• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian lahan irigasi dan nisbah antara luas panen dengan

luas lahan irigasi

Dikaji keandalan jaringan Ditentukan nilai potensi produksi padi

dalam aras pencapaian maksimal

Dibuat Kesimpulan

(2)

39

Lampiran 2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari

Rataan 2009 = 859+977+1087 +1075 +998+1047 +996+931+1030 +1056 +823+750 Joule /hari 12

= 11.629 Joule /hari 12

= 969,08 Joule/hari x 0,2388 = 231,41kal/cm2hari

Rataan 2010 = 925+1100 +1040 +1115 +994+964+923+1033 +1006 +967+811 Joule /hari 12

= 10.878 Joule /hari 12

= 906,5 Joule/hari x 0,2388 = 216,47kal/cm2hari

Rataan 2011 = 848+1111 +1078 +929+1036 +1016 +1025 +908+1021 +926+759+787 Joule /hari 12

= 11.444 Joule /hari 12

= 953,66 Joule/hari x 0,2388 = 227,73kal/cm2hari

Rataan 2012 =

1011 +1160 +1056 +1008 +1073 +1111+1125 +1165 +1169+1211 +1005 +948 joule /hari 12

= 13.042 Joule /hari 12

= 1086,83 Joule/hari x 0,2388 = 259,53kal/cm2hari

Rataan 2013 = 956+940+1157 +908+1167 +1220 +1095+1011 +955+932+947+866 Joule /hari 12

= 12.154 Joule /hari 12

(3)

Lampiran 3. Perhitungan Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

= 8,68 ton/ha padi kering giling Tahun 2010

= 8,10 ton/ha padi kering giling Tahun 2011

W = Eu x T x Rs

K 10

(4)

41

(5)

K = 4000 kal/g W = 0,025 x 30 x 241,86

4000 10

4 g/m2

= 4.535 kg/ha = 4,53 ton/ha

(6)

43

Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Tahun 2009 = luas lahan panen

luas lahan beririgasi

= 10.167 ha 3.336 ha = 3,04 Tahun 2010 = luas lahan panen

luas lahan beririgasi

= 10.577 ha 3.336 ha = 3,17 Tahun 2011 = luas lahan panen

luas lahan beririgasi

= 10.707ha 3.376ha = 3,17 Tahun 2012 = luas lahan panen

luas lahan beririgasi

= 11.416 ha 3.376 ha = 3,38 Tahun 2013 = luas lahan pa nen

luas lahan beririgasi

(7)
(8)

45

Lampiran 6. Nilai Radiasi Matahari (Rs, Joule/cm2 hari) untuk wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Tahun Bulan Jumlah Rataan

(J/cm2 hari)

Rataan (kal/cm2 hari) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2009 859 977 1087 1075 998 1047 996 931 1030 1056 823 750 11.629 969,08 231,41 2010 925 1100 1040 1115 994 964 923 1033 1006 967 - 811 10.878 906,50 216,47 2011 848 1111 1078 929 1036 1016 1025 908 1021 926 759 787 11.444 953,67 227,73 2012 1011 1160 1056 1008 1073 1111 1125 1165 1169 1211 1005 948 13.042 1086,83 259,53 2013 956 940 1157 908 1167 1220 1095 1011 955 932 947 866 12.154 1012,83 241,86 Sumber: BMKG Wilayah I Medan (2014)

(9)

Lampiran 7. Luas Lahan Beririgasi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Berpengairan (Ha)

Tahun Irigasi

Teknis

Irigasi ½ Teknis

Irigasi Sederhana

Jumlah

2009 - 2.740 596 3.336

2010 - 2.740 596 3.336

2011 - 2.780 596 3.376

2012 - 2.780 596 3.376

2013 - 2.780 596 3.376

(10)

47

Lampiran 8. Data Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas Panen Padi Sawah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Tahun Puso

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2009 0 10.167 53.585 5,27

2010 0 10.577 55.852 5,56

2011 115 10.707 59.592 5,73

2012 0 11.416 65.476 5,76

2013 499 10.952 64.039 5,87

(11)

Lampiran 9. Daftar Wawancara Petani

No. Nama Varietas Desa Nilai T PermasalahanAir Irigasi Musim Tanam

1. Sakirman Ciherang Cinta Damai Dsn I 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun

2. Eko Ciherang Cinta Damai Dsn I 30 hari Terpenuhi 2 kali dalam 1 tahun

(12)
(13)

Lampiran 10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian

No Nama Jabatan Keterangan

1. Manukkun Simamora, SP

Pengawas bidang Hama dan Penyakit Tanaman

- Dinas Pertanian selalu memberikan penyuluhan kepada para petani di Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana penyuluhan tersebut dilakukan oleh PPL (petugas penyuluh lapangan) sekali dalam 2 minggu. Hal-hal yang diajarkan kepada para petani tersebut yaitu tentang budidaya tanaman, dinamika kelompok, pengendalian UPT (Unit Pelaksana Teknis), rencana kerja dan menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani, termasuk pengembangan usaha tani.

- Dinas Pertanian tidak selalu menyediakan benih dan pupuk kepada para petani, karena telah tersedia dari negara benih dan pupuk bersubsidi yang sesuai dengan RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok tani). - Dinas pertanian selalu menyediakan bantuan Pemberantasan Hama

(14)

51

Lampiran 11. Gambar Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

A. Bendungan Irigasi

(15)

C. Saluran Irigasi Primer kiri

(16)

53

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Badan Litbang Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Pengelolaan Air Pada Padi Sawah Irigasi. http://litbang.deptan.go.id [Diakses pada 12 Oktober 2014] Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013.Sumatera Utara 5 besar Swasembada

Beras. http://setkab.go.id [Diakses tanggal 9 Desember 2014] Badan Pusat Statistik, 2014. Produksi Padi 2014 (aram ii).

Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2013.Deli Serdang Lumbung Padi Sumatera Utara. http://www.setkab.go.id [diakses tanggal 25Maret 2013]

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai Kartenegara.

Balai Penelitian Tanaman Pangan Subang dan S. Mariam, 2013. Padi (Oryza Sativa). http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id [diakses tanggal 7 Desember 2013]

Dumairy, 1992.Ekonomika Sumberdaya Air. BPFE, Yogyakarta.

GP3A Bandar Sidoras, 2014. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air.Bandar Sidoras kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Hermanto, B., 2013. Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Untuk SPengembangan Wilayah Di Kabupaten Deli Serdang. http://www.umn.ac.id [diakses tanggal 10 Desember 2013]

Kheong, C. K., B. R. Hewitt, Shu Y. C., K. T. Joseph, and C. N. Williams, 1970. Modern Agriculture For Tropical School. Oxford University Press, Malaysia.

Khumaidi, M. 2008. Beras Sebagai Pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia, Keunikan dan Tantangannya. Dalam Orasi Ilmiah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

(19)

Mawardi, E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung. Pasandaran, Efendi, (Editor). 1991. Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan.

LP3ES, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Tentang Irigasi, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Pusposutarjo, S., 1991. Analissis Tinjau (Reconainssance Analysis) Potensi Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Redaksi Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor.

Subagyono, K. Abdurachman, A. and Nata Suharta, 2001. Effects of Pudding

Various Soil Types by Harrows on Physical Properties of New Developed Irrigated Rices Areas in Indonesia. Proceeding of the Meeting of

Indonesian Student Association. Tokyo, Japan.

Sumaryanto, dkk., 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya Desember 2014]

Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas Biologis Periodek Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam Upaya Memantapkan Swasembada Beras, Dalam Pemikiran Guru Besar USU Dalam Pembangunan Nasional Dewan Guru Besar USU, USU Pess, Medan.

Suparyono dan Setyono, A., 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Varley, R. C. G., 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi.Pengalaman Indonesia, PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

(20)

16

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2015 di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi pada daerah irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan komputer.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan/survei dan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani sebanyak 30 orang.

(21)

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian data primer diperoleh di lapangan pengambilan melalui wawancara dan pengukuran di lapangan, dan data skunder melalui literatur, data tersebut diatas untuk mendapatkan :

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan

Dihitung dengan menggunakan persamaan (1) 2. Lama Waktu Pertumbuhan

Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak 30 orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya.

3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi

Dihitung dengan menggunakan persamaan (2), data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

4. Koefisien Konversi Energi Surya

Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025

5. Luas Lahan Beririgasi

Luas lahan beririgasi diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

6. Luas Lahan Panen

(22)

18

Perkembangan luas lahan beririgasi minimal 5 tahun terakhir diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan dihitung dengan persamaan (3) 8. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun terakhir (2009-2013)

10. Aras Produksi Padi

Diperoleh dengan membandingkan antara nilai produktivitas padi yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dengan nilai potensi produksi padi yang dihitung berdasarkan Persamaan (1).

Disamping data diatas melalui wawancara dengan petani, Dinas Pertanian setempat akan dimintai keterangan berbagai masalah dilapangan berkenaan dengan penyediaan air irigasi, pemupukan, masa tanam, pemberantasan hama penyakit dan benih.

Parameter Penelitian

Adapun parameter penelitian ini yaitu:

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan (ton/ha) 2. Lama Waktu Pertumbuhan (hari)

3. Rata-Rata Radiasi Matahari (kal/cm2hari) 4. Koefisien Konversi Energi Surya (%) 5. Luas Lahan Sawah (ha)

(23)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada wilayah Pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi kontur dan iklim yang bervariasi. Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2°57” - 3°16” LU serta pada 98°33 - 99°27¨ BT merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km² (249,772 Ha) atau merupakan 3,34% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan), dengan jumlah penduduk 1.738.431 jiwa. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Deli Serdang terdiri atas 5 (lima) DAS yaitu Daerah Aliran Sungai Belawan, Belumai, Percut, Sungai Ular dan Sungai Deli dengan luas areal ±378.841 Ha, yang semuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo. Pada umumnya sub Daerah Aliran Sungai ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi ketahanan pangan (Deli Serdang Dalam Angka 2008).

(24)

20

dari permukaan air laut berkisar 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243%.Batas-batas administrasi kota Percut Sei Tuan yaitu:

- Sebelah Utara: Selat Malaka

- Sebelah Selatan: Kecamatan Lubuk Pakam - Sebelah Timur: Kecamatan Pantaicermin

- Sebelah Barat: Kecamatan Tanjung Merawan ( BPS Deli Serdang, 2013) Rerata Radiasi Matahari

Kecamatan Percut Sei Tuan terletak diantara 03°42’15” Lintang Utara dan 98°46’31” Bujur Timur, memiliki nilai radiasi matahari (Rs) yang diperoleh dari Stasiun Sampali Medan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai tersebut dianggap mewakili Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, yang digunakan untuk menghitung nilai produksi beras bersih atau nilai potensi produksi padi per satuan luas lahan. Hal ini menunjukan bahwa radiasi surya sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi.

Tabel 1. Nilai rerata radiasi matahari di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

No. Tahun Rerata radiasi matahari (kal/cm2hari)

1. 2009 231,41

Sumber: BMKG Sampali Medan (2014)

(25)

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah, karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.

(26)

22

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah ditentukan berdasarkan sifat atau karakter yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Secara kasar produksi maksimum padi ditentukan oleh faktor pembatas energi surya yang sampai ke permukaan bumi (Rs), nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar 0,025 (2,5%), K = 4000 kal/g dan lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang = 30 hari. Berdasarkan rumus yang diperkenalkan Yosida 1983 dalam Pusposutardjo 1991 (Persamaan 1) maka potensi produksi padi persatuan luas lahan di kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.

Tabel 2. Potensi produksi padi per satuan luas lahan 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan

No. Tahun Nilai W (ton/ha) Potensi produksi padi/ha (ton/ha)

1. 2009 4,34 8,68

Gambar 1. Potensi produksi padi persatuan luas lahan Kecamatan Percut Sei Tuan 8

8,5 9 9,5 10

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(27)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 dengan potensi 9,72 ton/ha dan potensi produksi padi terendah berada pada tahun 2010 dengan potensi sebesar 8,10 ton/ha, dengan rata-rata 8,82 ton/ha. Data tersebut menunjukan bahwa potensi padi di Kecamatan Percut Sei Tuan hampir sama dengan potensi seperti yang ditunjukan dari Badan Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas Ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/ha. Perbedaan hasil dalam lima tahun pengamatan (2009 – 2013), salah satu faktor penyebabnya adalah karena adanya penurunan dan peningkatan radiasi matahari. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa nilai Rs yang sampai kepermukaan bumi setiap tahun nya selalu berbeda-beda, nilai Rs tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 259,53 kal/cm2hari dan nilai Rs terendah berada pada tahun 2010 sebesar 216,47 kal/cm2hari. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa energi surya yang sampai kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan pada budidaya sawah. Selain nilai Rs, penurunan dan peningkatan potensi produksi padi dapat disebabkan oleh berapa lama pengisian bulir padi hingga panen. Bahwa semakin lama pengisian bulir padi semakin besar pertambahan berat kering tumbuhan tersebut.

Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi

(28)

24

Tabel 3. Luas lahan beririgasi dan produksi padi sawah 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan

No. Tahun Produktivitas (Ton/Ha) Luas lahan beririgasi (Ha)

1. 2009 5,27 3.576

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

Gambar 2. Luas lahan beririgasi Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009-2010 luas lahan irigasi cenderung sama, sedangkan tahun 2010-2011 luas lahan beririgasi mengalami peningkatan atau terjadi perluasan lahan sawah beririgasi di Kecamatan Percut Sei Tuan dan pada tahun 2011–2013 luas lahan beririgasi cenderung tetap.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan terendah pada tahun 2009, sedangkan produktivitas padi tertinggi berada pada tahun 2013. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009– 2013 produktivitas padi cenderung meningkat setiap tahunnya, meskipun luas lahan sawah beririgasi pada tahun 2011–2013 cenderung tetap (dapat dilihat pada

5,2

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(29)

Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa lahan sawah didaerah irigasi Bandar Sidoras dapat berproduksi dengan baik, dikarenakan produktivitas padi yang cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2013) bahwa produktivitas padi di Nasional pada tahun 2013 sebesar 5,15 ton/ha sedangkan produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu sebesar 5,87 ton/ha, hal ini menunjukan bahwa produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan lebih tinggi dari pada produktivitas padi di Nasional, meskipun demikian produktivitas tersebut masih belum mendekati potensinya, yaitu rata-rata 8,82 ton/ha.

(30)

26

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Dinas Pertanian. Selain petani di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berusaha mencari solusi dalam peningkatan produksi padi, Dinas pertanian juga selalu memberikan bimbingan kepada petani melalui Tim penyuluh dari Dinas Pertanian tersebut. Dimana penyuluhan tersebut dilakukan sekali dalam 2 minggu, dan hal-hal yang diajarkan kepada para petani tersebut yaitu tentang budi daya tanaman, dinamika kelompok, pengendalian UPT (Unit Pelaksana Teknis), rencana kerja dan menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani, termasuk pengembangan usaha tani. Selain memberikan tim penyuluh sebagai pembimbing, Dinas Pertanian juga memberikan benih dan pupuk bersubsidi kepada petani setempat yang sesuai dengan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani) selain itu Dinas Pertanian memberikan bantuan kepada para petani apabila petani tersebut kurang mampu mengendalikan hama dan virus secara masal, yaitu misalnya: gerakan pengendalian hama tikus, wereng coklat dan kresek.

Tabel 4. Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan

(31)

Gambar 3. Perkembangan luas lahan beririgasi Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Pada tahun 2009–2013 Kecamatan Percut Sei Tuan tidak memiliki irigasi teknis, kemudian pada tahun 2011 irigasi semi teknis mengalami peningkatan dan cenderung tetap sampai tahun 2013, sedangkan irigasi sederhana dari tahun 2011-2013 berkurang karena telah meningkatnya irigasi semi teknis pada tahun tersebut. Jadi nisbah antar kelas irigasi di Kecamatan Percut Sei Tuan tidak ada, karena Kecamatan Percut Sei Tuan tidak memiliki irigasi teknis melainkan hanya irigasi semi teknis dan irigasi sederhana.

Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

0

2009 2010 2011 2012 2013

(32)

28

Tabel 5. Nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan

No Tahun Luas irigasi

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata nisbah luas panen dengan luas irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2013 berada diatas 2, hal ini menunjukan bahwa kecamatan Percut Sei Tuan dari tahun 2009-2013 sudah bisa mencapai sasaran 2 kali tanam dalam 1 tahun karena nilai nisbah rata-rata antara luas panen dengan luas lahan irigasi sudah mencapai lebih dari 2. Nilai tertinggi berada pada tahun 2012 yaitu 3,15 hal ini disebabkan karena nilai rerata radiasi matahari pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun yang lainnya

2,8

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(33)

karenanilai rerata radiasi matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan produksi padi.

Berdasarkan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada para petani bahwa petani di Kecamatan Percut Sei Tuan melakukan 2 kali tanam dalam satu tahun dan penyediaan air irigasi pada daerah tersebut sudah terpenuhi untuk mengairi semua lahan sawah di Kecamatan Percut Sei Tuan sehingga telah memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa apabila nilai nisbah rata-rata luas panen dengan luas lahan beririgasi mencapai 2, maka hal ini menunjukan bahwa penanaman padi dapat dilakukan 2 kali setahun.

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

Keandalan jaringan irigasi berdasarkan angka kerusakan areal panen (Puso) 5 tahun terakhir di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kerusakan areal panen (puso) 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan

No. Tahun Produktivitas (ton/ha) Puso (ha)

1. 2009 5,27 0

2. 2010 5,56 0

3. 2011 5,73 115

4. 2012 5,76 0

5. 2013 5,87 499

(34)

30

yang sering dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan penyemprotan insektisida atau diracun, adapun ciri-ciri tanaman padi yang terkena serangan virus adalah bagian daun padi sudah menguning atau membusuk saat tanaman padi belum berumur tua, kemudian tanaman padi yang terkena virus pertumbuhannya tidak seperti biasa atau tanaman menjadi kerdil.

Berdasarkan angka produktivitas padi yang cenderung naik pada setiap tahunnya, hal ini menunjukan bahwa jaringan irigasi di Kecamatan Percut Sei Tuan telah mampu mengatasi masalah musim kemarau. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa pengairan padi sawah juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap produksi padi.

(35)

Aras Pencapaian Produksi Padi

Aras pencapaian produksi padi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Dengan membandingkan nilai produktivitas lahan yang didapat dari data sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) atau potensi produksi padi yang didapat dengan menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras pencapaian produksi padi 5 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5 .

Tabel 7. Aras pencapaian padi Kecamatan Percut Sei Tuan

No Tahun Potensi produksi padi

(ton/ha)

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

(36)

32

Gambar 5. Aras pencapaian produksi padi Kecamatan Percut Sei Tuan Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Percut Sei Tuan tertinggi berada pada tahun 2010 sebesar 68,64%, sedangkan nilai aras terendah berada pada tahun 2012 sebesar 59,25% hal ini disebabkan oleh angka produktivitas yang kecil sedangkan nilai angka potensi produksi padi yang bisa dicapai pada Kecamatan Percut Sei Tuan besar. Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah berkaitan erat dengan radiasi matahari yang masuk ke permukaan bumi karena nilai Rs berperan untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan. Hal ini sesuai dengan literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG bahwa nilai Rs tertinggi berada pada tahun 2012 yaitu sebesar 259,53 kal/cm2hari, akan tetapi kenyataannya dilapangan bahwa nilai aras pencapain padi yang diperoleh pada

58

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

A

ra

s (%)

(37)

tahun 2012 terendah dibandingkan yang lain, karena produktivitas aktualnya tidak proposional dengan nilai Rs nya. Karena untuk mendapatkan nilai produktivitas agar sesuai dengan nilai potensinya tidak hanya ditentukan berdasarkan nilai Rs, akan tetapi perlu didukung dengan faktor lain seperti kebutuhan air tanaman, penggunaan pupuk, penggunaan benih unggul, serta tenaga penyuluh yang cukup. Berdasarkan hasil wawancara pada petani bahwa lahan sawah di Kecamatan Percut Sei Tuan sering terserang hama dan penyakit yaitu (hama tikus, wereng, walang sangit dan cekek leher), diantara penyakit tersebut penyakit cekek leher merupakan salah satu penyakit yang dominan terserang pada tanaman padi di Daerah irigasi Bandar Sidoras, dimana ciri-ciri tanaman yang terserang penyakit tersebut mengalami pembusukan di bagian atas tanaman sehingga lama-kelamaan tumbuhan yang terserang berwarna kecokelatan dan patah. Penyakit tanaman padi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aras pencapaian produksi padi pada Daerah tersebut.

(38)

34

(39)

35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 9,72 ton/ha dan terendah pada tahun 2010 sebesar 8,10 ton/ha.

2. Produktivitas aktual padi tertinggi berada pada tahun 2013 sebesar 5,87 ton/ha dan terendah pada tahun 2009 sebesar 5,27 ton/ha.

3. Nisbah antara luas panen dengan luas beririgasi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 3,15 dan terendah berada pada tahun 2009 sebesar 2,84.

4. Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Percut Sei Tuan tertinggi berada pada tahun 2010 sebesar 68,64% dan terendah berada pada tahun 2012 sebesar 59,25%.

Saran

(40)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi mempunyai ruang lingkup mulai dari, penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan penjatahan air pada areal pertanian, serta penyalur kelebihan air irigasi secara teratur. Sedangkan Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006).

Dari segi konstruksinya, Pasandaran (1991) mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

1. Irigasi Sederhana adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya rendah.

2. Irigasi Semi Teknis adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan (head work) saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.

(41)

dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

4. Irigasi Teknis Maju adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada seluruh jaringan dan diharapakan efisiensinya tinggi sekali.

Pengelolaan air di lahan sawah sangat ditentukan oleh kondisi topografi dan pola curah hujan. Lahan sawah yang berasal dari lahan kering yang diairi umumnya berupa lahan irigasi, baik yang berupa irigasi teknis (dengan bangunan irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semi permanen), maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi). Apabila sumber air berasal langsung dari air hujan maka disebut sawah tadah hujan. Sawah yang dikembangkan di rawa-rawa lebak disebut sawah lebak. Tanah sawah juga dapat berasal dari lahan rawa pasang surut (Subagyono, et all., 2001).

Tanaman Padi

(42)

7

oleh karena itu, sangat penting untuk memasok beras untuk kebutuhan penduduk selama musim hujan (Kheong, et al., 1970).

Adapun klasifikasi tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Famili : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza sp.

Spesies Oryza sp. Ada 25 spesies diantaranya: Oryza sativa L. Oryza

glabirena Steund Sedangkan subspesies Oryza sativa L., dua diantaranya: Indica

(padi bulu) Sinica (padi cere) atau Japonica (AAK, 1990). Beberapa persyaratan tumbuh tanaman padi, antara lain: 1. Iklim

a. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45o LU - 45o LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.

(43)

c. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-270C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-230C.

d. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. e. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu

kencang akan merobohkan tanaman. 2. Media Tanam Padi sawah

a. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.

b. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. c. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0.

Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.

3. Ketinggian Tempat

(44)

9

diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk ini kemudian air akan dialirkan selama periode pertumbuhan padisawah (Suprayono dan Setyono, 1997).

Penggunaan Air Irigasi Pada Tanaman Padi

Kebutuhan air untuk suatu areal pertanian dapat dilihat secara menyeluruh dan secara parsial. Secara parsial, kebutuhan air dibedakan atas kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air pada tingkat usaha tani. Dan berdasarkan corak pertaniannya, dibedakan atas kebutuhan air di persawahan dan kebutuhan air di perladangan. Kebutuhan air tanaman (crop water requirement, CWR) adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) dan air yang hilang melalui perkolasi. Kebutuhan air irigasi (irrigation water requirement, IWR) adalah jumlah air yang harus dimasukkan ke jaringan irigasi melalui pintu pengambilan utama, sesuai dengan kebutuhan/permintaan dan dengan memperhitungkan jumlah air yang hilang (Dumairy, 1992).

(45)

Di Indonesia terdapat kurang lebih 5 juta Ha sawah beririgasi. Sebagai pengguna air terbesar (85%) sawah beririgasi masih dihadapkan kepada masalah efisiensi, yang disebabkan oleh kehilangan air selama proses penyaluran air irigasi (distribution losses) dan selama proses pemakaian (field aplication losses). Tingkat efisiensi di saluran primer dan sekunder diperkirakan sebesar 70-87%, saluran tersier antara 77-81% dan jika digabungkan dengan kehilangan di tingkat petakan maka efisiensi penggunaan air secara keseluruhan baru berkisar antara 40-60% (Kurnia, 2001).

Kebutuhan air di persawahan dihitung berdasarkan dalamnya kebutuhanair dikalikan dengan luas daerah irigasi kemudian ditambah besarnya kehilangan air selama perjalanan maksudnya air yang hilang selama perjalanan dari bangunan induk menuju petak sawah baik karena evaporasi maupun karena rembesan dalam tanah.Sedangkan kebutuhan air di perladangan dihitung berdasarkan luas daerah dikalikan dengan laju evapotranspirasi (Dumairy, 1992).

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

Sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan. Puspositardjo (1991) menyatakan bahwa energi surya yang dapat sampai kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktifitas lahan pada budidaya sawah. Secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai dibumi dapat dihitung dengan rumus Yosida (1983) dalam Pusposutardjo (1991) :

W=Eu ×T×Rs K × 10

4gm/m2

(46)

11

Dimana:

W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha)

T = lama waktu pengisian bulir padi sampai masak (hari)

Rs = rata-rata radiasi matahari yang masuk ke bumi (kal/cm2 hari) K = tetapan (4000 kal/g)

Eu = koefisien konversi energi surya (berdasarkan tetapan Yoshida, 1983 sesuai varietas padi, 0,025 untuk varietas unggul)

Untuk menentukan nilai Rs dapat diperhitungkan dengan memakai rumus empiris Hargreaves dalam Pusposutarjo (1991) :

Rs = 0,10 Rso (S)1/2kal/cm2hari...(2) Dimana:

Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari) S = persen lama penyinaran

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah

(47)

harus diikuti berikut jadwal tanam dan debit air yang dijatahkan. Untuk dapat memanfaatkan air didalam sistem irigasi secara efektif dan efisien dapat ditinjau berdasarkan kinerja jaringan irigasi dan manajemen irigasi.

Sumaryanto (2006) menyatakan bahwa kinerja irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi yang kondusif untuk penerapan pola tanam yang direncanakan, kinerja irigasi ditentukan secara simultan oleh kondisi fisik jaringan dan kinerja O dan P.Pusposutardjo (1991) kinerja jaringan irigasi ditentukan oleh empat faktor utama yang disebut sebagai sistem irigasi, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan petugas dalam pengoprasian jaringan oleh Dinas Pertanian, petani pengguna air dan ketentuan atau aturan mengenai pengoprasian dan pemanfaatan. a. Luas dan perkembangan lahan Irigasi

Luas lahan irigasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi dalam suatu daerah irigasi (DI). Dalam luas dan perkembangan lahan irigasi diIndonesia dijumpai tiga hal yang menarik selama empat Pelita, diantaranya adalah :

1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (991) menyatakan bahwa biaya pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik. Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.

(48)

13

perubahan luas lahan klas irigasi dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolsaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan. Keadaan perkembangan lahan irigasi seperti di Jawa berlangsung oleh karena adanya dua kendala utama yaitu keterbatasan lahan untuk dijadikan lahan sawah baru dan keterbatasan sumberdaya air yang dapat dikembangkan.

3. Di luar Jawa yang masih mempunyai potensi untuk perluasan areal dan sumberdaya air yang dapat dikembangkan relatif masih banyak, dan pengembangan irigasi dapat mengarah pada dua sasaran, yaitu perluasan areal pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan irigasi yang diupayakan dengan peningkatan klas irigasi.

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa lahan irigasi adalah luasan lahan yang dirancang untuk dapat dialiri air irigasi. Sementara, lahan panen adalah luasan lahan yang dipanen sebagai media tanam dalam budidaya tanaman pangan (padi) yang merupakan bagian dari lahan irigasi sawah. Luas lahan irigasi teknis dapat dihitung dengan rumus :

Nisbah luas lahan irigasi teknis = Luas Lahan Irigasi Teknis

Luas irigasi semi teknis +luas irigasi sederhana ...(3) b. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

(49)

selalu dibawah 2, hal ini berarti bahwa penanaman padi hanya dapat dilakukan 2 x dalam setahun.

c. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

Fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi merupakan keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, keandalan jaringan irigasi ini juga dapat dilihat dari angka kerusakan luas areal panen pada luasan tertentu selama periode tertentu pula. Jika angka kerusakan semakin tahun cenderung meningkat maka dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah masih perlu ditingkatkan (Pusposutardjo, 1991).

Pusposutardjo (1991) mengemukakan bahwa keandalan fungsional jaringan irigasi dapat pula ditentukan oleh manajemen irigasinya. Varley (1995) mengemukakan bahwa kemajuan pembangunan fisik jaringan irigasi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemajuan manajemen irigasinya. Kenyataan di lapangan banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang yang tidak tertib.

Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam stabilisasi produk padi sawah, antara lain:

(50)

15

2. sistem irigasi yang ada dirancang untuk dioperasikan atas dasar jadwal waktu operasi yang tetap sedangkan pasok air hujan berlangsung secara stokhastik

3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan berlangsung cepat

4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian fungsional jaringan (Pusposutardjo, 1991).

Aras Pencapaian Produksi Padi

(51)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan pokok bangsa Indonesia. Sampai saat ini beras merupakan bahan pangan yang hampir selalu muncul dalam menu sehari-hari. Beras mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar (Khumaidi, 2008). Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Umumnya usaha tani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian pedesaan.

Produksi padi di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 0,67 juta ton(0,94 persen) dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,93 ribu hektar (0,48 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,47 persen) (BPS, 2014).

Sejak awal tahun 2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi beras sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009. Untuk mencapai target atau sasaran tersebut maka diluncurkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4 (empat) strategi yaitu (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal, (3) pengamanan produksi, dan (4) kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi (Badan Litbang Pertanian, 2007).

(52)

2

memberikan konstribusi sekitar 56,1%, sedangkan peningkatan luas panen dan interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing 26,3% dan 17,5% terhadap peningkatan produksi padi.

Peningkatan produksi beras Nasional diimplementasi di seluruh Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah lumbung padi Nasional.

Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2013 mampu mempertahankan posisinya di lima besar lumbung beras Indonesia. Produksi padi Sumut pada 2013 sebesar 3.665.433 ton gabah kering giling yang setara 2.299.693 ton beras. Dengan produksi tersebut maka Sumut telah mampu berswasembada beras sebesar 122,50 persen. Atas dasar statistik jumlah penduduk Sumut 13.717.595 jiwa dengan produksi beras 2.299.693 ton maka Sumut surplus 422.440 ton atau swasembada 122,50 persen karena kebutuhan beras per tahun 1.877.253 ton. Sementara konsumsi beras masyarakat 136,85 kg per kapita per tahun (BPS Sumatera Utara, 2013).

Beberapa daerah di Sumatera Utara sebagai daerah penghasil beras adalah Kabupaten Simalungun, Serdang Berdagai, Langkat, Asahan, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara yang cukup berperan sebagai penyumbang beras sehingga Sumatera Utara mampu berswasembada.

(53)

Serdang, kecualisektor pertanian yang turun sebesar 0,63%. Penurunan sektor pertanian sebesar 0,63 persen ternyata berdampak pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dari 4,08 persen pada tahun 2010 menjadi 3,25 persen pada tahun 2011 (Analisis Sektoral Perkembangan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2001 – 2012 dalam Hermanto, 2013).

Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra pertanian di Sumatera Utara yang memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar atau sekitar 36,27% dari luas daerah Deli Serdang yang tercatat kurang lebih 249.772 hektar. Sebagai salah satu daerah yang menjadi lumbung padi Sumatera Utara, untuk menjaga kondisi lahan persawahan/ladang agar tetap berproduksi, serta meningkatkan produksi padi, Pemkab Deli Serdang telah melakukan upaya perluasan lahan persawahan secara bertahap dengan konsisten (BPS Deli Serdang, 2013). Namun dengan berbagai keterbatasan daya dukung lahan dan teknologi di tingkat petani khususnya untuk kawasan lahan irigasi maka perlu diketahui sampai sejauh mana potensi produksi padi yang ada pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal.

(54)

4

Mawardi (2007) menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting dalam bercocok tanam. Selain jenis tanaman, kebutuhan air bagi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode tumbuh dan sebagainya. Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Cara pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan varietas padi yang ditanam.

Dengan demikian pengelolaan air irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi sawah di daerah tersebut. Untuk itu perlu di kaji sudah sampai seberapa besar produktivitas padi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang apabila di kaitkan dengan potensinya. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi daerah irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian potensi produksi padi.

(55)

i

ABSTRAK

ISTI MAULADINA: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai daerah penghasil produksi padi terbesar di Kabupaten Deli Serdang, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan panen dengan luas lahan beririgasi, dan keandalan jaringan irigasi.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi terpenuhi. Rata-rata nilai produktivitas aktual padi 5,63 ton/ha, rata-rata nilai nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi 2,98 dan rata-rata nilai aras pencapaian produksi padi 64,09%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

ISTI MAULADINA: The Study of Rice Production Potential in Bandar Sidoras Irrigation Fields in Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency, supervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.

Percut Sei Tuan District as the largest centre of rice production in Deli Serdang Regency, must be studied its rice field irrigation system to hold out and increase rice production. The purpose of this research was to study the rice production potential in Bandar Sidoras irrigation fields in Percut Sei Tuan district Deli Serdang regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research was also studied the ratio between irrigation field and crops field, and reliability of existing irrigation networks.

In the period of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network reliability was good enough. The average value of the actual productivity of rice was 5,63 ton/ha, the average ratio between irrigation field and crops field was 2,98 and the rice production target was 64,09%.

(56)

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI

BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT

SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Isti Mauladina 110308062

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(57)

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI

BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT

SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh:

ISTI MAULADINA

110308062/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S)

Ketua Anggota

(Sulastri Panggabean, STP, M.Si)

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(58)

i

ABSTRAK

ISTI MAULADINA: Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan SULASTRI PANGGABEAN.

Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai daerah penghasil produksi padi terbesar di Kabupaten Deli Serdang, perlu dikaji jaringan irigasinya yang menjadi sumber air untuk meningkatkan produksi padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji nisbah luas lahan panen dengan luas lahan beririgasi, dan keandalan jaringan irigasi.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil bahwa keandalan jaringan irigasi terpenuhi. Rata-rata nilai produktivitas aktual padi 5,63 ton/ha, rata-rata nilai nisbah luas panen dengan luas lahan beririgasi 2,98 dan rata-rata nilai aras pencapaian produksi padi 64,09%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

ISTI MAULADINA: The Study of Rice Production Potential in Bandar Sidoras Irrigation Fields in Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency, supervised by SUMONO and SULASTRI PANGGABEAN.

Percut Sei Tuan District as the largest centre of rice production in Deli Serdang Regency, must be studied its rice field irrigation system to hold out and increase rice production. The purpose of this research was to study the rice production potential in Bandar Sidoras irrigation fields in Percut Sei Tuan district Deli Serdang regency in achieving the maximum level of rice production based on sun radiation level, time to grow rice, and rice variety. This research was also studied the ratio between irrigation field and crops field, and reliability of existing irrigation networks.

In the period of 2009-2013, the results indicated that the irrigation network reliability was good enough. The average value of the actual productivity of rice was 5,63 ton/ha, the average ratio between irrigation field and crops field was 2,98 and the rice production target was 64,09%.

(59)

ii

RIWAYAT HIDUP

Isti Mauladina dilahirkan di Medan pada tanggal 9 Januari 1994 dari ayah Nursalim dan ibu Tati Isfahani. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA N. 3 Medan dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) Mandiri.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota bidang pengabdian masyarakat di organisasi Ikatan Mahasiswa Keteknikan Pertanian (IMATETA).

(60)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft dengan judul “Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan draft ini dengan baik.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga draft ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2015

(61)

iv

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi ... 5

Tanaman Padi ... 6

Penggunaan Air Irigasi Pada Tanaman Padi ... 9

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 10

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah ... 11

Aras Pencapaian Produksi Padi ... 15

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Penelitian Pertambahan Berat Kering Tumbuhan ... 18

Lama Waktu Pertumbuhan... 18

Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi ... 18

Koefisien Konversi Energi Surya ... 18

Luas Lahan Sawah ... 18

Luas Lahan Beririgasi ... 18

Luas Lahan Panen ... 18

Produktivitas Total ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 19

Rerata Radiasi Matahari ... 20

Potensi Produksi Padi Persatuan Luas Lahan ... 22

Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi ... 23

Nisbah Antara Luas Panen dengan Luas Lahan Beririgasi ... 27

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilitas Produk Padi Sawah... 29

Aras Pencapaian Produksi Beras... 31

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

(62)

v

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Nilai Rerata Radiasi Matahari ... 20

2. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan ... 22

3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah ... 24

4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 26

5. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 28

6. Kerusakan Areal Panen (Puso) ... 29

(63)

vi

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 22

2. Luas Lahan Beririgasi ... 24

3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 27

4. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 28

(64)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian ... 38

2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari... 39

3. Perhitungan Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 40

4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi... 43

5. Perhitungan Aras Pencapaian Produksi Padi ... 44

6. Nilai Radiasi Matahari ... 45

7. Luas Lahan Beririgasi ... 46

8. Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas Panen ... 47

9. Daftar Wawancara Petani ... 48

10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian ... 50

11. Gambar Daerah Irigasi ... 51

12. Gambar Wawancara Petani ... 53

Gambar

Tabel 2. Potensi produksi padi per satuan luas lahan 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan
Tabel 3. Luas lahan beririgasi dan produksi padi sawah 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei Tuan
Tabel 4. Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir Kecamatan      Percut Sei Tuan
Gambar 3. Perkembangan luas lahan beririgasi Kecamatan Percut Sei Tuan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan pengambilan data melalui media internet sangat rentan akan perubahan atau kehilangan data, maka disarankan pada penelitian yang berbasis

[r]

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

Resital yang telah penulis lakukan diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa instrumen mayor cello dan piano sebagai bahan pembelajaran dan menambah wawasan terhadap

pertama , Materi/pokok bahasan dengan buku rujukan dan pelaksanaan Kuliah Studi Islam sudah sesuai Materi, buku rujukan dan pelaksanaan kuliah Studi Islam. Kedua ,

upaya-upaya yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap mata pelajaran pemrograman dasar (X). Variabel ini diukur melalui beberapa

Karena telaga ini merupakan jenis coastal aquifer yang terletak dekat dengan laut dan berbasis tanah kapur, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar