ditambah indikator feroin
Dititrasi menggu nakan ferroamonium sulfat 10 ml Sampel
Lampiran 1. Lanjutan
Bagan kerja pengukuran Nitrat (Suin, 2002)
1 ml NaCL (dengan pipet volum)
5 ml H2SO4 75 %
4 tetes Brucine Sulfat Sulfanic Acid
Dipanaskan selama 25 menit
Didinginkan
Diukur dengan spektrofotometer pada 410 nm 5 ml sampel air laut
Larutan
Larutan
Lampiran 1. Lanjutan
Bagan kerja pengukuran (Suin, 2002)
1 ml Amstrong Reagen 1 ml Ascorbic Acid
Dibiarkan selama 20 menit
Diukur dengan spektrofotometer pada 880 nm 5 ml sampel air
Larutan
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Fisika Kimia Air
Parameter
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Lampiran 3. Nilai Indeks Pencemaran
Rata-rata Nilai Parameter Fisika Kimia Perairan
No. Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Baku mutu
Baku mutu air laut untuk kehidupan biota air laut (KepMen/LH/No.51 Thn.2004)
Contoh perhitungan di Stasiun 1
Lampiran 3. Lanjutan
Stasiun 1
No Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix baru
1 Suhu (oC) 31,03 24-32 0.75 0.75
2 Kekeruhan (NTU) 6,33 5 1,26 1,26
3 pH 7,93 6.5-8.5 0.46 0.46
4 DO (mg/l) 7,93 6 -0.054 -0.009
5 BOD5 (mg/l) 1.53 25 0.061 0.061
6 COD (mg/l) 16,25 40 0.4 0.4
7 Nitat (mg/l) 0,0034 0.008 0,42 0,42
8 Fosfat (mg/l) 0.054 0.015 3,6 2.11
Ci/Lix Rata-rata 0.6815
Ci/Lix Maks 2.11
(Ci/Lix)R^2 0.4644
(Ci/Lix)M^2 4.4521
Lampiran 3. Lanjutan
Stasiun 2
No Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix baru
1 Suhu (oC) 29.2 24-32 0.65 0.65
2 Kekeruhan (NTU) 3.66 5 0.72 0.72
3 pH 8.23 6.5-8.5 0.73 0.73
4 DO (mg/l) 8.23 6 -0.021 -0.035
5 BOD5 (mg/l) 1 25 0.04 0.04
6 COD (mg/l) 12.71 40 0.32 0.32
7 Nitrat (mg/l) 0.0074 0.008 0.92 0.92
8 Fosfat (mg/l) 0.017 0.015 1.15 1.15
Ci/Lix Rata-rata 0.5618
Ci/Lix Maks 1.15
(Ci/Lix)R^2 0.3156
(Ci/Lix)M^2 1.3225
Lampiran 3. Lanjutan
Stasiun 3
No. Parameter Ci Lix Ci/Lix Ci/Lix
baru
1 Suhu (oC) 31.1 24-32 0.77 0.77
2 Kekeruhan (NTU) 6.66 5 1.32 1.32
3 pH 8.43 6.5-8.5 0.56 0.56
4 DO (mg/l) 8.06 6 -0.12 -0.02
5 BOD5 (mg/l) 1.6 25 0.064 0.064
6 COD (mg/l) 16.42 40 0.41 0.41
7 Nitrat (mg/l) 0.0067 0.008 0.83 0.83
8 Fosfat (mg/l) 0.017 0.015 1.13 1.13
Ci/Lix Rata-rata 0.3042
Ci/Lix Maks 1.32
(Ci/Lix)R^2 0.09253
(Ci/Lix)M^2 1.7424
Lampiran 4. Penilaian Skor Parameter Fisika dan Kimia Air (Metode Storet)
Stasiun I (Aktivitas Budidaya)
Parameter Satuan Baku Mutu
Stasiun II (Aktivitas Pertanian)
Lampiran 4. Lanjutan
Stasiun III (Aktivitas Wisata)
Lampiran 5. Foto Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler, (1982), Water Quality Management in Pond Fish Culture, Auburn University, Auburn.
Chua, T., E. 1970. A preliminary study on the plankton of the Ponggol Estuary. Hydrobiol. 35:254–272.
Dahuri, R. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan ketiga. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dewi, D., F. 2003. Phosphate Removal by Crystallization in Fluidized Bed Reactor Using Silica Sand. JurnalPurifikasi, Vol.4, No.4, : 151-156.
Diansyah, G. 2004. Kualitas Perairan Pantai pulau batam, Kepulauan Riau Berdasarkan Karakteristik Fisika-Kimia dan Struktur komunitas Plankton. Skripsi. Program Studi ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor.
Edwand dan Tarigan, M., S. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara, Sains, Vol. 7, No. 2, Agustus 2003.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya Dengan Budidaya KJA (Keramba Jaring Apung). Jurn. Nat. Indo., 11(1), 1999, 85 – 92.
Erari, S., S. Jubhar M. Karina L. 2012. Pencemaran Organik di Perairan Pesisir Pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura, Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Harimurthy, S. 2002. Tipologi Komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan di Muara Sungai Donan, Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi. Program Sudi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
http://www.serdangbedagaikab.go.id (di akses pada tanggal 3 Maret 2013).
Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah Dalam Lokakarya Hutan Mangrove Pasca Sunami, Medan, April 2005.
Kamal. E. dan Syahbuddin. 2003. Kajian Fisika Kimia Kawasan Pelabuhan Muara Padang Menjadi Kawasan Wisata Marina. Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2 Tahun 2003 Hal 23.
Linsley. R., K. 1991. Teknik Sumberdaya Air. Penerbit Erlangga.
Menteri Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta.
Menteri Lingkungan hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta
Nybakken, J., W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta.
Odum, E., P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut diPerairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran,Hasil Studi di Perairan EstuarinSungai Dadap, Tangerang (Djoko P.Praseno, Ricky Rositasari dan S. HadiRiyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 – 46.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 – 26ISSN 0216-1877.
Sastrawijaya, A. T., (2000), Pencemaran Lingkungan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Shephered, J and N. Bromage, (1988), Intensive Fish Farming, BSP Profesional Books Oxford London, Edinburgh, Boston Palo Alio Melbourne.
Suruawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Edisi I. Alumni. Bandung.
Suin, N., M. 2003. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.
Wahyudi, Teguh dan H, Suntoyo. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Timur. Senta. Surabaya.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2015 dengan interval
waktu pengambilan sampel 2 minggu. Pengambilansampel dilakukan di perairan
Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera
Utara. Penelitian dilakukan di 3 (tiga) stasiun berbeda yaitu stasiun budidaya,
stasiunpertanian dan wisata dengan masing-masing 3 (tiga) kali ulangan setiap
stasiun. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel air,yang
diukur parameter fisika kimia dan larutan MnSO4, KI, KOH, H2SO4, Na2S2O3, dan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, pH meter,
DO meter, refraktometer, botol wikler, erlemeyer, jarum suntik, pipet tetes,
coolbox, GPS (Global Positioning System),alat tulis, botol sampel, kamera digital, kertas labeldan ember ukuran 5 liter.
Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan sampel
adalah “Purposive Random Sampling”yaitu dengan cara memilih 3 (tiga) stasiun penelitian berdasarkan aktivitas di sekitar pantai. Stasiun 1 terdapat aktivitas
budidaya, stasiun 2 terdapat aktivitas pertanian, dan stasiun 3 terdapat aktivitas
wisata.Dokumentasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.
Deskripsi Area Penelitian
Stasiun 1 : Merupakan kawasan Budidaya Pantai Sei Nypah dengan koordinat 05o 08’ 713” LU dan 03o 98’ 280’’ BT. Lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
Stasiun 2 : Meupakan kawasan Pertanian Pantai Sei Nypah dengan koordinat
05o08’ 931” LU dan 03o 95’ 890’’ BT. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Stasiun 2 (Aktivitas Pertanian)
Stasiun 3 :Merupakan kawasan Wisata Pantai Sei Nypah dengan koordinat 05o 10’ 145” LU dan 03o 97’ 067’’ BT. Lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 5.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air dilakukan pada saat kondisi air menjelang surut
sehingga masih memungkinkan air untuk diambil. Pengambilan sampel air
dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00 WIB, dimana keadaan pantai dalam kondisi
surut sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. Namun tidak menutup
kemungkinan pengambilan sampel dilakukan diluar dari waktu tersebut melihat
dari kondisi alam yang dapat berubah.
Sampel Air
Data parameter seperti Suhu, Dissoplved oxygen, Salinitas, dn pH diukur langsung dilokasi penelitian. Sedangkan Kekeruhan, biochemical oxygen demand,
chemical oxygen demand, Nitrat, dan Fosfatdi ukur di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT-SDAL) Universitas Sumatera
Utara. Masing – masing botol diberi label dengan nama parameter dan nama
stasiun.Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Analisis data
Parameter kualitas air
Keseluruhan data parameter kualitas perairan ada penurunan dan
perubahan kualitas perairan secara deskriptif. Data lapang yang didapat akan
dibandingkan dengan nilai baku mutu yang digunakan berdasarkan Keputusan
Metode Indeks Pencemaran (IP)
Status mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu
dengan membandingkan dengan baku mutu air yang telah ditetapkan, dalam hal
ini digunakan baku mutu untuk kehidupan biota laut. Penentuan status mutu air
menggunakan metode Indeks Pencemaran.
Prosedur Penggunaan
1. Sebaiknya dipilih parameter-parameter yang jika harga parameter rendah
maka kualitas air membaik.
2. Sebaiknya dipilih konsentrasi parameter baku mutu (Lij) yang tidak memiliki
rentang.
3. Harga Ci/Lij dihitung untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
sampel air.
4.a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat
pencemaran meningkat, misal DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai
maksimum Cim (misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil
perhitungan, yaitu :
(Ci/Lij)baru=Cim - Ci (hasil pengukuran ) Cim - Lij
Keterangan :
Cim = Nilai konsentrasi teoritik atau nilai konsentrasi maksimum parameter (i)
4.b. Jika nilai parameter Lij memiliki rentang :
- Untuk Ci≤ Lij rata-rata
(Ci/Lij)baru= [Ci -(Lij)rata-rata] {(Lij) minimum - (Lij) rata-rata}
- untuk Ci≥Lij rata-rata
(Ci/Lij) baru= [Ci - (Lij) rata-rata] {(Lij) maksimum - (Lij) rata-rata}
4.c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0,
misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal
C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan
air sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah :
(1) Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari
1,0.
(2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih
besar dari 1,0.
(Ci/Lij)baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran
P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan
dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki
untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
4.d. Nilai rata-rata dan nilai maksimum ditentukan dari keseluruhan Ci/Lij
5.a. Harga IP ditentukan dengan rumus :
Lij = Konsentrasi Parameter Kualitas Air yang Dicantumkan dalam
baku mutu peruntukan air (j)
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengamatan
(Ci/Lij)M = Nilai Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R = Nilai Ci/Lij rata-rata
5.b. Apabila hasil harga indeks pencemaran telah di temukan, maka angka yang di
dapat disesuaikan pada evaluasi terhadap nilai IP yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Evaluasi Terhadap Nilai IP
Nilai Kriteria
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status
mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet dapat diketahui
parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara
baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status
mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan
sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan sebagai berikut.
1. Skor = 0 memenuhi baku mutu
2. Skor = -1 s/d -10 tercemar ringan
3. Skor = -11 s/d -30 tercemar sedang
4. Skor = ≤ -31 tercemar berat
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk
data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤
baku mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air
Jumlah Contoh Nilai
Parameter
Fisika Kimia
< 10
Maksimum -1 -2
Minimum -1 -2
Rata-rata -3 -6
≥ 10
Maksimum -2 -4
Minimum -2 -4
Rata-rata -6 -12
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Parameter Fisika Kimia Perairan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perairan Pantai Sei Nypah
didapatkan nilai parameter fisika kimia perairan yang dicantumkan pada Tabel3.
Tabel 3. Kisaran nilai parameter fisika kimia perairan
No. Parameter Satuan (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3)
Berdasarkan data pengamatan parameter fisika pada Tabel 7 didapatkan
kisaran nilai suhu 29,2 – 31,9 oC. Dan nilai kekeruhan berkisar antara 2 –8 NTU. Nilaiparameter kimia yang diperoleh selama penelitian diantaranyaadalah
nilai pH berkisar antara 7,4 − 8,5. Nilai salinitas berkisar antara 25 – 30 ‰. Nilai
0,6 − 1,7 mg/l. Nilai COD berkisar antara 11,12 − 18,36 mg/l. Nitratberkisar
antara 0,0029 – 0.0075 mg/l. Serta nilai fosfar berkisar antara 0,015 − 0,075 mg/l.
Analisis Mutu Air Laut Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (IP)
Pada model indeks pencemaran kualitas air, maka pada penggunaannya
dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lix sebagai tolak ukur
pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan efesien jika salah satu nilai Ci/Lix lebih
besar dari 1. Beberapa parameter yang dijadikan perhitungan dalam indeks
pencemaran perairan Pantai Sei Nypah adalah suhu, kekeruhan, pH, salinitas, DO,
BOD5, COD, nitrat dan fosfar.Nilai dari kesembilan parameter tersebut di
transformasikan dalam suatu nilai tunggal yakni indeks pencemaran. Nilai indeks
pencemaran dapat dilihat pada lampiran 3.Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan untuk setiap parameter kualitas air maka dilakukan analisis
dengan Indeks Pencemaran (IP) untuk mengetahui status pencemaran di Perairan
Pantai Sei Nypah yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Nilai Indeks Pencemaran pada Setiap Stasiun
Lokasi Indeks Pencemaran (IP) Kategori
Stasiun 1 1.56 Tercemar ringan
Stasiun 2 1.41 Tercemar ringan
Stasiun 3 1.35 Tercemar ringan
Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika dan kimia perairan
dilakukan dengan menggunakan metode Storet untuk memperoleh total skor yang
menunjukkan status mutu air.
Pada stasiun 1 di peroleh skor -4,stasiun 2 di peroleh skor -1, dan stasiun 3
diperoleh skor -4 sehingga stasiun 1,stasiun 2, dan stasiun 3 dikatagorikan kelas B
(tercemar ringan).
B. Pembahasan
Parameter Fisika Kimia Perairan Suhu
Berdasarkan data pengamatan didapatkan suhu pada stasiun 1 berkisar
antara 29,8 − 31,9 oC, pada stasiun 2 antara 29,2 – 31,9 oC dan pada stasiun 3 antara 30,9 − 31,3 oC, nilai ini masih berada dibawah nilai baku mutu yang telah ditetapkan dan masih mendukung untuk kehidupan biota laut. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa kisaran suhu di setiap stasiun masih berada dalam
batas normal, dimana menurut Perkins (1974) di acu oleh Efriyeldi (1999) kisaran
suhu yang dianggap layak bagi kehidupan organisme akuatik bahari adalah
25-32oC. Suhu berperan penting dalam proses fisiologis, seperti fotosintesis dan res-pirasi. Kusmana (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan mangrove yang baik
memerlukan suhu rata-rata minim-al lebih besar dari 20ºC dan perbedaan suhu
musiman tidak melebihi 5ºC.
Nilai kekeruhan pada stasiun 1 berkisar antara 5 − 7 NTU, stasiun 2
berkisar antara 2 − 6 NTU, d an stasiun 3 b erkisar 5 – 8 NTU. Batas cahaya
matahari untuk menembus kolom perairan tidak terlalu jauh. Ini dikarenakan
aktivitas pada setiap stasiun yang membawa bahan organik yang dapat
menyebabkan kekeruhan dan mengakibatkan tingkat kecerahan menjadi rendah.
Nilai kekeruhan tertinggi ditemukan pada stasiun 3, hal ini diduga akibat kondisi
lingkungan yang berupa lempung berpasir dan adanya mangrove di sekitar daerah
stasiun 3 sehingga diduga serasah mangrove yang jatuh ke parairan meningkatkan
nilai kekeruhan karena banyaknya bahan organik.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Goldman dan Horne (1983) yang
diacu oleh Wulandari (2009) bahwa nilai kecerahan yang rendah menggambarkan
nilai kekeruhan yang tinggi.Kekeruhan yang tinggi menyebabkan rendahnya
intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Sehingga proses fotosintesis
fitoplankton terhambat dan pertumbuhan fitoplankton tidak optimal.
pH
Parameter kimia yang diperoleh selama penelitian diantaranya adalah nilai
pH pada stasiun 1 berkisar antara 7,4 − 8,3 pada stasiun 2 berkisar antara 8,2 –
8,3 dan stasiun 3 berkisar antara 8,3 − 8,5. Secara keseluruhan pH perairan Pantai
Sei Nypah berkisar antara 7,4 − 8,5.
Nilai pH yang diperoleh masih dalam keadaan netral. Kisaran pH dalam
perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida yang
merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi perairan lainya menyerap
cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Tetapi
menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd, 1982).Sedangkan
menurut Odum, 1994 menyatakan bahwa air laut merupakan system penyangga
(buffer capacity) yang sangat luas dengan derajat keasaman (pH) yang relatif stabil sebesar 7,0 − 8,5.
Salinitas
Nilai salinitas yang ditemukan pada stasiun 1 antara 29 − 30 ‰, stasiun 2
antara 25 − 26 ‰ dan pada stasiun 3 antara 27 − 28 ‰. Menurut Nybakken
(1992), kisaran salinitas pada tiap daerah berbeda berdasarkan kondisi
masing-masing perairan. Pada daerah pesisir salinitas berfluktuasi, secara definisi suatu
perbedaan salinitas akan tampak pada saat tertentu, tetapi pola perbedaan
bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasangsurut, dan jumlah
masukan air tawar.Sedangkan menurut Chua, 1970di perairan pantai yang
bersalinitas rendah komunitas plankton lebih tinggi dari pada perairan yang
letaknya jauh dari pantai yang bersalinitas tinggi terutama dalam menentukan
terjadinya suksesi jenisnya.
Disolved Oxygen (DO)
Nilai DO yang didapatkan pada stasiun 1 berkisar antara 7,8 – 8,1 mg/l,
pada stasiun 2 berkisar antara 7,6 – 8,8 mg/l dan pada stasiun 3 berkisar antara 7,8
− 8,5 mg/l.Nilai DO tertinggi pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian, hal ini
disebabkan oleh bahan-bahan organik sisa dari kegiatan pertanian yang terbawa
terlarut dalam suatu perairan berperan penting bagi kehidupan organisme akuatik.
Suatu perairan dikatakan tercemar bila kandungan oksigen terlarutnya telah
menurun sampai di bawah batas yang dibutuhkan untuk kehidupan biota.
Penyebab utama menurunnya kandungan oksigen terlarut di dalam air adalah zat
pencemar yang terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik yang berasal dari
berbagai sumber. Perairan yang baik bagi kehidupan organisme (termasuk ikan)
adalah bila kandungan oksigen terlarutnya lebih besar dari 4 mg/l. Bila
konsentrasi oksigen terlarutnya kurang dari 2 mg/l, maka dapat mengganggu
kehidupan organisme perairan ( Kamal dan Syahbuddin, 2003).
Sedangkan DO Menurut Effendi (2003), kadar oksigen berfluktuasi secara
harian (diurnal) dan musiman, bergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulance) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Pengukurannilai BOD5 didapatkan nilai yang berkisar antara 0,6- 1,7 mg/l
nilai BOD5 yang tertinggi diperoleh pada stasiun 3 dengan nilai 1,7 mg/l, Menurut
Salmin, 2005 Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan
bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap
sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai
medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi
kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan
suhu.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil pengukuran COD pada stasiun pengamatan diperoleh kisaran nilai
antara 11,12 − 18,36 mg/l, COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung
dalam air. Nilai COD tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 18,36 mg/l.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Thn 2004 nilai baku
mutu untuk kehidupan biota laut yang diperbolehkan adalah <40 mg/l, maka nilai
yang diperoleh dari hasil pengamatan masih memenuhi standar baku
mutu.Tingginya nilai BOD5 dan COD pada stasiun 3 oleh karena stasiun 3
merupakan daerah yang terdapat mangrove, sehingga meningkatkan aktivitas
penguraian serasah mangrove oleh bakteri yang menggunakan oksigen dalam
proses penguraian tersebut.
Nitrat (NO3-N)
Pengukurannilai nitrat didapatkan nilai yang berkisar antara 0,0029 −
0,0075 mg/l. Nilainitrat (NO3-N)yang tertinggi diperoleh pada stasiun 2 dengan
nilai 0,0075 mg/l. Nilai konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan diduga bahwa
jumlah limbah pertanian yang terbuang ke perairan yang diberikan pada kegiatan
pertanian telah memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi
distribusi horizontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai, dan kadar
tertinggi biasanya ditemukan di perairan muara.
Fosfat
Pengukurannilai fosfat didapatkan nilai yang berkisar antara 0,015 – 0,075
mg/l. Nilai fosfat tertinggi diperoleh pada stasiun 1 dengan nilai 0,0075 mg/l.
Menurut Koesoebiono, 1981 diacu oleh Edwand dan Tarigan, 2003,adanya kadar
fosfat yang rendah dan tinggi pada kedalaman-kedalaman tertentu dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya arus laut pada kedalaman
tersebut yang membawa fosfat dan kelimpahan fitoplankton. Hubungan antara
kelimpahan fitoplankton dengan zat hara telah banyak, Dengan adanya proses
upwelling, maka semua fosfat yang ada di dasar perairan akan terangkat naik ke permukaan, sehingga lapisan permukaan menjadi subur akibatterjadinya
pengayaan (eutrofikasi) zat hara ini
Status Mutu Air
Tujuan perhitungan indeks pencemaran dan perhitungan storet adalah
untuk membandingkan perhitungan setiap statiun yang diteliti dan memberikan
informasi sehingga dalam menyajikan kualitas suatu perairan cukup disajikan
dalam suatu nilai tunggal, sehingga dapat dibandingkan antara kualitas suatu
perairan dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan
pantai. Status lingkungan hidup dengan melihat indeks pencemaran dan storet
yang ada akan memberikan informasi secara keseluruhan status ketercemaran
secara akurat status lingkungan tersebut dapat dilakukan dengan melihat kondisi
perairan dengan standar baku mutu yang diperuntukkan, baik untuk kegiatan
budidaya, pertanian dan wisata (Samawi, 2007).
Nilai indeks pencemaran yang diperoleh selama penelitian dibandingkan
dengan nilai baku mutu untuk kehidupan biota laut berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 disajikan pada Tabel 4. Pada
Tabel 4 terlihat bahwa kisaran nilai indeks pencemaran yang didapatkan disetiap
stasiun pengamatan tidak berbeda jauh. Secara umum lingkungan perairan Pantai
Sei Nypah dalam kondisi tercemar ringan. Pada stasiun 1 didapat kan nilai Indeks
Pencemaran sebesar 1.56 pada stasiun 2 sebesar 1.41 dan pada stasiun 3 sebesar
1.35 nilai indeks pencemaran dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan kriteria
indeks pencemaran yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Lingkungan
HidupNomor 51 Tahun 2004 tentang penentuan status mutu air, nilai 1,0< IP <
5,0 termasuk kedalam kategori tercemar ringan.
Nilai indeks pencemaran tertinggi terdapat pada stasiun 1 dimana pada
stasiun ini terdapat aktivitas budidaya yang dilakukan salah satu perusahaan di
sekitar kawasan pantai Sei Nypah namun aktivitas budidaya tersebut masih dalam
kawasan aman untuk melakukan aktivitas tersebut karena tidak terlalu
mempengaruhi pencemaran pantai tersebut dan masih memenuhi nilai indeks
pencemaran. pada stasiun 3 yaitu stasiun ini merupakan aktivitas wisata
merupakan nilai indeks pencemaran yang terendah di daerah tersebut dan
memiliki nilai indeks pencemaran yang tidak berbeda jauh dengan dua stasiun
lainnya. Hal ini disebabkan karena antara stasiun 2 dengan stasiun 3 merupakan
ekologi stasiun 3 yang memiliki mangrove di sekitarnya yang mempengaruhi nilai
beberapa parameter tinggi.
Sifat fisika-kimia air yang terdapat di Perairan Sei Nypah dihubungkan
dengan kriteria yang dikemukakan oleh Storet yang lebih dikenal dengan metode
Storet. Berdasarkan data yang tersaji nilai sifat fisika kimia air yang terdapat pada
Stasiun 1, stasiun 2 dan statiun 3 menurut metode Storet secara berturut-turut
adalah -4, - 1 dan -4. Nilai storet dapat dilihat pada lampiran 4. Skor tertinggi
terdapat pada Stasiun 1 dan stasiun 3 yaitu pada daerah dimana terdapat aktivitas
budidaya dan wisata seperti wisata tumbuhan magrove sedangkan yang terendah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari data analisis yang diperoleh dapat diketahui bahwa secara umum
parameter yang diukur hasilnya masih sesuai dcngan standar baku mutu
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5l Tahun
2004.
2. Tingkat pencemaran pantai Sei Nypah menurut Indeks Pencemaran dan
Storet menunjukkan bahwa kondisi Perairan Pantai Sei Nypah tergolong
tercemar ringan dengan nilai untuk IP pada stasiun 1 (1.56), stasiun 2
(1.41) dan stasiun 3 (1.35) dan nilai untuk Storet pada stasiun 1 (-4),
stasiun 2 (-1), dan stasiun 3 (-4).
Saran
Untuk menjaga kelestarian perairan pantai Sei Nypah, diharapkan kepada
masyarakat sekitar pantai untuk melakukan pengelolaan dan menanggulangi
pencemaran terhadap air laut. Perlu juga dilakukan penelitian secara kontiniu
terhadap paramaeter fisika dan kimia di perairan pantai Sei Nypah kecamatan
perbaungan kabupaten serdang bedagai provinsi sumatera utara agar dapat di
ketahui sejauh mana dan secepat apa penyebaran pencemaran pantai Sei Nypah
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Umum Lokasi
Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa
Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Sumatera Utara dan merupakan kawasan wisata terkenal. Kecamatan Perbaungan
terletak di kabupaten Sergai berada pada dataran rendah dengan luas wilayah
206,02 km2Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2’57” LU, 3’16” LS, 99’27” BT, 99’27” BT dengan ketinggian berkisar 0-500
meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Perbaungan dengan
batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara: Kecamatan Pantai Cermin
2. Sebelah Timur: Kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah
3. Sebelah Selatan: Kecamatan Sei Rampah
4. Sebelah Barat: Kabupaten Deli Serdang
Adapun Desa Sei Nagalawan adalah salah satu desa dari 41 desa yang ada
di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Sei Nagalawan
mempunyai luas wilayah 871 Ha, yang terbagi atas 3 (dusun) yang wilayahnya
memiliki batas-batas yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu
Letak Geografis Desa Sei Nagalawan adalah 7o 50’ LU 9o 21’ LU 97o 18’ BT- 98o 42’ BT. Dan secara geografis jarak Desa Sei Nagalawan ± 14 km dari KecamatanPerbaungan.(Sumber :www.serdangbedagaikab.go.id)
Parameter Fisika-Kimia Perairan Suhu
Suhu merupakan satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran biota. Suriawiria (1996) menyatakan kenaikan suhu
pada perairan dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut. Suhu merupakan
faktor pembatas bagi pertumbuhan hewan makrozoobentos. Suhu air rata-rata di
seluruh permukaan laut perairan Indonesia berkisar antara 24-32oC. Umumnya suhu di atas 30oC dapat menekan pertumbuhan populasi biota akuatik (Nybakken, 1992).
Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang teruspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun bahan
organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme (APHA, 1976;
Davis dan Cornwell, 1991 diacu oleh Effendi, 2003). Wardoyo (1981) diacu oleh
Diansyah (2004) menyatakan nilai kekeruhan yang tinggi akan menurunkan
dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer
perairan. Namun perairan yang terlalu jernih dengan kandungan nutrien yang
rendah juga memiliki produktivitas primer yang rendah yang akan mempengaruhi
kehidupan makrozoobentos di perairan tersebut.
pH
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan
pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Kehidupan organisme
akuatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Biota perairan mempunyai
kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH perairan. Kondisi perairan yang
sangat asam maupun sangat basa akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi (Odum, 1994).
pH air laut relatif konstan karena adanya penyangga dari hasil
keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat, karbonat dan bikarbonat yang
disebut buffer (Black, 1986 dalam Shephered and Bromage, 1998). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah
tangga (Sastrawijaya, 2000).
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas
menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi
organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Salinitas air laut bebas mempunyai
kisaran 30-36 ppt, Sedangkan daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang
lebih besar. Semua organisme dalam perairan dapat hidup pada perairan yang
mempunyai perubahan salinitas kecil (Hutabarat dan Evans, 1995). Salinitas
perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
(Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00)
(Effendi, 2003).
Disolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
prosesdifusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2000).
Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi (PESCOD,1973 diacu oleh Salmin, 2005). Parameter BOD,
secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan.
Penentuan BOD sangat pentinguntuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat
hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BODmerupakan suatu prosedur
bioassay yangmenyangkut pengukuran banyaknya oksigenyang digunakan oleh
organisme selamaorganisme tersebut menguraikan bahan organikyang ada dalam
suatu perairan, pada kondisiyang harnpir sama dengan kondisi yang ada dialam.
Selama pemeriksaan BOD, contoh yangdiperiksa harus bebas dari udara luar
untukrnencegah kontaminasi dari oksigen yang adadi udara bebas. Konsentrasi air
buangan/sampeltersebut juga harus berada pada suatu tingkatpencemaran tertentu,
hal ini untuk menjagasupaya oksigen terlarut selalu ada selamapemeriksaan. Hal
ini penting diperhatikanmengingat kelarutan oksigen dalam air terbatasdan hanya
berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C (Sawyer dan Mc Carty, 1978 diacu oleh Salmin,
2005).
Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau yang lebih dikenal sebagai Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh bahan organik (mudah terurai dan sukar terurai)secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat. Bahan organik mudah urai yang
masuk ke lingkungan laut umumnya berasal dari limbah domestik atau
pemukiman, sedangkan yang sukar urai umumnya berasal dari limbah industri,
penting sebagai indikator untuk pencemaran limbah industri, pertambangan dan
pertanian. Dalam perairan laut yang masih alami, kadar COD diperairan
umumnya berkisar 1,5 – 2 kali lebih tinggi dibandingkan kadar BOD
(Hutagalung, 1997 diacu oleh Diansyah, 2004).
Nitrat
Nitrat merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan
yang dihasilkan melalui proses pembusukan bahan-bahan organik (etrofikasi)
secara anaerobik oleh mikroba (Linsley. 1991). Kandungan nitrat yang tinggi pada
suatu perairan akan menyebabkan warna air menjadi keruh dan menghasilkan bau
yang tidak yang tidak sedap ( Erari, 2012).
Fosfat
Fosfat unsur ini terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang sangat
sedikit dan berperan sebagai senyawa mineral dan senyawa organik, bila
jumlahnya meningkat itu akan berbahaya bagi biota aquatik yang hidup dalam
perairan tersebut (Jenie, 1993 diacu oleh Erari, 2012).Memang secara alami
lingkunganperairan memiliki kadar phospat 10 % dan90 % sisanya bersumber dari
aktifitasmanusia seperti, buangan limbah industri, domestik, dan kegiatan lainnya.
Bila kadar phospatdi dalam perairan tinggi akanmenyebabkan masalah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir khususnya pantai dan laut memiliki potensi yang sangat
besar bagi kehidupan manusia, dari bidang perikanan hingga bidang pariwisata
yang menghasilkan devisa bagi daerah setempat. Wahyudi, dkk. (2009)
menyatakan bahwa satu diantara beberapa pemanfaatan yang penting adalah
sebagai kawasan pemukiman, dimana lebih dari 70% kota besar di dunia berada di
daerah pantai. Potensi pantai yang khas adalah daya tarik visual. Secara empiris
wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan
laut, transportasi dan pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis dan
agroindustri, rekreasi dan pariwisata, kawasan pemukiman serta tempat
pembuangan limbah (Dahuri, 2004).
Pantai merupakan satu diantara beberapa ekosistem yang telah lama
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas dalam menunjang kehidupan.
Namun, sejalan perkembangan banyak fungsi pantai yang semakin hari semakin
beragam seiring dengan kemajuan peradapan dan kebudayaan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan kualitas pantai diantaranya
disebabkan oleh masuknya berbagai buangan limbah dari berbagai aktivitas
manusia sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kualitas fisika dan kimia
pantai tersebut. Akibatnya fungsi dari pantai tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya dalam mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada dan
Perairan kawasan pesisir Kecamatan Perbaungan, Sumatera Utara
berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Seiring dengan perembangan
pembangunan kawasan pesisir Kecamatan Perbaungan, telah mengalami
perubahan seperti pembangunan kawasan padat penduduk, pembangunan kawasan
wisata maupun pembangunan kawasan industri. Sehubungan dengan hal ini tidak
menutup kemungkinan akibat dari pembangunan tersebut akan menimbulkan
masalah apabila terjadi pembuangan limbah baik yang dilakuakan aktivitas
budidaya, aktivitas parawisata dan aktivitas pertanian.
kawasan pesisir adalah limbah yang dibuang dari aktivitas tersebut melalui
saluan-saluran dan sungai akan terakumulasi di kawasan muara sungai yang
langsung bertemu dengan laut. Hal yang menjadi perhatian disini adalah limbah
dari setiap aktivitas yang terakumulasi ke wilayah perairan dan dari aktivitaa
tersebut dapat sebagai bahan baku maupun sebagai katalisator.
Kawasan pesisir Pantai Sei Nypah, Kecamatan Perbaungan, Sumatera
Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Seiring dengan perkembangan
pembangunan kawasan pesisir Pantai Sei Nypah, Kecamatan Perbaungan, telah
mengalami perubahan seperti kawasan budidaya, pembangunan kawasan wisata
maupun pembangunan kawasan pertanian. Sehubungan dengan hal ini tidak
menutup kemungkinan akibat dari pembangunan tersebut akan menimbulkan
masalah perubahan kualitas perairan baik yang dilakukan aktivitas pertanian,
aktivitas parawisata dan aktivitas budidaya. Permasalahan bagi kawasan pesisir
adalah limbah yang dibuang dari aktivitas tersebut melalui saluan-saluran dan
sungaiakan terakumulasi di kawasan muara sungai yang langsung bertemu dengan
Informasi tentang kondisi fisika dan kimia di perairan Pantai Sei Nypah
masih sangat terbatas. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian
mengenai Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah, Kecamatan perbaungan,
Kabupaten serdang Berdagai, Sumatera Utara.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah terbatasnya informasi
mengenai data analisis faktor fisika kimia yang terdapat di perairan Pantai Sei
Nypah, Kecamatan Perbaungan, Sumatera Utara.Adapun beberapapermasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaiman faktor fisika kimia di Perairan Pantai Sei Nypah yang sesuai dengan
baku mutu LH No 51 Tahun 2004?
2. Bagaimana status kualitas air menurut Metode Storet danIndeks Pencemaran?
Kerangka Pemikiran
Seiring dengan perkembangan kawasan Pesisir Kecamatan Perbaungan
berupa pembangunan kawasan budidaya, pembangunana kawasan pertanian dan
pembangunan kawasan wisata, sehingga dari segala aktifitas yang dilakuakan oleh
kegiatan diatas bukan tidak menutup kemungkinan menimbulkan masalah
pencemaran kualitas perairan baik yang dilakukan aktifitas budidaya, aktifitas
pertanian dan, aktifitas wisata. Permasalahan bagi kawasan pesisir adalah limbah
yang dibuang dari aktifitas tersebut melalui saluran – saluran dan sungai akan
akhirnya dapat menimbulkan perubahan tingkat pencemaran pantai tersebut.
Penjelasan diatas dirangkum dalam skema pada Gambar. 1
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor fisika kimia di perairan Pantai Sei Nypah yang
sesuai dengan baku mutu kepmen LH No 51 tahun 2004.
2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran Pantai Sei Nypah menurut indeks
pencemaran dan storet .
Pantai
AktivitasPertanian AktivitasWisata
KualitasAir AktivitasBudidaya
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai Analisis kualitas Perairan yang
terdapat di kawasan Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara.
2. Sebagai dasar acuan untuk pengelolaan wilayah pesisir Pantai Sei Nypah
ABSTRAK
RIZKI EKA PUTRA, Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AHMAD MUHTADI.
Pantai Sei Nypah yang terletak di kawasan pesisir timur sumatera memiliki berbagai aktivitas yang berpengaruh dalam merubah kualitas air. Informasi dan pemahaman mengenai perubahan lingkungan sangat diperlukan dalam upaya monitoring ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu air dilihat dari indeks pencemaran dan storet di perairan Pantai Sei Nypah, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015 di perairan Pantai Sei Nypah, Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Terdapat tiga stasiun. Stasiun 1: kawasan yang terdapat aktivitas budidaya, stasiun 2: kawasan yang terdapat aktivitas pertanian, dan stasiun 3 kawasan yang terdapat aktivitas wisata. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Nilai parameter fisika dan kimia air antara lain suhu 29.2 – 31,9 o
c, kekeruhan 2 – 8 mg/l, pH 7.4 – 8.5, salinitas 25 – 30 o/oo, DO 7.6 – 8 mg/l, BOD 0.6 – 1.7 mg/l, COD 11.12 – 18.36 mg/l, nitrat 0.0029 – 0.0041 mg/l, dan fosfat 0.015 – 0.075. Berdasarkan mutu perairan Pantai Sei Nypah dilihat dari indeks pencemaran dan storet termasuk untuk stasiun 1, stasiun 2 dan 3 termasuk dalam golongan tercemar ringan.
ABSTRACT
RIZKI EKA PUTRA, Analisist Water Quality in Sei Nypah Beach, Serdang Bedagai District, North Sumatera. Under academic supervision BUDI UTOMO and AHMAD MUHTADI.
Sei Nypah beacharelocated in theeasterncoastof Sumatrahas avariety ofactivitiesthataffectthewater quality. Informationandunderstanding ofenvironmental changeis indispensable in ecosystem monitoring efforts. This research aims to determine the status of the water quality discernible in Cermin Beach, North Sumatera. This research had been conducted on May to Juny 2015 in Sei Nypah Beach, Serdang Bedagai District, North Sumatera. There are three station observed, Station 1 : cultivation activities area; station 2 : agriculture activities area; and station 3: tourism activities area. There are three sampling in 2 months. The value of physical and chemical parameters of water include temperature from 29.2 – 31,9 oc, turbidity 2 – 8 mg/l, pH 7.4 – 8.5, salinity 25 – 30 o/oo, DO 7.6 – 8 mg/l, BOD 0.6 – 1.7 mg/l, COD 11.12 – 18.36 mg/l, nitrate 0.0029 – 0.0041 mg/l, and phosphate 0.015 – 0.075. Based on quality waters Sei Nypah beach visible to pollution index and storet for station 1, station 2, and station 3 included inside to class lightly polluted.
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH
KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
RIZKI EKA PUTRA
090302024
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH
KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
RIZKI EKA PUTRA
090302024
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH,
KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
RIZKI EKA PUTRA 090302024
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Proposal : Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara
Nama : Rizki Eka Putra
NIM : 090302024
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Dr. Budi Utomo, SP., MP Ahmad Muhtadi, S.Pi, M,Si
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Mengetahui :
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Rizki Eka Putra
Nim : 090302024
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data informasi berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Medan, Maret 2016
ABSTRAK
RIZKI EKA PUTRA, Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan AHMAD MUHTADI.
Pantai Sei Nypah yang terletak di kawasan pesisir timur sumatera memiliki berbagai aktivitas yang berpengaruh dalam merubah kualitas air. Informasi dan pemahaman mengenai perubahan lingkungan sangat diperlukan dalam upaya monitoring ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu air dilihat dari indeks pencemaran dan storet di perairan Pantai Sei Nypah, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015 di perairan Pantai Sei Nypah, Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Terdapat tiga stasiun. Stasiun 1: kawasan yang terdapat aktivitas budidaya, stasiun 2: kawasan yang terdapat aktivitas pertanian, dan stasiun 3 kawasan yang terdapat aktivitas wisata. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Nilai parameter fisika dan kimia air antara lain suhu 29.2 – 31,9 o
c, kekeruhan 2 – 8 mg/l, pH 7.4 – 8.5, salinitas 25 – 30 o/oo, DO 7.6 – 8 mg/l, BOD 0.6 – 1.7 mg/l, COD 11.12 – 18.36 mg/l, nitrat 0.0029 – 0.0041 mg/l, dan fosfat 0.015 – 0.075. Berdasarkan mutu perairan Pantai Sei Nypah dilihat dari indeks pencemaran dan storet termasuk untuk stasiun 1, stasiun 2 dan 3 termasuk dalam golongan tercemar ringan.
ABSTRACT
RIZKI EKA PUTRA, Analisist Water Quality in Sei Nypah Beach, Serdang Bedagai District, North Sumatera. Under academic supervision BUDI UTOMO and AHMAD MUHTADI.
Sei Nypah beacharelocated in theeasterncoastof Sumatrahas avariety ofactivitiesthataffectthewater quality. Informationandunderstanding ofenvironmental changeis indispensable in ecosystem monitoring efforts. This research aims to determine the status of the water quality discernible in Cermin Beach, North Sumatera. This research had been conducted on May to Juny 2015 in Sei Nypah Beach, Serdang Bedagai District, North Sumatera. There are three station observed, Station 1 : cultivation activities area; station 2 : agriculture activities area; and station 3: tourism activities area. There are three sampling in 2 months. The value of physical and chemical parameters of water include temperature from 29.2 – 31,9 oc, turbidity 2 – 8 mg/l, pH 7.4 – 8.5, salinity 25 – 30 o/oo, DO 7.6 – 8 mg/l, BOD 0.6 – 1.7 mg/l, COD 11.12 – 18.36 mg/l, nitrate 0.0029 – 0.0041 mg/l, and phosphate 0.015 – 0.075. Based on quality waters Sei Nypah beach visible to pollution index and storet for station 1, station 2, and station 3 included inside to class lightly polluted.
RIWAYAT HIDUP
RIZKI EKA PUTRA, dilahirkan di Medan pada tanggal
05 Februari 1991 dari Ayahanda Ir. Wardio dan Ibunda Ir.
Yuliani Rocco. Penulis merupakan anak Pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD
Pahlawan Nasional Medan tahun 2003, SMP Pahlawan
Nasional Medan tahun 2006 dan SMA Negeri 7 Medan
tahun 2009. Penulis diterima di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Baru
(SLPMB) pada tahun 2009.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Biologi Perairan
dan Fisiologi Hewan Air. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti organisasi, antara lain
Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) Fakultas Pertanian,
Pemerintahan Mahasiswa Fakultas (PEMA) Fakultas Pertanian dan Ikatan Mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) sebagai Seketaris Himpunan. Penulis
juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Februari 2013 di
Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Kemudian pada bulan April 2015, penulis
melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah
“Analisis Kualitas Perairan Pantai Sei Nypah, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat meneyelesaikan studi di Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yaitu kepada Bapak Dr. Budi
Utomo, S.P., M.P selaku Ketua Pembimbing dan Bapak Ahmad Muhtadi, S.Pi, M.Si
selaku Anggota Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan semangat
dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Yunasfi, M.Si dan Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
dan kepada seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak Ir. Wardio
dan Ibu Ir. Yuliani Rocco yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis
bahkan juga memberikan dukungan materi dan moril kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, kepada adik penulis Putri Sakinah Lestari yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman mahasiswa
program studi Manajemen Sumberdaya Perairan angkatan 2009 khususnya Rasyid
Kurnia Nasution, S.Pi dan Raisha Amanda Siregar, S.Pi yang membantu penulis dalam
pembuatan skripsi, dan adik - adik junior angkatan 2010 sampai angkatan 2014 yang
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar
skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang
manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Maret 2016
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
Analisis Mutu Air Laut 22
Pembahasan 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 31
Saran 31
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian 4
2. Peta Lokasi Penelitian 12
3. Stasiun 1 (Aktivitas Budidaya) 13
4. Stasiun 2 (Aktivitas Pertanian) 14
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Evaluasi Terhadap Nilai Indeks Pencemaran (IP) 18
2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan status Mutu Air 20
3. Kisaran Nilai Parameter Fisika Kimia Perairan 21
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Prosedur Pengukuran Parameter Fisika-Kimia 36
2. Hasil Pengamatan Fisika Kimia Air 42
3. Nilai Indeks Pencemaran 43
4. Nilai Storet 48