KONTRIBUSI SEKTOR WISATA TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN
SILINTONG KECAMATAN BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Disusun Oleh : Nama : AGUS S SIAHAAN NIM : 100902026
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Nama : Agus Sutrisno Siahaan Nim : 100902026
ABSTRAK
Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir
Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 94 Halaman, 4 Bagan dan 54 Tabel
Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tidak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologis dan ekonomi masyarakat. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial karena melibatkan dan menyentuh secara langsung masyarakat sehingga terjadi distribusi pendapatan penduduk dikawasan sekitar pariwisata.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan subjek atau objek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek atau objek secara terperinci. Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2014.
Hasil penelitian yang dilakukan dan telah dilakukan analisis data bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Dilihat dari kegiatan sektor ekonomi pariwisata masyarakat, usaha yang mereka lakukan sangat membantu dalam kehidupan sosial ekonomi seperti pekerjaan, pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan hubungan sosial masyarakat. Sektor wisata membuka peluang berusaha masyarakat, sehingga mereka dapat berpenghasilan berkisar antara 1-2 juta perbulan. Dari pendapatan melalui kegiatan ekonomi sektor pariwisata mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak, serta meningkatkan kesehatan.
North Sumatra Of University
Faculty of Social sciences and Political Sciences Department of Social Welfare
Name : Agus Sutrisno Siahaan NIM : 100902026
ABSTRACT
Contribution of tourism sector to the social ekonomic of society in Lumban Silintong Village, Subdistrict Balige, District Toba Samosir
ThisskripconsistsofChapters, Pages, 4Figureand 54Tables
Tourism is a very complex social phenomenon inseparable from the social aspects, psychological, technological and economic. Tourism views as a potential economic resource because it directly involves and touches the comunity, resulting distribution of incomes come to the population in the area tourism.
This study uses a descriptive type of research because this study describes the subject or the object of research in the form of data that already exists and aims to describe the characteristics of the subject or the object in detail. The research was conducted in Lumban Silintong Village, Subdictrict Balige, District Toba Samosir.
Results of research conducted and data analysis has been carried out that tourism sector give positively contribute to the socio-economic life of the comunity around atraction. Seen from the economic activity of society from tourism sector very helpful in social economic such as employment, income, health, education, and social relations. Tourism sector give opportunities for comunity to open a tourism business, so that earning can range between 1 to 2 million in a month. Earning from the economic activity of tourism sector make they are able to keep their daily needs, their children education, and keep their healthly.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Skripsi ini berjudul “Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kontribusi sektor pariwisata terhadapa sosial ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya saya berusaha menyusunnya ke dalam bentuk yang mudah dimengerti dan menjabarkannya secara jelas. Namun disamping itu saya hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu saya mohon maaf jika ada sesuatu kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, saya tentunya banyak mengalami hambatan. Namun itu tidaklah saya jadikan sebagai beban, karena adanya bantuan dan motivasi dari orang tua, keluarga dan berbagai pihak lain. Di sini, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada :
• Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
• Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial
• Ibu Masta Uli Siregar, S.Sos. M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu
• Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan dan dukungan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini.
• Bapak Husni Thamrin, S.sos. M.SP selaku dosen penguji proposal saya,
terimakasih untuk masukan-masukan dalam penyempurnaan skripsi saya. • Para Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat saya
tuliskan satu per satu, dimana beliau-beliau telah banyak menyumbangkan ilmunya selama ini.
• Keluargaku tercinta, Ayahanda J. Siahaan dan Ibunda N. Hutauruk, yang
telah membesarkan, mendidik dan memberikan motivasi sehingga saya bisa seperti saat ini. Kak Cinta Siahaan, adik-adik saya Niota Siahaan, Andos Siahaan, Lasma Siahaan, semoga kita bisa menjadi anak-anak yang bisa diandalkan dan bisa membahagiakan kedua orang tua kita. Hanya Doa yang bisa saya panjatkan, semoga keluarga tercinta selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
• Buat teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, saya
ucapkan terima kasih banyak buat doa serta dukungannya.
• Terimakasih kepada Kepala Desa Lumban Silintong, Bapak Liefson
Siahaan dan para staf kelurahan yang telah membantu saya serta bersedia memberikan data dan informasi terkait skripsi ini
• Terimakasih kepada seluruh Responden yang telah bersedia membantu saya
Besar harapan penulis bahwa skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan kita semua.
Medan, Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11
1.4 Sistematika Penulisan ... 12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ... 13
2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 13
2.1.2 Sektor Wisata ... 16
2.1.3 Sistem Pariwisata ... 16
2.1.4 Pariwisata Sebagai Industri ... 18
2.1.5 Jenis-jenis Usaha Pariwisata ... 19
2.1.6 Jenis-jenis Wisata ... 21
2.1.7 Jenis-jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ... 24
2.2 Sosial Ekonomi ... 28
2.3 Kesejahteraan Sosial ... 33
2.4 Kerangka Pemikiran ... 34
2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1 Defenisi Konsep ... 37
2.5.2 Defenisi Operasional ... 38
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 40
3.2Lokasi Penelitian ... 40
3.3Populasi dan Sampel ... 40
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.5Teknik Analisa Data ... 41
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Lumban Silintong ... 43
4.2 Tata Guna Lahan ... 43
4.3 Deskripsi Demografi Desa Lumban Silintong ... 44
4.3.1 Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun.. 44
4.3.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 45
4.3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46
4.3.4 Penduduk Menurut Agama... 46
4.4 Sarana dan Fasilitas Desa ... 47
4.4.1 Sarana Pendidikan (Gedung Sekolah) ... 47
4.4.2 Sarana Peribadatan ... 47
4.4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 49
4.4.4 Sarana Olahraga ... 49
4.4.5 Sarana Penerangan dan Air Bersih ... 50
4.4.6 Sarana Transportasi, Perhubungan dan Komunikasi ... 51
4.4.7 Sarana Perumahan/Tempat Tinggal Penduduk ... 51
4.5 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Lumban Silintong ... 52
4.6 Gambaran Objek Wisata Desa Lumban Silintong ... 53
BAB V : ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Umum Responden ... 58
5.2 Kegiatan Ekonomi Sektor Pariwisata ... 62
5.3 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 70
BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 92
6.2 Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan ... 44
2. Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun ... 44
3. Tabel 4.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 45
4. Tabel 4.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46
5. Tabel 4.5 Penduduk Menurut Agama ... 47
6. Tabel 4.6 Penduduk Menurut Kelompok Usia ... 47
7. Tabel 4.7 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48
8. Tabel 4.8 Sarana Olahraga Desa Lumban Silintong ... 49
9. Tabel 4.9 Sarana Transportasi Desa Lumban Silintong ... 50
10.Tabel 4.10 Sarana Perhubungan Desa Lumban Silintong ... 51
11.Tabel 4.11 Sarana Komunikasi Desa Lumban Silintong ... 51
12.Tabel 4.12 Sarana Perumahan Penduduk Desa Lumban Silintong ... 52
13.Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58
14.Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
15.Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 60
16.Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60
17.Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
18.Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berusaha ... 62
19.Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Berkerja ... 62
21.Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Kedudukan Berusaha di bidang Wisata Dalam Komposisi Pendapatan
Rumah Tangga ... 64 22.Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan
Dalam Melakukan Usaha Wisata ... 66 23.Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Ramainya
Konsumen yang Melakukan Aktivitas Wisata ... 67 24.Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan yang Menjadi
Konsumen Utama Kegiatan Pariwisata... 67 25.Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pengaruh
Sektor Wisata Terhadap Peningkatan Usaha ... 68 26.Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya
Usaha di Bidang Wisata Mempengaruhi Jumlah Pengangguran ... 69 27.Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga yang
Diserap dari Berusaha di Bidang Wisata ... 70 28.Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan (omset)
Setiap Bulan ... 71 29.Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan
(laba bersih) Setiap Bulan ... 72 30.Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya
Pengeluaran Selain Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga ... 73 31.Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha
di bidang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan Rumah
Tangga Sehari-hari ... 73 32.Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Butuh Tidaknya
Sumber Penghasilan Lain ... 74 33.Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 75 34.Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
yang Masih Sekolah ... 76 35.Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Usaha
di bidang Wisata Membantu dalam Pemenuhan Kebutuhan
36.Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya
Anak mengikuti Kursus, Les atau Pendidikan Informal ... 78 37.Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Anak Disekolah 78 38.Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak
yang Sekolah di Swasta... 79 39.Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan
Rumah yang Di Tempati Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 79 40.Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan
Rumah yang Di tempati Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata... 80 41.Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah
yang Ditempati Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 81 42.Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Bangunan Rumah
yang Ditempati Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 82 43.Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Sistem
Ventilasi Rumah Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 82 44.Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Sistem
Ventilasi Rumah Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 83 45.Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Tersedia Tidaknya
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah Sebelum Hadirnya Sektor
Pariwisata ... 83 46.Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tersedia Tidaknya
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di Rumah Setelah Hadirnya Sektor
Pariwisata ... 84 47.Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan
yang Digunakan di Rumah Sebelum Hadirnya Sektor Pariwisata ... 85 48.Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan
yang Digunakan di Rumah Setelah Hadirnya Sektor Pariwisata ... 86 49.Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kenderaan yang
Dimiliki ... 87 50.Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Keadaan Kesehatan ... 87 51.Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana yang Digunakan
52.Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya yang Digunakan Untuk Berobat ... 89 53.Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya
Menabung dari Penghasilan Tiap Bulan ... 89 54.Tabel.5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Dapat Tidaknya Sektor
DAFTAR BAGAN
Halaman
1. Bagan 2.1 Sistem Pariwisata ... 17
2. Bagan 2.2 Model Pariwisata Sebagai Industri ... 19
3. Bagan 2.3Bagan Alur Pikir ... 37
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Nama : Agus Sutrisno Siahaan Nim : 100902026
ABSTRAK
Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir
Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 94 Halaman, 4 Bagan dan 54 Tabel
Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tidak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologis dan ekonomi masyarakat. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial karena melibatkan dan menyentuh secara langsung masyarakat sehingga terjadi distribusi pendapatan penduduk dikawasan sekitar pariwisata.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan subjek atau objek penelitian berupa data-data yang sudah ada dan bertujuan untuk menggambarkan karakteristik subjek atau objek secara terperinci. Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2014.
Hasil penelitian yang dilakukan dan telah dilakukan analisis data bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Dilihat dari kegiatan sektor ekonomi pariwisata masyarakat, usaha yang mereka lakukan sangat membantu dalam kehidupan sosial ekonomi seperti pekerjaan, pendapatan, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan hubungan sosial masyarakat. Sektor wisata membuka peluang berusaha masyarakat, sehingga mereka dapat berpenghasilan berkisar antara 1-2 juta perbulan. Dari pendapatan melalui kegiatan ekonomi sektor pariwisata mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai pendidikan anak, serta meningkatkan kesehatan.
North Sumatra Of University
Faculty of Social sciences and Political Sciences Department of Social Welfare
Name : Agus Sutrisno Siahaan NIM : 100902026
ABSTRACT
Contribution of tourism sector to the social ekonomic of society in Lumban Silintong Village, Subdistrict Balige, District Toba Samosir
ThisskripconsistsofChapters, Pages, 4Figureand 54Tables
Tourism is a very complex social phenomenon inseparable from the social aspects, psychological, technological and economic. Tourism views as a potential economic resource because it directly involves and touches the comunity, resulting distribution of incomes come to the population in the area tourism.
This study uses a descriptive type of research because this study describes the subject or the object of research in the form of data that already exists and aims to describe the characteristics of the subject or the object in detail. The research was conducted in Lumban Silintong Village, Subdictrict Balige, District Toba Samosir.
Results of research conducted and data analysis has been carried out that tourism sector give positively contribute to the socio-economic life of the comunity around atraction. Seen from the economic activity of society from tourism sector very helpful in social economic such as employment, income, health, education, and social relations. Tourism sector give opportunities for comunity to open a tourism business, so that earning can range between 1 to 2 million in a month. Earning from the economic activity of tourism sector make they are able to keep their daily needs, their children education, and keep their healthly.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologisdan ekonomi masyarakat.Hal ini diakibatkan adanya kontak antara orang-orang dari belahan dunia yang paling berjauhan, orang-orang dari berbagai bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian.Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dengan wisatawan dapat membentuk hubungan simbiosis mutualisme sehingga berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan pariwisata tersebut.
Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial. Pariwisata dapat menjadi alat penarik investasi didaerah yang memiliki potensi sangat besar. Jika dibandingkan sektor lain, misalnya sektor industri, sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor primer lainnya pariwisata memiliki banyak keuntungan, diantaranya:
a) Pengembangan pariwisata merupakan hal yang dapat dilaksanakan dengan waktu yang paling cepat.
b) Pengembangan pariwisata dapat dilaksanakan dengan metode yang paling mudah dan sederhana.
c) Pengembangan pariwisata akan melibatkan masyarakat, sehingga banyak pihak yang dapat menikmati manfaatnya.
d) Pengembangan pariwisata tidak hanya memerlukan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tinggi, tetapi juga yang memiliki kompetensi menengah dan rendah.
e) Pengembangan pariwisata dapat mendorong pelestarian lingkungan alam, budaya dan sosial masyarakat.s
g) Pengembangan pariwisata menawarkan cara yang cepat untuk membangun industri pendukung yakni hotel, restauran, penyewaan bus wisata, penyewaan perahu, industri souvenir dan lain-lain. (Wardiyanto, 2011 :9) Menurut laporan World Trade Organization (WTO), secara akumulatif, sektor pariwisata mampu mempekerjakan sekitar 230 juta lapangan pekerjaan dan memberikan kontribusi ratusan milyar dollar terhadap perekonomian di berbagai negara. Kita pernah mengalami masa emas perkembangan pariwisata. Pada Tahun 1995, sektor pariwisata sempat menjadi sektor penghasil devisa terbesar, dengan perolehan devisa sekitar 15 milyar dollar AS, ketika ekspor kayu, tekstil, dan migas mengalami penurunan. Namun pasca tahun 1998, sektor ini mengalami penurunan yang cukup signifikan sebagai dampak gejolak sosial politik dalam negeri, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara menurun drastis. Selain itu, peristiwa terorisme, Flu Burung, dan gangguan keamanan dalam negeri, turut berimplikasi terhadap menurunnya jumlah wisatawan mancanegara, termasuk adanya kebijakan travel warning dari beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB), terutama bila dikaitkan dengan Sektor Perhotelan Dan Restoran.
Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga akhir tahun 2013 diperkirakan sebanyak 8.637.275 wisman atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,37% dibandingkan tahun 2012 sebanyak 8.04 juta wisman. Untuk penyerapan tenaga kerja, sektor pariwisata tahun 2013 jumlahnya mencapai angka 10.18 juta orang (tahun 2012 jumlahnya 9,41 juta) atau 8.89% dari jumlah tenaga kerja nasional (tahun 2012 sebanyak 8,49%). Pengeluaran wisman jumlahnya mencapai 1.142 juta dolar AS perkunjungan sehingga perolehan devisa pariwisata tahun ini mencapai angka sekitar 9.87 miliar AS.
15.14 WIB).
Bangsa Indonesia telah mengembangkan sektor pariwisata sejak Pelita I
yang tertuang dalam inpres nomor 9 tahun 1969. Didalamnya merumuskan
bahwa tujuan pariwisata adalah.
a. Meningkatkan pendapatan devisa, perluasan kesempatan kerja serta
lapangan pekerjaan dan mendorong kegiatan-kegiatan industri
sampingannya.
b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam indonesia.
c. Meningkatkan persahabatan dan persaudaraan nasional maupun
internasional.
Pengembangan sektor pariwisata indonesia dirasakan sangat penting
karena didukung potensi wisata indonesia yang sangat baik. Dengan
memanfaatkan sumber dari sektor pariwisata serta memperluas potensi wisata
nasional, sehingga menjadi aktivitas ekonomi yang diharapkan mampu
meningkatkan penerimaan devisa negara , memperluas serta meratakan
kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha bagi masyarakat, guna merangsang
pembangunan nasional, sekaligus memperkenalkan identitas budaya bangsa dan
tanah air kita ke dunia internasional.
Menurut Keppres Nomor 38 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa seluruh
sektor harus mendukung pembangunan pariwisata Indonesia. Hal ini merupakan
peluang bagi pembangunan kepariwisataan Indonesia, pemerintah sudah
mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia.
Kawasan Nusa Dua seluas 300 hektar terletak di pesisir pantai Desa Bualu.
Sekitar 20 Tahun yang lalu, Penduduk desa ini masih hidup dalam kemiskinan
diatas tanah gersang berbatu-batu karang. Daerah ini juga amat terisolir dari kota
kecamatannya,Kuta. Justru karena letaknya terisolir tadi , pemerintah lalu memilih
kawasan ini sebagai kawasan pembangunan hotel mewah. Kini 20 Tahun
kemudian, Nusa Dua menjadi sebuah surga yang tidak pernah dibayangkan oleh
siapa pun sebelumnya. Desa Bualu juga tumbuh menjadi sebuah kota kecil yang
menyaingi Kuta. Desa ini ahirnya memiliki tingkat kesejahteraan yang termasuk
cukup tinggi. (Soekadijo, 1997;273)
Dalam proses pengembangan pariwisata, perencanaan dalam pariwisata
adalah hal yang sangat penting agar industri pariwisata tetap membawa dampak
positif. Perencanaan pariwisata dirasakan penting karena memiliki visi arah dan
komitmen bersama untuk pariwisata yang merupakan hasil partisipasi dari banyak
pihak.
a. Fenomena pariwisata yang semakin kompleks dari yang pernah terpikirkan
sebelumnya.
b. Pariwisata berdampak positif dan negatif.
c. Pariwisata makin kompetitif dan promosi destinasi wisata makin gencar.
d. Pariwisata bisa berakibat buruk pada sumberdaya alam dan budaya
e. Pariwisata mempengaruhi semua orang dalam komunitas tertentu dan
semua yang terlibat dalam pariwisata perlu berpartisipasi dalam proses
Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat bernilai positif apabila pengembangan pariwisata dilaksanakan mengikuti prosedur yang benar, yakni melalui perencanaan yang cermat dan matang. Namun demikian jika pelaksanaannya tidak direncanakan dengan baik maka justru akan membawa dampak positif atau kerugian bagi stakeholder maupun daerah tempat wisata berkembang. Suksesnya pengembangan pariwisata tidak perlu didasarkan pada meningkatnya jumlah wisatawan dan peningkatan penerimaan. Peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fasilitas serta pelayanan yang memungkinkan peningkatan harga jasa yang diberikan.
yang berarti bagi kesejahteraan rakyat. Rencana pemerintah juga harus bijaksana untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata sehingga dampak positif bisa dimaksimalkan dan dampak negatif diminimalkan. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Sektor pariwisata memberikan efek berantai (multiplier effect) akan mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, sehingga memberikan distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata (soekadijo, 1997; 169)
Propinsi Sumatera Utara yang terletak di kawasan utara bumi nusantara ini merupakan salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, termasuk salah satu daerah tujuan wisata nasional kita. Ini dikarenakan potensi keindahan alam dan keunikan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Sumatera Utara. Kurang lebih 125 lokasi objek wisata tersebar di berbagai wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan menawarkan berbagai atraksi-atraksi wisata yang sangat menarik.
Danau Toba yang sangat dikenal masyarakat didunia internasional merupakan salah satu andalan sektor pariwisata Sumatera Utara. Danau Toba adalah aset yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk menjaring wisatawan lokal maupun mancanegara. Data dari Dinas Pariwisata Tobasa tercatat, jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut pada 2012 sebanyak 129.519 orang, terdiri dari 14.833 wisatawan mancanegara dan 114.686 wisatawan domestik.
Wisatawan melakukan kunjungan kedaerah wisata ini untuk memanfaatkan hari-hari libur, waktu luang, dan istirahat, untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani serta menghilangkan segala ketegangan, pikiran, dan tenaga akibat kegiatan rutin.Berdasarkan pengamatan penulis terhadap objek wisata Lumban Silintong Kecamatan Balige, ternyata daerah wisata ini ramai dikunjungi masyarakat pada hari atau kegiatan tertentu seperti pada hari libur nasional dan akhir pekan.Dilihat dari hasil penjualan tiket, jumlah pengunjung hari biasa hanya sekitar 150 orang, namun pada hari minggu dan hari besar mencapai 800 orang. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat telah memberikan perhatian terhadap kegiatan aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan.
Sejarah wisata lumban silintong pada awalnya berasal dari kunjungan masyarakat yang menikmati keindahan panorama daerah tersebut. Sehingga dengan kehadiran para wisatawan timbul niat dari warga sekitar untuk menyediakan barang dan jasa pariwisata. Masyarakat membuat usaha-usaha pariwisata sebagai pekerjaan mereka yang pada awalnya sebagian masyarakat bekerja sebagai nelayan.
kontribusi sektor wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi tersebut.
Wisata Lumban Silintong merupakan daerah wisata yang dikembangkan masyarakat daerah itu sendiri pada beberapa tahun belakangan ini dengan sarana dan prasarana yang tergolong sederhana. Disamping itu menurut pengamatan sementara penulis potensi yang dimiliki wilayah tersebut sangat berbanding terbalik dengantingkat kesejahteraan masyarakat di desa lumban silintong masih tergolong rendah, dilihat dari tingkat pendidikan, pendapatan dan kesehatan masyarakat setempat. Sehingga sangat dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk memajukan daerah wisata ini.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian merupakan serangkaian pertanyaan yang dijadikan dasar pijakan bagi peneliti untuk menentukan berbagai desain dan strategi penelitiannya (Idrus, 2009: 48). Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah kontribusi sektor wisata terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian. Tanpa tujuan, kegiatan yang dilaksanakan tidak akan mempunyai arah yang jelas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Lumban Silintong.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
2. Secara praktis penelitian diharapkan dapat menjadi sebuah referensi dalam teori, model pengembangan pariwisata, khususnya Wisata Lumban Silintong serta sebagai acuan dalam membuat rencana kerja (program) dan bahan masukan dalam membahas kajian kepariwisataan Indonesia.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
2.1.1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansekerta yang terdiri dari komponen-komponen Pariberarti penuh, lengkap, berkeliling dan wis (man) berarti rumah, properti, kampung, kumunitas serta ata yang berarti pergi terus-menerus, mengembara ( roaming about). Bila dirangkai pariwisata adalah pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus (Pendit, 2002: 1). Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengelaran oleh atau untuk wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya (Lunberg, dkk, 1997:6).Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 Tahun 1990 adalah perjalanan orang ke suatu tujuan; dan tersedianya jasa pelayanan berbagai usaha yang diperlukan wisatawan. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu; (1) kegiatan perjalanan, (2) dilakukan secara sukarela, (3) bersifat sementara, (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta usaha, pemerintah dan pemerintah daerah. d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
f. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
h. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan pariwisata.
Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi tentang pariwisata tersebut dapatlah disebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam perjalanan ke luar atau pergi dari tempat kediamannya ke suatu daerah tujuan wisata yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata
tanggal 22 April 2014, pukul 18.20)
Menurut Burkart dan medlik (1981). Wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu:
a. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal diberbagai tempat tujuan.
b. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari: karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja ditempat tujuan wisatawan.
c. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.
Sifat dasar dari kepariwisataan adalah :
a. Kepariwisataan timbul diluar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan tujuan yang berbeda-beda.
b. Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal di tempat wisata
c. Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal disuatu tempat yang memberikan suasana yang berbeda.
d. Lama tinggal disuatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek untuk kemudian kembali ketempat asalnya. (Marpaung, 2002: 32)
2.1.2. Sektor Wisata
2.1.3. Sistem Pariwisata dan Komponen Pariwisata
Sistem pariwisata sangat kompleks saling mempengaruhi satu sama lainya. Sistem kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha pariwisata untuk mampu mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya, mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk serta mempelajari karakteristik pariwisata yang akan datang (Marpaung, 2002:32).
Gambar 2.1 Sistem Pariwisata
Damanik dan Weber (2007) menyatakan bahwa ada empat unsur pokok yang merupakan subsistem yang membentuk pariwisata. Masing-masing subsistem itu keberadaannya saling mempengaruhi, yakni:
a. Permintaan wisata, unsur pokoknya adalah wisatawan dan masyarakat sebagai pelaku pariwisata.
b. Penawaran wisata, yaitu produk wisata yang berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.
c. Pasar wisata dan kelembagaan pariwisata yang memfasilitasi berlangsungnya dan terlaksananya kegiatan pariwisata.
Indust Usaha Jasa Lainya
Daerah Asal
Wi
t
d. Pelaku pariwisata yang menggerakkan ketiga unsur tadi, yakni wisatawan, industri pariwisata, pemerintah dan lembaga swasta yang mendukung terjadinya kegiatan pariwisata.(Wardiyanto, 20011:19)
2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri
Didalam undang-undang nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebut dalam pasal 1 (5), Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelengarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang bepergian (pelancong, musafir). (Hadinoto, 1996 :11)
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki beragai aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang paling besar ialah aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima orang-orang yang menyelanggarakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi, dan lain-lainnya. Munculnya produk barang dan jasa wisata, adanya produsen dan konsumen serta ada permintaan dan penawaran sehingga pariwisata disebut sebagai suatu industri. Industri pariwisatalah yang menyediakan bebagai macam kebutuhan-kebutuhan para wisatawan
Gambar 2.2
Model Pariwisata Sebagai Industri
2.1.5 Jenis Usaha Pariwisata
Jenis usaha yang bersangkutan dengan perjalanan pariwisata cukup besar dan sangat beragam. Hai ini berkaitan banyaknya permintaan dari wisatawan sehingga muncul penawaran yang besar. Oleh karena itu, usaha dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Usaha yang tidak ada, apabila tidak ada perjalanan (pariwisata)
b. Usaha yang ada dan bersangkutan dengan pariwisata, bila ada pariwisata. (Hadinoto, 1996 : 11)
Jasa Wisata Angkutan
wisata
Supply
Produsen Atraksi
Golongan A Golongan B
1. Akomodasi
Hotel dan motorhotel Motel
Pondok memancing, olah raga laut/danau
Jasa pejalan udara dan barang Bis antar kota
Bis pariwisata
Jasa penumpang kreta api Feri
Kapal penumpang dan kapal pesiar
2. Jasa Makanan Restoran berizin Warung
Fast food, snack bar Bar, klub malam
3. Jasa Perjalanan Biro perjalanan Operator wisata
Pusat bantuan pada perjalanan Biro pariwisata lokal
Kebon binatang, taman safari Kebun raya, taman bunga,
taman buah Usaha panggung Teater
Balap kuda/motor Klub senam, olah raga 5. Pengecer
Toko cendramata Toko foto dan film Pompa bensin Toko alat olahraga
Minuman alkohol, bir dan anggur
2.2.6. Jenis-jenis Wisata
Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi:
Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:
a. Individual tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.
b. Family group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.
c. Group tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung-jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang.
b. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:
a. Pre-arranged tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. b. PackageTour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk
perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan atau perusahaan transportasi.
perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.
d. Special arranged tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.
e. Optional tour (wisata tambahan), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.
c. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:
a. Holiday tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri.
b. Familiarization tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. c. Educational tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. d. Scientific tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang
e. Pileimage tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.
f. Special mission tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus.
g. Special programe tour (wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.
h. Hunting tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh pengusaha setempat sebagai hiburan semata-mata.
d. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas:
a. Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata. b. Safari tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara
khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.
c. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.
Marine tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro, 1997: 14).
McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Motif fisik, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olah raga, istirahat, kesehatan dan sebagainya.
2. Motif budaya, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, kebiasaannya, kebudayaan yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya.
3. Motif interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman tetangga, atau berkenalan dengan orang-orang tertentu, atau berjumpa atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh-tokoh politik, dan sebagainya.
4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa rang pernah mengunjungi tempat-tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah bepergian kedaerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya, naik statusnya. Dalam wisata aktif, motif prestise itu sangat penting untuk negara-negara berkembang atau negara-negara bekas jajahan. (Soekadijo, 1997 :37).
2.1.7 Jenis- jenis Objek, Daya Tarik Wisata dan Aktivitas Wisata
2. Daya tarik budaya
3. Daya tarik buatan manusia
Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini kedalam dua kategori saja, yaitu:
1. Objek dan daya tarik wisata alam
2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.
Wisata alam terdiri dari wisata pantai, wisata tirta/bahari, pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi, dan health resort sedangkan wisata sosial udaya terdiri dari peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, museum dan fasilitas budaya lainya, pola kehidupan, desa wisata, wisata keagamaan, etnis dan nostalgia.
Atraksi-atraksi wisata dapat digolongkan dalam tiga bagian. Pertama, golongan atraksi alam meliputi iklim, pemandangan alam, pantai dan kawasan bahari, flora dan fauna, ciri lingkungan alam khusus, taman nasional serta wisata kesehatan. Kedua, golongan atraksi budaya meliputi monumen purbakala, sejarah dan budaya, pola budaya tertentu, seni, kerajinan dan arsitektur lokal, aktivitas ekonomi menarik, kota-kota menarik, festival budaya, serta keramahan penduduk. Ketiga, jenis atraksi khusus meliputi taman hiburan, berbelanja, MICE (Meetings, Insentives, conventions, exhbitions), kasino, rekreasi dan olah raga, serta peristiwa khusus. (Hadinoto, 1996 :71)
yang dapat menghasilkan devisa dan sering menyebabkan (banyak) dampak besar pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat setempat, berupa:
a. Aktivitas rekreasi biasa (menikmati pemandangan indah, singgah di tempat kerabat atau kawan).
b. Kunjungan pesta budaya, upacara rakyat. c. Belanja cenderamata.
d. Kunjungan kawasan alam.
e. Kunjungan situs sejarah purbakala. f. Kunjungan pada lembaga-lembaga khusus Menurut Lucman H, aktivitas wisata meliputi: 1. Jalan kaki (hiking),
2. Berakit (rafting),
3. Bersepeda (biking),
4. Menyelam (diving),
5. Berlayar (sailing),
6. Camping, dan 7. Panjat tebing
Faktor- faktor yang mempengaruhi aktivitas wisata:
a. Resensi Ekonomi, ketika harga minyak mentah meningkat, kegiatan dunia usaha menurun yang juga mempengaruhi aktivitas wisata.
c. Penyakit, sehingga wisatawan dapat membatalkan kepergiannya karena tidak ingin terjangkit penyakit (Kaslany, 1997: 39).
2.1.8 Produk Wisata
Pada umumnya yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahan perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam.
a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.
b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat-istiadat, seni budaya, dan sebagainya.
c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya (Suwantoro, 1997: 48).
Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk wisata yaitu: a. Objek wisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata.
b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi,
catering, hiburan, dan rekreasi. c. Transportasi (Yoeti, 1996: 13).
a. Tidak dapat dipindahkan, karena dalam penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk dihasilkan.
b. Pada umumnya peranan perantara tidak dibutuhkan. c. Hasil atau produk tidak dapat ditimbun.
d. Hasil atau produk tidak mempunyai standar atau ukuran objektif. e. Permintaan terhadap hasil atau produk wisata tidak tetap.
f. Hasil atau produk wisata banyak tergantung dari tenaga manusia (Yoeti, 1996:18)
2.2. Kehidupan Sosial Ekonomi
Kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat adalah suatu jenjang atau susunan yang berlapis-lapis. Sosial artinya adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehari-hari (KBBI, 1996 : 220)
Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun, seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya diandai dengan:
a. Adanya kehidupan bersama yang ukurannya minimal berjumlah dua orang atau lebih.
b. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).
c. Adanya kesadaran bahwa mereka sebagai kesatuan ( kelompok) d. Suatu kehidupan sistem bersama ( Soleman, 1986: 9)
seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan unsur kebutuhan dan pemenuhannya.
Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang di dalamnya terdapat unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat kebutuhan manusia, yaitu :
1. Kebutuhan dasar fisiologis atau kebutuhan fisik ( Phisiological Needs )
yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan makanan, istirahat, udara segar, vitamin, air dan sebagainya. Ini merupakan kebutuhan primer.
2. Kebutuhan untuk mencintai dan mencintai ( Love Needs ), merupakan dorongan atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam satu kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan dengan masyarakat lain secara umum.
3. Kebutuhan akan harga diri ( Estem Needs ) menuntut pengalaman individu sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dan memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa percaya diri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa dibutuhkan dan mempunyai arti bagi lingkungannya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri ( Self Actualization ) yaitu memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan atau mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk menentukan dirinya atau identitasnya dan menjadi dirinya sendiri. Kebutuhan ini tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia. (Maslow, 1994 :43)
Kebutuhan-kebutuhan diatas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia harus bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan di atas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Prof. Otto Soemarwoto membagi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar atas 3 golongan, yaitu :
2. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, antara lain agama, pendidikan, perlindungan hukum, pakaian, rumah dan pekerjaan. Kebutuhan ini bersifat nisbi, dipengaruhi oleh minat sosial budaya dan berubah dari waktu ke waktu.
3. Kebutuhan dasar untuk memilih baik sebagai naluri untuk memelihara kelangsungan hidup hayatinya maupun kelangsungan hidup manusiawinya yang terungkap dalam kelakuan sosial budaya (Suyanto, 1995 : 6).
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status. (koentjaraningrat, 1997:35)
Menurut Krench, kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner memberikan ciri-ciri berupa pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal dan daerah tempat tinggal. Sementara itu menurut sugihen kondisi ekonomi dan sosial seseorang cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. ukuran yang dipakai didasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencakup tingkat pendidikan, pendapatan, prestise atau kekuasaan. Menurut koentjaraningrat selain faktor pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan, faktor lain yang sering diikutsertakan oleh beberapa ahli adalah perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Mulyanto, 1986:160).
masyarakat secara luas. Untuk melihatnya dapat dijadikan indikator seperti penghasilan, pendidikan, sandang, pangan, kesehatan dan sebagainya yang tentunya disesuaikan dengan keperluan suatu konsep penelitian yang dilakukan. Jadi, tingkat sosial ekonomi adalah adanya suatu jenjang yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
2.3. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai
tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang
baik (Isbandi, 1994:3). Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial
termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: “Kesejahteraan Sosial
adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya”.
Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan
sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan
dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan,
kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah
kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20
ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang
sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu
lagi mengatasinya secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan
arti kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan: “Kesejahteraan sosial
ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar
hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan
sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras
dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhaidin, 1984: 1-2).
2.3 Kerangka Pemikiran
Sejak berabad-abad lalu manusia mengadakan perjalanan, manusia berkunjung. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk dapat mengenal berbagai tempat. Bahkan setelah manusia berkelompok dan membentuk masyarakat, maka rasa ingin mengetahui, ingin mengadakan perjalanan, ingin mencari hal-hal aneh yang belum dikenal, menjadi semakin besar.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, serta teknologi informasi, transportasi yang semakin berkembang memungkinkan masyarakat bisa melakukan kunjungan keberbagai objek atau tempat yang ingin dikenalnya. Mudahnya memperoleh berbagai informasi dan mobilitas masyarakat semakin meningkat, maka orang menyukai liburan mini berupa long weekends (akhir minggu panjang). Perjalanan makin jauh dan makin cepat serta keinginan untuk manusia berkunjung ketempat lain, untuk mendapatkan sesuatu yang lain, menyebabkan jumlah manusia yang mengembara (berwisata) semakin banyak. Hal ini menjadikan pariwisata menjadi bagian dari budaya masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan waktu senggang/ leisure time yang dimiliki seseorang.
masyarakat. Hal ini disebabkan karena pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari belahan dunia yang paling berjauhan, orang-orang dari berbagai bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial dikarenakan sektor pariwisata memberikan manfaat seperti diversifikasi usaha masyarakat, memperluas kesempatan kerja, mempercepat peningkatan infrastruktur dan perkembangan pemukiman penduduk serta pengembangan wawasan sosial.
Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Suksesnya pengembangan pariwisata tidak perlu didasarkan pada meningkatnya jumlah wisatawan dan peningkatan penerimaan. Peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fasilitas serta pelayanan yang memungkinkan peningkatan harga jasa yang diberikan.
Berbagai perjalanan ( aktivitas wisata) yang dilakukan oleh wisatawan
lokal maupun mancanegara menyebabkan munculnya produk barang dan jasa
pariwisata Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi,
akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Dalam penyediaan
pelayanan yang dibutuhkan wisatawan, masyarakat setempat juga berperan. Hal
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan
standar hidup mereka sehingga kontribusi dari aktivitas wisata berpengaruh
terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan
pariwisata tersebut.
Wisata Lumban Silintong sangat banyak diminati oleh wisatawan lokal
maupun mancanegara. Wisata ini diminati karena memiliki daya tarik alam seperti
pesona alam yang indah, air yang jernih, bukit yang menjulang tinggi, pinggiran
pantai yang bertanjung dan berteluk, Pantai berpasir dan landai. Daya tarik Wisata
Lumban Silintong ini sangat sesuai dengan aktivitas wisata seperti berenang
dengan air yang jernih, sepeda air, menikmati pemandangan yang indah dari
bukit yang menjulang tinggi sehingga tampak keindahan danau toba, melakukan
camping dibukit yang berada di pinggiran Danau Toba. Adapun jasa pelayanan
yang mendukung aktivitas wisata yaitu berupa jasa angkutan, penginapan,
pelayanan makan minum, jasa tour, berbagai prasarana utilitas umum dan
Wisata Lumban Silintong merupakan daerah yang memiliki daya tarik
wisata yang sangat menarik. Sejarah wisata Lumban Silintong berasal dari
kunjungan-kunjungan masyarakat sekitar untuk melihat keindahan pantai yang
ada disana. Oleh karena kunjungan yang semakin ramai sehingga masyarakat
setempat mulai membuka usaha-usaha pariwisata untuk menyediakan kebutuhan
para wisatawan
Meningkatnya aktivitas wisata membuat masyarakat terlibat seperti dalam
penyediaan kebutuhan wisatawan seperti pelayanan transportasi, akomodasi,
catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Sehingga masyarakat menjadikan hal ini
sebagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sektor pariwisata ini
tentu memberikan kontribusi pada tingkat pendapatan masyarakat, tingkat
Gambar 2.3
Bagan Alur Pikir
Aktivitas Wisata
Usaha –Usaha Pariwisata • Kunjungan Kawasan Alam • Kunjungan Situs Sejarah
Purbakala
• Belanja Cendramata • Menikmati Pemandangan • Aktivitas Rekreasi biasa
• Pekerjaan • Pendidikan • Pendapatan • Kesehatan
• Hubungan sosial masyarakat Kontribusi Sosial Ekonomi • Akomodasi
• Atraksi Wisata Alam
• Atraksi wisata Budaya
2.4 Defenisi Konsep
Konsep merupakan suatu abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atau dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).
Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah:
a. Kontribusi adalah sumbangan yang diberikan sektor wisata di objek wisata Lumban Silintong dalam membantu tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.
b. Sektor Wisata adalah lingkungan usaha yang dilakukan untuk mendukung kegiatan wisata di objek wisata Lumban Silintong.
c. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata seperti jasa angkutan, akomodasi, makan/minum, souvenir shop, pemandu dan lainnya.
d. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.
e. Atraksi wisata adalah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata lumban silintong.
2.5 Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah: 1. Aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor pariwisata:
a. Penginapan b. Rumah makan c. Pemandu wisata d. Dagang souvenir,
e. Penyedia/sewa sarana penunjang.
2. Kontribusi pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat: a. Pendapatan
b. Pendidikan c. Perumahan
d. Kesempatan menabung. e. Kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 53).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lumban Silintong, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena adanya objek wisata di daerah ini serta sebagian besar masyarakat bekerja dalam usaha-usaha pariwisata sebagai penyedia barang dan jasa pariwisata.
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam penarikan sampel ini yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang terlibat dalam penyediaan barang dan jasa wisata. Berdasarkan keterangan diatas, karena populasi kurang 100 orang maka jumlah sampel sama dengan jumlah populasinya yaitu 26 Kepala Keluarga.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan mengumpulkan data dari literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini melalui buku-buku, media massa, artikel, jurnal, dan lainnya.
2. Penelitian Lapangan (field research) yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di lokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui :
a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menginterpretasikan data
melalui paparan, uraian dan gambaran yang dapat dimanfaatkan sebagai tolok ukur,
persentase (%) atau predikat untuk memberikan makna terhadap sebuah prestasi
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1Keadaan Geografis dan Batas-batas Desa Lumban Silintong
Wilayah geografis Desa Lumban Silintong terdiri atas 4 (empat) dusun yaitu : Dusun Sosor Pasir, Dusun Huta Bagasan, Dusun Batu Nabolon, Dusun Lumban Binanga. Luas daerah Desa Lumban Silintong adalah 1,74 Km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tarabunga. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pardede Onan; Desa Silalahi Pagar Batu.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hinalang Bagasan; Desa Longat; Lintong Nihuta.
Jarak Desa Lumban Silintong ke pusat pemerintahan Kecamatan Balige adalah 2 Kilometer, jarak desa ke Ibukota Kabupaten Toba Samosir adalah 2 Kilometer, jarak desa ke Ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah 206 Kilometer. Desa Lumban Silintong memiliki kondisi geografis, yaitu : Ketinggian tanah dari permukaan air laut 905 meter, banyaknya curah hujan 2305 mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 300 Celsius.
4.2Tata Guna Lahan
4 Ha, tempat rekreasi sebesar 10 Ha, irigasi sebesar 6 Ha, tanah wakaf sebesar 10 Ha, Pertambangan Batu/Pasir 2 Ha, dan lain-lain sebesar 23 Ha. Penggunaan lahan Desa Lumban Silintong dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan
No. Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Pemukiman 16 9
2. Sawah dan Ladang 104 60
3. Pekuburan 4 2
4. Tempat Rekreasi 10 6
5. Irigasi 6 3
6. Tanah Wakaf 10 6
7. Pertambangan Pasir/Batu 2 1
8. Lain-lain 22 13
TOTAL 174 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong
4.3Deskripsi Demografi Desa Lumban Silintong
4.3.1. Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun
Tabel 4.2
Penduduk Menurut Kepala Keluarga Tiap Dusun
No Dusun Kepala Keluarga Persentase (%)
1. I 66 29,20
2. II 61 26,99
4. III 53 23,45
5. IV 46 20,35
TOTAL 226 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong
Dari tabel tersebut dapat dilihat penyebaran penduduk menurut kepala keluarga (kk) dari keempat dusun di Desa Lumban Silintong. Sebaran penduduk terbesar terdapat pada dusun I sebesar 66 kk (29,20%) dari total 116 kk, dusun II sebesar 61 kk (26,99 %), dusun III sebesar 53 kk (23,45 %), dusun IV sebesar 46 (20,35 %).
4.3.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis Penduduk Desa Lumban Silintong sebanyak 950 jiwa menurut jenis kelamin dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekwensi (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-laki 470 49,47
2. Perempuan 480 50,52
TOTAL 950 100,00
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa distribusi penduduk Desa Lumban Silintong menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu 480 jiwa (50,52%) sedangkan laki-laki 470 jiwa (49,47 %).
4.3.3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk Desa Lumban Silintong sebesar 226 kk memiliki mata pencaharian seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Frekwensi (kk) Persentase (%)
1. PNS 17 7,52
2. ABRI 1 0,44
3. Wiraswasta/pedagang 79 34,95
4. Tani/Buruh Tani 100 44,24
5. Pertukangan 8 3,53
6. Pensiunan 7 3,09
7. Jasa 2 0,88
8. Nelayan 12 5,30
TOTAL 226 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong
%). Sedangkan yang memiliki mata pencaharian lain seperti PNS sebesar 17 kk (7,52 %), ABRI sebesar 1 kk (0,44 %), Pertukangan sebesar 8 kk (3,53 %), Pensiunan sebesar 7 kk (3,09 %), Jasa 2 kk (0,88), dan Nelayan sebesar 12 kk (5,30 %)
4.3.4. Penduduk Menurut Agama
Penduduk Desa Lumban Silintong sebesar 950 jiwa menganut agama seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1. Islam 7 0,74
2. Kristen Protestan 931 98
3. Khatolik 12 1,26
TOTAL 950 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan sebesar 931 jiwa (98 %) sedangkan yang beragama khatolik sebesar 12 jiwa (1,26 %) dan beragama Islam sebesar 7 jiwa (0,74 %)
4.3.5. Penduduk Menurut Kelompok Usia
Tabel 4.6
Penduduk Menurut Kelompok Usia
No. Usia (Tahun) Frekwensi (jiwa) Persentase (%)
1. 0-3 81 8,52
2. 4-6 75 7,89
3. 7-12 125 13,16
4. 13-15 67 7,05
5. 16-19 75 7,89
6. 19 keatas 527 55,47
TOTAL 950 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Lumban Silintong
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat kelompok usia penduduk sesuai rentang pendidikan yang paling banyak yaitu usia 19 tahun keatas sebesar 527 jiwa (55,47 %). Sedangkan usia 16-19 tahun sebesar 75 jiwa (7,89), usia 13-15 tahun sebesar 67 jiwa (7,05 %), usia 7-12 tahun sebesar 125 jiwa (13,16), usia 4-6 tahun sebesar 75 jiwa (7,89 %) dan usia 0-3 sebesar 81 jiwa (8,52 %)
4.3.6 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan