• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN

USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI

KABUPATEN KARO

(

Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

)

SKRIPSI

ADI P. J SEMBIRING 090304048 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN

USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI

KABUPATEN KARO

(

Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

)

SKRIPSI

OLEH :

ADI P. J SEMBIRING 090304048 AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Salmiah, MS.) (Siti Khadijah, SP,M.Si) NIP. 195702171986032001 NIP. 197310111999032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ADI P.J SEMBIRING : Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo), dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Siti Khadijah SP, M.Si

Tanaman jeruk merupakan tanaman jenis hortikultura (buah-buahan) yang

memiliki luas lahan yang terbesar dibandingkan jenis tanaman hortikultura

(buah-buahan) lainnya di Kabupaten Karo. Begitu pula dengan tanaman kopi, tanaman

kopi juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas lahan yang terbesar

dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Besarnya harga dari komoditi

jeruk dan komoditi kopi mempengaruhi pendapatan dari masing-masing petani

jeruk dan petani kopi. Hal ini dikarenakan daerah penelitian sesuai dengan

keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani

tersebut banyak dilakukan di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani

yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Tujuan penelitian ini ialah untuk

mengetahui pendapatan usahatani, perbandingan pendapatan, distribusi

pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah penelitian. Desa Surbakti

dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, sedangkan untuk

penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis komparasi

pendapatan petani dengan uji beda rata-rata dan analisis distribusi pendapatan

untuk mengetahui nilai Koefisien Gini (Gini Ratio).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian pendapatan petani dari

usahatani jeruk dan pendapatan petani dari usahatani kopi menguntungkan. Ada

perbedaan yang nyata antara pendapatan petani jeruk dengan petani kopi di daerah

penelitian. Distribusi pendapatan petani kopi lebih merata dibandingkan distribusi

pendapatan petani jeruk.

(4)

ABSTRAK

ADI P.J SEMBIRING : Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo), dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Siti Khadijah SP, M.Si

Tanaman jeruk merupakan tanaman jenis hortikultura (buah-buahan) yang

memiliki luas lahan yang terbesar dibandingkan jenis tanaman hortikultura

(buah-buahan) lainnya di Kabupaten Karo. Begitu pula dengan tanaman kopi, tanaman

kopi juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas lahan yang terbesar

dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Besarnya harga dari komoditi

jeruk dan komoditi kopi mempengaruhi pendapatan dari masing-masing petani

jeruk dan petani kopi. Hal ini dikarenakan daerah penelitian sesuai dengan

keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani

tersebut banyak dilakukan di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani

yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Tujuan penelitian ini ialah untuk

mengetahui pendapatan usahatani, perbandingan pendapatan, distribusi

pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah penelitian. Desa Surbakti

dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, sedangkan untuk

penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis komparasi

pendapatan petani dengan uji beda rata-rata dan analisis distribusi pendapatan

untuk mengetahui nilai Koefisien Gini (Gini Ratio).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian pendapatan petani dari

usahatani jeruk dan pendapatan petani dari usahatani kopi menguntungkan. Ada

perbedaan yang nyata antara pendapatan petani jeruk dengan petani kopi di daerah

penelitian. Distribusi pendapatan petani kopi lebih merata dibandingkan distribusi

pendapatan petani jeruk.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya yang diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Adapun judul Skripsi ini adalah “Analisis Komparasi Distribusi

Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.

Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Siti Khadijah SP, M.Si.

selaku anggota komisi yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi

ini dan seluruh Staff Pengajar serta Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinca (Alm)

D. Sembiring, Ibunda (Alm) T. Br. Surbakti, abang dan kakak saya yang

memberikan dukungan, semangat, materi dan doa kepada penulis.

Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan krtik dan saran yang membangun dari

para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga

skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Januari 2014

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Pelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Jeruk ... 6

2.1.2 Kopi ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.4 Hipotesis Penelitian ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

3.5.1 Definisi ... 24

3.5.2 Batasan Operasional ... 26

IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 27

4.1 Deskripsi Wilayah ... 27

4.1.1 Batas Wilayah ... 27

4.1.2 Demografi ... 27

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 29

(7)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi ... 34

5.2 Perbandingan Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi ... 40

5.3 Perbandingan Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Perkembangan Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton )

Beberapa Tanaman Hortikultura (Buah-Buahan) di Kabupaten Karo Tahun 2009-2011

2

2 Perkembangan Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton ) Beberapa

Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karo Tahun 2009-2011

3

3 Luas Lahan dan Produksi Tanaman Kopi dan Jeruk di

Kabupaten Karo Tahun 2011

17

4 Luas Lahan Tanaman Kopi dan Jeruk di Kecamatan

SimpangEmpat Kabupaten Karo Tahun 2011

18

5 Distribusi Pendapatan Personal Dengan 30 Responden 23

6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa

Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

26

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Desa

Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

27

8 Sarana Dan Prasarana Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang

Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

28

9 Keadaan umur petani sampel Di Desa Surbakti, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

29

10 Tingkat Pendidikan petani sampel Di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

30

11 Luas Lahan petani sampel komoditi kopi Di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

31

12 Jumlah Tanggungan Petani Sampel Di Desa Surbakti,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

32

13 Penerimaan Rata-Rata Usahatani Jeruk Dan Kopi Selama

Tahun 2012 Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

34

14 Total Biaya Produksi Rata-Rata Usahatani Jeruk Dan

Usahatani Kopi Selama Tahun 2012 Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

36

15 Rata-Rata Keseluruhan Pendapatan Petani Sampel dari

Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Selama Tahun 2012 di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

38

16 Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Rata-Rata Usahatani

Jeruk dan Kopi Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

39

17 Tabel Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) Petani Sampel

Usahatani Jeruk Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Bentuk Arsiran Kurva Lorenz 12

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Petani Sampel Usahatani Jeruk

2 Karakteristik Petani Sampel Usahatani Kopi

3 Penerimaan Petani Sampel Dari Usahatani Jeruk Selama Tahun

2012 (Rp./Petani/Tahun)

4 Penerimaan Petani Sampel Dari Usahatani Kopi Selama Tahun

2012 (Rp./Petani/Tahun)

5 Biaya Pembelian Pupuk Untuk Proses Produksi Usahatani Jeruk

Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

6 Biaya Pembelian Pupuk Untuk Proses Produksi Usahatani Kopi

Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

7 Biaya Pembelian Obat-obatan Untuk Proses Produksi Usahatani

Jeruk Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

8 Biaya Pembelian Obat-obatan Untuk Proses Produksi Usahatani

Kopi Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

9

Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Yang Digunakan Sampel

Untuk Proses Produksi Usahatani Jeruk Selama Tahun 2012

(Rp./Petani/Tahun)

10

Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Yang Digunakan Sampel

Untuk Proses Produksi Usahatani Kopi Selama Tahun 2012

(Rp./Petani/Tahun)

11 Biaya Sarana Produksi (Saprodi) Terhadap Usahatani Jeruk

Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

12 Biaya Sarana Produksi (Saprodi) Terhadap Usahatani Kopi Selama

Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

13 Biaya PBB Usahatani Jeruk Selama Tahun 2012

\(Rp./Petani/Tahun)

14 Biaya PBB Usahatani Kopi Selama Tahun 2012

(11)

15 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Untuk Proses Produksi

Usahatani Jeruk Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

16 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Untuk Proses Produksi

Usahatani Kopi Selama Tahun 2012 (Rp./Petani/Tahun)

17 Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Jeruk Selama Tahun

2012 (Rp./Petani/Tahun)

18 Pendapatan Petani Sampel dari Usahatani Kopi Selama Tahun

2012 (Rp./Petani/Tahun)

19

Analisis Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Petani

Sampel Usahatani Jeruk di Desa Surbakti Berdasarkan Nilai

Koefisien Gini (Gini Ratio) Selama Tahun 2012

20

Analisis Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Petani

Sampel Usahatani Kopi di Desa Surbakti Berdasarkan Nilai

Koefisien Gini (Gini Ratio) Selama Tahun 2012

21 Hasil Analisis t-test Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani

(12)

ABSTRAK

ADI P.J SEMBIRING : Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo), dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Siti Khadijah SP, M.Si

Tanaman jeruk merupakan tanaman jenis hortikultura (buah-buahan) yang

memiliki luas lahan yang terbesar dibandingkan jenis tanaman hortikultura

(buah-buahan) lainnya di Kabupaten Karo. Begitu pula dengan tanaman kopi, tanaman

kopi juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas lahan yang terbesar

dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Besarnya harga dari komoditi

jeruk dan komoditi kopi mempengaruhi pendapatan dari masing-masing petani

jeruk dan petani kopi. Hal ini dikarenakan daerah penelitian sesuai dengan

keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani

tersebut banyak dilakukan di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani

yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Tujuan penelitian ini ialah untuk

mengetahui pendapatan usahatani, perbandingan pendapatan, distribusi

pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah penelitian. Desa Surbakti

dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, sedangkan untuk

penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis komparasi

pendapatan petani dengan uji beda rata-rata dan analisis distribusi pendapatan

untuk mengetahui nilai Koefisien Gini (Gini Ratio).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian pendapatan petani dari

usahatani jeruk dan pendapatan petani dari usahatani kopi menguntungkan. Ada

perbedaan yang nyata antara pendapatan petani jeruk dengan petani kopi di daerah

penelitian. Distribusi pendapatan petani kopi lebih merata dibandingkan distribusi

pendapatan petani jeruk.

(13)

ABSTRAK

ADI P.J SEMBIRING : Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi (Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo), dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, MS. dan Siti Khadijah SP, M.Si

Tanaman jeruk merupakan tanaman jenis hortikultura (buah-buahan) yang

memiliki luas lahan yang terbesar dibandingkan jenis tanaman hortikultura

(buah-buahan) lainnya di Kabupaten Karo. Begitu pula dengan tanaman kopi, tanaman

kopi juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki luas lahan yang terbesar

dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Besarnya harga dari komoditi

jeruk dan komoditi kopi mempengaruhi pendapatan dari masing-masing petani

jeruk dan petani kopi. Hal ini dikarenakan daerah penelitian sesuai dengan

keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani

tersebut banyak dilakukan di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani

yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Tujuan penelitian ini ialah untuk

mengetahui pendapatan usahatani, perbandingan pendapatan, distribusi

pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah penelitian. Desa Surbakti

dipilih menjadi daerah penelitian dengan metode purposive, sedangkan untuk

penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis komparasi

pendapatan petani dengan uji beda rata-rata dan analisis distribusi pendapatan

untuk mengetahui nilai Koefisien Gini (Gini Ratio).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian pendapatan petani dari

usahatani jeruk dan pendapatan petani dari usahatani kopi menguntungkan. Ada

perbedaan yang nyata antara pendapatan petani jeruk dengan petani kopi di daerah

penelitian. Distribusi pendapatan petani kopi lebih merata dibandingkan distribusi

pendapatan petani jeruk.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman flora dan dengan

komoditas pertaniannya yang sangat besar. Iklimnya sangat cocok untuk tumbuh

berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

penghasilan negara Indonesia yang utama. Penghasilan yang didapat tersebut

salah satunya berupa ekspor hasil pertanian ke luar negeri. Beberapa dari hasil

pertanian yang diekspor tersebut ialah tanaman perkebunan dan tanaman

hortikultura berupa buah-buahan.

Subsektor perkebunan berkembang secara dinamis. Bahkan pada tahun

2006 subsektor perkebunan meraih predikat primadona baik dari sisi kinerja

maupun perhatian media massa. Sebagai suatu komoditas, tanaman perkebunan

memiliki sebutan lain, yaitu tanaman perdagangan dan tanaman industri. Predikat

ini jelas menunjukkan suatu legitimasi bahwa ada peluang bisnis dari pengusaha

tanaman perkebunan (Tim Penulis PS, 2008).

Permintaan buah-buahan akan semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat, pengetahuan gizi, dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan untuk kesehatan.

Sasaran produk unggulan buah-buahan tahun 2007 yang terdiri dari manggis,

mangga, pisang, jeruk, durian, semangka, dan melon dapat berpotensi menunjang

perekonomian daerah khususnya dan pemerintah Indonesia pada umumnya. Hal

ini akan lebih baik lagi jika produk unggulan tersebut dikembangkan dan dikelola

(15)

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi

daerah pusat perkebunan dan hortikultura. Tanah karo merupakan salah satu kota

di provinsi Sumatera Utara yang menjadi daerah perkebunan dan hortukultura.

Untuk tanaman perkebunan, tanaman yang paling banyak dibudidayakan adalah

tanaman kopi dan untuk tanaman hortikultura (buah-buahan) yang paling banyak

dibudidayakan adalah tanaman jeruk.

Untuk perkembangan luas lahan dan produksi tanaman jeruk 3 (tiga) tahun

terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 : Perkembangan Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton ) Beberapa Tanaman Hortikultura (Buah-Buahan) di Kabupaten Karo Tahun 2009-2011

N O

Jenis Tanaman

Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

Tahun Tahun

2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 Alpokat 180 298 110 1.090 2.800 1301,78

2 Jeruk 2.915 26.966 24.415 502.493 890.091 268.980,66

3 Mangga 152 251 78 1.192 3.240 980,99

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari beberapa tanaman hortikultura

(buah-buahan) di Kabupaten Karo, tanaman jeruk merupakan komoditi yang

paling banyak diusahakan karena memiliki luas lahan dan jumlah produksi yang

terbesar jika dibandingkan dengan beberapa tanaman hortikultura (buah-buahan)

lainnya.

Dan untuk melihat perkembangan luas lahan dan produksi tanaman kopi

(16)

Tabel 2: Perkembangan Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton ) Beberapa Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karo Tahun 2009-2011

N O

Jenis Tanaman

Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

Tahun Tahun

2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 Cengkeh 324 282 349,2 146,00 56,00 65,64

2 Kemiri 1771 1170 1787 1420,00 1378,00 1367,10

3 Kopi 5136 5261 5516 7013,00 4984,5 4845,31

4 Kelapa 1173 1253 1249 1195,00 1329,00 1032,06

5 Kulit Manis 117 142 126 74,59 88,67 64,55

Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari beberapa tanaman perkebunan

di Kabupaten karo, tanaman kopi merupakan komoditi yang yang paling banyak

diusakan karena memiliki luas lahan dan jumlah produksi yang terbesar jika

dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya di Kabupaten Karo.

Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup menjanjikan

karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Kopi

merupakan minuman segar yang mengasyikkan bagi sebagian orang dan. Bahkan

ada yang berpendapat lebih baik tidak makan daripada minum kopi. Oleh karena

itu permintaan terhadap kopi akan selalu ada (Suwarto dan Yuke, 2010).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo menyebutkan tanaman kopi

(Coffees Sp) merupakan salah satu tanaman utama di Sumatera Utara yang banyak diusahakan oleh rakyat termasuk Kabupaten Karo. Tanaman ini merupakan

komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Karo

karena dapat menyumbangkan devisa untuk daerah ini. Tanaman kopi di Tanah

Karo tersebar di seluruh Kecamatan dan yang paling luas secara berturut terletak

di Kecamatan Merek, Tiga Panah, Simpang Empat, Payung dan Munte. Saat ini

(17)

Usahatani tanaman jeruk sangat menguntungkan dibandingkan dengan

jenis usahatani komoditas bebuahan lainnya. Tanaman ini selain cepat

menghasilkan buah, pasarnya juga lancar. Kendala yang biasa dihadapi oleh

petani jeruk adalah serangan hama penyakit yang sangat membahayakan.

Serangan hama dan penyakit kadang-kadang sangat menyulitkan sehingga

tanaman jeruk terpaksa harus dimusnahkan (Ashari, 2006).

Jika ditinjau dari segi manfaatnya, kita akui bahwa buah jeruk merupakan

buah-buahan utama yang sangat dibutuhkan. Mengingat pula jumlah

perkembangan penduduk yang harus dijamin keselamatannya, maka perbanyakan

tanaman jeruk jelas mempunyai prospek yang sangat bagus. Karena itu hal-hal

yang kiranya dapat merugikan tanaman jeruk harus dapat kita berantas

(AAK, 1994).

Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

merupakan salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan usahatani

jeruk dan usahatani kopi karena sesuai dengan keadaan iklim dan kondisi tanah

dari komoditi tersebut, sehingga usahatani tersebut banyak dilakukan di daerah

tersebut dan menjadi salah satu usahatani yang utama dilakukan di setiap rumah

tangga.

Dari uraian tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang

analalisis komparasi distribusi pendapatan petani kopi dan jeruk di daerah

penelitian, yakni Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

(18)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di daerah

penelitian ?

2. Bagaimana perbandingan pendapatan usahatani jeruk dan kopi di daerah

penelitian ?

3. Bagaimana distribusi pendapatan usahatani jeruk dan kopi di daerah

penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pendapatan usahatani jeruk dan usahatani kopi di

daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis perbandingan pendapatan usahatani jeruk dan

usahatani kopi di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis distribusi pendapatan usahatani jeruk dan usahatani

kopi di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani jeruk dan kopi untuk

mengembangkan usahataninya.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah setempat

dalam membuat kebijakan pertanian khususnya untuk usahatani kopi dan

usahatani jeruk.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jeruk

Di dalam buku yang ditulis Soelarso (1996) Tanaman jeruk (Citrus sp.) mempunyai sistematika adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Clasis : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus sp.

Tanaman jeruk dapat ditanam di daerah antara 40°LU dan 40°LS. Di

daerah subtropis, tanaman jeruk ditanam di dataran rendah sampai ketinggian

650 m dpl, sedangkan di daerah katulistiwa sampai ketinggian 2.000 m dpl.

Temperatur optimal untuk tanaman jeruk yaitu antara 25°C dan 30°C. Tanaman

jeruk memerlukan sinar matahari yang penuh, bila terlindung akan berkurang

produksinya. Curah hujan 1.000 mm sampai 2.000 mm bila merata sepanjang

tahun merupakan hujan ideal karena bisa memelihara kelembaban tanah sepanjang

tahun pada kebun jeruk. Tanaman jeruk dapat ditanam di berbagai jenis tanah dan

tanah yang baik untuk tanaman jeruk yaitu bila berasal dari tanah endapan yang

(20)

Tanaman jeruk rata-rata berbunga sepanjang tahun, karena bunganya tidak

mengenal musim, maka buahnya tersedia setiap saat. Umur tanaman jeruk yang

dibudidayakan dengan baik, maksimal dapat mencapai umur 10-15 tahun. Setelah

mencapai unur tersebut dapat dilakukan peremajaan kembali. Tanaman jeruk

dapat juga dipelihara terus hingga mencapai puluhan tahun dan bahkan ratusan

tahun, terutaman jika pohon jeruk tersebut tumbuh dalam suatu lingkungan yang

cocok dan tidak terserang penyakit atau hama (AAK, 1994).

Jeruk merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat Indonesia. Rasanya yang menyegarkan dan khasiatnya yang “segudang” sering menjadi alasan orang untuk mengkonsumsi buah jeruk. Ketersediaan jeruk di toko-toko buah atau pasar swalayan tiak pernah kosong. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap buah jeruk cukup tinggi (Tetty, 2011).

2.1.2 Kopi

Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dycotiledoneae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp.

(21)

ke dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak,

bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung

agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan

ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 1999).

Untuk tumbuh subur kopi diperlukan curah hujan sekitar 2.000 – 3.000

mm tiap tahun serta memerlukan waktu musim kering sekurang-kurangnya 1-2

bulan pada waktu berbunga dan pada waktu pemetikan buah. Tanaman kopi

menghendaki tanah dengan lapisan tanah yang dalam, yang gembur dan yang

mengandung banyak bahan organik. Tanah-tanah bekas abu gunung berapi sangat

baik untuk tanaman kopi. Tanaman kopi yang diusahakan untuk produksi secara

komersial umumnya sudah bukan tanaman asli, melainkan klon-klon unggul hasil

persilangan dan seleksi. Tanaman-tanaman ini memberi hasil yang tinggi dan

merupakan salah satu kunci untuk perkebunan-perkebunan kopi. Tanaman kopi

semaian umumnya baru menghasilkan setelah umur 4-5 tahun. Tanaman kopi

dapat memberikan hasil yang tinggi mulai umur 8 tahun dan dapat berbuah baik

selama 15 – 18 tahun, jika memperoleh pemeliharaan yang baik-baik. Tanaman

kopi dapat memberi buah sampai umur sekitar 30 tahun (Spillane, 1990).

Mutu kopi yang dihasilkan umumnya juga dipengaruhi oleh keadaan

khusus dari masing-asing daerah, yaitu ketinggian dan iklim suatu daerah,

keadaan tanah, pemeliharaan tanamannya, pemetikan buah dan pengolahannya.

Ini semua dapat membuat kopi yang dihasilkan di daerah-daerah dan

negara-negara tertentu memiliki keistimewaan-keistimewaan yang khas (Spillane, 1990).

Distribusi pendapatan merupakan kriteria yang mengindikasikan mengenai

(22)

dengan penduduk lain pada wilayah tertentu. Distribusi pendapatan juga

merupakan salah satu isu yang sentral dalam pembahasan tentang peran negara

dalam perekonomian. Hal ini disebabkan karena distribusi pendapatan seringkali

dihubungkan dengn keadilan. Ketimpangan pendapatan yang disebabkan oleh

tidak meratanya distribusi pendapatan menyebabkan sekelompok orang terjerat

dalam kemiskinan (Dwimauliddiana, 2010).

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga

usaha tersebut memberikan pendapatan yang semaksinal mungkin

(Suratiyah, 2009).

Karena ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani

memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu,

pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya

ialah ilmu ekonomi. Teori yang sangat relevan dengan usahatani ialah teori

ekonomi. Penelitian usahatani dianggap mempunyai sifat multidisiplin karena

harus memperhatikan informasi, prinsip, dan teori dari ilmu yang sangat erat

kaitannya, seperti sosiologi, psikologi maupun berbagai ilmu tanaman dan hewan

(23)

Menurut Sugiarto (2002) produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasanya dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output

yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan

teknologi tertentu. Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai

berikut :

Q = F(K, L, X, E)

Dimana :

Q = Output

K, L, X, E = Input (kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian keusahawanan)

Menurut Suratiyah (2009) pendapatan kotor atau penerimaan ialah seluruh

pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari

hasil penjualan atau penaksiran kembali yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan kotor atau penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

TR = Y x Py

Dimana : TR = Pendapatan kotor / penerimaan

Y = Jumlah produksi (kg)

Py = Harga produksi (Rp. / kg)

Menurut Rahardja dan Mandala (2006) Biaya produksi merupakan seluruh

biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya total sama

dengan biaya tetap yang ditambah dengan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi,

(24)

perusahaan tidak berproduksi (Q = 0), biaya tetap harus dikeluarkan dalam jumlah

yang sama. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah buruh, biaya bahan baku.

TC = FC + VC

Dimana : TC = biaya total jangka pendek

FC = biaya tetap jangka pendek

VC = biaya variabel jangka pendek

Menurut Rahardja dan Mandala (2006) Biaya rata-rata adalah biaya yang

harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata

adalah biaya total dibagi jumlah output, maka besarnya biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya tetap rata-rata (average fixed cost) ditambah dengan biaya variabel rata-rata (average variable cost).

AC = AFC + AVC

Dimana : AC = biaya rata-rata

AFC = biaya tetap rata-rata

AVC = biaya variabel rata-rata

Menurut Ahmad (2006) Pendapatan usahatani merupakan selisih antara

penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan

usahatani. Pendapatan suatu usahatani dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Pd = TR – TC

Dimana : Pd = Pendapatan bersih usahatani

TR = Total penerimaan

(25)

Gini Ratio merupakan suatu alat untuk mengukur tingkat kepincangan

pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu negara atau wilayah yang

telah diakui secara luas. Indeks Gini Ratio dengan asumsi-asumsi tertentu dapat

pula dipergunakan untuk bahan analisis perbandingan pendapatan relatif antar

masyarakat dari beberapa negara atau wilayah dan kecenderungan kepincangan

pembagian pendapatan antara anggota masyarakat tertentu. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Koefisien Gini bernilai antara 0 sampai dengan 1 yang merupakan

rasio antara luas area antara kurva Lorenz dengan garis kemerataan sempurna

dengan luas area di bawah kurva Lorenz (Syamsuddin, 2011).

Gambar 1. Bentuk Arsiran Kurva Lorenz

(% Kumulatif Pendapatan)

(% Kumulatif Penduduk)

Sumber : http://statistikaterapan.files.wordpress.com

Dari gambar di atas, sumbu horizontal menyatakan presentase kumulatif

(26)

yang diterima oleh masing-masing presentase penduduk tersebut. Sedangkan garis

diagonal di tengah disebut “garis kemerataan sempurna”. Karena setiap titik pada

garis diagonal merupakan tempat kedudukan presentase penduduk yang sama

dengan presentasi penerimaan pendapatan. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari

garis diagonal maka semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya,

semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin tinggi tingkat

pemerataan distribusi pendapatannya. Pada gambar di atas besar ketimpangan

digambarkan sebagai daerah yang diarsir (Halim, 2012).

Analisis komparasi atau perbedaan merupkan prosedur statistik untuk

menguji perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih. Analisis

perbedaan atau uji perbedaan ini sering bergantung pada jenis data (nominal,

ordinal, interval dan rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknis statistik

yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis

data atau variabel berdasarkan skala pengukuran (Ahmad, 2006).

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dapat

disusun suatu kerangka pemikiran bahwa analisis usahatani dapat digunakan

petani untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan usahatani yang

dilakukannya. Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan

tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk

memperoleh hasil selanjutnya Usahatani yang dibandingkan dalam penelitian ini

(27)

Hasil produksi dari usahatani kopi dan jeruk kemudian dijual dalam

jumlah tertentu dan dengan harga tertentu yang sudah disepakati sebelumnya.

Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai produksi total

usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual, digunakan nilai

berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi dengan harga

pasar

Setelah didapat penerimaan, maka dihitung berapa biaya produksi yang

sudah dikeluarkan oleh petani selama kegiatan usahataninya. Biaya produksi

adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk melakukan kegiatan

produksi pada usahataninya.

Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di

lapangan akan dinilai dari penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan.

Selisih antara penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan merupakan

pendapatan usahatani. Selanjutnya pendapatan antara usahatani kopi dan usahatani

jeruk dibandingkan, sehingga dapat dilihat bagaimana perbandingan pendapatan

antara usahatani kopi dan usahatani jeruk, apakah pendapatan usahatani kopi lebih

tinggi dibandingkan dengan pendapatan usahatani jeruk ataupun sebaliknya.

Dari total pendapatan tersebut, bisa dilihat ketimpangan distribusi

pendapatan petani jeruk dan ketimpangan distribusi pendapatan petani kopi.

Kemudian dari hasil tersebut dapat dibandingkan ketimpangan distribusi

pendapatan antara petani jeruk dengan petani kopi.

(28)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Perbandingan

Petani Kopi

Petani Jeruk

Usahatani Kopi

Usahatani Jeruk

Produksi Produksi

Harga Jual Harga

Jual

Biaya Produksi Biaya

Produksi

Penerimaan Penerimaan

Pendapatan Pendapatan

Distribusi Pendapatan

(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan petani pada usahatani jeruk dan usahatani kopi

menguntungkan.

2. Pendapatan usahatani jeruk berbeda dibandingkan pendapatan usahatani

kopi.

3. Distribusi pendapatan petani kopi lebih rendah dibandingkan distrubusi

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja), yaitu di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, dengan alasan bahwa

daerah tersebut merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karo dengan luas

lahan dan produksi yang terbesar. Hal ini dapat kita lihat dari luas lahan dan

produksi untuk tanaman kopi mempunyai luas lahan 332 ha dan produksi 324,80

ton. Untuk tanaman jeruk mempunyai luas lahan 2.571,23 ha dan produksi 234.90

ton. Untuk luas lahan dan jumlah produksi tanaman kopi dan jeruk tahun 2011 di

[image:30.595.114.512.422.720.2]

tiap kecamatan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3 : Luas Lahan dan Produksi Tanaman Kopi dan Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2011.

NO Kecamatan

Jeruk Kopi

Luas Lahan (Ha)

Produksi (ton)

Luas lahan (Ha)

Produksi (ton)

1 Mardinding 9,13 335 172 158,40

2 Lau Baleng 1,38 - 145 133,90

3 Tiga Binanga 6,68 - 211 191,90

4 Juhar 172,50 1.910 373 339,75

5 Munte 2.087,50 6.743 356 338,10

6 Kutabuluh 46,75 2.475 306 244,80

7 Payung 56,50 2.112 340 352,80

8 Tiganderket 59,75 - 153 141,00

9 Simpang Empat 2.571,23 234.90 332 324,80

10 Namanteran 856,00 42.153 255 240,93

11 Merdeka 724,71 21.500 181 187,12

12 Kabanjahe 1.994,54 40.168 457 461,91

13 Berastagi 219,50 9.505 90 56,25

14 Tigapanah 1.289,50 72.067 384 403,29

15 Dolatrayat 609,96 26.722 192 159,00

16 Merek 931,16 21.606 1.250 1252,10

17 Barusjahe 2.846,87 20.300 462 336,67

(31)

Desa Surbakti merupakan desa yang dipilih sebagai daerah penelitian

dikarenakan bahwa Desa Surbakti merupakan salah satu desa di Kecamatan

Simpang Empat Kabupaten Karo yang mempunyai usahatani kopi dan usahatani

jeruk terluas di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

Untuk tanaman kopi Desa Surbakti memliki luas lahan yaitu 200 ha dan

tanaman jeruk memiliki luas lahan 250 ha. Alasan lain ialah karena Desa Surbakti

merupakan salah satu desa yang sudah cukup maju dan akses untuk menuju ke

[image:31.595.117.509.346.636.2]

desa tersebut tidaklah sulit

Tabel 4 : Luas Lahan Tanaman Kopi dan Jeruk di Kecamatan SimpangEmpat Kabupaten Karo Tahun 2011

NO Desa Luas Lahan (Ha)

Kopi Jeruk

1 Berastepu 200 150

2 Pintu Besi 50 50

3 Gamber 45 20

4 Kuta Tengah 55 15

5 Beganding 100 80

6 Jeraya 10 20

7 Tiga Pancur 25 17

8 Lingga 150 250

9 Surbakti 200 250

10 Perteguhen 75 75

11 Ndokum Siroga 32 250

12 Lingga Julu 37 200

13 Torong 12,5 10

14 Nang Belawan 80 150

15 Sirumbia 50 15

16 Gajah 30 80

17 Bulan Baru 10 50

Jumlah 1161,5 1682

(32)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh petani yang melakukan

usahatani kopi dan usahatani jeruk di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo. Metode penentuan sampel dilakukan ialah metode Simple

Random Sampling, dimana semua unsur dari populasi petani jeruk dan petani kopi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Proses

pemilihan sampel (n) dari populasi (N) dilakukan secara acak (random).

Adapun jumlah populasi petani kopi di Desa Surbakti sebanyak 102 KK

diambil sampel sebanyak 30 orang. Sedangkan untuk usahatani jeruk sebanyak

109 diambil sampel sebanyak 30 orang. Yang akan dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah petani dengan tanaman menghasilkan. Menurut teori Bailey,

ukuran untuk melakukan penelitian menggunakan analisis statistik, ukuran

responden paling minimum sebanyak 30 sampel (Soepomo, 1997).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Di dalam melakukan penelitian, data yang dibutuhkan adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

langsung dengan responden bersama daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhn penelitian.

Sedangkan data sekunder adalah data pelengkap yang bersumber dari

berbagai instansi, yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Badan

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Simpang Empat dan Kantor Kepala Desa

(33)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai

berikut :

1. Untuk menghitung besarnya penerimaan dari usahatani kopi dan usahatani

jeruk di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus :

TR = Y x Py

2. Untuk menghitung besarnya biaya produksi dari usahatani kopi dan usahatani

jeruk di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus :

TC = TFC + TVC

3. Untuk menghitung besarnya pendapatan dari usahatani kopi dan usahatani

jeruk di daerah penelitian, dihitung dengan menggunakan rumus :

Π = TR – TC

Keterangan :

TR = Pendapatan kotor (Penerimaan) / Total Revenue (Rp) P = Harga jual / Price (Rp / ton)

Q = Jumlah produksi / Quantity (ton)

TC = Jumlah biaya produksi / Total Cost (Rp) TFC = Total biaya tetap / Total Fixed Cost (Rp) TVC = Total biaya variabel / Total Variable Cost (Rp)

П = Pendapatan bersih (Rp)

Apabila TR > TC maka petani memperoleh keuntungan dalam kegiatan

usahataninya. Apabila TR = TC maka petani tidak untung dan tidak rugi dalam

kegiatan usahataninya. Apabila TR < TC maka petani mengalami kerugian dalam

(34)

Untuk menguji hipotesis 2, yakni membandingkan pendapatan usahatani

jeruk dan usahatani kopi. Menurut Pasaribu (1975) secara matematis dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

� ℎ= Χ1− X2

��(�1− 1) �22+ (�2− 1)�12

�1+ �2−2 � � 1

�1+ 1

�2�

Keterangan :

�ℎ = nilai dari hasil uji untuk melihat perbedaan rata-rata

Χ1 = Rata-rata pendapatan (usahatani jeruk)

X2 = Rata-rata pendapatan (usahatani kopi)

�1 = Simpangan baku variabel 1

�2 = Simpangan baku variabel 2

�1 = Jumlah sampel 1

�2 = Jumlah sampel 2

Kriteria uji :

������ ≤�ℎ�� ≤ ������ �� diterima, �1 ditolak

�ℎ�� < ������ atau �ℎ�� > ������ �� ditolak, �1 diterima

Hipotesis :

�0 : Tidak ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk dan usahatani kopi di

daerah penelitian

�1 : Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk dan usahatani kopi di

(35)

Dengan formulasi �0 dan �1

�0 : �1 = �2

�1 : �1 ≠�2

Keterangan :

�1 = rata-rata variabel 1

�2 = rata-rata variabel 2

Untuk hasilnya diuji dengan menggunakan metode analisis uji beda

rata-rata (Independent-Sample T-Tes) yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yakni usahatani jeruk dan

usahatani kopi. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) karena program ini memiliki kemampuan analisis cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu

deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara

penggunaan maupun pengoperasiannya.

Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi α = 5%, yg artinya kita

mengambil resiko kesalahan dalam mengambil keputusan untuk menolak

hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% adalah ukuran

standar) sehingga nilai signifikansinya ialah 0,05.

Pada hasil SPSS dapat dilihat apabila Sig.2-tailed < α maka ada perbedaan

yang signifikan antara pendapatan petani jeruk dengan petani kopi, sebaliknya jika

Sig.2-tailed > α maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan

(36)

Untuk menguji hipotesis 3, yakni menghitung perbandingan distribusi

pendapatan petani jeruk dan distribusi pendapatan petani kopi. Menurut Mahyudi

(2004) distribusi pendapatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Gini

Ratio sebagai berikut :

GR = 1 –

Ʃ

(

� ∗

+

� ∗

�−1

)

Keterangan :

�� = Jumlah frekuensi relatif pendapatan yang digolongkan

� ∗� = Jumlah relatif kumulatif pendapatan pada kelas / golongan ke-i

� ∗�−1 = �� kelas / golongan sebelum ke-i

GR = Angka koefisien gini (Gini Ratio)

i = Jumlah kelas / golongan / kelompok pendapatan

Kategori tingkat ketimpangan berdasarkan besarnya nilai dari koefisien

gini (Gini Ratio) diklasifikasikan dalam tiga kriteria, yaitu sebagai berikut : Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 sampai 1 jika :

• G < 0,3 : Ketimpangan rendah

• 0,3 < G < 0,5 : Ketimpangan sedang

• G > 0,5 : Ketimpangan tinggi

Dalam menggunakan rumus koefisien gini (Gini Ratio), variabel-variabel eksogen (Xi dan Yi) yang terdapat pada rumus tersebut diperoleh dengan

mengurutkan semua pendapatan sampel (petani jeruk dan petani kopi) dari yang

(37)
[image:37.595.112.553.112.559.2]

Tabel 5 : Distribusi Pendapatan Personal Dengan 30 Responden Nomor Sampel (X) Pendapatan (Juta) (Y) Golongan Persentase Individu Penerima Pendapatan (fi) Persentase Pendapatan Personal (�) Persentase Kumulatif Pendapatan Personal (� ∗ )

(�+��−�) fi(� ∗�+� ∗�−�)

1 ... ... ... ... ... ...

2 ... ... ... ... ... ...

3 ... ... ... ... ... ...

4 ... ... ... ... ... ...

5 ... ... ... ... ... ...

6 ... ... ... ... ... ...

7 ... ... ... ... ... ...

8 ... ... ... ... ... ...

9 ... ... ... ... ... ...

10 ... ... ... ... ... ...

11 ... ... ... ... ... ...

12 ... ... ... ... ... ...

13 ... ... ... ... ... ...

14 ... ... ... ... ... ...

15 ... ... ... ... ... ...

15 ... ... ... ... ... ...

16 ... ... ... ... ... ...

17 ... ... ... ... ... ...

18 ... ... ... ... ... ...

19 ... ... ... ... ... ...

20 ... ... ... ... ... ...

21 ... ... ... ... ... ...

22 ... ... ... ... ... ...

23 ... ... ... ... ... ...

24 ... ... ... ... ... ...

25 ... ... ... ... ... ...

26 ... ... ... ... ... ...

27 ... ... ... ... ... ...

28 ... ... ... ... ... ...

29 ... ... ... ... ... ...

30 ... ... ... ... ... ...

Jumlah ... ... 100% ... ... ...

3.5 Defenisi dan Batasan Operasioanl 3.5.1 Defenisi

1. Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan

tanaman jeruk dan kopi yang sedang.

2. Petani jeruk adalah orang yang melakukan usahatani jeruk sebagai mata

(38)

3. Petani kopi adalah orang yang melakukan usahatani kopi sebagai mata

usahatani utamanya.

4. Biaya produksi adalah semua korbanan atau seluruh pengeluaran (biaya)

baik faktor-faktor produksi milik sendiri atau bukan milik sendiri dalam

melaksanakan kegiatan usahatani kopi dan usahatani jeruk.

5. Harga jual adalah harga yang diterima petani dari penjualan hasil panen

dalam kegiatan usahanani kopi dan usahatani jeruk yang dinyatakan dalam

satuan rupiah (Rp).

6. Penerimaan usahatani adalah hasil kali antara jumlah total produksi / panen

dari usahatani kopi dan usahatani jeruk dengan harga masing-masing

komoditi tersebut yang diukur dengan satuan rupiah (Rp).

7. Pendapatan petani adalah imbalan yang diperoleh petani dalam

melaksanakan kegiatan usahani kopi dan usahatani jeruk yang diperoleh

dengan menghitung selisih antara total penerimaan pendapatan kotor dengan

total biaya produksi dari usahatani kopi dan usahatani jeruk yang diukur

dengan satuan rupiah (Rp).

8. Pendapatan tambahan adalah pendapatan yang diperoleh di luar usahatani

yang dilakukan.

9. Pendapatan total adalah hasil penjumlahan dari pendapatan usahatani (jeruk

atau kopi) dengan pendapatan tambahan.

10. Distribusi pendapatan yang diukur dalam penelitian adalah distribusi

pendapatan perorangan (personal distribution of income), yaitu ukuran yang secara langsung menghitung jumlah pendapatan yang diterima setiap

(39)

11. Ketimpangan distribusi pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus

Gini Ratio.

12. Koefisien gini (Gini Ratio) merupakan ukuran ketidakmerataan atau

ketimpangan (pendapatan atau kesejahteraan) secara keseluruhan yang

angkanya berkisar antara nol hingga satu.

13. Analisis komparasi atau perbandingan merupakan prosedur statistik untuk

menguji perbedaan di antara dua kelompok data (variabel) atau lebih.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian adalah tahun 2013.

3. Sampel merupakan petani yang melakukan usahatani jeruk saja dan

usahatani kopi.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Wilayah 4.1.1. Batas Wilayah

Desa Surbakti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo. Desa Surbakti memiliki luas wilayah 850 Ha.

Desa Surbakti memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Perteguhen, Kec. Simpang Empat

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Lingga, Kec. Simpang Empat

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Beganding, Kec. Simpan Empat

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Ndokumsiroga, Kec. Simpang Empat

4.1.2. Demografi

4.1.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk di Desa Surbakti menurut jenis kelamin dapat dilihat

[image:40.595.112.512.576.654.2]

pada tabel berikut :

Tabel 6 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 Laki-laki 1.003 46,29

2 Perempuan 1.164 53,71

Jumlah 2.167 100,00

(41)

Dari Tabel 6 dapat menjelaskan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dimana jumlah penduduk

perempuan sebanyak 1.164 jiwa dengan persentase 53,71 % sedangkan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 1.003 jiwa dengan persentase 46,29 %. Jumlah

penduduk Desa Surabkti berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala

Desa Surbakti tahun 2012 ialah 2.167 jiwa.

4.1.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Penduduk di Desa Surbakti memiliki jenis pekerjaan yang beraneka

ragam. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Desa Surbakti berdasarkan jenis

pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah (KK)

Persentase (%)

1 Petani 770 73,33

2 PNS 155 14,76

3 Wiraswasta 125 11,91

Jumlah 1.050 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2012

Dari tabel 7 dapat menjelaskan bahwa penduduk Desa Surbakti yang

Berjumlah 2.167 jiwa terbagi atas 1.050 kepala keluarga (KK). Sebagian besar

penduduk di Desa Surbakti bekerja sebagai petani dengan jumlah 770 KK dengan

persentase 73,33 % dari jumlah kepala keluarga (KK) yang ada, sedangkan

penduduk yang bekerja sebagai PNS sebanyak 155 kepala keluarga (KK) dengan

persentase 14,76 % dan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 125

(42)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Adapun kondisi sarana dan prasarana umum di Desa Surbakti dapat dilihat

[image:42.595.113.440.210.334.2]

pada tabel berikut :

Tabel 8 : Sarana Dan Prasana di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

No Sarana / Prasarana Jumlah

(Unit)

1 Balai Desa 1

2 SD / TK 3

3 Polindes 1

4 Gereja 3

5 Mesjid 1

Jumlah 9

Sumber : Kantor Kepala Desa Surbakti Tahun 2012

Dari tabel 8 di atas dapat menjelaskan bahwa sarana / prasarana di Desa

Surbakti sudah cukup untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini

dapat dilihat dari sudah adanya fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan

penduduk seperti fasilitas kesehatan, rumah ibadah, balai desa, maupun fasilitas

pendidikan. Hanya saja fasilitas pendidikan yang ada hanya fasilitas pendidikan

TK/SD.

4.2 Karakteristik Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini ialah seluruh petani jeruk yang

memiliki usahatani jeruk dengan tanaman jeruk yang menghasilkan dan seluruh

petani kopi yang memiliki usahatani kopi dengan tanaman kopi yang

menghasilkan yang berada di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo. Karateristik petani sampel dalam penelitian ini teriri dari umur

petani, pendidikan petani, luas lahan usahatani jeruk/kopi dan jumlah tanggungan

(43)

4.2.1. Umur Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan

kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua

umur petani maka kemampuan bekerjanya pun cenderung menurun. Hal ini

dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan kondisi fisik

dari petani. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan umur petani sampel dapat

[image:43.595.113.506.321.442.2]

dilihat pada tabel berkut :

Tabel 9 : Keadaan Umur Petani Sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

NO Kelompok Umur (Jiwa)

Petani Jeruk Petani Kopi Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 20 – 30 1 3,33 - 0

2 31 – 40 6 20,00 6 20,00

3 41 – 50 10 33,33 9 30,00

4 ≥ 50 13 43,33 15 50,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Dari tabel 9 di atas dapat menjelaskan bahwa pada usahatani jeruk petani

sampel terbanyak berada pada kelompok umur ≥ 50 yakni sebanyak 13 orang

dengan persentase 43,33% dan untuk petani sampel terkecil berada pada

kelompok umur 20-30 sebanyak 1 orang dengan persentase 3,33%. Untuk

usahatani kopi petani sampel terbanyak berada pada kelompok umur ≥ 50 dengan

persentase 50,00% dan tidak ada sejumlah petani pada kelompok umur 20 – 30

tahun. Artinya petani sampel pada daerah penelitian merupakan bukan usia

(44)

4.2.2. Pendidikan Petani Sampel

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam

mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya. Pendidikan

petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi

teknologi baru yang diperoleh dari penyuluh pertanian maupun lemabaga swadaya

masyarakat (LSM) yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dari usahatani

petani tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Desa

Tanjung Beringin sangat bervariasi dari tingkat SD, SMP, SMA hingga S-1.

Untuk lebih jelas lagi mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat

[image:44.595.116.482.403.527.2]

pada tabel berikut :

Tabel 10 : Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

NO Tingkat Pendidikan

Petani Jeruk Petani Kopi Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 SD 4 13,33 10 33,33

2 SMP 5 16,67 6 20,00

3 SMA 15 50,00 12 40,00

4 S1 6 20,00 2 6,67

Jumlah 30 100,00 30 100,00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Dari tabel 10 dapat menjelaskan bahwa untuk usahatani jeruk jumlah

petani sampel terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 15

jiwa dengan persentase 50,00% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan SD

sebanyak 4 jiwa dengan persentase 13,33%. Untuk usahatani kopi jumlah petani

sampel terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 12 jiwa

dengan persentase 40,00% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan S1

(45)

sampel di Desa Surbakti memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi untuk

mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi usahatani mereka.

4.2.3. Luas Lahan Petani Sampel

Luas lahan penanaman jeruk dan penanaman kopi sangat berkaitan

langsung terhadap jumlah produksi jeruk dan produksi kopi serta pendapatan

petani jeruk dan petani kopi karena pada penelitian ini objek utama peneliti ialah

pendapatan keluarga petani jeruk dan petani kopi sehingga bisa dilihat bagaimana

perbandingan tingkat ketimpangan pendapatan petani jeruk dan petani kopi.

Semakin luas lahan penanaman maka hasil produksinya pun cenderung meningkat

yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani itu sendiri,

begitu pula sebaliknya.

Rata-rata luas lahan penanaman di desa Surbakti untuk petani sampel

usahatani jeruk adalah 6.616,66 m2 dan luas lahan penanaman petani sampel kopi

adalah 4.633 m2. Untuk lebih jelas lagi mengenai luas lahan penanaman kopi

[image:45.595.113.503.553.661.2]

Arabika di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel beikut :

Tabel 11 : Luas Lahan petani sampel komoditi kopi Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

NO

Kelompok Luas Lahan (Rante)

Petani Jeruk Petani Kopi Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 1 – 10 17 56,67 18 60,00

2 11 – 20 11 36,67 11 36,67

3 21 – 30 2 6,67 1 3,33

Jumlah 30 100,00 30 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Dari tabel 11 dapat menjelaskan bahwa lahan usahatani jeruk dan

(46)

56,67% dan 60%. Sedangkan untuk luas lahan terkecil berada pada kelompok luas

lahan 21-30 rante dengan jumlah petani jeruk sebanyak 2 jiwa dengan persentase

6,67% jumlah petani sampel sebanyak 1 jiwa dengan persentase 3,33% Artinya

petani sampel pada usahatani jeruk dan usahatani kopi memiliki luas lahan yang

cukup merata.

[image:46.595.115.482.304.442.2]

4.2.4. Jumlah Tanggungan

Tabel 12 : Jumlah Tanggungan Petani Sampel Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2012

NO

Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Petani Jeruk Petani Kopi Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 3 13,33 6 20

2 1 8 23,33 8 26,67

3 2 11 36,67 9 30

4 3 6 16,67 5 16,67

5 4 2 6,67 2 6,67

Jumlah 30 100,00 30 100,00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Dari tabel 12 dapat menjelaskan bahwa untuk petani jeruk dengan jumlah

petani dengan jumlah tanggungan terbesar ialah 2 jiwa sebanyak 11 petani

sampel dengan dengan persentase 36,67% dan untuk jumlah tanggungan terkecil

ialah 2 jiwa sebanyak 2 petani sampel dengan persentase 6,67%. Untuk petani

kopi, jumlah petani dengan jumlah tanggungan terbesar ialah 2 jiwa sebanyak 9

petani sampel dengan persentase 30% dan jumlah tanggungan terkecil ialah 4 jiwa

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendapatan Usahatani Jeruk dan Usahatani Kopi

Pendapatan usahatani adalah penerimaan (Rupiah) dikurangi total biaya

produksi (rupiah). Pendapatan ini merupakan balas jasa terhadap seluruh biaya

atau pengorbanan yang diberikan petani dalam usahataninya. Pendapatan

usahatani jeruk dan usahatani kopi didapat dari hasil wawancara kepada petani

sampel sebanyak 30 orang. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan yang

diperoleh petani selama tahun 2012 yang dimana dimulai dari proses pra panen

hingga pasca panen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

adalah dilihat dari jumlah produksi masing-masing usahatani jeruk dan usahatani

kopi yang dikalikan dengan harga masing-masing komoditi tersebut dan setelah

itu dikurangi dengan total biaya produksi masing-masing komoditi.

5.1.1. Penerimaan Usahatani Jeruk dan Usahatani Kopi

Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga

masing-masing usahatani. Untuk usahatani jeruk, petani sampel memanen

jeruknya dalam panen besar sebanyak satu kali dalam setahun. Panen kecil

biasanya dilakukan petani 1-2 bulan sekali. Harga jeruk per kg nya adalah

Rp. 3.000,00 – Rp. 6.000,00. Hal ini tergantung dari kualitas buah jeruk yang

dipanen petani. Harga terendah tersebut terjadi karena buah jeruk yang dipanen

memiliki ukuran yang kecil. Untuk harga tertinggi terjadi karena buah jeruk yang

dipanen ukurannya besar. Para petani biasanya menjual buah jeruknya dalam

keadaan campur mulai dari ukuran kecil hingga hingga besar. Rata-rata petani

(48)

Untuk usahatani kopi, petani sampel memanen kopinya biasanya

dilakukan satu bulan sekali. Harga kopi adalah Rp. 11.000,00 – Rp. 20.000 per kg

nya. Hal ini juga tergantung kepada kualitas kopi yang dipanen. Harga terendah

karena kualitas kopi yang kurang baik sedangkan harga tertinggi dari kopi karena

kualitasnya baik. Para petani menjual kopinya dengan harga rata-rata Rp.

12.000,00 per kg.

Penerimaan rata-rata usahatani jeruk dan kopi dapat dilihat pada tabel

[image:48.595.109.511.364.478.2]

berikut :

Tabel 13 : Penerimaan Rata-Rata Usahatani Jeruk dan Kopi Selama Tahun 2012 Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

No Jenis

Usahatani Kategori

Rata-Rata Produksi

(Kg)

Rata-Rata Penerimaan

(Rp./tahun)

Rata-Rata Penerimaan

(Rp./bulan)

1 Jeruk Per-Petani 5.950 27.254.166 2.271.180,5 Per-Rante 511,83 2.194.809 182.900,75

2 Kopi Per-Petani 716,3 9.044.333 753.694,4 Per-Rante 68,48 876.090 73.007,5 Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 3 dan 4 .

Tabel 13 dapat menjelaskan bahwa jenis usahatani jeruk dengan kategori

per-petani, rata-rata produksi selama tahun 2012 adalah 5.950 kg dengan rata-rata

penerimaan sebesar Rp. 27.254.166/tahun atau sekitar Rp. 2.271.180,5/bulan.

Untuk kategori per-rante, rata-rata produksi selama tahun 2012 adalah 511,83 kg

dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 2.194.809/tahun atau sekitar Rp.

182.900,75/bulan.

Untuk jenis usahatani kopi dengan kategori per-petani, rata-rata produksi

(49)

rante, rata-rata produksi selama tahun 2012 adalah 68,48 kg dengan rata-rata

penerimaan sebesar Rp. 861.957/tahun atau sekitar Rp. 73.007,5/bulan.

5.1.2. Total Biaya Produksi Usahatani Jeruk dan Usahatani Kopi

Total biaya produksi dalam usahatani jeruk dan usahatani kopi merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel selama proses produksi yang

mencakup biaya penggunaan saprodi (pupuk dan obat-obatan), biaya penyusutan

peralatan pertanian, upah tenaga kerja dan PBB.

Untuk usahatani jeruk, jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36,

ZA dan KCl dimana pemberian pupuk dilakukan 4 kali dalam setahun. Jenis

obat-obatan yang digunakan adalah Curako, Pental, Joker, Dapat dan Antrakol

dimana penyemprotan/pemberian obat-obatan dilakukan 2 kali dalam sebulan.

Untuk peralatan yang digunakan dalam usahatani jeruk ialah cangkul, parang,

semprot gendong dan keranjang.

Tenaga kerja yang diperhitungkan dan digunakan dalam usahatani jeruk

ialah pada saat pemupukan, pemberian obat-obatan (penyemprotan) dan pada saat

panen. Tenaga kerja terdiri dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan

Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Tenaga Kerja yang dimasukkan ke dalam

biaya tenaga kerja ialah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dengan upah tenaga

kerja (aron) sebesar Rp. 50.000/hari. Biaya PBB di daerah penelitian adalah

sebesar Rp. 30.000 per hektar per tahun.

Untuk usahatani kopi, jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan

ZA dimana pemberian pupuk dilakukan 2 kali dalam setahun. Dalam usahatani

kopi obat-obatan yang diberikan kepada tanaman kopi tidaklah banyak karena

(50)

tanaman. Jenis obat yang digunakan ialah Drusban yang dimana

penyemprotannya dilakukan 1 kali sebulan. Untuk peralatan yang digunakan

dalam usahatani kopi ialah cangkul, parang, semprot gendong, ember dan goni

dengan kapasitas 50 kg/goni.

Sama seperti usahatani jeruk, tenaga kerja yang diperhitungkan dan

digunakan dalam usahatani kopi ialah pada saat pemupukan, pemberian

obat-obatan (penyemprotan) dan pada saat panen. Tenaga kerja terdiri dari Tenaga

Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).

Tenaga Kerja yang dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja ialah Tenaga Kerja

Luar Keluarga (TKLK) dengan upah tenaga kerja (aron) sebesar Rp. 50.000/hari.

Biaya PBB di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 30.000 per hektar per tahun.

Adapun total biaya produksi rata-rata yang digunakan petani sampel dalam

usahatani jeruk dan usahatani kopi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14 : Total Biaya Produksi Rata-Rata Usahatani Jeruk dan Usahatani Kopi Selama Tahun 2012 Di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

Jenis Biaya Produksi

Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Jeruk

Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per-Petani

(Rp)

Per-Rante (Rp)

Komposisi (%)

Per-Petani (Rp)

Per-Rante (Rp)

Komposisi (%)

Sarana Produksi

a. Pupuk 1.890.666 158.820 12,18 844.666 79.969 34,59 b.

Obat-obatan 8.808.333 789.968 60,57 468.800 42.340 19,20 Penyusutan 1.029.183 84.116 6,45 163.000 16.646 6,67 Tenaga Kerja 3.236.666 270.045 20,71 953.

Gambar

Tabel Judul
Tabel 2: Perkembangan Luas Lahan (Ha) dan Produksi (Ton ) Beberapa
Gambar 1. Bentuk Arsiran Kurva Lorenz
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo menurut ketentuan –

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan Islam terpadu dan juga strategi komunikasi guru di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta

KESATU : Mengubah Keputusan Bupati Bantul Nomor 123 Tahun 2009 tentang Pembentukan Tim Pengendalian dan Pengawasan Distribusi Raskin Kabupaten Bantul dengan susunan dan

Ltir'rt htrrt'' t\t'i { tg' r \!rt!' &#34;.. b.ikscbetum m.lpun Fsud.h petaj:ran serr.ngkdn komp..ef ker yatu,)lel&#34;Jl,.dalah ydng Uerhrb!.qan d€nq.n mnat/p.rhatan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Klaim Biaya Perawatan, Persalinan dan

Bah*a dalam En€k! Pelaksamad KeSlaran uji Keseharan calon Mah6isla Bm FIK Uniremir6 Nese.i Yqyakatu melalui lalur Sele*si Mandni GM) GelombonC ll Tahur 2009 perlu

[r]

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran berbantuan komputer pada materi garis dan sudut. Model media pembelajaran ini adalah model tutorial,